Anda di halaman 1dari 6

Keteknikan Pertanian J.Rekayasa Pangan dan Pert., Vol.6 No. 3 Th.

2018

PENGARUH LAMA WAKTU PEMASAKAN TERHADAP KUALITAS LEMANG


PADA ALAT PEMASAK LEMANG LISTRIK TIPE VERTIKAL

(The Effect of Cooking Time on Lemang Quality Using Vertical Type Lemang Cooking
Appliance)

Gita Ferry Husain Manalu1,2), Saipul Bahri Daulay 1), Nazif Ichwan1)
1)Program Studi Keteknikan Pertanian Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara
Jl. Prof. Dr. A. Sofyan No. 3 Kampus USU Medan 20155
2) email: gitaferryhusain_m@yahoo.com

Diterima : 16 Januari 2017/ Disetujui: 21 Januari 2017

ABSTRACT
The process of lemang cooking is very simple and has some weakneses that can be minimalised. The purpose of this
research was to examine the effect of temperature in vertical type lemang cooking appliance. This research was carried
out by using non factorial randomized block design with three levels of time, i.e. 80, 90, and 100 minutes. Parameters
observed were effective capacity and organoleptic values. The results showed that cooking time had significant effect on
lemang quality and had significant effect on organoleptic test and highle significant effect on the capacity of the appliance.

Key words : Glutinous Rice, Lemang, Rice Cooker Appliance.

ABSTRAK
Proses pemasakan lemang merupakan pengolahan hasil pertanian tahap lanjut yang sangat sederhana dan memiliki
beberapa kelemahan yang dapat diminimalisir dalam pengolahannya. Penelitian ini bertujuan untuk menguji variasi waktu
lama pemasakan pada kinerja alat pemasak lemang listrik tipe vertikal. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan
rancangan acak lengkap non – factorial dengan tiga taraf yaitu 80 menit, 90 menit dan 100 menit dengan tiga kali
pengulangan tiap taraf. Parameter yang diamati adalah kapasitas efektif alat dan uji organoleptik. Hasil penelitian
menunjukkan lama waktu pemasakan memberikan pengaruh nyata terhadap kualitas lemang dan memberikan pengaruh
nyata terhadap uji organoleptik dan berpengaruh sangat nyata terhadap kapasitas efektif alat.

Kata Kunci : Alat Pemasak Lemang, Ketan, Lemang

PENDAHULUAN yang menimbulkan sesak napas, serta absorpsi


toksin.
Lemang adalah suatu metode memasak Jika dilihat, proses untuk memasak lemang
lemak menjadi nasi dengan menggunakan wadah bukanlah sesuatu yang mudah dan cepat untuk
bambu. Setelah ketan dimasukkan kedalam rongga dimasak. Oleh karena itu timbul alasan untuk
bambu yang didalamnya dilapisi daun pisang, membuat alat pemasak lemang listrik tipe vertikal
kemudian bambu yang berisi beras ketan tersebut dimana proses pemasakannya menggunakan listrik
dibakar diatas tungku pembakaran. Namun selama dan tanpa menggunakan bambu. Alat ini mampu
pembakaran, diperlukan beberapa sesi untuk mengurangi biaya penggunaan bambu yang diganti
memutar bambu tersebut dengan tujuan supaya dengan tabung silinder dan waktu proses
beras tersebut masak dengan sempurna dengan pemasakan yang lebih sedikit.
waktu yang cukup lama. Alat pemasak lemang tipe vertikal ini
Pada proses memasak lemang banyak sekali merupakan usaha dari pengembangan mekanisasi
ditemui kendala-kendala mulai dari waktu pertanian yang bersifat selektif, sebab di Sumatera
pemasakan yang cukup lama sampai bahaya yang Utara alat ini sangat berguna untuk mendukung
diakibatkan oleh asap hasil dari pembakaran industri-industri makanan tradisional khususya
bambu lemang itu sendiri sebab menurut lemang karena di Indonesia telah dipraktekkan
Faisal,dkk (2012) pengaruh asap terhadap atau dilaksanakan untuk mendukung berbagai
kesehatan terjadi melalui berbagai mekanisme, usaha pembangunan pertanian terutama dibidang
antara lain iritasi langsung, kekurangan oksigen usaha swasembada pangan. Sistem mekanisasi
pertanian selektif adalah usaha memperkenalkan,

