Anda di halaman 1dari 17

PERATURAN PENDUKUNG

PENGELOLAAN KEUANGAN NEGARA


KELOMPOK 2
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 66 TAHUN 2001
TENTANG RETRIBUSI DAERAH
BAB I
KETENTUAN UMUM
Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan:
1. Retribusi Daerah, yang selanjutnya disebut Retribusi, adalah pungutan Daerah sebagai pembayaran atas
jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan/atau diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk
kepentingan orang pribadi atau badan;
2. Golongan Retribusi adalah pengelompokan retribusi yang meliputi Retribusi Jasa Umum, Retribusi Jasa
Usaha, dan Retribusi Perizinan Tertentu;
3. Retribusi Jasa Umum adalah retribusi atas jasa yang disediakan atau diberikan oleh Pemerintah Daerah
untuk tujuan kepentingan dan kemanfaatan umum serta dapat dinikmati oleh orang pribadi atau badan;
4. Retribusi Jasa Usaha adalah retribusi atas jasa yang disediakan oleh Pemerintah Daerah dengan menganut
prinsip komersial karena pada dasarnya dapat pula disediakan oleh sektor swasta;
5. Retribusi Perizinan Tertentu adalah retribusi atas kegiatan tertentu Pemerintah Daerah dalam rangka pem-
berian izin kepada orang pribadi atau badan yang dimaksudkan untuk pembinaan, pengaturan, pengenda-
lian dan pengawasan atas kegiatan pemanfaatan ruang, penggunaan sumber daya alam, barang, prasara-
na, sarana, atau fasilitas tertentu guna melindungi kepentingan umum dan menjaga kelestarian lingkungan.

Sepdion Mangimbo - 18061104054


BAB II - RETRIBUSI JASA UMUM BAB VIII - TATA CARA
PENGHAPUSAN PIUTANG
RETRIBUSI YANG
BAB III - RETRIBUSI KADALUWARSA
JASA USAHA
RETRIBUSI DAERAH

BAB IX - BAGI HASIL RETRIBUSI


BAB IV - RETRIBUSI KABUPATEN KEPADA DESA
PERIZINAN TERTENTU

BAB X - PERATURAN DAERAH


BAB V - JENIS DAN TENTANG RETRIBUSI DAERAH
RINCIAN RETRIBUSI

BAB XI - KETENTUAN
BAB VI RETRIBUSI LAIN-LAIN PERALIHAN

BAB VII - PENGHITUNGAN DAN BAB XII - KETENTUAN PENUTUP


PELAKSANAAN
PEMUNGUTAN RETRIBUSI
Sepdion Mangimbo - 18061104054
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 01 TAHUN 2004
TENTANG PERBENDAHARAAN NEGARA
KEUANGAN NEGARA

PEMERINTAH LEMBAGA PENGELOLAAN KEKAYAAN NEGARA


YANG DIPISAHKAN

Pemerintah Pusat.
Termasuk (BLU)
BUMN/D KEUANGAN
Pemerintah Provinsi. BUMN/D NON KEUANGAN
Termasuk (BLU)
LEMBAGA MONETER TER-
MASUK BANK SENTRAL
Pemerintah Kabupaten
/Kota. Termasuk (BLU)
LEMBAGA NON MONETER

Agnes V. Tumanduk - 18061104060


q BAB I : UNDANG-UNDANG TENTANG PERBENDAHARAAN NEGARA

PENGERTIAN PERBENDAHARAAN NEGARA(PASAL 1 AYAT 1) : Perbendaharaan Negara


adalah pengelolaan dan pertanggungjawaban keuangan negara, termasuk investasi dan
kekayaan yang dipisahkan, yang ditetapkan dalam APBN dan APBD.
PERBENDAHARAAN

RUANG LINGKUP PERBENDAHARAAN NEGARA (PASAL 2)


meliputi:
a. Pelaksanaan pendapatan dan belanja negara;
NEGARA

b. Pelaksanaan pendapatan dan belanja daerah;


c. Pelaksanaan penerimaan dan pengeluaran negara;
d. Pelaksanaan penerimaan dan pengeluaran daerah;
e. Pengelolaan kas;
f. Pengelolaan piutang dan utang negara/daerah;
g. pengelolaan investasi dan barang milik negara/daerah;
h. Penyelenggaraan akuntansi dan sistem informasi manajemen keuangan
negara/daerah;
i. Peyusunan laporan pertanggungjawaban pelaksanaan APBN/APBD;
j. Penyelesaian kerugian negara/daerah;
k. Pengelolaan Badan Layanan Umum;
l. Perumusan standar, kebijakan, serta sistem dan prosedur yang berkaitan dengan
pengelolaan keuangan negara dalam rangka pelaksanaan APBN/APBD.

