Anda di halaman 1dari 8

Vol. 2 No. 1.

Januari 2012 ISSN: 2088-088X

Analisis Penyerapan Gas Karbondioksida (CO2) Dengan Larutan NaOH


Terhadap Kualitas Biogas Kotoran Sapi

I Made Mara*
* Dosen Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Mataram
Jl Majapahit 62 Mataram, NTB. Email; made.mara@ymail.com

Abstract

The rising costs for the fossil fuel based energy and concern over the environment have caused a resurgence
of interest in anaerobic treatment and subsequent use of the biogas produced during the treatment of organic waste as
fuel. Biogas from cattle dung has become a potential renewable energy source for both domestic and commercial
usage especially in Lombok. Unfortunetly, due to the presence of carbon dioxide (CO2) and Hydrogen sulphide (H2S)
in biogas, it has become extremely difficult to store and transport it effectively and has lower energy density.
This paper presents the study in biogas purification by mean of absorbing the CO2 gas using the NaOH
solution. In addition, the biogas production process used in 3 (three) kinds of cattle dung from horses dung, cows dung
and buffaloes dung by the composition of 1 kg of manure to 1 Liter of water.
The results show that generated the largest volume on the composition of C with average volume reached
72.419 liters, then the composition B reached 61.794 liters, and the lowest in the composition of A with an average
volume of 51.478 liters. The highest power generated in the treatment composition A with 2.5 N NaOH solution at
108.5 watts and the lowest power generated by the composition of C without treatment of 25.67 Watts.

Keywords: Biogas, Purification, Absorb, NaOH solution.

PENDAHULUAN oleh karbondioksida (CO2). Dimana diketahui CO2


1.1. Latar Belakang merupakan sisa hasil dari suatu pembakaran maka
Meningkatnya harga bahan bakar fosil dan akan menggangu proses pembakaran itu sendiri, hal ini
ketersediaanya tidak konstan di pasaran, telah menyebabkan panas yang dihasilkan masih rendah
menyebabkan keterbatasan energi bagi masyarakat, sehingga kualitas nyala api biogas masih belum
kebutuhan mayarakat akan bahan bakar yang sangat optimum. Oleh karena itu dibutuhkan usaha untuk
tinggi maka sebagai konsekuensinya suatu keharusan menurunkan kadar CO2 yang diharapkan dapat
untuk mencari sumber lain. Solusi yang tepat adalah meningkatkan kualitas dari biogas itu sendiri.
pemanfaatan limbah tersebut menjadi biogas, yang Salah satu usaha yang dilakukan untuk
merupakan energi yang layak digunakan baik secara menurunkan kadar CO2 dalam biogas adalah dengan
teknis, sosial, maupun ekonomis terutama untuk cara menyerap CO2 dengan larutan NaOH. Lebih
mengatasi masalah energi di pedesaan. Lanjut menurut Arai (Anonim, 2010) faktor yang
Limbah peternakan merupakan salah satu dapat mempengaruhi absorbsi adalah konsentrasi dari
sumber bahan yang dapat dimanfaatkan untuk larutan penyerap, semakin tinggi konsentrasi larutan
mengahasilkan biogas, sementara perkembangan atau penyerap, maka penyerapan CO2 akan semakin
pertumbuhan industri peternakan menimbulkan maksimal.
masalah bagi lingkungan, karena menumpuknya
limbah peternakan. Polutan yang disebabkan oleh 1.2. Rumusan Masalah
dekomposisi kotoran ternak yaitu BOD dan COD Dari uraian di atas maka dirumuskan suatu
(Biological Chemical Oxygen Demand), bakteri permasalahan yang akan diteliti yaitu bagaimana
pathogen, polusi air, (terkontaminasinya air bawah kualitas dan kuantitas biogas kotoran sapi setelah
tanah, air permukaan), debu dan polusi bau. Jika penyerapan gas CO2 dengan larutan NaOH.
dilihat dari pengolahan limbah, proses anaerob juga
memberikan keuntungan yaitu menurunkan nilai BOD 1.3. Batasan Masalah
dan COD, total solid, volatile solid, nitrogen nitrat Untuk membatasi lingkup penelitian ini agar
dan nitrogen organik. bakteri coliform dan patogen tidak meluas maka batasan-batasan yang diteliti yaitu :
lainnya, telur insek, parasit, bau juga dihilangkan 1. Bahan baku yang digunakan untuk membuat
(Anonim, 2009). biogas adalah kotoran sapi, kotoran yang
Menurut Sofian (2008) kandungan biogas digunakan adalah dengan rentang waktu 24 jam,
didominasi oleh gas metana (CH4), kemudian disusul terhitung pada saat ternak mengeluarkan kotoran.

