Anda di halaman 1dari 25

NAMA : NUR ALIYA

NIM : 16-025

JUDUL : GAMBARAN KREATIVITAS VERBAL PADA MAHASISWA


PSIKOLOGI USU YANG SEDANG MENGERJAKAN SKRIPSI

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Perguruan tinggi merupakan institusi yang memiliki peran dan posisi strategis
dalam pencapaian tujuan pendidikan secara makro, yang perlu melakukan upaya
perbaikan secara terus menerus untuk mewujudkan sumber daya manusia yang
berkualitas. Menurut UU No. 20 tahun 2003 pasal 19 ayat 1, yang dimaksud perguruan
tinggi merupakan jenjang pendidikan setelah pendidikan menengah mencakup program
pendidikan diploma, sarjana, magister, spesialis, dan doktor yang diselenggarakan oleh
perguruan tinggi (Depdiknas, 2003).
Saat ini terdapat 4588 perguruan tinggi negeri maupun swasta di Indonesia dalam
bentuk akademik, politeknik, sekolah tinggi, institut, dan universitas. Jumlah universitas
sebanyak 586 termasuk Universitas Sumatera Utara (PDDIKTI, 2018). Universitas
Sumatera Utara merupakan lembaga pendidikan tinggi yang bertujuan untuk
menghasilkan lulusan yang berkualitas yang mampu mengembangkan ilmu pengetahuan,
teknologi, humaniora, dan seni, berdasarkan moral agama, serta mampu bersaing di
tingkat nasional dan internasional; menghasilkan penelitian inovatif yang mendorong
pengembangan ilmu pengetahuan, teknologi, humaniora, dan seni dalam lingkup nasional
dan internasional; menghasilkan pengabdian kepada masyarakat berbasis penalaran dan
karya penelitian yang bermanfaat dalam memajukan kesejahteraan umum dan
mencerdaskan kehidupan bangsa dan pemberdayaan masyarakat secara inovatif agar
masyarakat mampu menyelesaikan masalah secara mandiri dan berkelanjutan;
mewujudkan kemandirian yang adaptif, kreatif, dan proaktif terhadap tuntutan
masyarakat dan tantangan pembangunan, baik secara nasional dan internasional;
meningkatkan kualitas manajemen pembelajaran secara berkesinambungan untuk
mencapai keunggulan dalam persaingan dan kerja sama nasional dan internasional;
menjadi kekuaan moral dan intelektual dalam membangun masyarakat madani indonesia;
dan mengembangkan potensi mahasiswa agar menjadi manusia yang beriman dan
bertakwa kepada tuhan yang maha esa serta berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri, terampil, kompeten, dan berbudaya untuk kepentingan bangsa.
(http://usu.ac.id)
Fakultas Psikologi merupakan salah satu fakultas yang ada di Universitas
Sumatera Utara. Fakultas psikologi hanya memiliki satu program studi/jurusan yaitu
psikologi. Tujuan dari Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara adalah
meningkatkan kualitas manajemen pendidikan psikologi secara berkesinambungan untuk
mencapai daya saing dan kerjasama nasional dan internasional; khususnya dalam bidang
kearifan lokal dan agroindustri. Kemudian, menghasilkan penelitian inovatif yang
mendorong pengembangan dan penerapan ilmu psikologi, khususnya bidang kearifan
lokal dan agroindustri, dalam lingkup nasional maupun internasional dengan berpegang
teguh pada etika ilmu pengetahuan dan kode etik psikologi. Serta, menghasilkan kegiatan
pengabdian kepada masyarakat berbasis penalaran dan karya penelitian di bidang
psikologi yang menekankan pada aspek pencarian penyelesaian masalah aktual serta
kebermanfaatan bagi kesejahteraan masyarakat. (http://fpsi.usu.ac.id)
Salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana dari suatu Universitas, setiap
mahasiswa harus menyelesaikan skripsi. Hal ini juga diungkapkan oleh Abdul Wahid
(2011) bahwa “Skripsi adalah salah satu syarat yang harus dipenuhi sebagai bagian untuk
mendapatkan gelar sarjana (S1)”. Penulisan skripsi mempunyai tujuan sebagaimana
tertulis dalam Buku Panduan Penulisan Tugas Akhir/Skripsi (2011:3) “Tujuan Tugas
Akhir/Skripsi adalah memberi kesempatan kepada mahasiswa agar dapat
memformulasikan ide, konsep, pola pikir dan kreativitasnya yang dikemas secara terpadu
dan komprehensif, dan dapat mengkomunikasikan dalam format yang lain digunakan di
kalangan masyarakat ilmiah”. Penulisan skripsi memberikan peluang kepada mahasiswa
untuk melatih diri dalam mengemukakan dan memecahkan masalah mandiri dan ilmiah.
(annisa. S. w. 2017).
Pada kenyataan yang ada, justru umumnya perjalanan studi mahasiswa menjadi
tersendat-sendat atau terhambat ketika menyusun skripsi. Mutadin (2004) mengatakan
terdapat beragam hal yang menjadi penghambat dalam pengerjaan skripsi, antara lain :
kejenuhan dalam mengerjakan skripsi, proses yang lama dalam mengumpulkan data,
kesulitan dalam menuangkan pikiran kedalam bentuk tulisan, kesulitan membagi waktu
antara mengerjakan skripsi dengan kegiatan lainnya misalnya bekerja dan kurangnya
kemampuan dalam berbahasa inggris untuk membaca literatur buku.
Hambatan-hambatan tersebut juga dirasakan oleh mahasiswa Psikologi
Universitas Sumatera Utara yang sedang mengerjakan skripsi. Berdasarkan hasil survei
yang peneliti lakukan melalui metode kuesioner kepada 22 orang mahasiswa psikologi
yang sedang mengerjakan skripsi, diketahui bahwa kesulitan yang dihadapi oleh
mahasiswa dalam penyelesaian skripsinya disebabkan oleh 2 faktor yaitu, faktor internal
dan faktor eksternal. Kesulitan yang dihadapi oleh mahasiswa dalam penyelesaian skripsi
ditinjau dari faktor internal seperti kesulitan dalam memnentukan masalah/ide yang
diteliti dalam menulis skripsi sebesar (29,2%), kesulitan dalam menuangkan ide/ masalah
dalam bentuk tulisan pada latar belakang masalah sebesar (79,2%), kesulitan dalam
mengumpulkan informasi data dilapangan sebesar (25%), kesulitan dalam penulisan
skripsi sebesar (4,2%) serta kesulitan dalam mengumpulkan niat untuk mengerjakan
skripsi sebesar (4,2%)
Kurangnya kemampuan menelaah permasalahan yang akan diteliti sebesar
(33,3%), malas bimbingan skripsi sebesar (4,2%), kurangnya kemampuan dalam
menyusun skripsi ke bentuk tulisan sebesar (50%), rendahnya motivasi sebesar (16,7%),
kurangnnya minat membaca sebesar (25%), melakukan copy paste dari jurnal atau artikel
lebih mudah sebesar (4,2%), takut bertemu dosen pembimbing dan sulit menyesuaikan
diri dengan dosen pembimbing sebesar (8,3%), kurang aktif bertanya saat bimbingan
sebesar (8,3%), kurangnya kemampuan dalam memilih kata dan kalimat yang
komunikatif sebesar (29,2%), kurangnya kemampuan membuat paparan yang menarik
sebesar (12,5%), kurannya kemampuan menulis gagasan kedalam bentuk paragraph
sebesar (12,5%), sulit menentukan dinamika pada latar belakang sebesar (20,8%), sulit
memahami kritikan/masukan yang disampaikan dosen pembimbing sebesar (4,2%), dan
kurangnya kemampuan mengembangkan teori sebesar (8,3%).
Sedangkan kesulitan yang dihadapi oleh mahasiswa dalam penyelesaian skripsi
ditinjau dari faktor eksternal seperti kesulitan dalam melakukan konsultasi terkait dalam
berkomunikasi dengan dosen pembimbing sebesar (70,8%), dan terbatasnya waktu dan
dana dalam menyusun skripsi sebesar (20,8%). Kesulitan-kesulitan tersebut disebabkan
karena kesibukan dosen pembimbing yang membuat tidak adanya kepastian jadwal
bimbingan sehingga sulit menemui dosen pembimbing sebesar (41,7%), sulit mencari
referensi atau literature yang berkaitan dengan masalah yang akan diteliti sebesar (50%),
referensi yang ada merupakan buku edisi lama sebesar (8,3%), sulit membagi waktu
karena masih mengulang mata kuliah sebesar (4,2%), karena harus bekerja sebesar
(8,3%), kondisi fisik yang kurang fit sebesar (12,5%), subjek yang diteliti takut untuk
bercerita dan memberikan informasi sebesar (4,2%), waktu bimbingan yang singkat
sebesar (12,5%), sedang masa pandemic sebesar (4,2%) dan kurang mendapat dukungan
dari keluarga dan teman sebesar (4,2%).
Hasil survey di atas menunjukkan bahwa kesulitan dalam menuangkan ide/
masalah dalam bentuk tulisan pada latar belakang masalah sebesar (79,2%) menjadi
permasalahan utama yang dialami oleh mahasiswa psikologi yang sedang mengerjakan
skripsi. Kemudian kurangnnya minat membaca sebesar (25%) dan kurangnya
kemampuan dalam memilih kata dan kalimat yang komunikatif sebesar (29,2%) juga
merupakan beberapa penyebab yang membuat mahasiswa lama dalam mengerjakan
skripsi.
Untuk melewati hambatan-hambatan/kesulitan-kesulitan tersebut mahasiswa
harus memiliki kemampuan memformulasikan ide, konsep, pola pikir dan kreativitas.
Kreativitas diperlukan setiap mahasiswa untuk menghadapi tantangan dan kompetisi
yang ketat pada era globalisasi sekarang ini. Mahasiswa ditantang untuk mampu
