Anda di halaman 1dari 40

 CONTACT

 ABOUT
 TOS
 DISCLAIMER
 PRIVACY
 SITEMAP




 JOIN WITH US

Makalah
 Menu

 Home

 Kesehatan

 Akuntansi

 Internet dan Komputer

 Sains

 Ilmu Sosial

 Bahasa
 Pertanian
Home  Kesehatan  Makalah Luka Bakar (Combustio)

Makalah Luka Bakar (Combustio)


Diterbitkan October 15, 2019
KESEHATAN

Makalah Luka Bakar (Combustio) - Jika dalam postingan ini, anda kurang
mengerti atau susunanya tidak teratur, anda dapat mendownload versi .doc
makalah berikut :

Download

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Berdasarkan data dari Departemen Kesehatan RI (2008), prevalensi luka


bakar di Indonesia adalah 2,2 %. Menurut Tim Pusbankes118 Persi DIY (2012)
angka kematian akibat luka bakar di RSUPN Dr.Cipto Mangunkusumo Jakarta
berkisar 37%-39% pertahun sedangkan diRSUP Dr. Sardjito Yogyakarta, rata-
rata dirawat 6 pasien luka bakar perminggu setiap tahun.

Penanganan luka bakar yang cepat dan tepat, tidak akan menimbulkan
dampak yang berbahaya bagi tubuh. Akan tetapi, jika luka bakar tidak ditangani
sesegera mungkin, maka akan menyebabkan berbagai komplikasi seperti infeksi,
syok, dan ketidakseimbangan elektrolit (imbalance electrolit). Selain komplikasi
yang berbentuk fisik, luka bakar juga dapat menyebabkan distress
emotional (trauma) dan psikologis yang berat karena cacat akibat luka bakar dan
bekas luka (scar).

Luka bakar dapat diklasifikasikan ke dalam beberapa derajat berdasarkan


dalamnya jaringan yang rusak. Luka bakar dapat merusak jaringan otot, tulang,
pembuluh darah, dan jaringan epidermal yang mengakibatkan kerusakan yang
berada di tempat yang lebih dalam dari akhir system persarafan (Brunner &
Suddart, 2001).

Setelah terjadi luka, jaringan tubuh akan memulai proses penyembuhan luka.
Secara histologi, proses penyembuhan luka menyebabkan beberapa perubahan
pada vaskularisasi, epitel, serat kolagen, sel-sel fagosit, dan melibatkan peran
fibroblas. Sel epitel kulit berbentuk polyhedral tak teratur yang menggepeng ke
arah permukaan, dan pada lapisan superfisial berupa sel gepeng.

Proses penyembuhan luka, epitel sel basal di tepian luka akan terlepas dari dasarnya
dan berpindah menutupi dasar luka, lalu tempatnya diisi oleh hasil mitosis sel epitel
lainnya (Bloom & Fawcett, 2002). Fibroblas dan epitel memiliki peranan besar dalam
penyembuhan luka. Proses reepitelisasi adalah proses yang pertama kali tercetus untuk
menutupi jaringan luka sehingga mencegah infeksi. Hal ini dapat dicegah dengan
penatalaksanaan luka fase awal yang meliputi kehilangan atau kerusakan epitel
maupun jaringan yang menjadi struktur di bawahnya (Moenajat, 2003).

Fibroblas mencetuskan terbentuknya kolagen yang memperkuat jaringan luka


(Kumar et al, 2005). Fibroblas berproliferasi dan lebih aktif mensintesis
komponen ekstrasel jaringan  ikat sebagai respon terhadap cedera. Pada sediaan
histologi, fibroblas mengandung banyak granulbersitoplasma kecil yang diduga
menjadi prekursor kolagen (Bloom &Fawcet, 2002).
Saat ini selain banyak dilakukan penelitian tentang obat-obatan yang dapat
mempercepat penyembuhan luka, banyak pula dilakukan penelitian tentang
proses peyembuhan luka itu sendiri. Mereka mempelajari bagaimana
meminimalkan suatu jaringan parut dan membuat jaringan baru yang sama
struktur dan ketahananya dengan jaringan normal (Huttenlocher & Horwitz,
2007).