1
Vol. 2 No. 1. Januari 2012 ISSN: 2088-088X

2. Temperatur ruangan digester yang digunakan Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:
adalah temperatur lingkungan 1. Untuk mengetahui kualitas dan kuantitas biogas
( + 30º C). setelah dilakukan penyerapan gas CO2 dengan
larutan NaOH.
1.4. Tujuan penelitian

LANDASAN TEORI

2.1. Biogas Kotoran Ternak perubahan struktur bentuk polimer menjadi


Limbah ternak adalah sisa buangan dari suatu bentuk monomer.
kegiatan usaha peternakan seperti usaha pemeliharaan b. Pengasaman, pada tahap pengasaman komponen
ternak, rumah potong hewan, pengolahan produk monomer (gula sederhana) yang terbentuk pada
ternak, dan lain-lain. Limbah tersebut meliputi limbah tahap hidrolisis akan menjadi bahan makanan
padat dan limbah cair seperti faeces, urine, sisa bagi bakteri pembentuk asam. Produk akhir dari
makanan, embrio, kulit telur, lemak, darah, bulu, kuku, perombakan gula-gula sederahana ini yaitu asam
tulang, tanduk, isi rumen, dan lain-lain. Semakin astat propionat, format, laktat, alkohol dan sedikit
berkembangnya usaha peternakan, limbah yang butirat, gas karbon dioksida, hidrogen dan
dihasilkan juga akan semakin meningkat. amonia.
Berbagai manfaat dapat dipetik dari limbah c. Metanogenik, pada tahap metanogenik terjadi
ternak, apalagi limbah tersebut dapat diperbaharui proses pembentukan gas metan. Bakteri peruduksi
(renewable) selama ada hewan ternak. Limbah ternak sulfat juga trerdapat dalam proses ini, yaitu
masih mengandung nutrisi atau zat padat yang mereduksi sulfat dan komponen sulfur lainnya
potensial untuk dimanfaatkan. Limbah ternak kaya menjadi sulfur sulfida.
akan nutrient (zat makanan) seperti protein, lemak, Bakteri metanogenik tidak aktiv pada
bahan ekstrak tanpa nitrogen (BETN), vitamin, temperatur yang sangat tinggi atau rendah. Temperatur
mineral, mikroba atau biota, dan zat-zat yang lain optimumnya yitu 35°C. Jika temperaturnya turun
(Unidentified Subtances). Limbah ternak dapat menjadi 10°C maka produksi biogas akan berhenti.
dimanfaatkan untuk bahan makanan ternak, pupuk Produksi yang ideal berada pada daerah mesofilik
organik, energi dan media berbagai tujuan (Wahyudi, yaitu antara 25-30° C. Biogas yang dihasilkan diluar
2009). kondisi tersebut mempunyai kandungan karbon yang
Biogas merupakan campuran gas yang lebih tinggi.
dihasilkan dari proses peruraian senyawa organik Untuk mendapatkan biogas dengan
dalam biomassa oleh bakteri alami metanogenik dalam memanfaatkan kotoran ternak diperlukan suatu
kondisi anaerob. Pada umumnya biogas merupakan ruangan yang kedap udara seperti tangki atau
campuran 50-70% gas metana [CH 4 ], 30-40% gas bangunan yang berfungsi sebagai tempat pencerna
2
atau tempat terjadinya fermentasi, tempat ini disebut
karbondioksida [CO ], 5-10% gas hidrogen [H 2 ] dan digester. Tipe digester yang digunakan dalam
sisanya berupa gas lain. Biogas memliki berat 20% penelitian ini yaitu tipe batch,
lebih ringan dibandingkan dengan udara dan memiliki Pada tipe batch bahan organik di tempatkan
nilai panas pembakaran antara 4800-6200 kkal/m .
3 di tangki tertutup dan diproses secara anaerobik
Nilai ini sedikit lebih rendah dari nilai pembakaran selama 1-2 bulan tergantung pada jumlah bahan yang
gas metana murni yang mencapai 8900 kkal/m3 . dimasukkan. Isi dari digester biasanya dihangatkan
(Anonim, 2008). dan dipertahankan temperaturnya. Selain itu
Proses pencernaan anaerob merupakan dasar kadangkala diaduk untuk melepaskan gelembung gas
dari reaktor biogas yaitu pemecahan bahan organik dari sludge.
oleh aktivasi bakteri metanogenik dan bakteri Tipe digester ini tidak membutuhkan banyak
asidogenetik pada kondisi tanpa udara. Bakteri ini perhatian selama poses. Meskipun demikian hampir
secara alami terdapat dalam limbah yang mengandung semua bahan organik tetap akan diproses. Efisiensi
bahan organik sepeti kotoran binatang, manusia, dan maksimal dari proses hanya dapat diharapkan bila
sampah organik rumah tangga. Pembentukan biogas digester diisi dengan hati-hati. Ruang yang terbuang
oleh mikroba pada kondisi anaerob (Haryati, 2006) dan udara yang terjebak dalam seludge harus
meliputi tiga tahap proses yaitu: dihindarkan karena akan menghambat pembentukan
a. Hidrolisis, pada tahap ini terjadi peruraian bahan- gas metana. C/N ratio harus dikontrol dengan baik
bahan organik mudah larut dan bahan pencernaan pada awal proses, karena sulit untuk memperbaiki bila
bahan organik yang komplek menjadi sederhana, digester sudah mulai memproses.
Tipe batch memiliki keuntungan lain yaitu
dapat digunakan ketika bahan tersedia pada waktu-
2
Vol. 2 No. 1. Januari 2012 ISSN: 2088-088X

