ABOUT
TOS
DISCLAIMER
PRIVACY
SITEMAP
JOIN WITH US
Makalah
Menu
Home
Kesehatan
Akuntansi
Sains
Ilmu Sosial
Bahasa
Pertanian
Home Kesehatan Makalah Luka Bakar (Combustio)
Makalah Luka Bakar (Combustio) - Jika dalam postingan ini, anda kurang
mengerti atau susunanya tidak teratur, anda dapat mendownload versi .doc
makalah berikut :
Download
BAB I
PENDAHULUAN
Penanganan luka bakar yang cepat dan tepat, tidak akan menimbulkan
dampak yang berbahaya bagi tubuh. Akan tetapi, jika luka bakar tidak ditangani
sesegera mungkin, maka akan menyebabkan berbagai komplikasi seperti infeksi,
syok, dan ketidakseimbangan elektrolit (imbalance electrolit). Selain komplikasi
yang berbentuk fisik, luka bakar juga dapat menyebabkan distress
emotional (trauma) dan psikologis yang berat karena cacat akibat luka bakar dan
bekas luka (scar).
Setelah terjadi luka, jaringan tubuh akan memulai proses penyembuhan luka.
Secara histologi, proses penyembuhan luka menyebabkan beberapa perubahan
pada vaskularisasi, epitel, serat kolagen, sel-sel fagosit, dan melibatkan peran
fibroblas. Sel epitel kulit berbentuk polyhedral tak teratur yang menggepeng ke
arah permukaan, dan pada lapisan superfisial berupa sel gepeng.
Proses penyembuhan luka, epitel sel basal di tepian luka akan terlepas dari dasarnya
dan berpindah menutupi dasar luka, lalu tempatnya diisi oleh hasil mitosis sel epitel
lainnya (Bloom & Fawcett, 2002). Fibroblas dan epitel memiliki peranan besar dalam
penyembuhan luka. Proses reepitelisasi adalah proses yang pertama kali tercetus untuk
menutupi jaringan luka sehingga mencegah infeksi. Hal ini dapat dicegah dengan
penatalaksanaan luka fase awal yang meliputi kehilangan atau kerusakan epitel
maupun jaringan yang menjadi struktur di bawahnya (Moenajat, 2003).
1.3 Tujuan
1.4 Manfaat
Manfaat yang bisa kita dapat sebagai mahasiswa dalam makalah ini, yaitu:
1. Bisa memahami konsep dasar penyakit pada pasien dengan luka bakar.
2. Bisa memahami konsep asuhan keperawatan pada pasien dengan luka bakar.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
2.1 KONSEP DASAR PENYAKIT
2.1.1 Pengertian
Luka bakar adalah suatu bentuk kerusakan atau kehilangan jaringan yang
disebabkan adanya kontak dengan sumber panas seperti api, air panas, bahan
kimia, listrik dan radiasi. Kerusakan jaringan yang disebabkan api dan koloid
(misalnya bubur panas) lebih berat dibandingkan air panas. Ledakan dapat
menimbulkan luka bakar dan menyebabkan kerusakan organ. Bahan kimia
terutama asam menyebabkan kerusakan yang hebat akibat reaksi jaringan
sehingga terjadi diskonfigurasi jaringan yang menyebabkan gangguan proses
penyembuhan. Lama kontak jaringan dengan sumber panas menentukan luas
dan kedalaman kerusakan jaringan. Semakin lama waktu kontak, semakin luas
dan dalam kerusakan jaringan yang terjadi (Moenadjat, 2003).
Luka bakar adalah sejenis cedera pada daging atau kulit yang
disebabkan
oleh panas, listrik, zat kimia, gesekan, atau radiasi. Luka bakar yang hanya
mempengaruhi kulit bagian luar dikenal sebagai luka bakar superfisial atau
derajat I. Bila cedera menembus beberapa lapisan di bawahnya, hal ini disebut
luka bakar sebagian lapisan kulit atau derajat II. Pada Luka bakar yang mengenai
seluruh lapisan kulit atau derajat III, cedera meluas ke seluruh lapisan kulit.
Sedangkan luka bakar derajat IV melibatkan cedera ke jaringan yang lebih
dalam, seperti otot atau tulang. (Wikipedia)
Luka bakar merupakan perlukaan pada daerah kulit dan jaringan epitel
lainnya (Donna, 1991).
Luka bakar ialah perlukaan yang disebabkan karena kontak atau terpapar
dengan zat-zat termal, chemical, elektrik atau radiasi yang menyebabkan luka
bakar (Luckman and Sorensen’s, 1993).
2.1.2 Etiologi
Luka bakar disebabkan oleh perpindahan energi dari sumber panas
ketubuh. Panas tersebut mungkin dipindahkan melalui konduksi atau radiasi
elektromagnetik. Berbagai faktor dapat menjadi penyebab luka bakar. Beratnya
luka bakar juga dipengaruhi oleh cara dan lamanya kontak dengan sumber
panas (misal suhu benda yang membakar, jenis pakaian yang terbakar, sumber
panas: api, air panas dan minyak panas), listrik, zat kimia, radiasi, kondisi
ruangan saat terjadi kebakaran dan ruangan yang tertutup. Faktor yang menjadi
penyebab beratnya luka bakar antara lain:
3. Umur pasien
4. Agen penyebab
7. Obesitas
2.1.3 Patofisiologi
Pada suhu lebih tinggi dari 44 °C (111 °F), protein mulai kehilangan bentuk
tiga dimensinya dan mulai terurai. Keadaan ini menyebabkan kerusakan pada sel
dan jaringan. Kebanyakan efek kesehatan langsung dari luka bakar adalah
gangguan sekunder terhadap fungsi kulit yang normal. Efek-efek ini meliputi
gangguan sensasi kulit, kemampuan untuk mencegah keluarnya air melalui
evaporasi, dan kemampuan untuk mengontrol suhu tubuh. Gangguan pada
membran sel menyebabkan sel kehilangan kalium yang keluar dari sel dan
mengisi ruang di luar sel sehingga sel tersebut mengikat air dan natrium.
Pada luka bakar yang luas (lebih dari 30% dari total area permukaan tubuh),
akan terdapat suatu respon peradangan yang signifikan. Keadaan ini
menyebabkan meningkatnya kebocoran cairan dari pembuluh kapiler, dan
kemudian menyebabkan pembengkakan jaringan edema. Hal ini selanjutnya
menyebabkan hilangnya volume darah secara keseluruhan, dan kehilangan
plasma yang signifikan dari darah yang tersisa, sehingga menyebabkan darah
menjadi lebih kental. Terhambatnya aliran darah ke organ seperti misalnya ginjal
dan saluran cerna dapat mengakibatkan gagal ginjal dan tukak lambung.
Wallace membagi tubuh atas bagian 9% atau kelipatan 9 yang terkenal dengan
d. Umur klien.
e. Riwayat pengobatan yang lalu.
- Tingkat II: kurang dari 15% Total Body Surface Area pada orang dewasa atau kurang
dari 10% Total Body Surface Area pada anak-anak.
- Tingkat III: kurang dari 2% Total Body Surface Area yang tidak disertai komplikasi.
- Tingkat II: 15% – 25% Total Body Surface Area pada orang dewasa atau kurang dari
10% – 20% Total Body Surface Area pada anak-anak.
- Tingkat III: kurang dari 10% Total Body Surface Area yang tidak disertai komplikasi.
3) Yang termasuk luka bakar kritis (mayor):
· Tingkat II: 32% Total Body Surface Area atau lebih pada orang dewasa atau lebih dari
20% Total Body Surface Area pada anak-anak.
· Luka bakar yang melibatkan muka, tangan, mata, telinga, kaki dan perineum.
· Luka bakar yang disertai dengan masalah yang memperlemah daya tahan tubuh seperti
luka jaringan linak, fractur, trauma lain atau masalah kesehatan sebelumnya.
1) Parah – critical:
- Dengan adanya komplikasi penafasan, jantung, fractura, soft tissue yang luas.
2) Sedang – moderate:
3) Ringan – minor:
10
lepas
Derajat tiga Epidermis, Tidak terasa nyeri Kering, luka Pembentukan esker
(Full keseluruhan Syok baker Diperlukan
Terkena jaringan luka masuk dan keluar atau gosong kontur serta fungsi
11
2.1.6 Komplikasi
1. Segera
Sindrom kompartemen dari luka bakar sirkum ferensial (luka bakar pada
ekstremitas iskemia ekstremitas, luka bakar toraks hipoksia dari gagal napas
restriktif) (cegah dengan eskarotomi segera).
