Anda di halaman 1dari 24

KEPERAWATAN GERONTIK

“TEORI TENTANG PROSES MENUA


(TEORI BIOLOGIS)”

OLEH :
KELOMPOK 3
TINGKAT 3.2

I MADE AMBARA PUTRA (P07120016043)


NI KADEK SRI SURYANI (P07120016055)
NI PT DEWI ARTHAESKI (P07120016070)

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR
PRODI DIII JURUSAN KEPERAWATAN
TAHUN 2018/2019
KATA PENGANTAR

Om Swastyastu,

Puji syukur saya panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa/ Tuhan
Yang Maha Esa, karena atas asung kerta wara nugraha-Nyalah penulisan
Makalah Keperawatan Gerontik ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya.
Makalah ini disusun bukan semata-mata karena petunjuk untuk mendapatkan
nilai, namun di latarbelakangi pula untuk memperluas wawasan khususnya
tentang “Teori Tentang Proses Menua (Teori Biologis)”. Untuk itu penyusun
berusaha menyusun makalah ini dengan sebaik-baiknya. Makalah ini tentunya
masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu diharapkan kritik dan saran yang objektif
yang bersifat membangun guna tercapainya kesempurnaan yang diinginkan.
Penata sepenuhnya menyadari, tanpa bantuan dan kerjasama dari pihak yang
terkait, makalah ini tidak akan sesuai dengan harapan. Untuk itu pada kesempatan
yang baik ini tidak lupa disampaikan terima kasih dan penghargaan kepada :
1. Bapak I Ketut Gama, SKM.M.Kes., Selaku dosen mata kuliah
Keperawatan Gerontik yang selalu meluangkan waktu untuk memberikan
saya bimbingan dan tuntunan dalam penyelesaian makalah ini.

Om Santih, Santih, Santih Om

Denpasar, September 2018

Penulis
DAFTAR ISI

COVER...........................................................................................................................i
KATA PENGANTAR....................................................................................................ii
DAFTAR ISI.................................................................................................................iii
BAB I.............................................................................................................................1
PENDAHULUAN.........................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.....................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah................................................................................................2
1.3 Tujuan Penulisan..................................................................................................2
1.4 Manfaat Penulisan................................................................................................2
BAB I.............................................................................................................................3
PENDAHULUAN.........................................................................................................3
2.1 Pengertian Proses Menua.....................................................................................3
A. Pengertian Lansia..............................................................................................3
B. Batasan Lansia..................................................................................................3
C. Proses menua....................................................................................................7
2.2 Teori Biologis Dalam Proses Menua....................................................................9
Teori Penuaan: Teori Biologis..................................................................................13
Aspek Biologis pada Proses Penuaan.......................................................................18
BAB III........................................................................................................................20
PENUTUP....................................................................................................................20
3.1 Simpulan.............................................................................................................20
3.2 Saran...................................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................21
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Proses menua merupakan proses sepanjang hidup yang hanya di mulai
dari satu waktu tertentu, tetapi dimulai sejak permulaan kehidupan.
Memasuki usia tua berarti mengalami kemunduran, misalnya kemunduran
fisik yang ditandai dengan kulit mengendur, rambut memutih, gigi mulai
ompong, pendengaran kurang jelas, penglihatan semakin memburuk,
gerakan-gerakan lambat, dan postur tubuh yang tidak proforsional
(Nugroho,2008). Proses menua merupakan proses yang terus
menerus/berkelanjutan secara alamiah dan umumnya di alami oleh semua
makhluk hidup, misalnya, dengan terjadinya kehilangan jaringan pada otot,
susunan saraf, dan jaringan lain, hingga tubuh mati sedikit demi sedikit.
Kecepatan proses menua setiap individu pada organ tubuh tidak akan sama.
Adakalanya seseorang belum tergolong lanjut usia/masih muda, tetapi telah
menunjukkan kekurangan yang mencolok. Banyak teori yang membahas
tentang penuaan ini, seperti teori biologis, non genetik, sosiologis dan
psikologis. Umumnya proses menua ini dipengaruhi oleh proses intren tubuh
misalnya adanya penurunan sistem tubuh dan dapat juga dipengaruhi oleh
lingkungan dan kondisi sosial misalnya adanya radikal bebas yang dapat
mempercepat proses penuaan dan lingkungan sosial yang sibuk yang cepat
menyebabkan suatu kelelahan.
Menjadi tua ditandai dengan adanya kemunduran biologis yang
terlibat sebagai gejala-gejala kemunduran fisik, antara lain kulit mulai
mengendur, timbul keriput, rambut beruban, gigi mulai ompong, pendengaran
dan penglihatan berkurang, mudah lelah, gerakan menjadi lamban dan kurang
lincah, serta terjadi penimbunan lemak terutama di perut dan pinggul.
Kemunduran lain yang terjadi adalah kemampuan-kemampuan kognitif
seperti, suka lupa, kemunduran orientasi terhadap waktu, ruang, tempat, serta
tidak mudah menerima hal/ide baru (Maryam, 2012).
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Apakah pengertian dari proses menua?
1.2.2 Apa sajakah teori biologis dalam proses menua?

1.3 Tujuan Penulisan


1.3.1 Untuk mengetahui pengertian dari proses menua.
1.3.2 Untuk mengetahui teori biologis dalam proses menua.

1.4 Manfaat Penulisan


Manfaat (output) yang diharapkan dapat memberikan dua manfaat yaitu
sebagai berikut.
1.4.1 Manfaat Teoritis
a. Manfaat teoritis yang dimaksudkan agar makalah ini dapat
dijadikan sebagai tambahan bahan bacaan serta sebagai
dokumentasi bagi pembaca.
b. Makalah ini dibuat sebagai pengaya wawasan yang menjadi
motivasi bagi penulis untuk melakukan penulisan makalah yang
berbasis keilmuan guna meningkatkan kualitas pendidikan
khususnya tentang teori tentang proses menua (teori biologis).