waktu tertentu dan bila memiliki kandungan padatan osmosis balik pada pengolahan air (water treatment).
tinggi (25%). Bila bahan tersebut sulit unuk diproses, Bila pelarut yang digunakan adalah NaOH maka
tipe batch akan lebih cocok, karena lama proses dapat absorbsi yang terjadi akan secara kimia, dikarenakan
ditingkatkan dengan mudah. Bila dalam proses terjadi terjadinya reaksi kimia secara langsung antara CO2
keselahan, misalnya karena bahan keracunan, proses dengan larutan NaOH.
dapat dihentikan dan mulai dengan yang baru. Proses absorbsi atau pemisahan gas CO2 oleh
Dalam proses fermentasi bakteri juga NaOH dapat dilihat pada reaksi berikut ini :
menghasilkan gas sebagai akibat dari pembongkaran CO2 + 2NaOH Na2CO3 + H2O
substrak yang berlangsung oleh aktivitas bakteri. Gas
yang dihasilkan dapat berupa karbondioksida (CO2), Absorbsi di atas merupakan reaksi yang
hydrogen (H2), metan (CH4), nitrogen (N2), dan terjadi secara kimia, dikarenakan terjadinya reaksi
amoniak (NH3) (Dwidjoeputra, 2005). kimia secara langsung antara CO2 dengan larutan
1. Karbondioksida (CO2) timbul karena aktivitas NaOH. Reaksi dianggap merupakan reaksi satu arah
bakteri, gas ini dapat timbul sebagai hsil dan derorde 2 (Kumoro, 2004). Pada proses ini,
pernafasan aerob maupun anearob, kebanyakan kondisi pada fase gas serupa dengan absorbsi fisik.
senyawa yang cepat terurai oleh bakteri serta Tetapi pada fase cair, selain terdapat lapisan tipis
menghasilkan CO2 adalah golongan gula. cairan juga terdapat zona reaksi. Reaksi kimia yang
2. Hidrogen, gas ini biasa timbul bersama CO2 terjadi adalah ineversible, dimana CO2 pada fase gas
sebagai hasil penguraian karbohidrat atau asam akan diabsorbsi oleh larutan NaOH pada fase cair.
amino. Echerichia coli dalam keadaan tertentu Pada saat gas mendekati interfase cair, gas CO2 akan
dapat menguraiakan asam semut (HCOOH) larut dan langsung bereaksi dengan larutan NaOH.
menjadi CO2 dan H2 Kontaktor membran adalah suatu alat yang
3. Gas metan, gas ini timbul sebagai hasil dapat mengakomodasi pepindahan masa gas-cair
penguraian bermacam-macam senyawa organik. ataupun cair-cair tanpa adanya dispersi satu fase ke
Methano bacterium dalam keadaan anaerob fase lainnya. Tidak seperti kolom kontaktor
menghasilkan metan. konvensional, membran yang umum digunakan adalah
4. Nitrogen, gas ini timbul akibat penguraian nitrat membran serat berongga (hollow fiber) berpori mikro
maupun nitrit, peristiwa ini dikenal sebagai (microporous memebrane), yaitu membran dengan
denitrifikasi. Denitrifikasi terjadi di tempat-tempat struktur berongga yang padat saling terhubung dan
tertutup. terdistribusi acak. Perpindahan massa antar fasa pada
5. Amoniak, merupakan hasil penguraian protein kontaktor membran didorong oleh adanya perbedaan
dan senyawa-senyawa lain yang mengandung konsentrasi antar fasa dan penurunan tekanan yang
nitrogen. diperlukan untuk menahan interfasa antar fluida
sangant kecil (Kartohardjono; dkk, 2010).
2.2 Proses Absorbsi Karbondioksida (CO2) Kenormalan (N) adalah jumlah ekivalen zat
Absorbsi merupakan salah satu proses terlarut dalam tiap liter larutan. ekivalen zat dalam
pemisahan dengan mengontakkan campuran gas larutan bergantung pada jenis reaksi yang dialami
dengan cairan sebagai penyerapnya, penyerap tertentu oleh zat itu, karena satuan ini digunakan untuk
akan menyerap satu atau lebih pada komponen gas. penyetaraan zat dalam reaksi. Ekivalen suatau zat ada
Absorbsi dapat berlangsung dalam dua macam proses, hubungan dengan molarnya, dan hubungan itu
yaitu absorbsi fisik dan absorsi kimia (Kumoro andri bergantung pada jenis reaksi apakah asam-basa, atau
cahyo, hadiyanto, 2004). Absorbsi fisik yaitu absorbsi redoks (Syukri, 1999).
dimana gas terlarut dalam cairan menyerap tanpa Dalam reaksi asam–basa, ekivalen asam dan
disertai reaksi kimia. Contoh absorbsi ini adalah basa masing-masing bergantung pada pada jumlah H+
absorbsi gas H2S dengan air, metanol, atau propilen. dan OH- yang dilepaskan, contohnya:
Absorbsi kimia yaitu absorbsi dimana gas terlarut
dalam larutan penyerap disertai reaksi kimia. Contoh NaOH Na+ + OH- 1M NaOH = 1N
absorbsi ini dapat dilihat pada absorbsi gas CO2
dengan larutan Na2CO3, NaOH, K2CO3 dan lain HCL H+ + CL- 1M HCL = 1N
sebagainya. 2.2. Analisa Kualitas Biogas
Salah satu metode yang kini dikembangkan Untuk menganalisa kualitas biogas yang
dalam proses pemisahan CO2 dan campuran gas dihasilkan persamaan-persamaan yang digunakan
adalah dengan menggunakan membran sebagai adalah persamaan yang biasa digunakan dalam
kontaktor gas-cair. Metode ini adalah pengembangnan menyelesaikan persamaan kalor. Kalor merupakan
dari penggunaan membran konvensional yang selama bentuk energi. Perubahan jumlah kalor pada suatu
ini lebih sering digunakan untuk proses filtrasi serta benda ditandai dengan kenaikan dan penurunan suhu

