Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

SISTEM JAMINAN PELAYANAN KESEHATAN


Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Asuhan Kebidanan Komunitas
Program Studi D III Kebidanan Tasikmalaya

Disusun Oleh :
Kelompok 7

1. Luthfiah Ridha P20624119016


2. Neng Resi P20624119018
3. Putri Pitriani P20624119022
4. Rinda Purnamasari P20624119024

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES TASIKMALAYA
JURUSAN KEBIDANAN
2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur hanya milik Allah SWT, shalawat serta salam mari kita
panjatkan kepada Nabi Muhammad SAW. Sehingga atas nikmat dan karunia-Nya
kami diberi kelancaran dalam penyusunan makalah dengan judul “Sistem Jaminan
Pelayanan Kesehatan ” yang berisi tentang penjelasan mengenai apa saja yang
tujuan dari jaminan pelayana kesehatan .
Makalah ini telah kami buat dengan semaksimal mungkin, namun
demikian mungkin saja terdapat kesalahan di sana-sini baik dari segi pembahasan
maupun teknik penulisan. Oleh karena itu, sepatutnyalah penulis meminta maaf
kepada semua pihak yang berkesempatan membaca makalah ini.
Hal yang paling mendasar bagi kami dalam penyusunan makalah ini
adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah Asuhan Kebidanan Kehamilan.
Pada kesempatan ini kami ingin mengucapkan terima kasih kepada :
1. Ibu Dr. Hj. Atit Tajmiati, S.Kep, Ns, Mpd selaku dosen koordinator mata
kuliah Asuhan Kebidanan Komunitas
2. Ibu Dr. Meti Widya Lestari, SST, M.Keb, Ibu Sinar Pertiwi, SST, MPH
Ibu Helmi Diana, SST, M.Keb selaku dosen mata kuliah Asuhan
Kebidanan Komunitas atas bimbingan dan arahannya,
3. Rekan-rekan yang tak lelah saling bekerjasama dalam pengerjaan makalah
ini.
Harapan penulis mudah-mudahan makalah ini dapat bermanfaat bagi
penulis sendiri juga bagi siapa saja yang memerlukan referensi tentang konsep
gender dalam kesehatan reproduksi.

Tasikmalaya, 14 Februari 2021

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................i
DAFTAR ISI........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...........................................................................................3
B. Rumusan Masalah.....................................................................................3
C. Tujuan Penulisan.......................................................................................3
D. Manfaat Penulisan.....................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN
A. Tujuan umum asuransi kesehatan .............................................................4
B. Tujuan umum system jaminan nasional ..................................................5
C. Tujuan umum jaminan kesehatan nasional ...............................................8
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan................................................................................................16
B. Saran..........................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Asuransi merupakan upaya pengalihan risiko yang dilakukan pihak tertanggung pada
penanggung yaitu perusahaan asuransi dengan membayar premi asuransi. Dalam hukum
asuransi minimal terdapat 2 (dua) pihak, yaitu penanggung dan tertanggung. Penanggung
adalah pihak yang menanggung beban risiko sebagai imbalan premi yang diterimanya
dari tertanggung. Jaminan Kesehatan Nasional berupa BPJS merupakan salah satu
produk asuransi yang dicanangkan oleh pemerintah
B. Rumusan Masalah
1. Apa Tujuan umum mengernai asuransi kesehatan ?
2. Apa tujuan umum system jaminan nasional ?
3. Apa tujuan umum jaminan kesehatan nasional ?

C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Untuk memenuhi tugas mata kuliah Asuhan Kebidanan Komunitas
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui Tujuan umum mengenai asuransi kesehatan
b. Mengetahui tujuan umum system jaminan nasional
c. Mengetahui tujuan umum jaminan kesehatan nasional

D. Manfaat Penulisan
Makalah ini disusun dengan harapan memberikan kegunaan:
1. Penulis, sebagai wahana penambah pengetahuan dan pemaparan pemikiran tentang
Sistem jaminan kesehatan
2. Pembaca, sebagai media informasi perkembangan pengetahuan tentang konsep
jaminan nasional pelayanan kesehatan