Agnes V. Tumanduk - 18061104060


q BAB II :PEJABAT PERBENDAHARAAN NEGARA (PASAL 4 SAMPAI
PASAL 10)
q BAB III :PELAKSANAAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA/
DAERAH (PASAL 11 SAMPAI PASAL 21)
q BAB IV :PENGELOLAAN UANG (PASAL 22 SAMPAI PASAL 32)
PERBENDAHARAAN

q BAB V :PENGELOLAAN PIUTANG DAN UTANG (PASAL 33 SAMPAI


PASAL 40)
q BAB VI :PENGELOLAAN INVESTASI (PASAL 41)
NEGARA

q BAB VII :PENGELOLAAN BARANG MILIK NEGARA/DAERAH (PASAL


42 SAMPAI PASAL 49)
q BAB VIII :LARANGAN PENYITAAN UANG DAN BARANG MILIK NEGARA
/DAERAH DAN/ATAU YANG DIKUASAI NEGARA/DAERAH
(PASAL 50)
q BAB IX :PENATAUSAHAAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN APBN/
APBD (PASAL 51 SAMPAI PASAL 57)
q BAB X :PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH (PASAL 58)
q BAB XI :PENYELESAIAN KERUGIAN NEGARA/DAERAH (PASAL 59
SAMPAI PASAL 67)
q BAB XII :PENGELOLAAN KEUANGAN BADAN LAYANAN UMUM
(PASAL 68 SAMPAI PASAL 69)

Agnes V. Tumanduk - 18061104060


UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 15 TAHUN 2004 TENTANG
PEMERIKSAAN PENGELOLAAN DAN
TANGGUNG JAWAB KEUANGAN NEGARA

Pengelolaan Keuangan Negara adalah keseluruhan kegia-


Dasar Hukum tan pejabat pengelola keuangan negara sesuai dengan ke-
dudukan dan kewenangannya, yang meliputi perencanaan,
-UUD 1945 Amandemen 4 Pasal 23e, 23f, dan 23g pelaksanaan, pengawasan, dan pertanggungjawaban.
-UU No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara
-UU No. 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara Tanggung Jawab Keuangan Negara adalah kewajiban
Pemerintah untuk melaksanakan pengelolaan keuangan
Definisi negara secara tertib, taat pada peraturan perundang-unda-
ngan, efisien, ekonomis, efektif, dan transparan, dengan
Pemeriksaan adalah proses identifikasi masalah, ana-li memperhatikan rasa keadilan dan kepatutan.
sis, dan evaluasi yang dilakukan secara independen, ob
yektif, dan profesional berdasarkan standar pemeriksaa Pemeriksa adalah orang yang melaksanakan tugas pemerik
n, untuk menilai kebenaran, kecermatan, kredibili- saan pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara
tas, dan keandalan informasi mengenai pengelolaan untuk dan atas nama BPK.
dan tanggung jawab keuangan negara.
Ferly F. Kodoati - 18061104066
Lingkup Pemeriksaan
-Pemeriksaan keuangan negara meliputi Pemeriksaan Keuangan
pemeriksaan atas pengelolaan keuangan
negara dan pemeriksaan atas tanggung
PEMERIKSAAN PENGELOLAAN

