NIM : 16-025
BAB I
PENDAHULUAN
Dari hasil wawancara yang dilakukan pada mahasiswa psikologi USU mayoritas
dituntut untuk dapat berkomunikasi dengan baik, terutama komunikasi verbal dalam
mengerjakan skripsi. Kesulitan seperti menuangkan isi pikiran ke dalam bentuk tulisan,
kurangnya minat membaca dan kurangnya kemampuan dalam memilih kata dan kalimat
yang komunikatif. Ini masalah yang cukup banyak dihadapi oleh mahasiswa psikologi
yang sedang mengerjakan skripsi diatas terdapat fenomena di fakultas Psikologi USU,
yang berhubungan dengan masalah kreativitas verbal. Terlihat bahwa sebagai mahasiswa
psikologi USU yang sedang mengerjakan skripsi diharapkan untuk memiliki kreativitas
yang tinggi, terutama dari segi kreativitas verbal. Sehingga dari pemaparan di atas
peneliti tertarik untuk mengetahui dan memperoleh gambaran kreativitas verbal yang ada
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana gambaran
kreativitas verbal yang ada pada mahasiswa psikologi USU yang sedang mengerjakan
skripsi.
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini secara khusus bertujuan untuk mengetahui dan memperoleh
gambaran kreativitas verbal yang ada pada mahasiswa psikologi USU yang sedang
mengerjakan skripsi.
BAB II
LANDASAN TEORI
A. KREATIVITAS
A.1. Pengertian Kreativitas
Munandar (1999) menguraikan bahwa kreativitas adalah kemampuan untuk membuat
kombinasi baru yang berdasarkan data informasi atau unsur-unsur yang ada. Pengertian
kreativitas tidak hanya kemampuan untuk bersikap kritis pada dirinya sendiri melainkan untuk
menciptakan hubungan yang baik antara dirinya dengan lingkungan dalam hal material, sosial,
dan psikis.
Munandar (2012) mengatakan kreativitas adalah suatu proses yang tercermin dalam
kelancaran, kelenturan atau keluwesan (fleksibilitas) dan originalitas dalam berpikir serta
kemampuan untuk mengelaborasi (mengembangkan, memperkaya dan memperinci) suatu
gagasan. Selain itu, kreativitas adalah suatu proses yang menghasilkan sesuatu yang baru, apakah
suatu gagasan atau suatu objek dalam suatu bentuk atau susunan yang baru dan dapat dilihat atau
didengar oleh orang lain. Pada definisi ini lebih menekankan pada aspek proses perubahan
(inovasi dan variasi).
Menurut Guilford (dalam Munandar, 2012) bahwa orang-orang kreatif lebih banyak
memiliki cara-cara berpikir divergen daripada konvergen. Lebih lanjut Guilford mengemukakan
dua ciri berfikir, yaitu : cara berpikir konvergen dan divergen. Cara berpikir konvergen adalah
cara-cara individu dalam memikirkan sesuatu dengan berpandangan bahwa hanya ada satu
jawaban yang benar. Sedangkan cara berpikir divergen adalah kemampuan individu untuk
mencari berbagai alternatif jawaban terhadap suatu persoalan. Dalam kreativitas, Selain itu
Guilford (dalam Munandar 1999) juga menerangkan bahwa kreativitas merupakan kemampuan
atau kecakapan yang ada dalam diri seseorang, hal ini erat kaitannya dengan bakat. Menurut
Munandar (2009) kreativitas merupakan bakat yang secara potensial dimiliki oleh setiap orang
dan dapat diidentifikasi serta dipupuk melalui pendidikan yang tepat.
Hurlock (1992) juga menjelaskan bahwa kreativitas merupakan proses mental yang
dilakukan untuk menghasilkan sesuatu yang baru, berbeda, dan orisinal. Hurlock menambahkan
kreativitas menekankan pada pembuatan sesuatu yang baru dan berbeda. Kreativitas juga tidak
selalu menghasilkan sesuatu yang dapat diamati dan dinilai.
