Anda di halaman 1dari 3

Faktor yang berkontribusi terhadap kematian ibu, secara garis besar dapat dikelompokan

menjadi penyebab langsung dan penyebab tidak langsung. Penyebab langsung kematian ibu
adalah faktor yang berhubungan dengan komplikasi kehamilan, persalinan dan nifas seperti
perdarahan, pre eklamsi/ eklamsi, infeksi, persalainan macet dan abortus. Penyebab tidak
langsung kematian ibu adalah faktor-faktor yang memperberat keadaan ibu hamil seperti “Empat
Terlalu”. Selain penyebab tersebut diatas “Tiga Terlambat” terlambat mengenal tanda bahaya
dan mengambil keputusan, terlambat mencapai fasilitas kesehatan, dan terlambat dalam
penanganan kegawatdaruratan, dapat juga memperburuk status kesehatan ibu dan mempersulit
proses penanganan kegawatdaruratan kehamilan, persalinan dan nifas.Keterlambatan ini
biasanya tidak terdeteksi sejak awal karena asuhan antenatal yang tidak teratur, sehingga
menyebabkan kemungkinan melahirkan dengan selamat menjadi lebih kecil.

Wayan Aryawati, 2016. Pengembangan Model Pencegahan Resiko Tinggi Kehamilan


Danpersalinan Yang Terencana Dan Antisipatif (Regita). Jurnal Kebijakan Kesehatan
Indonesia, Vol. 05, No. 2

Permasalahan terkait dengan keterlambatan penanganan kehamilan beresiko masih sulit diatasi
dikarenakan 3 hal. Pertama, tidak ada koneksi komunikasi antar Ibu hamil dan Rumah Sakit
(Pusat Kesehatan Desa) dan tidak adanya penghubung yang menyuarakan kebutuhan Ibu
dikomunitas Ibu hamil. Kedua, informasi kehamilan yang beresiko terlambat diterima oleh pihak
Rumah Sakit karena baik Ibu maupun keluarganya tidak mudah meyampaikan permasalahan
seputar kandungan kepada pihak Rumah Sakit. Ketiga, keterbatasan sumber daya Rumah Sakit,
seperti keterbatasan stock darah, peralatan untuk menangani persalinan beresiko, dokter
spesialis, tempat tidur, dan lain-lain. Pihak Rumah Sakit juga sulit menyediakan perlengkapan
yang dibutuhkan karena informasi kehamilan beresiko tidak diketahui sedari awal.

Adibah , Nduk Riha Naila. 2017. Peningkatan Kualitas Penaganan Ibu Hamil Resiko Tinggi
Pelayanan Sms Gateaway Di Kabupaten Gresik. Universitas Airlangga. Vol. 03, No. 2
Salah satu indikator dari kualitas hidup adalah kematian ibu bersalin. Kematian tersebut terjadi
karena adanya keterlambatan dalam pengambilan keputusan yang dilakukan oleh keluarga dan
penolong dalam merujuk ibu bersalin ke rumah sakit. Keterlambatan tersebut meliputi
keterlambatan dalam mengambilkeputusan merujuk, keterlambatan dalam mencapai fasilitas
kesehatan, dan keterlambatan dalam memperoleh pertolongan di fasilitas kesehatan. Selanjutnya
dalam masalah gawat darurat obstetrik, keterlambatantersebut terdiri dari terlambat mengenali
risiko atau bahaya, terlambatdalam mengambil keputusan untuk mencari pertolongan, terlambat
dalammendapatkan transportasi untuk membawa ke fasilitas yang lebih mampu,dan terlambat
dalam mendapatkan pertolongan di rumah sakit

Kualitas dan kuantitas cakupan pelayanan kesehatan danperan serta masyarakat sangat
mempengaruhi kesejahteraan dankeamanan kehamilan serta persalinan. 94% kematian adalah
akibat obstetrik langsung, 75-85% kematian disebabkan oleh triasklasik, yaitu toksemia,
perdarahan dan infeksi. Ironisnya 90% dari kematian ini dapat dicegah . Bila pelayanan obstetrik
yang tepat guna/memadai tersedia, belumlah menjadi jaminan pemanfaatannya. Masyarakat yang
membutuhkan seringkali tidak dapat menjangkau akibat hambatan jarak, biaya dan budaya.
Pengetahuan dan kesadaran masyarakat dalam pengenalan tanda bahaya dan pencarian
pertolongan profesional sering kali belum memadai. Di banyak Negara berkembang masih sering
ditemukan hambatan lain berupa ketidakberdayaan wanita dalam pengambilan keputusan,
sementara peran suami dan mertua sangat dominan dan banyak faktor yang menyebabkan
keterlambatan dalam rujukan, namun dapat dikategorikan dalam tiga jenis keterlambatan sebagai
berikut (1) Keterlambatan dalammengambil keputusan untuk merujuk. Pengambilan keputusan
untuk merujuk merupakan langkah pertama dalam menyelamatkanibu yang mengalami
komplikasi obstetri. (2) Keterlambatan dalam mencapai fasilitas kesehatan. Bila keputusan untuk
merujuk telahdiambil, ibu akan menuju ke fasilitas pelayanan kedaruratan obstetri.
Keterlambatan dalam mencapai fasilitas kesehatan dapatdipengaruhi oleh jarak, ketersediaan
sarana transportasi, danbiaya. (3) Keterlambatan dalam memperoleh pertolongan difasilitas
kesehatan. Hal ini dipengaruhi oleh berbagai faktor,misalnya jumlah dan ketrampilan tenaga
kesehatan, ketersediaan alat, obat, transfusi darah dan bahan habis pakai, manajemenserta
kondisi fasilitas pelayanan. Masalah gawat darurat obstetric terbagi menjadi empat terlambat
yaitu : (1) Terlambat mengenali risiko atau bahaya. Contoh : Ibu yang tidak pernah melakukan
pemeriksaan kehamilan, tidak mengetahui bahwa ia menderitagejala pre-eklampsi, tidak
mengetahui bahwa panggulnya sempitatau bayinya ada kelainan letak dan lain-lain. (2)
Terlambat mengamil keputusan untuk mencari pertolongan. Contoh : Keputusan untuk mencari
pertolongan pada tenaga kesehatan harus menunggu suami atau orang tua yang sedang tidak ada
ditempat. (3) Terlambat mendapatkan transportasi untuk membawa ke fasilitas yang lebih
mampu. Contoh : Rumah Sakit rujukan jauhdan membutuhkan kendaraan dengan biaya yang
tidak terjangkau oleh penghasilan keluarga. (4) Terlambat mendapatkan pertolongan di rumah
sakit. Contoh : karena dokter tidak ada ditempat atau karena tenaga kesehatan yang menjadi
anggota timtindakan operasi tinggal jauh dari rumah sakit, pertolongan terlambat diberikan. Dari
penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa masalah kesakitan dan kematian ibu tidak dapat
diatasihanya oleh sektor kesehatan saja.

McCharthy and Maine. 1992. Materi Ajar Modul Safe Motherhood,Kerjasama WHO-Depkes RI
FKM UI. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai