Anda di halaman 1dari 7

e-journal Keperawatan (e-Kp) Volume 6 Nomor 1, Mei 2018

HUBUNGAN AKTIFITAS FISIK DENGAN TINGKAT NYERI PADA


PASIEN SINDROM KORONER AKUT DI INSTALASI GAWAT
DARURAT RSUP Prof. Dr. R. D. KANDOU MANADO
Ni Gusti Ayu Indrawati
Mulyadi
Maykel Kiling

Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran


Universitas Sam Ratulangi
Email : ayuindrawati09@gmail.com

Abstract: Acute Coronary Syndrome is an acute and severe manifestation and is an emergency
case from coronary arteries caused by an imbalance between the needs and supply of blood
flow due to plaque blockage in the coronary arteries. Narrowing of atherosclerosis causes
anaerobic metabolism resulting in pain. Severe physical activity can trigger pain levels. The
purpose of this study is to know the correlation of physical activity with the level of pain in
acute coronary syndrome patients in Emergency Department RSUP Prof.Dr.R.D.Kandou
Manado. Methods of this study is descriptive analytics with cross sectional method. The
sampling technique involved 60 respondents.Results of this study using pearson chi square test
obtained by significance level α = 0,05 or 95% and in physical activity test with pain level got
p value = 0,040.Conclusion of this study confrim that there was correlation of physical activity
with the level pain in acute coronary syndrome patients in emergency department RSUP Prof.
Dr. R. D.Kandou Manado.
Keyword : Physical Activity, Pain Level

Abstrak: Sindrom Koroner Akut adalah manifestasi akut dan berat serta merupakan bentuk
kegawatdaruratan dari arteri koroner yang disebabkan oleh ketidakseimbangan antara
kebutuhan dan suplai aliran darah akibat sumbatan plak pada arteri koroner. Penyempitan
ateroskleosis menyebabkan metabolisme anaerob sehingga menimbulkan nyeri. Aktifitas fisik
yang berat dapat memicu tingkat nyeri. Tujuan penelitian ini dalah mengetahui hubungan
aktifitas fisik dengan tingkat nyeri pada pasien Sindrom Koroner Akut di Instalasi Gawat
Darurat RSUP Prof.Dr.R.D.Kandou Manado.Metode penelitian ini adalah analitik deskriptif
dengan metode cross sectional.Sampel berjumlah 60 responden. Hasil penelitian
menggunakan uji chi square dengan tingkat kemaknaan α = 0,05 atau 95%. Hasil uji aktifitas
fisik dengan tingkat nyeri didapatkan nilai p value = 0,040. Simpulan ada hubungan aktifitas
fisik dengan tingkat nyeri pada pasien Sindrom Koroner Akut di Instalasi Gawat Darurat RSUP
Prof. Dr. R. D. Kandou Manado. Saran untuk mencegah dan mengurangi nyeri pada Sindrom
Koroner Akut, perawat dapat secara kontinyu memberikan pendididkan kesehatan tentang
aktifitas fisik teratur dan pola hidup sehat.
Kata kunci ; Aktifitas fisik, Tingkat nyeri

