Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN

PROTESTAN

KELOMPOK 1:

Benni Siswanto Simatupang 7192210003

Cindi Manalu 7191210009

Mega Ching Li Panjaitan 7193210003

Icha Natalia Sinaga 7193210027

Via Yemima Ginting 7193210001

PROGRAM STUDI MANAJEMEN


FAKULTAS EKONIMI
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat, dan

Berkat-Nya sehingga kami dapat menyusun dan menyelesaikan tugas makalah guna

memenuhi salah satu tugas mata kuliah Pendidikan Agama Kristen Protestan. Harapan kami

semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para

pembaca, sehingga kami dapat memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini sehingga

kedepannya dapat lebih baik.

Dalam penulisan makalah ini penulis berterimakasih kepada bapak Pdt.Boimin S.Th.

M.A.,M.Th atas bantuan dan motivasi sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas ini.

Karena keterbatasan ilmu maupun pengalaman, terdapat kekurangan dalam penyusunan

makalah ini. Oleh karena itu kami sangat berharap saran dan kritik yang membangun berasal

dari pembaca.

Medan, Februari

Tim Penulis
Daftar Isi
KATA PENGANTAR ......................................................................................................... 2
Daftar Isi.............................................................................................................................. 3
BAB 1................................................................................................................................... 4
PENDAHULUAN................................................................................................................ 4
1.1 Latar Belakang .......................................................................................................... 4
1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................................... 4
C. Tujuan ......................................................................................................................... 5
BAB II.................................................................................................................................. 6
PEMBAHASAN .................................................................................................................. 6
2.1 Pengertian Agama...................................................................................................... 6
2.2 Agama sebagai Fenomena ......................................................................................... 7
2.3 Fenomena Agama dalam Umat Manusia .................................................................. 7
2.4 Fenomena Agama Di Indonesia................................................................................. 8
2.5 Agama Sebagai Jalan Keselamatan ........................................................................ 10
2.6 Agama Sebagai Usaha Manusia .............................................................................. 11
2.7 Jelaskan Fungsi Sosial Agama ................................................................................ 11
2.8 Jelaskan Fungsi Dan Tujuan Agama ...................................................................... 12
BAB III .............................................................................................................................. 13
PENUTUP ......................................................................................................................... 13
3.1 Kesimpulan .............................................................................................................. 13
3.2 Saran ........................................................................................................................ 14
BAB 1

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kehidupan manusia selalu dibayangi oleh agama, karena setiap manusia yang lahir ke
dunia ini membawa suatu thabi’at dalam dirinya, yaitu gharizah tadaayun atau naluri ingin
beragama. Hal ini, memang telah menjadi fitrah kejadian manusia yang diciptakan oleh Tuhan
Yang Maha Kuasa. Selain daripada faktor internal, dorongan manusia untuk beragamapun
dipengaruhi oleh faktor eksternal yaitu suasana lingkungan kehidupan dan iklim dimana ia
hidup. Peter L. Berger, melukiskan agama sebagai suatu kebutuhan dasar manusia, karena
agama merupakan sarana untuk membela diri terhadap segala kekacauan yang mengancam
hidup manusia.

Agama dapat dipandang sebagai kepercayaan dan pola prilaku yang diusahakan oleh
suatu masyarakat untuk menangani sebuah masalah penting yang tidak dapat dipecahkan,
karena agama memiliki kesanggupan yang definitif dalam menolong manusia. Disamping itu,
agama juga menyediakan diri untuk dijadikan legitimasi bagi terimplementasinya amal-amal
sosial kemanusiaan tertentu. Agama dipandang sebagai penguat norma-norma kelompok,
sanksi moral untuk perbuatan perorangan, dan menjadi dasar persamaan tujuan serta nilai-nilai
yang menjadi landasan keseimbangan masyarakat. Pendekatan hubungan dengan Tuhan,
ternyata tidak hanya dibangun melalui ritus-ritus dan upacara yang rutin, melainkan bisa
dicapai melalui penciptaan harmoni sosial, pembelaan terhadap ketidakadilan dan penindasan
ataupun pengentasan sesama manusia dari keterbelakangan.

1.2 Rumusan Masalah


Sebagaimana latar belakang yang telah dipaparkan diatas maka laporan makalah ini
merumuskan beberapa masalah, yakni:

1. Apa pengertian agama?


2. Bagaimana agama sebagai fenomena?
3. bagaimana agama menjadi jalan keselamatan?
4. Bagaimana agama sebagai usaha manusia?
5. Apa fungsi sosial agama?
6. Apa fungsi dan tujuan agama?
C. Tujuan
Sebagaimana yang telah dirumuskan dalam permasalahan diatas maka laporan makalah
ini bertujuan:

1. Menjelaskan pengertian agama


2. Menjelaskan agama sebagai fenomena
3. Menjelaskan agama menjadi jalan keselamatan
4. Menjelaskan agama sebagai usaha manusia
5. Menjelaskan fungsi sosial agama
6. Menjelaskan tujuan agama
BAB II

PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Agama
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Agama adalah sistem yang mengatur tata
keimanan (kepercayaan) dan peribadatan kepada Tuhan Yang Mahakuasa serta tata kaidah
yang berhubungan dengan pergaulan manusia dan manusia serta lingkungannya. Kata
"Agama" berasal dari bahasa Sanskerta, āgama (आगम) yang berarti "tradisi".[10]. Kata lain
untuk menyatakan konsep ini adalah religi yang berasal dari bahasa Latin religio dan berakar
pada kata kerja re-ligare yang berarti "mengikat kembali". Maksudnya dengan berreligi,
seseorang mengikat dirinya kepada Tuhan.

Menurut beberapa ahli

Émile Durkheim mengatakan bahwa agama adalah suatu sistem yang terpadu yang terdiri atas
kepercayaan dan praktik yang berhubungan dengan hal yang suci. Kita sebagai umat beragama
semaksimal mungkin berusaha untuk terus meningkatkan keimanan kita melalui rutinitas
beribadah, mencapai rohani yang sempurna kesuciannya.Sedangkan menurut Bahrun
Rangkuti, seorang muslim cendekiawan sekaligus seorang linguis, mengatakan bahwa definisi
dan pengertian agama berasal dari bahasa Sansekerta; a-ga-ma. A (panjang) artinya adalah
cara, jalan, The Way, dan gama adalah bahasa Indo Germania; bahasa Inggris Togo artinya
jalan, cara-cara berjalan, cara-cara sampai kepada keridhaan kepada Tuhan.

Pengertian Agama Menurut Anthony F.C. Wallace: Agama sebagai seperangkat upacara yang
diberi rasionalisasi lewat mitos dan menggerakkan kekuatan supernatural dengan maksud
untuk mencapai terjadinya perubahan keadaan pada manusia dan semesta.

Pengertian Agama Menurut Parsons & Bellah: Agama adalah tingkat yang paling tinggi dan
paling umum dari budaya manusia.

Pengertian Agama Menurut Luckmann: Agama adalah kemampuan organisme manusia untuk
mengangkat alam biologisnya melalui pembentukan alam-alam makna yang objektig, memiliki
daya ikat moral dan serba meliputi.

Menurut prof Dr.m. Drikarya definisi Agama adalah kenyakinan adanya suatu kekuatan
supranatural yang mengatur danmenciptakan alam dan isinya.
Menurut H. Moenawar Chalil definisi Agama adalah perlibatan yang merupakan tingkah laku
manusia dalam berhubungan dengan kekuatan supranatural tersebut sebagai konsekuensi atas
pengakuannya.

2.2 Agama sebagai Fenomena


Agama telah menjadi fenomena dalam kehidupan manusia karena telah menyentuh,
mengisi dan Mempengaruhi kehidupan manusia. Fenomena agama merupakan fenomena
umum dalam kehidupan manusia sebab agama tidak terpisahkan dari kehidupan manusia.
Agama memberikan warna dalam kehidupan manusia hal ini terlihat dari kehidupan manusia.
Karakter seseorang dipengaruhi oleh keyakinan ajaran agama nya.

Fenomena agama tidak pernah tidak ada dalam kehidupan manusia. Selalu hadir dalam
kehidupan manusia. Hal ini diakibatkan oleh kelemahan manusia sehingga bergantung
sepenuhnya pada Allah. Disisi lain karna adanya pernyataan Allah terhadap manusia. Agama
sangat lah penting dalam kehidupan manusia hal ini diakibatkan oleh ajaran agama sebagai
sumber moral, ajaran agama sebagai petunjuk dalam kebenaran, sebagai sumber informasi dan
agama juga memberikan bimbingan rohani bagi manusia di dalam semua aspek kehidupan dan
pengalaman pengalaman nya.

