Anda di halaman 1dari 29

MAKALAH

WILAYAH TUGAS DAN PERANAN MANAJER

Mata Kuliah : Pengantar Manajemen

Dosen Pengampuh : Dr. Maharuddin Pangewa M. Si.

Oleh

Nama : Istayanti
NIM : 200902501030
Kelas :B
No. Hp : 085332349561

JURUSAN PENDIDIKAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR

2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat, karunia, dan
hidayah-Nya hingga saya dapat menyelesaikan makalah lanjutan yaitu BAB III untuk bagian kedua
mata kuliah Pengantar Manajemen dengan pokok bahasan mengenai “Wilayah Tugas dan
peranan Manajer”. Saya juga berterima kasih pada Bapak Dr. Maharuddin Pangewa M. Si. s e l a k u
Dosen mata kuliah Pengantar Manajemen Universitas Negeri Makassar yang
t e l a h memberikan tugas ini kepada kami dan membimbing kami sampai saat ini. Saya sangat
berharap makalah ini dapat berguna bagi semuanya dalam rangka menambah
w aw as an s ert a penget ahuan bagi k ami maupun para pembac a. S ay a juga menyadari
sepenuhnya bahwa didalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna.
Sebelumnya saya mohon maaf apabila terdapat kesalahan baik dari segi kata, pengejaan
maupun materi dan saya memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan makalah ini di
waktu yang akan datang.

Galesong, 17 November 2020

Istayanti
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...............................................................................................................


KATA PENGANTAR .............................................................................................................
DAFTAR ISI .........................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ........................................................................................................
B. Rumusan Masalah ..................................................................................................
C. Tujuan .....................................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN
A. Konsepsi Dasar Manajer ........................................................................................
B. Tugas – Tugas Manajer ..........................................................................................
C. Beberapa Kecakapan Manajer ...............................................................................
D. Peranan Manajer .....................................................................................................

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan .............................................................................................................
B. Saran .......................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Guna menentukan apa saja yang perlu diketahui oleh seorang manajer dan keterampilan-
keretampilan apa yang perlu dimilikinya kita perlu menganalisis pekerjaan manajemen. “apakah yang
sebenarnya dilakukan oleh seorang manajer?” salah satu jawaban atas pernyataan yang diajukan
adalah: “Seseorang manajer mengorganisasi sumber-sumber daya yang tersedia padanya guna
mencapi sasaran-sasaran tertentu dan biasanya ia juga bertugas untuk menerapkan sasaran-
sasaran tersebut. Seorang manajer mengembangkan tugas menjamin ketersediaan, keakuratan, dan
keamanan informasi serta pengaturan organisasi yang baik serta yang dibutuhkan oleh organisasi
untuk mencapai tujuan sekaligus meningkatkan eksistensi organisasi di tengah-tengah
lingkungannya.
Salah satu tugas atau peran manajer yaitu harus bisa mengendalikan konflik dalam
organisasi yang dipimpinnya sehingga setiap konflik itu dapat diselesaikan dengan baik dan tidak
ada yang merasa dirugikan. Dalam menjalankan tugasnya manajer disyaratkan mempunyai
kemampuan multidisiplin, antara lain: teknologi, bisnis, manajemen, dan kepemimpinan.
Kemampuan seperti ini harus dimiliki oleh seorang manajer. Apalagi, tantangan manajer tidaklah
ringan.

B. Rumusan Masalah
1. Konsepsi Dasar Manajer
2. Tugas-Tugas Manajer
3. Beberapa Kecakapan Manajer
4. Peranan Manajer

C. Tujuan
Untuk Mengetahui Konsepsi Dasar Manajer, Tugas-Tugas Manajer, Beberapa Kecakapan
Manajer, Dan Peranan Manajer.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Konsepsi Dasar Manajer


1. Pengertian Manajer
Kata manajer dan manajemen kadang-kadang dipergunakan silih berganti sehingga sulit
dibedakan. Manajer berhubungan dengan masalah “personifikasinya” atau orangnya yaitu orang
yang menjalankan kegiatan manajemen. Secara singkat dapat dirumuskan bahwa manajer ialah
“orang yang mengkoor-dinasikan kegiatan orang-orang dan bekerja sama untuk mencapai tujuan
dengan menjalankan fungsi perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, dan pengawasan”
Istilah manajer yang sering diterjemahkan ke dalam kata pimpinan dalam percakapan
sehari-hari adalah tidak tepat lagi, karena kata “pimpinan” dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
diartikan sebagai hasil memimpin, dengan demikian apabila yang dimaksud adalah orang yang
memimpin maka sebaiknya disebut saja manajer tidak lagi dikatakan pimpinan apalagi kata manajer
sudah dibakukan dalam bahasa Indonesia sebagaimana halnya dengan manajemen.

2. Manajer, Pemimpin, dan Koordinator


a. Manajer dan Pemimpin.
Manajer adalah orang yang mengkoordinasikan kegiatan orang-orang dan bekerja sama
untuk mencapai tujuan dengan menjalankan fungsi perencanaan, pengorganisasian,
penggerakan, dan pengawasan. Dalam menjalankan kegiatannya atau tugasnya itu manajer
memerlukan bantuan atau kerja sama orang lain. Tanpa bantuan dan kerja sama dari orang lain,
tugasnya tidak akan terlaksana dengan baik. Dengan demikian, untuk adanya bantuan dan kerja
sama dari orang lain diperlukan kemampuan untuk mempengaruhinya serta membangkitkan
kehendak dan semangat mereka. Tanpa memiliki kemahiran atau kecakapan untuk
mempengaruhi orang lain, tidak akan timbul kerja sama.
Orang yang pandai mempengaruhi orang lain adalah pemimpin atau leader. Oleh karena
itu seorang manajer yang mau berhasil dalam usahanya atau melaksanakan tugas-tugasnya
harus memiliki kepemimpinan (leadership). Manajer yang tidak memiliki kepemimpinan tidak
akan mampu untuk mempengaruhi bawahannya untuk bekerja, sehingga manajer yang demikian
akan gagal dalam usahanya. Dengan demikian antara manajer dan pemimpin adalah berbeda.
Demikian pula antara manajemen dan kepemimpinan. Manajer atau manajemen orientasi
jabatan formal karena pengangkatan dengan surat keputusan, sedangkan pemimpin dan
kepemimpinan orientasi kemampuan mempengaruhi tidak melekat pada jabatan formal,
melainkan dengan pengakuan karena adanya faktor kualitas yang dimilikinya mampu
mempengaruhi orang lain untuk bertindak. Sebagai suatu contoh: Gubernur, Direktur, Kepala
Sekolah, Rektor, Dekan manakalah mereka-mereka itu tidak disuka oleh para bawahannya
sehingga terjadi pemogokan, protes supaya mundur berarti ia manajer bukan pemimpin. Tetapi
jika mereka diikuti, dipatuhi maka ia manajer juga pemimpin. Idealnya semua manajer itu
seharusnya adalah pemimpin, tetapi tidak semua pemimpin itu memiliki kapabilitas fungsi
manajerial.

b. Manajer dan Koordinator.


Manajer dan koordinator adalah dua istilah yang cukup dikenal dalam bahasa Indonesia
yang kadang-kadang merujuk pada objek yang sama yaitu orang yang menduduki suatu jabatan
mengkoordinir usaha kerja sama untuk mencapai suatu tujuan tertentu, tetapi dalam
pemakaiannya sebenarnya tidak sama atau terdapat perbedaan.