3
BAB II

PEMBAHASAN

1. Tinjauan Umum Mengenai Asuransi Kesehatan.


A. Pengertian Asuransi
Asuransi merupakan upaya pengalihan risiko yang dilakukan pihak
tertanggung pada penanggung yaitu perusahaan asuransi dengan membayar
premi asuransi. Dalam hukum asuransi minimal terdapat 2 (dua) pihak, yaitu
penanggung dan tertanggung. Penanggung adalah pihak yang menanggung
beban risiko sebagai imbalan premi yang diterimanya dari tertanggung.
Jaminan Kesehatan Nasional berupa BPJS merupakan salah satu produk
asuransi yang dicanangkan oleh pemerintah. Menurut Pasal 1 angka (1)
Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2014 tentang Perasuransian, “asuransi
sebagai perjanjian antara 2 pihak atau lebih, dengan mana pihak penanggung
mengikatkan dirinya kepada tertanggung, dengan menerima premi asuransi,
untuk memberikan penggantian padatertanggung dengan menerima premi
asuransi untuk memberikanpenggantian kepada tertanggung karena kerugian,
kerusakan, ataukehilangan keuntungan yang diharapkan atau tanggungjawab
hukumkepada pihak ketiga yang mungkin akan diderita pihak tertanggung,
yangtimbul dari suatu peristiwa yang tidak pasti atau untuk memberikan
suatupembayaran yang didasarkan atau meninggalnya atau hidupnya seorang
yang dipertanggungkan.”
Selain itu dalam Pasal 246 KUHD disebutkan bahwa asuransi adalah
“suatu perjanjian dengan mana seorang penanggung mengikatkan diri kepada
seseorang tertanggung dengan menerima suatu premi, untuk memberikan
penggantian kepadanya karena suatu kerugian, kerusakan atau kehilangan
keuntungan yang diharapkan yang mungkin akan dideritanya karena suatu
peristiwa yang tak tertentu.”
B. Manfaat Asuransi
1) memberikan jaminan pelindung dari risiko-risiko kerugian yang
diderita satu pihak

4
2) meningkatkan efisiensi karena tidak perlu secara khusus mengadakan
pengamanan dan pengawasan
3) transfer risiko memindahkan ketidakpastian kepada perusahaan
asuransi
4) pemerataan biaya
5) dasar bagi bank untuk memberikan kredit
6) sebagai tabungan
7) menutup loss of earning power.
2. Tinjauan umum sistem jaminan nasional

A. Pengertian Sistem Jaminan Nasional

Sistem Jaminan Nasional adalah suatu tata cara penyelenggaraan


program jaminan sosial oleh beberapa badan penyelenggara jaminan sosial.
SJSN adalah program Negara yang bertujuan untuk memberi perlindungan
dan kesejahteraan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Melalui program ini,
setiap penduduk diharapkan dapat memenuhi kebutuhan hidup dasar yang
layak apabila terjadi hal-hal yang dapat mengakibatkan hilangnya atau
berkurangnya pendapatan, karena menderita sakit, mengalami kecelakaan,
kehilangan pekerjaan, memasuki usia lanjut, atau pensiun. Pengertian SJSN
sebagaimana ditentukan dalam UU SJSN tersebut bermakna bahwa jaminan
sosial adalah instrumen negara yang dilaksanakan untuk mengalihkan risiko
individu secara nasional dengan dikelola sesuai asas dan prinsip-prinsip dalam
UU SJSN.

B. Landasan Filosofi Sistem Jaminan Sosial Nasional

Pemikiran mendasar yang melandasi penyusunan SJSN bagi


penyelenggaraan jaminan sosial untuk seluruh warga negara adalah sebagai
berikut:

1. Penyelenggaraan SJSN berlandaskan kepada hak asasi manusia


dan hak konstitusional setiap orang: UUD Negara RI Tahun 1945 Pasal 28H
ayat (3) menetapkan, ”Setiap orang berhak atas jaminan sosial yang
memungkinkan pengembangan dirinya secara utuh sebagai manusia yang
bermanfaat.”

5
2. Penyelenggaraan SJSN adalah wujud tanggung jawab Negara
dalam pembangunan perekonomian nasional dan kesejahteraan sosial: UUD
Negara RI Tahun 1945 Pasal 34 ayat (2) menetapkan, ”Negara
mengembangkan sistem jaminan sosial bagi seluruh rakyat dan
memberdayakan masyarakat yang lemah dan tidak mampu sesuai dengan
martabat kemanusiaan.”