2. Awal
a. Hiperkalemia (dari sitolisis pada luka bakar luas). Obati dengan insulin dan dekstrose.
b. Gagal ginjal akut (kombinsai dari hipovolemia, sepsis, toksin jaringan). Cegah dengan
resusitasi dini agresif, pastikan GFR tinggi pada pemberian cairan dan diuretik, obati
sepsis.
d. Ulkus akibat stres (ulkus Curling) (cegah dengan antasid, bloker H 2 atau inhibitor
pompa proton profilaksis).
2. Leukosit: Leukositosis dapat terjadi sehubungan dengan adanya infeksi atau inflamasi.
3. GDA (Gas Darah Arteri): Untuk mengetahui adanya kecurigaaan cedera inhalasi.
Penurunan tekanan oksigen (PaO2) atau peningkatan tekanan karbon dioksida (PaCO2)
mungkin terlihat pada retensi karbon monoksida.
4. Elektrolit Serum: Kalium dapat meningkat pada awal sehubungan dengan cedera
jaringan dan penurunan fungsi ginjal, natrium pada awal mungkin menurun karena
kehilangan cairan, hipertermi dapat terjadi saat konservasi ginjal dan hipokalemi dapat
terjadi bila mulai diuresis.
5. Natrium Urin: Lebih besar dari 20 mEq/L mengindikasikan kelebihan cairan, kurang
dari 10 mEqAL menduga ketidakadekuatan cairan.
8. Albumin Serum: Untuk mengetahui adanya kehilangan protein pada edema cairan.
9. BUN atau Kreatinin: Peninggian menunjukkan penurunan perfusi atau fungsi ginjal,
tetapi kreatinin dapat meningkat karena cedera jaringan.
10. Loop aliran volume: Memberikan pengkajian non-invasif terhadap efek atau luasnya
cedera.
Pasien luka bakar (Combustio) harus dievaluasi secara sistematik. Prioritas utama
adalah mempertahankan jalan nafas tetap paten, ventilasi yang efektif dan mendukung
sirkulasi sistemik. Intubasi endotrakea dilakukan pada pasien yang menderita luka
bakar jalan nafas atas. Intubasi dapat tidak dilakukan bila telah terjadi edema luka
bakar atau pemberian cairan resusitasi yang terlampau banyak. Pada pasien
luka bakar, intubasi orotrakea dan nasotrakea lebih dipilih daripada trakeostomi.
Pasien dengan luka bakar saja biasanya hipertensi. Adanya hipotensi awal
yang tidak dapat dijelaskan atau adanya tanda-tanda hipovolemia sistemik pada
pasien luka bakar menimbulkan kecurigaan adanya jejas “tersembunyi‟. Oleh
karena itu, setelah mempertahankan ABC, prioritas berikutnya adalah
mendiagnosis dan menatalaksana jejas lain (trauma tumpul atau tajam) yang
mengancam nyawa. Riwayat terjadinya luka bermanfaat untuk mencari trauma
terkait dan kemungkinan adanya jejas inhalasi. Informasi riwayat penyakit
dahulu, penggunaan obat, dan alergi juga penting dalam evaluasi awal.
b) Krikotiroidotomi : Bertujuan sama dengan intubasi hanya saja dianggap terlalu agresif
dan menimbulkan morbiditas lebih besar dibanding intubasi. Krikotiroidotomi
memperkecil dead space, memperbesar tidal volume, lebih mudah mengerjakan bilasan
bronkoalveolar dan pasien dapat berbicara jika dibanding dengan intubasi.
c) Pemberian oksigen 100% : Bertujuan untuk menyediakan kebutuhan oksigen jika
terdapat patologi jalan nafas yang menghalangi suplai oksigen. Hati-hati dalam
pemberian oksigen dosis besar karena dapat menimbulkan stress oksidatif, sehingga akan
terbentuk radikal bebas yang bersifat vasodilator dan modulator sepsis.
g) Bilasan bronkoalveolar
i) Eskarotomi pada dinding torak yang bertujuan untuk memperbaiki kompliansi paru
15
1) Cara Evans
Separuh dari jumlah 1+2+3 diberikan dalam 8 jam pertama. Sisanya diberikan
dalam 16 jam berikutnya. Pada hari kedua diberikan setengah jumlah cairan hari
pertama. Pada hari ketiga diberikan setengah jumlah cairan hari kedua.
