A. LATAR BELAKANG
Menarik diri (withdrawal) adalah suatu tindakan melepaskan diri, baik perhatian maupun
minatnya terhadap lingkungan sosial secara langsung (isolasi diri). Pada mulanya klien
merasa dirinya tidak berharga lagi sehingga merasa tidak aman dalam berhubungan dengan orang
lain.
Pada klien dengan menarik diri diperlukan rangsangan/stimulus yang adequat untuk
memulihkan keadaan yang stabil. Stimulus yang positip dan terus menerus dapat dilakukan oleh
perawat. Apabila stimulus tidak dilakukan/diberikan klien tetap dengan menarik diri yang akhirnya
mengalami halusinasi, kebersihan diri kurang dan Kegiatan hidup sehari-hari (ADL) tidak adequat.
Melihat kondisi tersebut diatas kami kelompok terdorong mengambil topik “ Asuhan
Keperawatan klien Tn. B dengan masalah utaman menarik diri” dengan harapan dapat mem berikan
asuhan keperawatan.
GAMBARAN KASUS
Tn.B,33 tahun, agama Islam, belum kawin, SMP (tidak lulus), Alamat : Lb.Panjang kota
Sawahlunto.Klien dirawat selama 1 bulan, kemudian pulang. Masuk rumah sakit kedua tahun
1990, Penampilan tampak kurus, BB: 42,5 Kg, TB : 176 cm. Rambut acak-acakan, ikal, kotor,
pandangan mata kosong terarah pada satu arah, mata banyak kotoran. Gigi kuning, mulut kotor dan
bau. Tubuh tampak kotor dan berbau dikerumuni lalat. Kuku tangan panjang, kotor kehitaman
disela-sela kuku, disela-sela jari tangan terdapat luka bekas garukan, klien selalu melakukan gerakan
stereotipe dengan menggesek-gesekkan jari-jari tangan kanan dan kiri bergantian. Kedua kaki
bersisik dan terdapat luka-luka kecil bekas garukan. Klien sering menyendiri di pojok ruangan,
kadang bicara sendiri (mulut komat-kamit), tidak berespon terhadap sapaan, tidak pernah
berinteraksi dengan klien lain maupun perawat, beranjak dari tempatnya hanya pada waktu makan,
tidak peduli dengan lingkungan dan aktivitas di ruangan. Suka merebut makanan dari klien lain saat
makan. Menurut ibu klien ketika berumur 13 tahun pernah terserempet truk hingga mengalami
gegar otak dan dirawat di rumah sakit selama sembilan hari. Sejak itu klien tampak lebih pendiam,
menyendiri dan jarang bicara dengan keluarganya. Tahun berikutnya klien mengalami kejang karena
tetanus dan hanya berobat ke mantri. Pada umur 16 tahun klien mengalami stress karena takut tidak
lulus sekolah dan mengeluh pelajaran sulit, sulit konsentrasi dan bahkan pernah berkeliling kota
tanpa tujuan sejak pulang sekolah sampai petang hari. Klien tampak seperti orang bingung, suka
bicara sendiri, sering marah tanpa sebab, dijauhi temannya, marah tak terkendali, memecah kaca
jendela lalu memukul ibu dan kemudian dibawah ke RSJ Solok.
Dari data-data tersebut diatas muncul masalah keperawatan : menarik diri, harga diri rendah, ADL
berkurang, kebersihan diri kurang,potensial halusinasi.dan ideal diri tinggi.
MASALAH KEPERAWATAN
1. Menarik diri
D.S : Ibu mengatakan sejak mengalami gegar otak klien lebih pendiam dan sering menyendiri
dikamar.
D.O : Klien sering menyendiri dipojok ruangan, tidur telanjang dengan posisi fetus, tidak
berespon sapaan perawat, tidak berinteraksi dengan klien lain dan perawat, beranjak
dari tempatnya hanya saat pembagian makan.
D.S : Ibu mengatakan sejak gegar otak klien mengeluh sulit konsentrasi, mengatakan
pelajaran di sekolah sulit dan takut tidak lulus sekolah, klien tidak lulus SMP, menjadi
pengangguran dan mengatakan malu dan sering diejek temannya.