menciptakan karya atau gagasan yang unik, sesuatu yang berbeda dari yang sudah ada
sebelumnya untuk mampu memenangkan persaingan tersebut. Menurut Santoso (2012)
kreativitas adalah kemampuan untuk melahirkan gagasan atau karya nyata, baik dalam
karya baru maupun kombinasi dengan hal-hal yang sudah ada, yang semuanya itu relatif
berbeda dengan apa yang telah ada sebelumnya. Selanjutnya disampaikan bahwa
ide/karya yang dihasilkan tidak mutlak semuanya berasal dari dirinya sendiri, melainkan
dapat bercermin dari kejadian sebelumnya atau pada apa yang sudah ada.
Kreativitas merupakan hasil proses berpikir dari individu yang kreatif. Ciri
individu kreatif menurut Adair (2008) adalah individu yang mampu melihat dan
membuat hubungan antara ide-ide yang bagi individu lain tampak terpisah-pisah. Mereka
melihat hal-hal yang sama dengan individu lain, tetapi berusaha memikirkan hal yang
berbeda dengan mereka. Pada umumnya kreativitas tidak terkait langsung dengan
kecerdasan, sebagaimana disampaikan Santrock (2007) bahwa sebagian besar individu
yang kreatif adalah individu yang cerdas, tetapi sebaliknya individu yang cerdas belum
tentu kreatif. Kecerdasan tidak berbanding lurus dengan kreativitas, karena tidak semua
individu yang cerdas mampu berpikir dan menghasilkan karya-karya yang kreatif.
Kreativitas individu dapat tercipta tanpa memandang gender, juga tidak
membedakan status ekonomi, tinggi rendahnya jenjang pendidikan, dan tempat individu
itu berada baik di sekolah, rumah atau tempat lainnya. Secara lebih jelas Munandar
(1992) mengemukakan bahwa kreativitas dapat terwujud dimana saja dan oleh siapa saja,
tidak tergantung pada jenis kelamin, sosial-ekonomi, atau tingkat pendidikan tertentu.
Lebih lanjut Devito (Munandar, 1992) mengatakan bahwa semua individu yang lahir
memiliki potensi kreatif dengan tingkat yang berbeda-beda, dimana potensi kreatif ini
dapat dipupuk dan dikembangkan. Dengan demikian peluang terwujudnya kreativitas
pada laki-laki dan perempuan sama, namun kualitas dan kuantitas kreativitas yang
muncul bisa saja berbeda.
Menurut penelitian Wahdah, k. F. F (2009) tentang gambaran kreativitas pada
mahasiswa psikologi universitas sumatera utara diperoleh hasil bahwa Secara umum,
kreativitas yang dimiliki oleh mahasiswa Psikologi Universitas Sumatera Utara tergolong
pada kategori tinggi dan tidak ada perbedaan yang signifikan kreativitas ditinjau dari
jenis kelamin baik laki-laki maupun perempuan.
Kreativitas tidak akan berkembang jika tidak dilatih meskipun setiap individu
diyakini mempunyai bakat kreatif. Sebaliknya, kreativitas dapat ditingkatkan pada
individu yang dianggap memiliki bakat kreatif yang terbatas. Pentingnya pengembangan
kreativitas yang berkaitan dengan kemampuan berfikir kreatif individu dinyatakan oleh
Career Center Maine Department of Labor USA (2001) bahwa pengembangan
kemampuan berpikir kreatif perlu dilakukan karena merupakan salah satu kemampuan
yang dikehendaki dunia kerja, dan menjadi penentu bagi keunggulan suatu bangsa.
Dengan kata lain, kreativitas sumber daya manusia menentukan daya kompetitif suatu
bangsa, sehingga pengembangan kemampuan berpikir kreatif penting dilakukan.
Kreativitas adalah kemampuan untuk membuat kombinasi baru yang berdasarkan
data informasi atau unsur-unsur yang ada. Pengertian kreativitas tidak hanya kemampuan
untuk bersikap kritis pada dirinya sendiri melainkan untuk menciptakan hubungan yang
baik antara dirinya dengan lingkungan dalam hal material, sosial, dan psikis (Munandar,
1999). Kreativitas adalah suatu proses yang tercermin dalam kelancaran, kelenturan atau
keluwesan (fleksibilitas) dan originalitas dalam berpikir serta kemampuan untuk
mengelaborasi (mengembangkan, memperkaya dan memperinci) suatu gagasan. Selain
itu, kreativitas adalah suatu proses yang menghasilkan sesuatu yang baru, apakah suatu
gagasan atau suatu objek dalam suatu bentuk atau susunan yang baru dan dapat dilihat
atau didengar oleh orang lain. Pada definisi ini lebih menekankan pada aspek proses
perubahan (inovasi dan variasi) (Munandar, 2004).
Menurut Guilford (dalam Munandar, 2004) bahwa orang-orang kreatif lebih
banyak memiliki cara-cara berpikir divergen daripada konvergen. Lebih lanjut Guilford
mengemukakan dua ciri berfikir, yaitu: cara berpikir konvergen dan divergen. Cara
berpikir konvergen adalah cara-cara individu dalam memikirkan sesuatu dengan
berpandangan bahwa hanya ada satu jawaban yang benar. Sedangkan cara berpikir
divergen adalah kemampuan individu untuk mencari berbagai alternatif jawaban terhadap
suatu persoalan. Dalam kreativitas, Selain itu Guilford (dalam Munandar 1999) juga
menerangkan bahwa kreativitas merupakan kemampuan atau kecakapan yang ada dalam
diri seseorang, hal ini erat kaitannya dengan bakat. Kreativitas merupakan bakat yang
secara potensial dimiliki oleh setiap orang dan dapat diidentifikasi serta dipupuk melalui
pendidikan yang tepat (Munandar, 2009).
Kreativitas dibagi menjadi dua yaitu kreativitas verbal dan kreativitas figural.
Kreativitas verbal adalah kemampuan untuk membuat kombinasi baru berdasarkan data,
informasi atau unsur-unsur yang didapati dari kemungkinan jawaban terhadap satu
masalah dan diungkap secara verbal (Munandar, 1985).
Menurut Guilford kreativitas verbal adalah kemampuan berfikir divergen, yaitu
pemikiran yang menjajangi bermacam-macam alternatif jawaban terhadap suatu
persoalan yang sama besarnya. Kreativitas verbal sebagai kemampuan berpikir kreatif
yang terutama mengukur kelancaran, kelenturan, dan orisinalitas dalam bentuk verbal
(Munandar, 1985). Kreativitas verbal individu dapat dilihat melalui keterampilan
berbahasa baik lisan maupun tulisan (Munandar, 1985). Keterampilan berbahasa terdiri
dari keterampilan menulis, menyimak, berbicara dan membaca (dalam Mulyati, 2015).
Adapun beberapa identifikasi keterampilan bahasa menurut Johnson (dalam Munandar,
1999) yaitu mempunyai pembendaharaan kata yang luas, bicara terus-menerus,
mempunyai ingatan yang luar biasa, mendeklamasikan ide di luar kepala, memberikan
pendapatnya, memahami buku dan diskusi, serta mengajukan beberapa pemecahan untuk
masalah yang sama.
Kreativitas verbal merupakan keterampilan kecakapan berbahasa pasif tertulis
yang diberikan dalam bentuk bahasa yang berpengaruh pada kecakapan berbahasa aktif
lisan yang terungkap secara verbal. Individu yang mempunyai kemampuan verbal dengan
baik mampu menyampaikan ekspresi-ekspresi emosional, mengungkapkan pendapat atau
pesan, mengutarakan sikap dan berbagai aktivitas sosial manusial lainnya (Rismiati dan
Mulandari, 2004). Sedangkan menurut Sinolungan (2001) menyatakan bahwa kreativitas
verbal adalah kemampuan berkomunikasi yang diawali dengan pembentukan ide melalui
kata-kata, serta mengarahkan fokus permasalahan pada penguasaan bahasa atau kata-
kata, yang akan menentukan jelas tidaknya pengertian mengenai ide yang disampaikan.
Terwujudnya kreativitas verbal juga dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor yaitu:
(1) faktor internal individu, faktor yang berasal dari dalam individu yang dapat
mempengaruhi kreativitas, diantaranya sikap terbuka terhadap pengalaman dan
rangsangan dari luar atau dalam individu, evaluasi internal dimana kemampuan individu
dalam menilai produk hasil ciptaan seseorang yang ditentukan oleh dirinya sendiri, dan
kemampuan untuk bermain dan mengadakan eksplorasi terhadap unsur-unsur, bentuk-
bentuk, konsep atau membentuk kombinasi baru dari hal-hal yang sudah ada sebelumnya.
(2) faktor eksternal (lingkungan) yaitu lingkungan yang memberikan dukungan dan
kebebasan bagi individu. (Munandar, 1999).
Peneliti juga melakukan wawancara terhadap beberapa mahasiswa psikologi yang
sedang mengerjakan skripsi untuk melihat kesulitan-kesulitan lain yang dialami
mahasiswa dalam komunikasi verbalnya. Seperti yang diungkapkan oleh Siska (nama
samaran) salah seorang mahasiswa Psikologi USU :
“Kreativitas mahasiswa Psikologi menurut saya sih kurang. Ya…memang saya
nggak bisa menggeneralisasikan semua mahasiswa psikologi di sini tapi yang
saya lihat si…seperti itu… contoh kecilnya aja, setiap ada acara atau
perlombaan baik di kampus atau di luar kampus nggak semua mahasiswanya
itu ikut berpartisipasi… di ancam dulu baru pada ikut berpartisipasi… terus
kebanyakan mahasiswa itu apatis.”
(Komunikasi Personal, Medan, 23 Juni 2020)