2) Cara Baxter
Separuh dari jumlah cairan diberikan dalam 8 jam pertama. Sisanya diberikan
dalam 16 jam berikutnya. Pada hari kedua diberikan setengah jumlah cairan hari
pertama. Pada hari ketiga diberikan setengah jumlah cairan hari kedua.
c. Resusitasi nutrisi
2. Penanganan Luka
Penanganan luka merupakan Ahal yang sangat penting dalam menangani pasien
luka bakar baik untuk mencegah infeksi maupun menghindari terjadinya sindrom
kompartemen karena adanya luka bakar. a. Pendinginan Luka Mengingat sifat kulit
merupakan penyimpanan panas yang terbaik maka, pada pasien luka bakar
tubuh masih tetap menyimpan energy kalor setelah beberapa menit terjadinya
trauma panas. Oleh karena itu tindakan pendinginan luka perlu dilakukan untuk
mencegah luka bakar lebih dalam, dan perluasaan kerusakan fisik sel, mencegah
dehidrasi juga membersihkan luka sekaligus mengurangi nyeri.
b. Debridemen
Debridemen bertujuan untuk membersihkan luka dan jaringan-jaringan nekrosis
atau bahan lain yang menempel pada luka juga mencegah terjadinya infeksi dan
mempercepat penyembuhan luka. Tindakan ini bisa dilakukan pada saat
pendinginan luka, perawatan luka, penggantian balutan atau pada saat tindakan
pembedahan.
c. Tindakan Pembedahan
Pada eksisi tangensial, kulit yang terkena luka bakar dihilangkan dalam lapirsan tipis
dengan dermatom sampai dicapai jaringan viabel yang mendasari. Bila seluruh luka
sudah dieksisi sampai lapangan normal, maka luka sudah bisa ditutup dengan cangkokan
sebagai ketebalan kulit (splithickness). Cangkokan kulit harus disesuaikan dengan
keadaan kulit yang akan dicangkokan. Sebagai contoh apabila luka bakar terjadi
pada wajah dengan cangkokan kecil maka harus ditutup dengan cangkokan kecil
yang diambil dari daerah post-auricularis atau supraclavicularis untuk
menghindari kesulitan mencocokan warna. Bedah rekonstruksi merupakan
tindakan bedah yang mengkhususkan pada penanganan kecacatan serta
kelainan pada kulit, jaringan lunak, rangka, dan otot. Salah satu contoh tindakan
bedah ini adalah cangkok kulit (transpalnatasi kulit) pada pasien yang mengalami
kerusakan kulit akibat luka bakar atau kecelakaan. Transplantasi umumnya
merupakan auto-transplantasi, yaitu kulit yang digunakan berasal dari individu
yang sama. Hal ini dilakukan sebgai upaya untuk meningkatkan keberhasilna
tindakan bedah untuk meminimalkan reaksi penolakan tubuh yang dapat timbul.
Metode baru yang digunakan dalam transplantasi kulit, yaitu split cangkok kulit
dan flap.
Split cangkok kulit merupakan cangkok lapisan epidermis kulit yang dapat
dipindahkan secara bebas. Kulit yang digunakan dapat berasal dari bagian mana
saja dari tubuh, namun pada umumnya berasal dari daerah paha, pantat, punggu
atau perut. Permukaan kulit dapat diperluas dengan membuat irisan-irisan yang
bila direnggangkan akan membentuk jala, sehingga luasnya dapat mencapai 1,5
hingga 6-9x luas semula. Teknik cangkok jala ini disebut mesh dan biasanya
digunakan pada luka bakar yang luas. Untuk mendapatkan hasil yang maksimal,
maka diperlukan beberapa persyaratan antara lain sistem peredaran darah pada
daerah resipien (daerah yang mendapatkan kulit cangkokan) harus baik, tidak
infeksi, dan keadaan umum penderita harus baik.
2) Flap
Flap adalah cangkok jaringan kulit beserta jaringan lunak dibawahnya yang diangkat dari
tempat asalnya. Flap yang dipindahkan akan membentuk pendarahan baru di tempat
resipien. Tindakan bedah rekonstruksi ini antara lain sering digunakan untuk
memperbaiki kecacatan atau kelainan yang timbul akibat kecelakaan. Aplikasi
teknik bedah ini digunakan pada rekonstruksi hidung, memperbaiki kelainan pada
wajah paska operasi (misalnya pada pipi paska operasi tumor), dll.