Sampai kapan pun agama tetap menjadi fenomenal dalam kehidupan manusia karena
hal hal berikut ini:

1. Kekuatan Allah dan kelemahan manusia

2. Universalitas agama dalam kehidupan manusia

3. Manusia tanpa agama akan hampa

4. Agama tidak pernah lepas dari kehidupan realitas manusia

5. Peran agama sangat penting dalam kehidupan manusia.

2.3 Fenomena Agama dalam Umat Manusia


Fenomena agama merupakan fenomena universal umat manusia. Agama merupakan
suatu peraturan yang mengatur kehidupan manusia agar tidak kacau. Agama dapat dipandang
sebagai kepercayaan dan pola perilaku yang diusahakan oleh suatu masyarakat untuk
menangani masalah penting yang tidak dapat dipecahkan oleh teknologi dan teknik organisasi
yang diketahuinya.
Agama memberi makna pada kehidupan individu dan kelompok, juga memberi harapan
tentang kelanggengan hidup sesudah mati. Agama dapat menjadi sarana manusia untuk
mengangkat diri dari kehidupan duniawi yang penuh penderitaan, mencapai kemandirian
spiritual. Agama memperkuat norma-norma kelompok, sanksi moral untuk perbuatan
perorangan, dan menjadi dasar persamaan tujuan serta nilai-nilai yang menjadi landasan
keseimbangan masyarakat.

Francisco J. Moreno: Sejarah agama berumur setua dengan sejarah manusia. Max
Muller – Joachim Wach: Sejarah umat manusia adalah sejarah agama. Agama merupakan cara
untuk meningkatkan pengetahuan dan cintanya kepada Tuhan. Agama merupakan cahaya,
jiwa, dan kehidupan sejarah.

Agama dalam pengertian sosiologi adalah gejala sosial yang umum dan dimiliki oleh
seluruh masyarakat yang ada di dunia ini, tanpa kecuali. Ia merupakan salah satu aspek dalam
kehidupan sosial dan bagian dari system sosial suatu masyarakat. Agama juga bisa dilihat
sebagai unsur dari kebudayaan suatu masyarakat di samping unsur-unsur yang lain, seperti
kesenian, bahasa, system mata pencaharian, system peralatan, dan system organisasi sosial.

Beberapa konflik antara umat beragama adalah konflik antar umat beragama di Moro
Filipina (Islam dengan Kristen), pembantaian muslim Rohingnya oleh umat Budha di
Myammar, bentrokan sektarian di kota Boda, Republik Afrika Tengah yang melibatkan
Muslim dengan Kristen, konflik di Poso, antara umat Islam dengan Kristen, serta konflik Syiah
di Jawa Timur, lahirnya ISIS yang ingin mendirikan Daulah Islamiah di Irak dan Suriah,
berbagai organisasi agama bahkan sosial, serta pemimpin negara beramai-ramai mengutuk ISIS
yang sedang menjelma sebagai kekuatan baru di dunia.

2.4 Fenomena Agama Di Indonesia


Di Negara Indonesia ditemukan berbagai macam agama; Islam, Kristen, Katolik,
Hindu, Budha dan Konghucu. Pengaturan agama ini berada dibawah menteri agama. Dalam
konteks agama di Indonesia kementerian Agama dalam hal ini Direktorat Bimbingan
Masyarakat Kristen telah menerima 372 denominasi (Kasifikasi) di Indonesia. Dengan
demikian sejumlah itulah nama-nama gereja yang diakui oleh pemerintah Indonesia.

Di Indonesia masalah agama adalah masalah yang sangat sensitif dalam kehidupan
masyarakat dan sangat mudah mendatangkan konflik pada tingkat lokal maupun regional.
Komunikasi antar umat beragama baik secara lembaga maupun secara perorangan dalam hidup
sehari-hari haruslah dibangun. Pergaulan lintas agama dapat dibangun secara positif dan
hendaknya dihindari perdebatan antara kita secara seksama.