1.4.2 Manfaat Praktis


a. Manfaat bagi mahasiswa yaitu dapat mengenal teori tentang proses
menua (teori biologis).
b. Manfaat bagi kampus, diharapkan penulisan makalah ini dapat
dijadikan sebagai salah satu acuan di dalam menyusun materi
khususnya tentang teori tentang proses menua (teori biologis).
c. Manfaat bagi dosen, diharapkan penulisan makalah ini dapat
dijadikan sebagai bahan acuan di dalam mengajar sehingga dapat
meningkatkan pemahaman mahasiswa tentang teori tentang proses
menua (teori biologis).
BAB I
PENDAHULUAN

2.1 Pengertian Proses Menua


A. Pengertian Lansia
Usia lanjut sebagai tahap akhir dalam siklus kehidupan merupakan
tahap perkembangan normal yang akan dialami oleh setiap individu yang
mencapai usia lanjut dan merupakan kenyataan yang tidak dapat dihindari.
Lansia adalah kelompok orang yang sedang mengalami suatu proses
perubahan yang bertahap dalam jangka waktu beberapa dekade. Lansia
adalah suatu proses alamiah yang selalu terjadi oleh setiap orang dan pasti
mengalami perubahan anatomi, fisiologis, dan biokimia pada jaringan atau
organ secara berkelanjutan yang pada akhirnya akan mempengaruhi
keadaan fungsi dan kemampuan badan secara keseluruhan. Pengertian
lansia dibedakan menjadi 2 macam, yaitu lansia kronologis (kalender) dan
lansia biologis. Lansia kronologis mudah diketahui karena dapat dihitung
yang berpatokan pada saat lansia lahir, sedangkan lansia biologis
berpatokan pada jaringan tubuh. Individu yang berusia muda tetapi secara
biologis apabila keadaan jaringan tubuh menunjukkan tanda-tanda biologis
seperti lansia maka dapat dikatakan lansia.

B. Batasan Lansia
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) lansia dikelompokkan
menjadi 4 kelompok usia :
a. Usia pertengahan (middle age) terjadi antara usia 45 sampai 59 tahun.
b. Usia lanjut (elderly) terjadi antara usia 60 sampai 74 tahun.
c. Usia lanjut tua (old) terjadi antara usia 75 sampai 90 tahun.
d. Usia sangat tua (very old) terjadi pada saat usia lebih dari 90 tahun.
Sedangkan menurut Departemen Kesehatan RI (2006), lansia
dikelompokkan menjadi 3 tahap yaitu :
a. Virilitas (prasenium) yaitu masa persiapan usia lanjut yang
menampakkan keperkasaan fisik dan kematangan jiwa terjadi di usia
55-59 tahun.
b. Usia lanjut dini (senescen) yaitu kelompok yang mulai memasuki masa
usia lanjut dini terjadi di usia 60-64 tahun.
c. Usia lanjut >65 tahun yaitu lansia dengan resiko tinggi untuk menderita
berbagai penyakit degeneratif.