3
Vol. 2 No. 1. Januari 2012 ISSN: 2088-088X

atau bahkan perubahan wujud benda tersebut. Jika kalor jenis air diambil 4.200 J/kgoC. Kemudian Q
benda menerima kalor, suhunya akan naik. Banyak merupakan hasil kali dari daya dan waktu maka :
kalor yang akan diterima atau dilepaskan suatu benda Q = P ⋅ t ....................................... (2)
sebanding dengan besar kenaikan dan penurunan
suhunya. Secara matematis hubungan antara banyak
kalor dan kenaikan suhu ditulis sebagai berikut Dimana : P = Daya (watt)
t = Waktu (sekon)
Q = m.c.∆T ...................................(1)
Dimana: Q = Kalor (J) Banyaknya kalor yang dilepaskan sama dengan
m = Massa air (kg)
kalor yang diserap. Pernyataan ini pertama kali oleh
∆T = Perubahan Suhu (oC)
black. Oleh karena itu, pernyataan tersebut sering
c = Kalor Jenis air (J/kg oC)
disebut asas Black, secara matematis dapat dituliskan
sebagai berikut:
Kalor jenis zat (cv) adalah kalor yang Qterima = Qlepas.............................................(3)
diperlukan oleh 1 kg zat untuk menaikkan suhunya
sebesar satu satuan suhu pada volume konstan dengan m.c∆T = P.t ……………….(4)

METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan digester tipe batch 5. Digester dan plastik penampung gas
untuk percobaan dengan kapasitas 30 liter. ditutup rapat sehingga terjadi kondisi
anaerob.
3.1. Variable penelitain Dalam percobaan ini tahap penelitian terbagi menjadai
1. Variable terikat, yaitu yang menjadi tujuan beberapa proses yaitu:
utama dari penelitian. Tujuan utama dari a. Tahap Pembuatan Biogas
penelitian adalah menjelaskan variable terikat. 1. Membuat bahan isian dengan komposisi
Yang menjadi variable terikat dari penelitian ini sebagai berikut :
adalah volume dan kualitas biogas. − Komposisi A adalah 10 gr ragi, 50%
2. Variable bebas, yaitu variable yang air dan 50% kotoran sapi.
mempengaruhi variable terikat. Adapun yang − Komposisi B adalah 20 gr ragi, 50%
mempengaruhi variable terikat yaitu kondisi air dan 50% kotoran sapi.
yang dikehendaki oleh peneliti, dalam penelitian − Komposisi C adalah 30 gr ragi, 50%
ini variable bebas yaitu waktu pengamatan dan air dan 50% kotoran sapi.
variasi kadar campuran ragi dalam kotoran sapi 2. Mengukur suhu dan pH bahan isian, jika pH-
dan variasi larutan NaOH sebagai penyerap CO2 nya menunjukan nilai 6,8-8 maka komposisi
limbah siap digunakan.
3.2. Prosedur penelitian 3. Memasukan komposisi ke dalam digester
Setelah alat dan bahan untuk pembuatan dengan menyisakan ruang dipermukaan isian
biogas sudah lengkap, maka tahap awal pembuatan di dalam digester agar aliran gas yang
biogas dan penyerapan CO2 adalah sebagai berikut : dihasilkan lancar.
1. Menimbang kotoran sapi sebanyak 20
kg. b. Tahap Pengukuran Volume
2. Air bersih sebanyak 20 kg. Untuk mengukur volume dari biogas yang
3. Menimbang ragi sebanyak 10 gr, 20 gr, dihasilkan alat yang digunakan cukup sederhana,
30 gr. biogas dari penampungan akan dihubungkan dengan
4. Membuat larutan NaOH 0 N (Tanpa alat pengukur volume. Adapun alat ukur yang akan
perlakuan), 1.25 N, dan 2.5 N digunakan untuk mengukur volume dari biogas dapat
dilihat pada gambar berikut