556
Keteknikan Pertanian J.Rekayasa Pangan dan Pert., Vol.6 No. 3 Th. 2018

mengembangkan dan membina pemakaian jenis Komponen Alat


atau kelompok jenis alat dan mesin pertanian yang Pemasak lemang ini memiliki beberapa
serasi atau yang sesuai dengan keadaan wilayah bagian penting, yaitu :
setempat (Hardjosentono, dkk., 2000). 1. Reaktor
Penelitian ini merupakan penelitian lanjutan Secara umum reaktor merupakan tempat
dari penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh pereaksian. Reaktor pada tabung pemasak
Risanta (2015) dan Sinaga (2015) dimana hasil lemang merupakan tempat terjadinya
lemang yang diperoleh untuk organoleptik akibat perpindahan panas pada tabung silinder
waktu dapat diduga masih belum optimal untuk lemang secara konduksi. Dimensi reactor
kualitas lemang dengan waktu 90 menit. berukuran tinggi 25,7 cm dan diameter 15,7 cm
Diharapkan hasil yang diperoleh dengan pengujian dan letaknya tepat dibagian tengah tabung.
waktu lama pemasakan dapat optimal dengan 2. Tabung lemang
mendapatkan waktu yang sesuai untuk alat Tabung lemang ini terbuat dari logam yang
pemasak lemang tipe vertikal dalam mendapatkan didesain sedemikian rupa menyerupai tabung
kualitas lemang yang terbaik, sehingga alat ini lemang bambu berbentuk silinder dimana
dapat membantu dan mempermudah masyarakat tabung lemang ini berfungsi sebagai wadah
terutama produsen lemang untuk memenuhi penampung bahan baku pembuatan
permintaan konsumen. lemang.Panjang dari tabung silinder ini adalah
Penelitian ini bertujuan untuk menguji 25 cm dan berdiameter 5 cm.
pengaruh lama pemasakan untuk menemukan 3. Heater
waktu terbaik terhadap kualitas lemang yang Heater merupakan elemen pemanas yang
dihasilkan pada alat pemasak lemang tipe vertikal bekerja sangat sederhana. Elemen pemanas
dan juga mengetahui kapasitas kerja alat pada terbuat dari logam dengan nilai resistansinya
setiap pengujian waktu. yang tinggi. Alat ini mempunyai tegangan 0,9
KW.
4. Thermostat
BAHAN DAN METODE Thermostat adalah alat untuk mengatur
suhu agar suhu pada proses pemasakan stabil.
Bahan yang digunakan pada penelitian ini Alat ini dapat mengatur suhu 0 – 1200 C.
adalah beras ketan, santan, garam, air dan daun 5. Isolator
pisang muda. Alat yang digunakan dalam Isolator merupakan penghambat laju
penelitian ini alat pemasak lemang listrik tipe pindah panas dimana terbuat dari fiberglass
vertikal, timbangan, ember, stopwacth, gelas ukur, yang diselubingi glasswool agar laju
kalkulator, kamera, alat tulis, dan komputer. perpindahan panas melambat sehingga panas
Pada penelitian ini, metode yang digunakan tidak terbuang percuma.
adalah studi literatur (kepustakaan), lalu
pengamatan langsung tentang pemasakan Logam yang Digunakan
lemang. Kemudian dilakukan pengujian alat dan
pengamatan parameter. Penelitian ini Stainless steel
menggunakan rancang acak lengkap (RAL) non Logam yang digunakan merupakan logam
faktorial dengan 3 kali ulangan di setiap perlakuan baja tahan karat (stainless steel). Baja tahan karat
menggunakan suhu : yang mempunyai seratus lebih jenis yang berbeda-
T1 = Waktu 80 menit beda. Akan tetapi, seluruh baja itu mempunyai satu
T2 = Waktu 90 menit sifat karena kandungan kromium yang
T3 = Waktu 100 menit membuatnya tahan terhadap karat. Baja tahan
Model rancangan yang digunakan yaitu: karat dapat dibagi ke dalam tiga kelompok dasar
Yij = µ + Ti + €ij………………… (1) yakni baja tahan karat ferit, baja tahan karat
Dimana : austenit dan baja tahan karat martensit.
Yij = nilai pengamatan dari perlakuan faktor lama Aluminium
pemasakan pada taraf ke-i dan pada Aluminium banyak dipergunakan dengan
ulangan ke-j pertimbangan sifatnya yang ringan dan lunak
µ = nilai tengah umum dengan berat jenis 2,7 titik cair 657o C dan titik
Ti = pengaruh perlakuan ke-i didih 1800o C, penghantar panas dan listrik yang
€ij = pengaruh galat percobaan dari perlakuan baik, tahan korosi dan tidak bercaun, mudah
lama pemasakan pada taraf ke-i dan dibentuk, bersifat non magnetik serta mempunyai
ulangan ke-j. daya tarik yang relatif tinggi dibandingkan
beratnya.

