5
5
Oleh
Nama : Istayanti
NIM : 200902501030
Kelas :B
No. Hp : 085332349561
FAKULTAS EKONOMI
2020/2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat, karunia, dan
hidayah-Nya hingga saya dapat menyelesaikan makalah lanjutan yaitu BAB III untuk bagian kedua
mata kuliah Pengantar Manajemen dengan pokok bahasan mengenai “Wilayah Tugas dan
peranan Manajer”. Saya juga berterima kasih pada Bapak Dr. Maharuddin Pangewa M. Si. s e l a k u
Dosen mata kuliah Pengantar Manajemen Universitas Negeri Makassar yang
t e l a h memberikan tugas ini kepada kami dan membimbing kami sampai saat ini. Saya sangat
berharap makalah ini dapat berguna bagi semuanya dalam rangka menambah
w aw as an s ert a penget ahuan bagi k ami maupun para pembac a. S ay a juga menyadari
sepenuhnya bahwa didalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna.
Sebelumnya saya mohon maaf apabila terdapat kesalahan baik dari segi kata, pengejaan
maupun materi dan saya memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan makalah ini di
waktu yang akan datang.
Istayanti
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ........................................................................................................
B. Rumusan Masalah ..................................................................................................
C. Tujuan .....................................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
A. Konsepsi Dasar Manajer ........................................................................................
B. Tugas – Tugas Manajer ..........................................................................................
C. Beberapa Kecakapan Manajer ...............................................................................
D. Peranan Manajer .....................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Guna menentukan apa saja yang perlu diketahui oleh seorang manajer dan keterampilan-
keretampilan apa yang perlu dimilikinya kita perlu menganalisis pekerjaan manajemen. “apakah yang
sebenarnya dilakukan oleh seorang manajer?” salah satu jawaban atas pernyataan yang diajukan
adalah: “Seseorang manajer mengorganisasi sumber-sumber daya yang tersedia padanya guna
mencapi sasaran-sasaran tertentu dan biasanya ia juga bertugas untuk menerapkan sasaran-
sasaran tersebut. Seorang manajer mengembangkan tugas menjamin ketersediaan, keakuratan, dan
keamanan informasi serta pengaturan organisasi yang baik serta yang dibutuhkan oleh organisasi
untuk mencapai tujuan sekaligus meningkatkan eksistensi organisasi di tengah-tengah
lingkungannya.
Salah satu tugas atau peran manajer yaitu harus bisa mengendalikan konflik dalam
organisasi yang dipimpinnya sehingga setiap konflik itu dapat diselesaikan dengan baik dan tidak
ada yang merasa dirugikan. Dalam menjalankan tugasnya manajer disyaratkan mempunyai
kemampuan multidisiplin, antara lain: teknologi, bisnis, manajemen, dan kepemimpinan.
Kemampuan seperti ini harus dimiliki oleh seorang manajer. Apalagi, tantangan manajer tidaklah
ringan.
B. Rumusan Masalah
1. Konsepsi Dasar Manajer
2. Tugas-Tugas Manajer
3. Beberapa Kecakapan Manajer
4. Peranan Manajer
C. Tujuan
Untuk Mengetahui Konsepsi Dasar Manajer, Tugas-Tugas Manajer, Beberapa Kecakapan
Manajer, Dan Peranan Manajer.
BAB II
PEMBAHASAN
Untuk terwujudnya keserampakan kerja: sudah barang tentu harus dimulai dalam proses
perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, dan pengawasan; mengingat suatu perencanaan
yang acak-acakan, pengorga-nisasian yang tidak teratur, penggerakan yang tidak terarah dan
pengawasan yang tidak efektif tidak akan terwujud adanya suatu kerja sama yang serampak.
Oleh karena itu seorang koordinator, mempunyai kedudukan sebagai seorang perencana,
organisator, penggerak, dan pengawas.
Dari uraian di atas, jelas bahwa kedudukan seorang koordinator sama dengan manajer.
Mungkin saja manajer dan koordinator merujuk pada subjek orang yang sama. Artinya si A
sebagai manajer, dalam melaksanakan fungsinya juga sebagai koordinator. .
3. Jenis-Jenis Manajer
Terdapat berbagai jenis manajer, dengan tugas dan tanggungjawab yang serba ragam.