Setelah penampung gas sudah dihubungkan dengan Dalam penelitian ini proses pengukuran volume
alat ukur, maka selanjutnya pengukuran volume dilakukan dua kali yaitu volume gas dari digester dan
biogas dapat dilakukan. Pipa bagian dalam ditarik ke volume gas setelah porses penyerapan CO2.
atas sampai ketinggian air pada tabung bagian luar dan c. Tahap Pengukuran Kualitas
dalam sama. Kemudian mengukur ketinggian pipa Tahap pengukuran kualitas biogas ini
yang ada pada permukaan air, sehingga volume biogas dilakukan dengan memanaskan 100 cc air selama tiga
dapat dihitung dengan persamaan volume selinder. menit . Parameter yang diinginkan dari pemanasan ini
4
Vol. 2 No. 1. Januari 2012 ISSN: 2088-088X

adalah perubahan temperatur air yang dipanaskan. proses penyerapan CO2 dengan cara melewatkan
pengukuran kulitas ini dilakukan sebelum dan setelah biogas ke dalam larutan NaOH.

keran

Biogas Biogas

Gas
Gas
masuk Pipa keluar
Larutan
NaOH

Gambar 1 Alat Absorbsi

Cara kerja alat absorbsi di atas pada dasarnya sama 3.3. Teknik Pengolahan Data
dengan alat ukur volume, mula-mula tabung bagian Teknik pengolahan data yang digunakan
dalam diangkat dengan posisi keran gas masuk dalam penelitian ini adalah teknik pengolahan data
terbuka, kemudian gas akan masuk ke dalam tabung mentah. Pada penelitian ini akan dibuat suatu
sehingga terjadi kontak antara larutan NaOH dengan rancangan penelitian terhadap variabel-variabel utama.
gas. Proses ini disebut absorbsi. Setelah absorbs Untuk menganalisa pengaruh perlakuan terhadap
dilakukan, kemudian dilanjutkan dengan menguji volume serta kualitas biogas. Analisis yang digunakan
kualitas biogas dengna cara memansakan air. untuk pengujian hipotesis tersebut dinamakan analysis
of variance (ANOVA).
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Pengukuran Volume Biogas 1


V = ⋅π ⋅ d 2 ⋅ h
Setelah gas dihasilkan maka selanjutnya akan 4
1
dilakukan pengukuran volume, gas yang sudah = ⋅ 3 ,14 .( 7 , 62 ) 2 . 130
4
ditampung sebelumnya di dalam plastik 1
disambungkan dengan alat ukur dengan menggunakan = . 3 ,14 . 58 , 06 . 130
4
selang dan keran seperti terlihat pada gambar 3.2. 23700 , 09 3
= = 5925 , 023 cm
Mula-mula pipa bagian dalam di angkat ke atas secara 4
manual sampai air di dalam pipa bagian luar dan pipa atau 5 , 925 liter
bagian dalam sejajar, hal ini untuk memastikan bahwa Dengan cara yang sama seperti di atas, maka
tekanan di dalam dan di luar pipa adalah sama, gas akan diperoeh data-data hasil produksi biogas total
yang ada di dalam plastik akan terhisap masuk ke sebagai berikut:
dalam pipa, ujung pipa bagian bawah di jaga agar
tidak keluar dari permukaan air, kemudian mengukur
panjang (h) pipa yang terangkat, selanjutnya volum Volume Total Biogas
gas (V) dapat di ukur dengan menggunakan persamaan
3.2.1, yaitu dengan parameter sebagai berikut;
300
diameter pipa yang terangkat (d) adalah 7,62 cm A
dengan ketinggian 130 cm maka dari persamaan 200
tersebut volume gas adalah: B
100
C
0
A B C