557
Keteknikan Pertanian J.Rekayasa Pangan dan Pert., Vol.6 No. 3 Th. 2018

Non Logam yang Digunakan Orang yang bertugas untuk memberikan penilaian
Glasswool disebut sebagai panelis. Penelis diminta untuk
Glasswool merupakan bahan isolasi yang memberikan kesan berkisar antara sangat tidak
terbuat dari fiberglass, disusun menjadi sebuah suka, tidak suka, cukup suka, suka dan sangat
keempukan yang mirip dengan wol. Glasswool suka terhadap suatu karakteristik lemang yang
diproduksi dalamgulungan atau dalam lempengan disajikan. Adapun pengujian organoleptik terbagi
dengan sifat mekanik dan termal yang berbeda- atas aroma, rasa dan keempukan. Pengujian
beda. Terkait sifat mekanik glasswool : meredam dilakukan secara indrawi organoleptik yang
suara ,sebagai pengganjal, dll. Terkait sifat termal ditentukan berdasarkan numerik. Panelis
glasswool : sebagai isolator (penghambat laju merupakan sekelompok orang yang menilai mutu
perpindahan panas). atau memberikan kesan subjektif berdasarkan
prosedur pengujian sensorik tertentu. Panel yang
Prinsip Kerja Alat digunakan pada penelitian ini berjumlah 10 orang.
Pada waktu pemasakan lemang, saklar akan
terhubung dengan elemen pemanas (heater) dan Tabel 1. Uji organoleptik untuk penerimaan
thermostat. Panas yang dihasilkan oleh heater keseluruan
kemudian dirambatkan secara konduksi ke seluruh Skala hedonik Skala numerik (skor)
tabung lemang diharapkan panas yang dihasilkan Sangat tidak suka 1
merata dan arus listrik yang menuju ke elemen Tidak suka 2
pemanas kemudian dibaca oleh thermostat dengan Cukup suka 3
demikian suhu yang diperoleh pada pemasakan Suka 4
akan berlangsung secara konstan. Sangat Suka 5
Sumber: Setyaningsih ( 2010)
Prosedur Penelitian
1. Memilih beras ketan yang bermutu baik (±1,2 Kapasitas Kerja Alat
kg) Kapasitas efektif alat dilakukan dengan
2. Mencuci hingga bersih dan merendam ketan menghitung berat lemangyang diolah dibagi
selama ± 3 jam dengan satuan waktu yang dibutuhkan selama
3. Menyatukan santan kental (705 ml) dan air proses pemasakan (jam). Hal ini dapat dihitung
(705 ml) dalam satu wadah berdasarkan persamaan berikut :
4. Melakukan penambahan garam sebanyak ± 15
g Kapasitas Alat = (Daywin, dkk.,2008)
5. Mengaduk santan kental,air dan garam hingga
merata
6. Memasukkan tabung lemang ke dalam tabung HASIL DAN PEMBAHASAN
reactor
7. Menggulung daun pisang muda (± 1 kali Kapasitas Kerja Alat
putaran) dan memasukkan gulungan daun Hasil pengujian menunjukkan pengaruh
pisang muda pada tabung pemasakan secara waktu terhadap kapasitas efektif alat untuk tiap
vertikal perlakuan dapat dilihat pada Tabel 2.
8. Memasukkan ketan per tabung sebanyak ¾
tabung (195,65 g) Tabel 2. Kapasitas Efektif Alat
9. Memasukkan bahan yang telah terkomposisi KEA
Berat lemang
ke dalam tabung lemang (sampai ketan Perlakuan (kg/jam)
(kg)
terendam dengan santan)
T1= 80 Menit 2,537a,A 1,95
10. Menghidupkan alat pemasak lemang dengan
T2 = 90 Menit 2,533q,A 1,68
suhu 105o C
T3 = 100 Menit 2,430b,B 1,51
11. Menunggu hingga waktu (80 menit, 90 menit
dan 100 menit) Keterangan : Notasi huruf yang berbeda pada kolom
12. Melakukan pengamatan parameter. yang sama menunjukan perlakuan
memberikan pengaruh yang berbeda
nyata pada taraf 5% dan berbeda sangat
Parameter Penelitian
nyata pada taraf 1% dengan uji DMRT
Uji organoleptik
Uji organoleptik menggunakan indra peraba, Kapasitas Kerja alat yang terbesar yaitu pada
pembau, pengelihatan dan pencicipan untuk perlakuan T1 dengan waktu 80 menit (1,95 kg/jam)
memberikan penilaian. Oleh karena itu uji ini dan yang terkecil yaitu pada perlakuan T3 dengan
bersifat objektif, dalam artian penilaian yang waktu 100 menit (1,51 kg/jam). Dapat dilihat bahwa
diberikan oleh setiap orang dapat berbeda-beda. semakin tinggi waktu pemasakan, semakin kecil