Sedangkan menurut Jawwad (2002), kreativitas adalah memunculkan sesuatu yang baru
tanpa ada contoh sebelumnya. Kemudian, para pakar lain mengatakan kreativitas adalah suatu
proses yang menghasilkan karya baru yang bisa diterima oleh komunitas tertentu atau bisa diakui
oleh mereka sebagai sesuatu yang bermanfaat.
Selanjutnya dikatakan pada umumnya hampir setiap orang memiliki kreativitas yang
tinggi pada masa kanak-kanaknya, namun hanya sedikit yang mampu terus mempertahankan
sampai usia dewasa. Kreativitas adalah sintesa dari empat fungsi, yaitu berpikir, merasa,
mengindra dan intuisi. Bila salah satu saja dari keempat fungsi di atas dihambat, maka kreativitas
pun akan menurun (Munandar, 1999).
Kreativitas dibagi menjadi dua yaitu kreativitas verbal dan kreativitas figural. Kreativitas
verbal adalah kemampuan untuk membuat kombinasi baru berdasarkan data, informasi atau
unsur-unsur yang didapati dari kemungkinan jawaban terhadap satu masalah dan diungkap
secara verbal. Sementara kreativitas figural adalah kemampuan untuk memunculkan ide-ide atau
gagasan baru melalui gambar yang dibuat.
Menurut Munandar (1999), ada empat aspek yang mempengaruhi kreativitas verbal,
yaitu: kemampuan berpikir secara lancar (fluency), berpikir luwes (flexibelity), orisinilitas
(originality), dan kemampuan memperinci/mendalam (elaboration).
Berdasarkan uraian di atas, terdapat empat aspek yang mempengaruhi kreativitas verbal, yaitu
kelancaran berpikir, fleksibilitas, elaborasi, dan orisinalitas.
Faktor internal, yaitu faktor yang berasal dari dalam individu yang dapat
mempengaruhi kreativitas, diantaranya :
Selain itu Hurlock (1993), mengatakan ada enam faktor yang menyebabkan
munculnya variasi kreativitas yang dimiliki individu, yaitu:
1. Jenis kelamin
Anak laki-laki menunjukkan kreativitas yang lebih besar dari anak perempuan,
terutama setelah berlalunya masa kanak-kanak. Untuk sebagian besar hal ini
disebabkan oleh perbedaan perlakuan terhadap anak laki-laki dan anak
perempuan. Anak laki-laki diberi kesempatan untuk mandiri, didesak oleh teman
sebaya untuk lebih mengambil resiko dan didorong oleh para orangtua dan guru
untuk lebih menunjukkan inisiatif dan orisinalitas.
2. Status sosioekonomi
Anak dari kelompok sosioekonomi yang lebih tinggi cenderung lebih kreatif dari
anak kelompok yang lebih rendah. Lingkungan anak kelompok sosioekonomi
yang lebih tinggi memberi lebih banyak kesempatan untuk memperoleh
pengetahuan dan pengalaman yang diperlukan bagi kreativitas.
3. Urutan kelahiran
4. Ukuran keluarga
Anak dari keluarga kecil bilamana kondisi lain sama cenderung lebih kreatif
daripada anak dari keluarga besar. Dalam keluarga besar cara mendidik anak
yang otoriter dan kondisi sosiekonomi kurang menguntungkan mungkin lebih
mempengaruhi dan menghalangi perkembangan kreativitas.
5. Lingkungan
Anak dari lingkungan kota cenderung lebih kreatif dari anak lingkungan
pedesaan.
6. Intelegensi
Setiap anak yang lebih pandai menunjukkan kreativitas yang lebih besar daripada
anak yang kurang pandai. Mereka mempunyai lebih banyak gagasan baru untuk
menangani suasana sosial dan mampu merumuskan lebih banyak penyelesaian
bagi konflik tersebut.