5
Vol. 2 No. 1. Januari 2012 ISSN: 2088-088X

konsentrasi ragi dalam bahan, ketersediaan bahan


makanan yang cukup dimana bakteri pada keadaan ini
menggunakan asam asetat yang dihasilkan pada tahap
adifikasi untuk kelangsungan hidupnya (Amaru,
40 2004).
Volume (Liter)

30 Pada mingu ke-3 dan ke-4 produksi gas terus


mengalami penurunan sampai bahan tidak lagi
20 A memproduksi gas, hal ini disebabkan penurunan
10
B aktivitas bakteri disamping karena ketersedian
0 makanan bagi bakteri semakin berkurang dan
I IIV III IVC perombakan unsur-unsur dalam bahan mengalami
Grafik 4.1 penurunan. Selain itu juga keadaan temperatur yang
volume rata-rata minngu
selalu berubah-ubah mempengaruhi aktivitas bakteri.
Grafik Volume Biogaske
Perubahan tempratur ini juga dapat mempengaruhi
Grafik 1 Total Biogas optimasi pembentukan laju produksi gas yang
dihasilkan. Perubahan pH merupakan salah satu faktor
Dari data grafik 1 di atas terlihat bahwa gas yang paling berpengaruh dalam laju produksi biogas,
sudah mulai terbentuk pada minggu pertama, baik semakin lama bahan berada dalam digester maka
pada komposi A, B, dan C. hal ini menunjukan adanya kondisi pH bahan akan semakin menurun, artinya
proses anaerob yang baik pada setiap campuran, kondisi bahan semakin asam, sementara dalam bahan
volume yang dihasilkan pada mingu pertama untuk terdapat bakteri metanogenik yang berperan
komposisi A adalah 7,852 liter, komposisi B adalah menghasilkan gas metan, bakteri-bakteri ini tidak
9,011 liter, dan komposisi C adalah 10,694 liter. dapat bertahan hidup dibawah pH 6,6 (Widodo,2008).
Pada minggu ke-2 volume yang dihasilkan Pada grafik volume produksi terlihat gas
menunjukan peningkatan yang cukup besar, mengalami penurunan yang sangat drastis pada
peningkatan volume gas yang besar terajdi pada minggu ke-4, bahkan pada minngu ini produksi gas
komposisi B dan komposisi C yang mencapai 31,952 berhenti. Memasuki akhir mingu ke-3 hujan mulai
liter dan 32,355 liter kemudian komposisi A juga sering terjadi, seperti yang kita alami di tahun 2010
mengalami peningkatan yang mencapai 15,330 liter. hampir sepanjang tahun tarjadi hujan, kondisi ini
Pada minggu ke-2 ini merupakan minggu dimana memicu perubahan tempratur. Tempratur pada malam
produksi biogas dihasilkan dalam jumlah yang hari bisa mencapi kisaran 23°C-24°C, perubahan
maksimal, keadaan ini terjadi pada komposisi B dan temperatur yang begitu cepat tentu saja memberikan
komposisi C, sedangkan untuk komposisi A terjadi pengaruh yang tidak baik terhadap pertumbuhan
pada minggu ke-3. Pada minggu ke2- ini terjadi proses bakteri di dalam digester, seperti yang terlihat pada
fermentasi yang lebih cepat akibat dari penambahan meinggu ke-4 produksi gas berhenti, dari 9 digester
ragi. Ragi atau fermen merupakan zat yang yang digunakan hanya ada satu digester yang
menyebabkan fermentasi. Ragi biasanya mengandung menghasilkan gas pada minggu ke-5 yaitu pada
mikroorganisme yang melakukan fermentasi dan komposisi A, gas yang dihasilkan juga sangat sedikit
menyediakan media biakan bagi mikroorganisme yaitu hanya 2,05112 liter, ini karena digester yang
tersebut. Media biakan ini dapat berbentuk butiran- digunakan terbuat dari bahan plastik sehingga digester
butiran kecil atau cairan nutrient (Anonim, 2001). ini tidak mampu menyimpan dan mempertahankan
Bakteri-bakteri fermentasi mengubah gula dan asam panas dengan baik.
amino menjadi asam organik dan karbondioksida, dan Dari penjelasan di atas dapat terlihat bahwa
selanjutnya asam organik dirubah menjadi asam asetat penambahan ragi mempunyai pengaruh terhadap
(Haryati, 2006). salah satu jenis bakteri dalam ragi peningkatan volume gas yang dihasilkan, peningkatan
yang berperan adalah Acetobacter aceti, Bakteri ini produksi volume terjadi seiring dengan penambahan
mengoksidasi alkohol menjadi asam asetat yang ragi, volume terbesar dihasilkan pada komposisi C
selanjutnya oleh bakteri metanogenik merubah asam dengan penambahan ragi sebesar 30 gr yang mencapai
asetat menjadi metana. 67.381 liter, kemudian disusul dengan komposisi B
Pada minggu ke-3 produksi gas mengalami dengan penambahan ragi sebesar 20 gr yang mencapai
penurunan dimana gas yang dihasilkan oleh masing- volume sebesar 61.794 liter, dan volume terkecil
masing komposisi pada minggu ini adalah (B = 15,037 dihasilkan pada komposisi A dengan penambahan ragi
liter, C = 20,831), namun untuk komposisi A terlihat sebesar 10 gr dengan volume sebesar 51.478 liter.
masih mengalami peningkatan volume gas dari 15,330
liter sampai 16,941 liter, hal ini disebabkan karena 4.2. Pengukuran Kualitas Biogas
perbedaan laju fermentasi akibat dari perbedaan