Manajer dapat diklasifikasikan melalui dua cara, yaitu:
a. Berdasarkan penjenjangan mereka didalam organisasinya yakni :
1) Manajer lini pertama (tingkat bawah)
Manajer lini pertama (first line manager) adalah Jenjang atau tingkat terendah di dalam
organisasi, bertugas hanya mengarahkan pekerjaan para tenaga operasional dan mereka tidak
menyelia atau memberi supervisi kepada manajer-manajer lainnya.. Sebutan umum bagi
manajer seperti ini adalah penyelia, supervisor, dan mandor
2) Menengah
Manajer menengah (middle manager). Setingkat lebih tinggi dari manajer lini pertama, tanggung
jawabnya yang utama mengarahkan kegiatan dan pekerjaan manajer lainnya dalam rangka
penerapan kebijaksanaan serta menyeim-bangkan tuntutan pihak atasan dengan kemampuan
para bawahannya.
3) Manajer tingkat atas (manajer atas – top manajer).
Manajer atas/puncak (Top manager). Terdiri dari satu kelompok kecil eksekutif perusahaan, dan
bertanggung jawab atas keseluruhan manajemen dari organisasi yang bersangkutan. Mereka
menetapkan kebijaksanaan opersional dan membimbing interaksi organisasi dengan
lingkungannya. Sebutan umum bagi jabatan manajer atas adalah kepala eksekutif (Chief
Executive officer – CEO), Presiden Direktur, Dekan pada tingkat Fakultas, Rektor pada tingkat
Universitas.
b. Berdasarkan ruang lingkup aktivitas organisasi yang menjadi tanggung jawab mereka, yakni :
1) Manajer fungsional
Manajer yang hanya mempunyai tanggung jawab kekhususan satu kegiatan organisasi, seperti:
produksi, pemasaran, pen-jualan, keuangan. Pembantu Dekan I bidang akademik, Pembantu
Dekan II bidang keuangan, Pembantu Dekan III bidang kemahasiswaan
2) Manajer umum
Manajer yang diberi tanggung jawab atas semua kegitan yang beraneka ragam dalam unit
organisasi yang kompleks, seperti: perusahaan, anak perusahaan, atau sebuah devisi yang
beroperasi secara mandiri, dan Dekan.
Sebagai alat perbandingan, berikut dikutip pendapat Terry dengan perincian, yaitu:
a. Menerjunkan diri tanpa terlebih dahulu mengadakan perubahan dalam ukuran yang lebih kecil
b. Menetapkan harga terlalu rendah untuk barang atau jasa
c. Perhitungan yang terlalu rendah atas waktu yang dibutuhkan untuk mencapai pasaran
d. Meremehkan saingan
e. Memulai dengan kapital yang terlalu kecil
f. Memulai dengan kapital yang terlalu besar dan kurang hati-hati dalam menggunakannya.
g. Menjalankan suatu perusahaan dengan sedikit atau tanpa pengalaman dan tidak mempelajari
lebih dahulu tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan perusahaan tersebut.
h. Meminjam uang tanpa rencana bagaimana dan bilamana akan memba-yarnya kembali, dan
anggaran keuangan dibuat hanya sekedarnya saja
i. Mencoba mengerjakan usaha yang terlalu banyak dengan kapital yang terlalu kecil
j. Tidak menyediakan untuk pengeluaran-pengeluaran yang tidak terduga dalam perusahaan
k. Membeli terlalu banyak dengan kredit
l. Memberikan kredit terlalu besar kepada para langganan
m. Mengadakan expansi terlalu cepat atau tergesa-gesa
n. Gagal membuat catatan-catatan yang lengkap dan tepat sehingga terje-rumus kedalam kesulitan
tanpa menyadarinya
o. Mengikut sertakan famili yang terlalu banyak kedalam kepegawaian
p. Menyalahgunakan kebebasan bekerja dalam perusahaan
B. Tugas-Tugas Manajer
1. Tugas Utama Manajer
Tugas manajer pada dasarnya merupakan pekerjaan orang yang memegang kekuasaan tertinggi
dalam kegiatan manajemen, yaitu: berusaha unuk mencapai tujuan sesuai dengan yang diinginkan
dari proses manajemen yang dipimpinnya.