Obat-obatan yang berkhasiat untuk menangani luka yang telah banyak


dikenal selama ini, seperti Silver sulfadiazine, Bacitracin dan Mafenide
acetate adalah agen anti mikrobial. Hydrocolloids dan Hydrogeldipakai luas
sebagai  Absortive dressings juga terbukti  mempercepat proses penyembuhan luka
(Singer & Dagum, 2008). Moenadjat et al (2008) menjelaskan fokus pada
manajemen luka, setidaknya dua puluh tahun terakhir, sediaan
yang mengandung silver telah dikenal memiliki karakteristik antimikroba yang
unggul berhasil menurunkan insiden sepsis luka bakar. Hal ini terkait dengan
kemampuan silver dalam membunuh mikroba cukup tinggi. Oleh karena itu,
penerapan silver sulfadiazine menjadi terapi standar dalam pengobatan luka
bakar. Agen antimikroba topikal yang mengandung silver misalnya
silversulfadiazine memiliki efek antimikroba yang sangat luas terutama pada
penanganan luka bakar derajat dua dalam dan derajat tiga. Akan tetapi,
penggunaan antimikroba ini (silver sulfadiazine) memiliki efek toksik seluler dan
menghambat reepitelisasi sehingga dapat menghambat penyembuhan,
menyebabkan reaksi alergi, dan leukopenia (Singer &Dagum, 2008). Shinta
(2011) menjelaskan antimikroba yang mengandung silver yaitu dalam sediaan
silver sulfadiazine memiliki efek dalam menghambat proliferasi fibroblas dan
keratinosit.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalahnya adalah:

1.      Bagaimana konsep dasar penyakit pada pasien dengan luka bakar?


2.      Bagaimana konsep asuhan keperawatan pada pasien dengan luka bakar?

1.3 Tujuan

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah:

1.    Memahami konsep dasar penyakit pada pasien dengan luka bakar.

2.    Memahami konsep asuhan keperawatan pada pasien dengan luka bakar.

1.4 Manfaat

Manfaat yang bisa kita dapat sebagai mahasiswa dalam makalah ini, yaitu:

1.    Bisa memahami konsep dasar penyakit pada pasien dengan luka bakar.

2.    Bisa memahami konsep asuhan keperawatan pada pasien dengan luka bakar.

BAB II

TINJAUAN TEORITIS
2.1 KONSEP DASAR PENYAKIT

2.1.1    Pengertian

Luka bakar adalah suatu bentuk kerusakan atau kehilangan jaringan yang
disebabkan adanya kontak dengan sumber panas seperti api, air panas, bahan
kimia, listrik dan radiasi. Kerusakan jaringan yang disebabkan api dan koloid
(misalnya bubur panas) lebih berat dibandingkan air panas. Ledakan dapat
menimbulkan luka bakar dan menyebabkan kerusakan organ. Bahan kimia
terutama asam menyebabkan kerusakan yang hebat akibat reaksi jaringan
sehingga terjadi diskonfigurasi jaringan yang menyebabkan gangguan proses
penyembuhan. Lama kontak jaringan dengan sumber panas menentukan luas
dan kedalaman kerusakan jaringan. Semakin lama waktu kontak, semakin luas
dan dalam kerusakan jaringan yang terjadi (Moenadjat, 2003).

Luka     bakar adalah     sejenis cedera pada daging atau kulit yang    
disebabkan

oleh panas, listrik, zat kimia, gesekan, atau radiasi. Luka bakar yang hanya
mempengaruhi kulit bagian luar dikenal sebagai luka bakar superfisial atau
derajat I. Bila cedera menembus beberapa lapisan di bawahnya, hal ini disebut
luka bakar sebagian lapisan kulit atau derajat II. Pada Luka bakar yang mengenai
seluruh lapisan kulit atau derajat III, cedera meluas ke seluruh lapisan kulit.
Sedangkan luka bakar derajat IV melibatkan cedera ke jaringan yang lebih
dalam, seperti otot atau tulang. (Wikipedia)

Luka bakar merupakan perlukaan pada daerah kulit dan jaringan epitel
lainnya (Donna, 1991).