558
Keteknikan Pertanian J.Rekayasa Pangan dan Pert., Vol.6 No. 3 Th. 2018

kapasitas efektif alat dan semakin tinggi waktu pengujian kapasitas efekti alat. Hasil pengujian
maka semakin ringan berat lemang yang sudah menggunakan DMRT (Duncan Multiple Range
dimasak. Karena pada waktu 100 menit panas Test) menunjukkan pengaruh lama waktu
yang dihasilkan heaters sudah merambat merata pemasakan pada alat pemasak lemang listrik tipe
keseluruh tabung secara konduksi sehingga air vertikal terhadap berat lemang pada kapasitas
dalam hal ini (santan) cepat berkurang disetiap efektif alat tiap perlakuan dapat dilihat pada Tabel
waktu pemasakan akibat penguapan atau 2.
pengeringan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Berdasarkan Tabel 2, dapat dilihat nilai
Purnomo (1995) bahwa air bebas dapat dengan tertinggi didapat pada perlakuan T1 dengan waktu
mudah hilang apabila terjadi penguapan dan 80 menit yaitu 2.53 Kg dan terendah pada
pengeringan. Namun sama seperti penelitian perlakuan T3 dengan waktu 100 menit yaitu 2,43
sebelumnya yang dilakukan Risanta (2015) Kg. Hal ini terjadi karena pada perlakuan T1 waktu
kapasitas alat pemasak lemang listrik vertikal ini yang dibutuhkan alat untuk penguapan dan
masih terbilang rendah, hal ini disebabkan oleh pengeringan kurang karena panas pada tabung
ukuran tabung pada alat pemasak lemang listrik yang dihasilkan oleh heaters belum merata
tipe vertikal hanya memiliki panjang 20 cm, denga sehingga hasilnya kurang maksimal. Karena
diameter 5 cm dan 351 g per tabung dengan kata semakin rendah berat lemang makan semakin
lain alat ini lebih kecil dibandingkan alat pemasak maksimal penguapan dan pengeringan yang
lemang modern. Hal ini didukung dengan terjadi. Hal ini sesuai dengan pernyataan Purnomo,
pernyataan Samsudin, dkk (1990) yang (1995) bahwa penguapan dan pengeringan
menyebutkan lemang yang dihasilkan berukuran menjadi maksimal karena semakin banyak air
panjang 42 cm, 4,5 cm garis pusat dan 775-790 gr (santan) yang hilang.
per tabung pada alat pemasak lemang modern.
Dari hasil analisis sidik ragam dapat dilihat Nilai Organoleptik
bahwa lama waktu pemasakan lemang pada alat Pengaruh waktu pemasakan terhadap nilai
pemasak listrik tipe vertikal memberikan pengaruh organoleptik lemang dapat dilihat pada Tabel 3.
sangat nyata terhadap berat lemang dari setiap