Menurut Atmosudirdjo (1975) tugas utama serang manajer, adalah:
a. Menentukan segala apa yang harus dicapai atau diselesaikan (the setting of objectives)
b. Memimpin segala aktivitas dan segala sesuatunya untuk menyeleng-garakan pencapaiannya
(leading the activities towards accomplish-ments), dan
c. Membuat segala sesuatunya tercapai sesuai dengan apa yang telah ditentukan sebelumnya
(securing results according to predetermind objectives standards).
Pendapat lain yaitu Drucher dalam Wursanto (opcit) mengemukakan lima bagian
pekerjaan pokok manajer, yaitu:
a. Menetapkan sasaran. Ia menentukan: apa yang akan dijadikan sasaran, apa tujuan seharusnya
dalam tiap-tiap bidang sasaran, apa yang harus dilakukan dan mengadakan sasaran efektif.
b. Mengorganisasi : Menganalisis kegiatan, putusan dan hubungan yang diperlukan, Menggolong-
golongkan pekerjaan, Membagi pekerjaan, Memecah-mecah kegiatan mengenai tugas-tugas
yang dapat dimanajemeni, Mengelompokkan unit dan tugas dalam struktur organisasi, Memiliki
orang untuk memanajemeni unit dan melakukan tugas yang harus dikerjakan.
c. Memberi motivasi dan berkomunikasi : Membentuk tim yang terdiri dari orang yang bertanggun
jawab untuk berbagai tugas
d. Pengukuran : Manajer menentukan ukuran dan beberapa factor yang baik untuk karya
perusahaan atau untuk setiap orang yang ada dalam perusahaan.
e. Mengembangkan orang termasuk dirinya.
Selain itu, yang menjadi tugas manajer yaitu menjalankan fungsi-fungsi manajemen. Fungsi-fungsi
manajemen tersebut oleh para pakar tentang klasifikasi dan terminologinya belum terdapat
kesepakatan sebagaimana dijelaskan sebelumnya. Namun jika dianalisis dapat disimpulkan bahwa
fungsi-fungsi manajemen itu meliputi: Planning, organizing, actuating, and controlling.
2. Manajer Serba Kuasa dan Serba Simbolik
Mansoer (1989) berpendapat bahwa ada dua pandangan mengenai anggapan masyarakat
maupun oleh teori manajemen terhadap tugas manajer, yaitu: pertama, pandangan yang
beranggapan bahwa manajer bertanggung jawab langsung mengenai gagal atau berhasilnya suatu
organisasi. Pandangan semacam ini, disebutkan sebagai manajemen serba kuasa (omnipotent view
of management). Kedua, sebaliknya pandangan yang beranggapan bahwa para manajer itu
sedikit saja pengaruhnya terhadap hasil yang dicapai organisasi. Malah menurut anggapan ini,
sukses atau kegagalan organisasi ditentukan oleh faktor luar yang mengendalikan organisasi.
Pandangan ini memberi label manajemen serba simbolik (symbolic view of management).
Manajemen serba kuasa. Pandangan ini tercermin dalam pernyataan bahwa: manajer yang
baik dapat mengubah tembaga menjadi emas. Pendapat ini mewakili teori manajemen yang
mengatakan kualitas manajer suatu organisasi menentukan kualitas organisasinya sendiri.
Asumsinya ialah perbedaan organisasi dalam keefektivan dan efisiensinya disebabkan oleh putusan
dan tindakan manajernya. Manajer yang baik mengantisipasi perubahan, mengeksploitasi
kesempatan, memperbaiki unjuk perbuatan yang buruk, dan mengarahkan, memimpin
organisasinya kearah pencapaian tujuan, termasuk mengubah tujuan bila diperlukan. Bila
keuntungan bertambah manajemen memperoleh kredit penghargaan berupa bonus, mendapat
saham dan sebagainya. Bila perusahaan merugi, dewan komisaris mengganti manajer puncak
dengan keyakinan manajer baru bisa memperbaiki keadaan.
