Anda di halaman 1dari 38

i

USULAN PENELITIAN

INTERNAL

ANALISIS PERILAKU NASABAH DAN LOYALITAS NASABAH


TERHADAP PENGAMBILAN KEPUTUSAN KREDIT
DI KOPERASI SIMPAN PINJAM BAITUL
MAAL WATTAMWILL (BMT)
MEDAN JOHOR

TIM PENELITI :

Jabatan Nama NIDN/NIP/NIM


Ketua Wisnu Rayhan Adhitya 0114079002

UNIVERSITAS POTENSI UTAMA


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
TA. 2017/2018
HALAMAN PENGESAHAN
USULAN PENELITIAN INTERNAL

1.Judul : Analisis Perilaku Nasabah dan Loyalitas Nasabah


Terhadap Pengambilan Keputusan Kredit Di
Koperasi Simpan Pinjam Baitul Maal Wattamwill
(BMT) Medan Johor

2.Ketua Peneliti : Wisnu Rayhan Adhitya


NIDN/NIP : 0114079002
Pangkat/golongan : Tenaga Pengajar
Fakultas : Ekonomi dan Bisnis
Jurusan : Manajemen

3.Anggota pelaksana :-
NIDN/NIP/NIM :-
Fakultas :-
Jurusan :-

4.Jangka waktu kegiatan : 5 Bulan


5.Sumber dana : Universitas Potensi Utama
6.Jumlah Dana : Rp. 4.000.000

Mengetahui Ketua Pelaksana,


Dekan,

(Alim Murtani M.A.) (Wisnu Rayhan Adhitya)


NIDN/NIP. 0105038901 NIDN/NIP. 0114079002

Menyetujui,
Ketua LPPM Universitas Potensi Utama

(Edy Victor Haryanto, M.Kom)


NIDN/NIP. 301077001

ABSTRAK

Dalam penelitian ini akan diulas tentang bisnis simpan pinjam yang mengapa
dijadikan pilihan untuk aplikasi pembiayaan oleh masyarakat. Jurnal ini akan
membahas perilaku pelanggan dan loyalitas terhadap pengambilan keputusan
kredit dalam bisnis simpan pinjam Baitul Maal Wattamwill (BMT). Data dalam
penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Metode analisis data yang
digunakan adalah deskriptif kuantitatif dengan menggunakan regresi linier
berganda. Variabel penelitian adalah variabel bebas dan terikat. Populasi
penelitian ini adalah semua bisnis simpan pinjam Baitul Maal Watamwill.
Populasi penelitian ini adalah 100 responden sebagai sampel penelitian, dengan
teknik purposive sampling. Skala yang digunakan dalam penyusunan kuesioner
adalah skala Likert. Variabel Perilaku Nasabah (X1) secara parsial berpengaruh
positif dan signifikan terhadap pengambilan keputusan pengambilan kredit (Y),
variabel loyalitas nasabah (X2) secara parsial berpengaruh positif dan signifikan
terhadap pengambilan keputusan kredit (Y), perilaku nasabah (X1) dan loyalitas
nasabah (X2) ) secara simultan berpengaruh positif dan signifikan terhadap
pengambilan keputusan kredit (Y) pada bisnis simpan pinjam Baitul Maal
Wattamwill (BMT).

Kata Kunci : Perilaku Nasabah, Loyalitas Nasabah, Keputusan Pengambilan


Kredit
DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN..................................................................................1
ABSTRAK...............................................................................................................2
DAFTAR ISI............................................................................................................3
DAFTAR TABEL....................................................................................................4
DAFTAR GAMBAR...............................................................................................5
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................6
BAB II RUMUSAN MASALAH..........................................................................11
BAB III TINJAUAN PUSTAKA..........................................................................12
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN..............................................................27
BAB V BIAYA DAN JADWAL PENELITIAN..................................................34
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................35
Lampiran 1. Justifikasi Anggaran..........................................................................36
Lampiran 2. Biodata Peneliti.................................................................................37
DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Data Kredit Koperasi Simpan Pinjam BMT.......................................... 10