Agama & Kekerasan

Sepanjang sejarahnya, agama juga merupakan penyebab banyaknya kekerasan di


Indonesia. Mengenai sejarah masa kini, terdapat satu titik balik yang penting. Setelah
jatuhnya rezim Orde Baru presiden Suharto (yang dicirikan oleh pemerintah pusat yang kuat
dan masyarakat sipil yang lemah) suara Islam yang radikal dan tindakan kekerasan (aksi
teroris) - yang sebelumnya sebagian besar ditekan pemerintah - sempat muncul ke permukaan
dalam bentuk serangan bom serta ancaman lain.

Di era Reformasi berbagai media Indonesia pernah memberitakan soal kekerasan antar
agama, misalnya kelompok Muslim yang radikal terhadap kelompok agama minoritas seperti
para Ahmadiyya dan Kristen. Apalagi, para pelaku dan pemicu kekerasan tersebut biasanya
dijatuhkan hukuman penjara yang ringan. Hal tersebut telah mendapatkan perhatian
internasional dan sejumlah pemerintah, organisasi serta media menyatakan keprihatinan atas
penjaminan kebebasan agama di Indonesia.

Secara umum di Indonesia ini mempunyai banyak berbagai jenis perselisihan mulai dari
perorangan maupun antar kelompok dengan kata lain saat ini kondisi kerukunan di Indonesia
sangat menurun apalagi di kota-kota besar mereka tidak terlalu memperhatikan masalah
kerukunan satu sama lain. Indonesia mempunyai peraturan perundang-undangan yang cukup
baik tetapi masyarakat di Indonesia masih kurang akan kesadaran untuk mematuhi peraturan
tersebut terkadang masih muncul konflik-konflik diantara mereka maupun antar umat
beragama.

Ada beberapa penyebab konflik antar umat beragama:

1. Mereka masih belum memahami ajaran agamanya atau menyimpang dari


aturan/ajaran agama masing-masing.

2. Masyarakat masih mementingkan diri sendiri atau menganggap agamanya yang


paling benar.

3. Masyarakat masih bertindak semaunya tanpa mengikuti kaedah yang ada.


Sementara itu yang menyebabkan terjadinya konflik antar umat beragama bukan
berasal dari factor agama melainkan dari factor ekonomi/keuangan, politik dan social yang
kemudian diagamakan. Banyak tokoh agama atau masyarakat yang masih memiliki kurangnya
kesadaran sebagai tokoh dan umat beragama, masih adanya kesalahpahaman mengenai
informasi diantara pemeluk agama, penistaan terhadap agama, dan adanya paham radikal di
antara masyarakat dan disebagian kecil kelompok agama.

2.5 Agama Sebagai Jalan Keselamatan


Allah menciptakan dunia dan manusia karena cinta, dan berusaha agar keadaannya baik
adanya. Dua hal saja yang perlu untuk keselamatan kita jaman ini : tetap percaya akan
penyelenggaraan ilahi dan patuh setia akan kehendak-Nya. Meskipun dunia berubah seturut
perubahan jaman, namun kiranya iman kita tidak berubah dalam menantikan dan menyambut
kedatangan Kerajaan Allah yang mulia dan menyelamatkan.

Keselamatan merupakan kebutuhan paling utarna dan terutama bagi setiap orang.
Kebutuhan itu tidak hanya untuk kehidupan kini dan disini saja.. Namun banyak orang kurang
memahami arti keselamatan. Mereka tidak tahu bagaimana mendapatkan keselamatan itu
sendiri. Artinya banyak jalan menuju sorga. Benarkah? "Dan keselamatan tidak ada di dalam
siapapun juga selain di dalam Dia, sebab di bawah kolong langit ini tidak ada nama lain yang
diberikan kepada manusia yang olehnya kita dapat diselamatkan." (Kisah 4:12). Artinya jalan
untuk memperoleh keselamatan hanya ada satu saja yaitu melalui Yesus Kristus. Dia berkata,
"Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau
tidak melalui Aku." (Yohanes 14:6). Jadi, tak seorang pun akan mencapai Kerajaan Sorga jika
mereka tidak percaya kepada Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat.

Berbicara tentang keselamatan berarti berbicara tentang karya penebusan yang dilakukan
Yesus Kristus melalui kematian dan kebangkitan-Nya. Oleh-Nya manusia memperoleh
pengharapan untuk diselamatkan, asal ia percaya kepada-Nya. "... setiap orang yang percaya
kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal." (Yohanes 3:16).