6
Vol. 2 No. 1. Januari 2012 ISSN: 2088-088X

Untuk menganalisa biogas yang dihasilkan


dalam penelitian ini dilakukan dengan memanaskan air Dari gambar 4.4 terlihat jelas adanya perbedaan daya
sebanyak 100 cc selama 180 detik untuk mendapatkan yang dihasilkan oleh setiap komposisi dari setiap
parameter-parameter yang diperlukan. Sebelum perlakuan yang diberikan, kualitas terbaik didapat
dilakukan proses uji kualitas sebelumnya telah pada komposisi A dengan perlakuan larutan NaOH 2.5
dilakukan proses absorbsi seperti yang telah dijelaskan N dengan daya yang dihasilkan mencapai 105.5 Watt
pada bab sebelumnya. dan kualitas terendah dihasilkan pada komposisi C
Absorbsi bertujuan untuk meningkatkan dengan perlakuan larutan NaOH 0 N atau tanpa
kualitas biogas dengan cara mengontakkan gas dengan perlakuan yang mancapai 25,67 Watt.
larutan NaOH, normalitas larutan yang digunakan Dari Grafik diatas menunjukan semakin
adalah 1.25 N dan 2.5 N. larutan ini dibuat dengan tinggi konsentrasi NaOH yang diberikan maka
mencampurkan NaOH masing-masing 500 gr dan semakin tinggi daya yang dihasilkan, hal ini
1000 gr kedalam 10 liter air, kemudian dengan disebabkan oleh penurunan kadar karbondioksida
persamaan normalitas didapat 1.25 N untuk 500 gr dan (CO2) dalam gas, penurunan kadar CO2 ini disebabkan
2.5 N untuk 1000 gr NaOH. karena reaksinya dengan larutan NaOH, CO2 akan
Gas yang sudah dihitung volumenya diikat oleh NaOH melalui proses absorbsi, sehingga
dihubungkan dengan alat absorbsi seperti pada gambar terjadi pemurnian gas metana (CH4). Hal ini juga
3.4, cara kerja alat ini sama dengan alat ukur volume. terlihat pada pengurangan volume yang terjadi setelah
Setelah proses absorbsi dilakukan kemudian dilakukan dilakukan proses absorbsi, pengurangan volume
penghitungan volume gas yang sudah di absorbsi, hal tersebut terjadi karena pengikatan CO2 oleh NaOH
ini dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya sedangkan gas metan (CH4) tidak bereaksi dengan
pengurangan volume akibat absorbsi. larutan NaOH.
Setelah absorbsi dan pengukuran volume
dilakukan maka selanjutnya akan dilakukan uji nyala 4.3. Analisa Data
api dengan memanaskan air sebanyak 100 cc selama 3 Analisa varians dilakukan untuk mengetahui
menit (180 detik), parameter yang diamati pada uji pengaruh variasi ragi terhadap produksi biogas serta
nyala ini adalah perubahan temperatur selama pengaruh variasi larutan NaOH terhadap kualitas
memasak air. Selanjutnya setelah parameter-parameter biogas. Analisa varians yang digunakan merupakan
sudah didapatkan maka bisa dilakukan perhitungan analisa varians satu arah.
nilai kalor dengan mennggunakan persamaan 2.1
yaitu: Tabel 1. Hasil perhitungan rata-rata volume total
Q = m.c.∆T biogas yang dihasilkan
Pengulanga Volume Total Biogas (Liter)
= 0.1 kg. 4200 J/kg.°C. 15°C n A B C
= 6300 J 1 51,552 59,720 67,736
2 53,247 61,285 65,824
Kemudian untuk menentukan daya yang 3 49,635 64,406 68,886
diterima oleh air kita bisa menggunakan persamaan
2.2 sehingga: Tabel 2. Analisa Varians untuk Volume Biogas
P= F table
SV SS DF MS F0
α = 0,05
= 6300/180
Ragi 350,456 2 172.228 61,98 5,14
= 35 watt
Error 22,221 4 2,778
Total 372,677 6
Daya yang dihasilkan Biogas
Dari tabel anova di atas ditunjukkan bahwa
Fhitung > Ftabel, yaitu 61,98 > 5,14, karena Fhitung berada
100 dalam daerah penolakan maka Ho ditolak. Sehingga
variasai ragi berpengaruh signifikan terhadap produksi
0N
gas yang dihasilkan.
50
1.25 N
0 2.5 N
0N 1.25 2.5 N
N
Grafik 2 Daya Rata-rata yang dihasilkan oleh
setiap Komposisi