Tabel 4.1 : Operasionalisasi Variabel....................................................................28
Tabel 4.2 : Skala (Skor) Dalam Penelitian.............................................................30
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Banyaknya perbankan saat ini dengan menawarkan berbagai macam
produk kredit menimbulkan sebuah kompleksitas tersendiri bagi calon nasabah
dalam menentukan pilihan. Sesuai dengan fungsi umum bank sebagai lembaga
keuangan masyarakat yang bertujuan untuk menyalurkan kembali dana yang telah
dihimpun ke masyarakat melalui sistem kredit. Saat ini masyarakat sudah lebih
cerdas dalam menentukan pilihannya untuk memilih produk perbankan sesuai
dengan keinginan mereka.
Kredit menurut Undang-undang perbankan Nomor 10 tahun 1998
merupakan penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu,
berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjaman meminjam antara bank
dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam melunasi utangnya setelah
jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga.
Tugas pokok bank adalah menghimpun dana dari masyarakat dan
menyalurkannya kembali kepada masyarakat yang memerlukannya. Oleh karena
itu, peranan kredit dalam operasi bank sangat besar/penting. Sebagian besar bank
masih mengandalkan sumber pendapatan utamanya dari bisnis perkreditan.
Dengan demikian, untuk mendapatkan margin yang baik diperlukan pengelolaan
perkreditan secara efektif dan efisien. Bank merupakan bisnis yang
berdagang dalam kredit dan uang. Bisnis utama suatu bank didasarkan pada
kepercayaan. Dapat dikatakan bahwa Bank adalah lembaga kepercayaan.
Kontribusi terbesar sebagai sumber penghasilan sebuah usaha bank berasal
dari penyaluran kredit.
Dalam pemberian kredit perlu adanya pengawasan kredit yang mana
pengawasan kredit ini merupakan usaha penjagaan dan pengamanan dalam
pengelolaan kekayaan bank dalam bentuk perkreditan yang lebih baik dan efisien,
guna menghindarkan terjadinya penyimpangan dengan cara mematuhi kebijakan
perkreditan yang telah ditetapkan serta mengusahakan penyusunan administrasi
yang benar, yang mana pengawasan kredit berfungsi mengetahui secara dini
penyimpangan yang terjadi atas pemberian kredit ke debitur (nasabah peminjam).
Untuk menghindari penyimpangan-penyimpangan yang terjadi maka perlu
analisis kredit. Analisis kredit diberikan, untuk meyakinkan bank bahwa si
nasabah benar-benar dapat dipercaya maka, sebelum kredit diberikan bank
terlebih dulu mengadakan analisis kredit, analisis kredit mencakup latar belakang
nasabah atau perusahaan, prospek usahanya, jaminan yang diberikan serta
faktor-faktor lainnya. Tujuan analisis ini adalah agar bank yakin bahwa kredit
yang diberikan benar-benar aman dalam arti uang yang disalurkan pasti kembali.
Bank Konvensional dan Bank Syariah saat ini sedang gencar-gencarnya
berusaha untuk menawarkan berbagai macam produk kredit yang menimbulkan
sebuah program tersendiri bagi calon nasabah dalam menentukan pilihan. Namun
muncul pilihan lainnya selain kedua industri perbankan tersebut, yaitu usaha
simpan pinjam yang dimana menjual produk kredit juga kepada masyarakat di
Indonesia. Sesuai dengan fungsi umum bank sebagai lembaga keuangan
masyarakat yang bertujuan untuk menyalurkan kembali dana yang telah dihimpun
ke masyarakat melalui sistem kredit. Saat ini masyarakat sudah lebih cerdas dalam
menentukan pilihannya untuk memilih produk perbankan sesuai dengan keinginan
mereka.
Sangat disadari bahwa salah satu yang mempengaruhi daya saing produk
kredit adalah perilaku kosumen (nasabah) dalam memilih produk kredit apa yang
mereka butuhkan, sedangkan pihak perbankan telah menerapkan strategi
pemasaran sesuai dengan kebijakan perbankan itu sendiri, dengan menerapkan
strategi pemasaran yang efektif maka perusahaan diharapkan dapat mengetahui
apa yang harus dilakukan agar dapat memuaskan kebutuhan dan keinginan
nasabah, bahkan sekaligus merubah perilaku konsumen.
Seiring dengan maraknya lembaga keuangan bukan bank khususnya
koperasi simpan pinjam yang menjadi pesaing berat bagi lembaga keuangan bank.
Hal ini harus menjadi perhatian khusus bagi pengelola dan pemerintah agar
keberadaan lembaga keuangan bank dan koperasi simpan pinjam tetap bisa
berjalan sesuai dengan proporsional masing-masing. Jika di tinjau secara teoritis
koperasi simpan pinjam adalah koperasi yang usahanya menerima simpanan dan
memberikan pinjaman kepada para anggota yang memerlukan dengan persyaratan
yang mudah dan bunga relatif ringan (di bawah bunga bank). Namun hal ini
tampaknya tidak berlaku secara riil. Banyak koperasi simpan pinjam yang tidak
hanya memberikan pinjaman dana kepada para anggotanya saja, tetapi mereka
juga berusaha memberikan pinjaman dana kepada masyarakat secara umum. Hal
ini tentunya akan sangat merugikan lembaga keuangan bank, dan sangat
menguntungkan bagi koperasi simpan pinjam. Dalam jurnal ini akan dibahas satu
bentuk koperasi simpan pinjam yang diminati masyarakat kota Medan, yaitu
Baitul Maal Wattamwill (BMT).
BMT selama ini adalah lembaga pengelola keuangan yang sedang mencari
bentuk yang efektif dalam sistem regulasi lembaga keuangan di Indonesia. Dalam
sistem regulasi, BMT ini dilindungi oleh 2 (dua) jenis lembaga ekonomi, yakni
Lembaga Keuangan Mikro dan Koperasi Simpan Pinjam/Unit Simpan Pinjam.
Literatur yang membahas tentang BMT tergolong sangat sedikit. Diketahui bahwa
lembaga ini muncul sebagai konsep lembaga keuangan syariah di Indonesia, di
luar sistem perbankan.
Koperasi simpan pinjam berbasis syariah ini biasanya juga disebut dengan
BMT. Seperti namanya, koperasi simpan pinjam berbasis syariah ini dijalankan
dengan prinsip syariat Islam sehingga bagi Anda yang muslim maka bisa lebih
mengutarakan dalam melakukan transaksi keuangan di sana. Pada dasarnya
koperasi simpan pinjam berbasis syariah ini memiliki peran lembaga keuangan
mikro dan mirip dengan perbankan dimana memberikan dana yang bisa
digunakan untuk modal usaha bagi masyarakat. Orientasinya pun tidak semata
pada profit saja, melainkan juga pada peran sosial.
Dalam hal ini BMT memiliki keunggulan tersendiri sehingga masih
diminati oleh masyarakat di Indonesia, khususnya untuk di kota Medan yang
menjadi pembahasan dalam jurnal ini karena BMT memfokuskan usaha pada
sektor simpan pinjam berbasis syariah sehingga berikut ini beberapa
keunggulannya:
1. Tidak seperti bank yang cenderung bersifat kaku dan banyak aturan,
koperasi sendiri bisa lebih menyentuh ke segala golongan masyarakat
bahkan hingga pedagang kecil sekalipun. Hal ini lantaran koperasi
menganut prinsip gotong royong dan kekeluargaan. Dengan kehadiran
koperasi simpan pinjam berbasis syariah ini, maka pedagang kecil pun
bisa meminjam uang secara aman tanpa harus berhubungan dengan
rentenir.
2. Koperasi simpan pinjam syariah memberikan layanan jemput bola ke
masyarakat secara langsung mulai dari penghimpunan dana hingga
pemberian kreditnya. Ternyata hal ini cukup efektif karena masyarakat
secara umum bisa mengurus segala persyaratan peminjaman uang atau
menabung uang tanpa perlu pergi ke kantor koperasi.
3. Bagi umat muslim, mungkin banyak yang masih ragu untuk meminjam
uang mengingat bunga yang dibebankan adalah riba dan dosanya terlalu
besar. Tentu hal ini menjadikan ketakutan tersendiri bagi masyarakat.
Meski begitu, koperasi simpan pinjam berbasis syariah hadir di tengah
masyarakat untuk bisa memberikan angin segar dimana dioperasikan
secara Islami dan terstruktur. Dengan aturan Islam ini, maka segala hal
terkait transaksi juga dilakukan dengan adanya akad atau perjanjian sesuai
aturan dalam Islam. Tidak adanya unsur riba di dalamnya menjadikan
masyarakat semakin menuturkan niatnya memilih koperasi simpan pinjam
berbasis syariah.
4. Meski memang menggunakan aturan Islam di dalamnya, namun bukan
berarti koperasi simpan pinjam berbasis syariah hanya melayani umat
Islam saja. Koperasi simpan pinjam berbasis syariah juga melayani seluruh
masyarakat baik yang muslim maupun non muslim, baik golongan atas
maupun golongan masyarakat biasa.
5. Tentu menjalankan koperasi simpan pinjam berbasis syariah orientasi
utamanya adalah keuntungan. Meski begitu, koperasi simpan pinjam
berbasis syariah tidak selalu fokus pada keuntungan semata melainkan
juga pada fungsi sosialnya dimana ada juga dana khusus untuk infak,
sedekah dan zakat sehingga tetap untuk kepentingan umat. Untuk dapat
mengetahui dan memahami arti dari laporan keuangan tersebut sebagai
bagian dari penilaian kinerja keuangan perusahaan maka perlu dilakukan
analisis terlebih dahulu dengan berbagai alat analisis yang biasa
digunakan. Salah satu alat tersebut dikenal dengan nama analisisi laporan
keuangan (Kasmir, 2010, hal 4).
Sangat disadari bahwa salah satu yang mempengaruhi daya saing produk
kredit adalah perilaku kosumen (debitur) dalam memilih produk kredit apa yang
mereka butuhkan, sedangkan pihak perbankan telah menerapkan strategi
pemasaran sesuai dengan kebijakan perbankan itu sendiri, dengan menerapkan
strategi pemasaran yang efektif maka perusahaan diharapkan dapat mengetahui
apa yang harus dilakukan agar dapat memuaskan kebutuhan dan keinginan
nasabah, bahkan sekaligus merubah perilaku konsumen.
Berikut ini adalah data pinjaman kredit Koperasi simpan pinjam BMT
dari Tahun 2012- 2017 :
Tabel 1.1 Data kredit Koperasi simpan pinjam BMT
dari Tahun 2012- 2017
No Tahun Outstanding Debitur (Nasabah)
1 2012 77.720.000,
(Rp.) 80
2 2013 86.640.000,- 84
3 2014 98.040.000,- 96
4 2015 68.040.000,- 78
5 2016 72.640.000,- 85
6 2017 87.750.000,- 110
Sumber : Laporan Penjualan Kredit Koperasi Simpan Pinjam BMT
Dari Tabel 1.1 dapat dilihat bahwa terjadi kenaikan dan penurunan
nasabah di koperasi simpan pinjam BMT. Jumlah debitur (nasabah) kredit
koperasi simpan pinjam BMT setiap tahunnya terkadang mengalami kenaikan
jumlah nasabah dan begitu juga sebaliknya ada fase dimana pada tahun 2015
jumlah nasabah menurun drastis seperti yang diperlihatkan oleh tabel.
Melihat adanya masalah terhadap ketidakstabilan jumlah nasabah pada
koperasi simpan pinjam BMT ini, peneliti ingin membahas masalah yang terjadi
mulai dari perilaku dan loyalitas nasabah di kopersi BMT tersebut, maka
penelitian ini berjudul “Analisis Perilaku Nasabah dan Loyalitas Nasabah
Terhadap Pengambilan Keputusan Kredit Di Koperasi Simpan Pinjam
Baitul Maal Wattamwill (BMT) Medan Johor”.
BAB II RUMUSAN MASALAH
A. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian dari latar belakang masalah di atas, yang menjadi
identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Terjadi ketidak stabilan jumlah nasabah pada koperasi simpan pinjam


BMT setiap tahunnya.
2. Koperasi simpan pinjam masih menjadi pilihan masyarakat untuk
peminjaman uang walaupun banyaknya perusahan perbankan di Indonesia.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah yang tertera di atas, maka rumusan
masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Apakah perilaku nasabah secara parsial berpengaruh terhadap


pengambilan keputusan kredit pada koperasi simpan pinjam BMT ?
2. Apakah loyalitas nasabah secara parsial berpengaruh terhadap
pengambilan keputusan kredit pada koperasi simpan pinjam BMT ?
3. Apakah perilaku nasabah dan loyalitas nasabah secara bersamaan
berpengaruh terhadap pengambilan keputusan kredit pada koperasi BMT ?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian


Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian yang ingin dicapai penulis yaitu :

1. Untuk mengetahui pengaruh perilaku nasabah terhadap pengambilan


keputusan kredit pada koperasi simpan pinjam BMT
2. Untuk mengetahui pengaruh loyalitas nasabah terhadap pengambilan
keputusan kredit pada koperasi simpan pinjam BMT
3. Untuk mengetahui pengaruh perilaku nasabah dan loyalitas nasabah
terhadap pengambilan keputusan kredit pada koperasi simpan pinjam BMT
Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian yang ingin dicapai penulis adalah :
1. Hasil penelitian ini akan memberikan kontribusi pada bidang ilmu manajemen
keuangan dalam hal kredit pada koperasi simpan pinjam.