Tabel Perbedaan Manajer dan Pemimpin (Rivai, 2004)


MANAJER PEMIMPIN
Mengelola Menemukan
Copy/tiruan Orisinal
Mempertahankan Mengembankan
Berfokus pada sistem dan struktur Berfokus pada orang
Bergantung pada pengendalian Membangkitkan kepercayaan
Pandangan jangka pendek Perspektif jangka panjang
Bertanya “bagaimana dan kapan” Bertanya “apa dan bagaimana”
Orientasi pada hasil akhir Memeberi perhatian pada masa depan
Meniru Memulai
Menerima status quo Menantangnya
Melakukan hal-hal dengan benar Melakukan hal-hal yang benar
Ada pendapat bahwa manajer lebih tinggi daripada koordinator dengan alasan bahwa
koordinator hanya sebagai fungsi dari manajer, yang sama dengan fungsi-fungsi lainnya seperti
perencanaan, pengorganisasian, penggerakan dan sebagainya. Tapi ada juga pendapat yang
menyatakan bahwa manajer sama dengan koordinator. Pendapat ini bertitik tolak dari buah
pikiran Terry yang menyatakan bahwa Coordination, meliputi fungsi planning organizing,
actuating, dan controlling.

Untuk terwujudnya keserampakan kerja: sudah barang tentu harus dimulai dalam proses
perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, dan pengawasan; mengingat suatu perencanaan
yang acak-acakan, pengorga-nisasian yang tidak teratur, penggerakan yang tidak terarah dan
pengawasan yang tidak efektif tidak akan terwujud adanya suatu kerja sama yang serampak.
Oleh karena itu seorang koordinator, mempunyai kedudukan sebagai seorang perencana,
organisator, penggerak, dan pengawas.

Dari uraian di atas, jelas bahwa kedudukan seorang koordinator sama dengan manajer.
Mungkin saja manajer dan koordinator merujuk pada subjek orang yang sama. Artinya si A
sebagai manajer, dalam melaksanakan fungsinya juga sebagai koordinator. .

3. Jenis-Jenis Manajer
Terdapat berbagai jenis manajer, dengan tugas dan tanggungjawab yang serba ragam.
Manajer dapat diklasifikasikan melalui dua cara, yaitu:
a. Berdasarkan penjenjangan mereka didalam organisasinya yakni :
1) Manajer lini pertama (tingkat bawah)
Manajer lini pertama (first line manager) adalah Jenjang atau tingkat terendah di dalam
organisasi, bertugas hanya mengarahkan pekerjaan para tenaga operasional dan mereka tidak
menyelia atau memberi supervisi kepada manajer-manajer lainnya.. Sebutan umum bagi
manajer seperti ini adalah penyelia, supervisor, dan mandor
2) Menengah
Manajer menengah (middle manager). Setingkat lebih tinggi dari manajer lini pertama, tanggung
jawabnya yang utama mengarahkan kegiatan dan pekerjaan manajer lainnya dalam rangka
penerapan kebijaksanaan serta menyeim-bangkan tuntutan pihak atasan dengan kemampuan
para bawahannya.
3) Manajer tingkat atas (manajer atas – top manajer).
Manajer atas/puncak (Top manager). Terdiri dari satu kelompok kecil eksekutif perusahaan, dan
bertanggung jawab atas keseluruhan manajemen dari organisasi yang bersangkutan. Mereka
menetapkan kebijaksanaan opersional dan membimbing interaksi organisasi dengan
lingkungannya. Sebutan umum bagi jabatan manajer atas adalah kepala eksekutif (Chief
Executive officer – CEO), Presiden Direktur, Dekan pada tingkat Fakultas, Rektor pada tingkat
Universitas.
b. Berdasarkan ruang lingkup aktivitas organisasi yang menjadi tanggung jawab mereka, yakni :
1) Manajer fungsional
Manajer yang hanya mempunyai tanggung jawab kekhususan satu kegiatan organisasi, seperti:
produksi, pemasaran, pen-jualan, keuangan. Pembantu Dekan I bidang akademik, Pembantu
Dekan II bidang keuangan, Pembantu Dekan III bidang kemahasiswaan
2) Manajer umum
Manajer yang diberi tanggung jawab atas semua kegitan yang beraneka ragam dalam unit
organisasi yang kompleks, seperti: perusahaan, anak perusahaan, atau sebuah devisi yang
beroperasi secara mandiri, dan Dekan.

4. Beberapa Masalah Yang Dihadapi Oleh Manajer


Telah dikatakan bahwa manajer adalah orang yang menggerakkan organisasi kearah
tercapainya tujuan organisasi tertentu. Untuk mencapai tujuan organisasi tersebut, Terry
mengemukakan beberapa masalah yang dihadapi oleh manajer yaitu:
a. Accounting data (pembukuan)
b. Costs (biaya)
c. Dicision making (pengambilan putusan)
d. Employee training (latihan pekerjaan)
e. Financing (pembiayaan/permodalan)
f. Inventory recorts (catatan-catatan inventaris)
g. Market (pasar)
h. Pertambahan jumlah anggota
i. Morale (semangat kerja)
j. Payroll processing (cara membuat daftar pembayaran)
k. Plant areation (tempat/letak pabrik)
l. Pricing (penentuan harga)
m. Production planning (perencanaan produksi)
n. Quality control (pengawasan kualitas)
o. Recruitment and selection (pencarian calon pegawai dan seleksi)
p. Report (laporan-laporan)
q. Sales and effectivitiet (penjualan yang efektif)
r. Statistic operation (statistik tentang pelaksanaan)
s. Wage and salary (administrasi upah dan gaji)
t. Waste climination (menghilangkan pemborosan)
Daftar masalah yang diutarakan di atas bukanlah suatu pedoman mutlak. Masalah yang dihadapi
oleh manajer kadang tidak sama kerena tujuan yang ingin dicapai dalam organisasi itu berbeda.
Masalah yang dihadapi oleh manajer perusahaan berbeda dengan manajer pemerintahan.
Begitupun manajer bidang keuangan berbeda dengan manajer bidang personalia, research,
reklame, iklan, gudang dan sebagainya.

5. Sebab-sebab Kegagalan Manajer


Telah dijelaskan bahwa tujuan manajemen adalah efisiensi. Manajer adalah orang yang
menjalankan manajemen dalam organisasi atau perusahaan. Banyak organisasi yang tidak berhasil
mencapai tujuannya atau paling sedikit organisasi itu tidak mengembangkan diri, disebabkan
karena kegagalan manajer dalam mengelola organisasi.
Banyak faktor yang menyebabkan kegagalan seorang manajer dalam mengelola organisasi
yang menjadi tanggung jawabnya. Secara umum kegagalan seorang manajer disebabkan
karena tidak mempunyai gambaran yang terang tentang kedudukannya sebagai manajer dan
ketidakmampuan dalam menjalankan fungsi manajerialnya serta kurang terampilnya
mengkoordinasikan semua sarana manajemen yang tersedia untuk itu.
Wursanto (ibid) mengemukakan sebab kegagalan manajer dalam mengelola organisasi,
yaitu:
a. Ketidakmampuan manajer dalam membuat perencanaan yang baik
b. Ketidakmampuan manajer dalam mengadakan pengorganisasian
c. Ketidakmampuan manajer dalam melakukan penggerakan
d. Ketidakmampuan manajer dalam memberikan motivasi kepada para karyawan
e. Ketidakmampuan manajer dalam mengadakan pengawasan
f. Ketidakmampuan manajer dalam pengambilan putusan yang tepat dan
g. Ketidakmampuan manajer mengkoordinir 5 M (lima M), yaitu man, money, materials, methods,
dan market.