Terlihat dari komunikasi personal di atas bahwa kreativitas pada mahasiswa


psikologi masih kurang. Salah satu hal yang dapat menghambat kreativitas mahasiswa
terlihat pada rasa malas terhadap sesuatu hal yang akan dikerjakan. Dari komunikasi
personal didapatkan mahasiswa Psikologi USU kurang ikut berperan serta dalam setiap
kegiatan-kegiatan yang diadakan oleh kampus Psikologi USU. Perlu ada ancaman atau
punishment dari dosen sebagai pendidik kepada mahasiswa agar mahasiswa tersebut ikut
berperan serta.
Dengan kurikulumnya yang diantaranya mencakup kemampuan mengasah dalam
pengetahuan dasar psikologi dan teknik pengamatan secara psikologi, kemampuan
mengasah dalam biopsikomoral, kemampuan melakukan penelitian dalam bidang
psikologi. Contohnya yaitu dengan melakukan wawancara dan observasi juga berkenaan
dengan dasar-dasar dan teknik konsultasi. Dalam mewujudkan keseluruhannya
diperlukan cara berpikir yang kreatif baik dari segi kemampuan kreativitas figural
maupun kemampuan kreativitas verbal yang nantinya akan berguna dalam perkembangan
bangsa ini (Supratiknya, 2003).
Hal ini diungkapkan oleh Eko (nama samaran) salah seorang mahasiswa Psikologi
USU :
“Kita memang sudah terbiasa melakukan presentasi dari semester awal
perkuliahan. Dan untuk saya pribadi, itu membuat saya sedikit canggung
karena sebenarnya saya orangnya sedikit tertutup, sehingga ketika presentasi
di dalam ruangan pun membuat saya tidak bisa leluasa mengemukakan
pendapat saya. Tapi saya tahu,di psikologi itu kan memang diperlukan
komunikasi yang baik, bukan cuman lisan tapi verbal juga.”
(Komunikasi Personal, Medan, 23 Juni 2020)
Dari hasil wawancara yang dilakukan bahwa sebagian besar materi perkuliahan
erat kaitannya dengan kreativitas verbal. Kreativitas verbal sangat berguna dalam setiap
penyampaian materi perkuliahan yang kesehariannya diisi dengan presentasi, diskusi
antar mahasiswa dengan mahasiswa, mahasiswa dengan dosen, praktik wawancara
dengan sesama mahasiswa psikologi maupun individu di luar program studi psikologi.
Kreativitas verbal berperan amat penting dalam menjaga kualitas diri dalam berinteraksi
dengan lawan bicara. Kelancaran, kecepatan, dan kecakapan mahasiswa dalam memilih
bahasa dan kata-kata yang bermakna, disampaikan dalam cara yang berbeda namun
memiliki makna yang sama sehingga orang yang mendengarkan pun dapat memahami
dan mengerti secara jelas.
Peneliti juga melakukan wawancara dengan mahasiswa psikologi yang menjalani
semester akhir pada mata kuliah skripsi. Fika (nama samaran) mengungkapkan bahwa :
“…saya memang masih kurang mampu menuangkan isi pikiran ke dalam
bentuk tulisan, Yah… ini kan terkait sama masalah komunikasi verbal, terlebih
lagi sekarang lagi ngerjain skripsi begini. Terus saya kan sekarang
bimbingannya online, letak kesalahannya jadi kurang jelas, mana yang harus
diperbaiki. Intinya komunikasi verbal itu sangat penting”.
(Komunikasi Personal, Medan, 23 Juni 2020)