Tabel 3. Pengaruh waktu pemasakan terhadap nilai organoleptik


Parameter nilai organoleptik
Kapasitas kerja
Perlakuan Penerimaan
alat (kg/jam) Aroma Rasa Keempukan
keseluruhan
T1 (80 menit) 1,95 3,433b 3,033b,B 3,167b,B 3,200b,B
T2 (90 menit) 1,68 3,567b 3,500b,B 3,400b,B 3,480b,B
T3 (100 menit) 1,51 4,033a 3,700a,A 4,033a,A 3,920a,A
Keterangan : Notasi huruf yang berbeda pada kolom yang sama menunjukan perlakuan memberikan pengaruh yang
berbeda nyata pada taraf 5% dan berbeda sangat nyata pada taraf 1% dengan uji DMRT

Aroma Rasa
Hasil analisis sidik ragam menunjukkan Hasil analisis sidik ragam menunjukkan
waktu pemasakan lemang listrik tipe vertikal waktu pemasakan lemang listrik tipe vertikal
memberikan pengaruh nyata terhadap uji memberikan pengaruh sangat nyata terhadap uji
organoleptik aroma. Berdasarkan Tabel 3, maka organoleptik rasa. Hasil pengujian menggunakan
diperoleh nilai tertinggi pada pemasakan lemang DMRT (Duncan Multiple Range Test) menunjukkan
listrik tipe vertikal terhadap uji organileptik aroma pengaruh waktu terhadap uji organoleptik rasa
adalah pada perlakuan T3 dengan waktu 100 menit untuk tiap perlakuan dapat dilihat pada Tabel 3.
yaitu 4,033 Kg (Suka) dan terendah pada Perlakuan T1 (80 menit) berbeda nyata terhadap
perlakuan T1 deangan waktu 80 menit yaitu 3,433 T2 (90 menit) dan T3 (100 menit), perlakuan T2 (90
Kg (cukup suka). Hal ini terjadi sebab semakin menit) berbeda nyata terhadap T1 (80 menit) dan
lama penguapan dan pengeringan maka semakin berbeda tidak nyata terhadap T3 (100 menit) dan
maksimal aroma yang dihasilkan dan tentunya juga perlakuan T3 (100 menit) berbeda nyata terhadap
didorong oleh suhu yang sesuai yang sebelumnya T1 (80 menit) dan berbeda tidak nyata terhadap T2
telah diuji oleh Sinaga (2015) yaitu dengan suhu (90 menit).
1050C pada penelitian sebelumnya hal ini sesuai Berdasarkan Tabel 3, maka diperoleh nilai
juga dengan pernyataan Suniati (2011) bahwa tertinggi terhadap uji organoleptik rasa adalah pada
aroma lemang yang dihasilkan dengan suhu perlakuan T3 dengan waktu 100 menit yaitu 3.7 Kg
pemansan yang sesuai menghasilkan aroma yang (suka) dan nilai terendah pada perlakuan T1 yaitu
khas. 3,03 Kg (cukup suka). Hal ini disebabkan karena