3. Program jaminan sosial ditujukan untuk memungkinkan setiap


orang mampu mengembangkan dirinya secara utuh sebagai manusia yang
bermanfaat. Tercantum dalam UUD Negara RI Tahun 1945 Pasal 28H ayat
(3), ”Setiap orang berhak atas jaminan sosial yang memungkinkan
pengembangan dirinya secara utuh sebagai manusia yang bermanfaat.”

4. Penyelenggaraan SJSN berdasarkan asas kemanusiaan dan


berkaitan dengan penghargaan terhadap martabat manusia. UU No. 40 Tahun
2004 Pasal 2 menetapkan, “Sistem Jaminan Sosial Nasional diselenggarakan
berdasarkan asas kemanusiaan, asas manfaat, asas keadilan sosial bagi seluruh
rakyat Indonesia.” Penjelasan Pasal 2 UU No. 40 Tahun 2004 menjelaskan
bahwa asas kemanusiaan berkaitan dengan penghargaan terhadap martabat
manusia.

5. SJSN bertujuan untuk terpenuhinya kebutuhan dasar hidup


yang layak bagi setiap peserta dan/atau anggota keluarganya. UU No. 40
Tahun 2004 Pasal 3 menetapkan, “Sistem Jaminan Sosial Nasional bertujuan
untuk memberikan jaminan terpenuhinya kebutuhan dasar hidup yang layak
bagi setiap peserta dan/atau anggota keluarganya.” Penjelasan UU No. 40
Tahun 2004 Pasal 3 menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan kebutuhan
dasar hidup adalah kebutuhan esensial setiap orang agar dapat hidup layak,
demi terwujudnya kesejahteraan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

C. Landasan Yuridis Sistem Jaminan Sosial Nasional

Landasan yuridis penyelenggaraan SJSN adalah UUD Negara


Republik Indonesia Pasal 28H ayat (3) dan Pasal 34 ayat (2). Pasal 28H ayat
(3) diatur dalam Perubahan Kedua UUD NRI 1945 dan Pasal 34 ayat (2)
diatur dalam Perubahan Keempat UUD NRI 1945. Amanat konstitusi tersebut
kemudian dilaksanakan dengan UU No. 40 Tahun 2004 Tentang Sistem

6
Jaminan Sosial Nasional (UU SJSN). Pasca Putusan Mahkamah Konstitusi
atas Perkara No. 007/PUU-III/2005, Pemerintah bersama DPR
mengundangkan sebuah peraturan pelaksanaan UU SJSN setingkat Undang-
Undang, yaitu UU No. 24 Tahun 2011 Tentang Badan Penyelenggara Jaminan
Sosial Nasional (UU BPJS).

Peraturan Pelaksanaan UU SJSN dan UU BPJS terbentang mulai


Peraturan Pemerintah hingga Peraturan Lembaga. Penyelesaian seluruh dasar
hukum bagi implementasi SJSN yang mencakup UUD NRI, UU SJSN dan
peraturan pelaksanaannya membutuhkan waktu lima belas tahun (2000 –
2014). UUD NEGARA REPUBLIK INDONESIA PERUBAHAN KEDUA
(2000) DAN PERUBAHAN KEEMPAT (2002): Pasal 28H ayat (3): ”Setiap
orang berhak atas jaminan sosial yang memungkinkan pengembangan dirinya
secara utuh sebagai manusia yang bermanfaat.” Pasal 28H ayat (3) meletakkan
jaminan sosial sebagai hak asasi manusia. Pasal 34 ayat (2): ”Negara
mengembangkan sistem jaminan sosial bagi seluruh rakyat dan
memberdayakan masyarakat yang lemah dan tidak mampu sesuai dengan
martabat kemanusiaan.” Pasal 34 ayat (2) meletakkan jaminan sosial sebagai
elemen penyelenggaraan perekonomian nasional dan kesejahteraan sosial. UU
NO. 40 TAHUN 2004 TENTANG SISTEM JAMINAN SOSIAL NASIONAL
(UU SJSN) UU SJSN diundangkan pada tanggal 19 Oktober 2004, sebagai
pelaksanaan amanat konstitusi tentang hak konstitusional setiap orang atas
jaminan sosial dengan penyelenggaraan program-program jaminan sosial yang
menyeluruh bagi seluruh warga negara Indonesia. UU SJSN adalah dasar
hukum untuk menyinkronkan penyelenggaraan berbagai bentuk jaminan sosial
yang telah dilaksanakan oleh beberapa badan penyelenggara agar dapat
menjangkau kepesertaan yang lebih luas serta memberikan manfaat yang lebih
besar bagi setiap peserta. UU NO. 24 TAHUN 2011 TENTANG BADAN
PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL (UU BPJS) UU BPJS adalah dasar
hukum bagi pembentukan badan penyeleng-gara jaminan sosial, yaitu BPJS
Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan. BPJS Kesehatan menyelenggarakan
program jaminan kesehatan bagi seluruh penduduk Indonesia. BPJS
Ketenagakerjaan menyelenggarakan program jaminan kecelakaan kerja,
jaminan kematian, jaminan hari tua, dan jaminan pensiun bagi seluruh tenaga