2. Dapat menambah wawasan ilmu dan menjadi bahan rujukan tentang sistematika
pembiayaan di koperasi simpan pinjam syariah.
BAB III TINJAUAN PUSTAKA
A. Uraian Teori
1. Pengertian Kredit
Kata “Kredit” berasal dari bahasa Yunani yaitu “Credere” yang berarti
“Kepercayaan” atau dalam bahasa Latin “Creditum” yang berarti “kepercayaan
atau kebenaran”. Undang-undang perbankan yang diubah menggunakan dua
istilah yang berbeda, namun mengandung makna yang sama untuk pengertian
kredit. Penggunaan istilah tersebut tergantung pada kegiatan usaha yang
dijalankan oleh bank. Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat di
persamakan. Dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjaman-
meminjam antara bank dan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk
melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga.
Beberapa pendapat tentang pengertian kredit adalah sebagai berikut:
1. Menurut pengertian dalam praktek sehari-hari, Kredit adalah
kemampuan untuk melaksanakan suatu pembelian atau mengadakan
suatu pinjaman dengan suatu janji pembayarannya akan dilakukan
ditangguhkan pada suatu jangka waktu tertentu. (Djohan, Warman, 2000)
2. Menurut Undang-Undang No.10 Tahun 1998 pasal 1 ayat 11, kredit adalah
penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan
itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara
bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi
utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga (UU
No.10,1998)
3. Perkreditan Bisnis Inti Bank komersial (M.Joh.Tjoekam,1992) ada dua
pilihan yaitu :
a. Commercial Loan adalah kredit yang diberikan kepada seseorang atau
badan usaha sehingga kredit ini mampu memperbaiki atau
mengembangkan kinerja usaha debitur.
b. Consumer’ sistem Loan merupakan kredit yang diberikan bukan untuk
kegiatan usaha yang produktif tetapi untuk penggunaan yang bersifat
konsumtif namun mampu meningkatkan taraf hidup dan memperkuat daya
beli sipeminjam yang secara tidak langsung mendorong pertumbuhan dan
perkembangan sektor riil.
Secara umum kredit memiliki beberapa manfaat bagi berbagai pihak
yang berkepentingan secara langsung berdasarkan beberapa pengertian kredit
tersebut dapat disimpulkan pengertian kredit adalah penyerahan uang, barang atau
jasa berdasarkan kepercayaan yang mana kontra prestasinya diberikan kemudian.
Dasar pemberian kredit adalah kepercayaan, dengan demikian kredit adalah
pemberian kepercayaan. Hal ini berarti bahwa prestasi yang diberikan benar-benar
dapat dikembalikan oleh penerima kredit sesuai dengan waktu dan syarat yang
telah disetujui bersama.
Pihak-pihak yang berkepentingan secara langsung tentu saja adalah pihak
bank dan calon debitur dan pihak yang menerima manfaat kredit secara tidak
langsung adalah masyarakat dan pemerintah.
1. Manfaat Kredit Bagi Debitur
Bagi debitur kredit dapat berfungsi sebagai sumber dana yang merupakan salah
satu faktor produksi yang penting dalam kegiatan usaha. Tanpa adanya dana
sebagai modal untuk kegiatan usaha tidak mungkin suatu usaha akan berhasil.
Namun pada umumnya bank tidak akan membiayai seluruh usaha calon karena itu
debitur dituntut untuk memiliki modal sendiri. Dengan demikian modal sendiri
akan tampak bagi bank bahwa nasabah calon debitur serius dalam mengelola
usahanya.
Ada beberapa keuntungan yang diperoleh oleh calon debitur dengan
memenuhi sumber-sumber dananya dari sektor perkreditan yaitu:
a. Relatif mudah diperoleh bila memang usahanya feasible.
b. Telah ada lembaga yang kuat di masyarakat perbankan yang
menawarkan jasanya di bidang penyediaan dana (kredit)
c. Biaya untuk memperoleh kredit (bunga, biaya administrasi) dapat
diperkirakan dengan tepat hingga memudahkan para pengusaha dalam
menyusun rencana kerjanya untuk masa yang akan datang.
2. Manfaat Kredit bagi Kreditur
Salah satu kegiatan pokok dari bank yaitu menerima dan mengumpulkan dana
dari masyarakat dalam berbagai bentuk dan kemudian menyalurkannya
kembali ke dalam bentuk kredit. Dalam melaksanakan fungsinya dalam
menyalurkan kredit bank akan memperoleh berbagai manfaat, yaitu:
a. Memperoleh bunga kredit yaitu selisih antara bunga kredit
yang dibebankan kepada debitur dengan dikurangi oleh biaya dana
yang dibayarkan kepada nasabah penyimpan dana dan dikurangi
lagi dengan biaya-biaya overhead dalam mengelola usaha tersebut.
b. Untuk menjaga solvabilitas dan profitabilitas usahanya. Dana yang
disimpan oleh para nasabahnya dikelolah kembali untuk
mendapatkan bunga atau pendapatan dengan begitu bank dapat
menutupi seluruh biaya yang dikeluarkannya dalam
pengelolaan usahanya perbankan dan bank dapat membayar
seluruh kewajibannya kepada nasabah penyimpan atau lembaga
keuangan lainnya.
c. Sarana untuk memasarkan produk jasa dan jasa bank lainnya.
Dengan menyalurkan kredit kepada nasabahnya bank berharap
akan dapat memasarkan produk dan jasa lainnya kepada
nasabahnya. Biasanya bank akan menentukan atau menetapkan
suatu syarat agar semua kegiatan keuangan nasabah debitur
dilakukan lewat bank yang bersangkutan.
d. Pemberian kredit untuk mempertahankan dan mengembangkan
usahanya. Seperti yang telah dibahas sebelumnya bahwa bank akan
mendapatkan pendapatan dari bunga kredit yang dibebankan
kepada nasabah debiturnya yang merupakan sumber pendapatan
yang paling besar proporsinya bagi bank, bank akan mendapatkan
laba yang memadai apabila mampu mengelola dana yang
diperolehnya menjadi kredit yang produktif dengan tingkat
kolektibilitas yang tinggi. Dari laba tersebut bank dapat
mempertahankan usahanya dan bahkan dapat mengembangkannya.
e. Pemberian kredit untuk merebut pasar (market share) dalam
industri perbankan. Fasilitas kredit dijadikan oleh bank sebagai
perangsang dalam merebut nasabah bank lain dengan pemberian
kredit yang lebih besar jumlahnya dan dengan suku bunga yang
lebih rendah. Dengan begitu pihak nasabah akan tertarik untuk
menjadi nasabah bank tersebut.
3. Manfaat Kredit bagi Pemerintah
Kredit juga memiliki manfaat bagi pemerintah yaitu:
a. Perkreditan dapat digunakan sebagai alat untuk memacu
pertumbuhan ekonomi secara umum maupun untuk pertumbuhan
ekonomi sektor-sektor tertentu.
b. Sebagai alat pengendali moneter
c. Sebagai alat untuk menciptakan lapangan usaha.
d. Pemberian kredit sebagai alat peningkatan dan pemerataan
pendapatan masyarakat.
e. Perkreditan sebagai sumber pendapatan negara.
f. Sebagai alat untuk menciptakan pasar.
4. Manfaat kredit bagi masyarakat
Masyarakat tidak langsung mendapatkan manfaat dari kredit tetapi ada
kepentingan secara tidak langsung yang diharapkan oleh masyarakat yang ikut
dinikmatinya yaitu:
a. Dengan adanya kelancaran proses perkreditan diharapkan akan
diperolehnya pertumbuhan ekonomi yang pesat dan dapat
membuka lapangan kerja yang baru sehingga menimbulkan
kenaikan tingkat pendapatan dan pemerataan pendapatan di
masyarakat.
b. Akan memberikan manfaat tertentu bagi masyarakat yang
berprofesi antara lain akuntan publik, notaris, dan lain-lain.
c. Para pemilik dana yang disimpan di bank berharap agar dana yang
disimpannya tetap aman karena bank mampu mengelolanya
dengan baik.
d. Bagi masyarakat yang berprofesi sebagai supplier bahan-bahan