D.O : Klien tidak berani kontak mata, menghindar bila didekati, bila ditanya klien menunduk
dan melakukan gerakan stereotipe dengan menggesek-gesekan jari tangan.
3. Gangguan ADL
D.S. Ibu mengatakan saat dirumah klien hanya menyendiri dan tiduran, tidak melakukan
kegiatan apa-apa.
D.O : Klien tidak peduli dengan lingkungan dan aktivitas lingkungan, klien beranjak dari
tempatnya hanya waktu makan
D.S :
D.O : Badan kotor , berbau dan dikerumuni lalat, rambut acak-acakan dan kotor, mulut kotor
dan berbau, gigi kuning, mata kotor, disela-sela jari tangan terdapat luka kecil bekas
garukan, kuku tangan kotor dan panjang, kaki bersisik ada luka kecil bekas garukan
kuku kaki panjang dan kotor.
5. Potensial Halusinasi
D.S: Ibu mengatakan sebelum masuk rumah sakit klien pernah bicara sendiri, tidak jelas dan
tidak dapat dimengerti.
D.s : Ketika dikenalkan dengan klien lain, klien sering mengatakan bahwa saya mahasiswa
Pajajaran, Ibu mengatakan klien tidak lulus SMP
Gangguan hubungan sosial (GHS) adalah suatu gangguan kepribadian yang tidak fleksibel
pada tingkah laku yang adaptif, mengganggu seseorang dalam hubungan sosial. Menarik diri
merupakan salah satu dari gangguan hubungan sosial. Menarik diri merupakan usaha menghindari
interaksi orang lain yang ditandai dengan sikap memisahkan diri, tidak ada perhatian, dan tidak
sanggup membagi pengalaman orang lain (Stuart & Sundeen 1991)
Pada klien kelolaan ditemukan perilaku memisahkan diri dari orang lain/tiduran dipojok,
penurunan aktivitas, tidak perduli dengan lingkungan, dan kurangnya kemampuan perawatan diri
(kebersihan diri).
Menarik diri terjadi karena perasaan tidak berharga, yang biasanya dialami klien dengan latar
belakang lingkungan yang penuh dengan permasalahan, ketegangan, kekecewaan dan kecemasan
(Depkes RI, 1988).
Pada klien kelolaan, menarik dirinya terjadi karena perasaan tidak berharga yang dialami pada
masa yang lalu dimana klien mengalami kegagalan dalam studi dan dijauhi oleh teman-temannya.
Menarik diri jika dibiarkan dapat berkembang menjadi isolasi diri, gangguan aktivitas,
penampilan diri yang kurang dan kemungkinan terjadi halusinasi. Pada klien kelolaan terjadi
gangguan seperti diatas kecuali pada halusinasi belum terjadi.
1. Psikoterapeutik.
Buat kontrak dengan klien : memperkenalkan nama perawat dan waktu interaksi dan
tujuan.
Jelaskan kepada klien bahwa informasi tentang pribadi klien tidak akan diberitahukan
kepada orang lain yang tidak berkepentingan.
Bicarakan dengan klien tentang sesuatu yang nyata dan pakai istilah yang sederhana
Gunakan komunikasi verbal dan non verbal yang sesuai, jelas dan teratur.
Bersama klien menilai manfaat dari pembicaraannya dengan perawat.
Tunjukkan sikap empati dan beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan
perasaanya
Tunjukkan cara penyelesaian masalah (koping) yang bisa digunakan klien, cara
menceritakan perasaanya kepada orang lain yang terdekat/dipercaya.
Batasi jumlah orang yang berhubungan dengan klien pada awal terapi.
Libatkan klien dalam berinteraksi dengan orang lain secara bertahap, dimulai dari klien
dengan perawat, kemudian dengan dua perawat, kemudian ditambah dengan satu klien
dan seterusnya.
Jelaskan kepada klien cara mengungkapkan perasaan selain dengan kata-kata seperti dengan
menulis, menangis, menggambar, berolah-raga, bermain musik, cara berhubungan dengan
orang lain : keuntungan berhubungan dengan orang lain.
