LANDASAN TEORI
stabil, cukup kuat, dan memenuhi tujuan-tujuan lainnya seperti keekonomisan dan
kemudahan dalam pelaksanaan. Suatu struktur disebut stabil bila struktur tersebut
tidak mudah terguling, miring atau tergeser selama umur bangunan yang
direncanakan. Suatu struktur disebut cukup kuat dan mampu layan bila
selama masa yang direncanakan adalah kecil dan dalam batas yang dapat diterima.
Beton adalah suatu campuran yang terdiri dari pasir, kerikil, batu pecah,
atau agregat-agregat lain yang dicampur menjadi satu dengan suatu pasta yang
terbuat dari semen dan air membentuk suatu massa mirip batuan. Terkadang, satu
atau lebih bahan aditif ditambahkan untuk menghasilkan beton dengan karateristik
Beton bertulang boleh jadi bahan konstruksi yang paling penting. Beton bertulang
digunakan dalam berbagai bentuk untuk hampir semua struktur, besar maupun
6
7
berbagai macam elemen – elemen yang dirakit sedemikian rupa hingga menjadi
satu kesatuan yang utuh. Suatu struktur dianggap kokoh apabila mempunyai
seminimal mungkin. Sedangkan fungsi dan struktur itu sendiri pada umumnya
adalah melindungi kebutuhan ruang kegiatan dan mendukung atau menahan dan
Pelat adalah struktur titpis yang dibuat dari beton bertulang dengan
bidang arahnya horizontal, dan beban yang bekerja tegak lurus pada bidang
struktur tersebut. Ketebalan pelat ini relatif sangat kecil apabila dibanding dengan
bentang panjang/lebar bidangnya. Pelat beton bertulang sangat kaku dan arahnya
horizontal, sehingga pada bangunan gedung, pelat ini berfungsi sebagai diafragma
hidup dari pelat lantai kekolom, yang menerima beban tarik dan tekan karena
adanya gaya lateral. Pada umumnya balok dicor secara monolit dengan pelat
2002)
Kolom adalah batang tekan vertikal dari rangka (frame) struktural yang
memikul beban dari balok. Kolom meneruskan beban-beban dari elevasi atas ke
elevasi yang lebih kebawah hingga akhirnya sampai ke tanah melalui fundasi.
8
Karena kolom merupakan komponen tekan, maka keruntuha pada satu kolom
yang bersangkutan, dan juga runtuhnya batas total (ultimate total collapse)seluruh
konstruksi Gedung Unit Fraksi Sekretariat DPRD Kota Madiun ini didasarkan
Indonesia Untuk Gedung Tahun 1983. Adapun yang termasuk beban konstruksi
1) Beban mati
Beban mati adalah berat dari semua bagia dari suatu gedung yang bersifat
mesin serta peralatan tetap yang merupakan bagian yang tak terpisahkan
dari gedung.
2) Beban hidup
Beban hidup adalah semua beban yang terjadi akibat penghunian atau
merupakan bagian yang tak terpisahkan dari gedung dan dapat diganti
9
3) Beban angin
Beban angin adalah semua beban yang bekerja pada bangunan, atau
4) Beban gempa
Beban gempa adalah semua beban statik ekivalen yang bekerja pada
5) Beban khusus
Beban khusus adalah semua beban yang bekerja pada gedung atau bagian
hidup.
sama dengan kuat perlu yang dihitung berdasarkan kombinasi beban dan gaya
pada tingkat beban kerja atau mampu menjamin tercapainya perilaku struktur
11.3(1) adalah hasil kali kuat nominal dengan suatu faktor reduksi kekuatan φ .
terhadap kuat bahan, pengerjaan, ukuran dan pelaksanaan. Berdasarkan SNI 03-
Beban aksial dan beban aksial dengan lentur. (untuk beban aksial
dengan lentur, kedua nilai kuat nominal dari beban aksial dan momen
komponen struktur atau lebih penampang yang diperlukan untuk menahan beban
terfaktor atau momen dan gaya dalam yang berkaitan dengan beban tersebut
dalam suatu kombinasi. Faktor beban memberikan nilai kuat perlu bagi
Struktur Beton untuk bangunan gedung SNI 03-2847-2002 pasal 11.2 kuat perlu
U = 1,4 D
2. Kuat perlu U untuk menahan beban mati D, beban hidup L, dan juga
berbahaya, yaitu :
U = 0,9 D ± 1,6 W
dalam perencanaan, maka nilai kuat perlu U harus diambil sebagai berikut:
Atau,
U = 0,9 D ± 1,0 E
dimana :
U = kuat perlu
D = beban mati
L = beban hidup
A = beban atap
R = beban hujan
W = beban angin
E = beban gempa
2.2.3.1 Perhitungan Gaya Geser Dasar Horizontal Total Akibat Gempa dan
Beban gempa adalah beban yang bekerja pada suatu struktur akibat dari
pergerakan tanah yang disebabkan karena adanya gempa bumi yang dapat
struktur bangunan gedung dan non gedung serta berbagai bagian dan peralatannya
Untuk berbagai kategori resiko struktur bangunan gedung dan non gedung
sesuai tabel 2.1 untuk pengaruh gempa rencana terhadapnya harus dikalikan
dengan suatu faktor keutamaan Ie menurut tabel 2.2. Kategori resiko dan dan
faktor keutamaan gempa mengacu pada tabel 2.1 dan tabel 2.2 seperti berikut ini :
Tabel 2.1 Kategori Resiko Bangunan Gedung dan Struktur Lainnya untuk Beban
Gempa
Kategori
Jenis pemanfaatan
Risiko
Gedung dan struktur lainnya yang memiliki resiko
rendah terhadap jiwa manusia pada saat terjadi
kegagalan, termasuk, tapi tidak dibatasi untuk :
- Fasilitas pertanian, perkebunan, peternakan, dan
perikanan I
- Fasilitas sementara
- Gudang penyimpanan
- Rumah jaga dan struktur kecil lainnya
IV
Gedung dan non gedung yang ditunjukkan sebagai fasilitas yang
penting, termasuk, tetapi tidak dibatasi untuk :
- Bangunan-bangunan monumental
- Gedung sekolah dan fasilitas pendidikan
- Rumah sakit dan fasilitas kesehatan lainnya yang memiliki
fasilitas bedah dan unit gawat darurat
- Fasilitas pemadam kebakaran, ambulans, dan kantor polisi,
serta garasi kendaraan darurat
- Tempat perlindungan terhadap gempa bumi, angin badai, dan
tempat perlindungan darurat lainnya
15
Sistem penahan gaya gempa lateral dan vertikal dasar harus memenuhi
salah satu tipe yang ditunjukkan dalam tabel 2.3. Pembagian setiap tipe
berdasarkan pada elemen vertikal yang digunakan untuk menahan gaya gempa
lateral. Sistem struktur yang digunakan harus sesuai dengan batasan sistem
struktur dan batasan ketinggian struktur yang ditunjukkan dalam tabel 2.3.
16
Koefisien modifikasi respons yang sesuai, R, faktor kuat lebih sistem, Ω0, dan
faktor pembesaran defleksi, Cd, sebagaimana ditunjukkan dalam tabel 2.3 harus
digunakan dalam penentuan geser dasar, gaya desain elemen, dan simpangan antar
lantai tingkat desain. Sistem penahan gaya gempa seperti tabel 2.3 berikut ini :
Tabel 2.3 Faktor R, Cd, dan Ω0 untuk Sistem Penahan Gaya Gempa
Batasan sistem
Koefisi Faktor Struktur
Faktor
en pembes dan batasan tinggi
kuat
Modifi aran struktur (m)
Sistem penahan lebih
kasi defleks
gaya seismik sistem
Respon i, Kategori desain
(Ω0g)
a
(R ) (Cd )b
Seismic
B C D E F
C. Sistem rangka
pemikul momen
1. Rangka baja
pemikul momen 8 3 5½ TBTB TB TB TB
khusus
2. Rangka batang
baja pemikul 7 3 5½ TBTB 48 30 TI
momen khusus
3. Rangka baja
pemikul momen 4½ 3 4 TBTB 10 TI TI
menengah
4. Rangka baja
pemikul momen 3½ 3 3 TBTB TI TI TI
biasa
5. Rangka beton
bertulang 8 3 5½ TBTB TB TB TB
pemikul momen
6. Rangka beton
bertulang pemikul 5 3 4½ TBTB TI TI TI
momen menengah
7. Rangka beton
bertulang pemikul 3 3 4½ TBTB TI TI TI
momen biasa
8. Rangka baja dan
beton komposit
pemikul momen
8 3 5½ TBTB TB TB TB
khusus
9. Rangka baja dan 5 3 4½ TBTB TI TI TI
beton komposit
pemikul momen
17
menengah
dengan kategori resiko I, II atau III yang berlokasi dimana parameter respons
spektral percepatan terpetakan pada periode 1 detik, S1, lebih besar dari atau sama
dengan 0,75 harus ditetapkan sebagai struktur dengan kategori desain seismik E.