baku atau barang jadi untuk relasi usahanya akan merasa lebih
terjamin pembayaran utang relasi usahanya tersebut.
e. Dengan memberikan kredit bank membantu mendirikan usaha-
usaha lain yang dapat mendukung usaha yang baru berdiri yang
dibiayai oleh bank.
2. Pengertian Perilaku Nasabah
Berikut adalah definis dari Perilaku Konsumen Menurut para Ahli yang
diartikan dalam penelitian konsumen adalah sebagai nasabah dari pihak perbankan
atau dalam hal peminjaman kredit disebut dengan debitur. Berikut adalah
definisinya :
1. James F. Engel et. Al dalam Mangkunegara (2002:12)
Mendifinisikan bahwa Perilaku Konsumen didefinisikan sebagai tindakan-
tindakan individu yang secara langsung terlibat dalam usaha memperoleh
dan menggunakan barang-barang jasa ekonomis termasuk proses pengambilan
keputusan yang mendahului dan menentukan tindakan-tindakan tersebut.
2. Setiadi (2003:26)
Mendifinisikan sikap disebut juga sebagai konsep yang paling khusus dan
sangat dibutuhkan dalam psiko logis sosial kontemporer. Sikap juga
merupakan salah satu konsep yang paling penting yang dipakai pemasar untuk
memahami konsumen.
3. Schiffman dan Kanuk dalam Sumarwan (2003:23)
Mendefinisikan Perilaku Konsumen diartikan sebagai perilaku yang diperlihatkan
konsumen dalam mencari, membeli, menggunakan, mengevaluasi, dan
menghabiskan produk dan jasa yang mereka harapkan akan memuaskan
kebutuhan mereka).
Secara umum setiap masyarakat yang menjadi konsumen Bank disebut
dengan (nasabah), yang memiliki keinginan yang sama, yaitu ingin dipenuhi
keinginan dan kebutuhannya serta selalu ingin memperoleh perhatian.
Berikut ini sifat-sifat nasabah yang harus dikenal :
1. Nasabah dianggap sebagai raja
Pelayanan yang diberikan haruslah seperti melayani seorang raja dalam arti masih
dalam batas-batas etika dan moral dengan tidak merendahkan derajat bank atau
CS itu sendiri.
2. Mau dipenuhi keinginan dan kebutuhannya
Kedatangan nasabah ke bank adalah agar hasrat atau keinginannya terpenuhi, baik
berupa informasi, pengisian aplikasi, atau keluhan-keluhan.
3. Tidak mau didebat dan tidak mau disinggung
Sudah merupakan hukum alam bahwa nasabah paling tidak suka dibantah atau
didebat. Usaha setiap pelaanan dilakukan melalui diskusi yan santai dan
rileks. Pandai-pandailah mengemukakan pendapat sehingga nasabah tidak mudah
tersinggung.
4. Nasabah mau diperhatikan
Nasabah yang datang kebank pada hakikatnya ingin memperoleh perhatian.
Jangan sekali-kali menyepelekan atau membiarkan nasabah, berikan perhatian
secara penuh sehingga nasabah benar-benar merasa diperhatikan.
5. Nasabah merupakan sumber pendapatan bank
Pendapatan utama bank adalah dari transaksi yang dilakukan oleh nasabahnya.
Karena itu, jika membiarkan nasabah berarti menghilangkan pendapatan. Nasabah
merupakan sumber pendapat yang harus dijaga.
Dalam memberikan kredit kepada debitur, pejabat kredit harus memiliki
pedoman dalam menyeleksi dan menilai kelayakan debitur untuk menerima kredit
yang dimohonnya dan pedoman yang harus dimiliki oleh pejabat kredit Bank
Sumut adalah prinsip 5C, yaitu Character, Capacity, Capital, Colleteral dan
Condition of Economy.
1. Character (Karakter)
Pemberian kredit kepada debitur adalah atas dasar kepercayaan, jadi yang
mendasari suatu kepercayaan yaitu adanya keyakinan dari pejabat kredit Bank
BRI Unit Batang Kuis bahwa si debitur mempunyai rasa tanggung jawab baik
dalam kehidupan pribadi sebagai manusia, kehidupannya sebagai anggota
masyarakat, ataupun dalam menjalankan kegiatan usahanya. Manfaat dari
penilaian soal karakter ini untuk mengetahui sampai sejauh mana tingkat
kejujuran dan integritas serta itikad baik yaitu kemauan untuk memenuhi
kewajiban-kewajiban calon debitur. Karakter merupakan faktor yang paling
dominan sebab walaupun calon debitur tersebut cukup mampu untuk
menyelesaikan utangnya tetapi kalau tidak mempunyai itikad baik tentu akan
membawa berbagai kesulitan bagi bank di kemudian hari.
2. Capacity (Kapasitas)
Kapasitas adalah suatu penilain kepada calon debitur mengenai kemampuan
melunasi kewajiban-kewajibannya dari kegiatan usaha yang akan dilakukannya
yang akan dibiayai dengan kredit dari bank. Maksud dari penilaian terhadap
kapasitas adalah untuk menilai sampai dimana hasil usaha yang akan diperolehnya
dan untuk menilai kemampuan debitur untuk melunasi kreditnya tepat waktu
sesuai dengan perjanjian yang telah disepakatinya. Pengukuran kapasitas dari
calon debitur ini dapat dilakukan melalui berbagai pendekatan, yaitu:
a. Pendekatan histories, yaitu menilai performance dari nasabah calon
debitur yang bersangkutan apakah usahanya banyak mengalami
kegagalan atau selalu menunjukkan perkembangan yang semakin
maju dari waktu kepada waktu.
b. Pendekatan yuridis, yaitu untuk menilai apakah nasabah calon
debitur layak secara hukum untuk melakukan perjanjian kredit
dengan Bank BRI Unit Batang Kuis.
c. Capital (Modal), yaitu jumlah dana/modal sendiri yang dimiliki
oleh calon debitur. Hal ini dinilai apabila nasabah calon debitur
memohon kredit untuk membiayai usahanya dan bukan untuk
kredit konsumtif. Pihak Bank BRI Unit Batang Kuis tidak akan
membiayai seluruh usaha calon debitur. Tetapi calon debitur
harus memiliki modal sendiri karena debitur usahanya sebagian
bermodal dari dana pribadi debitur tentunya debitur akan lebih
serius dalam menjalankan usahanya. Tetapi sebaliknya apabila
seluruh usaha calon debitur dibiayai oleh Bank BRI Unit
Batang Kuis maka calon debitur dikhawatirkan akan bersikap
kurang serius dalam menjalankan usahanya.
d. Collateral (Jaminan). Collateral adalah barang-barang agunan yang
dijadikan jaminan untuk kredit yang dimohonnya dan diserahkan
kepada bank oleh debitur. Manfaat collateral adalah sebagai alat
pengamanan apabila usaha yang dibiayai oleh kredit bank tersebut
gagal atau sebab-sebab lain yang membuat penyelesaian
pembayaran kembali kredit oleh debitur terhambat dan debitur
tidak mampu melunasi utangnya.
e. Condition of Economy (Kondisi Ekonomi). Kondisi ekonomi
adalah situasi dan kondisi politik, sosial, ekonomi, budaya dan
lain-lain yang mempengaruhi keadaan perekonomian pada suatu
saat maupun untuk kurun waktu tertentu yang kemungkinannya
akan dapat mempengaruhi kelancaran usaha debitur. Maksud dari
penilaian kondisi ekonomi adalah untuk mengetahui sampai sejauh
mana kondisi-kondisi yang mempengaruhi perekonomian suatu
daerah akan memberikan dampak yang bersifat positif maupun
dampak yang bersifat negatif terhadap calon debitur. Selain
memiliki prinsip 5C yang akan diterapkan para pejabat kredit
dalam memberikan kredit kepada calon debitur baru, para pejabat
kredit juga memiliki pedoman lain dalam hal calon debitur
sebelumnya dan menunggak pembayaran kredit yang diminta
sebelumnya. Pejabat kredit tetap akan memberikan kredit baru
pada calon debitur tersebut dengan syarat-syarat tertentu yaitu
dengan melihat data historis milik Bank BRI Unit Batang Kuis
apakah calon debitur ini sebelumnya tergolong pada tunggakan
yang masih dapat diselesaikan atau tidak. Bank BRI Unit Batang
Kuis memiliki kualifikasi khusus untuk nasabah calon debitur yang
pernah menunggak pembayaran kredit sebelumnya.
3. Pengertian Loyalitas Nasabah