Jelaskan dan anjurkan kepada keluarga untuk tetap mengadakan hubungan dengan klien.
Bantu klien dalam melaksanakan kebersihan diri sampai dapat melaksanakannya sendiri.
Sediakan sarana informasi dan hiburan seperti : majalah, surat kabar, radio dan televisi.
Buat dan rencanakan jadwal kegiatan bersama-sama klien.
Beri obat sesuai dengan prinsip lima benar (benar klien, obat,dosis, waktu dan cara)
Pastikan apakah obat yang telah diminum, periksa tempat-tempat yang memungkinkan klien
menyimpan obat.
5. Lingkungan Terapeutik
Pindahkan barang-barang yang dapat membahayakan klien maupun orang lain dari ruangan.
Cegah agar klien tidak berada didalam ruangan yang sendiri dalam jangka waktu yang lama.
Pelaksanaan proses keperawatan dalam bab ini disajikan dalam bentuk umum dan yang
telah dilakukan pada klien. Untuk lebih rincinya dapat dilihat pada lampiran.
Tujuan : Klien mampu meningkatkan dan memperluas hubungan saling percaya dengan orang
lain.
Tindakan :
Membina hubungan saling percaya, melakukan interaksi singkat dan sering, membantu mengenal
perasaan yang menyebabkan menarik diri, membantu klien untuk berinteraksi dengan perawat dan
klien lain, mendorong klien untuk melibatkan diri dalam kegiatan ruangan.
Evaluasi :
Klien mau berkomunikasi dan mau berinteraksi dengan perawat, klien lain, mau ikut
kegiatan ruangan ; membersihkan ruangan.
Tindak lanjut :
Pertahankan hubungan saling percaya, tingkatkan stimulus secara terus menerus, ingatkan
setiap ada kegiatan.
2. Diagnosa Keperawatan : Penampilan diri kurang adequat (kebersihan diri kurang) sehubungan
dengan kurangnya minat merawat diri.
Tujuan : Klien mau meningkatkan kebersihan diri dan menerima stimulus eksternal
Tindakan :
Menjelaskan pentingnya kebersihan diri, membantu klien dalam upaya kebersihan diri,
menyediakan sarana untuk kebersihan diri ; sabun mandi, sikat gigi, odol, handuk, pakaian, sandal,
mendorong klien untuk melaksanakan kebersihan diri secara mandiri, memotivasi klien untuk
mempertahankan kebersihan secara teratur dan terus menerus, memberi dorongan pada keluarga
untuk memberikan dukungan terhadap pemeliharaan kebersihan diri klien.
Evaluasi :
Tindak lanjut :
Ingatkan setiap ada kegiatan kebersihan diri dan kolaborasi dengan staf ruangan untuk
penyediaan fasilitas dan alat kebersihan diri dan pemberian stimulus secara kontinyu
Tindakan :
Evaluasi :
Klien mau mengungkapkan beberapa kegiatan yang senang dilakukan : menyanyi bersama diiringi
musik, mau ikut serta kegiatan diruangan: membuang sampah pada tempatnya, menyapu,
mengepel , mau ikut TAK : gerak dan lagu yang diprogramkan oleh perawat.
Tindak Lanjut :
Pertahankan tindakan yang sudah dilakukan oleh klien, kolaborasi dengan perawat untuk
kelanjutannya dan buat program secara terorganisir dan berkelanjutan.
DAFTAR KEPUSTAKAAN
Fortinash, K.M. dan Worrest, H.A.P. (1991). Psychiatric Nursing Care Plans, St. Louis: Mosby Year
Book.
Kumpulan Kuliah : Mata Ajaran Keperawatan Jiwa Dalam Konteks Keluarga. Disajikan di Fakultas
Ilmu Keperawatan -Universitas Indonesia, Jakarta: tidak dipublikasikan, 1997.
Rawlins, R.P, dan Heacock, P.E. (1993). Clinical Mannual of Psychiatric Nursing. St. Louis: Mosby
Year Book.
Stuart, G.W, dan Sundeen, S.J. (1991). Principles and Practice of Psychiatric Nursing, 4 th ed. St.
Louis: Mosby Year Book.