Luka bakar ialah perlukaan yang disebabkan karena kontak atau terpapar
dengan zat-zat termal, chemical, elektrik atau radiasi yang menyebabkan luka
bakar (Luckman and Sorensen’s, 1993).

2.1.2     Etiologi
Luka bakar disebabkan oleh perpindahan energi dari sumber panas
ketubuh. Panas tersebut mungkin dipindahkan melalui konduksi atau radiasi
elektromagnetik. Berbagai faktor dapat menjadi penyebab luka bakar. Beratnya
luka bakar juga dipengaruhi oleh cara dan lamanya kontak dengan sumber
panas (misal suhu benda yang membakar, jenis pakaian yang terbakar, sumber
panas: api, air panas dan minyak panas), listrik, zat kimia, radiasi, kondisi
ruangan saat terjadi kebakaran dan ruangan yang tertutup. Faktor yang menjadi
penyebab beratnya luka bakar antara lain:

1.    Keluasan luka bakar

2.    Kedalaman luka bakar

3.    Umur pasien

4.    Agen penyebab

5.    Fraktur atau luka–luka lain yang menyertai

6.    Penyakit yang dialami terdahulu seperti diabetes, jantung, ginjal, dll

7.    Obesitas

8.    Adanya trauma inhalasi

2.1.3     Patofisiologi

Pada suhu lebih tinggi dari 44 °C (111 °F), protein mulai kehilangan bentuk
tiga dimensinya dan mulai terurai. Keadaan ini menyebabkan kerusakan pada sel
dan jaringan. Kebanyakan efek kesehatan langsung dari luka bakar adalah
gangguan sekunder terhadap fungsi kulit yang normal. Efek-efek ini meliputi
gangguan sensasi kulit, kemampuan untuk mencegah keluarnya air melalui
evaporasi, dan kemampuan untuk mengontrol suhu tubuh. Gangguan pada
membran sel menyebabkan sel kehilangan kalium yang keluar dari sel dan
mengisi ruang di luar sel sehingga sel tersebut mengikat air dan natrium.
Pada luka bakar yang luas (lebih dari 30% dari total area permukaan tubuh),
akan terdapat suatu respon peradangan yang signifikan. Keadaan ini
menyebabkan meningkatnya kebocoran cairan dari pembuluh kapiler, dan
kemudian menyebabkan pembengkakan jaringan edema. Hal ini selanjutnya
menyebabkan hilangnya volume darah secara keseluruhan, dan kehilangan
plasma yang signifikan dari darah yang tersisa, sehingga menyebabkan darah
menjadi lebih kental. Terhambatnya aliran darah ke organ seperti misalnya ginjal
dan saluran cerna dapat mengakibatkan gagal ginjal dan tukak lambung.

Meningkatnya kadar katekolamin dan kortisol dapat menyebabkan keadaan


hipermetabolik yang dapat berlangsung bertahun-tahun. Keadaan ini
berhubungan dengan meningkatnya curah jantung, metabolisme, denyut jantung
cepat, dan buruknya fungsi imun.

2.1.4    Klasifikasi luka bakar


1. Klasifikasi luka bakar menurut kedalamannya

Jenis Lapisan Tampilan Tekstur Sensasi Waktu Prognosis Contoh


yang Penyembu
dilibatka han
n

Superfi Epidermi Merah Kering Nyeri 5-10 hari Sembuh


sial s tanpa dengan
(derajat lepuh baik;Sengat
I) an matahari
yang
berulang
meningkatk
an risiko
kanker
kulitdi
kemudian
hari

Agak Meluas Merah Lembab Sangat kurang Infeksi


superfis ke dengan nyeri dari   2–3 lokal/selulit
ial, lapisan lepuh minggu is tapi
mengen dermis yang biasanya
ai (papiler) jelas. tanpa parut
sebagia superfisi Pucat
n al dengan
lapisan tekanan.
kulit
(derajat
II)
7