1
e-journal Keperawatan (e-Kp) Volume 6 Nomor 1, Mei 2018

PENDAHULUAN arterosklerosis arteri koroner


Penyakit kardiovaskular merupakan mengakibatkan ketidakseimbangan antara
penyakit tidak menular yang menyebabkan kebutuhan oksigen miokardium dan suplai
sebanyak > 17 juta kematian di dunia setiap oksigen miokardium dapat menimbulkan
tahun (30% dari semua kematian), 80% nyeri. Kurangnya suplai oksigen ini
yang terjadi pada negara-negara dengan menyebabkan penumpukan asam laktat
pendapatan rendah dan menengah, dan pada otot jantung (lemak tidak seluruhnya
angka ini diperkirakan akan meningkat dioksidasi menjadi karbodioksida, tetapi
menjadi 23,6 juta pada tahun 2030. Menurut hanya sampai pada asam laktat, akibat dari
data WHO pada tahun 2012 penyakit metabolisme anaerob), penumpukan asam
kardiovaskular merupakan penyebab laktat inilah yang menyebabkan nyeri.
kematian utama dari seluruh penyakit tidak Komplikasi utama dari angina adalah
menular dan bertanggung jawab atas 17,5 Unstable angina, infark miokard, aritmia
juta kematian di dunia atau 46% dari dan sudden death. Salah satu faktor
seluruh kematian penyakit tidak menular. pencetus adalah kelelahan fisik akibat
Dari data tersebut diperkirakan 7,4 juta aktifitas fisik berlebih, emosi dan kadang-
kematian adalah serangan jantung akibat kadang dapat dicetuskan oleh udara dingin
penyakit jantung koroner (PJK) dan 6,7 juta (Annisa, 2015).
adalah stroke (Tumade, 2014). Penelitian sebelumnya yang dilakukan
Prevalensi penyakit jantung di oleh Kemal Al Fajar dari Fakultas
Indonesia adalah 7,2%, sementara data Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013 Universitas Islam Negeri Syarif
menunjukkan 1,5% dari seluruh jenis Hidayatullah Jakarta pada tahun 2015,
penyakit yang diderita masyarakat adalah dengan hasil bahwa tingkat aktifitas sedang
penyakit jantung. Selama 25 tahun terakhir dan berat dapat menurunkan resiko
peringkat penyakit jantung terus meningkat penyakit jantung koroner, aktifitas fisik
sebagai penyakit yang banyak dialami. Jika dapat mempengaruhi metabolisme tubuh,
pada tahun 1990 penyakit jantung berada dengan meningkatkan metabolisme glukosa
pada peringkat 13 se-Indonesia, pada tahun dengan cara meningkatkan sensitifitas
2015 sudah di peringkat ke-3. Di Sulawesi, insulin serta menurunkan kadar lemak
provinsi Sulawesi Tengah menempati berlebih dalam darah, namun dipengaruhi
angka tertinggi (0,8%) prevalensi penyakit oleh durasi dan frekuensi dari aktifitas fisik
jantung koroner berdasarkan diagnosis itu sendiri. Sama halnya dengan hasil
dokter, diikuti oleh Sulawesi Utara sebesar penelitian oleh Indri Ramadini dari Stikes
0,7%, Sulawesi Selatan 0,5% dan Sulawesi Padang tahun 2017, dengan hasil pasien
Tenggara 0,3% (Riskesdas, 2013). yang melakukan aktifitas ringan memiliki
Sindrom Koroner Akut (SKA) adalah resiko lebih tinggi terserang penyakit
manifestasi akut dan berat serta merupakan jantung koroner.
bentuk kegawatdaruratan dari arteri koroner Untuk itu penulis tertarik untuk
yang disebabkan oleh suplai darah dan melakukan penelitian tentang “ Hubungan
okigen ke miokardium yang tidak adekuat, Aktifitas Fisik dengan Tingkat Nyeri pada
terjadi ketidakseimbangan antara Pasien Sindrom Koroner Akut di Instalasi
kebutuhan dan suplai aliran darah, Gawat Darurat RSUP Prof. Dr. R. D.
penyebab utamanya dalah sumbatan plak Kandou Manado.
aterom pada arteri koroner. Hal ini dapat
menyebabkan iskemik pembuluh darah METODE PENELITIAN
jantung dan bisa berlanjut ke infark. Akibat Jenis penelitian ini adalah penelitian
iskemik dapat menurunkan kontraktilitas analitik deskriptif (berusaha untuk
miokard sehingga curah jantung pun menggambarkan berbagai karakteristik data
menurun (Nurarif, 2015). Penyempitan yang berasal dari suatu sampel),
menggunakan metode cross sectional yaitu
2
e-journal Keperawatan (e-Kp) Volume 6 Nomor 1, Mei 2018