559
Keteknikan Pertanian J.Rekayasa Pangan dan Pert., Vol.6 No. 3 Th. 2018

lemang merupakan bahan pangan yang padat, keseluruhan dan sangat nyata terhadap kapasitas
sehingga membutuhkan waktu yang sedikit lama kerja alat.
agar penguapan dan pengeringan lemang tersebut Waktu pemasakan lemang dengan alat
maksimal dan juga membutuhkan waktu yang pemasak lemang listrik yang terbaik adalah 100
sedikit lama agar panas yang dihasilkan pada menit . Hal ini dapat dilihat pada Tabel 3. Dari
heaters dapat merambat panas dengan maksimal Tabel 3 dapat dilihat nilai terbesar yaitu pada
ke seluruh tabung. Lain halnya dengan penelitian perlakuan waktu pemasakan T3 ( 100 menit) untuk
Sinaga (2015) yang menyatakan bahwa formulasi penerimaan keseluruhan yaitu 3.92 (cukup suka)
pembuatan lemang tetap, sehingga rasa yang dan nilai terendah pada perlakuan waktu
dihasilkan hampir sama. Hal ini sesuai dengan pemasakan T1 (80 menit) untuk penerimaan
pernyataan Winarno, dkk (1980) bahwa semakin keseluruhan yaitu 3.2 (cukup suka).
padat bahan pangan, maka perambatan panasnya
akan semakin lambat.
KESIMPULAN
Keempukan
Analisis sidik ragam menunjukkan bahwa 1. Kapasitas kerja alat yang terkecil yaitu pada
waktu pemasakan lemang listrik vertikal perlakuan lama waktu pemasakan 100 menit
berpengaruh sangat nyata terhadap uji (1,51 kg/jam) dan yang terbesar yaitu pada
organoleptik keempukan. Hasil pengujian perlakuan lama waktu pemasakan 80 menit
menggunakan DMRT (Duncan Multiple Range (1,95 kg/jam).
Test) menunjukkan pengaruh waktu terhadap uji 2. Perbedaan lama waktu pemasakan terhadap
organoleptik keempukan untuk tiap perlakuan kualitas lemang pada alat pemasak lemang
dapat dilihat pada Tabel 3. Perlakuan T1 (80 menit) listrik tipe vertikal memberikan pengaruh
berbeda nyata terhadap T2 (90 menit) dan berbeda sangat nyata terhadap nilai organoleptik yaitu
sangat nyata terhadap T3 (100 menit), perlakuan rasa dan keempukan sedangkan aroma
T2 (90 menit) berbeda nyata terhadap terhadap memberikan pengaruh nyata.
T1(80 menit) dan T3 (100 menit), perlakuan T3 3. Berdasarkan pengujian menggunakan DMRT,
(100 menit) sangat berbeda nyata terhadap T1 (80 lama waktu pemasakan terbaik pada
menit) dan berbeda nayata terhadap T2 (90 menit). penerimaan keseluruhan organoleptik adalah
Berdasarkan Tabel 3, maka diperoleh nilai suhu 100 menit yaitu 3,92.
tertinggi untuk uji organoleptik keempukan adalah 4. Berdasarkan pengujian menggunakan DMRT
pada perlakuan T3 dengan waktu 100 menit yaitu lama waktu peamasakan pada alat pemasak
4.03 Kg (Suka) dan yang terendah ada perlakuan lemang listrik tipe vertikal untuk tingkat
T1 dengan waktu 80 menit yaitu 3.16 Kg (cukup kesukaan aroma terbaik diperoleh pada waktu
suka) hal ini dikarenakan pada T1 panas yang 100 menit yaitu 4,03 dengan predikat skala
dihasilkan heaters belum seluruhnya merambat numerik yaitu suka, untuk rasa terbaik
secara konduksi keseluruh tabung belum merata diperoleh pada waktu 100 menit yaitu 3,70
serta karakteristik beras ketan tersebut memiliki dengan predikat skala numerik yaitu
kadar amilosa yang rendah, sehingga dibutuhkan cenderung cukup suka, untuk keempukan
waktu yang lama untuk pati tersebut pecah terbaik diperoleh pada waktu 100 yaitu 4,03
(amilopektin) dan lengket sehingga menghasilkan dengan predikat skala numerik yaitu suka.
tekstur yang lembut dan empuk hal ini sesuai
dengan pernyataan Koswara, ( 2009) bahwa DAFTAR PUSTAKA
semakin kecil kadar amilosanya atau semakin
tinggi kadar amilopektinnya makan semkin lengket Daywin, F. J., R. G. Sitompul dan I. Hidayat. 2008.
nasinya. Mesin-Mesin BudidayaPertanian di Lahan
Kering. Graha Ilmu. Yogyakarta.
Penerimaan Keseluruhan
Parameter organoleptik meliputi organoleptik Faisal F, Yunus F, Harahap F. 2012. Dampak Asap
aroma, rasa dan keempukan. Berdasarkan Kebakaran Hutan padaPernapasan. Fakultas
perhitungan penentuan perlakuan terbaik dapat Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta.
disimpulkan bahwa perlakuan terbaik nilai
organoleptik aroma yaitu pada perlakuan dengan Hardjosentono M. Wijato, Elon R, Badra IW,
dengan lama waktu pemasakan 100 menit yaitu Dadang T. 1996. Mesin-
4,03, nilai organoleptik terbaik untuk rasa 3,7, MesinPertanian.Bumi Aksara. Jakarta.
aroma 4.03 dan keempukan 4,03. Perlakuan lama
waktu pemasakan memberikan pengaruh nyata Haryadi. 2008. Teknologi Pengolahan Beras.
terhadap nilai organoleptik penerimaan Gadjah Mada University Press. Yogyakarta