Sebagai alat perbandingan, berikut dikutip pendapat Terry dengan perincian, yaitu:
a. Menerjunkan diri tanpa terlebih dahulu mengadakan perubahan dalam ukuran yang lebih kecil
b. Menetapkan harga terlalu rendah untuk barang atau jasa
c. Perhitungan yang terlalu rendah atas waktu yang dibutuhkan untuk mencapai pasaran
d. Meremehkan saingan
e. Memulai dengan kapital yang terlalu kecil
f. Memulai dengan kapital yang terlalu besar dan kurang hati-hati dalam menggunakannya.
g. Menjalankan suatu perusahaan dengan sedikit atau tanpa pengalaman dan tidak mempelajari
lebih dahulu tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan perusahaan tersebut.
h. Meminjam uang tanpa rencana bagaimana dan bilamana akan memba-yarnya kembali, dan
anggaran keuangan dibuat hanya sekedarnya saja
i. Mencoba mengerjakan usaha yang terlalu banyak dengan kapital yang terlalu kecil
j. Tidak menyediakan untuk pengeluaran-pengeluaran yang tidak terduga dalam perusahaan
k. Membeli terlalu banyak dengan kredit
l. Memberikan kredit terlalu besar kepada para langganan
m. Mengadakan expansi terlalu cepat atau tergesa-gesa
n. Gagal membuat catatan-catatan yang lengkap dan tepat sehingga terje-rumus kedalam kesulitan
tanpa menyadarinya
o. Mengikut sertakan famili yang terlalu banyak kedalam kepegawaian
p. Menyalahgunakan kebebasan bekerja dalam perusahaan

B. Tugas-Tugas Manajer
1. Tugas Utama Manajer
Tugas manajer pada dasarnya merupakan pekerjaan orang yang memegang kekuasaan tertinggi
dalam kegiatan manajemen, yaitu: berusaha unuk mencapai tujuan sesuai dengan yang diinginkan
dari proses manajemen yang dipimpinnya.
Menurut Atmosudirdjo (1975) tugas utama serang manajer, adalah:
a. Menentukan segala apa yang harus dicapai atau diselesaikan (the setting of objectives)
b. Memimpin segala aktivitas dan segala sesuatunya untuk menyeleng-garakan pencapaiannya
(leading the activities towards accomplish-ments), dan
c. Membuat segala sesuatunya tercapai sesuai dengan apa yang telah ditentukan sebelumnya
(securing results according to predetermind objectives standards).

Secara singkat tugas manajer adalah :


a. Menentukan tujuan dan standar,
b. Memimpin penyelengaraan, dan
c. Mengamankan hasil sesuai dengan tujuan dan standar.

Pendapat lain yaitu Drucher dalam Wursanto (opcit) mengemukakan lima bagian
pekerjaan pokok manajer, yaitu:
a. Menetapkan sasaran. Ia menentukan: apa yang akan dijadikan sasaran, apa tujuan seharusnya
dalam tiap-tiap bidang sasaran, apa yang harus dilakukan dan mengadakan sasaran efektif.
b. Mengorganisasi : Menganalisis kegiatan, putusan dan hubungan yang diperlukan, Menggolong-
golongkan pekerjaan, Membagi pekerjaan, Memecah-mecah kegiatan mengenai tugas-tugas
yang dapat dimanajemeni, Mengelompokkan unit dan tugas dalam struktur organisasi, Memiliki
orang untuk memanajemeni unit dan melakukan tugas yang harus dikerjakan.
c. Memberi motivasi dan berkomunikasi : Membentuk tim yang terdiri dari orang yang bertanggun
jawab untuk berbagai tugas
d. Pengukuran : Manajer menentukan ukuran dan beberapa factor yang baik untuk karya
perusahaan atau untuk setiap orang yang ada dalam perusahaan.
e. Mengembangkan orang termasuk dirinya.

Selain itu, yang menjadi tugas manajer yaitu menjalankan fungsi-fungsi manajemen. Fungsi-fungsi
manajemen tersebut oleh para pakar tentang klasifikasi dan terminologinya belum terdapat
kesepakatan sebagaimana dijelaskan sebelumnya. Namun jika dianalisis dapat disimpulkan bahwa
fungsi-fungsi manajemen itu meliputi: Planning, organizing, actuating, and controlling.
2. Manajer Serba Kuasa dan Serba Simbolik
Mansoer (1989) berpendapat bahwa ada dua pandangan mengenai anggapan masyarakat
maupun oleh teori manajemen terhadap tugas manajer, yaitu: pertama, pandangan yang
beranggapan bahwa manajer bertanggung jawab langsung mengenai gagal atau berhasilnya suatu
organisasi. Pandangan semacam ini, disebutkan sebagai manajemen serba kuasa (omnipotent view
of management). Kedua, sebaliknya pandangan yang beranggapan bahwa para manajer itu
sedikit saja pengaruhnya terhadap hasil yang dicapai organisasi. Malah menurut anggapan ini,
sukses atau kegagalan organisasi ditentukan oleh faktor luar yang mengendalikan organisasi.
Pandangan ini memberi label manajemen serba simbolik (symbolic view of management).
Manajemen serba kuasa. Pandangan ini tercermin dalam pernyataan bahwa: manajer yang
baik dapat mengubah tembaga menjadi emas. Pendapat ini mewakili teori manajemen yang
mengatakan kualitas manajer suatu organisasi menentukan kualitas organisasinya sendiri.
Asumsinya ialah perbedaan organisasi dalam keefektivan dan efisiensinya disebabkan oleh putusan
dan tindakan manajernya. Manajer yang baik mengantisipasi perubahan, mengeksploitasi
kesempatan, memperbaiki unjuk perbuatan yang buruk, dan mengarahkan, memimpin
organisasinya kearah pencapaian tujuan, termasuk mengubah tujuan bila diperlukan. Bila
keuntungan bertambah manajemen memperoleh kredit penghargaan berupa bonus, mendapat
saham dan sebagainya. Bila perusahaan merugi, dewan komisaris mengganti manajer puncak
dengan keyakinan manajer baru bisa memperbaiki keadaan.
Manajemen serba simbolik. Pandangan simbolik tentang manajemen beranggapan bahwa
tidak masuk akal kalau para manajer mempunyai pengaruh begitu besar terhadap unjuk perbuatan
organisasinya. Hasil suatu organisasi dipengaruhi oleh faktor-faktor di luar organisasi yang tidak
selalu dapat diawasi oleh manajer misalnya: situasi ekonomi, kebijaksanaan pemerintah, tindakan
saingan usaha, keadaan industri yang khusus, pengawasan teknologi yang dimiliki, dan putusan-
putusan yang diambil oleh manajemen terdahulu. Karena ditunjang oleh kondisi lingkungan yang
menguntungkan, perusahaan bisa mendapat untung banyak, bisnisnya berlangsung pada saat yang
tepat. Pada saat harga minyak naik, perusahaan minyak menikmati keuntungan banyak dan pada
saat harga minyak turun, manajer perusahaan minyak tidak bisa berbuat banyak. Turun naiknya
harga minyak tidak ditentukan oleh manajer perusahaan minyak. Inilah tantangan terhadap
pandangan bahwa manajer serba kuasa. Pada keadaannya yang terbaik, pandangan manajemen
serba simbolik mengatakan manajer hanya mempunyai efek-efek terbatas saja terhadap hasil yang
pokok dari organisasi. Apa yang diperbuat oleh manajer kebanyakan hanya mempengaruhi hasil
simbolik saja. Peran manajer menciptakan pengertian terhadap keserampangan, kesemrautan, dan
kebingungan. Manajemen menciptakan ilusi pengawasan bagi keuntungan pemegang saham,
langganan, karyawan dan masyarakat pada umumnya. Bila sesuatu berjalan baik, diperlukan
seorang untuk dipuji. Manajerlah yang memegang peran untuk itu. Sebaliknya bila kesalahan
terjadi, diperlukan cari kambing hitam, itupun manajerlah yang berperan sebagai kambing
hitamnya.
Penelitian membuktikan bahwa mengganti manajer pada saat perusahaan merugi, tidak
menjamin keadaan akan berubah dari merugi menjadi beruntung. Memang ada perubahan pada
langganan, karyawan secara psikologis. Tapi itu adakalanya hanyalah ilusi belaka, walaupun
perubahan sikap itu akan mempunyai dampak juga pada organisasi.