Walaupun dalam bedah rekonstruksi diupayakan semaksimal mungkin
menggunakan bahan-bahan yang berasal dari tubuh penderita sendiri, namun
adakalanya hal tersebut tidak memungkinkan. Oleh karena itu, untuk menunjang
upaya bedah rekonstruksimasaih diperlukan bahan-bahan sintetis. Bahan-bahan
tersebut sebelum digunakan dan ditanam dalam tubuh harus memiliki beberapa
syarat antara lain tidak atau sedikit menimbulkan reaksi tubuh, tidak bersifat
magnetis, dan tidak menghantarkan listrik, bahan sintetik yang lazim dipakai
adalah silicon, akrilik, dan logam campuran seperti titanium.
19
Fase inflamasi yaitu fase yang bertentangan dari terjadinya luka bakar 3-4 hari
pasca luka bakar. Dalam fase ini terjadi perubahan vascular dan proliferasi
selular. Daerah luka mengalami agregasi trombosit dan mengeluarkan serotonin.
Mulai timbul epitelisasi.
2. Fase fibroblastic
Fase fibroblastic yaitu dimulai pada hari ke 4-20 pasca luka bakar. Pada fase ini
timbul sebukan fibroblast yang membentuk kolagen yang tampak secara klinis
sebagai jaringan granulasi yang berwarna kemerahan.
3. Fase maturasi
Fase maturasi yaitu terjadi proses pematangan kolagen. Pada fase ini terjadi
pula penurunan aktivitas selular dan vascular, berlangsung hingga 8 bulan
sampai lebih dari 1 tahun dan berakhir jika sudah tidak ada tanda-tanda radang.
Bentuk akhir dari fase ini adalah jaringan parut yang berwarna pucat, tipis, lemas
tanpa rasa nyeri atau gatal.
2.2.1 Pengkajian
1. Aktifitas/istirahat:
2. Sirkulasi:
Tanda (dengan cedera luka bakar lebih dari 20% APTT): hipotensi (syok);
penurunan nadi perifer distal pada ekstremitas yang cedera; vasokontriksi perifer
umum dengan kehilangan nadi, kulit putih dan dingin (syok listrik); takikardia
(syok/ansietas/nyeri); disritmia (syok listrik); pembentukan oedema jaringan
(semua luka bakar).
20
3. Integritas ego:
4. Eliminasi:
Tanda: haluaran urine menurun/tak ada selama fase darurat; warna mungkin
hitam kemerahan bila terjadi mioglobin, mengindikasikan kerusakan otot dalam;
diuresis (setelah kebocoran kapiler dan mobilisasi cairan ke dalam sirkulasi);
penurunan bising usus/tak ada; khususnya pada luka bakar kutaneus lebih besar
dari 20% sebagai stres penurunan motilitas/peristaltik gastrik.
5. Makanan/cairan:
6. Neurosensori:
7. Nyeri/kenyamanan:
Gejala: berbagai nyeri; contoh luka bakar derajat pertama secara eksteren
sensitif untuk disentuh; ditekan; gerakan udara dan perubahan suhu; luka bakar
ketebalan sedang derajat kedua sangat nyeri; sementara respon pada luka bakar
ketebalan derajat kedua tergantung pada keutuhan ujung saraf; luka bakar
derajat tiga tidak nyeri.
8. Pernafasan:
21
Destruksi jaringan dalam mungkin tidak terbukti selama 3-5 hari sehubungan
dengan proses trobus mikrovaskuler pada beberapa luka. Area kulit tak terbakar
mungkin dingin/lembab, pucat, dengan pengisian kapiler lambat pada adanya
penurunan curah jantung sehubungan dengan kehilangan cairan/status syok.
Cedera api: terdapat area cedera campuran dalam sehubungan dengan variase
intensitas panas yang dihasilkan bekuan terbakar. Bulu hidung gosong; mukosa
hidung dan mulut kering; merah; lepuh pada faring posterior; oedema lingkar
mulut dan atau lingkar nasal.
Cedera kimia: tampak luka bervariasi sesuai agen penyebab. Kulit mungkin
coklat kekuningan dengan tekstur seperti kulit samak halus; lepuh; ulkus;
nekrosis; atau jaringan parut tebal. Cedera secara umum lebih dalam dari
tampaknya secara perkutan dan kerusakan jaringan dapat berlanjut sampai 72
jam setelah cedera.
2. Aktual/resiko hipotermia b.d gangguan mikrosirkulasi kulit dan luka yang terbuka.
5. Risiko tinggi infeksi b.d hilangnya barier kulit dan terganggunya respons imun.
22
8. Hambatan mobilitas fisik b.d edema luka bakar, rasa nyeri dan kontraktur persendian.
Tujuan : Dalam waktu 1x24 jam tidak terjadi ketidakseimbangan cairan dan
elektrolit
Kriteria hasil :
a. Pasien tidak mengeluh pusing, TTV dalam batas normal, kesadaran optimal, urine
>600ml/hari
Intervensi Rasional
Pertahankan pemberian IVFD Pemberian cairan RL diberikan untuk
mencegah syok hipovolemik. Pemb
nfuse volumenya harus sesuai dengan
volume urin output.
Observasi factor penyebab, usia, luas Perpindahan dan kehilangan cairan pada
uka bakar, kedalaman luka bakar pasien luka bakar mengharuskan perawat
dan adanya riwayat penyakit lain untuk memeriksa tanda-tanda vital dan urine
output.
23
2. Aktual/resiko hipotermia b.d gangguan mikrosirkulasi kulit dan luka yang terbuka.
Tujuan : Dalam waktu 1x24 jam fase kritis NET tidak mengalami hipotermia
Kriteria hasil :
a. Suhu badan dalam rentang normal 36,0-37,00C
Intervensi Rasional
Sesuaikan suhu kamar denganPasien biasanya sensitive terh
kondisi yang tidak terlalu hangat dan perubahan suhu ruangan. Hal ini untuk
tidak terlalu dingin. Dengan cara: meningkatkan kenyamanan dan suhu tubuh
pemakaian selimut katun. pasien.
Monitor suhu tubuh, menggigil atau Intervensi yang penting untuk mencegah
minta pasien untuk melaporkan bila hipotermi yang lebih berat.
merasa kedinginan
Monitor derajat, kondisi kedalaman Semakin tinggi derajat, kedalaman, dan luas
dan luasnya lesi luka bakar luka bakar maka risiko hipotermi akan
semakin tinggi. Penderita luka bakar akan
cenderung menggigil. Dehidrasi
tampak berat apabila daerah kulit yang rusak
terkena aliran udara hangat yang terus
menerus.
Tujuan : Dalam waktu 1x24 jam nyeri berkurang/hilang atau beradaptasi Kriteria
hasil :
a. Secara subyektif klien menyatakan nyeri berkurang atau dapat diadaptasi. Skala nyeri 0-
1 (0-10)
24
4. Kecemasan b.d ketakutan dan dampak emosional luka bakar. Tujuan : Dalam waktu
1x24 jam kecemasan pasien berkurang. Kriteria hasil :
c. Wajah rileks
25
Intervensi Rasional
5. Risiko tinggi infeksi b.d hilangnya barier kulit dan terganggunya respons imun.
Tujuan : dalam waktu 7x24 jam tidak terjadi infeksi, terjadi perbaikan pada integritas
jaringan lunak
Kriteria hasil :
Intervensi Rasional
Lakukan perawatan luka steril setiap Perawatan luka sebaiknya dilakukan setiap
hari hari untuk membersihkan debris
menurunkan kontak kuman masuk kedalam
lesi. Intervensi dilakukan dalam kondisi
steril sehingga mencegah kontam
26
Buat kondisi balutan dalam keadaan Kondisi bersih dan kering akan menghindari
bersih dan kering kontaminasi komensal dan
menyebabkan respons inflamasi local dan
akan memperlama penyembuhan luka.
Tujuan : dalam waktu 5x24 jam asupan nutrisi pasien terpenuhi Kriteria hasil :
a. Asupan nutrisi pasien adekuat
Intervensi Rasional
Fasilitasi pasien dalam memenuhiJika tidak terjadi vomitus dan distensi
asupan nutrisi abdomen pemberian cairan diberikan secara
bertahap.