Dari hasil wawancara yang dilakukan pada mahasiswa psikologi USU mayoritas

dituntut untuk dapat berkomunikasi dengan baik, terutama komunikasi verbal dalam

mengerjakan skripsi. Kesulitan seperti menuangkan isi pikiran ke dalam bentuk tulisan,

kurangnya minat membaca dan kurangnya kemampuan dalam memilih kata dan kalimat

yang komunikatif. Ini masalah yang cukup banyak dihadapi oleh mahasiswa psikologi

semester akhir di Universitas Sumatera Utara.

Berdasarkan hasil survey dan komunikasi personal dengan beberapa mahasiswa

yang sedang mengerjakan skripsi diatas terdapat fenomena di fakultas Psikologi USU,

yang berhubungan dengan masalah kreativitas verbal. Terlihat bahwa sebagai mahasiswa

psikologi USU yang sedang mengerjakan skripsi diharapkan untuk memiliki kreativitas

yang tinggi, terutama dari segi kreativitas verbal. Sehingga dari pemaparan di atas
peneliti tertarik untuk mengetahui dan memperoleh gambaran kreativitas verbal yang ada

pada mahasiswa psikologi USU yang sedang mengerjakan skripsi.

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana gambaran
kreativitas verbal yang ada pada mahasiswa psikologi USU yang sedang mengerjakan
skripsi.

C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini secara khusus bertujuan untuk mengetahui dan memperoleh
gambaran kreativitas verbal yang ada pada mahasiswa psikologi USU yang sedang
mengerjakan skripsi.
BAB II
LANDASAN TEORI
A. KREATIVITAS
A.1. Pengertian Kreativitas
Munandar (1999) menguraikan bahwa kreativitas adalah kemampuan untuk membuat
kombinasi baru yang berdasarkan data informasi atau unsur-unsur yang ada. Pengertian
kreativitas tidak hanya kemampuan untuk bersikap kritis pada dirinya sendiri melainkan untuk
menciptakan hubungan yang baik antara dirinya dengan lingkungan dalam hal material, sosial,
dan psikis.

Munandar (2012) mengatakan kreativitas adalah suatu proses yang tercermin dalam
kelancaran, kelenturan atau keluwesan (fleksibilitas) dan originalitas dalam berpikir serta
kemampuan untuk mengelaborasi (mengembangkan, memperkaya dan memperinci) suatu
gagasan. Selain itu, kreativitas adalah suatu proses yang menghasilkan sesuatu yang baru, apakah
suatu gagasan atau suatu objek dalam suatu bentuk atau susunan yang baru dan dapat dilihat atau
didengar oleh orang lain. Pada definisi ini lebih menekankan pada aspek proses perubahan
(inovasi dan variasi).

Menurut Guilford (dalam Munandar, 2012) bahwa orang-orang kreatif lebih banyak
memiliki cara-cara berpikir divergen daripada konvergen. Lebih lanjut Guilford mengemukakan
dua ciri berfikir, yaitu : cara berpikir konvergen dan divergen. Cara berpikir konvergen adalah
cara-cara individu dalam memikirkan sesuatu dengan berpandangan bahwa hanya ada satu
jawaban yang benar. Sedangkan cara berpikir divergen adalah kemampuan individu untuk
mencari berbagai alternatif jawaban terhadap suatu persoalan. Dalam kreativitas, Selain itu
Guilford (dalam Munandar 1999) juga menerangkan bahwa kreativitas merupakan kemampuan
atau kecakapan yang ada dalam diri seseorang, hal ini erat kaitannya dengan bakat. Menurut
Munandar (2009) kreativitas merupakan bakat yang secara potensial dimiliki oleh setiap orang
dan dapat diidentifikasi serta dipupuk melalui pendidikan yang tepat.

Hurlock (1992) juga menjelaskan bahwa kreativitas merupakan proses mental yang
dilakukan untuk menghasilkan sesuatu yang baru, berbeda, dan orisinal. Hurlock menambahkan
kreativitas menekankan pada pembuatan sesuatu yang baru dan berbeda. Kreativitas juga tidak
selalu menghasilkan sesuatu yang dapat diamati dan dinilai.
Sedangkan menurut Jawwad (2002), kreativitas adalah memunculkan sesuatu yang baru
tanpa ada contoh sebelumnya. Kemudian, para pakar lain mengatakan kreativitas adalah suatu
proses yang menghasilkan karya baru yang bisa diterima oleh komunitas tertentu atau bisa diakui
oleh mereka sebagai sesuatu yang bermanfaat.

Selanjutnya dikatakan pada umumnya hampir setiap orang memiliki kreativitas yang
tinggi pada masa kanak-kanaknya, namun hanya sedikit yang mampu terus mempertahankan
sampai usia dewasa. Kreativitas adalah sintesa dari empat fungsi, yaitu berpikir, merasa,
mengindra dan intuisi. Bila salah satu saja dari keempat fungsi di atas dihambat, maka kreativitas
pun akan menurun (Munandar, 1999).

Kreativitas dibagi menjadi dua yaitu kreativitas verbal dan kreativitas figural. Kreativitas
verbal adalah kemampuan untuk membuat kombinasi baru berdasarkan data, informasi atau
unsur-unsur yang didapati dari kemungkinan jawaban terhadap satu masalah dan diungkap
secara verbal. Sementara kreativitas figural adalah kemampuan untuk memunculkan ide-ide atau
gagasan baru melalui gambar yang dibuat.