Klasifikasi Lanjut Usia WHO menggolongkan lanjut usia menjadi: Usia


pertengahan (middle age) 45-59 tahun, lanjut usia (elderly) 60-74 tahun,
lanjut usia tua (old) 75-90 tahun, usia sangat tua (very old) di atas 90
tahun. Sedangkan menurut Departemen Kesehatan (2015), lanjut usia
dibagi dalam tiga kelompok: Kelompok lanjut usia dini (55 – 64 tahun)
merupakan kelompok yang baru memasuki lanjut usia, kelompok lanjut
usia (65 tahun ke atas), kelompok lanjut usia risiko tinggi, yaitu lanjut usia
yang berusia lebih dari 70 tahun. Terdapat lima klasifikasi pada lanjut usia
yaitu (Siti, Mia, Rosidawati, Jubaedi, Batubara, 2012):
a. Pralansia (prasenilis) adalah seseorang yang berusia antara 45-59
tahun.
b. Lanjut usia adalah seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih.
c. Lanjut usia risiko tinggi adalah seseorang yang berusia 70 tahun atau
lebih dengan masalah kesehatan.
d. Lanjut usia potensial adalah lanjut usia yang masih melakukan
pekerjaan dan/atau kegiatan yang dapat menghasilkan barang/jasa.
e. Lanjut usia tidak potensial adalah lanjut usia yang tidak berdaya
mencari nafkah, sehingga bergantung kepada kehidupan orang lain. 2.2
Perubahan fisiologis pada lansia Perubahan pada suatu sistem
fisiologik akan mempengaruhi dan memberikan konsekuensi pada
proses penuaan yaitu pada struktur dan fungsi fisiologis (Mauk, 2010).
Efek perubahan fisiologis secara umum adalah penurunan mekanisme
homeostatik dan penurunan respon immunologik. Perubahan fisik pada
lansia yaitu :
1. Sistem Sensori
Lansia dengan kerusakan fungsi pendengaran dapat memberikan
respon yang tidak sesuai sehingga dapat menimbulkan rasa malu
dan gangguan komunikasi verbal Watson (2003 dalam Stanley &
Beare, 2007). Sedangkan menurut Ebersol (2010) perubahan pada
sistem pendengaran terjadi penurunan pada membrane timpani
(atropi) sehingga terjadi gangguan pendengaran. Tulang – tulang
pendengaran mengalami kekakuan.
2. Sistem Muskulosekeletal
Perubahan normal sistem muskuloskeletal terkait usia pada lansia,
termasuk penurunan tinggi badan, redistribusi masa otot dan lemak
sub kutan, peningkatan porositas tulang, atropi otot, pergerakan
yang lambat, pengurangan kekuatan dan kekakuan sendi-sendi,
Perubahan pada otot, tulang dan sendi mengakibatkan terjadinya
perubahan penampilan, kelemahan dan lambatnya pergerakan yang
menyertai penuaan (Stanley & Beare, 2007). Kekuatan motorik
lansia cenderung kaku sehingga menyebabkan sesuatu yang
dibawa dan dipegangnya akan menjadi tumpah atau jatuh (Stuart,
2009).
3. Sistem Integumen
Menurut Watson (2003 dalam Stanley & Beare 2007) penuaan
terajadi perubahan khususnya perubahan yang terlihat pada kulit
seperti atropi, keriput dan kulit yang kendur dan kulit mudah rusak.
Perubahan yang terlihat sangat bervariasi, tetapi pada prinsipnya
terjadi karena hubungan antara penuaan intrinsik atau secara alami
dan penuaan ektrinsik atau karena lingkungan. Sedangkan menurut
Stuart (2009) perubahan yang tampak pada kulit, dimana kulit
menjadi kehilangan kekenyalan dan elastisitasnya.
4. Sistem Kardiovaskuler
Penurunan yang terjadi di tandai dengan penurunan tingkat
aktivitas yang mengakibatkan penurunan tingkat aktivitas, yang
mengakibatkan penurunan kebutuhan darah yang terorganisasi
(Stanley & Beare, 2007).
5. Sistem Pernafasan
Impliksi klinis menyebabkan kerentanan lansia untuk mengalami
kegagalan respirasi, kanker paru, emboli pulmonal dan penyakit
kronis seperti asma dan penyakit obstruksi menahun Stanley &
Beare (2007). Sedangkan menurut Ebersol (2010) penambahan
usia kemampuan pegas dinding dada dan kekuatan otot pernafasan
akan menurun, sendi – sendi tulang iga akan menjadi kaku dan
akan mengakibatkan penurunan laju ekspirasi paksa satu detik
sebesar 0,2 liter / dekade serta berkurang kapasitas vital.
6. Sistem Perkemihan
Pada lansia yang mengalami stress atau saat kebutuhan fisiologik
meningkat atau terserang penyakit, penuaan pada saat sistem renal
akan sangat mempengaruhi Stanley & Beare (2007). Proses
penuaan tidak langsung menyebabkam masalah kontinensia,
kondisi yang sering terjadi pada lansia yang dikombinasikan
dengan perubahan terkait usia dapat memicu inkontinensia karena
kehilangan irama di urnal pada produksi urine dan penurunan
filtrasi ginjal Watson, (2003 dalam Stanley & Beare 2007).
Sedangkan menurut Stuart (2009) berkurangnya kemampuan ginjal
untuk mengeluarkan sisa metabolisme melalui urine serta
penurunan kontrol untuk berkemih sehingga terjadi kontinensia
urine pada lansia.
7. Sistem Pencernaan
Hilangnya sokongan tulang turut berperan terhadap kesulitan –
kesulitan yang berkaitan dengan penyediaan sokongan gigi yang
adekuat dan stabil pada usia lebih lanjut Stanley & Beare (2007).
Perubahan fungsi gastrointestinal meliputi perlambatan peristaltik
dan sekresi, mengakibatkan lansia mengalami intoleransi pada
makanan tertentu dan gangguan pengosongan lambung dan
perubahan pada gastrointestinal bawah dapat menyebabkan
konstipasi, distensi lambung dan intestinal atau diare Potter &
Perry (2009).
8. Sistem Persyarafan
Perubahan sistem persyarafan menurut Stanley & Beare (2007)
terdapat beberapa efek penuaan pada sistem persyarafan, banyak
perubahan dapat diperlambat dengan gaya hidup sehat. Sedangkan
menurut Potter & Perry (2009) lansia akan mengalami gangguan
persarafan terutama lansia akan mengalami keluhan seperti
perubahan kualitas dan kuantitas tidur. Lansia akan mengalami
kesulitan,kesulitan untuk tetap terjaga, kesulitan untuk kembali
tidur setelah terbangun di malam hari.

C. Proses menua
Menua adalah proses menghilangnya secara perlahan kemampuan
jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti diri dan mempertahankan
struktur dan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap jejas
dan memperbaiki kerusakan yang diderita.
Menua merupakan proses yang terjadi terus menerus secara alamiah.
Tahap dewasa merupakan tahapan dalam mencapai titik perkembangan
yang maksimal. Setelah itu tubuh akan mulai menyusut dan mengalami
penurunan fungsi secara perlahan-lahan (Siti, Mia, Rosidawati, Jubaedi,
Batubara, 2012). Menua (aging) adalah suatu proses menghilangnya secara
perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri/mengganti
diri dan mempertahankan struktur dan fungsi normalnya sehingga tidak
dapat bertahan terhadap jejas (termasuk infeksi) dan memperbaiki
kerusakan yang diderita. Setiap orang akan mengalami penuaan, tetapi
penuaan pada setiap individu berbeda. Tubuh kita berada pada puncaknya
pada usia 25 tahun. Tanda – tanda penuaan dimulai dari umur 30 tahun
karena kulit mulai mengendur dan memori jangka pendek mulai menurun.
Antara 50-60 tahun, otak mengalami penyusutan, pendengaran dan
penglihatan memburuk, persendian mulai kaku, jantung dan paru-paru
mulai kurang efisien. Hal ini tergantung pada faktor herediter, dan stresor
lingkungan, biologis, psikologis, dan sosial.
Penuaan adalah suatu proses yang mengubah seorang dewasa sehat
menjadi seorang yang frail dengan berkurangnya sebagian besar cadangan
sistem fisiologis dan meningkatnya kerentanan terhadap berbagai penyakit
dan kematian. Pada lanjut usia, individu mengalami banyak perubahan
baik secara fisik maupun mental, khususnya kemunduran dalam berbagai
fungsi dan kemampuan yang pernah dimilikinya. Penurunan tersebut
mengenai berbagai sistem dalam tubuh seperti penurunan daya ingat,
kelemahan otot, pendengaran, penglihatan, perasaan dan tampilan fisik
yang berubah serta berbagai disfungsi biologis lainnya.
Proses menua adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-
lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti dan
mempertahankan fungsi normalnya, sehingga tidak dapat bertahan
terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang diderita. Proses menua
berjalan secara terus-menerus secara alamiah dimulai sejak lahir dan setiap
individu tidak sama cepatnya. Menua bukan status penyakit tetapi
merupakan proses berkurangnya daya tahan tubuh dalam menghadapi
rangsangan dari dalam maupun dari luar tubuh. Menua (aging) merupakan
proses yang harus terjadi secara umum pada seluruh spesies secara
progresif seiring waktu yang menghasilkan perubahan yang menyebabkan
disfungsi organ dan menyebabkan kegagalan suatu organ atau sistem tubuh
tertentu.
Proses penuaan merupakan suatu proses perubahan fisik dan tingkah
laku yang dapat diramalkan dan terjadi pada semua orang pada saat
mereka mencapai tahap usia perkembangan tertentu. Ini merupakan suatu
fenomena yang kompleks dengan rangkaian perubahan seiring berjalannya
waktu, menuju ke arah proses degeneratif. Hal ini dapat diobservasi dalam
satu sel dan berkembang sampai pada keseluruhan sistem (Stanley, 2007).