3. Faktor--faktor yang Mempengaruhi Pelaksanaan Tugas Manajer


Hambatan dan kesulitan internal akan selalu ada dalam setiap organisasi dan hal ini akan
membatasi keleluasan manajer untuk mengambil putusan. Kesulitan dan hambatan dalam
organisasi menurut Mansoer (ibid) berasal dari: “Kebudayaan organisasi”. Bukan hanya itu,
hambatan-hambatan eksternal juga menimpa organisasi dan akan membatasi kebebasan
manajerial. Kesulitan dari luar organisasi bersumber dari “lingkungan” . Seperti juga manusia,
organisasi mempunyai “kepribadian”, kita sebut saja hal itu sebagai “budaya organisasi”.

Budaya Organisasi
Suatu organisasi mempunyai tata krama, tata tertib, ketentuan tentang apa yang boleh dan
tidak boleh dilakukan oleh para anggota organiasasi tersebut, seperti layaknya suatu suku atau
kaum. Budaya membentuk asumsi pada warga suatu organisasi, mengatur dan menguasai nilai-
nilai kegiatan dan tujuan. Dengan demikian budaya organisasi mengungkung para anggota
organisasi atau karyawan dengan ketentuan bagaimana sesuatu harus dilakukan dan apa-apa saja
yang harus didahulukan dan yang harus ditinggalkan. Dalam satu organisasi terdapat suatu sistem
yang membentuk pengertian bersama, ada kesepakatan batin yang dihormati bersama. Itulah yang
dimaksud dengan “budaya organisasi”. Setiap organisasi tentu mengenal suatu sistem atau pola
nilai, simbul, upacara, mitos dan perbuatan yang berlangsung berulang setiap waktu atau disebut
tradisi. Nilai yang dianut bersama ini, dalam batas tertentu mempengaruhi para manajer dalam
bersikap dan mengambil putusan.
Budaya organisasi adalah persepsi yang terdapat dalam organisasi. Persepsi para karyawan
yang berbeda dibentuk oleh persepsi organisasi dalam kecenderungan yang berwujud sama. Ini
adalah aspek pernyataan sikap anggota dalam organisasi. Di samping itu budaya organisasi berarti
pula bagaimana para anggota memandang organisasinya tidak perduli dia suka atau tidak suka,
tapi budaya organisasi hanya menjelaskan sikap pandang para anggota, tidak menilai bagaimana
sikap pandang itu.
Belum ada metode yang definitif untuk mengukur budaya organisasi, penelitian awal
menyatakan bahwa budaya organisasi dapat dianalisis melalui pengukuran sepuluh karakteristik
organisasi sebagai berikut:
a. Prakarsa individual: tingkat tanggung jawab, kebebasan dan keman-dirian yang dimiliki oleh
anggota;
b. Toleransi terhadap risiko: sejumlah mana para karyawan didorong untuk maju, inovatif, berani
mengambil risiko;
c. Pengarahan: sejauh mana organisasi dapat menciptakan kejelasan tujuan dan apa yang
diharapkan dalam pelaksanaan tugas;
d. Integrasi: sejauh mana satuan kerja didorong untuk bekerja dalam satu koordinasi;
e. Dukungan manajemen: sejauh mana manajemen menyiapkan informasi yang jelas, bantuan dan
dukungan terhadap bawahannya;
f. Pengawasan: perangkat aturan dan ketentuan yang ada dan pengawasan langsung yang
dilakukan dalam menilik dan mengawasi tingkah laku para karyawan;
g. Identitas: sejauh mana para karyawan diidentifikasikan dengan organi-sasi secara menyeluruh
dan bukan dengan jenis pekerjaan atau profesinya;
h. Sistem penghargaan: sejauh mana sistem penghargaan bagi karyawan diatur berdasarkan
kriteria keberhasilan pelaksanaan kerja dan bukan atas dasar pilih kasih dan lamanya masa
kerja;
i. Toleransi terhadap perselisihan: sejauh mana jenjang formal didorong untuk menyampaikan
perbedaan pendapat dan kritik secara sopan dan terbuka;
j. Pola komunikasi: sejauh mana jenjang formal dan wewenang formal membatasi komunikasi
organisasi.
Buruk baiknya atau lemah kuatnya budaya organisasi tergantung kepada apakah kesepuluh
karakteristik organisasi tersebut berada dalam kadar yang rendah atau yang tinggi. Budaya
organisasi yang kuat mempunyai pengaruh besar kepada karyawan dibandingkan dengan
organisasi yang budaya organisasinya lemah. Semakin berterima nilai-nilai pokok organisasi oleh
para karyawan semakin besar komitmennya terhadap nilai tersebut, semakin kuat pula budaya
organisasinya.
Dampak budaya organisasi pada manajer sangat jelas. Ia mempengaruhi pikiran, sikap dan
tindak tanduk manajer, ia menentukan apa yang boleh dan tidak boleh diperbuat oleh seorang
manajer.
Tujuan penerapan budaya organisasi adalah agar seluruh individu dalam organisasi
mematuhi dan berpedoman pada sistem nilai kayakinan dan norma-norma yang berlaku dalam
orgnisasi tersebut. Dengan budaya organisasi yang kuat akan mencapai kinerja organisasi secara
maksimal dan mampu memberika citra positif bagi perkembangan organisasi. Karena itu, diperlukan
penerapan budaya organisasi yang berlandaskan pada moral.