Cukup Meluas Kuning Agak Tekana 3– Parut, kerut


dalam, ke atau kering n   dan 8 minggu (mungkin
mengen lapisan putih. tidak memerluka
ai dermis Lebih nyaman n eksisi dan
sebagia (retikular tidak cangkok
n ) dalam pucat. kulit)
lapisan Mungkin
kulit melepuh.
(derajat
II)

Seluruh Meluas Kaku  dan Kasar Tidak Lama Parut,


lapisan ke putih/cokl nyeri (berbulan- kerut,
kulit seluruh at.    Tidak bulan) dan amputasi

(Derajat lapisan pucat tidak (eksisi  dini


III) dermis sempurna dianjurkan)

Derajat Meluas Hitam; Kering Tidak Perlu Amputasi,


IV ke hangus nyeri eksisi gangguan
seluruh dengan fungsional
lapisan eskar yang
kulit, signifikan
dan ke dan,  dalam
dalam beberapa
lapisan kasus,
lemak, kematian.
otot  dan
tulang di
bawahny
a
2.   Klasifikasi luka bakar berdasarkan luasnya

Wallace membagi tubuh atas bagian 9% atau kelipatan 9 yang terkenal dengan

nama rule of nine atau rule of wallace yaitu:


1. Kepala dan leher : 9%
2. Lengan masing-masing 9% : 18%
3. Badan depan 18%, badan belakang 18% : 36%
4. Tungkai maisng-masing 18% : 36%
5. Genetalia/perineum : 1%

3.      Klasifikasi luka bakar berdasarkan berat ringannya

Untuk mengkaji beratnya luka bakar harus dipertimbangkan beberapa faktor


antara lain :

a.       Persentasi area (Luasnya) luka bakar pada permukaan tubuh.

b.      Kedalaman luka bakar.

c.       Anatomi lokasi luka bakar.

d.      Umur klien.
e.       Riwayat pengobatan yang lalu.

f.       Trauma yang menyertai atau bersamaan.

a)            American Burn Association membagi dalam :

1)      Yang termasuk luka bakar ringan (minor) :

-          Tingkat II: kurang dari 15% Total Body Surface Area pada orang dewasa atau kurang
dari 10% Total Body Surface Area pada anak-anak.

-          Tingkat III: kurang dari 2% Total Body Surface Area yang tidak disertai komplikasi.

2)      Yang termasuk luka bakar sedang (moderate) :

-          Tingkat II: 15% – 25% Total Body Surface Area pada orang dewasa atau kurang dari
10% – 20% Total Body Surface Area pada anak-anak.

-          Tingkat III: kurang dari 10% Total Body Surface Area yang tidak disertai komplikasi.
3)      Yang termasuk luka bakar kritis (mayor):

·       Tingkat II: 32% Total Body Surface Area atau lebih pada orang dewasa atau lebih dari
20% Total Body Surface Area pada anak-anak.

·       Tingkat III: 10% atau lebih.

·       Luka bakar yang melibatkan muka, tangan, mata, telinga, kaki dan perineum.

·       Luka bakar pada jalan pernafasan atau adanya komplikasi pernafasan.

·       Luka bakar sengatan listrik (elektrik).

·       Luka bakar yang disertai dengan masalah yang memperlemah daya tahan tubuh seperti
luka jaringan linak, fractur, trauma lain atau masalah kesehatan sebelumnya.

b)           American college of surgeon membagi dalam:

1)      Parah – critical:

-             Tingkat II: 30% atau lebih.


-             Tingkat III: 10% atau lebih.

-             Tingkat III pada tangan, kaki dan wajah.

-             Dengan adanya komplikasi penafasan, jantung, fractura, soft tissue yang luas.