cara pengambilan data variabel bebas dan Tabel 2 Distribusi Frekuensi


variabel tergantung dilakukan sekali waktu Berdasarkan Jenis Kelamin Pasien di
pada saat yang bersamaan (Nursalam 2008, Instalasi Gawat Darurat RSUP Prof. Dr.
dalam Sujar weni 2014). R. D. Kandou Manado
Penelitian ini di laksanakan di Instalasi
Gawat Darurat RSUP Prof. Dr. R. D. Jenis Kelamin n %
Kandou Manado pada tanggal 29 Desember Laki – laki 46 77
2017 – 09 Januari 2018. Perempuan 14 23
Populasi dalam penelitian ini adalah Total 30 100
seluruh pasien dengan diagnosa Sindrom Sumber data primer:2018
Koroner Akut di IGD RSUP Prof. Dr. R. D.
Berdasarkan table di atas menunjukan
Kandou Manado, yang datang dengan
bahwa responden yang berjenis kelamin
keluhan nyeri dada dari bulan Juli-
laki-laki berjumlah 46 pasien (77%) lebih
September 2017 berjumlah 71 orang,
banyak dibandingkan yang berjenis kelamin
jumlah sampel dalam penelitian ini
perempuan berjumlah 14 pasien (23%).
menggunakakn rumus Slovin berjumlah 60
orang. Tabel 3 Distribusi Frekuensi
Penelitian ini menggunakan lembar Berdasarkan Status Pendidikan Pasien
kuesioner pengukuran skala nyeri Numeric di Instalasi Gawat Darurat RSUP Prof.
Rating Scale (NRS) dan lembar kuesioner Dr. R. D. Kandou Manado
pengukuran tingkat aktifitas General
Physical Activity Quessionairre (GPAQ) Status Pendidikan n %
yang berisi 16 pertanyaan. SD 1 1,7
Dengan pemberian lembar persetujuan SMP 9 15,0
menjadi kuesioner dan pendampingan SMA 34 56,7
kepada responden selama pengumpulan S1 15 25,0
data. S2 1 1,7
Total 60 100
HASIL dan PEMBAHASAN Sumber data primer:2018
Distribusi frekuensi data demografi Berdasarkan tabel di atas menunjukan
responden dapat dilihat pada tabel berikut : bahwa responden yang berpendidikan SMA
berjumlah 34 pasien (56,7%) lebih banyak
Tabel 1 Distribusi Frekuensi dibandingkan yang berpendidikan S1/S2
Berdasarkan Umur Pasien di Instalasi berjumlah 16 pasien (26,7%).
Gawat Darurat RSUP Prof. Dr. R. D.
Kandou Manado

Umur n %
≤ 57 tahun 32 53,3
> 57 tahun 28 46,7
Total 60 100
Sumber data primer :2018
Berdasarkan tabel di atas menunjukan
bahwa responden yang berumur < 57 tahun
berjumlah 32 pasien (53,3%) lebih banyak
dibandingkan dengan yang berumur > 57
tahun yang berjumlah 28 pasien (46,7%).