jawab keuangan negara. Jenis Pemeriksaan Pemeriksaan Kinerja


-Pemeriksaan pengelolaan dan tanggung
DAN TANGGUNG JAWAB

jawab keuangan negara yang dilakukan


KEUANGAN NEGARA

oleh BPK meliputi seluruh unsur keuangan Pemeriksaan dengan


negara sebagaimana dimaksud dalam Tujuan Tertentu
Pasal 2 Undang-undang Nomor 17 Tahun
2003 tentang Keuangan Negara.
-Pemeriksaan sebagaimana dimaksud Hasil Pemeriksaan
dalam terdiri atas pemeriksaan keuangan, Hasil setiap pemeriksaan yang dilakukan oleh BPK dis
pemeriksaan kinerja, dan pemeriksaan usun dan disajikan dalam laporan hasil pemeriksaan
dengan tujuan tertentu. (LHP).
-Pemeriksaan sebagaimana dimaksud - Pemeriksaan keuangan akan menghasilkan opini.
adalah patokan untuk melakukan pemerik- - Pemeriksaan kinerja akan menghasilkan temuan
saan pengelolaan dan tanggung jawab , kesimpulan, dan rekomendasi.
keuangan negara yang meliputi standar - Pemeriksaan dengan tujuan tertentu akan mengh
umum, standar pelaksanaan pemeriksaan, asilkan kesimpulan.
dan standar pelaporan yang wajib dipe-
domi oleh BPK dan/atau pemeriksa.
Ferly F. Kodoati - 18061104066
Tindak Lanjut Hasil Pemeriksaan Pengenaan Ganti Kerugian Negara
• Penjabat wajib menindaklanjuti reko Sebagaimana diamanatkan dalam Pasal
mendasi dalam Laporan Hasil 62 ayat (3) Undang-undang Nomor 1
Pemeriksaan
PEMERIKSAAN PENGELOLAAN

Tahun 2004 tentang Perbendaharaan


• Pejabat perlu memberikan jawaban a Negara, Undang-undang ini mengatur
DAN TANGGUNG JAWAB

tau penjelasan kepada BPK lebih lanjut tentang pengenaan ganti


KEUANGAN NEGARA

tentang tindak lanjut atas rekomen- kerugian negara/daerah terhadap benda-


dasi dalam LHP selambat-lambatnya hara. BPK menerbitkan surat keputusan
60 hari setelah LHP diterima
penetapan batas waktu pertanggungja-
• BPK memantau pelaksanaan tindak- waban bendahara atas kekurangan
lanjut LHP
kas/barang yang terjadi, setelah menge-
• Pejabat yang tidak melaksanakan tahui ada kekurangan kas/barang dalam
tindak lanjut dikenai sanksi adminis-
persediaan yang merugikan keuangan
tratif sesuai dengan ketentuan perun
dang-undangan di bidang kepega- negara/daerah. Bendahara tersebut
waian dapat mengajukan keberatan terhadap
• BPK memberitahukan hasil peman- putusan BPK . Pengaturan tata cara pe-
tauan tindak lanjut kepada lembaga nyelesaian ganti rugi negara/daerah ini di
perwakilan dalam hasil pemeriksaan tetapkan oleh BPK setelah berkonsultasi
semester dengan pemerintah.

Ferly F. Kodoati - 18061104066


UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 25 TAHUN 2004
TENTANG
SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL
Dengan berlakunya amandemen Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, telah
terjadi perubahan dalam pengelolaan pembangunan, salah satunya yaitu ditiadakannya Garis-garis Be-
sar Haluan Negara (GBHN) sebagai pedoman penyusunan rencana pembangunan Nasional.
GBHN yang ditetapkan oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia (MPRRI) berfungsi
sebagai landasan perencanaan pembangunan Nasional sebagaimana telah dilaksanakan dalam praktek
ketatanegaraan selama ini. Ketetapan MPR RI ini menjadi landasan hukum bagi Presiden untuk dijabar-
kan dalam bentuk Rencana Pembangunan Lima Tahunan dengan memperhatikan secara sungguh-sung
guh saran Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI), yang selanjutnya Pemerintah bersa-
ma DPR RI menyusun APBN.

Perubahan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang mengatur bahwa Presi-
den dipilih secara langsung oleh rakyat dan tidak adanya GBHN sebagai pedoman Presiden untuk me-
nyusun rencana pembangunan maka dibutuhkan pengaturan lebih lanjut bagi proses perencanaan pem-
bangunan Nasional
Ecclessia Gampamole - 18061104194
Ruang Lingkup
Undang-Undang ini mencakup landasan hukum di bidang perencanaan pembangunan
baik oleh Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Daerah. Dalam Undang-Undang ini di-
tetapkan bahwa Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional adalah satu kesatuan tata
cara perencanaan pembangunan untuk menghasilkan rencana pembangunan dalam
PEMBANGUNAN NASIONAL

jangka panjang, jangka menengah, dan tahunan yang dilaksanakan oleh unsur penye-
SISTEM PERENCANAAN

lenggara pemerintahan di pusat dan Daerah dengan melibatkan masyarakat.

