Anda di halaman 1dari 9

A.

ABSTRAK
Tahun 1998 merupakan tahun awal konflik di Poso Sulawesi Tengah, konflik yang
mencapai pada titik puncak tahun 2000. Konflik yang bermula ditengarai pada aspek agama-
etnis ini kemudian bergejolak pada konflik politik, ekonomi. Perebutan akan kekuasaan yang
menjadikan konflik di Poso ini terus berlanjut tanpa menemukan titik terang. Rendahnya
moral serta norma yang di miliki masyarakat Poso membuat konflik ini semakin agresif
meluluhlantakan seluruh fasiltas umum bahkan menimbulkan korban jiwa sampai ratusan
jiwa. Perebutan kekuasaan hingga penguasaan wilayah yang dilakukan oleh berbagai pihak
semakin menambah arus berjalannya konflik Poso ini.

B. PENDAHULUAN 
 Latar Belakang
Kabupaten Poso adalah daerah yang berada pada Provinsi Sulawesi Tengah.
Kabupaten yang terletak pada sebelah utara Teluk Tomini. Di sebelah selatan Kabupaten
Marowali dan Sualwesi Selatan. Sebelah Timur Banggai dan sebelah Barat Donggal.
Kekayaan daerah Poso yang sangat terpapang luas akan penghasil kayu hitamnya bahkan
terbesar di Indonesia ini, membuat masyarakat Poso menjadi bangga terhadap wilayahnya
sendiri. Karena mempunyai ke ciri khasan akan pendapatan alamnya.
Masyarakat Poso adalah penganut agama yamg kurang lebih ada 4 agama yang
mendiami Kabupaten tersebut antara lain, Terdapat 36,75% agama Kristen. 62,68% agama
Islam. 0,57% agama Katolik dan sisanya merupakan agama hindu yang berasal dari Bali.3
Konflik yang melatarbelakangi pada bidang agama-etnis bahkan sampai aspek politik ini
mencuat pada awal Desember tahun 1998. Sebelum tahun 1998, ada beberapa faktor yang
menjadikan konflik Poso ini yang sebelumnya horizontal menjadi vertikal bahkan titik
kedamaian pun tidak kunjung di temukan. Bahkan faktor politik yang memperkuat konflik di
Poso selalu bergejolak. Dengan dukungan etnis dan agama konflik ini semakin memuncak
bahkan terjadi pada beberapa periode.
Pada tanggal 24 Desember 1998, telah terjadi pertengkaran dan pembunuhan. Hal
tersebut dilakukan oleh pemuda kristen yang saat itu mendatangi pemuda islam yang berada
di pondok pesantren Darusallam di kelurahan Sayo. Salah satu rekan pemuda islam yang
bernama Ahmad Ridwan meninggal di tempat setelah di bacok oleh pemuda kristen yang
bernama Roy Runtu. Inilah konflik yang bermula mengatasnamakan agama. Sebelum
kejadian tesebut penyebab konflik ini bermula pada tahun 1992 dimana Rusli Labolo salah
satu pendeta yang sebelumnya adalah orang islam yang kemudian beragama kristen,
menghujat Nabi Muhammad Saw ini lah yang tidak bisa diterima dengan tegas oleh umat
beragama islam.Yang kedua yaitu pada tahun 1995 sekelompok pemuda kristen di Madale di
latih bela diri selama kurang lebih 4-6 bulan dengan tujuan untuk menyerang dan merusak,
masjid dan madrasah di Tegalrejo dan Lawange.
Dengan kemudian ada pembalasan yang dilakukan oleh pemuda islam dengan cara
merusak 3 rumah warga di Madale. Ini merupakan titik kejadian awal sebelum kerusuhan
Poso yang besar-besaran di mulai. Kejadian ini sangat merugikan baik dari segi material mau
pun non material. Sebab banyak korban jiwa yang melayang dalam konflik yang terjadi di
Poso ini.
Kurang lebih sejak di mulainya konflik pada tahun 1998 sampai tahun 2005 tidak
kunjung ada titik keharmonisan. Bahkan deklarasi atau pun upaya perdamaian tidak kunjung
di terapkan oleh pihak-pihak yang terlibat dalam konflik tersebut. Pada hal dalam upaya
perdamaian di Poso ini melibatkan tokoh-tokoh penting di Indonesia.