spektral percepatan terpetakan pada perioda 1 detik, S1, lebih besar dari atau sama
dengan 0,75, harus ditetapkan sebagai struktur dengan kategori desain seismik F.
18
kategori resikonya dan parameter respons spektral percepatan desainnya, SDS dan
desain seismik yang lebih parah dengan mengacu tabel 2.4 dan tabel 2.5. Kategori
desain seismik mengacu pada tabel 2.4 dan 2.5 berikut ini :
diperlukan dan prosedur gerak tanah dari spesifik - situs tidak digunakan, maka
19
kurva spektrum respons desain harus dikembangkan dengan mengacu gambar 2.1
1. Untuk perioda yang lebih kecil dari T0 , spektrum respons percepatan desain,
Sa, berdasarkan SNI 03-1726-2012 pasal 6.4, harus diambil dari persamaan;
T
(
Sa =S DS 0,4+0,6
T0 )
2. Untuk perioda lebih besar dari atau sama dengan T0 dan lebih kecil dari atau
sama dengan TS, spektrum respons percepatan desain, Sa, sama dengan SDS;
3. Untuk perioda lebih besar dari TS, spektrum respons percepatan desain, Sa,
SD1
Sa =
T
Keterangan:
pendek;
1 detik;
SD1
T 0=0,2 ,
S DS
S D1
T s= .
S DS
20
H. Perioda Fundamental
analisis yang teruji. Perioda fundamental struktur, T, tidak boleh melebihi hasil
koefisien untuk batasan atas pada perioda yang dihitung (Cu) dari tabel 2.6 dan
fundamental pendekatan.
T a=C t hnx .
Keterangan:
hn adalah ketinggian struktur, dalam (m), di atas dasar sampai tingkat tertinggi
struktur, dan koefisien Ct dan x ditentukan dari tabel 2.7. Koefisien untuk batas
atas pada perioda yang dihitung dan Nilai parameter perioda pendekatan mengacu
Tabel 2.6 Koefisien Untuk Batas Atas Pada Perioda Yang Dihitung
Parameter percepatan respons
Koefisien Cu
spektral desain pada 1 detik, SD1
21
≥ 0,4 1,4
0,3 1,4
0,2 1,5
0,15 1,6
≤ 0,1 1,7
Sumber : Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa Untuk Struktur Bangunan
Gedung dan Non Gedung SNI 1726 : 2012 Hal. 56
berikut ini :
V = CsW .
Keterangan:
Menurut SNI 03-1726-2012 pasal 7.8.1 (1), Koefisien respons seismik, Cs,
S DS
C s=
R .
( )
Ie
Keterangan:
perioda pendek;
berdasarkan SNI 03-1726-2012 pasal 7.8.1 (1), Nilai Cs yang dihitung sesuai
SD1
C s=
( )
T
R .
Ie
dengan atau lebih besar dari 0,6g, maka Cs harus tidak kurang dari :
0,5 S D 1
C s=
.
( RI )e
Keterangan:
dipetakan.