560
Keteknikan Pertanian J.Rekayasa Pangan dan Pert., Vol.6 No. 3 Th. 2018

Koswara, S. 2009. Teknologi Pengolahan Beras Setyaningsih, D., Apriyantono,A., dan Sari,M.P.
(Teori dan Praktek) 2010. Analisis Sensori Untuk Industri Pangan
http://tekpan.unimus.ac.id/ Dan Agro. IPB Press. Bogor.

Wpcontent/uploads/2013/07/Teknologi- Sinaga, N. 2016. Uji Suhu Terhadap Kualitas


pengolahan-beras-teori-dan-praktek.pdf. [25 Lemang Pada Alat Pemasak Lemang Listrik
Desember 2015]. Tipe Vertikal. Jurnal Rekaya Pangan dan
Pertanian. Vol. 4. 436-437.
Purnomo, H. 1995. Aktifitas Air dan Perannya
Dalam Pengawetan Pangan. UI Press. Suniati, F.R.T. 2011. Pembuatan Pangan Pokok
Malang. Tiruan Berbasis Tepung Ubi Jalar Putih dan
Tepung Kecambah Kacang Komak Dengan
Risanta, Z.L. 2016. Rancang Bangun Alat Bahan Pengikat CMC. Fakultas
Pemasak Lemang Tipe Vertikal. Jurnal Teknologi Pertanian Universitas Brawijaya.
Rekayasa Pangan dan Pertanian. Vol.4. 134- Malang
135.
Winarno, F. G., Fardiaz, S., dan Fardiaz, D. 1980.
Samsudin, A., Zainal, I. M., dan Taufik, A. M. 1990. Pengantar Teknologi Pertanian. Gramedia.
Teknologi Baru Pemprosesan dan Jakarta.
pengeluaran Lemang. Malaysia Agricultural
Research and Development Institute.
Malaysia.

561

Anda mungkin juga menyukai