C. KERANGKA TEORITIS
Menurut Lewis Coser (2007:83) konflik dapat memperkuat solidaritas kelompok yang
agak longgar. Dalam masyarakat yang terancam di sintegrasi, konflik dalam masyarakat lain
bisa menjadi kekuatan yang mempersatukan. Dalam hal ini, ia sebetulnya menggembangkan
apa yang sudah dikatakan oleh George Simmel.
Dalam pembahasan ini jika konflik di Poso ini menyebabkan kuatnya solidaritas yang di
ciptakan oleh ke dua belah kubuh yang besetru. kekuatan dalam konflik ini juga dapat
memicu semakin kuat dalam soal beragama sebab, terjadinya konflik ini membuat kuatnya
agama yang di anut dalam membela agamanya.
Konflik ini juga akan membawa komunikasi dalam agama semakin kuat, karena adanya
rencana atau strategi dalam penyusunan perlawanan yang akan di gunakan dalam menempur
pihak lain. Penguatan pemikiran juga digunakan dalam menyusun rencana sebelum
perlawanan dilakukan.
Kuatnya agama kristen dan agama islam dalam membela agamanya, menjadikan kuatnya
solidaritas dalam dua kubuh ini. Ketidakinginan agamnya di cemooh oleh agama lain
menjadikan kelompok salah satu agama ini menjadi kuat dalam memupuk solidaritas antar
agama.

 
D. PEMBAHASAN
1. Sumber dan konteks konflik
Kerusuhan bahkan pembunuhan di Poso sudah terjadi sejak 24 Desember 1998. Awal
mula kejadian ini mengenai kerusuhan yang dilakukan oleh pemuda kristen terhadap pemuda
islam. Pembacokan yang dilakukan oleh pemuda kristen yang bernama Roy Rantu kepada
pemuda islam yang bernama Ahmad Ridwan. Pertengkaran ini di mulai pada saat kelompok
pemuda kristen datang di pondok pesantren Darusallam yang terletak di kelurahan Sayo.
Adanya hal tersebut dikarenakan pada tahun 1995 ada aksi pembalasan yang dilakukan oleh
pemuda islam yang merusak 3 rumah warga kristen di Madale. Sebab sebelum kejadian
tersebut pemuda kristen ini lah yang menjadi penyebakan awal pertengkaran yang
menyangkut pautkan aspek beda agama. Sebelumnya pemuda kristen ini melakukan
pengerusakan pada masjid dan pondok pesantren yang terletak di Tegalrejo dan Lawange.
Pemuda islam tidak terima atas perlakuan yang dilakukan oleh pemuda kristen, sebab
pemuda kristen lah yang memancing emosi untuk menjadikan konflik ini terus berlanjut.
Pada hal pada tahun 1992 dari pihak islam yang anggotanya bernama Rusli Labolo ini masuk
agama kristen dan menjadi pendeta, dengan itu ada indikasi penghujatan yang dilakukan di
hadapan jemaat gereja dengan salah satunya yaitu mengujat Nabi Muhammad Saw.
Adapun sumber konflik yang menguatkan bertambahnya aksi di Poso yaitu ketidakadilan
dalam penegakan hukum di Poso. Pihak aparat TNI sangat menghilangkan sikap simpati pada
masyarakat setempat. Sebab oknum ini sangat keji dalam melakukan penanganan konflik di
Poso. Saat dilakukan mengeledahan senjata api yang dimiliki masyarakat. Secara tegas pihak
TNI ini akan langsung melakukan penganiyayan kepada warga jika salah satu masyarakat
kedapatan memiliki senjata tajam yang akan di gunakan dalam kerusuhan tersebut dengan
hal tersebut masyarakat yang akhirnya turun tangan sendiri dalam menangani kejadian
tersebut. Dengan indikasi jika akan ada konflik lanjutan yang semakin sadis yang dilakukan
masyarakat di Poso.
Sumber selanjutnya adalah adanya indikasi politik yang ikut serta dalam mewarnai
konflik ini. Salah satu oknum gerakan pengacau keamanan yang bernama Herman Parimo
yang bersal dari kaum merah ini di tangkap karena sudah menjadi provokasi dalam
penyerangan yang dilakukan dari awal tanggal 24-30 Desember 1998 ini. Penangkapan ini
dilakukan agar wilayah Poso menjadi aman dan tidak ada tindakan anarkis yang merugikan
masyarakat kembali. Dalam penangkapan ini Herman Parimo meninggal sebelum sampai di
pengadilan. Dan pada saat itu ada ancaman yang dilakukan oleh pihak DPRD tingkat I
dengan peredarnya surat kabar yang berisi “jika dalam penetapan sekwilda Poso, Damsyik
Jaelani tidak naik, maka akan terjadi kerusuhan Poso II yang lebih hebat dari Poso I.”