7
kerja di Indonesia. UU BPJS mengatur fungsi, tugas, wewenang dan tata
kelola badan penyelenggara jaminan sosial. UU BPJS mengaturtata cara
pembubaran empat Persero penyelenggara program jaminan sosial (PT Askes,
PT Jamsostek, PT Asabri, PT Taspen) berikut tata cara pengalihan aset,
liabilitas, hak, kewajiban, dan pegawai keempat persero kepada BPJS.

D. Landasan Sosiologi Sistem Jaminan Sosial Nasional

Paradigma hubungan antara penyelenggara Negara dengan


warganya mengalami perubahan sangat mendasar sejak reformasi
ketatanegaraan pada medio tahun 1998. Selama pemerintahan Orde
Baru, hubungan tersebut berorientasi kepada Negara (state oriented).
Kemudian sejak reformasi hubungan tersebut berubah menjadi atau
berorientasi kepada rakyat yang berdaulat (people oriented). Rakyat
tidak dipandang sebagai obyek tetapi subyek yang diberi wewenang
untuk turut menentukan kebijakan publik yang menyangkut
kepentingan mereka. Negara tidak lagi menguasai penyelenggaraan
segala urusan pelayanan publik, tetapi mengatur dan mengarahkannya.
Perubahan sosial yang terjadi dalam masyarakat tersebut direspon oleh
hukum. Salah satu di antaranya adalah hukum jaminan sosial.
Pemerintah membentuk dan mengundangkan UU SJSN untuk
menyikapi dinamika masyarakat dan menangkap semangat jamannya,
menyerap aspirasi, dan cita-cita hukum masyarakat. Penyelenggaraan
program jaminan sosial diubah secara mendasar untuk memberi
kepastian perlindungan dan kesejahteraan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia. Prinsip dana amanat diberlakukan. Dana dikumpulkan dari
iuran peserta sebagai dana titipan kepada BPJS untuk dikelola sebaik-
baiknya dalam rangka mengoptimalkan dana tersebut untuk
kesejahteraan peserta.

3. Tinjauan umum tentang jaminan kesehatan nasional


A. Pengertian kesehatan nasional
Asuransi sosial merupakan mekanisme pengumpulan iuran yang
bersifat wajib dari peserta, guna memberikan perlindungan kepada
peserta atas risiko sosial ekonomi yang menimpa mereka dan atau anggota