Apa arti keselamatan? Dilepaskan atau dibebaskan dari hukuman, kutuk dan akibat-akibat
dari dosa. Keselamatan tidak dapat kita raih dengan kekuatan sendiri. Manusia berusaha
mengatasi perbuatan dosanya dengan berbuat baik (beramal) dan melakukan ajaran agama,
dengan harapan dosanya diampuni dan bisa masuk sorga.

Perbuatan baik saja tidak bisa menebus dosa-dosa kita dan dijadikan ukuran untuk
mendapatkan keselamatan, artinya manusia tidak dapat memperoleh keselamatan melalui
usahanya sendiri. "Pada waktu itu Dia telah menyelamatkan kita, bukan karena perbuatan baik
yang telah kita lakukan," (Titus 3:5).

Benar bahwa keselamatan yang kita terima itu bukan karena perbuatan baik, bukan karena
kita benar, bukan juga karena kita dipandang layak, tapi semata-mata karena anugerah Allah.
Seperti firman Tuhan katakan, keselamatan harus dikerjakan dengan takut dan gentar. Artinya
kalau saat ini kita sudah menerima keselamatan maka kita harus bertanggung jawab untuk
menjaganya, yaitu dengan hidup melakukan semua kehendak Allah Bapa di Sorga.

Menerima keselamatan, berarti kita juga menerima tanggung jawab. Tanggung jawab kita
adalah menjaga seluruh hidup kita supaya tetap hidup dalam kesucian, kekudusan dan
kebenaran Allah. Dengan menerima keselamatan maka kita tidak boleh lagi hidup seperti cara
hidup yang lama, yaitu hidup dalam dosa. Sebab orang yang menerima keselamatan, tidak
boleh lagi berbuat dosa. Menerima keselamatan di dalam Tuhan Yesus Kristus artinya kita
telah menerima kehidupan yang baru. Kita harus meninggalkan cara hidup yang lama, karena
di dalam Kristus kita dilahirkan kembali.

2.6 Agama Sebagai Usaha Manusia


Kalau diperhatikan lebih seksama dari uraian-uraian sebelumnya maka agama merupakan
usaha manusia untuk mencari Allah dengan tujuan agar bisa berhubungan dengan Allah.
Berapa abad lamanya manusia berjuang untuk bertemu dengan penciptanya Apakah mereka
sampai kepada Tuhan? Dalam Alkitab dijelaskan bahwa manusia sebagai kawanan domba
Allah, sedangkan gembalanya adalah Tuhan titik a (Allah) datang dari surga untuk mencari
domba domba yang hilang titik jadi alay Mencari Manusia Bukan sebaliknya manusia mencari
Allah. Manusia tidak sadar bahwa jika Allah menyatakan dirinya Maka manusia bisa mengenal
Allah.

Jadi Allah telah mengirimkan Yesus kepada manusia sehingga manusia dapat mengenal Allah
secara khusus keselamatan atau surga yang telah disediakan oleh Tuhan dibanding dengan
pernyataan umum dan pernyataan khusus.

2.7 Jelaskan Fungsi Sosial Agama

Peranan sosial agama sebagai faktor integratif bagi masyarakat berarti peran agama
dalam menciptakan suatu ikatan bersama, baik diantara anggota-anggota beberapa masyarakat
maupun dalam kewajiban-kewajiban sosial yang membantu mempersatukan mereka. Banyak
ahli berpendapat bahwa fungsi agama adalah untuk memajukan serta mempertahankan
perilaku-perilaku moral. Para pendukung teori evolusi modern melihat agama terutama sebagai
adaptasi yang berfungsi untuk meningkatkan kohesi kelompok, dan inilah juga yang
dikemukakan oleh Durkheim.

Philip Goldberg yang merangkum berbagai fungsi agama memberi daftar fungsi agama sebagai
berikut:

1 Transmisi atau pewarisan: yakni untuk meneruskan ke setiap generasi suatu “sense of
identity” melalui kebiasaan-kebiasaan, cerita, dan kelanjutan historis yang dimiliki bersama.

2 Translasi atau penerjemahan: yakni untuk menolong individu-individu menafsirkan


peristiwa-peristiwa kehidupan, mendapatkan suatu rasa bermakna dan bertujuan, dan
memahami hubungan-hubungannya dengan keseluruhan yang lebih besar (baik dalam arti
sosial maupun kosmis).