Proses Perencanaan
Sistem Perencanaan Pemba- Perencanaan pembangunan terdiri dari empat (4)
ngunan Nasional dalam Undang tahapan yakni:
-Undang ini mencakup 1.penyusunan rencana;
lima pendekatan dalam seluruh 2.penetapan rencana;
rangkaian perencanaan, yaitu:
3.pengendalian pelaksanaan rencana; dan
1.politik;
4.evaluasi pelaksanaan rencana.
2.teknokratik;
3.partisipatif; Keempat tahapan diselenggarakan secara berkelanju-
tan sehingga secara keseluruhan membentuk satu siklus
4.atas-bawah (top-down), dan
perencanaan yang utuh.
5.bawah-atas (bottom-up).

Ecclessia Gampamole - 18061104194


Tahap berikutnya adalah penetapan rencana menjadi produk hukum sehingga mengi-
kat semua pihak untuk melaksanakannya. Menurut Undang-Undang ini, rencana pem-
bangunan jangka panjang Nasional/Daerah ditetapkan sebagai Undang-Undang/Pera-
turan Daerah, rencana pembangunan jangka menengah Nasional/Daerah ditetapkan
sebagai Peraturan Presiden/Kepala Daerah, dan rencana pembangunan tahunan Na-
PEMBANGUNAN NASIONAL

sional/Daerah ditetapkan sebagai Peraturan Presiden/Kepala Daerah.


SISTEM PERENCANAAN

Dalam rangka perencanaan pembangunan, setiap Kementerian/Lembaga, baik Pusat


maupun Daerah, berkewajiban untuk melaksanakan evaluasi kinerja pembangunan
yang merupakan dan atau terkait dengan fungsi dan tanggungjawabnya. Dalam melak-
sanakan evaluasi kinerja proyek pembangunan, Kementerian/Lembaga, baik Pusat
maupun Daerah, mengikuti pedoman dan petunjuk pelaksanaan evaluasi kinerja untuk
menjamin keseragaman metode, materi, dan ukuran yang sesuai untuk masing-masing
jangka waktu sebuah rencana.

Sistematika
Undang-Undang ini disusun dengan sistematika sebagai berikut: Ketentuan Umum,
Asas dan Tujuan, Ruang Lingkup Perencanaan Pembangunan Nasional, Tahapan Pe-
rencanaan Pembangunan Nasional, Penyusunan dan Penetapan Rencana Kelemba-
gaan, Ketentuan Peralihan, dan Ketentuan Penutup.

Ecclessia Gampamole - 18061104194


PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 2
TAHUN 2012 TENTANG
HIBAH DAERAH
Hibah Daerah adalah pemberian dengan pengalihan hak atas sesuatu dari pemerintah atau pihak lain kepada
pemerintah daerah atau sebaliknya yang secara spesifik telah ditetapkan peruntukannya dan dilakukan melalui
perjanjian. Hibah daerah dapat berbentuk uang, barang,dan/atau jasa.

PERATURAN PEMERINTAH TENTANG HIBAH DAERAH


Ø BAB 1 Ø BAB 3
KETENTUAN UMUM (PASAN 1 SAMPAI 2) PERENCANAAN HIBAH (PASAL 10 SAMPAI 11)
Hibah daerah meliputi: Bagian kesatu : Usulan Kegiatan Hibah Yang Ber-
a.Hibah kepada pemerintah daerah sumber Dari Luar Negeri
b.Hibah dari pemerintah daerah Bagian kedua : Kriteria Kegiatan
Ø BAB 4
Ø BAB 2
PEMBERIAN/PENERUSAN HIBAH DARI PEME-
BENTUK DAN SUMBER HIBAH (PASAL 3
RINTAH KE PEMERINTAH DAERAH (PASAL 12
SAMPAI 9)
SAMPAI 14)
Delia S Mamangkey - 18061104096
Ø BAB 5
PERJANJIAN HIBAH (PASAL 15 SAMPAI 17)
Ø BAB 6
PENGANGGARAN HIBAH (PASAL 18 SAMPAI 21)
Ø BAB 7
HIBAH DAERAH

PENYALURAN HIBAH (PASAL 22 SAMPAI 27)


Bagian kesatu : Penyaluran Hibah dari Pemerintah Daerah Berupa Uang
Bagian kedua : Penyaluran Hibah Berupa Barang dan Jasa
Bagian ketiga : Penyaluran Hibah dari Pemerintah Daerah Kepada Pemerintah
Ø BAB 8
PENATAUSAHAAN, PEMANTAUAN DAN EVALUASI,SERTA PELAPORAN (PASAL
28SAMPAI 29)
Bagian Kesatu : Penatausahaan
Bagian kedua : Pemantauan, Evaluasi, dan Pelaporan
Ø BAB 9
KETENTUAN PERALIHAN (PASAL 30)
Ø BAB 10
KETENTUAN PENUTUP (PASAL 31 SAMPAI 32)