8
keluarganya (UU SJSN No. 40 Tahun 2004). Sistem Jaminan Sosial Nasional
adalah tata cara penyelenggaraan program Jaminan Sosial oleh Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial (selanjutnya disingkat BPJS) Kesehatan dan
BPJS Ketenagakerjaan.
Jaminan Sosial adalah bentuk perlindungan sosial untuk menjamin
seluruh rakyat agar dapat memenuhi kebutuhan dasar hidupnya yang layak.
Sistem jaminan sosial nasional merupakan program negara yang bertujuan
memberikan kepastian perlindungan dan kesejahteraan sosial bagi seluruh
rakyat sebagaimana diamanatkan dalam Pasal 28H ayat (1), ayat (2), dan ayat
(3) dan Pasal 34 ayat (1) dan ayat (2) Undang- Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945. Selain itu, dalam Ketetapan Majelis
Permusyawaratan Rakyat Nomor X/MPR/2001, Presiden ditugaskan untuk
membentuk sistem jaminan sosial nasional dalam rangka memberikan
perlindungan sosial bagi masyarakat yang lebih menyeluruh dan terpadu.
Sistem Jaminan Sosial Nasional adalah tata cara penyelenggaraan program
Jaminan Sosial oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan
dan BPJS Ketenagakerjaan.
Dengan ditetapkannya Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang
Sistem Jaminan Sosial Nasional, bangsa Indonesia telah memiliki sistem
Jaminan Sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Untuk mewujudkan tujuan
sistem jaminan sosial nasional perlu dibentuk badan penyelenggara yang
berbentuk badan hukum publik berdasarkan prinsip kegotongroyongan,
nirlaba, keterbukaan, kehati-hatian, akuntabilitas, portabilitas, kepesertaan
bersifat wajib, dana amanat, dan hasil pengelolaan Dana Jaminan Sosial
dipergunakan seluruhnya untuk pengembangan program dan untuk sebesar-
besarnya kepentingan peserta.
Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) yang dikembangkan di Indonesia
merupakan bagian dari Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN). Sistem
Jaminan Sosial Nasional ini diselenggarakan melalui mekanisme Asuransi
Kesehatan Sosial yang bersifat wajib (mandatory) berdasarkan Undang-
Undang No. 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional.
Tujuannya adalah agar semua penduduk Indonesia terlindungi dalam sistem
asuransi, sehingga mereka dapat memenuhi kebutuhan dasar kesehatan

9
masyarakat yang layak. Kelebihan sistem asuransi sosial dibandingkan dengan
asuransi komersial antara lain:

Asuransi Sosial Asuransi Komersial


( BPJS)
1. Kepesertaan 1. Kepesertaan bersifat sukarela
bersifat wajib
( untuk semua
penduduk )
2. Non profit 2. Profit
3. Manfaat 3. Manfaat sesuai dengan premi
komprehensif yang dibayar
B. Prinsip-Prinsip Jaminan Kesehatan Nasional
Jaminan Kesehatan Nasional mengacu pada prinsip-prinsip Sistem
Jaminan Sosial Nasional (SJSN) berikut:
1) Prinsip Kegotongroyongan
Gotong royong sesungguhnya sudah menjadi salah satu
prinsip dalam hidup bermasyarakat dan juga merupakan salah
satu
akar dalam kebudayaan kita. Dalam SJSN, prinsip gotong
royong
berarti peserta yang mampu membantu peserta yang kurang
mampu, peserta yang sehat membantu yang sakit atau yang
berisiko tinggi, dan peserta yang sehat membantu yang sakit. Hal ini
terwujud karena kepesertaan SJSN bersifat wajib untuk seluruh
penduduk, tanpa pandang bulu. Dengan demikian, melalui prinsip
gotong royong jaminan sosial dapat menumbuhkan keadilan sosial bagi
seluruh rakyat Indonesia.
2) Prinsip nirlaba
Pengelolaan dana amanat oleh Badan Penyelenggara Jaminan
Sosial (BPJS) adalah nirlaba bukan untuk mencari laba (for profit
oriented). Sebaliknya, tujuan utama adalah untuk memenuhi sebesar-
besarnya kepentingan peserta. Dana yang dikumpulkan dari
masyarakat adalah dana amanat, sehingga hasil pengembangannya,
akan dimanfaatkan sebesar-besarnya untuk kepentingan peserta.