Tes kreativitas telah disusun dan digunakan oleh Torrance untuk mengukur pemikiran
kreatif yang mempunyai bentuk verbal dan bentuk figural. Pada tahun 1977 tes kreativitas yang
pertama kali dikonstruksi untuk Indonesia oleh munandar yaitu tes kreativitas verbal berdasarkan
konstruk model struktur intelek dari Guilford yang telah dikembangkan oleh Torrance dan
kemudian diadaptasi oleh munandar yang didalamnya berisi aspek fluency, flexisbillity,
originality, dan elaboration (Munandar, 2009).
Tes kreativitas verbal terdiri dari enam subtes yang kesemuanya mengukur dimensi
operasi berfikir divergen, dengan dimensi konten verbal, tetapi masing-masing berbeda dalam
dimensi produk.
Dalam penelitian ini untuk mengetahui kreativitas verbal digunakan TKV (Tes
Kreativitas Verbal). Tes Kreativitas Verbal ini terdiri dari 6 subtes. Untuk setiap subtes
ditentukan batas waktu yang cukup memberi kesempatan pada subyek untuk mengekspresikan
ide-idenya. Keenam subtes tersebut menurut Munandar (1988), yaitu:
1. Permulaan kata
Subtes ini mempunyai batas waktu 2 menit untuk setiap item. Pada subtes ini, subyek
harus memikirkan sebanyak mungkin kata-kata yang diawali dengan susunan huruf
tertentu yang diberikan. Tes ini mengukur kelancaran dengan kata, yaitu kemampuan
untuk menemukan kata-kata yang memenuhi persyaratan struktural tertentu.
2. Menyusun kata
Subtes ini mempunyai batas waktu 2 menit untuk setiap item. Pada subtes ini, subyek
harus menyusun sebanyak mungkin kata - kata dengan menggunakan huruf-huruf dari
sebuah kata yang diberikan (= ANAGRAM). Tes ini juga mengukur kelancaran kata,
akan tetapi berbeda dari permulaan kata, karena juga menuntut keterampilan dalam
reorganisasi perseptuil.
3. Membentuk kalimat tiga kata
Subtes ini mempunyai batas waktu 3 menit untuk setiap item. Pada subtes ini, subyek
harus membentuk kalimat yang terdiri dari tiga kata, di mana huruf pertama pada setiap
kata telah ditentukan, akan tetapi urutan dalam penggunaan ketiga huruf tersebut boleh
sekehendak subyek. Tes ini merupakan ukuran dari kelancaran dalam ungkapan, yaitu
kemampuan untuk menyusun kalimat-kalimat yang memenuhi persyaratan - persyaratan
tertentu.
4. Sifat-sifat yang sama
Subtes ini mempunyai batas waktu 2 menit untuk setiap item. Pada subtes ini, subyek
harus menemukan sebanyak mungkin obyek yang semuanya memiliki dua sifat yang
ditentukan. Tes ini merupakan ukuran dari kelancaran dalam memberikan gagasan, yaitu
kemampuan untuk mencetuskan gagasan yang memenuhi persyaratan-persyaratan
tertentu dalam waktu yang terbatas.
5. Macam-macam penggunaan
Subtes ini mempunyai batas waktu 2 menit untuk setiap item. Pada subtes ini, subyek
harus memikirkan sebanyak mungkin penggunaan sebuah benda seharihari yang telah
ditentukan, akan tetapi penggunaan-penggunaan tersebut haruslah merupakan
penggunaan yang tidak lazim (tidak biasa). Penggunaan yang sebetulnya diperuntukkan
bagi benda tersebut tidak perlu dituliskan sebagai jawaban. Tes ini merupakan ukuran
dari fleksibilitas dalam pemikiran, karena dalam tes ini subyek harus dapat melepaskan
diri dari kebiasaan untuk melihat sebuah benda sebagai alat untuk melakukan hal tertentu
saja. Kecuali mengukur fleksibilitas dalam tes ini juga mengukur orijinalitas dengan
melihat kejarangan jawaban-jawaban dalam sampel.