Dalam jangka panjang, loyalitas nasabah menjadi tujuan bagi


perencanaan pasar strategik dijadikan dasar pengembangan keunggulan
kompetitif yang berkelanjutan. Dalam lingkungan persaingan global yang
semakin ketat dengan masuknya produk-produk inovatif ke pasaran di satu sisi,
dan kondisi pasar yang jenuh untuk produk-produk tertentu di sisi lain, maka
tugas mengelola loyalitas nasabah menjadi tantangan manajerial yang tidak
ringan.
Loyalitas nasabah akan menjadi kunci sukses, tidak hanya dalam jangka
pendek, tetapi keunggulan bersaing yang berkelanjutan. Hal ini karena loyalitas
nasabah memiliki nilai strategis bagi perusahaan, lihat suksesnya IBM, Cola,
Singapore Airlines, Xerox, dan sejumlah merek lain tidak terlepas dari ikatan
yang kuat dari nasabahnya, yaitu loyalitas.
Nasabah yang loyal karena puas dan ingin meneruskan hubungan
pembelian, loyalitas nasabah merupakan ukuran kedekatan nasabah pada sebuah
merek, nasabah menyukai merek, merek menjadi top of mind (merek pertama
yang muncul) jika mengingat sebuah kategori produk, komitmen merek yang
mendalam memaksa preferensi pilihan untuk melakukan pembelian, membantu
nasabah mengindentifikasi perbedaan mutu, sehingga ketika berbelanja akan
lebih efisien. Argumentasi ini memperkuat dan menjadi penting bagi nasabah
untuk melakukan pembelian ulang.
Loyalitas nasabah merupakan perilaku yang terkait dengan merek sebuah
produk, termasuk kemungkinkan memperbarui kontrak di masa yang akan
datang, berapa kemungkinan nasabah mengubah dukungannya terhadap merek,
berapa kemungkinan keinginan nasabah untuk meningkatkan citra positif suatu
produk. Jika produk tidak mampu memuaskan nasabah, nasabah akan bereaksi
dengan cara exit (nasabah menyatakan berhenti membeli merek atau produk) dan
voice (nasabah menyatakan ketidakpuasan secara langsung pada perusahaan).
Menurut Subagyo (2010 : 13) berpendapat bahwa “Loyalitas nasabah
merupakan pembelian ulang sebuah merek secara konsisten oleh nasabah”.
Istilah loyalitas sudah sering diperdengarkan oleh pakar marketing maupun
praktisi bisnis, loyalitas merupakan konsep yang tampak mudah dibicarakan
dalam konteks sehari-hari, tetapi menjadi lebih sulit ketika dianalisis maknanya.
Menurut Hasan (2008 : 81) dalam banyak literatur mengemukakan
definisi loyalitas sebagai berikut :
1. Sebagai konsep generik, loyalitas merek menunjukkan kecenderungan
konsumen untuk membeli sebuah merek tertentu dengan tingkat
konsistensi yang tinggi.
2. Sebagai konsep perilaku, pembelian ulang kerap kali dihubungkan
dengan loyalitas merek (brand loyalty). Perbedaannya, bila loyalitas
merek mencerminkan komitmen psikologis terhadap merek tertentu,
perilaku pembelian ulang menyangkut pembelian merek yang sama
secara berulang.
3. Pembelian ulang merupakan hasil dominan perusahan (a) berhasil
membuat produknya menjadi satu-satunya alternatif yang tersedia, (b)
yang terus-menerus melakukan promosi untuk memikat dan membujuk
nasabah membeli kembali merek yang sama”.
Selanjutnya Dick dan Basu dalam Umar (2003 : 16) mengemukakan
bahwa "Loyalitas nasabah sebagai komitmen nasabah terhadap suatu merek dan
pemasok, berdasarkan sikap yang positif dan tercermin dalam pembelian ulang
yang konsisten”. Loyalitas nasabah terhadap merek merupakan salah satu dari
aset merek, yang menunjukkan mahalnya nilai sebuah loyalitas, karena untuk
membangunnya banyak tantangan yang harus dihadapi serta membutuhkan
waktu yang sangat lama. Lebih lanjut dijelaskan bahwa loyalitas nasabah bagi
perusahaan antara lain :
1. Mengurangi biaya pemasaran
Nasabah setia dapat mengurangi biaya pemasaran. Beberapa penelitian
menunjukkan bahwa biaya untuk mendapatkan nasabah baru enam kali
lebih besar dibandingkan dengan biaya untuk mempertahankan nasabah
yang ada. Biaya iklan dan bentuk-bentuk promosi lain dikeluarkan dalam
jumlah besar, belum tentu dapat menarik nasabah baru, karena tidak
gampang membentuk sikap positif terhadap merek.
2. Trade leverage
Loyalitas terhadap merek menyediakan trade leverage bagi perusahaan.
Sebuah produk dengan merek yang memiliki nasabah serta akan menarik
para distributor untuk memberikan ruang yang lebih besar dibandingkan
dengan merek lain di toko yang sama. Merek yang memiliki citra kualitas
tinggi, akan memaksa konsumen membeli secara berulang-ulang merek
yang sama bahkan mengajak konsumen lain untuk membeli merek
tersebut.
3. Menarik nasabah baru
Nasabah yang puas dengan merek yang dibelinya dapat memengaruhi
konsumen lain. Nasabah yang tidak puas akan menyampaikan
ketidakpuasannya kepada 8 hingga 10 orang. Sebaliknya, bila puas akan
menceritakan bahkan merekomendasikan kepada orang lain untuk
memilih produk yang telah memberikan kepuasan.
4. Merespon ancaman pesaing
Loyalitas terhadap merek memungkinkan perusahaan memiliki waktu
untuk merespon tindakan-tindakan yang dilakukan oleh pesaing. Jika
pesaing mengembangkan produk yang lebih superior, perusahaan
memiliki kesempatan untuk membuat produk yang lebih baik dalam
jangka waktu tertentu, karena bagi pesaing relatif sulit untuk
memengaruhi nasabah-nasabah yang setia. Mereka butuh waktu yang
relatif lama. Karena pentingnya loyalitas nasabah, maka loyalitas nasabah
terhadap merek dianggap sebagai aset perusahaan dan berdampak besar
terhadap pangsa pasar serta profitabilitas perusahaan.
5. Nilai kumulatif bisnis berkelanjutan
Upaya mempertahankan (retensi) nasabah dan loyal pada produk
perusahaan sepanjang customer lifetime value, dengan cara menyediakan
produk yang konstan dibutuhkan secara teratur dengan harga per unit
yang lebih rendah.
6. Word of mouth communication
Nasabah yang memiliki loyalitas terhadap produk akan bersedia bercerita
hal-hal baik (positive word of mouth) tentang perusahaan dan produknya
kepada orang lain, teman dan keluarga yang jauh persuasif daripada
iklan.
Loyalitas terhadap merek melibatkan fungsi dari proses-proses psikologis
yang menunjukkan bahwa ketika nasabah loyal terhadap merek-merek tertentu,
nasabah secara aktif akan memilih merek, terlibat dengan merek dan
mengembangkan sikap positif terhadap merek. Kini konsep loyalitas nasabah
yang dalam perkembangan awalnya lebih menitik beratkan pada aspek perilaku,
dikembangkan lebih luas lagi dengan melibatkan sikap dan perilaku. Loyalitas
dipandang sebagai hubungan erat antara sikap relatif dengan perilaku pembelian
ualng. Pandangan amat bermanfaat bagi pemasar. Pertama dari segi validitas
dapat digunakan untuk memprediksi apakah loyalitas yang terlihat dari perilaku
pembelian ulang terjadi karena memang sikapnya yang positif (senang) terhadap
produk tersebut ataukah hanya karena situasi tertentu yang memaksanya
(spurious loyalty). Kedua, memungkinkan pemasar melakukan identifikasi
terhadap faktor yang dapat menguatkan atau melemahkan konsisten loyalitas.
4. Pengertian Penjualan Kredit