3 Transaksi: yakni untuk menciptakan dan mempertahankan suatu komunitas yang sehat, dan
memberi penuntun terhadap perilaku-perilaku moral dan hubungan-hubungan etis.

4 Transformasi: yakni sebagai pengembangan kedewasaan dan pertumbuhan yang terus-


menerus, menolong umat beragama untuk merasa lebih penuh dan komplet.

5 Transendensi: yakni untuk memuaskan kerinduan untuk memperluas batasan-batasan diri


yang dipersepsikan, menjadi lebih sadar terhadap aspek kehidupan yang lebih sakral, dan
mengalami persekutuan/penyatuan dengan dasar keberadaan yang mutlak.

2.8 Jelaskan Fungsi Dan Tujuan Agama


Dalam konsep ini, agama sudah bersifat fungsional, meskipun Tyler sebenarnya
mendefinisikan agama secara substantif. Ia mengatakan bahwa agama sebagai suatu
kepercayaan kepada yang tak terlihat, dengan perasaan takut, kagum, hormat, rasa syukur, dan
kasih, demikian pun institusinya seperti doa, ibadah, dan pengorbanan. Definisi fungsional
menekankan pada fungsi agama, atau apa yang dilakukan agama. Contoh dari definisi-definisi
fungsional adalah definisi yang dikemukakan Ward dan Cooley berikut. Ward (1898)
berpendapat bahwa agama adalah suatu substitusi dalam dunia yang rasional terhadap insting
pada dunia yang subnational. Cooley (1909:372) juga mendefinisikan agama sebagai suatu
kebutuhan bagi hakikat manusia, untuk menjadikan hidup kelihatan lebih rasional dan baik.

Agama mempunyai tujuan untuk menjadi tatanan kehidupan (aturan) yang berasal dari
Tuhan dimana hal tersebut nantinya mampu membimbing manusia menjadi seseorang yang
berakal dan berusaha mencari kebahagiaan hidup baik itu di dunia ataupun di akhirat sebagai
bekal dalam kehidupan di tahap yang selanjutnya di alam fana yaitu kerajaan Allah. Artinya
disini tujuan agama adalah menegakkan kepercayaan manusia hanya kepada Allah, Tuhan
Yang Maha Esa, Mengatur kehidupan manusia di dunia agar kehidupan teratur dengan baik,
sehingga dapat mencapai kesejahteraan hidup, lahir dan batin, dunia akhirat, menjunjung tinggi
dan melaksanakan peribadatannya hanya kepada Allah dan menyempurnakan anak manusia.

BAB III

PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Agama adalah sistem yang mengatur tata keimanan (kepercayaan) dan peribadatan
kepada Tuhan Yang Mahakuasa serta tata kaidah yang berhubungan dengan pergaulan manusia
dan manusia serta lingkungannya. Agama telah menjadi fenomena dalam kehidupan manusia
karena telah menyentuh, mengisi dan Mempengaruhi kehidupan manusia. Fenomena agama
merupakan fenomena umum dalam kehidupan manusia sebab agama tidak terpisahkan dari
kehidupan manusia. Peranan sosial agama sebagai faktor integratif bagi masyarakat berarti
peran agama dalam menciptakan suatu ikatan bersama, baik diantara anggota-anggota beberapa
masyarakat maupun dalam kewajiban-kewajiban sosial yang membantu mempersatukan
mereka. Agama mempunyai tujuan untuk menjadi tatanan kehidupan (aturan) yang berasal dari
Tuhan dimana hal tersebut nantinya mampu membimbing manusia menjadi seseorang yang
berakal dan berusaha mencari kebahagiaan hidup baik itu di dunia ataupun di akhirat sebagai
bekal dalam kehidupan di tahap yang selanjutnya di alam fana yaitu kerajaan Allah.

3.2 Saran
Sebagai anak-anak Allah yang sejati, kita harus menjadi Terang dan Garam Dunia. Sebagai
kristen yang sejati, kita harus bersikap seperti Kristus yang datang Untuk melayani bukan untuk
dilayani. Kita harus melayani orang-orang yang belum mengenal penyelamat sejati, yaitu,
Kristus. Saudara dan saya harus menjadi teladan dalam kehidupan dan melaksanakannya
dengan penuh kasih.

Anda mungkin juga menyukai