27
Tujuan : dalam waktu 12x24 jam integritas kulit perbaikannya semakin optimal
Kriteria hasil :
a. Pertumbuhan jaringan membaik
Intervensi Rasional
Tingkatkan asupan nutrisi Diet TKTP dapat meningkatkan asupan dari
kebutuhan pertumbuhan jaringan.
28
perba
ikan dari lesi.
mberian albumin Pasien dengan luka bakar cenderung mengalami penurunan kadar albumin darah.
Hipoalbuminemia menurunkan peningkatan integritas kulit sehingga diperlukan albumin
tambahan agar terjadi peningkatan integritas kulit.
8. Hambatan mobilitas fisik b.d edema luka bakar, rasa nyeri dan kontraktur persendian.
Tujuan : dalam waktu 7x24 jam terjadi peningkatan mobilitas sesuai tingkat
toleransi individu
Kriteria hasil :
Intervensi Rasional
Lakukan latihan ROM pada seluruh Latihan ROMyangoptimal dapat
ekstremitas menurunkan atrofi otot, perbaikan sirkulasi
perifer dan mencegah kontraktur pada
ekstremitas. Lakukan secara bertahap.
a. Pasien tidak mengeluh pusing, TTV dalam batas normal, kesadaran optimal, urine
>600ml/hari
d. Laboratorium nilai elektrolit normal, leukosit dalam batas normal, analisa gas darah
normal
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Luka bakar ialah perlukaan yang disebabkan karena kontak atau terpapar
dengan zat-zat termal, chemical, elektrik atau radiasi yang menyebabkan luka
bakar. faktor yang menjadi penyebab beratnya luka bakar antara lain: keluasan
luka bakar, kedalaman luka bakar, umur pasien, agen penyebab, fraktur atau
luka–luka lain yang menyertai, penyakit yang dialami terdahulu seperti diabetes,
jantung, ginjal, obesitas dan adanya trauma inhalasi. klasifikasi luka bakar dibagi
menjadi 4 yaitu, superficial (derajat 1), agak superfisial, mengenai sebagian
lapisan kulit (derajat ii), seluruh lapisan kulit (derajat iii) dan derajat 4.
3.2 Saran
Pasien luka bakar memerlukan tindakan yang cepat dan tepat sehingga para
perawat perlu memahami konsep dasar penyakit luka bakar agar dapat
menangani pasien dengan tepat sehingga meminimalkan dampak yang bahaya
bagi tubuh dan terhindar dari kecacatan fisik.
DAFTAR PUSTAKA
Ignatavicius, Donna D. (1991). Medical Surgical Nursing. Hal. 361. Philadelphia: WB.
Saunders Company.
Muttaqin, Arif. 2007. Asuhan Keperawatan dengan Klien dengan Gangguan Sistem Integumen.
Jakarta: Salemba Medika
Anda dapat mendownload Makalah diatas dalam Bentuk Document Word (.doc)
melalui link berikut.
Download
Google Facebook Twitter
Artikel Terkait
Makalah Asma
Makalah Imunisasi
Unknown
This Is The Newest Post
Makalah Pengertian Sistem Pendidikan
Emoticon
Popular Post
Makalah Kebugaran Jasmani
Makalah Kebugaran Jasmani - Jika dalam postingan ini, anda ...
Makalah Kingdom Plantae
Makalah Kingdom Plantae - Jika dalam postingan ini, anda ku...
Makalah Pola Hidup Sehat
Makalah Pola Hidup Sehat - Jika dalam postingan ini, anda k...
Makalah kingdom Monera
Makalah kingdom Monera - Jika dalam postingan ini, anda kur...
Makalah Tenis Meja
Makalah Tenis Meja - Jika dalam postingan ini, anda kurang ...
Kategori
agama akuntansi akutansi astronomi Bahasa biologi filsafat fisika geografi Hukum Int
ernet Kesehatan kimia lingkungan olahraga pendidikan Pengembangan
Diri Pertanian pkn psikologi sejarah seni Sosial
About
Blog ini berisi berbagai macam kumpulan Makalah yang berasal darti berbagai sumber. Silahkan
dipergunakan sebagaimana mestinya dan disebarkan sebagaimana seharusnya.
Copyright © 2020 Makalah All Right Reserved
Arlina Design Blogger