Torrence (dalam Munandar 2009) mendefinisikan kreativitas sebagai Sebuah proses


menjadi sensitive pada suatu permasalahan, kekurangan, kekosongan dalam pengetahuan,
elemen yang hilang, ketidakharmonisan, dan lain-lain, mengidentifikasi kesulitan, mencari
solusi, membuat tebakan, atau membuat hipotesis mengenai kekurangan: melakukan tes pada
hipotesis dan mengulang tes tersebut dan membuat modifikasi pada tes dan mengulang tes itu
lagi, dan pada akhirnya dapat menjelaskan hasil yang didapatkan. Menurut Torrence, definisi
tersebut menggambarkan suatu proses manusiawi yang alamiah dan merupakan pengoperasian
dari battery test kreativitasnya, baik verbal maupun figural.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kreativitas merupakan kemampuan


untuk membuat kombinasi baru, mengelaborasi (mengembangkan, memperkaya dan
memperinci) suatu gagasan tanpa ada contoh sebelumnya melalui suatu proses yang tercermin
dalam kelancaran, kelenturan atau keluwesan dan originalitas serta kemampuan untuk
mengelaborasi yang dapat dipupuk melalui pendidikan. Kreativitas dibagi menjadi dua yaitu
kreativitas verbal dan kreativitas figural. Orang-orang kreatif lebih banyak memiliki cara-cara
berpikir divergen daripada konvergen.
A.2. Pengertian Kreativitas Verbal

Munandar (1985) menyatakan bahwa kreativitas verbal adalah kemampuan untuk


membuat kombinasi baru, berdasarkan data, informasi atau unsur-unsur yang ada diungkapkan
secara verbal. Kemampuan untuk menciptakan tidak perlu hal-hal yang baru sama sekali, tetapi
merupakan gambaran dari hal-hal sudah ada sebelumnya, yang diperoleh dari pengalaman
selama hidupnya.

Memperjelas pendapat sebelumnya, Munandar (1992) menyatakan bahwa kreativitas


verbal adalah kemampuan yang terungkap secara verbal, berdasarkan data atau informasi yang
didapat dari banyaknya kemungkinan jawaban terhadap suatu masalah, yang penekanannya
terletak pada kuantitas, ketepatgunaan, dan keragaman jawaban.

Guilford (1967) menambahkan bahwa kreativitas verbal adalah kemampuan berfikir


divergen, yaitu pemikiran yang menjajagi bermacam-macam alternatif jawaban terhadap suatu
persoalan yang sama besarnya.

Torrance (Munandar, 1999) mengungkapkan kreativitas verbal sebagai kemampuan


berpikir kreatif yang terutama mengukur kelancaran, kelenturan, dan orisinalitas dalam bentuk
verbal. Bentuk verbal dalam tes Torrance berhubungan dengan kata dan kalimat.

Kreativitas verbal merupakan keterampilan kecakapan berbahasa pasif tertulis yang


diberikan dalam bentuk bahasa yang berpengaruh pada kecakapan berbahasa aktif lisan yang
terungkap secara verbal. Individu yang mempunyai kemampuan verbal dengan baik mampu
menyampaikan ekspresi-ekspresi emosional, mengungkapkan pendapat atau pesan,
mengutarakan sikap dan berbagai aktivitas sosial manusial lainnya (Rismiati dan Mulandari,
2004). Menurut Sertain kreativitas verbal dapat ditunjukkan dengan kemampuan berbahasa yang
baik dan benar. Kemampuan berbahasa digunakan untuk berkomunikasi sekaligus berpikir
(dalam Rismiati dan Mulandari, 2004). Sedangkan menurut Hilgard penggunaan antara bahasa
untuk berkomunikasi dengan pikiran, terdapat kaitan yang erat dan tidak dapat dipisahkan.
Manusia berpikir dengan menggunakan simbol-simbol dan bahasa adalah suatu proses yang kaya
akan simbol. Oleh karena itu proses pikir manusia terjadi dengan menggunakan bahasa (dalam
Rismiati dan Mulandari, 2004).
Menurut Ayan (2002) kemampuan berbahasa yang baik dan benar menunjukkan
kreativitas verbal yang baik. Kemampuan tersebut digunakan untuk berkomunikasi secara lisan
maupun tulisan yang dilakukan bersamaan dengan proses berpikir, sehingga antara penggunaan
bahasa untuk berkomunikasi dengan berpikir terdapat kaitan yang erat. Munandar (1985) juga
mengemukakan bahwa kreativitas verbal dapat dikembangkan melalui kegiatan kegiatan“olah
kata” yang berguna mengungkapkan pikiran dan perasaan dengan kata yang baik dan menarik
dan itu memerlukan keterampilan berbahasa.

Sinolungan (2001) menyatakan bahwa kreativitas verbal adalah kemampuan


berkomunikasi yang diawali dengan pembentukan ide melalui kata-kata, serta mengarahkan
fokus permasalahan pada penguasaan bahasa atau kata-kata, yang akan menentukan jelas
tidaknya pengertian mengenai ide yang disampaikan.

Berdasarkan uraian sebelumnya dapat disimpulkan bahwa kreativitas verbal adalah


kemampuan untuk membuat kombinasi baru, berdasarkan data, informasi baik lisan maupun
tulisan dengan melalui proses berfikir divergen terutama mengukur kelancaran, kelenturan,
elaborasi, dan orisinalitas dalam bentuk verbal.

A.2.1. Aspek-aspek kreativitas verbal

Menurut Munandar (1999), ada empat aspek yang mempengaruhi kreativitas verbal,
yaitu: kemampuan berpikir secara lancar (fluency), berpikir luwes (flexibelity), orisinilitas
(originality), dan kemampuan memperinci/mendalam (elaboration).

1. Kemampuan berpikir lancar (fluency)

Merupakan kemampuan untuk melahirkan banyaknya ide dan gagasan,


mengemukakan banyaknya cara untuk melakukan berbagai hal serta mencari banyak
kemungkinan alternatif jawaban dan penyelesaian masalah.

2. Kemampuan berpikir luwes atau fleksibel (flexibility)


Merupakan kemampuan untuk menggunakan bermacam-macam pendekatan dalam
mengatasi persoalan, orang yang kreatif adalah orang yang kreatif dalam berpikir,
mereka dapat dengan mudah meninggalkan cara berpikir yang lama dan
menggantikan dengan cara berpikir yang baru. Diperlukan kemampuan untuk tidak
terpaku pada pola pemikiran yang lama. Hal ini bisa dilakukan dengan fleksibilitas
yang spontan dan adaptif. Fleksibilitas spontan adalah kemampuan untuk
menyampaikan berbagai macam ide tentang apa saja tanpa rasa takut salah.
Sedangkan fleksibilitas adaptif adalah kemampuan untuk menyampaikan berbagai
macam ide tentang apa saja tetapi masih memperhatikan kebenaran ide tersebut.
3. Kemampuan berpikir orisinal (originality)
Merupakan kemampuan untuk melahirkan ide-ide atau gagasangagasan dan mebuat
kombinasi-kombinasi yang sifatnya baru dan unik, menggunakan cara yang tidak
lazim dalam mengungkapkan diri, dan mampu mencari berbagai kemungkinan
pemecahan masalah dengan cara-cara yang mungkin tidak terpikirkan oleh orang lain.
4. Kemampuan memperinci (elaboration)
Merupakan kemampuan untuk memperkaya atau mengembangkan suatu ide, gagasan
atau produk dan kemampuan untuk memperinci suatu obyek, gagasan, dan situasi
sehingga tidak hanya menjadi lebih baik tetapi menjadi lebih menarik.

Berdasarkan uraian di atas, terdapat empat aspek yang mempengaruhi kreativitas verbal, yaitu
kelancaran berpikir, fleksibilitas, elaborasi, dan orisinalitas.