3
e-journal Keperawatan (e-Kp) Volume 6 Nomor 1, Mei 2018

Tabel 4 Distribusi Frekuensi Berdasarkan tabel di atas menunjukan


Berdasarkan Status Pekerjaan Pasien di dstribsusi responden berdasarkan tingkat
Instalasi Gawat Darurat RSUP Prof. Dr. nyeri ringan-sedang berjumlah 35 pasien
R. D. Kandou Manado (58,3%) lebih banyak dibandingkan dengan
skala nyeri berat berjumlah 25 pasien
Status (41,7%).
n %
pekerjaan
Buruh 6 10 Analisis Bivariat
Dosen 1 1,7 Tabel 7 Hubungan Aktifitas Fisik
IRT 5 8,3 dengan Tingkat Nyeri pada Pasien SKA
Pedagang 1 1,7 di Instalasi Gawat Darurat RSUP Prof.
Pensiunan 9 15,0 Dr. R. D. Kandou Manado
PNS 8 13,3
Sopir 5 8,3 Tingkat Nyeri Total
p
Aktifitas Ringan- Berat
Swasta 19 31,7 Value
Fisik sedang
Petani 6 10,0 n % n % n %
Total 60 100 Rendah- 27 69,2 12 30,8 39 100
Sumber data primer :2018 sedang 0,040
Berat 8 38,1 13 61,9 21 100
Berdasarkan tabel di atas menunjukan Total 35 107,3 25 92,7 60 200
bahwa pasien yang bekerja sebagai swasta Sumber data primer :2018
berjumlah 19 pasien (31,7%) lebih banyak
dibandingkan pekerjaan lainnya. Dari tabel di atas menunjukan dari 60
Tabel 5 Distribusi Frekuensi responden dengan aktifitas fisik rendah, 7
Berdasarkan Tingkat Aktivitas Fisik di pasien (100%) dengan tingkat nyeri ringan
Instalasi Gawat Darurat RSUP Prof. Dr. sedang, sedangkan aktifitas fisik sedang, 16
R. D. Kandou Manado pasien (88,9%) dengan tingkat nyeri ringan
sedang dan 2 pasien (11,1%) dengan tingkat
Aktivitas fisik n % nyeri berat, dan pada aktifitas fisik berat, 21
Rendah-sedang 39 65 pasien (60%) dengan tingkat nyeri ringan
Berat 21 35 sedang dan 14 pasien (40%) dengan tingkat
Total 60 100 nyeri berat.
Sumber data primer :2018 Berdasarkan hasil uji statistic chi
square yang menunjukan bahwa ada
Berdasarkan tabel di atas menunjukan hubungan aktiftas fisik dengan tingkat nyeri
bahwa responden yang beraktifitas berat dimana diperoleh nilai p value = 0,040 <
berjumlah 35 pasien (58,3%) lebih banyak 0,05. Hal ini menyatakan ada hubungan
dibanding dengan beraktifitas fisik ringan 7 antara aktifitas fisik dengan tingkat nyeri
pasien (11,7%) dan beraktifitas sedang 18 pada pasien sindrom koroner akut di
pasien (30%). Instalasi Gawat Darurat RSUP Prof. Dr. R.
D. Kandou Manado.
Tabel 6 Distribusi Frekuensi
Berdasarkan Tingkat Nyeri Pasien di Analisis Univariat
Instalasi Gawat Darurat RSUP. Prof. Dr. 1. Usia
R. D. Kandou Manado Hasil penelitian menunjukan bahwa
responden yang berumur > 57 tahun
Tingkat nyeri n %
berjumlah 37 pasien (61,66%) lebih
Ringan-Sedang 35 58,3
banyak dari yang berumur < 57 tahun
Berat 25 41,7
berjumlah 23 pasien (38,33%) yang
Total 60 100 didiagnosa Sindrom Koroner Akut.
Sumber data primer :2018 Sejalan dengan penelitian (Tumade,