Kegiatan penjualan terdiri dari transaksi penjualan barang atau jasa, baik
secara kredit maupun secara tunai. Dalam transaksi penjualan kredit, jika order
dari pelanggan telah dipenuhi dengan pengiriman barang atau penyerahan jasa,
untuk jangka waktu tertentu perusahaan memiliki piutang kepada pelanggannya.
Kegiatan penjualan secara kredit ini ditangani oleh perusahaan melalui sistem
penjualan kredit. Di dalam transaksi penjualan tunai, barang atau jasa baru
diserahkan oleh perusahaan kepada pembeli jika perusahaan menerima kas dari
pembeli. Untuk kegitan penjualan tunai ini ditangani oleh perusahaan melalui
sistem penjualan tunai.
Di dalam transaksi penjualan, tidak semua penjualan berhasil
mendatangkan pendapatan (revenue) bagi perusahaan. Adakalanya pembeli
mengembalikan barang yang telah dibelinya kepada perusahaan. Transaksi
pengembelian barang oleh pembeli ini ditangani perusahaan melalui sistem retur
penjualan.
Penjualan kredit dilaksanakan oleh perusahaan dengan cara mengirimkan
barang sesuai dengan order yang diterima dari pembeli dan untuk jangka waktu
tertentu perusahaan mempunyai tagihan kepada pembeli tersebut. Untuk
menghindari tidak tertagihnya piutang, setiap penjualn kredit yang pertama
kepada seorang pembeli selalu didahului dengan analisis terhadap dapat atau
tidaknya pembeli tersebut diberi kredit. Umumnya perusahaan manufaktur
melakukan penjualan produknya dengan sistem penjualan kredit ini.
Fungsi yang terkait dalam penjualan kredit adalah sebagai berikut:
1. Fungsi Penjualan
Dalam transaksi penjualan kredit, fungsi ini bertanggung jawab untuk
menerima surat order dari pembeli, mengedit order dari pelanggan untuk
menambahkan informasi yang belum ada pada surat order tersebut
(seperti spesifikasi barang dan rute pengiriman), memintaotorisasi kredit,
menentukan tanggal pengiriman dan dari gudang mana barang yang akan
dikirim, dan mengisi surat order pengiriman. Fungsi ini juga bertanggung
jawab untuk membuat “back order” pada saat diketahui tidak tersedianya
persediaan untuk memenuhi order dari pelangga.
2. Fungsi Kredit
Fungsi ini berada di bawah fungsi keuangan yang dalam transaksi
penjualan kredit, bertanggung jawab untuk meneliti status kredit
pelanggan dan memberikan otorisasi pemberian kredit kepada pelanggan.
Karena hampir semua penjulan dalam perusahaan manufaktur merupakan
penjualan kredit, maka sebelum order dari pelanggan dipenuhi, maka
terlebih dahulu di peroleh otorisasi penjualan kredit dari fungsi kredit.
Jika penolakan pemberian kredit seringkali terjadi, pengecekan status
kredit perlu dilakukan sebelum fungsi penjualan mengisi surat order
penjualan. Untuk mempercepat pelayanan kepada pelanggan, surat order
pengiriman dikirim langsung ke fungsi pengiriman sebelum sebelum
fungsi penjualan memperoleh otorisasi kredit dari fungsi kredit.
3. Fungsi penagihan
Dalam transaksi penjualan kredit, fungsi ini bertanggung jawab untuk
membuat dan mengirimkan faktur penjualan kepada pelanggan, serta
menyediakan copy faktur bagi kepentingan pencatatan transaksi
penjualan oleh fungsi akuntansi.
4. Fungsi akuntansi
Dalam transaksi penjualan kredit, fungsi ini bertanggung jawab untuk
mencatat piutang yang timbul dari transaksi penjualan kredit dan
membuat serta mengirimkan pernyataan piutang kepada para debitur,
serta membuat laporan penjualan. Disamping itu, fungsi ini juga
bertanggung jawab untuk mencatat harga pokok persediaan yang dijual
ke dalam kartu persediaan.
Pada umumnya bank menyediakan fasilitas kredit yang bermacam sesuai
dengan kebutuhan nasabahnya dan jenis banknya. Jenis kredit yang umumnya
disediakan oleh bank adalah Kredit Modal Kerja dan Kredit Investasi. Kredit
Modal Kerja adalah kredit yang diberikan oleh bank kepada debiturnya untuk
memenuhi kebutuhan modal kerja usaha debitur, biasanya kredit yang diterima
oleh debitur akan digunakan membeli barang untuk dijual. Kredit Investasi
adalah untuk pembelian barang-barang modal dan jasa yang diperlukan guna
rehabilitasi, modernisasi, ekspansi atau pendirian usaha baru.
5. Pengertian Koperasi Simpan Pinjam
Ketika mendengar kata ‘koperasi’ salah satu yang terlintas di pikiran
adalah barang murah dan juga simpan pinjam. Koperasi memang didirikan oleh
sekelompok orang atau badan hukum dengan tujuan untuk mensejahterakan
anggotanya. Termasuk juga simpan pinjam, yang bisa berdiri sendiri sebagai
koperasi atau salah satu jenis usaha koperasi. Biasanya koperasi simpan pinjam
ini ada di lingkungan parkantoran, seperti koperasi karyawan atau di lingkungan
komunitas seperti koperasi peternak sapi. Tujuannya tentu untuk menyimpan
dana milik anggota dan memberikan pinjaman dengan syarat mudah dan juga
bunga ringan ke sesama anggota. Pada akhir tahun atau jangka waktu tertentu,
jumlah total hasil usaha akan dibagikan ke anggota sesuai dengan dana yang
mereka simpan.
Ada beberapa pengertian koperasi simpan pinjam. Pertama koperasi
simpan pinjam bisa diartikan sebagai koperasi yang berfungsi untuk menyimpan
dana para anggotanya yang kemudian dipinjamkan lagi ke anggota lainnya yang
membutuhkan. Tujuan koperasi simpan pinjam itu adalah untuk mensejahterakan
anggotanya dengan cara meminjamkan sejumlah dana dengan bunga ringan. Ada
pula pengertian lain ialah koperasi yang menyimpan tabungan para anggotanya
dalam jumlah dan jangka waktu tertentu secara rutin, kemudian dana tersebut
akan dipinjamkan ke anggota lainnya dengan syarat mudah dan bunga ringan.
Tujuannya tentu untuk mensejahterakan anggotanya.
Misalnya saja koperasi pegawai, seringkali ada pegawai yang
membutuhkan dana untuk keperluan pendidikan anak atau kebutuhan mendadak
lainnya. Dana yang ada dikoperasi ini tentu bisa dipinjam dengan cepat
dibandingkan meminjam ke bank, dengan persyaratan yang banyak dan rumit.
Bunga yang ringan juga akan kembali ke anggota sendiri dan bukan untuk
keuntungan koperasi semata.
Contoh lain koperasi simpan pinjam peternak sapi atau pengusaha UKM.
Mereka membutuhkan dana untuk modal usaha atau laiinya. Pinjaman dana
melalui koperasi simpan pinjam tentu akan mempermudah mereka dan
mendapatkan bunga ringan. Mereka tidak perlu mengurus persyaratan dan
menunggu lama seperti meminjam di bank. Bunga yang didapatkan pun akan
kembali ke mereka sebagai anggota artinya, tidak ada pihak yang dirugikan
dalam hal ini.
Tujuan koperasi simpan pinjam adalah untuk mensejahterakan
anggotanya. Tujuan koperasi bukanlah untuk mencari keuntungan semata. Akan
tetapi, koperasi dan anggotanya harus sama-sama berusaha agar koperasi tidak
merugi. Caranya adalah dengan mebyar iuran secara rutin dan membayar cicilan
secara tertib. Ini akan membantu koperasi tidak merugi dan tetap berjalan.
Simpanan yang disetorkan akan berfungsi sebagai sumber dana pinjaman.
Anggota tak perlu khawatir sebab dana yang disetorkan tidak akan mengendap
begitu saja. Dana yang tersimpan tersebut akan bersifat produktif,terjamin, dan
aman. Selain itu, juga bisa menjadi simpanan hari tua. Jumlah yang akan
diterima oleh anggota akan bertambah dalam jangka waktu tertentu. Ini juga bisa
menjadi sarana menabung, menguntungkan diri sendiri, dan juga membantu
orang lain yang membutuhkan. Bahkan bisa juga membantu diri sendiri apabila
memerlukan dana mendadak. Kendati simpanan pokok dan simpanan wajib tidak
dapat diambil selama menjadi anggota koperasi, namun ketika mengundurkan
diri sebagai anggota koperasi dana yang disimpan bisa diambil. Jadi tidak perlu
khawatir dana akan hilang.
Pinjaman koperasi tentu akan mempermudah anggotanya yang
membutuhkan dana. Misal untuk mengembangkan usaha, kebutuhan keluarga,
dan lain-lain. Tentu saja pinjaman koperasi akan membantu anggotanya dari
jeratan utang bank atau lilitan rentenir sehingga dapat membantuu mengentaskan
kemiskinan. Proses peminjaman juga relatif mudah dan dengan bunga ringan.
Proses dan persyaratannnya pun mudah dan tanpa jaminan apapun. Namun
anggota yang meminjam dana tentu diimbau agar membayar cicilan tepat waktu
dan meminjam dana untuk keperluan yang benar-benar penting.
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN
A. Pendekatan Penelitian
Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif kuantitatif. Sugiyono
(2012), penelitian deskriptif adalah penelitian yang dilakukan untuk mengetahui
nilai variabel mandiri, baik satu variabel atau lebih (independen) tanpa membuat
perbandingan, atau menghubungkan dengan variabel yang lain. Kemudian Nasir
(2005), mendefinisikan penelitian deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti
status sekelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem
pemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Tujuan dari
penelitian deskriptif adalah untuk membuat deskripsi, gambaran, atau lukisan
secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta
hubungan antar fenomena yang diselidiki.
Sedangkan Arikunto (2010), menjelaskan bahwa penelitian kuantitatif memiliki
kejelasan unsur yang dirinci sejak awal, langkah penelitian yang sistematis,
menggunakan sampel yang hasil penelitiannya diberlakukan untuk populasi,
memiliki hipotesis jika perlu, memiliki desain jelas dengan langkah-langkah
penelitian dan hasil yang diharapkan, memerlukan pengumpulan data yang dapat
mewakili, serta ada analisis data yang dilakukan setelah semua data terkumpul.
Pendekatan kuantitatif dipakai untuk menguji suatu teori, untuk
menyajikan suatu fakta atau mendeskripsikan statistik, untuk menunjukkan
hubungan antar variabel, dan adapula yang bersifat mengembangkan konsep,
mengembangkan pemahaman atau mendeskripsikan banyak hal (Subana dan
Sudrajat, 2005). Penelitian ini bersifat eksplanatori, menurut Sugiyono (2012),
menyatakan bahwa penelitian eksplanatori merupakan penelitian yang bermaksud
menjelaskan kedudukan variabel-variabel yang diteliti serta hubungan antara satu
variabel dengan yang lain. Didalam rancangan suatu penelitian ada beberapa
kegiatan yang dilakukan oleh peneliti yaitu memulai dari perumusan masalah,
menentukan hipotesis, hingga sampai pada tahap selanjutnya untuk menganalisis
data di dalam penelitian. Penelitian ini merupakan penelitian yang mengambil
sejumlah sampel dari suatu populasi dengan menggunakan kuesioner sebagai
instrumen dalam pengumpulan data.
B. Definisi Operasional
Tabel 4.1 : Operasionalisasi Variabel
Variabel Definisi Operasional Indikator
PERILAKU NASABAH Tindakan-tindakan individu 1. Kepercayaan Nasabah
(X1) yang secara langsung terlibat Terhadap Perbankan
dalam usaha memperoleh
dan menggunakan barang- 2. Kebanggan Nasabah
barang jasa ekonomis Terhadap Perusahaan
termasuk proses pengambilan Perbankan
keputusan yang mendahului
dan menentukan tindakan- 3. Penilaian Nasabah
tindakan tersebut Terhadap Perbankan

