Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT

DARURAT TRAUMA/ CIDERA KASUS PADA KLIEN DENGAN GEA

DEHIDRASI BERAT

DI RUANG IGD RSUD Dr SOETOMO SURABAYA

DEVI FARIDATUL UMMAH

P27820717016

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURABAYA

JURUSAN KEPERAWATAN

PROGRAM D-IV KEPERAWATAN GAWAT DARURAT

SURABAYA

2021
LEMBAR PENGESAHAN

Asuhan Keperawatan Gawat Darurat Trauma/Cidera dengan pasien GEA

Dehidrasi Berat di ruang IGD RSUD Dr.Soetomo dilakukan pada tanggal 22-28

Februari 2021 telah dilaksanakan sebagai laporan praktik klinik keperawatan

semester VIII di Ruang IGD RSUD Dr.Soetomo atas nama DEVI FARIDATUL

UMMAH (P27820717016)

Pembimbing Akademik

Endang Soelistiani, SST. S.Pd,.M.Kes


NIP.
LEMBAR BIMBINGAN

STASE GAWAT DARURAT TRAUMA/ CIDERA

DI RUANG IGD RSUD DR SOETOMO

NAMA MAHASISWA : DEVI FARIDATUL UMMAH

NIM : P27820717016

Hari/tanggal Pembimbing Evaluasi Paraf

Senin Endang Soelistiani, SST.


Preconference via daring
22/02/2021 S.Pd,.M.Kes

LAPORAN PENDAHULUAN

GASTROENTERITIS ATAU DIARE

A. Definisi Gastroenteritis/ Diare


Gastroenteritis atau diare adalah penyakit yang ditandai dengan
bertambahnya frekuensi defekasi lebih dari biasanya ( >3 kali/hari) disertai
perubahan konsistensi tinja (menjadi cair), dengan/tanpa darah dan/atau lendir
(Prof. Sudaryat, dr.SpAK, 2007).
Gastroenteritis atau diare merupakan suatu keadaan pengeluaran tinja
yang tidak normal atau tidak seperti biasanya, dimulai dengan peningkatan
volume, keenceran serta frekuensi lebih dari 3 kali sehari dan pada neonatus
lebih dari 4 kali sehari dengan atau tanpa lendir dan darah (Hidayat AAA,
2006).
Dapat disimpulkan Gastroenterits atau diare akut adalah inflamasi
lambung dan usus yang disebabkan oleh berbagai bakteri, virus, dan
pathogen,yang di tandai dengan bertambahnya frekuensi defekasi lebih dari
biasanya (> 3 kali/hari) disertai perubahan konsistensi tinja (menjadi cair).
Diare juga dapat terjadi pada bayi dan anak yang sebelumnya sehat dan pada
neonatus lebih dari 4 kali sehari dengan atau tanpa lendir dan darah.

B. Klasifikasi Gastroenteritis/ Diare


Menurut Sunato gastroentritis dapat diklasifikasikan mejadi tiga, yaitu :
(Sunato,2009)
1. Ditinjau dari ada atau tidaknya infeksi, diare dibagi menjadi dua
golongan:
a. Diare infeksi spesifik : tifus dan para tifus, staphilococcus disentri
basiler, dan Enterotolitis nektrotikans.
b. Diare non spesifik : diare dietetis.
2. Ditinjau dari organ yang terkena infeksi diare :
a. Diare infeksi enteral atau infeksi di usus, misalnya: diare yang
ditimbulkan oleh bakteri, virus dan parasit.
b. Diare infeksi parenteral atau diare akibat infeksi dari luar usus,
misalnya: diare karena bronkhitis.
3. Ditinjau dari lama infeksi, diare dibagi menjadi dua golongan yaitu:
a. Diare akut : Diare yang terjadi karena infeksi usus yang bersifat
mendadak, berlangsung cepat dan berakhir dalam waktu 3 sampai 5
hari. Hanya 25% sampai 30% pasien yang berakhir melebihi waktu
1 minggu dan hanya 5 sampai 15% yang berakhir dalam 14 hari.
b. Diare kronik, dalam Pertemuan Ilmiah Berkala Badan Koordinasi
Gastroenterologi Anak Indonesia (PIB – BK GAI) ke 1× di
Palembang, disetujui bahwa definisi diare kronik ádalah diare yang
berlangsung 2 minggu atau lebih. (Sunato,2009).

C. Etiologi Gastroenteritis/ Diare


Menuru Haryono (2012) penyebab dari gastroenteritis akut sebagai berikut :
1. Faktor infeksi
a. Faktor enteral : infeksi saluran pencernaan makanan yang
merupakan penyebab utama diare pada anak. Meliputi infeksi
enteral sebagai berikut :
1) Infeksi bakteri: vibrio, escherchia coli, salmonella, shigella,
campylobacter, yershinia, dan lain – lain.
2) Infeksi virus: enterovirus, (virus ECHO, coxsackaie,
poliomyelitis, adenoirus, retrovirus, dan lain – lain),
3) Infeksi parasite : cacing (ascori, trichoris, oxyuris, histolitika,
gardia lambia, tricomonas hominis), jamur (candida albicans).
b. Infeksi lain diluar atau pencernaan makanan seperti :otitis meida akut
(OMA), tonsillitis, aonsilotaringitis, bronco pneumonia, encetalitis.
Pemberian makanan perselang, gangguan metabolic dan endoktin
(diabetes, Addison, tirotoksikosis) serta proses infeksi virus atau
bakteri (disentri, shigellosis, keracunan makanan)
2. Faktor Mal absorbi
a. Mal absorbs karbohidrat disakarida (intoleransi laktosa,
maltose, dan sukrosa), manosakarida (intoleransi glukosa,
fruktosa dan galaktosa). Pada bayi dan anak yang tersering
intoleransi laktosa.
b. Mal aborbsi lemak
c. Mal absorbs protein
3. Faktor makanan
Makanan basi, beracun, alergi terhadap makanan
4. Faktor psikologis
Rasa takut dan cemas (dapat terjadi [ada anak yang lebih besar)
5. Malnutrisi
6. Gangguan imunologi

D. Patofioloogi Gastroenteritis/ Diare


Mekanisme dasar yang menyebabkan timbulnya gastroenteritis akut adalah :
1. Gangguan osmotic
Kondisi ini berhubungan dengan asupan makanan atau zat yang suli t
diserap oleh mukosa intestinal dan akan menyebabkan tekanan osmotic
meninggi dalam rongga usus sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit
ke dalam rongga usus. Isi rongga usus yang berlebihan akan merangsang
usus untuk mengeluarkannya sehingga timbul gastroenteritis.
2. Gangguan sekresi
Akibat rangsangan tertentu (misalnya toksin) pada dinding usus akan
terjadi peningkatan sekresi, air dan elektrolit kedalam rongga usus dan
selanjutnya timbul gastroenteritis karena terdapat peningkatan isi rongga
usus.
3. Gangguan motilitas usus
Terjadinya peningkatan peristaltik usus akan mengakibatkan kesempatan
usus berkurang untuk menyerap makanan sehingga timbul diare,
sebaliknya bila peristaltik usus menurun akan mengakibatkan bakteri
tumbuh berlebihan, selanjutnya timbul pula gastroenteritis (Haryono,
2012).
Akibat dari diare itu sendiri adalah kehilangan air dan elektrolit
(Dehidrasi) yang mengakibatkan gangguan asam basa (Asidosis Metabolik dan
Hipokalemia), gangguan gizi (intake kurang, output berlebih), hipoglikemia dan
gangguan sirkulasi darah.
E. Pathway Gastroenteritis/ Diare
F. Manifestasi Klinis Gastroenteritis/ Diare
Menurut Kliegman (2010) secara umum tanda gejala gastroenteritis, yaitu :
1. Sering buang air besar dengan konsistensi tinja cair atau encer.
2. Terdapat tanda gejala dehidrasi : turgor kuit jelek (elastisitas kulit
menurun), ubun-ubun dan mata cekung, membrane mukosa kering.
3. Demam
4. Nafsu makan berkurang
5. Mual dan muntah
6. Anoreksia
7. Lemah
8. Pucat
9. Nyeri abdomen
10. Perih di ulu hati
11. Perubahan tanda-tanda vital, nadi dan pernafasan cepat
12. Menurun atau tidak adanya pengeluaran urine.
Derajat dehidrasi dibagi menjadi 3 yaitu :
Bila penderita telah banyak kehilangan banyak cairan elektrolit, maka
gejala dehidrasi tampak. Menurut Nelson (2009), ada 3 tingkatan dehidrasi,
yaitu:
1. Dehidrasi ringan
Kehilangan cairan 2 – 5 % dari berat badan dengan gambaran klinik
turgor kulit kurang elastis, suara serak, penderita belum jatuh pada
keadaan syok, ubun-ubun dan mata cekung, minum normal, kencing
normal.
2. Dehidrasi sedang
Kehilangan cairan 5 – 8 % dari berat badan dengan gambaran klinik
turgor kulit jelek, suara serak, penderita jatuh pre syok nadi cepat dan
dalam.gelisah, sangat haus, pernafasan agak cepat, ubun-ubun dan mata
cekung, kencing sedikit dan minum normal.
3. Dehidrasi berat
Kehilangan cairan 8 - 10 % dari berat badan dengan gambaran klinik
seperti tanda-tanda dehidrasi sedang ditambah dengan kesadaran
menurun, apatis sampai koma, otot-otot kaku sampai sianosis, denyut
jantung cepat, nadi lemah, tekanan darah turun, warna urine pucat,
pernafasan cepat dan dalam, turgor sangat jelek, ubun-ubun dan mata
cekung sekali, dan tidak mau minum.
Dehidrasi berat, dengan ciri-ciri sebagai berikut :
a. Pengeluaran / kehilangan cairan sebanyak 4-6 liter.
b. Serum natrium mencapai 159-166 mEq/liter.
c. Hipotensi.
d. Turgor kulit buruk.
e. Oliguria.
f. Nadi dan pernapasan meningkat.
g. Kehilangan cairan mencapai > 10% BB.
Tanda dan Gejala Dehidrasi Berat (kehilangan cairan 8% dari BB semula)
a. Penurunan kesadaran
b. Lemah, lesu
c. Takikardi
d. Mata cekung
e. Pengeluaran urine tidak ada
f. Hipotensi
g. Nadi cepat dan halus
h. Ekstremitas dingin
Atau yang dikatakan dehidrasi bila:
1. Dehidrasi ringan: kehilangan cairan 2-5% atau rata-rata 25ml/kgBB.
2. Dehidrasi sedang: kehilangan cairan 5-10% atau rata-rata 75ml/kgBB.
3. Dehidrasi berat: kehilangan cairan 10-15% atau rata-rata 125ml/kgBB.

G. Penatalaksanaan Gastroenteritis/ Diare


Menurut Supartini (2004), penatalaksanaan medis pada pasien diare meliputi:
pemberian cairan, dan pemberian obat-obatan.
1. Pemberian cairan
Pemberian cairan pada pasien diare dan memperhatikan derajat
dehidrasinya dan keadaan umum:
a. Pemberian cairan
Pasien dengan dehidrasi ringan dan sedang cairan yang di berikan
peroral berupa cairan yang berisikan NaCl dan Na HCO3, KCL dan
glukosa untuk diare akut.
b. Cairan Parenteral
Sebenarnya ada beberapa jenis cairan yang di perlukan sesuai
dengan kebutuhan pasien, tetapi semuanya itu tergantung
tersedianya cairan setampat. Pada umumnya cairan Ringer Laktat
(RL) di berikan tergantung berat / ringan dehidrasi, yang di
perhitungkan dengan kehilangan cairan sesuai dengan umur dan
berat badannya.
1) Dehidrasi Ringan
1 jam pertama 25 – 50 ml / kg BB / hari, kemudian 125 ml /
kg BB / oral.
2) Dehidrasi sedang
1 jam pertama 50 – 100 ml / kg BB / oral kemudian 125 ml /
kg BB / hari.
3) Dehidrasi berat
1jam pertama 20 ml / kg BB / jam atau 5 tetes / kg BB / menit
(inperset 1 ml : 20 tetes), 16 jam berikutnya 105 ml / kg BB
oralit per oral
2. Obat- obatan
Prinsip pengobatan diare adalah mengganti cairan yang hilang melalui
tinja dengan / tanpa muntah dengan cairan yang mengandung elektrolit
dan glukosa / karbohidrat lain (gula, tepung beras, dsb).
a. Obat anti sekresi
Asetosal, dosis 25 mg / ch dengan dosis minimum 30 mg
Klorrpomozin, dosis 0,5 – 1 mg / kg BB / hari.
b. Obat spasmolitik, umumnya obat spasmolitik seperti papaverin
ekstrak beladora, opium loperamia tidak di gunakan untuk
mengatasi diare akut lagi, obat pengeras tinja seperti kaolin, pectin,
charcoal, tabonal, tidak ada manfaatnya untuk mengatasi diare
sehingga tidak diberikan lagi.
c. Antibiotic
Umumnya antibiotic tidak diberikan bila tidak ada penyebab yang
jelas. Bila penyebabnya kolera, diberikan tetrasiklin 25 – 50 mg / kg
BB / hari. Antibiotic juga diberikan bila terdapat penyakit seperti
OMA, faringitis, bronchitis / bronkopeneumonia
Prinsip penatalaksanaan dehidrasi derajat berat :
Pada dehidrasi berat dibutuhkan evaluasi laboratorium dan terapi
rehidrasi intravena, Penyebab dehidrasi harus digali dan ditangani dengan baik.
Penanganan kondisi ini dibagi menjadi 2 tahap:
1. Tahap Pertama berfokus untuk mengatasi kedaruratan dehidrasi, yaitu
syok hipovolemia yang membutuhkan penanganan cepat. Pada tahap ini
dapat diberikan cairan kristaloid isotonik, seperti ringer lactate (RL) atau
NaCl 0,9% sebesar 20 mL/kgBB. Perbaikan cairan intravaskuler dapat
dilihat dari perbaikan takikardi, denyut nadi, produksi urin, dan status
mental pasien. Apabila perbaikan belum terjadi setelah cairan diberikan
dengan kecepatan hingga 60 mL/kgBB, maka etiologi lain syok harus
dipikirkan (misalnya anafilaksis, sepsis, syokkardiogenik). Pengawasan
hemodinamik dan golongan inotropik dapat diindikasikan.
2. Tahap kedua berfokus pada mengatasi defisit, pemberian cairan
pemeliharaan dan penggantian kehilangan yang masih berlangsung.
Kebutuhan cairan pemeliharaan diukur dari jumlah kehilangan cairan
(urin, tinja) ditambah IWL. Jumlah IWL adalah antara 400-500 mL/m2
luas permukaan tubuh dan dapat meningkat pada kondisi demam dan
takipnea. Secara kasar kebutuhan cairan berdasarkan berat badan adalah:
a. Berat badan < 10 kg = 100 mL/kgBB
b. Berat badan 10-20 kg = 1000 + 50 mL/ kgBB untuk setiap kilogram
berat badan di atas 10 kg
c. Berat badan > 20 kg = 1500 + 20 mL/kgBB untuk setiap kilogram
berat badan di atas 20 kg

H. Pemeriksaan Penunjang Gastroenteritis/ Diare


1. Pemeriksaan laboratorium
2. Pemeriksaan tinja
3. Pemeriksaan gangguan keseimbangan asam basa dalam darah astrup, bila
memungkinkan dengan menentukan PH keseimbangan analisa gas darah
atau astrup, bila memungkinkan.
4. Pemeriksaan kadar ureum dan creatinin untuk mengetahui pungsi ginjal.
5. Pemeriksaan elektrolit intubasi duodenum (EGD) untuk mengetahui jasad
renik atau parasit secara kuantitatif,terutama dilakukan pada penderita
diare kronik.
6. Pemeriksaan radiologis seperti sigmoidoskopi, kolonoskopi dan lainnya
biasanya tidak membantu untuk evaluasi diare akut infeksi.

I. Komplikasi Gastroenteritis/ Diare


Menurut Haryono akibat yang ditimbulkan gastroenteritis akut yaitu :
1. Dehidrasi (ringan, sedang, berat, hpotonik atau hipertonik).
2. Renjatan hipovolemik.
3. Hipokalemia (dengan gejala meteorisme, hipotoni otot, lemah,
bradikardia, perubahan elektrokardiogram).
4. Hipoglikemia.
5. Intoleransi sekunder akibat kerusakan vili mukosa usus dan defisiensi
enzim laktosa.
6. Kejang, terjadi dehidrasi hipertonik.
7. Malnutrisi energi protein (akibat muntah dan diare, jika lama atau kronik)
(Haryono, 2012).
ASUHAN KEPERAWATAN TEORI
PADA KLIEN GASTROENTERITIS/ DIARE