4
e-journal Keperawatan (e-Kp) Volume 6 Nomor 1, Mei 2018

2014), (Singer, AJ, 2013) Semakin sehingga berpengaruh terhadap sikap


bertambah umur seseorang dan kemampuan melakukan
menyebabkan kemungkinan untuk pencegahan maupun penanganan
mengidap sindrom koroner akut lebih pertama faktor resiko SKA, misalnya
tinggi dibandingkan orang lebih muda. beraktifitas teratur, olahraga teratur,
Ini di sebabkan oleh karena adanya pola makan/gizi seimbang, istirahat
penumpukan plak aterosklerosis yang yang cukup, menghindari stress dan
terjadi selama bertahun-tahun akhirnya mengontrol kebiasaan merokok.
dapat menyebakan penyempitan lumen Persepsi diri yang baik tentang penyakit
pembuluh darah jantung. Sindrom yang diderita dapat meningkatkan
Koroner Akut merupakan penyakit motivasi dan kemampuan pasien dalam
kronis sehingga memerlukan waktu melakukan pencegahan factor resiko
yang cukup lama untuk menimbulkan penyakit SKA.
gejala yang diakibatkan kerusakan pada
pembuluh darah, dan patofisiologinya 4. Pekerjaan
dapat dimulai saat individu masih muda Hasil penelitian menunjukan bahwa
dan muncul saat induvidu berusia lanjut. responden dengan status pekerjaan
swasta lebih banyak 19 pasien (31,7%),
2. Jenis Kelamin dibandingkan pekerjaan yang lain yang
Hasil penelitian menunjukan responden mengalami sindrom koroner akut. Hal
dengan jenis kelamin laki-laki lebih ini sejalan dengan penelitian yang
banyak daripada responden dengan dilakukan oleh Ramadini et al (2017),
jenis kelamin perempuan. Di mana adanya perbedaan pekerjaan
responden yang berjenis kelamin laki- menyebabkan kesenjangan rutinitas
laki lebih banyak terkena sindrom yang berbeda. Pekerjaan yang
koroner akut berjumlah 46 pasien membutuhkan aktifitas sedang sampai
(76,7%). Hal ini menunjukkan bahwa tinggi dan dilakukan secara teratur
jenis kelamin merupakan salah satu dapat mencegah terjadinya serangan
faktor resiko dimana aterosklerosis Sindrom Koroner Akut, tetapi setelah
koroner lebih rentan terjadi pada laki- mengidap SKA aktifitas yang ringan
laki, disebabkan gaya hidup yang tidak pun dapat memicu timbulnya nyeri
sehat seperti perilaku merokok dan dada.
obesitas, sedangkan pada wanita
meningkat setelah menopause (Tumade, 5. Aktifitas Fisik
2014), (Pitsavos, 2008). Berdasarkan hasil penelitian terhadap
60 pasien, ditemukan lebih dari separuh
3. Pendidikan pasien melakukan aktifitas berat yaitu
Hasil penelitian menunjukan, bahwa sebesar 35 pasien (58,3%), aktifitas
responden dengan status pendidikan < fisik sedang 18 pasien (30%), dan
SMA lebih banyak 44 pasien (73,3%), aktifitas fisik rendah 7 pasien (11,7%).
dibandingkan dengan pendidikan > Sejalan dengan penelitian Ramadini
SMA. Hal ini sejalan dengan penelitian (2017) aktifitas fisik yang berat akan
yang dilakukan oleh Ramadini et al menjadi pencetus terjadinya nyeri dada
(2017), tingkat pendidikan seseorang pada pasien yang telah mengidap
berpengaruh terhadap pengetahuan sindrom koroner akut. Aktifitas fisik
sehingga mempengaruhi gaya hidup berat yang dilakukan terlalu sering
seseorang. Pendidikan yang masih dapat menyebabkan inflamasi dalam
rendah dan informasi yang kurang pembuluh darah sehingga meningkat-
mempengaruhi pengetahuan dan kan resiko thrombosis dan iskemik akut
pemahaman tentang penyakit SKA akibat ketidakseimbangan suplai dan