LOYALITAS NASABAH Respon perilaku pembelian 1. Komitmen Nasabah


(X2) yang dapat terungkap secara
terus menerus oleh pengambil 2. Penggunaan Jasa
keputusan berulang dengan Perbankan yang Berulang
memperhatikan satu atau lebih Dari Nasabah
merek alternatif dari sejumlah
merek sejenis dan merupakan 3. Kesetiaan Nasabah
fungsi proses psikologis
KEPUTUSAN Proses pengambilan 1. Kebijakan Koperasi Untuk
PENGAMBILAN KREDIT keputusan dari nasabah dalam Nasabah
(Y) memilih suatu layanan kredit
di perusahaan perbankan 2. Relevansi Suku Bunga
maupun koperasi simpan Koperasi Kepada Nasabah
pinjam yang sesuai dengan
kemauan nasabah. 3. Target dan Jangka Waktu
untuk Nasabah

C. Jenis Data dan Sumber Data


1. Jenis Data
Salah satu pertimbangan dalam memilih masalah penelitian adalah
ketersediaan sumber data. Penelitian kuantitatif lebih bersifat explanation yaitu
menerangkan dan menjelaskan. Sedangkan penelitian kualitatif lebih bersifat
understandingyaitu memahami terhadap fonemena atau gejala sosial, karena
bersifat tolearn about the people yang dimaksudkan adalah masyarakat sebagai
subjek penelitian (Sugiyono, 2012).
Penelitian ini juga menggunakan 2 jenis data, yaitu :
1. Data Kuantitatif, yaitu data dalam bentuk angka-angka atau yang dapat
dihitung seperti data populasi penduduk, populasi pengguna internet,
populasi pembeli online, perkembangan indusri perdagangan elektronik
dan volume penjualanonline.
2. Data Kualitatif, yaitu data yang tidak dapat dihitung dengan satuan hitung
atau data yang tidak berbentuk angka-angka. Misalnya sejarah, struktur
organisasi dan gambar berupa diagram maupun tabel.
2. Sumber Data
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan
data sekunder. Umar (2008), menyatakan bahwa data primer merupakan data yang
diperoleh langsung di lapangan oleh peneliti sebagai objek penulisan.  Data
primer adalah data yang dikumpulkan dan diamati dari sumbernya serta
memerlukan pengolahan data lebih lanjut terhadap data tersebut. Data primer
dalam penelitian ini adalah jawaban dari pernyataan responden dalam pengisian
kuesioner. Sedangkan data sekunder menurut Sugiyono (2012), adalah data yang
tidak langsung memberikan data kepada peneliti, misalnya penelitian harus
melalui orang lain atau mencari melalui dokumen. Data ini diperoleh dengan
menggunakan studi literatur yang dilakukan terhadap banyak buku dan diperoleh
berdasarkan catatan-catatan yang berhubungan dengan penelitian, selain itu
peneliti mempergunakan data yang diperoleh dari internet. Dalam penelitian ini
data sekundernya adalah informasi yang diperoleh dari buku, jurnal penelitian
sebelumnya, berita aktual dari internet dan lain-lain.
D. Teknik Pengumpulan Data
Menurut Sugiyono (2012), di dalam penelitian ini teknik pengumpulan
data yang peneliti lakukan adalah menggunakan kuesioner. Kuesioner, adalah
teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat
pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawab oleh
responden. Arikunto (2010), angket adalah pernyataan tertulis yang digunakan
untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadi
atau hal-hal yang ia ketahui. Kuesioner atau angket yang digunakan dalam
penelitian ini adalah jenis kuesioner atau angket langsung yang tertutup karena
responden hanya tinggal memberikan tanda pada salah satu jawaban yang
dianggap benar.
Kuisioner ini berisi daftar pertanyaan secara tertulis mengenai
permasalahan penelitian ini yang meliputi variabel Perilaku Nasabah, Loyalitas
Nasabah dan Keputusan Pengambilan Kredit. Pengukuran dari variabel dilakukan
dalam skala ordinal yang menerangkan bahwa variabel-variabel tersebut
dipertimbangkan atau tidak terhadap proses pengambilan keputusan konsumen.
Pengukuran data adalah upaya untuk menghubungkan konsep dengan
realitas. Instrumen untuk mengumpulkan data pada penelitian ini adalah kuesioner
yang di susun berdasarkan kajian teoretis dalam bentuk skala Likert. Menurut
Malhotra (2005), Skala Likert adalah skala yang digunakan secara luas yang
meminta responden menandai derajat persetujuan terhadap masing-masing dari
serangkaian pertanyaan mengenai obyek stimulus. Umumnya,masing-masing item
scale mempunyai kategori. Kemudian dari jawaban itu diberikan skor dalam tabel
berikut. Jadi skala Likert dalam penelitian ini dibedakan atas 5 skala, yaitu :
Tabel 4.2 : Skala (Skor) Dalam Penelitian
Jawaban Simbol Skor
Sangat Setuju SS 5
Setuju S 4
Netral RR 3
Tidak Setuju TS 2
Sangat Tidak Setuju STS 1
Sumber : Malhotra (2005)
E. Teknik Analisa Data
Metode analisis adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis
data yang telah diperoleh dari hasil observasi lapangan, dan dokumentasi dengan
cara mengorganisasikan data kedalam kategori, menyebarkan kuesinoer kepada
responden penelitian, menjabarkan kedalam unit-unit, melakukan sintesa,
menyusun kedalam pola, memilih mana yang lebih penting dan yang akan
dipelajari, dan membut kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri
maupun orang lain. Analisis data merupakan proses penyederhanaan data ke
dalam bentuk yang mudah dibaca dipahami dan diinterupsikan. Data yang akan
dianalisis merupakan data hasil pendekatan survei penelitian dari penelitian
lapangan dan penelitian kepustakaan, kemudian dilakukan analisa untuk menarik
kesimpulan.

