NAMA :
1. GEDE ARYA YOGINDRA SAPUTRA (09)
2. I GUSTI LANANG AGUNG ANOM OKTARYANA (28)
3. I GUSTI NGURAH PUTU ARYAWIJAYA (29)
Yang nresti, (melahirkan) putra :
Selain dari Bhagawan Rsi IGusti Dauh Bale Agung, yang masih hidup lagi adalah I Gusti
Ayu Singharsa, istri I Gusti Biasama, yang sedang dalam keadaan hamil tua. I Gusti Ayu
Singharsa adalah Putri, I Gusti Ngurah Sideman. Berkat perlindungan ayahandanya, I
Gusti Ayu Singharsa yang sedang hamil tua itu, dapat terpelihara nyawanya, sehingga
Warih Arya Kapakisan Dauh Bale Agung, tidak camput, pada era sekarang. Setelah I
Gusti Ayu singharsa itu dapat di selamatkan oleh ayahandanya, pasukan kliktanem Gelgel,
terus mengejar-ngejar dan menyelidiki tempat persembunyian I Gusti Ayu Singharsa.
Untuk menghindari pasukan kliktanem Gelgel itu, I Gusti Ngurah Sideman, lalu
menyembunyikan putrinya, di pegunungan di desa sibetan yang disebut kuncarasari atau
pada era sekarang, lebih dikenal sebagai Bukit Buluh, yang menjadi lokasi Pura Garbha.
Untuk mengawal dan menjaga keselamatan I Gusti Ayu Singharsa, I Gusti Ngurah
Sideman menugaskan I Gede Abian Kulaleng dan I Gede Binder untuk menjagabya,
karena amat di segani oleh masyarakat sekitar, disamping sangat berani juga memiliki
keshaktian yang hebat.
Setelah beberapa bulan I Gusti Ayu Singharsa berada di tempat persembunyiannya di kawasan
kuncari (bukit buluh), dekat desa sibetan, yang dikawal oleh Gede Abian Kulaleng dan Gede Binder,
tibalah saatnya I Gusti Ayu Singharsa untuk bersalin. Dari persalinannya itu lahirlah seorang putra
yang gagah dan sempurna, yang abhiseka I Gusti Abian Nengah, karena wredhi di tanah abian yang
sedang Nengah, miliki pengawalnya I Gede Abian Kulaleng dan Gede Binder, dua orang sakti yang
suka menolong itu. Betapa bahagia hati I Gusti Ngurah Sideman, mendengar berita kelahiran cucunya
pada waktu itu. Kebahagiaan sang kakek bertambah lagi, karena dengan kelahiran cucunya itu, akan
merupakan satu-satunya cucunya yang akan menyambung warih, Bhagawan Rsi I Gusti Dauh Bale
Agung, yang telah musnah dan hamper camput itu. Setelah I Gusti Abian Nengah dewasa, atas
bantuan sang kakiang I Gusti Ngurah Sideman, I Gusti Abian Nengah di nobatkan sebagai penguasa
Desa Sibetan. Upacara penobatan itu terjadi di sekitar tahun 1600 masehi, yang bertepatan di Hari
Purnamaning Kapat, sehingga I Gusti Abian Nengah, juga abhiseka atau di panggil I Gusti Dauh
Purnamaning Kapat. Sebagai penyambung warih Bhagawan Rsi I Gusti Dauh Bale Agung sampai
sekarang.