5
e-journal Keperawatan (e-Kp) Volume 6 Nomor 1, Mei 2018

kebutuhan oksigen dalam otot jantung Analisis Bivariat


yang merupakan pemicu patofisiologis Hubungan Aktifitas Fisik dengan
SKA (Fajar, 2015). Hal ini dibuktikan Tingkat Nyeri pada Pasien Sindrom
dengan dari pertanyaan kuesioner Koroner Akut
tentang aktifitas fisik ketika wawancara Secara statistik hasil analisis yang
dengan pasien, 58,3% pasien menjawab didapat dari 60 responden di peroleh bahwa
melakukan aktifitas fisik berat ketika ada sebanyak 27 pasien (69,2%) memiliki
nyeri dada timbul. aktifitas fisik ringan-sedang dengan tingkat
nyeri ringan-sedang, 12 pasien (30,8%)
6. Nyeri Dada dengan aktifitas fisik ringan-sedang dengan
Hasil penelitian pada 60 pasien tingkat nyeri berat, dan 8 pasien (38,1%)
ditemukan 35 pasien (58,3%) dengan aktifitas fisik berat dengan tingkat
mengalami nyeri dada ringan-sedang. nyeri ringan-sedang, dan 13 pasien (61,9%)
Sejalan dengan penelitian Ramadini et dengan aktifitas fisik berat dengan tingkat
al (2017), nyeri dada diakibatkan oleh nyeri berat.
aktiftas fisik karena dapat Berdasarkan hasil uji statistik chi square
meningkatkan beban kerja jantung. menunjukan bahwa terdapat hubungan
Penyebabnya adalah ketidakadekuatan aktifitas fisik dengan tingkat nyeri pada
suplai oksigen ke sel-sel otot jantung pasien sindrom koroner akut di Instalasi
yang diakibatkan penyempitan lumen Gawat Darurat RSUP. Prof. Dr. R. D.
arteri pembuluh darah jantung. Gejala Kandou Manado, nilai yang di peroleh
yang timbul dipengaruhi oleh adalah p = 0.040 < 0,05. Ini berarti berarti
komponen vasospasme arteri dan Ha diterima dan Ho ditolak.
ukuran thrombus. Thrombus terbentuk Hal ini sejalan dengan penelitian yang
karena adanya ruptur / erosi plak dilakukan oleh Fajar (2015), individu yang
aterosklerotik yang telah ada beraktifitas sedang dan berat memiliki
sebelumnya. Proses terjadinya resiko 60% lebih rendah terkena penyakit
thrombus bersifat dinamis, proses jantung koroner. Juga penelitian yang
pembentukan, pembesaran, dan lisis dilakukan oleh Ramadini et al (2017) di
terjadi bersamaan, dalam hal ini proses RSUP Dr. M. Djamil Padang, adanya
pembentukan thrombus lebih dominan hubungan aktifitas fisik dengan tingkat
daripada proses lisis. Iskemia dan infark nyeri pada pasien penyakit jantung koroner
pada miokard yang luas akan dengan hasil penelitian menunjukkan nilai p
mengakibatkan penurunan curah value = 0,001 < 0,05.
jantung sehingga terjadi kongesti paru. Aktifitas fisik sebagai pencetus nyeri
Di samping itu kematian sel-sel dada pada pasien dengan sindrom koroner
miokard akan menyebabkan akut, ini disebabkan oleh plak aterom yang
ketidakseimbangan elektrolit fokal telah menutupi atau menyumbat sebagian
dengan manifestasi terburuk berupa besar aliran darah ke otot jantung, plak yang
aritmia maligna. Dua patofisiologi terlepas dapat menyumbat pembuluh darah
tersebut yang menjadi penyebab dan menyebabkan iskemik pembuluh darah
kematian utama pada Sindrom Koroner pada bagian distal, sehingga dengan
Akut, yakni edema paru (akibat aktifitas fisik yang minimal pun dapat
kongesti) atau aritmia maligna menimbulkan nyeri dada karena beban
(Ventrikel Fibrilasi/Ventrikel jantung bertambah.
Takikardi) (Tanto, 2014). Fakta lain yang terjadi adalah 8 pasien
(38,1%) dengan aktifitas berat mengeluh
nyeri ringan-sedang dan 12 pasien (30,8%)
dengan aktifitas rindah-sedang mengeluh
nyeri berat, ini terjadi karena pengaruh