Lingkungan Organisasi
Organisasi bukanlah badan yang terpencil sendiri, orgnisasi hidup berdampingan dengan
banyak lembaga, kelompok, tradisi lain, dalam suatu masyarakat. Hanya saja, organisasi merupakan
bagian suatu sistem yang lebih luas yang mencakup semua ciri kemasyarakatan yang
mempengaruhinya. Sistem inilah yang merupakan lingkungan suatu organisasi. Analisis sistem
keorganisasian yaitu terdiri dari elemen-elemen yang saling berhubungan, yang memerlukan input
dari lingkungan, melakukan transformasi input menjadi output yang dikeluarkan pada lingkungan
diluar organisasi. Istilah lingkungan berkenaan dengan lembaga dan segala kekuatan yang berada di
luar organisasi dan mempunyai pengaruh dan dampak kepada pelaksanaan kegiatan organisasi.
Lingkungan organisasi dapat diklasifikasikan menjadi lingkungan eksternal dan lingkungan
internal. Richard Osbom dalam Djatmiko (2004) mengklasifikasi lingkungan eksternal organisasi
menjadi dua macam, yaitu : lingkungan umum dan lingkungan khusus. Lingkungan Internal, meliputi:
tujuan organisasi, struktur organisasi, pembuatan putusan, motivasi, komunikasi, koordinasi, dan
kepemimpinan serta budaya organisasi
Lingkungan umum : Lingkungan umum, disebut juga dengan lingkungan makro (macro
environment), yaitu segala sesutu yang ada diluar organisasi, seperti: kondisi ekonomi, politik,
sosial-budaya dan teknologi. Ia merupakan suatu kondisi yang mungkin mempunyai dampak kepada
organisasi, tetapi belum diketahui secara pasti apa pengaruh itu dan faktor mana yang relevan
dengan pengaruh tersebut.
Llingkungan khusus : Lingkungan khusus disebut juga dengan lingkungan mikro (micro
environment) yang diartikan sebagai sejumlah kekuatan yang terdiri atas organisasi, individu-
individu, dan lembaga-lembaga yang berinteraksi dengan organisasi, meliputi: pemasok, langganan,
saingan, pemerintah, dan kelompok sosial yang berpengaruh.
Mansoer (opcit) mengemukakan bahwa sebagian besar perhatian manajemen diberikan
kepada pengaruh lingkungan khusus. Lingkungan khusus ini bagian dari lingkungan yang berkaitan
secara langsung dengan pencapaian tujuan suatu organisasi. Ia meliputi peraturan dan perundang-
undangan atau komponen-komponen khas yang mempengaruhi keefektifan organisasi baik secara
positif maupun negatif. Wujud lingkungan khusus ini bisa berupa masukan dan pemasok, langganan,
saingan, kantor-kantor pemerintah, kelompok-kelompok masyarakat yang berpengaruh.
Disadari bahwa tidak semua faktor lingkungan sama pengaruhnya terhadap organisasi.
Perbedaan-perbedaan itu sebut saja sebagai tingkat ketidakpastian lingkungan. Ketidakpastian
lingkungan pada gilirannya dapat dibedakan lagi atas dua dimensi yaitu tingkat perubahan dan
tingkat kompleksitas. Bila komponen lingkungan organisasi berubah banyak, disebutnya sebagai
lingkungan dinamis. Kalau perubahannya minimal disebutnya lingkungan stabil.
Suatu lingkungan disebut stabil apabila tidak ada saingan baru yang muncul, tidak ada
penggunaan teknologi baru oleh saingan yang sudah ada, kegiatan kelompok masyarakat yang
akan mempengaruhi organisasi tidak begitu menonjol. Lingkungan yang sudah dapat diduga
perubahannya tidak dikategorikan sebagai ketidak pastian lingkungan.
Dimensi lain dari ketidakpastian lingkungan adalah kompleksitas lingkungan. Tingkat
kompleksitas disini menunjuk kepada sejumlah komponen dalam lingkungan organisasi dan tingkat
pengetahuan organisasi tentang komponen-komponen lingkungan itu. Bila sebuah pabrik mesin
cuci sudah mendapat kepastian bahwa 40 persen dari produksinya akan dibeli oleh tokoh serba-ada
yang bonafid, itu berarti kompleksitas lingkungan menjadi berkurang. Dengan demikian pabrik
mesin cuci telah berkurang jumlah langganan yang akan dilayaninya. Semakin sedikit organisasi
berinteraksi dengan langganan, pemasok, pesaing dan instansi pemerintah, semakin berkurang
tingkat ketidakpastian lingkungan organisasi. Kompleksitas juga diukur dari pengetahuan apa yang
dibutuhkan oleh organisasi terhadap lingkungan. Pabrik mobil lebih banyak harus tahu tentang ling-
kungan. Pabrik mobil lebih banyak harus tahu tentang bagaimana keadaan mobil ditangan
langganannya dibandingkan dengan pedagang sayur-mayur yang tidak begitu perlu mengetahui
keadaan dagangannya pada langganan.

Lingkungan khusus – Micro environment


Setiap organisasi menghadapi lingkungan khususnya sendiri-sendiri dan berbeda-beda.
Telah disebutkan bahwa secara umum pada kebanyakan organisasi (organisasi perusahaan),
lingkungan khusus meliputi: pemasok, langganan, saingan, instansi pemerintah dan kelompok
sosial yang berpengaruh serta mempunyai kepentingan sendiri adalah faktor-faktor luar yang
menimbulkan ketidakpastian lingkungan.

Lingkungan Umum – Makro environment


Lingkungan umum ini tidak mempunyai dampak langsung kepada kegiatan operasional
perusahaan. Namun manajer tidak bisa mengabaikannya. Sudah dikemukakan terdahulu bahwa
lingkungan umum ini terdiri atas kondisi ekonomi, politik, sosial-budaya dan teknologi yang mempe-
ngaruhi organisasi.
Kondisi ekonomi. Suku bunga keuntungan, angka implasi, perubahan pendapatan untuk
komsumsi, indeks perbekalan dalam pasar dan peredaran uang dalam bisnis umum adalah
beberapa faktor ekonomi dalam lingkungan umum yang dapat mempunyai dampak praktek
manajemen dalam satu organisasi. Perubahan harga minyak mempunyai inplikasi drastik kepada
bank yang melepas pinjaman kepada industri minyak. Malah bank yang kecil ada yang ditutup
karena jatuhnya harga minyak.
Kondisi politik. Kondisi politik meliputi stabilitas umum pada suatu negara tempat organiasi
beroperasi, sikap khas yang dimiliki pejabat pemerintah yang sedang berkuasa tentang bisnis yang
dilakukan oleh masyarakat. Aspek internal manajemen menuntut perusahaan untuk mem-
perkirakan gejala umum perubahan politik tempat organisasi beroperasi. Melalui cara itu manajer
akan mampu mengantisipasi perubahan situasi politik misalnya tindakan devaluasi uang,
nasionalisasi perusahaan dan pengambil-alihan kekayaan perusahaan.
Kondisi sosial budaya. Perubahan nilai, adat kebiasaan dan selera masyarakat, tempat
perusahaan beroperasi, menuntut manajemen untuk juga berubah. Perubahan tersebut harus turut
mengikuti perubahan selera masyarakat seperti perubahan pelayanan yang diberikan dalam
produksi serta kebijaksanaan internal organisasi.
Kondisi teknologi. Kita hidup dalam abad teknologi. Di sektor teknologi ini perubahan lebih cepat
terjadi, dibandingkan dengan faktor lingkungan umum yang lain. Lihat saja beberapa kantor yang
menggunakan otomatisasi, industri yang memakai robot, laser, mikro prosesor, menang bersaing
dengan kantor dan industri yang tidak menggunakan teknologi maju. Begitu pula organisasi seperti
universitas, rumah sakit, bandar udara, kantor polisi akan menang bersaing dengan kantor atau
instansi yang tidak memakai teknologi maju. Pengaruh teknologi dalam manajemen terasa benar
pada rancangan suatu kantor. Kantor modern menjadi pusat komunikasi karena manajer sekarang
dapat menjalin jaringan komputer, telpon, word processor, fotokopi, penyimpangan warkat dan
kegiatan kantor lainnya dalam satu sistem terintegrasi. Suatu hal yang tak mungkin terjadi pada
kantor yang tidak memakai teknologi maju.

C. Beberapa Kecakapan Manajer


Agar seorang manajer menjadi efektif, ia harus mempunyai dan terus menerus
mengembangkan berbagai macam kecakapan atau keterampilan/skil yang penting. Mengenai
Kecakapan-kecakapan yang penting ini, Robert L. Katz dalam Waluyo, (2007) mengidentifikasi ada
tiga jeni utama keterampilan yang dilakukan oleh semua manajer, yaitu: keterampilan teknis,
keterampilan manusiawi, dan keterampilan koseptual. Kamaluddin (1989) mengemukakan lebih
rinci, yaitu: kecakapan teknis, kecakapan berkomuniksi, kecakapan kemanusiaan, kecakapan
analisis, kecakapan membuat/mengambil putusan, dan kecakapan konseptual.

Kecakapan teknis (Technical skill)


Yaitu kemampuan mempergunakan pengetahuan, metode-metode, prosedur, teknik, dan
akal yang diperlukan untuk pelaksanaan pekerjaan yang bersifat khusus. Kecakapan ini untuk
keaktifan manajer-manajer yang lebih bawah dan pengawas-pengawas, karena individu-individu
ini mempunyai hubungan langsung dengan karyawan-karyawan melaksanakan kegiatan-kegiatan
kerja dalam perusahaan atau organisasi. Pengawas langsung karyawan menyiapkan bantuan teknis
dan bantuan untuk personalia dalam kesatuan kerja
Jika seseorang yang memangku jabatan yang makin keatas tingkatannya pada manajemen
dalam organisasi, maka pentingnya kecakapan yang bersifat teknis akan makin berkurang karena
kurang berhubungan langsung dengan masalah sehari-hari dan kegiatan-kegiatan yang bersifat
umum. Namun masih dituntut kecakapan teknis demi memanajemeni organisasi yang lebih terarah.
Dengan tuntutan inilah sehingga pada setiap penggantiam manajer biasanya dipersyaratkan
mengenai faktor pengalaman kerja di bidang tersebut.