6. Apa akibatnya
Subtes ini mempunyai batas-batas untuk setiap item. Pada subtes ini, subyek harus
memiliki suatu kejadian hipotesis yang sudah ditentukan. Tes ini menuntut subjek untuk
menggunakan daya imajinasinya dan dapat menguraikan gagasan-gagasannya. Jadi, tes
ini merupakan ukuran dari kelancaran dalam memberikan gagasan dikombinasikan
dengan elaborasi, di mana elaborasi diartikan sebagai kemampuan untuk dapat
mengembangkan suatu gagasan, memperincinya, dengan menghasilkan macam-macam
implikasi.
B. Mahasiswa
Mahasiswa berasal dari kata maha yang berarti besar atau tinggi dan siswa yang berarti
pelajar atau dengan kata lain mahasiswa adalah pelajar yang berada pada strata tertinggi.
Berdasarkan peraturan pemerintah RI No. 30 tahun 1990 mahasiswa adalah peserta didik yang
terdaftar dan belajar di perguruan tinggi tertentu. Dalam Kamus Bahasa Indonesia (KBI),
mahasiswa didefinisikan sebagai orang yang belajar di Perguruan Tinggi (Sugiono, 2008).
Menurut Siswoyo (2007) mahasiswa dapat didefinisikan sebagai individu yang sedang menuntut
ilmu di tingkat perguruan tinggi, baik negeri maupun swasta atau lembaga lain yang setingkat
dengan perguruan tinggi.
Mahasiswa adalah seseorang yang sedang dalam proses menimba ilmu ataupun belajar
dan terdaftar sedang menjalani pendidikan pada salah satu bentuk perguruan tinggi yang terdiri
dari akademik, politeknik, sekolah tinggi, institut dan universitas (Hartaji, 2012).
Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa mahasiswa adalah pelajar yang
berada pada strata tertinggi yang sedang menuntut ilmu di tingkat perguruan tinggi, baik negeri
maupun swasta atau lembaga lain yang setingkat dengan perguruan tinggi.
Brewer (dalam Supratiknya, 2003) mengatakan tujuan dasar dari pendidikan psikologi
pada jenjang undergraduate adalah mengajar anak didik agar mampu berpikir sebagai ilmuwan
tentang perilaku dan pengalaman hidup disertai dengan tujuh tujuan umum, meliputi: 1)
pengetahuan yang luas, 2) ketrampilan berpikir, 3) ketrampilan berbahasa, 4) ketrampilan
mengumpulkan informasi dan membuat sintesis, 5) kemampuan meneliti, 6) ketrampilan
interpersonal, sejarah psikologi, etika dan 7) nilai-nilai.
Menurut Audifax (dalam Pengkategorian Status Ilmuwan Psikologi dan Psikolog, 2005)
ada enam kompetensi utama dalam psikolgi yaitu :
Pada tahun ajar 2003/2004 PS Psikologi USU meluluskan sarjana psikologinya yang
pertama. Dengan mulai dihasilkannya lulusan dari PS Psikologi, maka PS Psikologi mengajukan
permohonan untuk menjalani proses akreditasi oleh BAN-PT dan sebagai hasilnya diperoleh
Peringkat (Nilai) Akreditasi B. Tanggal 16 Juli 2007 Program Studi Psikologi USU yang
sebelumnya bernaung di bawah Fakultas Kedokteran USU secara resmi berdiri sendiri sebagai
Fakultas Psikologi USU.
Pada tahun 2010 Program Studi Sarjana Psikologi kembali mengajukan permohonan
untuk menjalani proses akreditasi untuk kali kedua kepada Badan Akreditasi Nasional Perguruan
Tinggi (BAN-PT) dan berdasarkan SK BAN-PT Nomor 032/BAN-PT/Ak-XIII/S1/XII/2010.
Program Studi Sarjana Psikologi memperoleh Peringkat (Nilai) B.