6
e-journal Keperawatan (e-Kp) Volume 6 Nomor 1, Mei 2018

stress. Orang yang stress dua kali lebih Nurarif, AH. (2015). Aplikasi Asuhan
besar mendapatkan resiko penyakit jantung Keperawatan Berdasarkan
koroner, disamping dapat meningkatkan Diagnosa Medis dan NANDA
tekanan darah juga dapat meningkatkan NIC-NOC. Jogjakarta:
kadar kolesterol darah. Dapat dikatakan Mediaction.
bahwa hormon stress jelas bermakna pada
resiko timbulnya nyeri dada. SKA lebih Pitsavos, C. et al. 2008. Physical Activity
banyak ditemukan pada pasien yang selalu Status and Acute Coronary
stress dalam hidupnya (baik stress karena SyndromesSurvival: the GREECS
kebutuhan ekonomi sehari-hari, obesitas, (GREEK Study of Acute Coronary
maupun dengan penyakit yang Syndromes) Study. Diakses dari
dideritannya). Stress sangat berperan www.sciencedirect.com pada 17
sebagai pencetus terjadinya nyeri dada pada Desember 2017 pukul 15:00 WITA.
pasien SKA, karena stress atau berbagai Ramadini, I. et al (2017). Hubungan
emosi akibat situasi yang menegangkan, Aktivitas Fisik dan Stress dengan
menyebabkan frekuensi jantung meningkat, Nyeri Dada Pasien Penyakit
akibat pelepasan adrenalin dan Jantung Koroner. Padang: STIKES
meningkatkan tekanan darah sehingga YPAK.
beban kerja jantung meningkat, suplai
oksigen dalam jantung tidak mencukupi Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas), (2013).
kebutuhan, dan menyebabkan nyeri dada Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas)
pada pasien SKA. 2013-Kementerian Kesehatan.
Diakses dari www.depkes.go.id
SIMPULAN pada tanggal 15 Desember 2017
Simpulan dari penelitian ini adalah pukul 20:00 WITA.
sebagian besar pasien melakukan aktifitas Singer, A. J. 2013. The Association Between
fisik berat, sebagian besar pasien Self-reported Exercise Intensity and
mengalami nyeri dada ringan-sedang. Acute Coronary Syndrome in
Terdapat hubungan antara aktifitas fisik EmergencyDepartment Chest Pain
dengan tingkat nyeri pada pasien sindrom Patients. Diakses dari www.jem-
koroner akut. journal.com pada tanggal 17
Desember 2017 pukul 16:00 WITA.
DAFTAR PUSTAKA
Annisa, I. (2015). Mengenal Nyeri Dada Sujarweni, (2014). Metodologi Penelitian
Angina. Diakses dari Keperawatan. Yogyakarta: Gava
www.m.sehatmagz.com pada Media.
tanggal 31 Oktober 2017, pukul 06 :
Tanto, Chris. (2014). Kapita Selekta
26 WITA.
Kedokteran Edisi 4. Jakarta: Media
Fajar, K. (2015). Hubungan Aktifitas Fisik Aesculapius FKUI.
dan Kejadian Penyakit Jantung
Tumade, B. (2014). Prevalensi Sindrom
Koroner di Indonesia: Analisis Data
Koroner Akut di RSUP Prof. Dr. R.
Riskesdas Tahun 2013. Jakarta:
D. Kandou Manado periode 1
Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Januari 2014 – 31 Desember 2014.
Kesehatan Universitas Islam Negeri
Manado: Fakultas Kedokteran
Syarif Hidayatullah.
Universitas Sam Ratulangi.
http://repository.uinjkt.ac.id/dspace
/bitstream/123456789/28908/1/Ke
mal%20A1%20Fajar-fkik.pdf.
Diakses pada tanggal 05 Oktober
2017, pukul 23:07 WITA.

Anda mungkin juga menyukai