Kecakapan komunikasi (communication skill)


Yaitu kemampuan menyediakan informasi secara lisan dan tertulis untuk orang lain dalam
organisasi dengan maksud mencapai hasil-hasil yang diinginkan disebut nilai suatu kecakapan yang
penting untuk keberhasilan setiap orang, dan yang paling khusus bagi manajer-manajer yang harus
mencapai hasil-hasil melalui usaha-usaha orang lain. Kemampuan komunikasi ini sama saja
pentingnya pada tiap tingkat dalam organisasi.

Kecakapan Kemanusiaan (Human skill)


Yaitu kemampuan seorang manajer untuk mengerti, bekerja dan bergaul secara baik dengan
orang lain. Kemampuan kemanusiaan penting pada tiap tingkat dalam organisasi, akan tetapi
sangat berarti pada tingkat manajemen lebih bawah dimana lebih banyak berhadapan langsung
dengan pekerja-pekerja yang harus lebih menciptakan iklim yang bisa mendorong secara efektif
dan memimpin secara efektif.

Kecakapan analitis (analysis skill)


Yaitu kemampuan manajer untuk mempergunakan akal dan pendekatan ilmiah atau teknik-
teknik dalam menganalisis masalah-masalah dan kesempatan-kesempatan dalam organisasi.
Walaupun penting pada tiap tingkat-tingkat organisasi, kecakapan analisis cenderung sangat relatif
lebih berarti pada tingkat manajemen yang lebih atas. Manajer-manajer yang lebih rendah
cenderung beroperasi secara lebih stabil atau bisa ditentukan lingkungannya dengan petunjuk-
petunjuk khusus untuk pelaksanaan kerja mereka. Berlawanan dengan manajer-manajer pada
tingkat yang lebih tinggi yang mesti berfungsi dalam suatu lingkungan yang menjadi pokok yang
cukup rumit dan tidak tentu.

Kecakapan memutuskan (decisional skill)


Yaitu kemampuan manajer untuk menyeleksi suatu gambaran/aliran tindakan yang didesain
untuk memecahkan masalah atau sederetan masalah-masalah. Kecakapan memutuskan adalah
penting untuk manajer-manajer dalam perencanaan yang efektif. Efektifitas memutuskan
merupakan suatu kecakapan penting untuk manajer-manajer pada tingkat-tingkat dalam suatu
organisasi akan tetapi secara relatif lebih penting lagi untuk manajer yang lebih tingi daripada yang
lebih bawah.

Kecakapan konseptual (conceptual skill)


Yaitu kemampuan memahami kompleksitas keseluruhan organisasi tempat seseorang
adaptasi dalam operasi organisasi. Kecakapan konseptual ini sangatlah penting untuk keberhasilan
eksekutif puncak, karena mereka harus terlibat dengan gambaran keseluruhan untuk menghitung
kesempatan kesempatan dalam lingkungan dan menentukan keseluruhan tujuan-tujuan, rencana-
rencana dan strategi operasi. Manajer-manajer ini harus mampu melihat bagaimana tiap bagian
organisasi saling berhubungan dan berperan serta untuk tujuan-tujuan utama organisasi.
Jika seorang turun ke bawah dalam hierarki kemanajeran, kecakapan konseptual menjadi kurang
penting karena kecakapan lain lebih penting untuk keberhasilan manajer yang lebih bawah dan
pengawas-pengawas. Contoh: pengawas bawah sekali, mampu menunjukkan kepada orang yang
memegang petunjuk operasi untuk menemukan buku petunjuk sebuah perlengkapan khususus,
sedangkan manajer puncak memakai kecakapan konsepnya menentukan produksi apa yang akan
dihasilkan dengan perlengkapan itu. Manajer professional mengetahu bahwa mereka mesti
mengembangkan dan mempraktekkan tiap kecakapan kemanajeran supaya efektif dalam
menyelesaikan tujuan-tujuan organisasi dan tujuan-tujuan pribadi. Seorang manajer tidak bisa
memusatkan usaha-usaha mereka pada satu hal saja atau hanya sedikit saja tentang kecakapan
ini. Kerja manajer adalah mencampur baurkan kecakapan ini dalam dasar perbandingan yang
selalu berdasarkan tingkat kedudukan khusus, dan inilah yang terpenting.

D. Peranan Manajer
Manajer adalah seorang pejabat/petugas yang memimpin dan bertanggung jawab atas
segenap proses penyelenggaraan dalam usaha kerja sama manusia. Peranan dalam kamus umum
Poerwadarminta (1976) dirumuskan sebagai sesuatu yang menjadi bagian atau yang memegang
manajer terutama dalam terjadinya sesuatu hal atau peristiwa. Peranan manajer menunjuk kepada
perilaku yang tercermin dalam pekerjaan atau kedudukan seorang manajer.
Peranan manajer yang diuraikan kali ini adalah pendapat Mintzberg yang dikutip dari Thoha
(1988) menyebutnya sebagai peranan pemimpin, Yukl, (2007) menyebutnya sebagai peran
manajerial, Kast dan Rosenzweig, (2002: 587) Effendy (1989) sebagai peranan manajer, dengan
klasifikasi pada tiga peranan utama yang dimainkan oleh setiap manajer dimanapun letak
jenjangnya, yaitu:

1. Peranan hubungan antar pribadi (interpersonal role)


Ada dua gambaran umum yang dihubungkan dengan peranan ini yakni hal-hal yang
bertalian dengan status dan otoritas, dan hal-hal yang bertalian dengan pengembangan
hubungan antar pribadi. Aktivitas-aktivitas yang sering dilaksanakan dalam peranan ini antara
lain kegiatan-kegiatan seremonial sehubungan dengan jabatan yang melekat pada manajer.
Status menghendaki manajer harus mau menerima undangan, mendatangi upacara dan lain-lain
yang bersifat seremonial. Karena manajer mempunyai jabatan yang tinggi, maka eksesnya
manajer tersebut harus selalu mau mengadakan kontak tertentu pada pihak luar. Hubungan
antar pribadi mau tidak mau harus dijalankan oleh manajer sebagai suatu peranannya.
Peranan ini oleh Mintzberg dibagi lagi atas tiga peranan yang merupakan perincian lebih
lanjut dari peranan antar pribadi itu. Tiga peranan ini adalah:
a. Peranan sebagai tokoh (figurehead role), yakni suatu peranan yang tidak dilakukan untuk
mewakili organisasi yang dipimpinnya di dalam setiap kesempatan dan persoalan yang timbul
secara formal. Peranan ini sangat dasar dan sederhana. Karena otoritas formalnya maka
manajer dianggap sebagai simbol, dan berkewajiban untuk melaksanakan serangkaian tugas-
tugas. Ada sebagian tugas-tugas tersebut yang bersifat ajeg tiap-tiap saat, tetapi ada kalanya
yang bersifat insfirasional.
b. Peranan sebagai pemimpin (leader role), dalam peranan ini manajer bertindak sebagai
pemimpin. Ia melakukan hubungan antar pribadi dengan yang dipimpin, dengan melakukan
fungsi pokoknya antara lain memimpin, memotivasi, mengembangkan dan mengendalikan.
Dalam organisasi informal biasanya, pemimpin diikuti karena mempunyai kekuasaan kharismatik
atau kekuasaan fisik. Adapun dalam organisasi formal, pemimpin yang diangkat dari atas, maka
manajer seperti ini sering kali tergantung akan kekuasaan yang melekat pada jabatannya
tersebut.
c. Peranan sebagai pejabat penghubung (liaison role), di sini manajer melakukan peranan yang
berinteraksi dengan teman sejawad, staf, dan orang lain yang berada di luar organisasinya,
untuk mendapatkan informasi. Oleh karena organisasi yang dipimpin manajer itu tidak berdiri
sendiri, maka manajer meletakkan peranan sebagai pejabat penghubung dengan cara banyak
berhubungan dengan sejumlah individu atau kelompok-kelompok tertentu yang berada di luar
organisasinya. Homans menyebut peranan seperti ini sebagai hubungan pertukaran (exchange
relationship), yakni manajer memberikan sesuatu agar supaya mendapat sesuatu pula.
2. Peranan yang berhubungan dengan informasi (informational role)
Peranan hubungan antar pribadi di atas meletakkan manajer pada posisi yang unik dalam
hal mendapatkan informasi. Hubungan-hubungan ke luar membawa padanya mendapatkan
informasi yang spesial dari ling-kungan luarnya, dan kegiatan kepemimpinannya membuat
manajer sebagai pusat informasi bagi organisasinya. Oleh karena itu sebagai kelanjutan dari
peranan hubungan antar pribadi di atas, Mintzberg merancang peranan kedua yakni yang
berhubungan dengan informasi ini. Peranan informasi ini, meliputi berbagai peranan sebagai
berikut:
a. Peranan sebagai pemantau (monitor role). Peranan ini mengiden-tifikasikan seorang manajer
sebagai penerima dan pengumpul informasi, agar supaya ia mampu untuk mengembangkan
suatu pengertian yang baik dari organisasi yang dipimpinnya dan mempunyai pemahaman yang
komplet tentang lingkungannya. Manajer mencari informasi itu agar supaya ia mampu untuk
mendeteksi perubahan, mengidentifi-kasikan persoalan dan kesempatan yang ada, untuk
membangun pengetahuannya tentang lingkungannya, menjadi tahu kapan suatu informasi harus
diberikan untuk keperluan pembuatan putusan. Dengan demikian manajer akan memperoleh
informasi seluas mungkin dari berbagai sumber baik dari luar maupun dari dalam organisasinya.
Adapun informasi yang diterima oleh manajer ini dapat dikelompok-kan atas lima kategori berikut
ini:
1) Beroperasi di dalam (internal operations), yakni informasi mengenai kemajuan pelaksaan
pekerjaan di dalam organisasi, dan semua peristiwa yang ada hubungannya dengan
pelaksanaan pekerjaan tersebut. Informasi ini bisa berupa laporan standar pelakasanaan
kerja, masukan dari panitia atau tim yang telah dibentuk, pengamatan dari kunjungan kerja,
dan lain sebagainya.
2) Peristiwa di luar organisasi (external events), informasi jenis ini diterima oleh manajer dari luar
organisasi, seperti misalnya informasi dari langganan, hubungan pribadi, pesaing, asosiasi,
dan semua informasi mengenai perubahan atau perkembangan ekonomi, politik, dan
teknologi, yang semuanya itu amat bermanfaat bagi organisasi.
3) Informasi dari hasil analisis, semua analisis dan laporan mengenai berbagai isu yang berasal
dari bermacam sumber sangat bermanfaat bagi manajer untuk diketahuinya. Manajer
barangkali tertarik pada salah satu subjek tertentu, dan kemudian membutuhkan informasi
tentang subjek itu, maka bawahan bisa menyediakannya dengan penyajian klipping surat
kabar yang memuat artikel-artikel dari subjek yang dikehendaki manajer. Seringkali manajer
membutuhkan laporan atau briefing tentang hal-hal yang bertalian dengan putusan yang
bakal dibuat.
4) Buah pikiran dan kecenderungan, manajer memerlukan suatu sarana untuk mengembangkan
suatu pengertian yang baik atas kecenderungan yang tumbuh dalam masyarakat, dan
mempelajari tentang ide-ide atau buah pikiran yang baru. Dikunjunginya konverensi, seminar,
diperhati-kannya surat serta saran dari masyarakat, dibacanya laporan singkat, diterimanya
pendapat dari bawahan, dan lain sebagainya adalah suatu cara untuk mengetahui buah
pikiran dan kecenderungan-kecenderungan.
5) Tekanan-tekanan, manajer perlu juga mengetahui informasi yang timbul dari tekanan oleh
pihak tertentu. Dalam hal ini informasi berusaha mempengaruhi kebijakan manajer, misalnya
bawahan yang mengajukan usul perbaikan, lapangan yang mencoba mempengaruhi
perubahan cara kerja, dan serikat buruh yang berusaha mendesak mempengaruhi sistem
kerja dan penggajian.
b. Peranan sebagai penyebar (disseminator role)
Peranan ini melibatkan manajer untuk menangani proses transmisi dari informasi ke dalam
organisasi yang dipimpinnya. Ia menyampaikan informasi dari luar ke dalam organisasi, dan
informasi yang berasal dari bawahan atau stafnya ke bawahan atau staf lainnya. Informasi yang
disebarkan oleh manajer ini dapat dibedakan atas dua tipe, yakni: kenyataan dan nilai. Informasi
berdasarkan kenyataan ini diterima manajer karena jabatan atau otoritas formalnya, dan dia bisa
meneruskan kepada stafnya yang menurut kenyataannya menangani hal-hal yang bersangkutan
dengan informasi tersebut. Sebagai contoh suatu undangan yang menginformasikan kepada
manaajer tentang adanya seminar mengenai pengembangan perencanaan organisasi, dan lain-
lainnya. Adapun informasi berdasarkan nilai tersebut adalah informasi yang berhubungan
dengan referensi atau bawahannya, misalnya pernyataan tentang nilai atau referensi kejujuran
yang harus menjadi pegangan bagi semua bawahannya untuk bertindak. Nilai kejujuran ini
kemudian diinformasikan kepada semua bawahannya, dengan maksud agar bawahannya
menjadi pegawai yang jujur.
Peranan sebagai juru bicara (spokesman). Peranan ini dimainkan oleh manajer untuk
menyampaikan informasi keluar lingkungan organisasi-nya. Bedanya dengan disseminator ialah
juru bicara ini pemberian informasinya keluar, untuk lingkungannya, sedangkan disseminator
hanya di dalam organisasi. Sebagai juru bicara ini secara formal manajer mewakili atau bertindak
atas nama organiasinya. Sebagai manajer ia merupakan pusat informasi, yang mengetahui
tentang organisasinya. Untuk itu dia bisa bertindak efektif dalam mewakili organisasinya.
Mungkin suatu ketika manajer melakukan lobbying untuk kepentingan organisasinya. Mungkin
pula melakukan hubungan masyarakat (humas) secara baik, atau mungkin bertindak sebagai
orang yang ahli di bidang tertentu yang dijalankan oleh organisasinya.
c. Peranan memutuskan (decisional roles)
Barang kali peranan ini adalah yang paling rumit. Peranan ini membuat manajer harus
terlibat dalam suatu proses pembuatan strategi di dalam organisasi yang dipimpinnya, proses
pembuatan strategi ini secara sederhana dinamakan sebagai suatu proses yang menjadikan
putusan organisasi dibuat secara signifikan dan berhubungan.