A.2.2. Faktor-faktor yang mempengaruhi kreativitas verbal

Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kreativitas verbal menurut Rogers ( dalam


Munandar, 1999) adalah:

a. Faktor internal individu

Faktor internal, yaitu faktor yang berasal dari dalam individu yang dapat
mempengaruhi kreativitas, diantaranya :

1. Keterbukaan terhadap pengalaman dan rangsangan dari luar atau dalam


individu. Keterbukaan terhadap pengalaman adalah kemampuan menerima
segala sumber informasi dari pengalaman hidupnya sendiri dengan
menerima apa adanya, tanpa ada usaha defense, tanpa kekakuan terhadap
pengalaman-pengalaman tersebut. Dengan demikian individu kreatif adalah
individu yang mampu menerima perbedaan
2. Evaluasi internal, yaitu kemampuan individu dalam menilai produk yang
dihasilkan ciptaan seseorang ditentukan oleh dirinya sendiri, bukan karena
kritik dan pujian dari orang lain. Walaupun demikian individu tidak tertutup
dari kemungkinan masukan dan kritikan dari orang lain.
3. Kemampuan untuk bermaian dan mengadakan eksplorasi terhadap unsur-
unsur, bentuk-bentuk, konsep atau membentuk kombinasi baru dari hal-hal
yang sudah ada sebelumnya.
b. Faktor eksternal (Lingkungan)

Faktor eksternal (lingkungan) yang dapat mempengaruhi kreativitas


individu adalah lingkungan kebudayaan yang mengandung keamanan dan
kebebasan psikologis. Peran kondisi lingkungan mencakup lingkungan dalam
arti kata luas yaitu masyarakat dan kebudayaan. Kebudayaan dapat
mengembangkan kreativitas jika kebudayaan itu memberi kesempatan adil bagi
pengembangan kreativitas potensial yang dimiliki anggota masyarakat. Adanya
kebudayaan creativogenic, yaitu kebudayaan yang memupuk dan
mengembangkan kreativitas dalam masyarakat, antara lain : (1) tersedianya
sarana kebudayaan, misal ada peralatan, bahan dan media, (2) adanya
keterbukaan terhadap rangsangan kebudayaan bagi semua lapisan masyarakat,
(3) menekankan pada becoming dan tidak hanya being, artinya tidak
menekankan pada kepentingan untuk masa sekarang melainkan berorientasi
pada masa mendatang, (4) memberi kebebasan terhadap semua warga negara
tanpa diskriminasi, terutama jenis kelamin, (5) adanya kebebasan setelah
pengalamn tekanan dan tindakan keras, artinya setelah kemerdekaan diperoleh
dan kebebasan dapat dinikmati, (6) keterbukaan terhadap rangsangan
kebudayaan yang berbeda, (7) adanya toleransi terhadap pandangan yang
berbeda, (8)adanya interaksi antara individu yang berhasil, dan (9) adanya
insentif dan penghargaan bagi hasil karya kreatif. Sedangkan lingkungan dalam
arti sempit yaitu keluarga dan lembaga pendidikan. Di dalam lingkungan
keluarga orang tua adalah pemegang otoritas, sehingga peranannya sangat
menentukan pembentukan krativitas anak. Lingkungan pendidikan cukup besar
pengaruhnya terhadap kemampuan berpikir anak didik untuk menghasilkan
produk kreativitas, yaitu berasal dari pendidik.

Selain itu Hurlock (1993), mengatakan ada enam faktor yang menyebabkan
munculnya variasi kreativitas yang dimiliki individu, yaitu:

1. Jenis kelamin

Anak laki-laki menunjukkan kreativitas yang lebih besar dari anak perempuan,
terutama setelah berlalunya masa kanak-kanak. Untuk sebagian besar hal ini
disebabkan oleh perbedaan perlakuan terhadap anak laki-laki dan anak
perempuan. Anak laki-laki diberi kesempatan untuk mandiri, didesak oleh teman
sebaya untuk lebih mengambil resiko dan didorong oleh para orangtua dan guru
untuk lebih menunjukkan inisiatif dan orisinalitas.

2. Status sosioekonomi

Anak dari kelompok sosioekonomi yang lebih tinggi cenderung lebih kreatif dari
anak kelompok yang lebih rendah. Lingkungan anak kelompok sosioekonomi
yang lebih tinggi memberi lebih banyak kesempatan untuk memperoleh
pengetahuan dan pengalaman yang diperlukan bagi kreativitas.

3. Urutan kelahiran

Anak dari berbgai urutan kelahiran menunjukkan tingkat kreativitas yang


berbeda. Perbedaan ini lebih menekankan pada lingkungan daripada bawaan.
Anak yang lahir ditengah, belakang dan anak tunggal mungkin memiliki
kreativitas yang tinggi dari pada anak pertama. Umumnya anak yang lahir
pertama lebih ditekan untuk menyesuaikan diri dengan harapan orangtua, tekanan
ini lebih mendorong anak untuk menjadi anak yang penurut daripada pencipta.

4. Ukuran keluarga
Anak dari keluarga kecil bilamana kondisi lain sama cenderung lebih kreatif
daripada anak dari keluarga besar. Dalam keluarga besar cara mendidik anak
yang otoriter dan kondisi sosiekonomi kurang menguntungkan mungkin lebih
mempengaruhi dan menghalangi perkembangan kreativitas.

5. Lingkungan

Anak dari lingkungan kota cenderung lebih kreatif dari anak lingkungan
pedesaan.

6. Intelegensi

Setiap anak yang lebih pandai menunjukkan kreativitas yang lebih besar daripada
anak yang kurang pandai. Mereka mempunyai lebih banyak gagasan baru untuk
menangani suasana sosial dan mampu merumuskan lebih banyak penyelesaian
bagi konflik tersebut.

Berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhi kreativitas di atas maka dapat


disimpulkan bahwa tidak hanya dari faktor internal dan eksternal individu saja yang
dapat mempengaruhi kreativitas individu tetapi faktor jenis kelamin, status sosial
ekonomi, urutan kelahiran, dan intelegensi juga dapat menyebabkan munculnya
perbedaan kreativitas.

A.2.3. Alat tes kreativitas verbal

Tes kreativitas telah disusun dan digunakan oleh Torrance untuk mengukur pemikiran
kreatif yang mempunyai bentuk verbal dan bentuk figural. Pada tahun 1977 tes kreativitas yang
pertama kali dikonstruksi untuk Indonesia oleh munandar yaitu tes kreativitas verbal berdasarkan
konstruk model struktur intelek dari Guilford yang telah dikembangkan oleh Torrance dan
kemudian diadaptasi oleh munandar yang didalamnya berisi aspek fluency, flexisbillity,
originality, dan elaboration (Munandar, 2009).
Tes kreativitas verbal terdiri dari enam subtes yang kesemuanya mengukur dimensi
operasi berfikir divergen, dengan dimensi konten verbal, tetapi masing-masing berbeda dalam
dimensi produk.