1. Statistik Deskriptif
Sugiyono (2012), analisis data merupakan bagian dari proses pengujian
data yang hasilnya digunakan sebagai bukti yang memadai untuk menarik
kesimpulan penelitian. Analisis data merupakan kegiatan setelah data dari seluruh
sumber terkumpul menggunakan statistik. Sugiyono (2012), statistik deskriptif
adalah statistik yang digunakan untuk menganalisa data dengan cara
mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana
adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau
generalisasi. Pada penelitian ini statistik deskriptif yang digunakan untuk
menjelaskan hasil penelitian adalah tabel distribusi frekuensi, rata-rata, nilai
maksimum, nilai minimum dan standard deviasi. Dari hasil statistik deskriptif
tersebut maka akan terlihat pengaruh dari variabel-variabel yang menjadi bahan
penelitian tersebut.
2. Uji Asumsi Klasik
Syarat asumsi klasik yang harus dipenuhi model regresi berganda
sebelum data tersebut dianalisis adalah sebagai berikut:
1. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah distribusi sebuah data
mengikuti atau mendekati distribusi normal, yakni distribusi data dengan
bentuk lonceng dan distribusi data tersebut tidak menceng ke kiri atau
menceng ke kanan. Uji normalitas dilakukan dengan menggunakan
pendekatan Kolmogorov Smirnov. Dengan menggunakan tingkat
signifikan 10% (0,10) maka jika nilai Asymp. Sig. (2 – tailed) di atas nilai
signifikan 10% artinya variabel residual berdistribusi normal.
2. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah sebuah grup
mempunyai varians yang sama di antara anggota grup tersebut. Artinya,
jika varians variabel independent adalah konstan (sama) untuk setiap
nilai tertentu variabel dependent disebut homoskedastisitas. Sedangkan,
heteroskedastisitas diuji dengan menggunakan uji glejser dengan
pengambilan keputusan jika variabel independent signifikan secara
statistik mempengaruhi variabel dependent, maka ada indikasi terjadi
heteroskedastisitas. Jika probabilitas signifikan di atas tingkat
kepercayaan 10% (0,10) dapat disimpulkan model regresi tidak mengarah
adanya heteroskedastisitas.
3. Uji Multikolinearitas
Multikolinearitas berarti adanya hubungan linier yang sempurna atau
pasti di antara beberapa atau semua variabel yang menjelaskan dari
model regresi. Untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikolinearitas
dapat dilakukan dengan melihat toleransi variabel dan Variance Inflation
Factor (VIF) dengan membandingkan sebagai berikut:
a. VIF < 5 maka tidak terdapat multikolinearitas
b. VIF > 5 maka tidak terdapat multikolinearitas
3. Analisis Regresi Linier Berganda
Penelitian menggunakan analisis regresi linier berganda untuk
mengetahui pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat.Peneliti
menggunakan bantuan program software SPSS versi 23 agar hasil yang diperoleh
lebih terarah.
Persamaan regresi berganda yang digunakan adalah sebagai berikut:
Y = a + b1X1 + b2X2 e
Dimana:
Y = Keputusan Pengambilan Kredit
a = Konstanta
X1 = Perilaku Konsumen
X2 = Loyalitas Nasabah
b1,2,3 = Koefisien Regresi Berganda
e = Standard Error
Pengujian hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Uji secara Parsial/Individual (Uji t)
Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui seberapa jauh pengaruh
satu variabel independent secara parsial (individual) menerangkan variasi
variabel dependent. Bentuk pengujiannya adalah sebagai berikut:
a. Ho : b1, b2 = 0, artinya secara parsial tidak terdapat pengaruh
yang signifikan dari variabel bebas terhadap variabel terikat.
b. Ha : b1, b2 ≠ 0, artinya secara parsial terdapat pengaruh yang
signifikan dari variabel bebas terhadap variabel terikat.
Kriteria pengambilan keputusan adalah sebagai berikut:
a. Ho diterima jika – thitung < ttabel pada α = 5%
b. Ha diterima jika – thitung > ttabel pada α = 5%
2. Uji secara Simultan/Serempak (Uji F)
Pengujian ini dilakukan untuk melihat apakah semua variabel bebas yang
dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara simultan
(serempak) terhadap varibel terikat. Bentuk pengujiannya adalah sebagai
berikut:
a. Ho : b1, b2 = 0, artinya secara serempak tidak terdapat pengaruh
yang signifikan dari variabel bebas terhadap variabel terikat.
b. Ha : b1, b2 ≠ 0, artinya secara serempak terdapat pengaruh yang
signifikan dari variabel bebas terhadap variabel terikat.
Kriteria pengambilan keputusan adalah sebagai berikut:
a. Ho diterima jika Fhitung < Ftabel pada α = 5%
b. Ha diterima jika Fhitung > Ftabel pada α = 5%
c. Ha diterima jika – thitung > ttabel pada α = 5%
3. Uji Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien determinasi digunakan untuk mengukur seberapa jauh
kemampuan variabel-variabel bebas dalam menerangkan variasi variabel
terikat. Koefisien determinasi (R2) ini berkisar antara nol sampai dengan
satu ≤ (R2 ≤ 1), dimana semakin tinggi R 2 (mendekati satu) berarti
variabel-variabel bebas memberikan hampir semua informasi yang
dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel terikat dan apabila R 2 = 0
menunjukkan variabel bebas secara keseluruhan tidak dapat menjelaskan
variabel terikat.

BAB V BIAYA DAN JADWAL PENELITIAN

A. Biaya Penelitian
Tabel 5.1 Ringkasan Anggaran Biaya Penelitian yang Diajukan
No Uraian Jumlah (Rp)
1 Bahan Habis Pakai 700.000
2 Peralatan 2.650.000
3 Perjalanan 600.000
4 Lain-lain 550.000
Jumlah Biaya 4.500.000

B. Jadwal Penelitian
Tabel 5.2 Jadwal Penelitian

Kegiatan November Desember Januari Februari Maret April


Pengajuan
Proposal
Analisis
Kebutuhan
Pengumpulan
Data

Analisis Data

Pengujian Data

Hasil Penelitian
dan
Pembahasan
Penulisan
Laporan
Pengumpulan
Laporan
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi (2010), Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik,
Jakarta: PT. Rineka Cipta

Djohan, Warman, 2000. Kredit Bank, Cetakan Pertama, PT Mutiara Sumber


Widya, Jakarta

Ghozali, Imam. 2005. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS.


Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro

Hariyanto, 2012, “Pengaruh Sistem Penjualan Kredit Terhadap Peningkatan


Omzet Penjualan pada PT Pilar Mas Motor Surabaya”

Husein Umar, 2003, Metode Riset Akuntansi Terapan, Jakarta : Ghalia


Indonesia, Cetakan Pertama

Husein Umar. 2008. Metode Penelitian Untuk Skripsi dan Thesis. Jakarta: Raja
Grafindo Persada

Setiadi, Nugroho, 2003, ”Perilaku Konsumen Konsep dan Implikasi untuk


Strategi dan Penelitian Pemasaran”. Jakarta: Kencana

Lidia Khashoggi (2011) “Analisis Perilaku Nasabah Dalam Memilih Kredit


Perbankan”

Malhotra. 2005. Riset Pemasaran. Jilid I. Edisi 4. Jakarta: Indeks Kelompok


Gramedia

Moh. Nasir. 2005. Metodelogi Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia

Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:


Alfabeta

Sumarwan, Ujang. (2003). “ Perilaku Konsumen “. Penerbit Ghalia Indonesia,


Jakarta

Stuart, GM. Verryn. 2003. Pengantar Hukum Perbankan. PT. Gramedia Pustaka
Utama. Jakarta
Lampiran 1. Justifikasi Anggaran
1.      Bahan Habis Pakai
Biaya Satuan
No. Bahan Volume Biaya (Rp)
(Rp)
1 Kertas A4 70 gr 3 rim 30,000 90,000
2 set/1
2 Tinta Printer/Cartridge 150,000 300,000
set
Jumlah Biaya 390,000

2.      Peralatan
Biaya Satuan
No. Jenis Volume Biaya (Rp)
(Rp)
1 Kamera Lengkap 1 set 700,000 700,000
2 Flashdisk 16 GB 1 bh 100,000 150,000
3 Modem 1 bh 300,000 350,000
Jumlah Biaya 1.200,000

3.      Lain-lain
Biaya Satuan
No. Uraian Kegiatan Volume Biaya (Rp)
(Rp)
1 Fotocopy dan penjilidan 3 bh 70,000 210,000
Jumlah Biaya 210,000

4.      Biaya Transportasi


Biaya Satuan
No Kegiatan Volume Biaya (Rp)
(Rp)
1 Pergi - 200,000 200,000
2 Pulang - 200,000 200,000
Total 400,000

5.      Informan dan Honor


Biaya Satuan
No Bahan Volume Biaya (Rp)
(Rp)
1 Informan 1 600,000 600,000
2 Honor 24 1,000,000 1,600,000
Total 2,200,000
Lampiran 2. Biodata Peneliti
1. PENELITI :
a. Nama Lengkap : Wisnu Rayhan Adhitya
b. Jenis Kelamin : Laki-Laki
c. NIP/NIDN : 0114079002
d. Disiplin Ilmu : Ekonomi dan Bisnis
e. Jabatan Fungsional/Struktural : Tenaga Pengajar
f. Waktu Penelitian : 8 Jam/Minggu

Anda mungkin juga menyukai