Berdasarkan SNI 03-1726-2012 pasal 7.8.3, Gaya gempa lateral (Fx) (kN)
Fx = CvxV
dan
ω x hkx
C VX= n
∑ ω i hki
i=1
Keterangan:
- V adalah gaya lateral desain total atau geser di dasar struktur, dinyatakan
dalam (kN);
- wi and wx adalah bagian berat seismik efektif total struktur (W) yang
- hi and hx adalah tinggi dari dasar sampai tingkat i atau x, dinyatakan dalam
meter (m)
untuk struktur yang mempunyai perioda sebesar 0,5 detik atau kurang,
k=1
untuk struktur yang mempunyai perioda sebesar 2,5 detik atau lebih, k = 2
24
ntuk struktur yang mempunyai perioda antara 0,5 dan 2,5 detik, k harus
Beban angin adalah semua beban yang bekerja pada gedung yang
disebabkan oleh selisih dalam tekanan udara. Beban Angin, menganggap adanya
tekanan positif (pressure) dan tekanan negatif/isapan (suction) bekerja tegak lurus
2. Perhitungan beban angin untuk daerah di laut dan tepi laut sampai
pendekatan :
2
V
p = ( kg/m2 )
16
secara umum bahwa beban pelat lantai didistribusikan terhadap balok anak dan
balok portal, beban balok portal didistribusikan ke kolom dan beban kolom
25
beban gravitasi merata ekuivalen yang bekerja pada portal sebagai berikut :
1 1 1 1
Rc =R d= ∙ ∙ L x ∙ ∙ q u ∙ Lx = ∙q u L x
2 2 2 8
1 1 1 1 2 1
8 2 ( 2 )(
M max = ∙ qu ∙ L x − ∙ q u ∙ Lx ∙ ∙ L x ∙ ∙ L x − ∙ ∙ L x
2 3 2 )
1 3
¿ ∙ q u ∙ Lx
24
1
M max = ∙ qek ∙ Lx 2
8
1 1
∙ q u ∙ Lx 3= ∙ q ek ∙ L x2
24 8
1
q ek= ∙ q u ∙ Lx
3
Dimana :
26
1
1
Ra =Rb= ∙ [ 2
2 2∙ q u ∙ Lx ( L y + L y −Lx ) ]
1
¿ ∙ qu ∙ L x ( 2∙ L y ∙ Lx )
8
1 1 1 1 1 2 1
M maks=R A ∙
2
L y−
2 2 ( )(
qu ∙ L x − L x ∙ L y − ∙ L x
2 2 3 2 )
−1 1 1 1
q u ∙ Lx ∙ ∙ ( L y −Lx ) ∙ ∙ ∙ ( L y −Lx )
2 2 2 2
1 1 1
8 2 (
¿ ∙ qu ∙ L x L y 2− L x2
6 )
Momen maksimum segiempat adalah :
1
M max = ∙ qek ∙ Lx 2
8
1 1 1 1
8 2 (
∙ qu ∙ Lx L y 2− L x2 = ∙ q ek ∙ L x2
6 8 )
q u ∙ Lx
q ek =
Ly 2
∙ ( 12 L y
2 1 2
− Lx
6 )
2
1 Lx
1
q ek= ∙ qu ∙ Lx 1−
2 3 Ly [ ( )]
Dimana :
konstruksi atap, antara lain seperti stabilitas batang-batang tekan dan stabilitas
batang-batang yang dibebani lentur seperti yang disyaratkan , pada konstruksi atas
stabilitasnya ( tidak ada bahaya tekuk ), hal ini harus diperhatikan menggunakan
persamaan :
N
ω ¿ σ
A
σ = tegangan dasar
Lk
λ ¿
i
h
≤75
tb
L b
≥1 , 25
h ts
b = lebar sayap
tb = tebal badan
ts = tebal sayap
L = jarak antara dua titik dimana tepi tertekan dari balok itu
samping
2) Tegangan tekan yang terjadi adalah tegangan tekan pada tengah bentang
L , dimana L tidak boleh lebih besar dari tegangan kip yang diizinkan.