10
Prinsip keterbukaan, kehati-hatian, akuntabilitas, efisiensi, dan
efektivitas. Prinsip prinsip manajemen ini mendasari seluruh kegiatan
pengelolaan dana yang berasal dari iuran peserta dan hasil
pengembangannya.
3) Prinsip portabilitas
Prinsip portabilitas jaminan sosial dimaksudkan untuk
memberikan jaminan yang berkelanjutan kepada peserta sekalipun
mereka berpindah pekerjaan atau tempat tinggal dalam wilayah Negara
Kesatuan Republik Indonesia.
4) Prinsip kepesertaan bersifat wajib
Kepesertaan wajib dimaksudkan agar seluruh rakyat menjadi
peserta sehingga dapat terlindungi. Meskipun kepesertaan bersifat
wajib bagi seluruh rakyat, penerapannya tetap disesuaikan dengan
kemampuan ekonomi rakyat dan pemerintah serta kelayakan
penyelenggaraan program. Tahapan pertama dimulai dari pekerja di
sektor formal, bersamaan dengan itu sektor informal dapat menjadi
peserta secara mandiri, sehingga pada akhirnya Sistem Jaminan Sosial
Nasional (SJSN) dapat mencakup seluruh rakyat.
5) Prinsip dana amanat
Dana yang terkumpul dari iuran peserta merupakan dana titipan
kepada badan-badan penyelenggara untuk dikelola sebaik-baiknya
dalam rangka mengoptimalkan dana tersebut untuk kesejahteraan
peserta.
6) Prinsip hasil pengelolaan Dana Jaminan Sosial
Dipergunakan seluruhnya untuk pengembangan program dan
untuk sebesar-besar kepentingan peserta.
C. Penyelenggaraan BPJS
Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945 mengamanatkan bahwa tujuan negara adalah untuk meningkatkan
kesejahteraan rakyat. Dalam Perubahan Keempat Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945,
tujuan tersebut semakin dipertegas yaitu dengan mengembangkan
sistem jaminan sosial bagi kesejahteraan seluruh rakyat.

11
Sistem jaminan sosial nasional merupakan program negara yang
bertujuan memberikan kepastian perlindungan dan kesejahteraan
sosial bagi seluruh rakyat sebagaimana diamanatkan dalam Pasal 28H
ayat (1), ayat (2), dan ayat (3) dan Pasal 34 ayat (1) dan ayat (2) Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Dengan ditetapkannya
Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial
Nasional, bangsa Indonesia telah memiliki sistem Jaminan Sosial bagi seluruh
rakyat Indonesia.
Untuk mewujudkan tujuan sistem jaminan sosial nasional perlu
dibentuk badan penyelenggara yang berbentuk badan hukum publik
berdasarkan prinsip kegotongroyongan, nirlaba, keterbukaan, kehati-hatian,
akuntabilitas, portabilitas, kepesertaan bersifat wajib, dana amanat, dan hasil
pengelolaan dana jaminan sosial dipergunakan seluruhnya untuk
pengembangan program dan untuk sebesar-besarnya kepentingan peserta.
Ketentuan Pasal 5 ayat (1) dan Pasal 52 Undang-Undang Nomor 40
Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional mengamanatkan
pembentukan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial dan transformasi
kelembagaan PT Askes (Persero), PT Jamsostek (Persero), PT TASPEN
(Persero), dan PT ASABRI (Persero) menjadi Badan Penyelenggara Jaminan
Sosial. Transformasi tersebut diikuti adanya pengalihan peserta, program, aset
dan liabilitas, pegawai, serta hak dan kewajiban. Undang-Undang Nomor 40
Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) dan Undang-
Undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial
(BPJS) menetapkan bahwa operasional BPJS Kesehatan dimulai sejak tanggal
1 Januari 2014.
BPJS terdiri dari dua yaitu BPJS Kesehatan dan BPJS
Ketenagakerjaan.
BPJS Kesehatan menyelenggarakan program jaminan kesehatan dan
BPJS Ketenagakerjaan menyelenggarakan program jaminan kecelakaan kerja,
jaminan hari tua, jaminan pensiun, dan jaminan kematian. Dengan
terbentuknya kedua BPJS tersebut jangkauan kepesertaan program jaminan
sosial akan diperluas secara bertahap. Pasal 9 UU No. 24 Tahun 2011
menyatakan, bahwa BPJS Kesehatan berfungsi menyelenggarakan program
jaminan kesehatan, sedangkan BPJS Ketenagakerjaan berfungsi