Delia S Mamangkey - 18061104096


UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 33 TAHUN 2004
TENTANG PERIMBANGAN KEUANGAN
PEMERINTAH PUSAT DAN PEMERINTAHAN DAERAH
Pembentukan Undang-Undang tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah (Pusat)
dan Pemerintahan Daerah dimaksudkan untuk mendukung pendanaan atas penyerahan uru-
san kepada Pemerintahan Daerah yang diatur dalam Undang-Undang tentang Pemerintahan
Daerah. Pendanaan tersebut menganut prinsip money follows function, yang mengandung
makna bahwa pendanaan mengikuti fungsi pemerintahan yang menjadi kewajiban dan tang-
gung jawab masing-masing tingkat pemerintahan.

Perimbangan keuangan antara Pemerintah dan Pemerintahan Daerah adalah suatu sistem
pembagian keuangan yang adil, proporsional, demokratis, transparan, dan efisien dalam
rangka pendanaan penyelenggaraan Desentralisasi, dengan memper-timbangkan potensi,
kondisi, dan kebutuhan daerah, serta besaran pendanaan penyelenggaraan Dekonsentrasi
dan Tugas Pembantuan.

Reilin O. Mare - 18061104104


PENJELASAN
DAN PEMERINTAHAN DAERAH Pemerintah pada hakikatnya mengemban tiga fungsi utama yakni fungsi dis-
PERIMBANGAN KEUANGAN

tribusi, fungsi stabilisasi, dan fungsi alokasi. Fungsi distribusi dan fungsi sta-
bilisasi pada umumnya lebih efektif dan tepat dilaksanakan oleh Pemerintah,
PEMERINTAH PUSAT

sedangkan fungsi alokasi oleh Pemerintahan Daerah yang lebih mengetahui


kebutuhan, kondisi, dan situasi masyarakat setempat. Pembagian ketiga fung-
si dimaksud sangat penting sebagai landasan dalam penentuan dasar-dasar
perimbangan keuangan antara Pemerintah dan Pemerintahan Daerah.

Dalam rangka penyelenggaraan otonomi daerah, penyerahan, pelimpahan,


dan penugasan urusan pemerintahan kepada Daerah secara nyata dan ber-
tanggung jawab harus diikuti dengan pengaturan, pembagian, dan peman-
faatan sumber daya nasional secara adil, termasuk perimbangan keuangan
antara Pemerintah dan Pemerintahan Daerah. Sebagai daerah otonom, pe-
nyelenggaraan pemerintahan dan pelayanan tersebut dilakukan berdasarkan
prinsip-prinsip transparansi, partisipasi, dan akuntabilitas.

Reilin O. Mare - 18061104104


POKOK-POKOK MUATAN
1. Penegasan prinsip-prinsip dasar perimbangan keuangan Pemerintah dan Peme
rintahan Daerah sesuai asas Desentralisasi, Dekonsentrasi, dan Tugas
DAN PEMERINTAHAN DAERAH Pembantuan.
PERIMBANGAN KEUANGAN

2. Penambahan jenis Dana Bagi Hasil dari sektor Pertambangan, Pajak Bumi,
PEMERINTAH PUSAT

Pajak Peng-hasilan (PPh) , Wajib Pajak Orang Pribadi Dalam Negeri dan PPh
Pasal 21.
3. Pengelompokan Dana Reboisasi yang semula termasuk dalam komponen
Dana Alokasi Khusus menjadi Dana Bagi Hasil.
4. Penyempurnaan prinsip pengalokasian Dana Alokasi Umum.
5. Penyempurnaan prinsip pengalokasian Dana Alokasi Khusus.
6. Penambahan pengaturan Hibah dan Dana Darurat.
7. Penyempurnaan persyaratan dan mekanisme Pinjaman Daerah, termasuk
Obligasi Daerah.
8. Pengaturan pengelolaan dan pertanggungjawaban keuangan.
9. Penegasan pengaturan Sistem Informasi Keuangan Daerah.
10. Prinsip akuntabilitas dan responsibilitas dalam Undang-Undang ini yang
dipertegas dengan pemberian sanksi.
Reilin O. Mare - 18061104104

Anda mungkin juga menyukai