2. Hubungan
Adapun hubungan yang terjadi dalam Poso ini yang mengatasnamakan agama-etnis
yang menuju pada kaca politik. Saat itu Poso ini terkenal akan premanisme politiknya.
Adanya dukungan kader yang ikut serta dalam pencalonan bupati Poso. Di Provinsi Sulawesi
Tengah ini sangat terkenal kader partai golkarnya sebut saja Baramuli, Jusuf Kalla dan
Marwah Daud Ibrahim yang sudah muncul di kaca nasional. Tidak ada partai tandingan yang
bisa mengalahkan kader partai ini sewaktu di Poso. Golkar merupakan kader partai yang latar
belakangnya menampung suku dan agama yang berbeda artinya tidak ada skat dalam aspek
agama dan suku untuk masuk partai kuning ini. Adapun calon bupati Poso selanjutnya yaitu
dengan pilihan DPRD antara lain : Akram Kamaludin, Abdul Malik Syahdat, Abdul Muin
Pusandan, Damsyik Ladjalani dan Ismail Kasim. Ini adalah calon bupati yang salah satu
calonnya tersebut mendapatkan dukungan dari partai Golkar dan Gubenur Sulawesi Selatan.
Saat Pemilu 2004 partai Golkar di Sulawesi Tengah mendapatkan suara terbanyak, akan
tetapi di Poso partai Golkar ini tidak unggul yang unggul adalah partai baru berbasis kristen
dengan nama PDS (partai damai kristen). Sontak hal demikian yang akan menjadkan isu
kembalinya konflik di Poso,  sebab ada partai yang menjadi skat dalam keanggotaannya,
karena yang hanya bisa masuk dalam partai ini adalah orang-orang kristen saja. Pada hal di
wilayah Poso ada masyarakat yang tinggal di daerah pesisir yang beragama islam. Adapun
masalah baru yang membawa agama menjadi pertikian dalam soal politik. Dapat di cermati
kembali jika ada skat yang dilakukan kaum pemeluk kristen dalam eksisnya di kanca politik.