12
menyelenggarakan program jaminan kecelakaan kerja, program jaminan
kematian, program jaminan pensiun, dan jaminan hari tua.
BPJS Kesehatan sebagai badan pelaksana merupakan bada hukum
publik yang dibentuk untuk menyelenggarakan program jaminan kesehatan
bagi seluruh rakyat Indonesia. Berdasarkan ketentuan Pasal 3 UU No. 24
Tahun 2011, BPJS bertujuan untuk
mewujudkan terselenggaranya pemberian jaminan terpenuhinya
kebutuhan dasar hidup yang layak bagi setiap Peserta dan/atau anggota
keluarganya. Masyarakat sebagai peserta Jaminan Kesehatan Nasional yang
diselenggarakan oleh BPJS Kesehatan dan stakeholder terkait tentu perlu
mengetahui prosedur dan kebijakan pelayanan dalam memperoleh pelayanan
kesehatan sesuai dengan haknya.
D. Asas dan Prinsip Penyelenggaraan BPJS
Pasal 2 Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang BPJS
menyelenggarakan sistem jaminan sosial nasional berdasarkan asas :
1) Kemanusiaan
Asas kemanusiaan adalah asas yang terkait dengan
penghargaan terhadap martabat manusia
2) Manfaat Asas manfaat” adalah asas yang bersifat operasional
menggambarkan pengelolaan yang efisien dan efektif.
3) Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
Asas keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia adalah asas
yang bersifat idiil.
Berdasarkan ketentuan Pasal 4 UU No. 24 Tahun 2011, BPJS
menyelenggarakan sistem jaminan sosial nasional berdasarkan prinsip :
1) Kegotongroyongan
Prinsip kegotongroyongan adalah prinsip kebersamaan antar
peserta dalam menanggung beban biaya jaminan sosial, yang
diwujudkan dengan kewajiban setiap peserta membayar iuran sesuai
dengan tingkat gaji, upah, atau penghasilannya.
2) Nirlaba
Prinsip nirlaba adalah prinsip pengelolaan usaha yang
mengutamakan penggunaan hasil pengembangan dana untuk
memberikan manfaat sebesar-besarnya bagi seluruh peserta.

13
3) Keterbukaan
Prinsip keterbukaan adalah prinsip mempermudah akses
informasi yang lengkap, benar, dan jelas bagi setiap peserta
4) Kehati-hatian
Prinsip kehati-hatian adalah prinsip pengelolaan dana secara
cermat, teliti, aman, dan tertib.
5) Akuntabilitas
Prinsip akuntabilitas adalah prinsip pelaksanaan program dan
pengelolaan keuangan yang akurat dan dapat dipertanggungjawabkan.
6) Portabilitas
Prinsip portabilitas adalah prinsip memberikan jaminan yang
berkelanjutan meskipun peserta berpindah pekerjaan atau tempat
tinggal dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
7) Kepesertaan bersifat wajib
Prinsip kepesertaan bersifat wajib adalah prinsip yang
mengharuskan seluruh penduduk menjadi peserta jaminan sosial, yang
dilaksanakan secara bertahap
8) Dana amanat
Prinsip dana amanat adalah bahwa iuran dan hasil
pengembangannya merupakan dana titipan dari peserta untuk
digunakan sebesar-besarnya bagi kepentingan peserta jaminan sosial.
9) Hasil pengelolaan dana jaminan sosial dipergunakan seluruhnya untuk
pengembangan program dan untuk sebesar-besar kepentingan peserta.
E. Klaim BPJS
Prosedur benar klaim BPJS Kesehatan di rumah sakit:
1) Mengunjungi faskes terdekat.
Untuk menggunakan BPJS Kesehatan masyarakat tidak dapat
langsung berobat ke rumah sakit melainkan harus berobat melalui
faskes 1 terlebih dahulu. Faskes ( fasilitas kesehatan ) yang dimaksud
adalah klinik, puskesmas atau dokter keluarga yang bekerja sama
dengan BPJS, kemudian faskes tersebut yang memutuskan pasien perlu
dirawat di faskes 1 atau dirujuk ke rumah sakit. Alasan pasien dirujuk
ke rumah sakit yang lebih besar adalah fasilitas yang dimiliki
puskesmas atau klinik tersebut tidak memadai untuk melakukan