Manajemen serba simbolik. Pandangan simbolik tentang manajemen beranggapan bahwa
tidak masuk akal kalau para manajer mempunyai pengaruh begitu besar terhadap unjuk perbuatan
organisasinya. Hasil suatu organisasi dipengaruhi oleh faktor-faktor di luar organisasi yang tidak
selalu dapat diawasi oleh manajer misalnya: situasi ekonomi, kebijaksanaan pemerintah, tindakan
saingan usaha, keadaan industri yang khusus, pengawasan teknologi yang dimiliki, dan putusan-
putusan yang diambil oleh manajemen terdahulu. Karena ditunjang oleh kondisi lingkungan yang
menguntungkan, perusahaan bisa mendapat untung banyak, bisnisnya berlangsung pada saat yang
tepat. Pada saat harga minyak naik, perusahaan minyak menikmati keuntungan banyak dan pada
saat harga minyak turun, manajer perusahaan minyak tidak bisa berbuat banyak. Turun naiknya
harga minyak tidak ditentukan oleh manajer perusahaan minyak. Inilah tantangan terhadap
pandangan bahwa manajer serba kuasa. Pada keadaannya yang terbaik, pandangan manajemen
serba simbolik mengatakan manajer hanya mempunyai efek-efek terbatas saja terhadap hasil yang
pokok dari organisasi. Apa yang diperbuat oleh manajer kebanyakan hanya mempengaruhi hasil
simbolik saja. Peran manajer menciptakan pengertian terhadap keserampangan, kesemrautan, dan
kebingungan. Manajemen menciptakan ilusi pengawasan bagi keuntungan pemegang saham,
langganan, karyawan dan masyarakat pada umumnya. Bila sesuatu berjalan baik, diperlukan
seorang untuk dipuji. Manajerlah yang memegang peran untuk itu. Sebaliknya bila kesalahan
terjadi, diperlukan cari kambing hitam, itupun manajerlah yang berperan sebagai kambing
hitamnya.
Penelitian membuktikan bahwa mengganti manajer pada saat perusahaan merugi, tidak
menjamin keadaan akan berubah dari merugi menjadi beruntung. Memang ada perubahan pada
langganan, karyawan secara psikologis. Tapi itu adakalanya hanyalah ilusi belaka, walaupun
perubahan sikap itu akan mempunyai dampak juga pada organisasi.
Budaya Organisasi
Suatu organisasi mempunyai tata krama, tata tertib, ketentuan tentang apa yang boleh dan
tidak boleh dilakukan oleh para anggota organiasasi tersebut, seperti layaknya suatu suku atau
kaum. Budaya membentuk asumsi pada warga suatu organisasi, mengatur dan menguasai nilai-
nilai kegiatan dan tujuan. Dengan demikian budaya organisasi mengungkung para anggota
organisasi atau karyawan dengan ketentuan bagaimana sesuatu harus dilakukan dan apa-apa saja
yang harus didahulukan dan yang harus ditinggalkan. Dalam satu organisasi terdapat suatu sistem
yang membentuk pengertian bersama, ada kesepakatan batin yang dihormati bersama. Itulah yang
dimaksud dengan “budaya organisasi”. Setiap organisasi tentu mengenal suatu sistem atau pola
nilai, simbul, upacara, mitos dan perbuatan yang berlangsung berulang setiap waktu atau disebut
tradisi. Nilai yang dianut bersama ini, dalam batas tertentu mempengaruhi para manajer dalam
bersikap dan mengambil putusan.
Budaya organisasi adalah persepsi yang terdapat dalam organisasi. Persepsi para karyawan
yang berbeda dibentuk oleh persepsi organisasi dalam kecenderungan yang berwujud sama. Ini
adalah aspek pernyataan sikap anggota dalam organisasi. Di samping itu budaya organisasi berarti
pula bagaimana para anggota memandang organisasinya tidak perduli dia suka atau tidak suka,
tapi budaya organisasi hanya menjelaskan sikap pandang para anggota, tidak menilai bagaimana
sikap pandang itu.
Belum ada metode yang definitif untuk mengukur budaya organisasi, penelitian awal
menyatakan bahwa budaya organisasi dapat dianalisis melalui pengukuran sepuluh karakteristik
organisasi sebagai berikut:
a. Prakarsa individual: tingkat tanggung jawab, kebebasan dan keman-dirian yang dimiliki oleh
anggota;
b. Toleransi terhadap risiko: sejumlah mana para karyawan didorong untuk maju, inovatif, berani
mengambil risiko;
c. Pengarahan: sejauh mana organisasi dapat menciptakan kejelasan tujuan dan apa yang
diharapkan dalam pelaksanaan tugas;
d. Integrasi: sejauh mana satuan kerja didorong untuk bekerja dalam satu koordinasi;
e. Dukungan manajemen: sejauh mana manajemen menyiapkan informasi yang jelas, bantuan dan
dukungan terhadap bawahannya;
f. Pengawasan: perangkat aturan dan ketentuan yang ada dan pengawasan langsung yang
dilakukan dalam menilik dan mengawasi tingkah laku para karyawan;
g. Identitas: sejauh mana para karyawan diidentifikasikan dengan organi-sasi secara menyeluruh
dan bukan dengan jenis pekerjaan atau profesinya;
h. Sistem penghargaan: sejauh mana sistem penghargaan bagi karyawan diatur berdasarkan
kriteria keberhasilan pelaksanaan kerja dan bukan atas dasar pilih kasih dan lamanya masa
kerja;
i. Toleransi terhadap perselisihan: sejauh mana jenjang formal didorong untuk menyampaikan
perbedaan pendapat dan kritik secara sopan dan terbuka;
j. Pola komunikasi: sejauh mana jenjang formal dan wewenang formal membatasi komunikasi
organisasi.
Buruk baiknya atau lemah kuatnya budaya organisasi tergantung kepada apakah kesepuluh
karakteristik organisasi tersebut berada dalam kadar yang rendah atau yang tinggi. Budaya
organisasi yang kuat mempunyai pengaruh besar kepada karyawan dibandingkan dengan
organisasi yang budaya organisasinya lemah. Semakin berterima nilai-nilai pokok organisasi oleh
para karyawan semakin besar komitmennya terhadap nilai tersebut, semakin kuat pula budaya
organisasinya.
Dampak budaya organisasi pada manajer sangat jelas. Ia mempengaruhi pikiran, sikap dan
tindak tanduk manajer, ia menentukan apa yang boleh dan tidak boleh diperbuat oleh seorang
manajer.
Tujuan penerapan budaya organisasi adalah agar seluruh individu dalam organisasi
mematuhi dan berpedoman pada sistem nilai kayakinan dan norma-norma yang berlaku dalam
orgnisasi tersebut. Dengan budaya organisasi yang kuat akan mencapai kinerja organisasi secara
maksimal dan mampu memberika citra positif bagi perkembangan organisasi. Karena itu, diperlukan
penerapan budaya organisasi yang berlandaskan pada moral.
Lingkungan Organisasi
Organisasi bukanlah badan yang terpencil sendiri, orgnisasi hidup berdampingan dengan
banyak lembaga, kelompok, tradisi lain, dalam suatu masyarakat. Hanya saja, organisasi merupakan
bagian suatu sistem yang lebih luas yang mencakup semua ciri kemasyarakatan yang
mempengaruhinya. Sistem inilah yang merupakan lingkungan suatu organisasi. Analisis sistem
keorganisasian yaitu terdiri dari elemen-elemen yang saling berhubungan, yang memerlukan input
dari lingkungan, melakukan transformasi input menjadi output yang dikeluarkan pada lingkungan
diluar organisasi. Istilah lingkungan berkenaan dengan lembaga dan segala kekuatan yang berada di
luar organisasi dan mempunyai pengaruh dan dampak kepada pelaksanaan kegiatan organisasi.
Lingkungan organisasi dapat diklasifikasikan menjadi lingkungan eksternal dan lingkungan
internal. Richard Osbom dalam Djatmiko (2004) mengklasifikasi lingkungan eksternal organisasi
menjadi dua macam, yaitu : lingkungan umum dan lingkungan khusus. Lingkungan Internal, meliputi:
tujuan organisasi, struktur organisasi, pembuatan putusan, motivasi, komunikasi, koordinasi, dan
kepemimpinan serta budaya organisasi
Lingkungan umum : Lingkungan umum, disebut juga dengan lingkungan makro (macro
environment), yaitu segala sesutu yang ada diluar organisasi, seperti: kondisi ekonomi, politik,
sosial-budaya dan teknologi. Ia merupakan suatu kondisi yang mungkin mempunyai dampak kepada
organisasi, tetapi belum diketahui secara pasti apa pengaruh itu dan faktor mana yang relevan
dengan pengaruh tersebut.
Llingkungan khusus : Lingkungan khusus disebut juga dengan lingkungan mikro (micro
environment) yang diartikan sebagai sejumlah kekuatan yang terdiri atas organisasi, individu-
individu, dan lembaga-lembaga yang berinteraksi dengan organisasi, meliputi: pemasok, langganan,
saingan, pemerintah, dan kelompok sosial yang berpengaruh.
Mansoer (opcit) mengemukakan bahwa sebagian besar perhatian manajemen diberikan
kepada pengaruh lingkungan khusus. Lingkungan khusus ini bagian dari lingkungan yang berkaitan
secara langsung dengan pencapaian tujuan suatu organisasi. Ia meliputi peraturan dan perundang-
undangan atau komponen-komponen khas yang mempengaruhi keefektifan organisasi baik secara
positif maupun negatif. Wujud lingkungan khusus ini bisa berupa masukan dan pemasok, langganan,
saingan, kantor-kantor pemerintah, kelompok-kelompok masyarakat yang berpengaruh.
Disadari bahwa tidak semua faktor lingkungan sama pengaruhnya terhadap organisasi.
Perbedaan-perbedaan itu sebut saja sebagai tingkat ketidakpastian lingkungan. Ketidakpastian
lingkungan pada gilirannya dapat dibedakan lagi atas dua dimensi yaitu tingkat perubahan dan
tingkat kompleksitas. Bila komponen lingkungan organisasi berubah banyak, disebutnya sebagai
lingkungan dinamis. Kalau perubahannya minimal disebutnya lingkungan stabil.
Suatu lingkungan disebut stabil apabila tidak ada saingan baru yang muncul, tidak ada
penggunaan teknologi baru oleh saingan yang sudah ada, kegiatan kelompok masyarakat yang
akan mempengaruhi organisasi tidak begitu menonjol. Lingkungan yang sudah dapat diduga
perubahannya tidak dikategorikan sebagai ketidak pastian lingkungan.
Dimensi lain dari ketidakpastian lingkungan adalah kompleksitas lingkungan. Tingkat
kompleksitas disini menunjuk kepada sejumlah komponen dalam lingkungan organisasi dan tingkat
pengetahuan organisasi tentang komponen-komponen lingkungan itu. Bila sebuah pabrik mesin
cuci sudah mendapat kepastian bahwa 40 persen dari produksinya akan dibeli oleh tokoh serba-ada
yang bonafid, itu berarti kompleksitas lingkungan menjadi berkurang. Dengan demikian pabrik
mesin cuci telah berkurang jumlah langganan yang akan dilayaninya. Semakin sedikit organisasi
berinteraksi dengan langganan, pemasok, pesaing dan instansi pemerintah, semakin berkurang
tingkat ketidakpastian lingkungan organisasi. Kompleksitas juga diukur dari pengetahuan apa yang
dibutuhkan oleh organisasi terhadap lingkungan. Pabrik mobil lebih banyak harus tahu tentang ling-
kungan. Pabrik mobil lebih banyak harus tahu tentang bagaimana keadaan mobil ditangan
langganannya dibandingkan dengan pedagang sayur-mayur yang tidak begitu perlu mengetahui
keadaan dagangannya pada langganan.
D. Peranan Manajer
Manajer adalah seorang pejabat/petugas yang memimpin dan bertanggung jawab atas
segenap proses penyelenggaraan dalam usaha kerja sama manusia. Peranan dalam kamus umum
Poerwadarminta (1976) dirumuskan sebagai sesuatu yang menjadi bagian atau yang memegang
manajer terutama dalam terjadinya sesuatu hal atau peristiwa. Peranan manajer menunjuk kepada
perilaku yang tercermin dalam pekerjaan atau kedudukan seorang manajer.