Kemudian Sejak tahun 2015, sasaran Program Studi S1 Psikologi adalah “Menjadi
Fakultas dengan akreditasi tertinggi dan merintis pengakuan Internasional”, yang kemudian
dikelompokkan dalam tiga pilar. Dalam Pilar Pendidikan dan Pengajaran dilakukan penyesuaian
Kurikulum berdasarkan standar KKNI dengan keunggulan akademik di bidang Kearifan Lokal
dan Agroindustri, yang dilaksanakan dalam atmosfer akademik yang kondusif, serta
mengembangkan perilaku cendekiawan dalam Tata Nilai BINTANG (Bertakwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa dalam Bingkai Ke-bhineka-an, Inovatif yang Berintegritas serta Tangguh dan
Arif), sehingga menghasilkan Alumni yang berdaya saing tinggi.
B.3. Skripsi
Skripsi adalah karya ilmiah yang disusun oleh mahasiswa dalam rangka menyelesaikan
studi program sarjana strata satu (S1) berdasarkan hasil penelitian mandiri terhadap suatu
masalah aktual yang dilakukan secara seksama dan terbimbing. Permasalahan atau fenomena
tersebut di tulis dalam bentuk karya ilmiah berdasarkan kemampuan dan ketrampilan dalam ilmu
atau bidang tertentu. Penyusunan skripsi dimaksudkan untuk menilai kecakapan mahasiswa
dalam memecahkan masalah secara ilmiah dengan cara mengadakan penelitian sendiri,
menganalisis dan menarik kesimpulan secara metodologis serta melaporkan hasilnya dalam
bentuk skripsi. Masalah yang menjadi pokok bahan skripsi harus disesuaikan dengan jurusan
keahlian yang dikembangkan mahasiswa dan dibimbing oleh seorang atau dua orang dosen
pembimbing yang ditunjuk oleh ketua jurusan atas persetujuan rektor. Penulisan skripsi sebagai
bahan studi harus dipertahankan dihadapan tim penguji.
Oleh karena itu skripsi bertujuan agar mahasiswa mampu menyusun dan menulis karya
ilmiah dengan mengaktualisasikan teori-teori akademik yang diperoleh sesuai dengan bidang
ilmunya. Mahasiswa yang mampu menulis skripsi dianggap mampu memadukan pengetahuan
dan keterampilannya dalam memahami, menganalisis, menggambarkan, dan menjelaskan
masalah yang berhubungan dengan bidang keilmuan yang diambilnya.
Menurut Pikatan (1997) ada dua unsur penting dalam kegiatan skripsi (tugas akhir) yaitu
meneliti dan membuat tulisan. Slamet (dalam Gunawati, Hartati, & Listiara, 2006) menyebutkan
bahwa banyak mahasiswa yang tidak mempunyai kemampuan dalam menuangkan ide-ide dalam
bentuk tulisan, prestasi akademis yang kurang memadai, serta kurangnya ketertarikan mahasiswa
pada.
DAFTAR PUSTAKA
Fitriany, A. & Munir, A. (2010). Hubungan Rasa Humor Dan Inteligensi Dengan Kreativitas
Verbal Siswa Smp Negeri Di Kota Medan. Jurnal Analitika. Vol. 2(1)
Hartaji. Damar. A. (2012). Motivasi Berprestasi Pada Mahasiswa Yang Berkuliah Dengan
Jurusan Pilihan Orangtua. Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma. (Tidak
Diterbitkan)
Munandar, S.C.U. (1985). Mengembangkan bakat dan kreativitas anak sekolah. Jakarta: PT.
Gramedia.
--------------------- (1992). Mengembangkan Bakat dan Kreativitas Anak Sekolah. Jakarta: PT.
Gramedia Widiasarana Indonesia.
--------------------- (2012). Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Supratiknya, A. (2003). Kurikulum Program Pendidikan Sarjana Psikologi 2002. Jurnal Sukma,
01, 20-32
Sugiyono. (2013). Cara Mudah Menyusun Skripsi, Tesis, dan Disesrtasi. Bandung: Alfabeta.