2.2 Teori Biologis Dalam Proses Menua


Teori penuaan secara umum menurut Lilik Ma’rifatul (2011).
1) Teori Biologi
(a) Teori seluler
Kemampuan sel hanya dapat membelah dalam jumlah tertentu dan
kebanyakan sel–sel tubuh “diprogram” untuk membelah 50 kali. Jika
sel pada lansia dari tubuh dan dibiakkan di laboratrium, lalu
diobrservasi, jumlah sel–sel yang akan membelah, jumlah sel yang
akan membelah akan terlihat sedikit. Pada beberapa sistem, seperti
sistem saraf, sistem musculoskeletal dan jantung, sel pada jaringan
dan organ dalam sistem itu tidak dapat diganti jika sel tersebut
dibuang karena rusak atau mati. Oleh karena itu, sistem tersebut
beresiko akan mengalami proses penuaan dan mempunyai
kemampuan yang sedikit atau tidak sama sekali untuk tumbuh dan
memperbaiki diri.
(b) Sintesis Protein (Kolagen dan Elastis)
Jaringan seperti kulit dan kartilago kehilangan elastisitasnya pada
lansia. Proses kehilangan elastiaitas ini dihubungkan dengan adanya
perubahan kimia pada komponen protein dalam jaringan tertentu.
Pada lansia beberapa protein (kolagen dan kartilago, dan elastin pada
kulit) dibuat oleh tubuh dengan bentuk dan struktur yang berbeda dari
protein yang lebih muda. Contohnya banyak kolagen pada kartilago
dan elastin pada kulit yang kehilangan fleksibilitasnya serta menjadi
lebih tebal, seiring dengan bertambahnya usia. Hal ini dapat lebih
mudah dihubungkan dengan perubahan permukaan kulit yang
kehilangan elastisitanya dan cenderung berkerut, juga terjadinya
penurunan mobilitas dan kecepatan pada system musculoskeletal.
(c) Keracunan Oksigen
Teori tentang adanya sejumlah penurunan kemampuan sel di dalam
tubuh untuk mempertahankan diri dari oksigen yang mengandung zat
racun dengan kadar yang tinggi, tanpa mekanisme pertahan diri
tertentu. Ketidakmampuan mempertahankan diri dari toksink tersebut
membuat struktur membran sel mengalami perubahan dari rigid, serta
terjadi kesalahan genetik. Membran sel tersebut merupakan alat untuk
memfasilitas sel dalam berkomunikasi dengan lingkungannya yang
juga mengontrol proses pengambilan nutrisi dengan proses ekskresi
zat toksik di dalam tubuh. Fungsi komponen protein pada membran
sel yang sangat penting bagi proses di atas, dipengaruhi oleh rigiditas
membran tersebut. Konsekuensi dari kesalahan genetik adalah adanya
penurunan reproduksi sel oleh mitosis yang mengakibatkan jumlah sel
anak di semua jaringan dan organ berkurang. Hal ini akan
menyebabkan peningkatan kerusakan sistem tubuh.
(d) Sistem Imun
Kemampuan sistem imun mengalami kemunduran pada masa
penuaan. Walaupun demikian, kemunduran kemampuan sistem yang
terdiri dari sistem limfatik dan khususnya sel darah putih, juga
merupakan faktor yang berkontribusi dalam proses penuaan. Mutasi
yang berulang atau perubahan protein pasca tranlasi, dapat
menyebabkan berkurangnya kemampuan sistem imun tubuh
mengenali dirinya sendiri. Jika mutasi isomatik menyebabkan
terjadinya kelainan pada antigen permukaan sel, maka hal ini akan
dapat menyebabkan sistem imun tubuh menganggap sel yang
mengalami perubahan tersebut sebagai se lasing dan
menghancurkannya. Perubahan inilah yang menjadi dasar terjadinya
peristiwa autoimun. Disisi lain sistem imun tubuh sendiri daya
pertahanannya mengalami penurunan pada proses menua, daya
serangnya terhadap sel kanker menjadi menurun, sehingga sel kanker
leluasa membelah-belah.
(e) Teori Menua Akibat Metabolisme
Menurut MC Kay et all., (1935) yang dikutip Darmojo dan Martono
(2011), pengurangan “intake” kalori pada rodentia muda akan
menghambat pertumbuhan dan memperpanjang umur. Perpanjangan
umur karena jumlah kalori tersebut antara lain disebabkan karena
menurunnya salah satu atau beberapa proses metabolisme. Terjadi
penurunan pengeluaran hormon yang merangsang pruferasi sel
misalnya insulin dan hormon pertumbuhan.

Ada beberapa teori yang berkaitan dengan proses penuaan, yaitu teori
biologi, teori psikologi, teori sosial dan teori spiritual (Siti, Mia, Rosidawati,
Jubaedi, Batubara, 2012).
a. Teori Biologi
Teori biologi menjelaskan proses fisik penuaan, termasuk perubahan
fungsi dan struktur, usia dan kematian (Cristofalo, 1996 dalam Stanley
2007). Perubahan yang terjadi dalam tubuh termasuk perubahan
molekuler dan sirkuler dalam sistem organ serta kemampuan tubuh
untuk berfungsi secara adekuat dalam melawan penyakit (Stanley,
2007). Teori biologi mencakup teori genetik dan mutasi, teori
penurunan imun, teori stress, teori radikal bebas dan teori rantai silang.
1. Teori genetik dan mutasi
Menururt teori genetik dan mutasi, menua terprogram secara
genetik untuk spesies-spesies tertentu. Menua terjadi sebagai akibat
dari perubahan biokimia yang diprogram oleh molekul-molekul
DNA dan setiap sel pada saatnya akan mengalami mutasi, sebagai
contoh yang khas dalah mutasi dari sel-sel kelamin (terjadi
penurunan kemampuan fungsi sel). Terjadi penggumpalan pigmen
atau lemak dalam tubuh yang disebut teori akumulasi dari produk
sisa, sebagai contoh adalah adanya pigmen lipofusin di sel otot
jantung dan sel susunan saraf pusat pada lanjut usia yang
mengakibatkan terganggunya fungsi sel itu sendiri (Siti, Mia,
Rosidawati, Jubaedi, Batubara, 2012). Menurut teori genetika,
penuaan adalah suatu proses yang secara tidak sadar diwariskan
seiring dengan berjalannya waktu untuk mengubah sel atau struktur
jaringan tersebut (Cristofalo, 1996 dalam Stanley 2007)
2. Teori imun
Teori imunitas menggambarkan suatu kemunduran dalam sistem
imun yang berhubungan dengan penuaan. Ketika bertambahnya
usia seseorang, pertahanan tubuh mereka terhadap organisme asing
mengalami penurunan. Hal ini mengakibatkan tubuh mereka lebih
rentan untuk menderita berbagai penyakit (Burnet, 1970 dalam
Stanley, 2007) Menurut teori ini sistem imun menjadi efektif
dengan bertambahnya usia dan masuknya virus kedalam tubuh
yang dapat menyebabkan kerusakan organ tubuh (Siti, Mia,
Rosidawati, Jubaedi, Batubara, 2012). Ketika seseorang mengalami
penuaan, tubuh kehilangan kemampuan untuk membedakan
proteinnya sendiri dengan protein asing. Sistem imun menyerang
dan menghancurkan jaringannya sendiri pada kecepatan yang
meningkat secara bertahap (Potter & Perry, 2009).
3. Teori stres
Teori stres mengungkapkan menua terjadi akibat hilangnya sel-sel
yang biasa digunakan tubuh. Regenerasi jaringan tidak dapat
mempertahankan kestabilan lingkungan internal, kelebihan usaha,
dan stres yang menyebabkan sel-sel tubuh lelah terpakai (Siti, Mia,
Rosidawati, Jubaedi, Batubara, 2012).
4. Teori radikal bebas
Radikal bebas dapat terbentuk dari alam bebas. Ketidakstabilan
radikal bebas mengakibatkan oksidasi oksigen (Siti, Mia,
Rosidawati, Jubaedi, Batubara, 2012). Secara spesifik, terjadinya
oksidasi lemak, protein, dan karbohidrat dalam tubuh menyebabkan
formasi radikal bebas. Teori ini menyatakan bahwa penuaan
disebabkan akumulasi kerusakan ireversibel akibat senyawa
pengoksidasi ini (Potter & Perry, 2009). Radikal bebas ini
menyebabkan sel-sel tidak dapat melakukan regenerasi (Siti, Mia,
Rosidawati, Jubaedi, Batubara, 2012).
5. Teori rantai silang
Pada teori ini menyatakan bahwa molekul kolagen dan elastin,
komponen jaringan ikat membentuk senyawa yang lama
meningkatkan kekakuan pada sel (Potter & Perry, 2009). Ikatan ini
menyebabkan kurangnya elastisitas, kekacauan dan hilangnya
fungsi sel (Siti, Mia, Rosidawati, Jubaedi, Batubara, 2012).
6. Teori metabolisme
Pengurangan intake kalori pada rodentia muda akan menghambat
pertumbuhan dan memperpanjang umur. Perpanjangan umur
tersebut berasosiasi dengan tertundanya proses degenerasi.
Perpanjangan umur karena penurunan jumlah kalori tersebut antara
lain disebabkan karena menurunnya salah satu atau beberapa proses
metabolisme. Terjadi penurunan pengeluaran hormon yang
merangsang proliferasi sel, misalnya insulin dan hormon
pertumbuhan.
Teori Penuaan: Teori Biologis
Teori biologis dalam proses menua mengacu pada asumsi bahwa proses
menua merupakan perubahan yang terjadi dalam struktur dan fungsi tubuh
selama masa hidup (Zairt, 1980 dalam Khalid Mujahidullah, 2012). Teori ini
lebih menekankan pada perubahan kondisi tingkat struktural sel/organ tubuh,
termasuk di dalamnya adalah pengaruh agen patologis. Fokus dari teori ini
adalah mencari determinan-determinan yang menghambat proses penurunan
fungsi organisme yang dalam korteks sistemik dapat
memengaruhi/memberikan dampak terhadap organ/sistem tubuh lainnya dan
berkembang sesuai dengan peningkatan usia kronologis. Adapun beberapa
teori menua yang termasuk dalam lingkup proses menua biologis antara lain,
sebagai berikut: (Hayflick, 1977 dalam Khalid Mujahidullah, 2012).