2)      Sedang – moderate:

-             Tingkat II: 15 – 30%

-             Tingkat III: 1 – 10%

3)      Ringan – minor:

-             Tingkat II: kurang 15%

-             Tingkat III: kurang 1%

2.1.5    Tanda dan gejala

Kedalaman Bagian Penampilan Perjalanan


& derajat kulit yang Gejala
luka kesembuhan
luka bakar terkena

Derajat satu Epidermis, Kesemutan Memerah, Kesembuhan

(superficial) tidak Hiperestesia menjadi lengkap dalam 1

10

Tersengat sampai pada (supersensitive) putih bila minggu

matahari daerah Rasa nyeri mereda bila ditekan Pengelupasan kulit

Terkena api dermis. didinginkan Minimal atau

dengan Sering Kering tanpa edema

intensitas disebut Tidak ada gelembung.


rendah epidermal Edema minimal atau

burn tidak ada

Derajat dua Epidermis Nyeri Melepuh Kesembuhan dalam


(Partial dan bagian Hiperestesia dasar luka 2-3 minggu

Thickness) dermis Sensitif terhadap udara berbintik- Pembentukan

Tersiram air yang dingin bintik merah, parut&depigmentasi

mendidih Blister besar dan lembab epidermis Infeksi dpt

Terbakar yang ukurannya retak, mengubahnya mjd

oleh nyala bertambah besar. permukaan derajat tiga

api Pucat bila ditekan dengan luika basah

ujung jari dan berisi Edema

kembali bila tekanan

lepas

Derajat tiga Epidermis, Tidak terasa nyeri Kering, luka Pembentukan esker
(Full keseluruhan Syok baker Diperlukan

Thickness) dermis dan Hematuria&kemungkinan berwarna pencangkokan

Terbakar kadang- hemolisis putih seperti Pembentukan

nyala api kadang Kemungkinan terdapat bahan kulit parut&hilangnya

Terkena jaringan luka masuk dan keluar atau gosong kontur serta fungsi

cairan subkutan (pada luka baker listrik) Kulit retak kulit

mendidih Kering disertai kulit dengan Hilangnya jari

dalam mengelupas, pembuluh bagian lemak tangan atau

11

waktu yang darah seperti arang yang nampak ekstremitas dapat

lama terlihat dibawah kulit Edema terjadi

Tersengat yang mengelupas.

arus listrik Gelembung jarang


dindingnya sangat tipis,

tidak membesar. Tidak

pucat bila ditekan.

2.1.6     Komplikasi

1. Segera

Sindrom kompartemen dari luka bakar sirkum ferensial (luka bakar pada
ekstremitas iskemia ekstremitas, luka bakar toraks hipoksia dari gagal napas
restriktif) (cegah dengan eskarotomi segera).

2.       Awal

a.       Hiperkalemia (dari sitolisis pada luka bakar luas). Obati dengan insulin dan dekstrose.

b.      Gagal ginjal akut (kombinsai dari hipovolemia, sepsis, toksin jaringan). Cegah dengan
resusitasi dini agresif, pastikan GFR tinggi pada pemberian cairan dan diuretik, obati
sepsis.

c.       Infeksi (waspadai Streptococcus). Obati infeksi yang timbul (106 organisme pada


biopsi luka) dengan antibiotik sistemik.

d.      Ulkus akibat stres (ulkus Curling) (cegah dengan antasid, bloker H 2 atau inhibitor
pompa proton profilaksis).

2.1.7    Pemeriksaan penunjang

1.    Hitung darah lengkap: Hb (Hemoglobin) turun menunjukkan adanya pengeluaran darah


yang banyak sedangkan peningkatan lebih dari 15% mengindikasikan adanya cedera,
pada Ht (Hematokrit) yang meningkat menunjukkan adanya kehilangan cairan
sedangkan Ht turun dapat terjadi sehubungan dengan kerusakan yang
diakibatkan oleh panas terhadap pembuluh darah.

2.    Leukosit: Leukositosis dapat terjadi sehubungan dengan adanya infeksi atau inflamasi.
3.    GDA (Gas Darah Arteri): Untuk mengetahui adanya kecurigaaan cedera inhalasi.
Penurunan tekanan oksigen (PaO2) atau peningkatan tekanan karbon dioksida (PaCO2)
mungkin terlihat pada retensi karbon monoksida.

4.    Elektrolit Serum: Kalium dapat meningkat pada awal sehubungan dengan cedera
jaringan dan penurunan fungsi ginjal, natrium pada awal mungkin menurun karena
kehilangan cairan, hipertermi dapat terjadi saat konservasi ginjal dan hipokalemi dapat
terjadi bila mulai diuresis.