7
Vol. 2 No. 1. Januari 2012 ISSN: 2088-088X

Tabel 3. Daya rata-rata yang dihasilkan setiap Variasi Tabel 4. Analisa Varians untuk Daya Biogas
Larutan NaOH SV SS DF MS F0
F table
Daya rata-rata yang dihasilkan α = 0,05
setiap variasi larutan NaOH Ragi 7098,55 2 3549,28 58,44 5,14
Komposisi Error 485,83 4 60,37
(Watt)
0N 1.25 N 2.5 N Total 7584,38 6
A123 31,5 81,30 108,5
B123 30,30 69,61 97,21 Dari tabel anova di atas ditunjukkan bahwa
C123 25,67 59,89 86,72
Fhitung > Ftabel, yaitu 58,44> 5,14, karena Fhitung berada
dalam daerah penolakan maka Ho ditolak. Sehingga
variasai larutan NaOH berpengaruh signifikan
terhadap kualitas gas yang dihasilkan.

4. KESIMPULAN DAN SARAN


5.1. Kesimpulan 4. Kualitas terbaik didapatkan pada komposisi
Dari analisa data dan pembahasan yang telah A denagn perlakuan larutan NaOH 2,5 N
dilkaukan maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebesar 108,5 Watt, dan kualitas terendah
sebagai berikut: dihasilkan pada komposisi C dengan
1. Pada hasil penelitian yang dilakukan, perlakuan larutan NaOH 1,25 N sebesar
penambahan ragi memberikan pengaruh 25,67 Watt.
terhadap produksi biogas, semakin tinggi
konsentrasi ragi maka produksi gas akan 5.2. Saran
semakin cepat dan meningkat. 1. Penelitian ini dapat dilanjutkan denagn
2. produksi gas yang tertinggi didapatkan pada menambah konsentrasi pada setiap variasi
komposisi C dengan penambahan 30 gr ragi ragi untuk mengetahui pada konsentrasi
dengan volume rata-rata mencapai 67,381 berapa denagn perbandinagn bahan tertentu
liter dan volume terendah dihasilkan oleh dihasilkan gas yang optimal.
komposisi A dengan penambahan 10 gr ragi 2. Pada proses absorbsi reaksi antara CO2
dengan jumlah volume rata-rata 51,478 liter. dengan CH4 menghasilkan H2O dalam
3. Absorbsi biogas dengan larutan NaOH dapat bentuk uap air, maka untuk mendapatkan
meningkatkan kualitas biogas, semakin gas dengan kualitas yang optimal maka H2O
tinggi konsentrasi larutan, maka kualitas gas di dalam biogas harus dihilangkan.
yang dihasilkan akan semakin baik.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2008, Produksi Biogas Dari Limbah Ternak, Kumoro, Andri cahyo, Hadiyanto, 2004, Absorbsi
Pusat Penelitian Dan Kakao Indonesia. Karbondiolsida Dengan Larutan Soda Api
Amaru, Kharistya, 2004, Rancang Bangun Dan Uji Dalam Kolom Unggun Tetap. Forum Teknik
Kinerja Biodigester Plastik Polyethylene Jilid 24.
Skala Kecil. Fakultas pertanian Universitas Widodo, Teguh Wikan. A. Asari, 2008, Teori Dan
Padjajaran. Konstruksi Instalasi Biogas, Balai Besar
Haryati, Tuti, 2002, Biogas : Limbah Peternakan Yang Pengembangan Mekanisasi Pertanian Badan
Menjadi Sumber Energi Alternativ, Balai Litbang Pertanian, Departemen Pertanian
Penelitian Ternak Bogor. Serpong.
Sofian, Amat, 2008, Peningkatan Kualitas Biogas Wahyudi, Zulfikar, 2009, Analisa Perbandingan
Sebagai Bahan Bakar Mtotor Bakar Dengan Komposisi Air Dan Kotoran Kerbau
Cara Pengurangan Kadar CO2 Dalam (FECES) Pada Bahan Isian Biotank (BTP)
Biogas Dengan Menggunakan Sulurry Terhadap Kuantitas Dan Kualitas Biogas
Ca(OH)2. Jurusan Teknik Mesin Fakultas Yang Dihasilkan. Jurusan Teknik Mesin
Teknik Universitas Muhamaddiah Surakarta. Fakultas Teknik Teknik Universitas
Mataram.

Anda mungkin juga menyukai