Peranan manajer yang diuraikan kali ini adalah pendapat Mintzberg yang dikutip dari Thoha
(1988) menyebutnya sebagai peranan pemimpin, Yukl, (2007) menyebutnya sebagai peran
manajerial, Kast dan Rosenzweig, (2002: 587) Effendy (1989) sebagai peranan manajer, dengan
klasifikasi pada tiga peranan utama yang dimainkan oleh setiap manajer dimanapun letak
jenjangnya, yaitu:
Mintzberg berkesimpulan bahwa manajer itu pada hakekatnya sebagian besar tugasnya
dipergunakan secara penuh untuk memikirkan sistem pembuatan strategi organisasinya.
Keterlibatan ini disebabkan karena:
a. Secara kewenangan yang formal manajer adalah satu-satunya yang diperbolehkan terlibat untuk
memikirkan tindakan-tindakan yang penting atau yang baru dalam organisasi
b. Sebagai pusat informasi, manajer dapat memberikan jaminan atas putusan yang terbaik, yang
mencerminkan pengetahuan yang terbaru dan nilai-nilai organisasi.
c. Keputusan-keputusan yang strategis akan lebih mudah diambil secara terpadu dengan adanya
satu orang yang dapat melakukan kontrol atas semuanya.
Itulah sebabnya peranan pembuatan putusan oleh manajer merupakan peranan yang tidak boleh
tidak harus dijalankan, lagi pula peranan ini yang dapat membedakan antara manajer dengan
pelaksana. Menurut sebagian orang, manajer justru di bayar mahal adalah untuk membuat putusan
ini.
Ada empat peranan manajer yang dikelompokkan ke dalam pembuatan putusan, yakni:
a. Peranan sebagai wiraswasta (entrepreneur role), dalam peranan ini manajer bertindak sebagai
pemrakarsa dan perancang dari banyak perubahan yang terkendali dalam organisasinya.
Walaupun istilah wiraswasta dipinjam dari ahli ekonomi, istilah itu oleh Mintzberg diberikan arti
yang luas dalam hubungannya dengan peranan pembuatan putusan ini. Kalau ahli ekonomi
cenderung memusatkan pada segenap pekerjaan awal dari organisasi baru, maka Mintzberg
memusatkan pada semua pekerjaan manajerial yang dihubungkan dengan perubahan yang
sistimatis dalam organisasinya yang sedang berjalan termasuk pula organisasi baru.
Peranan wiraswasta dimulai dari aktivitas melihat atau memahami secara teliti semua persoalan
organisasi yang mungkin bisa digarap. Sebagai bagian dari peranan memonitor yang disebutkan
di atas, maka melihat dan memahami secara teliti ini (scanning) manajer memper-gunakan
banyak waktunya untuk mencari beberapa kesempatan dan beberapa ssituasi yang barang kali
dapat dipertimbangkan sebagai masalah. Dari hal ini kemudian manajer merancang suatu
kegiatan untuk menghadapi berbagai perubahan yang terkendali
b. Peranan sebagai penghalau gangguan (disturbance handler role). Peranan ini membawah
manajer untuk bertanggung jawab terhadap organiasi ketika organisasinya terancam bahaya,
misalnya: akan dibubarkan, terkena gosip, isu kurang baik, dan lain sebagainya. Kalau dalam
wiraswasta, manajer berhadapan dengan perbuatan yang disengaja untuk mengadakan
perubahan, maka dalam peranan sebagai penghalau gangguan ini manajer menghadapi
perbuatan yang tidak diketahui sebelumnya. Peristiwa yang tidak diketahui sebelumnya ini
memungkinkan mempercepat terjadinya berbagai gangguan, atau peristiwa-peristiwa yang
sebelumnya tidak diperhatikan bisa memung-kinkan timbulnya suatu krisis. Dalam menghadapi
hal-hal seperti ini manajer bertanggung jawab mengatasinya, karena manajer mempunyai
kewajiban membawa organisasinya kesuatu keadaan bebas gangguan. Maka apabila terjadi
gangguan tindakan koreksi diharapkan datang dari manajer.
