Laporan Pendahuluan
Laporan Pendahuluan
A. KONSEP DASAR
1. PENGERTIAN
rahim atau serviks yang terdapat pada bagian terendah rahim yang
paling sering terjadi pada wanita yang berumur 35 tahun, tetapi bukti
2. ETIOLOGI
dari kanker serviks, khususnya virus HPV tipe 16 dan 18 . Virus ini sangat
mudah berpindah dan menyebar, tidak hanya melalui cairan, tetapi juga
umum yang sudah terkena virus HPV dapat menjangkit seseorang yang
2015).
Faktor lain yang menjadi penyebab kanker serviks menurut Tim
Serviks sebagai
berikut :
a. Kurangnya tes Pap Smear secara teratur. Kanker leher rahim lebih
sering terjadi pada wanita yang tidak menjalani tes Pap Smear
risiko tinggi terkena kanker serviks. Selain itu, seorang wanita yang
leher rahim lebih tinggi karena wanita memiliki risiko yang lebih
3. MANIFESTASI KLINIS
Menurut Ariani (2015) dan Padila (2015) pada tahap awal , kanker
seksual,
panjang dari
biasanya, atau
walaupun
sudah diobati.
adalah:
akan
4. PATOFISIOLOGI
Tidak ada tanda atau gejala yang spesifik untuk kanker servik.
pada saat awal, sehingga kanker dapat sudah dalam keadaan lanjut pada
beberapa efek samping antara lain mual, muntah, sulit menelan, bagi
kurang dari kebutuhan tubuh. Sedangkan efek dari radiasi bagi kulit yaitu
kelemahan sehingga daya tahan tubuh berkurang dan resiko injury pun
akan muncul. Tidak sedikit pula pasien dengan diagnosa positif kanker
(Aspiani, 2017).
WOC Kanker Serviks
sebagai berikut:
a. Normal
serviks dan masih pada tempatnya. Carsinoma in situ bukan kanker tetapi
b. Stadium 1
Stadium satu ditandai dengan sel kanker yang hanya ada di serviks
dan ukuran kelainannya kurang dari 3 mm. Stadium ini berarti bahwa
1) Stadium 1A
2) Stadium 1B
stadium 1B1 kanker tidak lebih besar dari 4 cm. Pada tahap 1B 2
dalam otot atau ligamen yang melapisi pelvis (dinding panggul) maupun
1) Stadium 2A
Gambar 2. 3 Stadium 2A
2) Stadium 2B
rahim.
Gambar 2. 4 Stadium 2B
d. Stadium 3
berada didalam rongga panggul dan belum masuk sampai kandung kemih
atau rektum.
Namun kelenjar getah bening sudah bisa mengandung sel kanker. Kanker
pada stadium ini adalah kanker yang tingkat dan gejalanya sudah
semakin parah.
1) Stadium 3A
Gambar 2. 5 Stadium 3A
2) Stadium 3B
berhenti bekerja.
Gambar 2. 6 Stadium 3B
e. Stadium 4
rektum atau yang lainnya. Stadium 4 juga dibagi menjadi dua, yaitu 4A
dan 4B.
1) Stadium 4A
2) Stadium 4B
getah bening lain selain panggul seperti hati, perut, paru-paru, saluran
pencernaan, tulang.
Gambar 2. 8 Stadium 4B
(Wiknjosastro,Hanifa. 2005).
Tabel 6.1
Penatalaksanaan medis berdasarkan stadium kanker serviks
STADIUM PENATALAKSANAAN
Biopsi kerucut
0 Histerektomi transvaginal
Biopsi kerucut
Ia
Histerektomi transvaginal
Histerektomi radikal dengan limfadenektomi panggul dan
Kemoterapi
2) Histerektomi total
3) Histerektomi radikal
Mengangkat leher rahim, beberapa jaringan di sekitar leher
b. Radioterapi
pengganti operasi. Hal ini juga dapat digunakan setelah operasi untuk
hari).
c. Kemoterapi
setiap hari, sekali seminggu atau bahkan sekali sebulan. Efek samping
yaitu:
1) Sel darah
yaitu:
1) Stadium I
limfadektomi bilateral.
d. Penatalaksanaan Keperawatan
citra tubuh yang berat dapat muncul saat mereka tidak dapat lagi
memberikan keturunan.
pap smear. Pap smear merupakan salah satu cara deteksi dini kanker
Saat ini telah ada teknik thin prep (liquid base cytology) adalah
kanker serviks. Jika ditemukan hasil pap smear yang abnormal, maka
mencapai 90%.
mikroskop;
b. Kolposkopi
ini memiliki tujuan untuk mencari sel pramaligna atau yang berpotensi
lebih besar.
pemeriksaan kolposkopi.
pengambilan sampel di area yang diamati. Hal ini dapat tercapai lewat
(Varney,Helen,2007)
c. Serviksografi
dicapai oleh koloskopi. Akan tetapi, terdapat cukup bukti yang dapat
terutama pada lokasi dengan akses dan biaya masih menjadi masalah
a. Pendarahan
b. Kematian janin
c. Infertil
d. Obstruksi ureter
e. Hidronefrosis
f. Gagal ginjal
g. Pembentukan fistula
h. Anemia
i. Infeksi sistemik
j. Trombositopenia
9. PENCEGAHAN KANKER SERVIKS
Mencegah lebih baik dari pada mengobati. Kata yang tepat untuk
hasil akurat :
1) Melakukan pap smear pada dua minggu setelah hari pertama haid.
berhubungan seksual.
Tes IVA :
2. Speculum dipasang
Hasil IVA : negative bila gambaran putih (-) dan postif bila gambaran putih
(+)
B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN KANKER SERVIKS
PENGKAJIAN KEPERAWATAN
1. ANAMNESIS
a. Data dasar
Pengumpulan data pada pasien dan keluarga dilakukan dengan cara
anamnesa, pemeriksaan fisik dan melalui pemeriksaan penunjang
(hasil laboratorium).
b. Identitas pasien
Meliputi nama lengkap, tempat/tanggal lahir, umur, jenis kelamin, ,
agama, alamat, pendidikan, pekerjaan, asal suku bangsa, tanggal
masuk rumah sakit, no medical record (MR), nama orang tua, dan
pekerjaan orang tua.
c. Identitas penanggung jawab
Meliputi nama, umur, pekerjaan dan hubungan dengan pasien.
d. Riwayat kesehatan
1) Keluhan utama
Biasaya pasien datang kerumah sakit dengan keluhan seperti
tpendarahan intra servikal dan disertai keputihan yang menyerupai
air dan berbau (Padila, 2015). Pada pasien kanker serviks post
kemoterapi biasanya datang dengan keluhan mual muntah yang
berlebihan, tidak nafsu makan, anemia.
2) Riwayat kesehatan sekarang
Menurut Diananda (2008) biasanya pasien pada stadium awal tidak
merasakan keluhan yang mengganggu, baru pada stadium akhir
yaitu stadium 3 dan 4 timbul keluhan seperti keputihan yang
berbau busuk, perdarahan setelah melakukan hubungan seksual,
rasa nyeri disekitar vagina, nyeri pada panggul. Pada pasien
kanker serviks post kemoterapi biasanya mengalami keluhan mual
muntah yang berlebihan, tidak nafsu makan, dan anemia.
3) Riwayat kesehatan dahulu
Biasanya pada pasien kanker serviks memiliki riwayat kesehatan
dahulu seperti riwayat penyakit keputihan, riwayat penyakit
HIV/AIDS (Ariani, 2015). Pada pasien kanker serviks post
kemoterapi biasanya ada riwayat penyakit keputihan dan riwayat
penyakit HIV/AIDS.
4) Riwayat kesehatan keluarga
Biasanya riwayat keluarga adalah salah satu faktor yang paling
mempengaruhi karena kanker bisa dipengaruhi oleh kelainan
genetika. Keluraga yang memiliki riwayat kanker didalam
keluarganya lebih berisiko tinggi terkena kanker dari pada keluraga
yang tidak ada riwayat didalam keluarganya (Diananda, 2008).
5) Riwayat Obstetri
Untuk mengetahui riwayat obstetri pada pasien dengan kanker
serviks yang perlu diketahui adalah:
a) Keluhan haid
Dikaji tentang riwayat menarche dan haid terakhir, sebab
kanker serviks tidak pernah ditemukan sebelumnya menarche
dan mengalami atropi pada masa menopose.
Siklus menstruasi yang tidak teratur atau terjadi pendarahan
diantara siklus haid adalah salah tanda gejala kanker serviks.
b) Riwayat kehamilan dan persalinan
Jumlah kehamilan dan anak yang hidup karna kanker serviks
terbanyak pada wanita yang sering partus, semakin sering
partus semakin besar kemungkinan resiko mendapatkan
karsinoma
serviks (Aspiani, 2017).
6) Riwayat psikososial
Biasanya tentang penerimaan pasien terhadap penyakitnya serta
harapan terhadap pengobatan yang akan dijalani, hubungan
dengan suami/keluarga terhadap pasien dari sumber keuangan.
Konsep diri pasien meliputi gambaran diri peran dan identitas. Kaji
juga ekspresi wajah pasien yang murung atau sedih serta keluhan
pasien yang merasa tidak berguna atau menyusahkan orang lain
(Reeder, dkk, 2013). Pada pasien kanker serviks post kemoterapi
biasanya mengalami keluhan cemas dan ketakutan.
7) Riwayat kebiasaan sehari-hari
Biasanya meliputi pemenuhan kebutuhan nutrisi, elimenasi,
aktivitas pasien sehari-hari, pemenuhan kebutuhan istirahat dan
tidur (Padila, 2015). Pada pasien kanker serviks post kemoterapi
biasanya mengalami keluhan tidak nafsu makan, kelehan,
gangguan pola tidur.
e. Pemeriksaan fisik, meliputi :
1) Keadaan umum: biasanya pasien kanker serviks post kemoterapi
sadar,lemah dan tanda-tanda vital normal (120/80 mmHg).
2) Kepala : Biasanya pada pasien kanker serviks post kemoterapi
mengalami rambut rontok, mudah tercabut.
3) Mata : Biasanya pada pasien kanker serviks post kemoterapi
mengalami konjungtiva anemis dan skelera ikterik.
4) Leher : Biasanya pada pasien kanker serviks post kemoterapi tidak
ada kelainan
5) Thoraks:
Dada : biasanya pada pasien kanker serviks post kemoterapi tidak ada
kelainan Jantung : biasanya pada pasien kanker serviks post
kemoterapi tidak ada kelainan
6) Abdomen : biasanya pada pasien kanker serviks post kemoterapi
tidak ada kelainan
7) Genetalia : Biasanya pada pasien kanker serviks mengalami sekret
berlebihan, keputihan, peradangan, pendarahan dan lesi (Brunner &
suddarth, 2015). Pada pasien kanker serviks post kemoterapi
biasanya mengalami perdarahan pervaginam.
8) Ekstermitas : Biasanya pada pasien kanker serviks yang stadium
lanjut mengalami udema dan nyeri (Brunner & suddarth, 2015). Pada
pasien kanker serviks post kemoterapi biasanya mengalami
kesemutan atau kebas pada tangan dan kaki.
9) Pemeriksaan penunjang.
a) Pemeriksaan hematologi
Biasanya pada pasien kanker serviks post kemoterapi
mengalami anemia karna penurunan Haemoglobin. Nilai
normalnya Haemoglobin wanita (12-16 gr/dl).
Manajemen Energi
1) Kaji status fisiologis pasien yang menyebabkan
kekelahan sesuai dengan konteks usia dan
perkembangan
2) Anjurkan pasien untuk mengungkapkan perasaan
secara verbal mengenai keterbatasan yang
dialami
3) Tentukan persepsi pasien atau orang terdekat
dengan pasien mengenai penyebab kelelahan
4) Perbaiki defisit status pisiologis (misalnya,
kemoterapi yang menyebabkan anemia) sebagai
prioritas pertama
5) Monitor intake/asupan nutrisi untuk mengetahui
sumber energi yang adekuat
6) Monitor waktu dan lama istirahat pasien
7) Kurangi ketidaknyamanan fisik yang dialami
pasien yang bisa mempengaruhi fungsi kognitif,
pemnatauan diri dan pengaturan aktivitas pasien
8) Bantu pasien untuk mengidentifikasi kegiatan
rumah yang bisa dilakukan oles keluarga dan
teman dirumah untuk
mencegah/mengatasi kelelahan
9) Instrusikan pasien atau keluarga mengenali tanda
dan gejala kelelahan yang memerlukan
pengurangan aktivitas
10) Instruksikan pasien atau keluarga mengenai
stres dan koping intervensi untuk mengurangi
kelelahan
11) Ajarkan pasien atau keluarga untuk
menghubungi tenaga kesehatan jika tanda dan
gejala kelelahan tidak berkurang
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari Setelah dilakukan tindakan keperawatan, nafsu Manajemen Gangguan Makan
kebutuhan tubuh berhubungan dengan makan pasien baik dengan kriteria hasil : 1) Kolaborasi dengan tim kesehatan lain untuk
kurang asupan makanan a. Status nutrisi : asupan makanan dan cairan mengembangkan rencana perawatan dengan
1) Asupan makanan secara oral adekuat melibatkan pasien dan orang-orang
Defenisi : asupan nutrisi tidak cukup untuk 2) Asupan cairan secara oral adekuat 3) terdekatnya dengan tepat
memenuhi kebutuhan metabolik Asupan cairan IV adekuat 2) Kolaborasi dengan tim dan pasien untuk
4) Asupan nutrisi parenteral adekuat mengatur target pencapaian berat badan jika
5) Tidak ada mual dan muntah berat badan pasien tidak berada dalam
Batasan Karakteristik : rentang normal
1) Berat badan 20 % atau lebih dari 3) Kolaborasi dengan ahli gizi dalam
bawah rentang berat badan ideal b. Nafsu makan menentukan asupan kalori harian yang
2) Bising usus hiperaktif 1) Peningkatan keinginan untuk makan diperlukan
3) Cepat kenyang setelah makan 2) Peningkatan rangsangan untuk makan 4) Dorong pasien untuk mendiskusikan makanan
4) Diare 3) Intake makanan adekuat yang disukai bersama ahli gizi
5) Gangguan sensasi rasa 5) Timbang berat badan pasien
6) Kehilangan rambut berlebihan 6) Monitor intake/asupan dan asupan cairan
7) Kelemahan otot pengunyah secara tepat
8) Kelemahan otot untuk menelan 7) Monitor asupan kalori makanan harian
9) Kerapuhan kapiler 8) Batasi makanan sesuai dengan jadwal
10) Kesalahan informasi 9) Observasi pasien selama dan setelah
11) Kesalahan persepsi pemberian makan/makanan ringan untuk
12) Ketidakmampuan memakan makanan meyakinkan bahwa asupan makanan yang
cukup tercapai dan dipertahankan
13) Kram abdomen
10) Beri dulungan misalnya terapi relaksasi
14) Kurang minat pada makanan
11) Batasi aktivitas fisik sesuai kebutuhan untuk
meningkatkan berat badan
12) Monitor berat badan pasien sesuai secara rutin
Manajemen Nutrisi
1) Tentukan status gizi pasien
2) Identifikasi alergi dan intoleransi
terhadap makanan
3) Atur diit yang diperlukan (rendah protein, tinggi
karbohidrat, rendah natrium)
4) Beri obat-obatan sebelum makan
seperti antiemeik
5) Anjurkan diit pasien sesuai kebutuhan
6) Monitor kalori dan asupan nutrisi
Monitor Nutrisi
1) Timbang berat badan pasien
2) Identifikasi adanya penurunan berat badan
3) Monitor turgor kulit
4) Monitor adanya mual muntah
5) Identifikasi perubahan nafsu makan
6) Monitor pucat pada konjungtiva
7) Lakukan kemampuan menelan
8) Tentukan faktor yang mempengaruhi nutrisi
Ansietas berhubungan dengan status Setelah dilakukan tindakan keperawatan, pasien Pengurangan Kecemasan
kesehatan menurun mampu mengontrol kecemasan dengan kriteria 1) Gunakan pendekatan yang tenang dan
hasil : meyakinkan
Defenisi : perasaan tidak nyaman atau 1) Mengurangi penyebab kecemasan 2) Jelaskan semua prosedur termasuk sensai yang
kekhawatiran yang samar disertai respons 2) Menggunakan strategi koping yang akan dirasakan yang mungkin dialami pasien
otonom (sumber sering kali tidak spesifik efektif selama prosedur
atau tidk diketahui oleh individu) perasaan 3) Menggunakan teknik relaksasi 3) Berikan informasi faktual terkait diagnosis,
takut yang disebabkan oleh antisipasi 4) Mempertahankan hubungan sosial perawatan, dan prognosis
5) Mempertahankan tidur adekuat 4) Dorong keluarga untuk mendampingi pasien
terhadap bahaya. Hal ini merupakan isyarat 6) Mengendalikan respon kecemasan dengan cara yang tepat
kewaspadaan yang memperingatkan individu 5) Puji/kuatkan perilaku yang baik secara tepat
akan adanya bahaya dan memampukan 6) Bantu pasien mengidentifikasikan situasi yang
individu untuk tidak memicu kecemasan
menghadapi ancaman
Peningkatan Koping
7) Bantu pasien dalam mengidentifikasi tujuan jangka
Batasan Karakteristik : pendek dan jangka panjang
1) Agitasi 8) Berikan penilaian (kemampuan) penyesuaian
pasien terhadap perubahan-perubahan dalam citra
2) Gelisah
tubuh sesuai dengan indikasi
3) Gerakan ekstra
9) Berikan penilaian mengenai dampak dari situasi
4) Insomnia kehidupan pasien terhadap peran dan hubungan
5) Kontak mata buruk 10) Dukung pasien untuk mengidentifikasi deskripsi
6) Melihat sepintas yang realistik terhadap perubahan dalam peran
7) Mengekspresikan kekhawatiran karena 11) Berikan penilaian mengenai pemahaman
perubahan dalam peristiwa hidup pasien terhadap proses penyakit
8) Penurunan produktivitas 12) Bantu pasien untuk mengidentifikasi
9) Perilaku mengintai strategistrategi positif untuk mengatasi
Tampak waspada keterbatasan dan kebutuhan gaya hidup maupun
perubahan peran
Terapi Relaksasi
13) Gambarkan rasionalisasi dan manfaat relaksasi
serta jenis relaksasi yang tersedia
14) Tentukan apakah ada intervensi relaksasi di
masa lalu yang sudah memberikan manfaat
15) Ciptakan lingkungan yang tenang dan tanpa
distraksi
16) Dorong pasien untuk mengambil posisi yang
nyaman
17) Minta pasien untuk rileks dan merasakan
sensasi yang terjadi
18) Tunjukkan dan praktikkan teknik relaksasi pada
pasien
19) Dorong pengulangan teknik dan praktik-praktik
tertentu secara berkala
20) Berikan waktu yang tidak terganggu
Hambatan mobilitas fisik berhubungan Setelah dilakukan tindakan keperawatan, pasien Manajemen Energi
dengan agens farmaseutikal mampu mempertahankan keseimbangan secara 1) Kaji status fisiologis pasien yang
mandiri dengan kriteria hasil : menyebabkan kekelahan sesuai dengan
Defenisi : keterbatasan dalam gerakan fisik 1) Keseimbangan gerakan konteks usia dan perkembangan
atau satu atau lebih ekstermitas secara 2) Mempertahankan keseimbangan ketika 2) Anjurkan pasien untuk mengungkapkan
mandiri dan terarah. berdiri perasaan secara verbal mengenai
3) Mempertahankan keseimbangan ketika keterbatasan yang dialami
berjalan 3) Tentukan persepsi pasien atau orang terdekat
Batasan Karakteristik :
dengan pasien mengenai penyebab kelelahan
1) Ketidaknyamanan 4) Perbaiki defisit status pisiologis (misalnya,
2) Kesulitan membolak-balik kemoterapi yang menyebabkan anemia)
posisi 3) Gerakan lambat sebagai prioritas pertama
5) Monitor intake/asupan nutrisi untuk
mengetahui sumber energi yang adekuat
6) Monitor waktu dan lama istirahat pasien
7) Kurangi ketidaknyamanan fisik yang dialami
pasien yang bisa mempengaruhi fungsi
kognitif, pemnatauan diri dan pengaturan
aktivitas pasien
8) Bantu pasien untuk mengidentifikasi kegiatan
rumah yang bisa dilakukan oleh keluarga dan
teman dirumah untuk mencegah/mengatasi
kelelahan
9) Instrusikan pasien atau keluarga mengenali
tanda dan gejala kelelahan yang memerlukan
pengurangan aktivitas
10) Instruksikan pasien atau keluarga mengenai
stres dan koping intervensi untuk mengurangi
kelelahan
11) Ajarkan pasien atau keluarga
untuk
Manajemen Lingkungan
1) Ciptakan lingkungan yang aman bagi pasien
2) Identifikasi kebutuhan keselamatan pasien
berdasarkan fungsi fisik dan kognitif serta riwayat
perilaku di masa lalu
3) Singkirkan benda-benda berbahayadari
lingkungan
4) Batasi pengunjung
Perlindungan Infeksi
1) Monitor adanya tanda dan gejala infeksi sistemik
atau lokal
2) Monitor kerentanan terhadap infeksi
3) Monitor hitung mutlak granulosit, WBC, dan hasil-
hasil diferensial
4) Batasi jumlah pengunjung
5) Berikan perawatan kulit yang tepat untuk area
(yang mengalami) edema
6) Tingkatkan asupan nutrisi yang cukup
7) Anjurkan asupan cairan yang tepat
8) Anjurkan istirahat
9) Ajarkan pasien atau keluarga mengenai tanda dan
gejala infeksi dan kapan harus melaporkannya
kepada petugas kesetahan
10) Ajarkan pasien dan keluarga bagaimana cara
menghindari infeksi
Manajemen Nutrisi
1) Tentukan status gizi pasien
2) Identifikasi alergi dan intoleransi
terhadap makanan
9) Atur diit yang diperlukan (rendah protein, tinggi
karbohidrat, rendah natrium)
4) Beri obat-obatan sebelum
makan seperti antiemeik
5) Anjurkan diit pasien sesuai kebutuhan
6) Monitor kalori dan asupan nutrisi
Monitor Nutrisi
1) Timbang berat badan pasien
2) Identifikasi adanya penurunan berat badan
3) Monitor turgor kulit
4) Monitor adanya mual muntah
5) Identifikasi perubahan nafsu makan
6) Monitor pucat pada konjungtiva
7) Lakukan kemampuan menelan
10) Tentukan faktor yang mempengaruhi nutrisi
Disfungsi seksual berhubungan dengan Setelah dilakukan tindakan keperawatan, status Pengurangan Kecemasan
gangguan struktur tubuh kesehatan baik dengan kriteria hasil : 1) Gunakan pendekatan yang tenang dan
1) Mengenali realita situasi kesehatan meyakinkan
Defenisi : suatu kondisi ketika individu 2) Melaporkan harga diri yang positif 2) Nyatakan dengan jelas harapan terhadap perilaku
mengalami suatu perubahan fungsi 3) Mempertahankan hubungan pasien
seksual selama fase respons seksual 4) Menyesuaikan perubahan dalam 3) Jelaskan semua prosedur termasuk sensai yang
berupa hasrat, terangsang, dan atau status kesehatan akan dirasakan yang mungkin dialami pasien
orgasme, yang dipandang tidak 5) Mencari informasi tentang kesehatan selama prosedur
memuaskan, tidak bermakna, atau tidak 6) Melaporkan perasaan berharga dalam hidup 4) Berikan informasi faktual terkait diagnosis,
perawatan, dan prognosis
adekuat Batasan Karakteristik :
5) Dorong keluarga untuk mendampingi pasien
1) Gangguan aktivitas seksual dengan cara yang tepat
2) Gangguan eksitasi seksual 6) Puji/kuatkan perilaku yang baik secara tepat
3) Gangguan kepuasan seksual 7) Bantu pasien mengidentifikasikan situasi yang
memicu kecemasan
4) Merasakan keterbatasan seksual
5) Penurunan hasrat seksual
6) Perubahan minat terhadap diri sendiri Peningkatan Peran
7) Perubahan minat terhadap orang lain 1) Bantu pasien untuk mengidentifikasi peran yang
8) Perubahan peran seksual biasanya dalam keluarga
2) Bantu pasien untuk mengidentifikasi perubahan
peran khusus yang diperlukan terkait dengan
sakit
3) Dukung pasien untuk mengidentifikasi gambaran
realistik dari adanya perubahan peran
4) Bantu pasien untuk mengidentifikasi
strategistrategi positif unutk memanajemen
perubahanperubahan peran
5) Fasilitasi diskusi mengenai bagaimana adaptasi
peran keluarga untuk dapat mengkompensasi
peran anggota yang sakit
Manajemen Obat
1) Tentukan obat yang diperlukan dan kelola menurut
resep dan / atau protokol
2) Monitor efektifitas cara pemberian obat yang
sesuai
3) Monitor pasien mengenai efek terapeutik obat
4) Monitor tanda dan gejala toksisitas obat
5) Monitor level serum darah ( misalnya: elektrolit,
protrombin, obat-obatan) yang sesuai
6) Monitor interaksi obat yang non terpeutik
7) Monitor respon terhadap perubahan pengobatan
dengan cara yang tepat
Kekurangan volume cairan Setelah dilakukan tindakan keperawatan, pasien Manajemen Diare
berhubungan dengan kehilangan cairan mampu mempertahankan keseimbangan 1) Evaluasi profil pengobatan terhadap adanya efek
aktif volume cairan dengan kriteria hasil : samping pada gastrointestinal
1) Tekanan darah normal (120/80 mmHg) 2) Ajari pasien cara penggunaan obat antidiare
Defenisi : penurunan cairan intravaskuler, 2) Nadi normal (60-100 x/menit) secara tepat
interstisial, dan / atau intraseluler. Ini 3) Keseimbnagan intake dan output dalam 24 3) Evaluasi kandungan nutrisi dari makanan yang
mengacu pada dehidrasi, kehilangan jam sudah di komsumsi sebelumnya
cairan saja dan tanpa perubahan kadar 4) Berat badan stabil 4) Monitor tanda dan gejala diare
natrium. 5) Turgor kulit lembab 5) Amati turgor kulir secara berkala
6) Kelembaban membran mukosa 6) Intruksikan diet rendah serat, tinggi proteindan
Batasan Karakteristik : 7) Hematokrit normal tinggi kalori sesuai kebutuhan
1) Haus 7) Ajari pasien cara menurunkan stres sesuai
2) Kelemahan kebutuhan
3) Kulit kering 8) Bantu pasien untuk melakukan teknik relaksasi
4) Membran mukosa kering
5) Peningkatan frekuensi nadi Manajemen cairan
6) Peningkatan hematokrit 1) Jaga intake dan output pasien
7) Peningkatan suhu tubuh 2) Monitor status hidrasi (misalnya : membran
8) Penurunan tekanan darah mukosa lemban, denyut nadi adekuat dan tekanan
9) Penurunan nadi darah ortostatistik)
10) Penurunan turgor kulit 3) Monitor hasil laboratorium yang relevan dengan
retensi cairan (misalnya : peningkatan BUN,
penurunan hematokrit dan peningkatan
osmolalitas urine)
4) Monitor tanda-tanda vital
5) Monitor makanan/cairan yang dikomsumsi dan
hitung asupan kalori harian
6) Berikan cairan IV
7) Atur ketersedian produk darah untuk transfusi, jika
perlu.
8) Persiapan pemberian produk darah (misalnya: cek
darah dan mempersiapkan pemasangan infus)
9) Berikan produk-produk darah (misalnya, trombosit
dan plasma yang baru)
Monitor Cairan
1) Tentukan jumlah dan jenis intake/asupan cairan
serta kebiasaan eliminasi
2) Tentukan faktor-faktor yang mungkin
menyebabkan ketidakseimbangan cairan
(mislanya kehilangan albumin, infeksi, muntah dan
diare)
3) Monitor berat badan
4) Monitor asupan dan pengeluaran
5) Monitor nilai kadar serum dan elektrolit urine
Monitor kadar serum albumin dan protein total
7) Monitor kadar serum dan osmolalitas urine
8) Monitor tekanan darah, denyut nadi dan status
pernafsan
9) Monitor tekanan darah ortostatik dan
perubahan irama jantung dengan tepat
10) Monitor menbran mukosa, turgor kulit dan
respon haus
11) Berikan cairan yang tepat
Hipertermi berhubungan dengan Setelah dilakukan tindakan keperawatan, pasien Perawatan Demam
peningkatan laju metabolisme mampu mempertahankan suhu tubuh dalam 1) Pantau suhu dan tanda-tanda vital lainnya
keadaan normal dengan kriteria hasil: 2) Monitor warna kulit dan suhu
Definisi: suhu inti tubuh diatas kisaran a. Termoregulasi 3) Monitor asupan dan keluaran, sadari perubahan
normal diurnal kegagalan termogulasi. 1) Tingkat pernafasan tidak terganggu kehilangan cairan yang tak dirasakan
2) Melaporkan kenyamanan setelah suhu 4) Berikan obat atau cairan IV (misalnya: antipiretik,
tubuh turun agen antibakteri dan agen anti menggigil)
Batasan Karakteristik: 3) Tidak terjadi perubahan warna kulit 5) Dorong komsumsi cairan
1) Gelisah 4) Tidak ada dehidrasi 6) Tingkatkan sirkulasi udara
2) Kulit kemerahan
3) Kulit terasa hangat
b. Status kenyamanan fisik Manajemen cairan
1) Suhu tubuh normal 1) Jaga intake dan output pasien
2) Tidak terganggu intake makanan 3) Tidak 2) Monitor status hidrasi (misalnya : membran
terganggu intake cairan mukosa lemban, denyut nadi adekuat dan tekanan
4) Tingkat energi tidak terganggu darah ortostatistik)
3) Monitor hasil laboratorium yang relevan dengan
c. Keparahan infeksi retensi cairan (misalnya : peningkatan BUN,
penurunan hematokrit dan peningkatan
1) Tidak ada kulit kemerahan
osmolalitas urine)
2) Tidak terjadi demam
4) Monitor tanda-tanda vital
3) Tidak ada terjadi kehilangan nafsu makan
5) Monitor makanan/cairan yang dikomsumsi dan
4) Tidak ada peningkatan jumlah sel darah hitung asupan kalori harian
putih 6) Berikan cairan IV
7) Atur ketersedian produk darah untuk transfusi, jika
d. Respon pengobatan perlu.
4) Pasien mengetahui efek sampingnya
5) Tidak ada reaksi alergi 8) Persiapan pemberian produk darah (misalnya: cek
6) Tidak ada efek prilaku dari pengobatan darah dan mempersiapkan pemasangan infus)
9) Berikan produk-produk darah (misalnya, trombosit
dan plasma yang baru)
Manajemen Obat
1) Tentukan obat yang diperlukan dan kelola menurut
resep dan / atau protokol
2) Monitor efektifitas cara pemberian obat yang
sesuai
3) Monitor pasien mengenai efek terapeutik obat
4) Monitor tanda dan gejala toksisitas obat
5) Monitor level serum darah ( misalnya: elektrolit,
protrombin, obat-obatan) yang sesuai
6) Monitor interaksi obat yang non terpeutik
7) Monitor respon terhadap perubahan pengobatan
dengan cara yang tepat
Pengaturan Suhu
1) Monitor suhu paling tidak setiap 2 jam, sesuai
kebutuhan
2) Monitor tekanan darah, nadi dan respirasi, sesuai
kebutuhan
3) Monitor suhu dan warna kulit
4) Tingkatkan intake cairan dan nutrisi adekuat
Sumber : Diagnosis Keperawatan,2015-2017, Nursing Outcomes Classification(NOC) (2016) & Nursing Interventions classification (NIC)
(2016 )
4. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
5. EVALUASI KEPERAWATAN
Evaluasi menurut Potter & Perry (2005) yaitu membandingkan
data subjek dan objek yang dikumpulkan dari pasien, perawat lain, dan
keluarga untuk menentukan tingkat keberhasilan dalam memenuhi hasil
yang diharapkan yang ditetapkan selama perencanaan.
Langkah-langkah evaluasi dari proses keperawatan mengukur
respon pasien terhadap tindakan keperawatan dan kemajuan pasien
kearah tujuan. Tujuan asuhan keperawatan untuk membantu pasien
menyelesaikan masalah kesehatan aktual, mencegah kekambuhan dari
masalah potensial dan mempertahankan status sehat. Evaluasi terhadap
asuhan menetukan apakah tujuan ini telah terlaksana. Aspek lain dari
evaluasi mencakup pengukuran kualitas asuhan keperawatan yang
diberikan dalam lingkungan perawatan kesehatan (Potter & Perry, 2005).
DAFTAR PUSTAKA
Brunner and Suddarth. 1996. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Volume 3.
Jakarta : EGC
Guyton and Hall. 2005. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, Edisi 11. Jakarta : EGC
Mansjoer, Arif dkk. 1999. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid 1. Jakarta : Media
Ausculapius
Price, Sylvia. 2002. Patofisiologi Konsep Klinis Proses - Proses Penyakit, Edisi
6, Volume 2. Jakarta : EGC
Varney, Helen. 2007. Buku Ajar Asuhan Kebidanan vol1. Jakarta : EGC.