A. Pengkajian
1. Identitas klien
Pada klien mengenai nama/inisial, umur, tanggal lahir, jenis kelamin,
agama alamat, tanggal masuk rumah sakit, dan diagnosa medis. Pada
penanggung jawab mengenai nama orang tua, pekerjaan orang tua,
pendidikan orang tua, umur, suku bangsa dan alamat.
2. Riwayat kesehatan
a. Keluhan utama
Pasien mengeluh buang air besar (BAB) lebih dari 3 kali sehari
BAB cair <4 kali (diare tanpa dehidrasi), BAB cair 4-10 kali
(dehidrasi ringan/ sedang) dan BAB cair >10 kali (dehidrasi berat).
Apabila diare berlangsung <14 hari maka diare akut, sementara
apablia berlangsung selama 14 hari atau lebih adalah diare
persistem. Feses semakin cair, muntah, kehilangan banyak air dan
elektrolit terjadi gejala dehidrasi, BB menurun, tonus dan turgor
kulit berkurang, selaput kadir 25 mulut dan bibir kering, frekuensi
BAB lebih dari 4x dengan konsisten encer
b. Riwayat penyakit sekarang
Faktot yang memungkinkan menjadi penyebab terjadinya
gastroenteritis (diare), konsistensi feses, keluhan nyeri abdomen.
c. Riwayat kesehatan masa lalu
Riwayat penyakit yang diderita, riwayat inflamasi. Riwayat
kesehatan dahulu, yang perlu ditanyakan yaitu riwayat penyakit
yang pernah diderita oleh anak maupun keluarga dalam hal ini
orang tua. Apakah dalam keluarga pernah mempunyai riwayat
penyakit keturunan atau pernah menderita penyakit kronis sehingga
harus dirawat di rumah sakit.
d. Riwayat kesehatan keluarga
Adanya anggota keluarga yang menderita diare sebelumnya yang
dapat menular ke anggota keluarga lainnya, dan juga makanan yang
tidak dijamin kebersihannya yang disajikan kepada anak.
3. Kebutuhan dasar
a. Pola Eliminasi
Mengalami perubahan yaitu BAB lebih dari 4x sehari
b. Pola Nutrisi
Diawali dengan mual, muntah, anoreksia, menyebabkan
penurunan BAB
c. Pola Istirahat dan Tidur
Akan terganggu karena adanya distensi abdomen yang akan
menimbulkan rasa tidak nyaman
d. Pola Aktifitas
Akan terganggu karena kondisi tubuh yang lemah dan adanya nyeri
akibat disentri abdomen.
4. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum
1) Baik, sadar (tanpa dehidrasi)
2) Gelisah, (dehidrasi ringan atau sedang)
3) Lesu, lemah ,lunglai atau tidak sadar (dehidrasi berat)
b. Kulit
Untuk mengetahui elastisitas kulit, dapat dilakukan pemeriksaan
turgor, yaitu dengan cara mencubit daerah perut atau tangan
menggunakan kedua ujung jari (buka kedua kuku). Apabila turgor
kembali dengan cepat 15 (Kurang dari 2 detik), berarti GE tersebut
tanpa dehidrasi. Apabila turgor kembali dengan lambat (cubit
kembali dalam waktu 2 detik), ini berarti GE dengan dehidrasi
ringa/sedang. Apabila turgor kembali sangat lambat (cubitan
kembali lebih dari 2 detik), ini termasuk GE dengan dehidrasi berat.
c. Kepala
Pada klien dewasa tidak di temukan tanda – tanda tapi pada anak
berusia di bawah 2 tahun yang mengalami dehidrasi, biasanya ubun
– ubun cekung kedalam.
d. Mata. Kelopak mata tampak cekung bila dehidrasi berat saja
e. Mulut dan lidah
1) Mulut dan lidah basah (tanpa dehidrasi)
2) Mulut dan lidah kering (dehidrasi ringan/sedang)
3) Mulut dan lidah sangat kering (dehidrasi berat)
f. Abdomen kemungkinan mengalami distensi kram dan bising usus
yaitu :
1) Inspeksi : melihat permukaan abdomen simetris atau tidak
dan tanda lain
2) Auskultasi : Terdengar bising usus meningkat > 30 x/ menit
3) Perkusi : biasanya Terdengar bunyi tympani / kembung
4) Palasi :Ada tidak nyeri tekan epigastrium kadang juga terjadi
distensi perut
g. Anus, apakah terdapat iritasi pada kulitnya
5. Daya Fokus
a. Subjektif : kelemahan, diare lunak s/d cair, anoreksia mual dan
muntah, tidak toleran terhadap diit, perut mulas s/d nyeri (nyeri pada
kuadran kanan bawah, abdomen tengah bawah), haus, kencing
menurun, dan nadi mkeningkat, tekanan darah turun, respirasi rate
turun cepat dan dalam (kompensasi ascidosis).
b. Objektif: lemah, gelisah, penurunan lemak / masa otot, penurunan
tonus, penurunan turgor, pucat, mata cekung, nyeri tekan
abdomen,urine kurang dari normal, hipertermi, hipoksia /
Cyanosis,Mukosa kering,Peristaltik usus lebih dari normal.