1. Teori Keterbatasan Hayflick (Hayflick Limit Theory)


Hayflick dan Moorrehead (1961) menyatakan bahwa sel-sel
mengalami perubahan kemampuan reproduksi sesuai dengan bertambahnya
usia. Selain diatas, dikenal juga istilah “Jam Biologis Manusia” diasumsikan
sebagai waktu dimana sel-sel tubuh manusia masih dapat berfungsi secara
produktif untuk menunjang fungsi kehidupan. Teori Hayflick menekankan
bahwa perubahan kondisi fisik pada manusia dipengaruhi oleh adanya
kemampuan reproduksi dan fungsional sel organ yang menurun sejalan
dengan bertambahnya usia tubuh setelah usia tertentu.

2. Teori kesalahan (Error Theory)


Adanya perkembangan umur sel tubuh, maka terjadi beberapa
perubahan alami pada sel pada DNA dan RNA, yang merupakan substansi
pembangunan/pembentuk sel baru. Peningkatan usia memengaruhi
perubahan sel dimana sel-sel Nukleus menjadi lebih besar tetapi tidak
diikuti dengan peningkatan jumlah substansi DNA. Konsep yang diajukan
oleh ORGEL (1963) menyampaikan bahwa kemungkinan terjadinya proses
menua adalah akibat kesalahan pada saat transkrip sel pada saat sintesa
protein, yang berdampak pada penurunan kemampuan kualitas (daya hidup)
sel atau bahkan sel-sel baru relatif sedikit terbentuk. Kesalahan yang terjadi
pada proses transkripsi ini dimungkinkan oleh karena reproduksi dari enzim
dan rantai peptida (protein) tidak dapat melakukan penggandaan substansi
secara tepat. Kondisi ini akhirnya mengakibatkan proses transkripsi sel
berikutnya juga mengalami perubahan dalam beberapa generasi yang
akhirnya dapat mengubah komposisi yang berbeda dari sel awal.

3. Teori Pakai dan Usang (Wear &Tear Theory)


Teori ini menyatakan bahwa sel-sel tetap ada sepanjang hidup mana
kala sel-sel tersebut digunakan secara terus-menerus. Teori ini dikenalakn
oleh Weisman (1891). Hayflick menyatakan bahwa kematian merupakan
akibat dari tidak digunakannya sel-sel karena dianggap tidak diperlukan lagi
dan tidak dapat meremajakan lagi sel-sel tersebut secara mandiri. Teori ini
memandang bahwa proses menua merupakan proses pra-program yaitu
proses yang terjadi akibat akumulasi stress dan injuri dari trauma. Menua
dianggap sebagai “Proses fisiologis yang ditentukan oleh sejumlah
penggunaan dan keusangan dari organ seseorang yang terpapar dengan
lingkungan.

4. Teory Radikal Bebas (Free Radical Theory)


Teori radikal bebas mengasumsikan bahwa proses menua terjadi
akibat kekurangefektifan fungsi kerja tubuh dan hal itu dipengaruhi oleh
adanya berbagai radikal bebas dalam tubuh. Secara normal radikal bebas
ada pada setiap individu dan dapat digunakan untuk memprediksi umur
kronologis individu. Disebut sebagai radikal bebas disini adalah molekul
yang memiliki tingkat afinitas yang tinggi, merupakan molekul, fragmen
molekul atau atom dengan elektron yang bebas tidak berpasangan. Radikal
bebas merupakan zat yang terbentuk dalam tubuh manusia sebagai salah
satu hasil kerja metabolisme tubuh. Walaupun secara normal ia terbentuk
akibat:
a. Proses oksigenisasi lingkungan seperti pengaruh polutan,ozon dan
pestisida.
b. Reaksi akibat paparan dengan radiasi
c. Sebagai reaksi beranti dengan molekul bebas lainnya.
Radikal bebas yang reaktif mampu termasuk merusak sel, termasuk
mitokondria, yang akhirnya mampu menyebabkan cepatnya kematian
(apoptosis) sel, menghambat proses reproduksi sel. Hal lain yang
mengganggu fungsi sel tubuh akibat radikal bebas adalah bahwa radikal
bebas yang ada dalam tubuh dapat menyebabkan mutasi pada transkripsi
DNA-RNA pada genetik walaupun ia tidak mengandung DNA. Dalam
sistem saraf dan jaringan otot, dimana radikal bebas memiliki tingkat
afinitas yang relatif tinggi dibanding lainnya, terdapat/ditemukan substansi
yang disebut juga dengan Lipofusin, yang dapat digunakan juga untuk
mengukur usia kronologis seseorang. Lipofusin yang merupakan pigmen
yang diperkaya dengan lemak dan protein ditemukan terakumulasi dalam
jaringan-jaringan orang tua. Kesalahan kulit brangsur-angsur menurun
akibat suplai oksigen dan nutrisi yang makin sedikit yang akhirnya dapat
mengakibatkan kematian jaringan kulit itu sendiri.
Vitamin C dan E merupakan dua substansi yang dipercaya dapat
menghambat kerja radikal bebas (sebagai anti oksidan) yang memungkinkan
menyebabkan kerusakan jaringan kulit. Rockkestein dan sussman (1979)
menyatakan bahwa Butilat Hidroksitoluent dapat memiliki efek anti oksidan
ketika diberikan kepada tikus.

5. Teori Imunitas (Immunity Theory)


Ketuaan disebabakan oleh adanya penurunan fungsi sistem immun.
Perubahan itu lebih tampak secara nyata pada Limposit-T, di samping
perubahan juga terjadi pada Limposit-B. Perubahan yang terjadi meliputi
penurunan sistem imun humoral, yang dapat menjadi faktor predisposisi
pada orang tua untuk:
a. Menurunkan resistensi melawan pertumbuhan tumor dan
perkembangan kanker.
b. Menurukan kemampuan untuk mengadakan inisiasi proses dan agresif
memobillisasi pertahanan tubuh terhadap pathogen.
c. Meningkatkan produksi autoantigen, yang berdampak pada semakin
mening berdampak pada semakin meningkatnyyaa resiko terjadinya
penyakit yang berhubungan dengan autoimmun.

6. Teori Ikatan Silang (Cross Lingkage Theory)


Dikenalakan oleh J. Bjorksten pada tahun 1942, menekankan pada
postulat bahwa proses menua terjadi sebagai akibat adanya ikatan-ikatan
dalam kimiawi tubuh. Teori ini menyebutkan bahwa secara normal, struktur
molekuler dari sel berikatan secara bersama-sama membentuk reaksi kimia.
Termasuk didalamnya adalah kolagen yang relatif panjang yang dihasilkan
oleh fibroblast. Dengan terbentuknya jaringan baru, maka jaringan tersebut
akan bersinggungan dengan jaringan yang lama dan membentuk ikatan
silang kimiawi. Hasil akhir dari proses ikatan silang ini adalah peningkatan
densitas kolagen dan penurunan kapasitas untuk transpot nutrient serta
untuk membuang produk-produk sisa metabolisme dari sel.
Zat ikatan silang ditemukan pada lemak tidak jenuh, ions polyvalen
seperti Alumunium, Seng, dan Magnesium. Dari konsep diatas, maka
implikasi keperawatan yang dapat diterapkan antara lain:
a. Dalam hubungan dengan orang yang sudah tua, perlu bagi perawat
untuk memperhatikan teori proses menua.
b. Aktivitas (kegiatan) sehari-hari merupakan salah satu bagian dari
perilaku kehidupan normal yang tidak perlu dipatasi secara
berlebihan, tetapi lebih cenderung untuk memodifikasi perilaku
sebagai akibat perubahn fisik dari menula itu sendiri. Perilaku hidup
sehari-hari diperlukan untuk menjaga kondisi fisik tetap dalam batas
normal dan mengoptimalkan kemampuan diri.
c. Pola hidup sehat yang dilakukan dapat memengaruhi perubahan-
perubahan dasar biologis dari proses menua itu sendiri. Konsumsi
makanan yang sehat, cukup gizi dan menhindari faktor-faktor resiko
pencetus stres fisik dan pembentuk radikal bebas merupakan salah
satu upaya untuk menurangi proses menua secara biologis.
d. Melakukan kehidupan dengan melakukan kerja seimbang dan
pemenuhan kebutuhan seimbang mampu memberikan kontribusi yang
positifdalam peningkatn performen individu itu sendiri.
e. Menghindari lingkungan dengan tingkat resiko radiasi atau polutan
yang tinggi merupakan langkah yang bisa ditempuh untuk
menghindari cepatnya proses menua secara biologis.
f. Perlu bagi perawat untuk memperhatikan upaya-upaya pemenuhan
kebutuhan pasien akan sarana dari prasarana yang menunjang
pencapaian kebutuhan hidup serta meningkatkan kualitas hidup
melalui pengadaan alat-alat aktivitas yang memadai, mengurangi
resiko stres fisik berlebih serta terindar dari polusi.
Aspek Biologis pada Proses Penuaan
Proses penuaan yang ditandai dengan meningkatnya angka kematian usia
khusus merupakan ciri umum pada mamalia, burung, reptil, dan kebanyakan
hewan tak bertulang belakang. Dengan angka kematian usia khusus
dimaksudkan untuk mengukur angka kematian pada selang usia tertentu
dengan ciri atau karakteristik serupa. Misalnya bayi, balita, dewasa muda,
dewasa tua, lansia, dan jompo. (S. Tamher & Noorkasiani, 2011)
Sehingga terdapat beberapa aspek biologis yang memengaruhi terjadinya
proses penuaan. Aspek biologis pada proses penuaan terbagi menjadi dua
bagian, yakni:

1. Proses Penuaan pada Tingkat Sel


Sebagaimana layaknya manusia yang bertumbuh semakin lama
semakin tua, pada dasarnya sel juga bertumbuh semakin lama semakin
tua dan pada akhirnya sel-sel tua itu mengalami kematian sel. Kematian
tersebut bergantung pada masing-masing jenis sel yang membentuk
jaringan tubuh.
Secara umum dapat dikatakan bahwa setelah melewati masa
dewasa, sel-sel jaringan tubuh mulai menua. Pada masa dewasa sel-sel
mencapai maturitas (kematangan). Sebagai contoh, sel saraf tidak
bereproduksi lagi. Pada masa ini bila seseorang mengalami cedera atau
penyakit tertentu yang berakibat pada kematian sel saraf itu, maka selnya
sendiri tidak akan tergantikan lagi. Fungsinya akan diambil-alih oleh sel-
sel lain yang tertinggal. Akibat pekerjaan ekstra itu, maka sel-sel yang
bersangkutan akan mengalami proses penuaan yang lebih cepat lagi.
Kemudian dengan berlanjutnya usia, organ tubuh kehilangan sebagian
kemampuannya untuk dapat berfungsi secara optimal. Sehingga secara
keseluruhan fungsi tubuh semakin berkurang saja.
2. Proses Penuaan menurut Sistem Tubuh
Proses tumbuh kembang (growth and development) dalam fase
kehidupan setiap individu dapat dibagi ke dalam 3 fase menurut tingkat
kecepatan perlangsungannya, yaitu:
a. Fase progresif (tumbuh kembang cepat).
b. Fase stabil (tumbuah kembang stasioner).
c. Fase regresif (kemundurang tumbuh kembang).
Dalam fase ketiga (fase kemunduran), secara mikro berlangsung
kemunduran biologis dan fungsional, dengan akibat terjadinya
perubahan-perubahan secara makro, yang meliputi perubahan pada kulit,
sistem indra, sistem kardiovaskular, sistem respirasi, sistem
gastrointestinal, sistem perkemihan dna reproduksi, serta sistem
neurologis.