σ kip ¿ σ
Jika 250 < c1 < c2 , maka :
c1− 250
σ kip ¿σ − x 0,3 σ
c2− 250
Jika c1 > ci , maka :
c2
σ kip ¿ x 0,7 σ
c1
Dimana :
L h
c1¿
b ts
E
c2¿ x 0 ,63
σ
σ = tegangan dasar
4) Jika pada balok statis tertentu dimana pada perletakan , pelat badan balok
tidak diberi pengaku samping maka tegangan kip yang menentukan adalah
tb ¿ 3
σ kipp ¿0 , 042c 1 c 2 []
h ¿
σ , ¿
5) Pada balok – balok statis tak tentu , dimana pada perletakan pelat badan
balok diberi pengaku samping, maka tegangan kip yang diizinkan dihitung
dari :
σ kip ¿ σ
Jika 250 < c1 < c3 , maka :
30
c1− 250
σ kip ¿σ− x 0,3 σ
c3− 250
Jika c1 > ci , maka :
c3
σ kip ¿ x 0,7 σ
c1
Dimana :
E
c 3 ¿ 0 ,21 ( 1 + β ) ( 3 − 2 β )
σ
M ki + M ka
β¿
2 M jep
Mki dan Mka adalah momen pada ujung –ujung bagian balok antara
6) Jika pada balok statis tak tentu dimana pada perletakan , pelat badan tidak
diberi pengaku samping maka tegangan kip yang menentukan adalah σ kip
tb ¿ 3
σ kip ¿ 0 ,042c 1 c 2 []h ¿
σ , ¿
1) Pada balok – balok yang tidak memenuhi syarat tersebut pada syarat balok
c σ tekanmax ¿ σ
dua atau satu arah saja, tergantung sistem strukturnya. Apabila nilai perbandingan
antara sisi panjang dan sisi pendek tidak lebih dari dua, digunakan penulangan dua
arah. Tetapi apabila perbandingan antara sisi panjang dan sisi pendek lebih kecil
dari dua, pelat diangap pelat satu arah dengan kelenturan utama pada arah sisi
yang lebih pendek. Sedangkan panjang bentang pelat λ diambil jarak pusat ke
pusat tumpuan.
Tebal minimum untuk pelat dua arah harus memenuhi ketentuan dan
pusat tumpuan.
32
fy
ln (0,8 + )
1500
h min =
36 + 9 β
fy
ln (0,8 + )
1500
h max =
36
Dimana :
h = ketebalan pelat
Ln = bentang terpanjang
β = Ly/Lx
3) Menghitung beban yang bekerja pada pelat, berupa beban mati dan beban
hidup terfaktor.
Ly
≥2
Apabila : Lx Pelat satu arah
Ly
≤2
Apabila : Lx Pelat dua arah
1/14 1/14
1
Mu= .Wu . ℓ2
16
1
Mu= . Wu. ℓ2
14
1
Mu= .Wu . ℓ2
9
Ly
Sumber : Peraturan Beton Indonesia 1971 hal.202
Gambar 2.6 Pelat dua arah Ly dan Lx
d = h - p – ½ tulangan utama
Mn
Rn =
b . d2
fy
m=
0,85. fc .
ρ=
1
m [ √
1 − 1−
2m. Rn
fy ]
6) Mencari tulangan pelat dengan menerapkan persamaan perlu < min,
1,4
ρ =
min fy
0,85 . fc 600
ρ balance =
fy
. β (
600 + fy )
Berdasarkan Dasar-dasar Perencenanaan Beton Bertulang Seri Beton 1
ρ = 0,75 . ρ
max balance
Dengan nilai ρperlu harus memenuhi syarat yaitu ρmin< ρperlu< ρmax.
As = . b . d
Dimana :
beban hidup dari pelat lantai ke kolom, yang menerima beban tarik dan tekan
karena adanya gaya lentur ataupun gaya lateral. Secara sederhana, balok sebagai
Momen rencana (Mu) di peroleh dari hasil analisa SAP 2000 yaitu Mu
1
h = .L
min 16
3) Menetapkan tinggi efektif balok berdasarkan Dasar-dasar Perencenanaan
Beton Bertulang Seri Beton 1 ( Vis W.C dan Kusuma Gideon H ) hal.104
dengan persamaan :
1
defektif = h - p - Ø
2 tulangan utama
Dimana :
h = Tebal pelat
37
2
b= .h
3
5) Menghitung momen tahanan ( MR ), dengan anggapan bahwa seluruh
perencanaan balok.