3. Pihak dan Isu Konflik


Adapun pihak yang ikut serta dalam konflik Poso antara lain pemuda islam dan pemuda
kristen, dalam pertikian dan pembakaran sejumlah faslitas umum di Poso. Kaum politik dari
DPRD, Bupati, Gubenur Sulawesi Selatan, yang ikut serta dalam menyukseskan permainan
politik dalam pemilihan calon Bupati selanjutnya. Adanya keterlibatan partai serta dukungan
penuh dari masing-masing pendukungnya. Laskar jihad ahlusunnah waljamamah yang di
pimpin oleh Ja’far Umar Thalib beraksi pada tahun 2001 di Poso, keikutsertaan kaum dalam
konflik ini yang memiliki tujuan ingin membelah kaumnya sebab, kaum islam cukup
tertindas oleh aksi-aksi yang dilakukan oleh kaum kristen dalam beberapa kurun waktu yang
lalu. Turunnya laskar jihad ini bukan semata ingin menghancurkan kaum kristen akan tetapi
ingin membela kaum sebayanya dengan cara ingin menagmbil titik tengah atau upaya
perdamaian dalam pertikian tersebut. Tokoh masyarakat seperti kyai, pendeta dll juga ikut
serta dalam konflik Poso ini dengan visi yang sama yaitu mempersatukan kaum ini yang
sejak tahun 1998 sampai tahun 2001 terus bergejolak bahkan selalu menambah korban jiwa
baik dari pihak islam dan kristen. Kerugian dari material dan non material pun ikut serta
dalam konflik tersebut. Peran TNI atau keikutsertaan TNI dalam upaya ini tidak menemukan
titik hasil yang ada malah konflik terus terjadi meski ada Deklarasi Malino. Kedua pihak
yang semulanya menyetujui malah menghianati perjanjian tersebut. sampai datangnya pihak
dari pusat pun konflik ini tak kunjung usai.
Isu-isu dalam pertikaian Poso ini cepat merambat dan muncul yang semula karena
pembunuhan pemuda islam kemudian merembat dalam pembalasan yang dilakukan pemuda
islam kepada pemuda kristen. Pembakaran, pengerusakan, pembantaian yang dilakukan 2
kubuh ini terus bergejolak bahkan sampai menghanguskan seluruh korban jiwa di Poso.
Meluluh lantakan pembangunan yang ada di wilayah setempat. Kedatangan Laskar Jihad
islam pun di tuduh sebagai menambahnya konflik di Poso dan semakin ricuhnya konflik.
Pada hal tidak ada dikriminasi yang dilakukan oleh laskar jihad islam. Laskar jihad ini hanya
ingin mempersatukkan 2 belah kubuh yang bertikai. Adanya penuduhan demikian menambah
konflik tambah panjang dan tidak ada titik temu kata perdamaian. Isu ekonomi juga
menambah daftar panjang konflik ini. Penghangusan wilayah yang ingin digunakan
penanaman kelapa sawit ini menjadi awal penolakan masyarakat Poso karena akan
menjadikan masyarakat lemah dalam perekonomian serta hangusnya hutan, lahan pertanian
mereka. Akhirnya masyarakat Poso pun mengujuk rasa dengan aksi anarkis yang saat itu
menimbulkan korban jiwa atas dasar penolakan itu masyarakat Poso ingin hidup tanpa ada
campur tangan dari pihak asing dalam mengelola sumber daya yang ada di wilayah Poso
tersebut. Masyarakat Poso tidak ingin wilayahnya di jadikan sebagai penanaman kelapa sawit
yang nanti akan berakhir pada perampasan dalam sektor lahan yang sudah di kuasai
masyarakat Poso ini. Kebijakan pemerintah ini yang membuat msayarakat Poso lebih
bergejolak. Adapun isu selanjutnya yang ingin di didirikan wilayah Sulawesi Timur,
masyarakat Poso yang khususnya tinggal di Sulawesi Tengah ini menolak perjanjian tersebut
karena akan ada pembagian wilayah yang kemudian akan menyisahkan perebutan dalam
sektor ekonomi, kelautan, pariwisata dll.