c. Peranan sebagai penentu sumber (resource allocation role). Membagi sumber dana adalah
suatu proses membuat putusan. Di sini manajer diminta memainkan peranan untuk memutuskan
kemana sumber dana akan didistribusikan kebagian organisasinya. Strategi harus ditetapkan,
pandangan yang jauh dan positif harus dilihat oleh manajer, sehingga alokasi sumber dana
dapat diberikan sebaik mungkin. Sumber dana ini meliputi sumber yang berupa uang, waktu,
perbekalan, tenaga kerja, dan reputasi. Tiap sumber tersebut dapat dimanfaatkan secara positif
atau negatif lewat suatu proses pengambilan putusan. Sumber dana dapat dimanfaatkan secara
positif jika sumber tersebut direncanakan, diprogramkan, dan dipergunakan untuk mengesahkan
dan memper-mudah pelaksanaan kerja organisasi. Adapun penggunaan yang negatif, jika
sumber dana tersebut dipergunakan tanpa berdasarkan rencana kerja, dan dimanfaatkan untuk
semua jenis pekerjaan apapun.
d. Peranan sebagai perunding (negotiator role). Peranan ini meminta kepada manajer untuk aktif
berpartisipasi dalam arena negosiasi. Dari waktu ke waktu organisasi akan mendapatkan dirinya
selalu terlibat dalam kancah negosiasi ini dengan pihak lain di luar organissi, ataupun dengan
para individu di dalam organisasinya. Dalam keadaan seperti ini manajer bertindak sebagai
manajer kontingennya untuk membicarakan segala perkara yang diagendakan dalam negosiasi
tersebut. Proses seperti ini meminta manajer untuk menyusun strategi yang mengun-tungkan
organisasinya, dan pada gilirannya pengambilan putusan adalah suatu aktivitas yang tidak bisa
dihindari olehnya.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Manajer, leader, dan koordinator ketiganya menunjukkan pada personanya yang
melakukan aktivitas. Yang berbeda hanya karakteristik aktivitas persona itu sendiri. Manajer
adalah pemimpin, pengelola, direktur, yaitu orang yang memimpin sesuatu kegiatan atau usaha
karena kewenangan formal memiliki surat keputusan pengangkatan. Leader, adalah pemimpin,
tokoh yaitu orang yang berbakat, memiliki kemampuan mempengaruhi orang sekalipun tidak punya
kewenangan formal dengan surat keputusan, tetapi ia mendapat pengakuan sebagai pemimpin.
Koordinator yaitu orang yang melakukan koordinasi atau yang mengkoordinir bagian-bagian
sehingga menjadi teratur/sinkron.
Ada dua cara pengelompokan manajer, pertama berdasarkan tingkatannya yaitu: manajer
lini pertama, menengah, dan puncak. Kedua berdasarkan kegiatan organisasinya yaitu: manajer
fungsisonal dan manajer umum.
Secara umum penyebab kegagalan seorang manajer dalam mengelola organisasi yang
menjadi tanggung jawabnya, karena tidak mempunyai gambaran yang terang tentang
kedudukannya sebagai manajer dan ketidakmampuan dalam menjalankan fungsi manajerialnya
serta kurang terampilnya mengkoordinasikan semua sarana manajemen yang tersedia untuk itu.
Banyak tugas bagi seorang manajer, tetapi yang utama adalah: 1) menentukan tujuan dan
standar, 2) memimpin penyelenggaraan, 3) mengamankan hasil sesuai dengan tujuan dan standar.
Kecakapan yang harus dimiliki oleh seorang manajer untuk melaksanakan proses
manajemen adalah: (1) kecakapan yang bersifat teknis (technical skill), (2) kecakapan
berkomunikasi (communication skill), (3) kecakapan kemanusiaan (human skill), (4) kecakapan
analisis (analysis skill), (5) Kecakapan memutuskan (decision skill), dan (6) kecakapan konsep
(Conceptual skill).
Wewenang formal seorang manajer menyebabkan timbulnya tiga peran yaitu: (1) peran
antar pribadi (interpersonal roles), (2) peran informasi (information roles), dan (3) peran
memutuskan (decision roles).
B. SARAN
sebagai penuyusun, saya sangat menyadari kekurangan dalam penulisan makalah ini, maka
penyusun meminta kritikan, saran, dan pemikiran yang sifatnya membangun demi kesempurnaan
makalah ini, sehingga menjadi suatu bahan bacaan yang dapat bermanfaat untuk setiap orang yang
membacanya.
DAFTAR PUSTAKA
Pangewa, Maharuddin. 2006. MANAJEMEN : Konsepsi Dasar, Orientasi Umum dan Fungsi Fungsi