2018
(The Effect of Cooking Time on Lemang Quality Using Vertical Type Lemang Cooking
Appliance)
Gita Ferry Husain Manalu1,2), Saipul Bahri Daulay 1), Nazif Ichwan1)
1)Program Studi Keteknikan Pertanian Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara
Jl. Prof. Dr. A. Sofyan No. 3 Kampus USU Medan 20155
2) email: gitaferryhusain_m@yahoo.com
ABSTRACT
The process of lemang cooking is very simple and has some weakneses that can be minimalised. The purpose of this
research was to examine the effect of temperature in vertical type lemang cooking appliance. This research was carried
out by using non factorial randomized block design with three levels of time, i.e. 80, 90, and 100 minutes. Parameters
observed were effective capacity and organoleptic values. The results showed that cooking time had significant effect on
lemang quality and had significant effect on organoleptic test and highle significant effect on the capacity of the appliance.
ABSTRAK
Proses pemasakan lemang merupakan pengolahan hasil pertanian tahap lanjut yang sangat sederhana dan memiliki
beberapa kelemahan yang dapat diminimalisir dalam pengolahannya. Penelitian ini bertujuan untuk menguji variasi waktu
lama pemasakan pada kinerja alat pemasak lemang listrik tipe vertikal. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan
rancangan acak lengkap non – factorial dengan tiga taraf yaitu 80 menit, 90 menit dan 100 menit dengan tiga kali
pengulangan tiap taraf. Parameter yang diamati adalah kapasitas efektif alat dan uji organoleptik. Hasil penelitian
menunjukkan lama waktu pemasakan memberikan pengaruh nyata terhadap kualitas lemang dan memberikan pengaruh
nyata terhadap uji organoleptik dan berpengaruh sangat nyata terhadap kapasitas efektif alat.
556
Keteknikan Pertanian J.Rekayasa Pangan dan Pert., Vol.6 No. 3 Th. 2018
557
Keteknikan Pertanian J.Rekayasa Pangan dan Pert., Vol.6 No. 3 Th. 2018
Non Logam yang Digunakan Orang yang bertugas untuk memberikan penilaian
Glasswool disebut sebagai panelis. Penelis diminta untuk
Glasswool merupakan bahan isolasi yang memberikan kesan berkisar antara sangat tidak
terbuat dari fiberglass, disusun menjadi sebuah suka, tidak suka, cukup suka, suka dan sangat
keempukan yang mirip dengan wol. Glasswool suka terhadap suatu karakteristik lemang yang
diproduksi dalamgulungan atau dalam lempengan disajikan. Adapun pengujian organoleptik terbagi
dengan sifat mekanik dan termal yang berbeda- atas aroma, rasa dan keempukan. Pengujian
beda. Terkait sifat mekanik glasswool : meredam dilakukan secara indrawi organoleptik yang
suara ,sebagai pengganjal, dll. Terkait sifat termal ditentukan berdasarkan numerik. Panelis
glasswool : sebagai isolator (penghambat laju merupakan sekelompok orang yang menilai mutu
perpindahan panas). atau memberikan kesan subjektif berdasarkan
prosedur pengujian sensorik tertentu. Panel yang
Prinsip Kerja Alat digunakan pada penelitian ini berjumlah 10 orang.
Pada waktu pemasakan lemang, saklar akan
terhubung dengan elemen pemanas (heater) dan Tabel 1. Uji organoleptik untuk penerimaan
thermostat. Panas yang dihasilkan oleh heater keseluruan
kemudian dirambatkan secara konduksi ke seluruh Skala hedonik Skala numerik (skor)
tabung lemang diharapkan panas yang dihasilkan Sangat tidak suka 1
merata dan arus listrik yang menuju ke elemen Tidak suka 2
pemanas kemudian dibaca oleh thermostat dengan Cukup suka 3
demikian suhu yang diperoleh pada pemasakan Suka 4
akan berlangsung secara konstan. Sangat Suka 5
Sumber: Setyaningsih ( 2010)
Prosedur Penelitian
1. Memilih beras ketan yang bermutu baik (±1,2 Kapasitas Kerja Alat
kg) Kapasitas efektif alat dilakukan dengan
2. Mencuci hingga bersih dan merendam ketan menghitung berat lemangyang diolah dibagi
selama ± 3 jam dengan satuan waktu yang dibutuhkan selama
3. Menyatukan santan kental (705 ml) dan air proses pemasakan (jam). Hal ini dapat dihitung
(705 ml) dalam satu wadah berdasarkan persamaan berikut :
4. Melakukan penambahan garam sebanyak ± 15
g Kapasitas Alat = (Daywin, dkk.,2008)
5. Mengaduk santan kental,air dan garam hingga
merata
6. Memasukkan tabung lemang ke dalam tabung HASIL DAN PEMBAHASAN
reactor
7. Menggulung daun pisang muda (± 1 kali Kapasitas Kerja Alat
putaran) dan memasukkan gulungan daun Hasil pengujian menunjukkan pengaruh
pisang muda pada tabung pemasakan secara waktu terhadap kapasitas efektif alat untuk tiap
vertikal perlakuan dapat dilihat pada Tabel 2.