 
E. PENUTUP
 Kesimpulan
Dapat ditarik kesimpulan dari hal pendahuluan hingga pembahasan yang terjadi, maka
jika masyarakat Poso yang terdiri beraneka ragam budaya serta agama tidak mampu dalam
menghadapi segala fenomena yang terjadi. Sebab dari indikasi yang sudah di uraikan oleh
penulis bahwa sesungguhnya fenomena di Poso ini bukan sekedar karena agama akan tetepi
ada indikasi yang terbukti jika ada elit politik yang mencoba mengusik kedamain masyarakat
Poso. Masyarakat poso adalah masyarakat yang memiliki keaneragaman budaya dan agama
akan tetapi peristiwa tersebut tidak menjadi suatu keharmonisan di dalam suatu hubungan
bermasyarakat. Sebab adanya pengadudombaan kaum elit terhadap kaum masyarakat biasa
yang mengindikasikan jika wilayah Poso ini hanya bisa di huni oleh kaum kristen saja.
Pada hal adanya kaum islam seharusnya bisa menjadi ajang kerja sama dalam menengarai
gosip-gosip tersebut. keterlibatan kaum militer juga menambah rentetatan daftar panjang isu-
isu di Poso ini. Kaum militer juga berperan dalam situasi genting ini, karena ia berfikir saat
genting situasi ini maka ada saatnya perebutan kekuasaan. Pada saat itu kaum militer di Poso
adalah kaum yang beragama islam dan sedikitnya kaum yang beragama kristen dalam kaum
militer sehingga kaum kristen tidak terima dan akan merebut kekuasaan itu kembali.
 Saran
Saran saya terhadap peristiwa di atas adalah seharusnya masyarakat Indonesia harus
bisa membantu dalam upaya mendamaikan kejadian tersebut. Kepedulian warga negara
Indonesia sangat berharga terhadap pennaganan kasus tersebut guna mempersatukan kembali
Negara Kesatuan Republik Indonesia ini. Kita harus bisa mewujudkan dalam aspek persatuan
dan kesatuan bangsa jika kita memiliki berbeda budaya, ras, suku dan agama tidak berarti kita
harus mempecah belahkan perbedaan tersebut di dalam setiap wilayah, akan tetapi
seharusnya bisa membuat persatuan dan kesatuan bangsa kembali. Kita seharusnya bisa
menunjukkan kepada dunia jika kita bisa hidup rukun dan harmonis meski harus berbeda ras.

 Tanggapan terhadap konflik di poso


Dalam keberagaman agama,suku, dan keyakinan, indonesia menjadi negara yang
membanggakan sekaligus menjadi ironi, suatu kebanggaan karena banyaknya ragan
perbedaan dalam aspek agama merupakan suatu kekayaan, dengan keberagaman ini,kita
semestinya bisa lebih bersikap menghargai perbedaan dan mengedepankan toleransi,karena
mustahil, tanpa menghargai perbedaan dan mengakui bahwa keberagaman tersebut aset
bangsa, dengan menjunjung tinggi bhinneka tunggal ika sebagai semboyan bangsa indonesia.
Tetapi di sisi yang lain, keberagaman agama dan keyakina justru menjadi petaka.
Konflik antar keyakinan maupun agama nyaris tidak dapat di bantah keberadaanya. Konflik
keagamaaan bahkan dengan menggunakan cara-cara kekerasan, banyak kita jumpai,salah
satunya konflik agama yang terjadi di poso.di antara dari mereka menggunakan klain
kebenaran kelompoknya masing-masing, mengindahkan kebenaran-kebenaran dalam
keyakinan atau agama lain.karena mereka sudah terjebak pada kloni dogma masing-
masing,mengakibatkan pola pikir dan tindakannya juga anti keberagaman. Mereka saling
menutup kemungkinan-kemungkinayang bisa dipertemukan antara kedua belah pihak
,sehingga polarisasi menjadi tidak sehat.
AGAMA ISLAM
KONFLIK AGAMA DI POSO

Disusun Oleh:

A.kurniawan. C & Heriyani Ramadani

UPT SMK Negeri 1 Bulukumba


Tahun pelajaran 2018/2019

Anda mungkin juga menyukai