14
perobatan penyakit yang diderita oleh pasien . Hal ini dapat berubah
ketika pasien berada dalam keadaan darurat sehingga pasien
memerlukan penanganan cepat dari dokter ahli dan rumah sakit yang
memiliki fasilitas lengkap. Pada kasus demikian pasien dapat langsung
dirujuk ke rumah sakit yang bekerjasama dengan BPJS Kesehatan.
2) Meminta surat rujukan. Jika keadaan pasien tidak memungkinkan
untuk melakukan perobatan di faskes tersebut maka pasien akan
dirujuk ke rumah sakit dengan fasilitas yang lebih lengkap. Setelah
meminta surat rujukan, surat tersebut harus disimpan karena surat
tersebut merupakan syarat yang harus dipenuhi ketika pasien pindah ke
rumah sakit, dan pengajuan rujukan akan ditolak oleh pihak rumah
sakit ketika pasien tidak membawa surat tersebut.
3) Persyaratan lain adalah: Kartu BPJS Asli beserta foto copy, foto copy
KTP, foto copy kartu keluarga, foto copy surat rujukan dari klinik atau
puskesmas tempat kalian pertama berobat. Fasilitas yang didapatkan :
4) pelayanan kesehatan pertama, yaitu Rawat Jalan Tingkat
Pertama(RJTP) dan Rawat Inap Tingkat Pertama (RITP)
5) pelayanan kesehatan rujukan tingkat lanjutan, yaitu Rawat Jalan
Tingkat Lanjutan (RJTL) dan Rawat Inap Tingkat Lanjutan (RITL)
6) fasilitas persalinan untuk ibu melahirkan.
7) pelayanan pada kondisi gawat darurat yang membutuhkan pengangan
cepat kalian dapat menggunakan fasilitas IGD.
8) fasilitas jemput dan antar oleh mobil ambulan saat keadaan tertentu.
Namun pada kondisi tertentu kalian memerlukan biaya tambahan dari
kantong pribadi. Pada kondisi tertentu BPJS kesehatan tidak dapat cover
semua biaya yang dikeluarkan rumah sakit, beberapa faktor dibawah ini
adalah penyebab umum BPJS tidak dapat mengcover penuh biaya kalian. Jenis
obat yang ditawarkan oleh rumah sakit tempat kalian dirawat tidak masuk
daftar obat yang ditanggung BPJS. Kelas perawatan termahal yang diberikan
oleh BPJS Kesehatan adalah Kelas 1. Jadi bila pasien atau peserta jaminan
kesehatan ingin dirawat di kelas perawatan yang lebih bagus misalnya VIP
atau VVIP, maka akan ada selisih biaya yang akan dibebani oleh peserta
BPJS. ( kalian perlu menambahan biaya selisih dari kelas 1 ke kelas yang
kalian inginkan )

15
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Asuransi sosial merupakan mekanisme pengumpulan iuran yang bersifat
wajib dari peserta, guna memberikan perlindungan kepada peserta atas risiko
sosial ekonomi yang menimpa mereka dan atau anggota keluarganya (UU SJSN
No. 40 Tahun 2004). Sistem Jaminan Sosial Nasional adalah tata cara
penyelenggaraan program Jaminan Sosial oleh Badan Penyelenggara Jaminan
Sosial (selanjutnya disingkat BPJS) Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan.
Jaminan Sosial adalah bentuk perlindungan sosial untuk menjamin seluruh
rakyat agar dapat memenuhi kebutuhan dasar hidupnya yang layak. Sistem
jaminan sosial nasional merupakan program negara yang bertujuan memberikan
kepastian perlindungan dan kesejahteraan sosial bagi seluruh rakyat sebagaimana
diamanatkan dalam Pasal 28H ayat (1), ayat (2), dan ayat (3) dan Pasal 34 ayat (1)
dan ayat (2) Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Selain itu, dalam Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Nomor
X/MPR/2001, Presiden ditugaskan untuk membentuk sistem jaminan sosial
nasional dalam rangka memberikan perlindungan sosial bagi masyarakat yang
lebih menyeluruh dan terpadu. Sistem Jaminan Sosial Nasional adalah tata cara
penyelenggaraan program Jaminan Sosial oleh Badan Penyelenggara Jaminan
Sosial (BPJS) Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan.

B. SARAN
Alhamdulilah berkat rahmat , nikmat kesehatan dan hidayah Alloh SWT
penyusun dapat menyelesaikan makalah ini. Penyusun menyadari akan

16
kemampuan dan keterbatasan pengetahuan, sehingga tentunya banyak saran dan
kritik untuk perbaikan dan penyempurnaan makalah ini. Akhirnya penyusun
berharap, semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi penyusun dan
pembaca pada umumnya. Aamiin

DAFTAR PUSTAKA

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, Buku Pegangan Sosialisasi


Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) Dalam Sistem Jaminan Sosial Nasional, halaman
17.

B.Rini Heryanti, 2008. Hukum Perasuransian Indonesia, Semarang :


Semarang University Perss, halaman 9

17

Anda mungkin juga menyukai