Dalam penelitian ini untuk mengetahui kreativitas verbal digunakan TKV (Tes
Kreativitas Verbal). Tes Kreativitas Verbal ini terdiri dari 6 subtes. Untuk setiap subtes
ditentukan batas waktu yang cukup memberi kesempatan pada subyek untuk mengekspresikan
ide-idenya. Keenam subtes tersebut menurut Munandar (1988), yaitu:

1. Permulaan kata
Subtes ini mempunyai batas waktu 2 menit untuk setiap item. Pada subtes ini, subyek
harus memikirkan sebanyak mungkin kata-kata yang diawali dengan susunan huruf
tertentu yang diberikan. Tes ini mengukur kelancaran dengan kata, yaitu kemampuan
untuk menemukan kata-kata yang memenuhi persyaratan struktural tertentu.
2. Menyusun kata
Subtes ini mempunyai batas waktu 2 menit untuk setiap item. Pada subtes ini, subyek
harus menyusun sebanyak mungkin kata - kata dengan menggunakan huruf-huruf dari
sebuah kata yang diberikan (= ANAGRAM). Tes ini juga mengukur kelancaran kata,
akan tetapi berbeda dari permulaan kata, karena juga menuntut keterampilan dalam
reorganisasi perseptuil.
3. Membentuk kalimat tiga kata
Subtes ini mempunyai batas waktu 3 menit untuk setiap item. Pada subtes ini, subyek
harus membentuk kalimat yang terdiri dari tiga kata, di mana huruf pertama pada setiap
kata telah ditentukan, akan tetapi urutan dalam penggunaan ketiga huruf tersebut boleh
sekehendak subyek. Tes ini merupakan ukuran dari kelancaran dalam ungkapan, yaitu
kemampuan untuk menyusun kalimat-kalimat yang memenuhi persyaratan - persyaratan
tertentu.
4. Sifat-sifat yang sama
Subtes ini mempunyai batas waktu 2 menit untuk setiap item. Pada subtes ini, subyek
harus menemukan sebanyak mungkin obyek yang semuanya memiliki dua sifat yang
ditentukan. Tes ini merupakan ukuran dari kelancaran dalam memberikan gagasan, yaitu
kemampuan untuk mencetuskan gagasan yang memenuhi persyaratan-persyaratan
tertentu dalam waktu yang terbatas.
5. Macam-macam penggunaan
Subtes ini mempunyai batas waktu 2 menit untuk setiap item. Pada subtes ini, subyek
harus memikirkan sebanyak mungkin penggunaan sebuah benda seharihari yang telah
ditentukan, akan tetapi penggunaan-penggunaan tersebut haruslah merupakan
penggunaan yang tidak lazim (tidak biasa). Penggunaan yang sebetulnya diperuntukkan
bagi benda tersebut tidak perlu dituliskan sebagai jawaban. Tes ini merupakan ukuran
dari fleksibilitas dalam pemikiran, karena dalam tes ini subyek harus dapat melepaskan
diri dari kebiasaan untuk melihat sebuah benda sebagai alat untuk melakukan hal tertentu
saja. Kecuali mengukur fleksibilitas dalam tes ini juga mengukur orijinalitas dengan
melihat kejarangan jawaban-jawaban dalam sampel.
6. Apa akibatnya
Subtes ini mempunyai batas-batas untuk setiap item. Pada subtes ini, subyek harus
memiliki suatu kejadian hipotesis yang sudah ditentukan. Tes ini menuntut subjek untuk
menggunakan daya imajinasinya dan dapat menguraikan gagasan-gagasannya. Jadi, tes
ini merupakan ukuran dari kelancaran dalam memberikan gagasan dikombinasikan
dengan elaborasi, di mana elaborasi diartikan sebagai kemampuan untuk dapat
mengembangkan suatu gagasan, memperincinya, dengan menghasilkan macam-macam
implikasi.

B. Mahasiswa

B.1. Pengertian Mahasiswa

Mahasiswa berasal dari kata maha yang berarti besar atau tinggi dan siswa yang berarti
pelajar atau dengan kata lain mahasiswa adalah pelajar yang berada pada strata tertinggi.
Berdasarkan peraturan pemerintah RI No. 30 tahun 1990 mahasiswa adalah peserta didik yang
terdaftar dan belajar di perguruan tinggi tertentu. Dalam Kamus Bahasa Indonesia (KBI),
mahasiswa didefinisikan sebagai orang yang belajar di Perguruan Tinggi (Sugiono, 2008).
Menurut Siswoyo (2007) mahasiswa dapat didefinisikan sebagai individu yang sedang menuntut
ilmu di tingkat perguruan tinggi, baik negeri maupun swasta atau lembaga lain yang setingkat
dengan perguruan tinggi.

Mahasiswa adalah seseorang yang sedang dalam proses menimba ilmu ataupun belajar
dan terdaftar sedang menjalani pendidikan pada salah satu bentuk perguruan tinggi yang terdiri
dari akademik, politeknik, sekolah tinggi, institut dan universitas (Hartaji, 2012).

Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa mahasiswa adalah pelajar yang
berada pada strata tertinggi yang sedang menuntut ilmu di tingkat perguruan tinggi, baik negeri
maupun swasta atau lembaga lain yang setingkat dengan perguruan tinggi.

B.2. Mahasiswa Psikologi

Brewer (dalam Supratiknya, 2003) mengatakan tujuan dasar dari pendidikan psikologi
pada jenjang undergraduate adalah mengajar anak didik agar mampu berpikir sebagai ilmuwan
tentang perilaku dan pengalaman hidup disertai dengan tujuh tujuan umum, meliputi: 1)
pengetahuan yang luas, 2) ketrampilan berpikir, 3) ketrampilan berbahasa, 4) ketrampilan
mengumpulkan informasi dan membuat sintesis, 5) kemampuan meneliti, 6) ketrampilan
interpersonal, sejarah psikologi, etika dan 7) nilai-nilai.

Menurut Audifax (dalam Pengkategorian Status Ilmuwan Psikologi dan Psikolog, 2005)
ada enam kompetensi utama dalam psikolgi yaitu :

1. Penguasaan teori-teori Psikologi


Pengusaan teori psikologi yaitu mahasiswa menguasai konsep-konsep umum psikologi,
hasil-hasil empiris dsb.
2. Penguasaan metode penelitian dasar
Penguasaan metode penelitian dasar, ketrampilan wawancara, observasi, desain
penelitian, mengenal skala, angket, alat ukur psikologi dan mampu menganalisa baik
dalam membentuk metode kuantitatif maupun kualitatif.
3. Pengukuran assesment
Menguasai prinsip diagnostik dasar. Pengamatan secara objektif dan sistematis mengenai
bakat, minat dan kepribadian.
4. Kemampuan membangun hubungan interpersonal
Membangun hubungan yang konstruktif supaya memiliki ketrampilan dan menjaga
hubungan interpersonal dan mengkomunikasikan apa yang dimiliki.
5. Etis dan pluralitas atau memahami perbedaan
Tidak membedakan dan memiliki penguasaan etika dalam memberikan pelayanan kepada
individu dan kelompok.
6. Kemampuan Soft Skill
Berpikir kritis, kemampuan komunikasi lisan, tulisan, leadership, percaya diri,
penggunaan teknologi informasi berdasarkan perubahan yang terjadi dan pengembangan
diri sebagai problem solver.

Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa mahasiswa psikologi adalah


mahasiswa yang memiliki kemampuan untuk menguasai teoriteori dari psikologi, menguasai
metode-metode penelitian dasar psikologi, menguasai prinsip pengukuran, kemampuan untuk
membangun hubungan interpersonal atau memahami perbedaan dan memiliki kemampuan soft
skill.