B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa yang mungkin muncul pada pasien gastroenteritis adalah :
1. Hipovolemia berhubungan dengan kehilangan cairan aktif.
2. Hipertermia berhubungan dengan dehidrasi.
3. Defisit nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual,
muntah, intake inadekuat.
4. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan iritasi rectal karena diare.
5. Risiko infeksi berhubungan dengan peningkatan paparan lingkungan
terhadap pathogen
6. Ansietas berhubungan dengan hospitalisasi dan stress.
7. Defisit pengetahuan tentang penyakit dan cara perawatannya berhubungan
dengan kurang paparan sumber informasi.

C. Intervensi Keperawatan
1. Hipovolemia berhubungan dengan kehilangan cairan aktif.
Intervensi keperawatan :
a. Periksa tanda dan gejala hypovolemia
b. Monitor intake dan output cairan
c. Hitung kebutuhan cairan
d. Berikan posisi modified trendelemburg
e. Anjurkan memperbanyak asupan cairan oral
f. Kolaborasi pemberian IV isotonis/ hipotonis/ koloid
g. Kolaborasi pemberian produk darah
2. Hipertermia berhubungan dengan dehidrasi.
Intervensi keperawatan :
a. Identifikasi penyebab hipertemia
b. Monitor suhu tubuh
c. Berikan cairan oral
d. Lakukan pendinganan eksternal
e. Hindari pemberian antipiretik atau aspirin
f. Kolaborasi pemberiana cairan dan elektrolit intravena, jika perlu
3. Defisit nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual,
muntah, intake inadekuat.
Intervensi keperawatan :
a. Identifikasi status nutrisi
b. Identifikasi alergi dan intoleransi makanan
c. Identifikasi perlunya penggunaan selang NGT
d. Monitor berat badan
e. Monitor hasil pemeriksaan laboratorium
f. Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein
g. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan
jenis nutrient yang dibutuhkan
4. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan iritasi rectal karena diare.
Intervensi keperawatan :
a. Identifikasi penyebab gangguan integritas kulit
b. Ubah posisi tiap 2 jam jika tirah baring
c. Anjurkan minum air yang cukup
d. Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
5. Risiko infeksi berhubungan dengan peningkatan paparan lingkungan
terhadap pathogen
Intervensi keperawatan :
a. Monitor tanda dan gejala infeksi local dan sistemik
b. Berikan perawatan kulit pada area yang luka
c. Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien dan
lingkungannya
d. Pertahankan teknik aseptic
e. Ajarkan cuci tangan dengan benar
f. Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
6. Ansietas berhubungan dengan hospitalisasi dan stress.
Intervensi keperawatan :
a. Identifikasi saat tingkat kesadaran ansietas berubah
b. Monitor tanda – tanda ansietas
c. Ciptakan suasana terapeutik untuk menumbuhkan kepercayaan
d. Temani pasien untuk mengurangi kecemasan, jika perlu
e. Anjurkan keluarga untuk tetap bersama pasien, jika perlu
f. Latih teknik relaksasi
7. Defisit pengetahuan tentang penyakit dan cara perawatannya
berhubungan dengan kurang paparan sumber informasi.
Intervensi keperawatan :
a. Identifikasi kesiapan dan kemampuan dalam menerima informasi
b. Sediakan materi dan media pendidikan kesehatan
c. Berikan kesempatan untuk bertanya
d. Jelaskan faktor risiko yang dapat mempengaruhi kesehatan
e. Ajarkan perilaku hidup bersih dan sehat
DAFTAR PUSTAKA

Hidayat, A. A. A. 2006. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia: Aplikasi Konsep dan


Proses Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika
Nelson, Behrman, Kliegman, dkk.2000. Ilmu Kesehatan Anak Nelson edisi 15 vol 1.
Jakarta : EGC
Simadibrata MK. 2006. Pendekatan Diagnostik Diare Kronik. Di dalam : Sudoyo
Aru w et al, editor. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid I Edisi IV. Jakarta:
Pusat Penerbitan Depertemen Ilmu Penyakit Dalam FK UI
Supartini, Yupi. 2005. Buku Ajar Keperawatan Anak. Jakarta : EGC
Standart Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI) edisi 1. PPNI: Jakarta.
Strandart Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) edisi 1 cetakan 2. PPNI: Jakarta.
Strandart Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI) edisi 1 cetakan 2. PPNI: Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai