Anda di halaman 1dari 5

RESULTS

Penganggaran modal atau capital budgeting yang merupakan proses identifikasi


perencanaan, pengevaluasian, dan pengambilan keputusan terhadap rencana penanaman modal
atau investasi yang akan memberikan penghasilan bagi perusahaan dalam kurun waktu yang
panjang atau lebih dari satu tahun. Capital Budgeting memiliki banyak metode yang dapat
digunakan didalam manajemen untuk mengevaluasi proyek atau pekerjaan yang akan datang.
Salah satunya adalah dengan menggunakan metode penganggaran modal, seperti NPV, IRR,
MIRR, PP, DPP, tingkat rintangan (HR), penggunaan rasio (UR), analisis sensitivitas (SNA),
nilai risiko (VR), analisis skenario (SA), opsi nyata (RO), tingkat diskonto variabel (VDR) dan
tingkat diskonto rata-rata (ADR).
Dalam pelaksanaan capital budgeting ini, terdapat beberapa teknik yang digunakan,
diantaranya yang paling popular adalah :

- Metode ARR yang menentukan return rata-rata dari suatu investasi tanpa memerhatikan
timing cashflow diperoleh;
- PP yang menunjukkan jangka waktu yang diperlukan untuk memperoleh kembali
investasi yang dikeluarkan;
- NPV yang merupakan selisih antara present value aliran kas bersih atau sering disebut
juga dengan proceeds dengan present value investasi;
- PI atau Benefit cost ratio ata B/V Rasio yang hamper sama dengan NPV, hanya saja B/C
ratio mengukur present value untuk setiap jumlah yang diinvestasikan;
- IRR adalah tingkat diskonto yang menyamakan present value aliran kas bersih dengan
present value investasi.

Dari informasi yang bisa didapat bahwa pada jurnal ini menggunakan metode seperti
IRR, MIRR, HR, DPP, SNA, dan ADR yang menunjukkan perbedaan yang signifikan. Dengan
ini metode yang paling umum adalah DPP yang merupakan pengembalian investasi terdiskonto.

Pada bagian hasil ini, kami akan menyajikan distribusi frekuensi jawaban responden,
peringkat rata-rata dan deviasi standar yang didapatkan.
Sebagian besar responden (27,7%) memilih nilai sekarang bersih sebagai teknik capital
budgeting yang paling sering digunakan. Namun, menarik untuk diketahui bahwa respons akan
berubah ketika dikorelasikan dengan fitur demografis dan perusahaan lainnya.
Meskipun nilai sekarang bersih dianggap sebagai teknik penganggaran modal yang paling
sering digunakan, terdapat variasi dalam tingkat persepsi berdasarkan variabel yang berbeda
seperti usia dan tingkat manajemen. 

A. Tabel-2
Tabel-2 menunjukkan distribusi frekuensi teknik capital budgeting. Untuk pertanyaan
dengan multi pengukuran, disertakan ukuran reliabilitas Cronbach alpha untuk
memastikan konsistensi pertanyaan  dalam mengukur konsep yang ingin diukur.
1. Mayoritas responden menunjukkan bahwa teknik NPV sebesar 40,9%, sering
digunakan dalam mengevaluasi modal. Ini adalah teknik yang paling umum dengan
nilai rata-rata 2,77 dan deviasi standar 1,129 pada skala 5 poin.
2. Payback period adalah metode kedua yang digunakan untuk mengevaluasi
penganggaran modal, (mean - 2.28, standar deviasi - 1.221). Selain itu, 38% sampel
menyatakan bahwa mereka menggunakan periode pengembalian modal dalam
evaluasi capital budgeting.
3. Metode opsi nyata untuk mengevaluasi penganggaran modal berada di urutan ketiga,
dengan peringkat rata-rata 2,23 dan deviasi standar 1,33. Selain itu, 37,4% responden
menyatakan sering menggunakan metode opsi nyata dalam mengevaluasi capital
budgeting.
4. Tingkat diskonto variabel menempati posisi keempat dengan nilai rata-rata 2,14% dan
standar deviasi 1,29. Hal ini juga terbukti dari hasil bahwa 32,7% responden
menggunakan variabel tingkat diskonto dalam menilai capital budgeting.
5. Pengembalian internal berada di posisi kelima dengan nilai rata-rata 2.12 dan deviasi
standar 1.274. Selain itu, 25,7% sampel mengumumkan penggunaan tingkat
pengembalian internal sebagai metode evaluasi capital budgeting.
6. Tingkat diskonto rata-rata berada di posisi keenam di antara metode evaluasi
penganggaran modal dengan peringkat rata-rata 2,10 dan deviasi standar 1,265.
Khususnya, 37,6% sampel sering menggunakan rasio diskonto rata-rata untuk
mengevaluasi capital budgeting.
7. Metode lain dinilai lebih rendah dari rata-rata. 

B. Tabel-3
Pada bagian ini dilakukan uji hipotesis, apakah karakteristik demografis yang berbeda
memiliki persepsi yang berbeda untuk setiap pertanyaan.
Dari hasil pengujian pada Tabel 3, kami mengamati bahwa tidak ada teknik capital
budgeting yang menunjukkan perilaku normal. Oleh karena itu, untuk menguji
karakteristik demografis, kami menggunakan metode inferensi non-parametrik. Jika
terdapat dua kelompok, maka metode Mann-Whitney akan digunakan. Tetapi, jika
ternyata ada lebih dari dua kelompok, maka metode uji Kruskal-Wallis akan digunakan.

C. Tabel-4
Berdasarkan tabel 4, metode PP, UR, SNA, VA, SA, RO, dan VDR terutama digunakan
oleh professional namun tidak banyak digunakan oleh undergraduates, yang mana NP
adalah metode yang lebih bisa diterima untuk graduates namun tidak banyak digunakan
oleh undergraduates. Pada waktu yang sama, metode ADR dianggap berada di tingkat
yang sama oleh graduates dan undergraduates.

D. Tabel-5
Tabel 5 menunjukkan bahwa metode PP, UR, VDR dan ADR terutama digunakan oleh
kepala investasi dan paling sedikit digunakan oleh manajemen tingkat menengah.
Sebaliknya, metode NPV dan RO banyak digunakan oleh kepala bagian investasi dan
tidak banyak digunakan oleh manajemen puncak. Selain itu, IRR digunakan oleh
manajemen tingkat menengah dan tidak banyak digunakan oleh manajemen puncak.

E. Tabel-6
Pada tabel 6 memberikan informasi capital budgeting dengan penggolongan berdasarkan
jenis kelamin, umur, pendidikan, pekerjaan, pengalaman, dan ukuran perusahaan. Untuk
memperoleh hasil yang signifikan pada α = 5%. Hasil analisis yang diperoleh bahwa jenis
kelamin memiliki pengaruh pada metode evaluasi capital budgeting metode NPV, RI,
VDR, dan HR. Dimana NPV, RO, dan VR lebih disukai pria sedangkan HR metode yang
disukai wanita. Selain dari jenis kelamin, usia memiliki pengaruh juga dalam evaluasi
capital budgeting. Dengan demikian dari table tersebut metode PP, UR, SNA, VA, SA,
RO, dan VDR digunakan para profesional tetapi tidak dikalangan sarjana. Sedangkan
metode yang lebih dapat diterima untuk lulusan tetapi tidak popular di kalangan sarjana
dan ADR yang dipilih oleh lulusan dan sarjana.

F. Tabel-7
Analisis untuk tabel 7 menunjukkan bahwa aktivitas dari perusahaan berpengaruh
terhadap semua metode evaluasi capital budgeting, yang mana metode MIRR, HR, DPP,
UR, SA, dan VA adalah metode yang paling popular digunakan oleh perbankan dan
perusahaan sekutu. Untuk perusahaan real estate metode IRR yang paling umum.
Sedangkan pada sektor pangan metode NPV dan UR kurang umum digunakan dalam
evaluasinya

G. Tabel-8
Analisis pada tabel 8 seorang lulusan yang ingin mengetahui penyebab kesulitan praktis
untuk menyelesaikan karirnya, maka kami ingin menanyakan tiga program studi
diantarnya yaitu Pengantar Keuangan, Manajemen Keuangan, dan Manajemen Risiko.
Lalu mereka diminta untuk bagaiamana cara kalian menyelesaikan masalah aplikasi
praktis keuangan pada perusahaan? Lalu para responden ketiga program studi itu penting,
hasilnya rata-rata nya yaitu untuk Pengantar Keuangan 2.86, Manajemen Keuangan 2.95,
dan Manajemen Risiko 2.96.

H. Tabel-9
Analisis pada tabel 9 akan dijelaskan lebih rinci dan dilihat dari sisi faktor demografi.
Faktor demografis meliputi jenis kelamin, umur, pendidikan, jabatan pekerjaan,
pengalaman, ukuran usaha, dan listing. Di dalam tabel 9 bahwa jenis kelamin memiliki
efek signifikan pada pentingnya ketiga progam studi yang dibutuhkan di perguruan
tinggi. Responden laki-laki memiliki tingkat persepsi yang lebih tinggi tentang
pentingnya kursus ini daripada responden perempuan. Analisis yang sehubungan dengan
usia, usia di atas 50 tahun terungkap bahwa usia yang memiliki efek signifikan pada
pentingnya manajemen keuangan dan manajemen risiko. Tingkat pendidikan yang
memiliki efek yang signifikan pada pentingnya manajemen risiko karena para profesional
menganggap kursus ini lebih penting untuk diadopsi di CBA sebagai bagian dari
kurikulum. Jabatan pekerjaan memiliki efek signifikan pada pentingnya kursus keuangan
pengantar. Manajemen yang lebih tinggi menganggap kursus ini lebih penting dengan
rata-rata 3,10 dari 5. Nilai rata-rata tingkat persepsi kepala investasi, manajemen
menengah dan akuntan masing-masing adalah 3,07, 2,99, dan 2,79, yang menunjukkan
tingkat kepentingan yang lebih tinggi.

I. Tabel-10
Analisis pada tabel 10 yang mengungkapkan bahwa aktivitas perusahaan memiliki efek
signifikan pada persepsi responden sehubungan dengan pentingnya kursus yang
ditawarkan di CBA. Dengan demikian, bidang perbankan menilai semua program studi
ini sangat penting untuk diadopsi dalam kurikulum CBA. Industri real estat juga memiliki
pendekatan yang sama, terutama untuk kursus manajemen keuangan.

Anda mungkin juga menyukai