Anda di halaman 1dari 2

Pelubangan pada konstruksi dinding dari batu alam

Batu alam merupakan salah satu elemen penysun konstruksi. Elemen batu termasuk sebagai elemen
kecil dan terbagi menjadi dua kelompok : elemen kecil beraturan (contohnya batu bata dan batako)
serta elemen kecil tidak beraturan (contohnya batu alam dan batu belah). Pada portofolio kali ini, kita
akan menitikberatkan penggunaan elemen-elemen tersebut untuk membuat konstruksi ekspose.

Konstruksi ekspose adalah konstrksi yang menampakkan bahan atau elemen penyusunnya secara
langsung dan tidak diplester. Konstruksi sejenis ini cenderung akan menghadirkan kesan eksotis dan
alami sekaligus. Karena bahan bangunan yang digunakan akan ditampakkan secara jelas, maka bahan
tersebut harus bersifat kuat dan estetis.

Tak jauh berbeda dengan konstruksi lainnya, konstruksi dengan tipe ekspos juga memerlukan jendela,
lubang angin, dan pintu. Berikut adalah cara-cara pelubangan pada konstruksi dari bahan batu :

1. Batu pada bagian atas lubang lebih panjang dari lebar lubang
Cara ini sering diterapkan pada candi. Setelah perlubangan dibuat, bagian atas lubang yang akan
menahan konstruksi di atasnya disokong dengan batu yang lebih panjang dari lebar lubang itu
sendiri. Cara ini dapat diterapkan pada berbagai tipe elemen konstruksi dan merupakan cara
yang efektif untuk memberikan perkuatan pada lubang dari beban mati konstruksi di atasnya.
2. Menggunakan elemen dengan panjang yang bervariasi
Cara ini tidak jauh berbeda dengan cara pada poin pertama. Bedanya, bagian atas lubang pada
cara kedua ini tidak selalu disokong oleh batu yang lebih panjang dari lebar lubangnya. Elemen
batu pada bagian atas lubang bisa pula berupa dua batu berbeda panjang yang nantinya
bersinggungan di sisi atas lubang. Untuk lebih jelasnya dapat melihat pada gambar berikut.
3. Memodifikasi bentuk batu
Cara ini sering diterapkan pada candi dan lubang angin. Batu-batu alam yang digunakan sebagai
bahan konstruksi dimodifikasi bentuknya sehingga ketika digabungkan, akan membentuk
lubang-lubang sesuai keinginan. Modifikasi bentuk ini dapat berupa huruf X, persegi, motif
tertentu, dan lain sebagainya.
4. Menyusun batu dengan tumpuan ¼ dari lebar material
Sering digunakan untuk susunan batu bata, cara ini dilakukan dengan cara menyusun batu bata
dengan menumpu pada ¼ dari lebar total material di bawahnya. Dengan menumpu pada
sebagian kecilnya saja, dinding yang disusun akan memiliki lubang-lubang dengan jarak yang
berirama atau teratur.
5. Modifikasi susunan batu dengan tumpuan ¼ dari lebar material
Modifikasi yang dimaksud di sini berupa modifikasi arah. Susunan yang normalnya dibuat
dengan arah horizontal biasa dapat diubah menjadi arah diagonal seperti pada gambar.
Umumnya, cara ini akan menampilkan kesan lebih estetis dan lebih menarik dari cara pada poin
ke 4, tetapi jika dalam pembangunannya ada sedikit ketidaktelitian, cara ini lebih rawan dan
lebih berisiko dalam menahan beban.
6. Menyusun batu dengan arah bepotongan
Batu yang biasanya disusun searah dimodifikasi menjadi berpotongan arah seperti pada gambar.
Jika tidak hati-hati, cara ini akan membuat dinding tampak berantakan dan kurang rapi, tetapi
jika berhasil, dinding akan tampak lebih indah dan estetis. Dengan menyusun batu bata dengan
arah seperti ini, akan dihasilkan lubang-lubang angin yang teratur pada sisi dinding.
7. Kombinasi modifikasi bentuk dan modifikasi susunan
Cara ini umumnya masih jarang ditemui di Indonesia. Beton yang pada awalnya berbentuk balok
dipotong sehingga membentuk prisma dengan alas trapesium. Setelah terbentuk, beton disusun
dengan menumpu pada setengah atau seperempat dari lebar elemen di bawahnya, tetapi di
antara beton satu dengan beton lainnya diberikan sedikit jarak sehingga membentuk lubang-
lubang.

Sources :

1. https://ritalaksmitasari.wordpress.com/category/arsitektur/
2. http://jogja.tribunnews.com/2014/11/17/yuk-mengenal-lebih-jauh-tentang-bata-ekspos

Anda mungkin juga menyukai