1,4
ρ =
min fy
0,85 . fc 600
ρ
balance
=
fy
. β (
600 + fy )
max balok merupakan rasio tulangan maximum yang dibutuhkan untuk
ρ
perencanaan balok.
ρ = 0,75 . ρ
max balance
Nilai ρperlu harus memenuhi syarat ρmin< ρperlu< ρmax. Jika ρperlu< ρmin,
digunakan ρmin dan bila ρperlu> ρmax maka dimensi plat didesain ulang.
38
hal.96
Mn
Rn =
φ . b . d2
Berdasarkan Beton Bertulang Edisi Revisi ( J.Thambah Sembiring Gurki)
hal.14 dan hal.5 :
fy
m=
0,85. fc
1 2 . m . Rn
ρ
perlu
=
m ( √
. 1- 1-
fy )
As perlu = ρ . b . d
As perlu adalah luasan tulangn yang dibutuhkan dalam perencanaan
balok
As pakai
ρ= ≥ρ
b . d min
Gaya geser terbesar (Vu) di peroleh dari analisa SAP 2000 yaitu Vu
Vu
Vn =
φ
Dimana, φ = 0,75
39
10) Hitung gaya geser yang mampu diterima oleh beton (Vc) menurut Beton
1
Vc = . √ fc. b . d
6
11) Analisa apakah balok perlu tulangan sengkang atau tidak.
Dimana :
hal.161 :
Vs = Vn – Vc
bw .s
Av =
3fy
Berdasarkan Dasar-dasar Perencenanaan Beton Bertulang Seri Beton 1
Av . fy . d
S =
perlu Vs
d
S =
max 2
40
Beton Bertulang Seri Beton 1 ( Vis W.C dan Kusuma Gideon H ) hal.129
dengan persamaan :
1
. √fc . b . d > Vs
3
Dimana :
dengan rasio tinggi terhadap dimensi lateral terkecil melebihi tiga yang digunakan
terutama untuk mendukung beban aksial tekan. Kegagalan kolom akan berakibat
struktur lain yang berhubungan dengannya, atau bahkan merupakan batas runtuh
kolom tidak hanya bertugas menahan beban aksial vertikal, sehingga definisi
aksial dan lentur. dengan kata lain kolom harus diperhitungkan dengan
kolom.
K λu M1
r
< 34 - 12
M2 ( ) , maka termasuk jenis kolom pendek
K λu M1
> 34 - 12 ( )
r M2 , maka termasuk jenis kolom panjang
M
ult
e =
P
ult
emin = 15 + 0,003 . h
Dimana :
1
d = h - s - Øsengkang - Ø tulangan utama
2
4) Berdasarkan Beton Bertulang Edisi Revisi ( J.Thambah Sembiring
600
cb = .d
600 + fy
Menurut Beton Bertulang Pendekatan dasar C.Edward Nawi hal.318 :
ab = β1 . cb
kurang dari 0,01 atau lebih besar dari 0,08 kali luas bruto penampang
kolom Ag.
As = ρ . Ag
( cb - d')
ε s' = 0,003 .
cb
εs’ >εy , makaTulangan baja tekan telah meleleh, maka fs’ = fy
Dimana :
hal.159
As
ρ =
aktual b.d
fy
m =
0,85 . fc
7) Kontrol kekuatan penampang kolom persegi
2
Pn = 0,85 . fc . b . d .
2.d (
h-2. e h-2 . e
+
2. d √( )
+ 2 . m ρ. 1 -
d'
d ( ))
Kolom dengan kehancuran tekan menurut Beton Bertulang Pendekatan
As' . fy b .h . fc
Pn = + e
e 3 . he
+0,5 +1,18
( d - d') ( d 2)
44
Dimana :
Nu fc
Vc = 1 + ( .√ . b . d
)
14 . Ag 6
Vs = Vn – Vc
Vu
Vn =
φ
Dimana : φ = 0,75
1
Av = n . . π . d 2
4
Av . fy . d
Sperlu =
Vs
45
d
Smax =
2
Dimana :
untuk bangunan beton bertulang biasa. Jarak spasi sengkang ditentukan dari nilai
ϕ. sengkang
16 . ϕ. tul. utama