Mintzberg berkesimpulan bahwa manajer itu pada hakekatnya sebagian besar tugasnya
dipergunakan secara penuh untuk memikirkan sistem pembuatan strategi organisasinya.
Keterlibatan ini disebabkan karena:
a. Secara kewenangan yang formal manajer adalah satu-satunya yang diperbolehkan terlibat untuk
memikirkan tindakan-tindakan yang penting atau yang baru dalam organisasi
b. Sebagai pusat informasi, manajer dapat memberikan jaminan atas putusan yang terbaik, yang
mencerminkan pengetahuan yang terbaru dan nilai-nilai organisasi.
c. Keputusan-keputusan yang strategis akan lebih mudah diambil secara terpadu dengan adanya
satu orang yang dapat melakukan kontrol atas semuanya.
Itulah sebabnya peranan pembuatan putusan oleh manajer merupakan peranan yang tidak boleh
tidak harus dijalankan, lagi pula peranan ini yang dapat membedakan antara manajer dengan
pelaksana. Menurut sebagian orang, manajer justru di bayar mahal adalah untuk membuat putusan
ini.
Ada empat peranan manajer yang dikelompokkan ke dalam pembuatan putusan, yakni:
a. Peranan sebagai wiraswasta (entrepreneur role), dalam peranan ini manajer bertindak sebagai
pemrakarsa dan perancang dari banyak perubahan yang terkendali dalam organisasinya.
Walaupun istilah wiraswasta dipinjam dari ahli ekonomi, istilah itu oleh Mintzberg diberikan arti
yang luas dalam hubungannya dengan peranan pembuatan putusan ini. Kalau ahli ekonomi
cenderung memusatkan pada segenap pekerjaan awal dari organisasi baru, maka Mintzberg
memusatkan pada semua pekerjaan manajerial yang dihubungkan dengan perubahan yang
sistimatis dalam organisasinya yang sedang berjalan termasuk pula organisasi baru.
Peranan wiraswasta dimulai dari aktivitas melihat atau memahami secara teliti semua persoalan
organisasi yang mungkin bisa digarap. Sebagai bagian dari peranan memonitor yang disebutkan
di atas, maka melihat dan memahami secara teliti ini (scanning) manajer memper-gunakan
banyak waktunya untuk mencari beberapa kesempatan dan beberapa ssituasi yang barang kali
dapat dipertimbangkan sebagai masalah. Dari hal ini kemudian manajer merancang suatu
kegiatan untuk menghadapi berbagai perubahan yang terkendali
b. Peranan sebagai penghalau gangguan (disturbance handler role). Peranan ini membawah
manajer untuk bertanggung jawab terhadap organiasi ketika organisasinya terancam bahaya,
misalnya: akan dibubarkan, terkena gosip, isu kurang baik, dan lain sebagainya. Kalau dalam
wiraswasta, manajer berhadapan dengan perbuatan yang disengaja untuk mengadakan
perubahan, maka dalam peranan sebagai penghalau gangguan ini manajer menghadapi
perbuatan yang tidak diketahui sebelumnya. Peristiwa yang tidak diketahui sebelumnya ini
memungkinkan mempercepat terjadinya berbagai gangguan, atau peristiwa-peristiwa yang
sebelumnya tidak diperhatikan bisa memung-kinkan timbulnya suatu krisis. Dalam menghadapi
hal-hal seperti ini manajer bertanggung jawab mengatasinya, karena manajer mempunyai
kewajiban membawa organisasinya kesuatu keadaan bebas gangguan. Maka apabila terjadi
gangguan tindakan koreksi diharapkan datang dari manajer.
c. Peranan sebagai penentu sumber (resource allocation role). Membagi sumber dana adalah
suatu proses membuat putusan. Di sini manajer diminta memainkan peranan untuk memutuskan
kemana sumber dana akan didistribusikan kebagian organisasinya. Strategi harus ditetapkan,
pandangan yang jauh dan positif harus dilihat oleh manajer, sehingga alokasi sumber dana
dapat diberikan sebaik mungkin. Sumber dana ini meliputi sumber yang berupa uang, waktu,
perbekalan, tenaga kerja, dan reputasi. Tiap sumber tersebut dapat dimanfaatkan secara positif
atau negatif lewat suatu proses pengambilan putusan. Sumber dana dapat dimanfaatkan secara
positif jika sumber tersebut direncanakan, diprogramkan, dan dipergunakan untuk mengesahkan
dan memper-mudah pelaksanaan kerja organisasi. Adapun penggunaan yang negatif, jika
sumber dana tersebut dipergunakan tanpa berdasarkan rencana kerja, dan dimanfaatkan untuk
semua jenis pekerjaan apapun.
d. Peranan sebagai perunding (negotiator role). Peranan ini meminta kepada manajer untuk aktif
berpartisipasi dalam arena negosiasi. Dari waktu ke waktu organisasi akan mendapatkan dirinya
selalu terlibat dalam kancah negosiasi ini dengan pihak lain di luar organissi, ataupun dengan
para individu di dalam organisasinya. Dalam keadaan seperti ini manajer bertindak sebagai
manajer kontingennya untuk membicarakan segala perkara yang diagendakan dalam negosiasi
tersebut. Proses seperti ini meminta manajer untuk menyusun strategi yang mengun-tungkan
organisasinya, dan pada gilirannya pengambilan putusan adalah suatu aktivitas yang tidak bisa
dihindari olehnya.
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Manajer, leader, dan koordinator ketiganya menunjukkan pada personanya yang
melakukan aktivitas. Yang berbeda hanya karakteristik aktivitas persona itu sendiri. Manajer
adalah pemimpin, pengelola, direktur, yaitu orang yang memimpin sesuatu kegiatan atau usaha
karena kewenangan formal memiliki surat keputusan pengangkatan. Leader, adalah pemimpin,
tokoh yaitu orang yang berbakat, memiliki kemampuan mempengaruhi orang sekalipun tidak punya
kewenangan formal dengan surat keputusan, tetapi ia mendapat pengakuan sebagai pemimpin.
Koordinator yaitu orang yang melakukan koordinasi atau yang mengkoordinir bagian-bagian
sehingga menjadi teratur/sinkron.
Ada dua cara pengelompokan manajer, pertama berdasarkan tingkatannya yaitu: manajer
lini pertama, menengah, dan puncak. Kedua berdasarkan kegiatan organisasinya yaitu: manajer
fungsisonal dan manajer umum.
Secara umum penyebab kegagalan seorang manajer dalam mengelola organisasi yang
menjadi tanggung jawabnya, karena tidak mempunyai gambaran yang terang tentang
kedudukannya sebagai manajer dan ketidakmampuan dalam menjalankan fungsi manajerialnya
serta kurang terampilnya mengkoordinasikan semua sarana manajemen yang tersedia untuk itu.
Banyak tugas bagi seorang manajer, tetapi yang utama adalah: 1) menentukan tujuan dan
standar, 2) memimpin penyelenggaraan, 3) mengamankan hasil sesuai dengan tujuan dan standar.
Kecakapan yang harus dimiliki oleh seorang manajer untuk melaksanakan proses
manajemen adalah: (1) kecakapan yang bersifat teknis (technical skill), (2) kecakapan
berkomunikasi (communication skill), (3) kecakapan kemanusiaan (human skill), (4) kecakapan
analisis (analysis skill), (5) Kecakapan memutuskan (decision skill), dan (6) kecakapan konsep
(Conceptual skill).
Wewenang formal seorang manajer menyebabkan timbulnya tiga peran yaitu: (1) peran
antar pribadi (interpersonal roles), (2) peran informasi (information roles), dan (3) peran
memutuskan (decision roles).
B. SARAN

sebagai penuyusun, saya sangat menyadari kekurangan dalam penulisan makalah ini, maka
penyusun meminta kritikan, saran, dan pemikiran yang sifatnya membangun demi kesempurnaan
makalah ini, sehingga menjadi suatu bahan bacaan yang dapat bermanfaat untuk setiap orang yang
membacanya.
DAFTAR PUSTAKA

Pangewa, Maharuddin. 2006. MANAJEMEN : Konsepsi Dasar, Orientasi Umum dan Fungsi Fungsi

Anda mungkin juga menyukai