8. Memasukkan ketan per tabung sebanyak ¾
tabung (195,65 g) Tabel 2. Kapasitas Efektif Alat
9. Memasukkan bahan yang telah terkomposisi KEA
Berat lemang
ke dalam tabung lemang (sampai ketan Perlakuan (kg/jam)
(kg)
terendam dengan santan)
T1= 80 Menit 2,537a,A 1,95
10. Menghidupkan alat pemasak lemang dengan
T2 = 90 Menit 2,533q,A 1,68
suhu 105o C
T3 = 100 Menit 2,430b,B 1,51
11. Menunggu hingga waktu (80 menit, 90 menit
dan 100 menit) Keterangan : Notasi huruf yang berbeda pada kolom
12. Melakukan pengamatan parameter. yang sama menunjukan perlakuan
memberikan pengaruh yang berbeda
nyata pada taraf 5% dan berbeda sangat
Parameter Penelitian
nyata pada taraf 1% dengan uji DMRT
Uji organoleptik
Uji organoleptik menggunakan indra peraba, Kapasitas Kerja alat yang terbesar yaitu pada
pembau, pengelihatan dan pencicipan untuk perlakuan T1 dengan waktu 80 menit (1,95 kg/jam)
memberikan penilaian. Oleh karena itu uji ini dan yang terkecil yaitu pada perlakuan T3 dengan
bersifat objektif, dalam artian penilaian yang waktu 100 menit (1,51 kg/jam). Dapat dilihat bahwa
diberikan oleh setiap orang dapat berbeda-beda. semakin tinggi waktu pemasakan, semakin kecil
558
Keteknikan Pertanian J.Rekayasa Pangan dan Pert., Vol.6 No. 3 Th. 2018
kapasitas efektif alat dan semakin tinggi waktu pengujian kapasitas efekti alat. Hasil pengujian
maka semakin ringan berat lemang yang sudah menggunakan DMRT (Duncan Multiple Range
dimasak. Karena pada waktu 100 menit panas Test) menunjukkan pengaruh lama waktu
yang dihasilkan heaters sudah merambat merata pemasakan pada alat pemasak lemang listrik tipe
keseluruh tabung secara konduksi sehingga air vertikal terhadap berat lemang pada kapasitas
dalam hal ini (santan) cepat berkurang disetiap efektif alat tiap perlakuan dapat dilihat pada Tabel
waktu pemasakan akibat penguapan atau 2.
pengeringan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Berdasarkan Tabel 2, dapat dilihat nilai
Purnomo (1995) bahwa air bebas dapat dengan tertinggi didapat pada perlakuan T1 dengan waktu
mudah hilang apabila terjadi penguapan dan 80 menit yaitu 2.53 Kg dan terendah pada
pengeringan. Namun sama seperti penelitian perlakuan T3 dengan waktu 100 menit yaitu 2,43
sebelumnya yang dilakukan Risanta (2015) Kg. Hal ini terjadi karena pada perlakuan T1 waktu
kapasitas alat pemasak lemang listrik vertikal ini yang dibutuhkan alat untuk penguapan dan
masih terbilang rendah, hal ini disebabkan oleh pengeringan kurang karena panas pada tabung
ukuran tabung pada alat pemasak lemang listrik yang dihasilkan oleh heaters belum merata
tipe vertikal hanya memiliki panjang 20 cm, denga sehingga hasilnya kurang maksimal. Karena
diameter 5 cm dan 351 g per tabung dengan kata semakin rendah berat lemang makan semakin
lain alat ini lebih kecil dibandingkan alat pemasak maksimal penguapan dan pengeringan yang
lemang modern. Hal ini didukung dengan terjadi. Hal ini sesuai dengan pernyataan Purnomo,
pernyataan Samsudin, dkk (1990) yang (1995) bahwa penguapan dan pengeringan
menyebutkan lemang yang dihasilkan berukuran menjadi maksimal karena semakin banyak air
panjang 42 cm, 4,5 cm garis pusat dan 775-790 gr (santan) yang hilang.
per tabung pada alat pemasak lemang modern.
Dari hasil analisis sidik ragam dapat dilihat Nilai Organoleptik
bahwa lama waktu pemasakan lemang pada alat Pengaruh waktu pemasakan terhadap nilai
pemasak listrik tipe vertikal memberikan pengaruh organoleptik lemang dapat dilihat pada Tabel 3.
sangat nyata terhadap berat lemang dari setiap
Aroma Rasa
Hasil analisis sidik ragam menunjukkan Hasil analisis sidik ragam menunjukkan
waktu pemasakan lemang listrik tipe vertikal waktu pemasakan lemang listrik tipe vertikal
memberikan pengaruh nyata terhadap uji memberikan pengaruh sangat nyata terhadap uji
organoleptik aroma. Berdasarkan Tabel 3, maka organoleptik rasa. Hasil pengujian menggunakan
diperoleh nilai tertinggi pada pemasakan lemang DMRT (Duncan Multiple Range Test) menunjukkan
listrik tipe vertikal terhadap uji organileptik aroma pengaruh waktu terhadap uji organoleptik rasa
adalah pada perlakuan T3 dengan waktu 100 menit untuk tiap perlakuan dapat dilihat pada Tabel 3.
yaitu 4,033 Kg (Suka) dan terendah pada Perlakuan T1 (80 menit) berbeda nyata terhadap
perlakuan T1 deangan waktu 80 menit yaitu 3,433 T2 (90 menit) dan T3 (100 menit), perlakuan T2 (90
Kg (cukup suka). Hal ini terjadi sebab semakin menit) berbeda nyata terhadap T1 (80 menit) dan
lama penguapan dan pengeringan maka semakin berbeda tidak nyata terhadap T3 (100 menit) dan
maksimal aroma yang dihasilkan dan tentunya juga perlakuan T3 (100 menit) berbeda nyata terhadap
didorong oleh suhu yang sesuai yang sebelumnya T1 (80 menit) dan berbeda tidak nyata terhadap T2
telah diuji oleh Sinaga (2015) yaitu dengan suhu (90 menit).
1050C pada penelitian sebelumnya hal ini sesuai Berdasarkan Tabel 3, maka diperoleh nilai
juga dengan pernyataan Suniati (2011) bahwa tertinggi terhadap uji organoleptik rasa adalah pada
aroma lemang yang dihasilkan dengan suhu perlakuan T3 dengan waktu 100 menit yaitu 3.7 Kg
pemansan yang sesuai menghasilkan aroma yang (suka) dan nilai terendah pada perlakuan T1 yaitu
khas. 3,03 Kg (cukup suka). Hal ini disebabkan karena
559
Keteknikan Pertanian J.Rekayasa Pangan dan Pert., Vol.6 No. 3 Th. 2018
lemang merupakan bahan pangan yang padat, keseluruhan dan sangat nyata terhadap kapasitas
sehingga membutuhkan waktu yang sedikit lama kerja alat.
agar penguapan dan pengeringan lemang tersebut Waktu pemasakan lemang dengan alat
maksimal dan juga membutuhkan waktu yang pemasak lemang listrik yang terbaik adalah 100
sedikit lama agar panas yang dihasilkan pada menit . Hal ini dapat dilihat pada Tabel 3. Dari
heaters dapat merambat panas dengan maksimal Tabel 3 dapat dilihat nilai terbesar yaitu pada
ke seluruh tabung. Lain halnya dengan penelitian perlakuan waktu pemasakan T3 ( 100 menit) untuk
Sinaga (2015) yang menyatakan bahwa formulasi penerimaan keseluruhan yaitu 3.92 (cukup suka)
pembuatan lemang tetap, sehingga rasa yang dan nilai terendah pada perlakuan waktu
dihasilkan hampir sama. Hal ini sesuai dengan pemasakan T1 (80 menit) untuk penerimaan
pernyataan Winarno, dkk (1980) bahwa semakin keseluruhan yaitu 3.2 (cukup suka).
padat bahan pangan, maka perambatan panasnya
akan semakin lambat.
KESIMPULAN
Keempukan
Analisis sidik ragam menunjukkan bahwa 1. Kapasitas kerja alat yang terkecil yaitu pada
waktu pemasakan lemang listrik vertikal perlakuan lama waktu pemasakan 100 menit
berpengaruh sangat nyata terhadap uji (1,51 kg/jam) dan yang terbesar yaitu pada
organoleptik keempukan. Hasil pengujian perlakuan lama waktu pemasakan 80 menit
menggunakan DMRT (Duncan Multiple Range (1,95 kg/jam).
Test) menunjukkan pengaruh waktu terhadap uji 2. Perbedaan lama waktu pemasakan terhadap
organoleptik keempukan untuk tiap perlakuan kualitas lemang pada alat pemasak lemang
dapat dilihat pada Tabel 3. Perlakuan T1 (80 menit) listrik tipe vertikal memberikan pengaruh
berbeda nyata terhadap T2 (90 menit) dan berbeda sangat nyata terhadap nilai organoleptik yaitu
sangat nyata terhadap T3 (100 menit), perlakuan rasa dan keempukan sedangkan aroma
T2 (90 menit) berbeda nyata terhadap terhadap memberikan pengaruh nyata.
T1(80 menit) dan T3 (100 menit), perlakuan T3 3. Berdasarkan pengujian menggunakan DMRT,
(100 menit) sangat berbeda nyata terhadap T1 (80 lama waktu pemasakan terbaik pada
menit) dan berbeda nayata terhadap T2 (90 menit). penerimaan keseluruhan organoleptik adalah
Berdasarkan Tabel 3, maka diperoleh nilai suhu 100 menit yaitu 3,92.
tertinggi untuk uji organoleptik keempukan adalah 4. Berdasarkan pengujian menggunakan DMRT
pada perlakuan T3 dengan waktu 100 menit yaitu lama waktu peamasakan pada alat pemasak
4.03 Kg (Suka) dan yang terendah ada perlakuan lemang listrik tipe vertikal untuk tingkat
T1 dengan waktu 80 menit yaitu 3.16 Kg (cukup kesukaan aroma terbaik diperoleh pada waktu
suka) hal ini dikarenakan pada T1 panas yang 100 menit yaitu 4,03 dengan predikat skala
dihasilkan heaters belum seluruhnya merambat numerik yaitu suka, untuk rasa terbaik
secara konduksi keseluruh tabung belum merata diperoleh pada waktu 100 menit yaitu 3,70
serta karakteristik beras ketan tersebut memiliki dengan predikat skala numerik yaitu
kadar amilosa yang rendah, sehingga dibutuhkan cenderung cukup suka, untuk keempukan
waktu yang lama untuk pati tersebut pecah terbaik diperoleh pada waktu 100 yaitu 4,03
(amilopektin) dan lengket sehingga menghasilkan dengan predikat skala numerik yaitu suka.
tekstur yang lembut dan empuk hal ini sesuai
dengan pernyataan Koswara, ( 2009) bahwa DAFTAR PUSTAKA
semakin kecil kadar amilosanya atau semakin
tinggi kadar amilopektinnya makan semkin lengket Daywin, F. J., R. G. Sitompul dan I. Hidayat. 2008.
nasinya. Mesin-Mesin BudidayaPertanian di Lahan
Kering. Graha Ilmu. Yogyakarta.
Penerimaan Keseluruhan
Parameter organoleptik meliputi organoleptik Faisal F, Yunus F, Harahap F. 2012. Dampak Asap
aroma, rasa dan keempukan. Berdasarkan Kebakaran Hutan padaPernapasan. Fakultas
perhitungan penentuan perlakuan terbaik dapat Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta.
disimpulkan bahwa perlakuan terbaik nilai
organoleptik aroma yaitu pada perlakuan dengan Hardjosentono M. Wijato, Elon R, Badra IW,
dengan lama waktu pemasakan 100 menit yaitu Dadang T. 1996. Mesin-
4,03, nilai organoleptik terbaik untuk rasa 3,7, MesinPertanian.Bumi Aksara. Jakarta.
aroma 4.03 dan keempukan 4,03. Perlakuan lama
waktu pemasakan memberikan pengaruh nyata Haryadi. 2008. Teknologi Pengolahan Beras.
terhadap nilai organoleptik penerimaan Gadjah Mada University Press. Yogyakarta
560
Keteknikan Pertanian J.Rekayasa Pangan dan Pert., Vol.6 No. 3 Th. 2018
Koswara, S. 2009. Teknologi Pengolahan Beras Setyaningsih, D., Apriyantono,A., dan Sari,M.P.
(Teori dan Praktek) 2010. Analisis Sensori Untuk Industri Pangan
http://tekpan.unimus.ac.id/ Dan Agro. IPB Press. Bogor.
561