B.2.1. Psikologi USU

Pada tahun ajar 2003/2004 PS Psikologi USU meluluskan sarjana psikologinya yang
pertama. Dengan mulai dihasilkannya lulusan dari PS Psikologi, maka PS Psikologi mengajukan
permohonan untuk menjalani proses akreditasi oleh BAN-PT dan sebagai hasilnya diperoleh
Peringkat (Nilai) Akreditasi B. Tanggal 16 Juli 2007 Program Studi Psikologi USU yang
sebelumnya bernaung di bawah Fakultas Kedokteran USU secara resmi berdiri sendiri sebagai
Fakultas Psikologi USU.

Pada tahun 2010 Program Studi Sarjana Psikologi kembali mengajukan permohonan
untuk menjalani proses akreditasi untuk kali kedua kepada Badan Akreditasi Nasional Perguruan
Tinggi (BAN-PT) dan berdasarkan SK BAN-PT Nomor 032/BAN-PT/Ak-XIII/S1/XII/2010.
Program Studi Sarjana Psikologi memperoleh Peringkat (Nilai) B.

Kemudian Sejak tahun 2015, sasaran Program Studi S1 Psikologi adalah “Menjadi
Fakultas dengan akreditasi tertinggi dan merintis pengakuan Internasional”, yang kemudian
dikelompokkan dalam tiga pilar. Dalam Pilar Pendidikan dan Pengajaran dilakukan penyesuaian
Kurikulum berdasarkan standar KKNI dengan keunggulan akademik di bidang Kearifan Lokal
dan Agroindustri, yang dilaksanakan dalam atmosfer akademik yang kondusif, serta
mengembangkan perilaku cendekiawan dalam Tata Nilai BINTANG (Bertakwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa dalam Bingkai Ke-bhineka-an, Inovatif yang Berintegritas serta Tangguh dan
Arif), sehingga menghasilkan Alumni yang berdaya saing tinggi.

B.3. Skripsi

Skripsi adalah karya ilmiah yang disusun oleh mahasiswa dalam rangka menyelesaikan
studi program sarjana strata satu (S1) berdasarkan hasil penelitian mandiri terhadap suatu
masalah aktual yang dilakukan secara seksama dan terbimbing. Permasalahan atau fenomena
tersebut di tulis dalam bentuk karya ilmiah berdasarkan kemampuan dan ketrampilan dalam ilmu
atau bidang tertentu. Penyusunan skripsi dimaksudkan untuk menilai kecakapan mahasiswa
dalam memecahkan masalah secara ilmiah dengan cara mengadakan penelitian sendiri,
menganalisis dan menarik kesimpulan secara metodologis serta melaporkan hasilnya dalam
bentuk skripsi. Masalah yang menjadi pokok bahan skripsi harus disesuaikan dengan jurusan
keahlian yang dikembangkan mahasiswa dan dibimbing oleh seorang atau dua orang dosen
pembimbing yang ditunjuk oleh ketua jurusan atas persetujuan rektor. Penulisan skripsi sebagai
bahan studi harus dipertahankan dihadapan tim penguji.

Oleh karena itu skripsi bertujuan agar mahasiswa mampu menyusun dan menulis karya
ilmiah dengan mengaktualisasikan teori-teori akademik yang diperoleh sesuai dengan bidang
ilmunya. Mahasiswa yang mampu menulis skripsi dianggap mampu memadukan pengetahuan
dan keterampilannya dalam memahami, menganalisis, menggambarkan, dan menjelaskan
masalah yang berhubungan dengan bidang keilmuan yang diambilnya.

Menurut Pikatan (1997) ada dua unsur penting dalam kegiatan skripsi (tugas akhir) yaitu
meneliti dan membuat tulisan. Slamet (dalam Gunawati, Hartati, & Listiara, 2006) menyebutkan
bahwa banyak mahasiswa yang tidak mempunyai kemampuan dalam menuangkan ide-ide dalam
bentuk tulisan, prestasi akademis yang kurang memadai, serta kurangnya ketertarikan mahasiswa
pada.
DAFTAR PUSTAKA

Annisa, S. W. (2017). “Studi Keterlambatan Penyelesaian Skripsi Mahasiswa Program Studi


Pendidikan Tata Rias Dan Kecantikan Jurusan Tata Rias Dan Kecantikan Fakultas
Pariwisata Dan Perhotelan.” Skripsi. Fakultas Pariwisata Dan Perhotelan. Jurusan Tata
Rias Dan Kecantikan. Universitas Negeri Padang. Padang.

Ayan, J. E. (2002). Bengkel kreativitas 10 cara menemukan ide-ide pamungkas. Bandung:


Penerbit Kaifa.

Dharma, A. (2019). Kegiatan & Informasi Seputar Universitas Prima Indonesia.

Fitriany, A. & Munir, A. (2010). Hubungan Rasa Humor Dan Inteligensi Dengan Kreativitas
Verbal Siswa Smp Negeri Di Kota Medan. Jurnal Analitika. Vol. 2(1)

Fpsi.usu.ac.id: Program studi sarjana.

Hartaji. Damar. A. (2012). Motivasi Berprestasi Pada Mahasiswa Yang Berkuliah Dengan
Jurusan Pilihan Orangtua. Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma. (Tidak
Diterbitkan)

Julita. (2015). “Faktor-Faktor Penghambat Dalam Penyelesaian Skripsi Mahasiswa Di Jurusan


Kesejahteraan Keluarga”. Skripsi. Fakultas Teknik. Jurusan Kesejahteraan Keluarga.
Universitas Negeri Padang. Padang
Kartika, S. R & Dewi, I. S. (2018). Pengaruh Musik Rap Terhadap Kreativitas Verbal Pada
Remaja. Jurnal Pemikiran & Penelitian Psikologi. Vol. 13, No. 1: 50-58

Mubarok, K. 2015. Kreativitas mahasiswa dalam skripsi. Fajar sumatera.


Mulyati, Y. (2015). Keterampilan Berbahasa Indonesia SD. Universitas Terbuka.

Munandar, S.C.U. (1985). Mengembangkan bakat dan kreativitas anak sekolah. Jakarta: PT.
Gramedia.

--------------------- (1992). Mengembangkan Bakat dan Kreativitas Anak Sekolah. Jakarta: PT.
Gramedia Widiasarana Indonesia.

--------------------- (1999). Kreativitas dan Keberbakatan Strategi Mewujudkan Potensi Kreatif


dan Bakat. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

--------------------- (2012). Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Puspitacandri, A. (2013). Pengaruh Kreativitas Verbal Terhadap Sense Of Humor Siswa


Akselerasi. Jurnal Psikologi Tabularasa. Vol. 8(2).

Supratiknya, A. (2003). Kurikulum Program Pendidikan Sarjana Psikologi 2002. Jurnal Sukma,
01, 20-32

Sugiyono. (2013). Cara Mudah Menyusun Skripsi, Tesis, dan Disesrtasi. Bandung: Alfabeta.

Sinolungan. 2001. Kreativitas verbal. Diunduh dari: www.e.psikologi.com.

Wahdah, K. F. F. (2009). “Gambaran Kreativitas Pada Mahasiswa Psikologi Universitas


Sumatera Utara”. Skripsi. Fakultas Psikologi. Universitas Sumatera Utara. Medan

Anda mungkin juga menyukai