Tabel Perubahan-perubahan Fisik yang Terjadi pada Usia Lanjut


No. Sistem Perubahan
1. Sel Jumlah berkurang, ukuran membesar, cairan tubuh
menurun, dan cairan intraseluler menurun.
2. Kardiovaskuler Katup jantung menebal dan kaku, kemampuan
memompa darah menurun (menurunnya kontraksi
dna volume), elastisitas pembuluh darah menurun,
serta meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer
sehingga tekanan darah meningkat.
3. Respirasi Otot-otot pernapasan kekuatannya menurun dan
kaku, elastisitas paru menurn, kapasitas residu
meingkat sehingga menarik napas lebih berat, alveoli
melebar dan jumlahnya menurun, kemampuan batuk
menurun, serta terjadi penyempitan pada bronkus.
4. Persarafan Saraf panca indra mengecil sehingga fungsinya
menurun serta lambat dalam merespons dan waktu
bereaksi khususnya yangberhubungan dengan stres.
Berkurangnya atau hilangnya lapisan mielin akson,
sehingga menyebabkan berkurangnya respons
motorik dan refleks.
5. Muskuloskeletal Cairan tulang menurun sehingga mudah rapuh
(osteoporosis), bungkuk (kifosis), persendian
membesar dan menjaid kaku, (atrofi otot), kram,
tremor, tendon mengerut, dan mengalami sklerosis.
6. Gastrointestinal Esofagus melebar, asam lambung menurun, lapar
mennurun, dan peristaltik menurun seingga daya
absorpsi juga ikut menurn. Ukuran lambung
mengscil serta fungsi organ aksesori menurun
sehingga menyebabkan berkurangnya produksi
hormon dan enzim pencernaan.
7. Genitourinasia Ginjal: mengecil, aliran darah ke ginjal menurun,
penyaringan di glomerulus menuru, dan fungsi
tubulus menurun sehingga kemampuan
mengonsentrasi urine ikut menurun.
8. Vesika urinaria Otot-otot melemah, kapasitasnya menurun dan
retemsi urine. Prostat: hipertrofi pada 75% lansia.
9. Vagina Selaput lendir mengering dan sekresi menurun.
10. Pendengaran Membran timpani atrofi sehingga terjadi gangguan
pendengaran. Tulang-tulang pendengaran mengalamu
kekakuan.
11. Penglihatan Respons terhadap sinar menurun, adaptasi terhadap
gelap menurun, akomodasi menurun, lapangan
padang menurun, dan katarak.
12. Endokrin Produksi hormon menurun.
13. Kulit Keriput serta kulit kepala dan rambut menipis.
Rambut dalam hidung dan telingan menebal.
Elastisitas menurun, vaskularisasi menurun, rambut
memutih (uban) , kelenjar keringat menurun, kuku
keras dan rapuh,serta kuku kaki tumbuh berlebihan
seperti tanduk
14. Belajar dan Kemampuan belajar masih ada tetapi relatif menurun.
Memori Memori (daya ingat) menurun karena proses
encoding menurun.
15. Intelegensi Secara umum tidak banyak perubahan
16. Personality dan Tidak banyak perubahan, hampir setiap muda.
adjustment
(Pengaturan )
17. Pencapaian Sains, filosofi, seni, dan musik sangat memengaruhi
(Achievment)
BAB III
PENUTUP

3.1 Simpulan
Penuaan atau proses terjadinya tua adalah suatu proses menghilangnya
secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki
diri/mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat
bertahan terhadap infeksi serta memperbaiki kerusakan yang diderita. Seiring
dengan proses menua tersebut, tubuh akan mengalami berbagai masalah
kesehatan atau yang biasa disebut sebagai penyakit degenararif.
Terdapat berbagai teori mengenai proses penuaan, salah satunya teori
biologi yang terbagi menjadi 6 teori, yaitu: Teori Keterbatasan Hayflick
(Hayflick Limit Theory), Teori kesalahan (Error Theory), Teori Pakai dan
Usang (Wear &Tear Theory ), Teory Radikal Bebas (Free Radical Theory),
Teori Imunitas (Immunity Theory), dan Teori Ikatan Silang (Cross Lingkage
Theory).
Pada usia lanjut juga terdapat aspek biologisnya yang terbagi dalam dua
garis besar yakni Proses Penuaan pada Tingkat Sel dan Proses Penuaan
menurut Sistem Tubuh.

3.2 Saran
Diharapkan mahasiswa khususnya perawat dapat memahami mengenai teori
biologis dalam proses menua sehingga ke depannya dapat menerapkan
dengan optimal.

20
DAFTAR PUSTAKA

Azizah, Lilik Ma’rifatul. 2011. Keperawatan Lanjut Usia. Edisi 1. Yogyakarta :


Graha Ilmu.

Darmojo & Boedhi, R. 2011. Buku Ajar Geriatri Ilmu Kesehatan Usia Lanjut.
Jakarta : Balai Penerbit FK UI.

Ebersole, P, et al. 2010. Gerontological Nursing and Health Aging. USA,


Philadelpia : Mosby, Inc.

Maryam, R. Siti, dkk. 2012. Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya. Jakarta:
Salemba Medika.

Mauk, K.L. 2010. Gerontological Nursing Competencies for Care. Sudbury :


Janes and Barlet Publisher.

Mujahidullah, Khalid. 2012. Keperawatan Gerontik: Merawat Lansia dengan


Cinta dan Kasih Sayang. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Nugroho. 2008. Keperawatan Gerontik. Jakarta : Buku Kedokteran EGC.

Potter & Perry. 2009. Buku Ajar Fundamental Keperawatan Konsep, Proses dan
Praktik, Edisi 4. Jakarta : EGC.

Stanley, Mickey dan Patricia Gauntlett Beare. 2007. Buku Ajar Keperawatan
Gerontik, Edisi 2. Jakarta: EGC.

Tamher, S., dan Noorkasiani. 2011. Kesehatan Usia Lanjut dengan Pendekatan
Asuhan Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

21

Anda mungkin juga menyukai