5.    Natrium Urin: Lebih besar dari 20 mEq/L mengindikasikan kelebihan cairan, kurang
dari 10 mEqAL menduga ketidakadekuatan cairan.

6.    Alkali Fosfat: Peningkatan Alkali Fosfat sehubungan dengan perpindahan cairan


interstisial atau gangguan pompa, natrium.

7.    Glukosa Serum: Peninggian Glukosa Serum menunjukkan respon stress.

8.    Albumin Serum: Untuk mengetahui adanya kehilangan protein pada edema cairan.

9.    BUN atau Kreatinin: Peninggian menunjukkan penurunan perfusi atau fungsi ginjal,
tetapi kreatinin dapat meningkat karena cedera jaringan.

10.  Loop aliran volume: Memberikan pengkajian non-invasif terhadap efek atau luasnya
cedera.

11.  EKG: Untuk mengetahui adanya tanda iskemia miokardial atau distritmia.

12.  Fotografi luka bakar: Memberikan catatan untuk penyembuhan luka bakar.

2.1.8    Penatalaksanaan Medis

Pasien luka bakar (Combustio) harus dievaluasi secara sistematik. Prioritas utama
adalah mempertahankan jalan nafas tetap paten, ventilasi yang efektif dan mendukung
sirkulasi sistemik. Intubasi endotrakea dilakukan pada pasien yang menderita luka
bakar jalan nafas atas. Intubasi dapat tidak dilakukan bila telah terjadi edema luka
bakar atau pemberian cairan resusitasi yang terlampau banyak. Pada pasien
luka bakar, intubasi orotrakea dan nasotrakea lebih dipilih daripada trakeostomi.
Pasien dengan luka bakar saja biasanya hipertensi. Adanya hipotensi awal
yang tidak dapat dijelaskan atau adanya tanda-tanda hipovolemia sistemik pada
pasien luka bakar menimbulkan kecurigaan adanya jejas “tersembunyi‟. Oleh
karena itu, setelah mempertahankan ABC, prioritas berikutnya adalah
mendiagnosis dan menatalaksana jejas lain (trauma tumpul atau tajam) yang
mengancam nyawa. Riwayat terjadinya luka bermanfaat untuk mencari trauma
terkait dan kemungkinan adanya jejas inhalasi. Informasi riwayat penyakit
dahulu, penggunaan obat, dan alergi juga penting dalam evaluasi awal.

Pakaian pasien dibuka semua, semua permukaan tubuh dinilai.


Pemeriksaan radiologik pada tulang belakang servikal, pelvis, dan torak dapat
membantu mengevaluasi adanya kemungkinan trauma tumpul.

Setelah mengeksklusi jejas signifikan lainnya, luka bakar dievaluasi.


Terlepas dari luasnya area jejas, dua hal yang harus dilakukan sebelum
dilakukan transfer pasien adalah mempertahankan ventilasi adekuat, dan jika
diindikasikan, melepas dari eskar yang mengkonstriksi.

1.    Tatalaksana resusitasi luka bakar

a.   Tatalaksana resusitasi jalan nafas:

a)   Intubasi : Tindakan intubasi dikerjakan sebelum edema mukosa menimbulkan


manifestasi obstruksi. Tujuan intubasi mempertahankan jalan nafas dan sebagai fasilitas
pemelliharaan jalan nafas

b)   Krikotiroidotomi : Bertujuan sama dengan intubasi hanya saja dianggap terlalu agresif
dan menimbulkan morbiditas lebih besar dibanding intubasi. Krikotiroidotomi
memperkecil dead space, memperbesar tidal volume, lebih mudah mengerjakan bilasan
bronkoalveolar dan pasien dapat berbicara jika dibanding dengan intubasi.
c)   Pemberian oksigen 100% : Bertujuan untuk menyediakan kebutuhan oksigen jika
terdapat patologi jalan nafas yang menghalangi suplai oksigen. Hati-hati dalam
pemberian oksigen dosis besar karena dapat menimbulkan stress oksidatif, sehingga akan
terbentuk radikal bebas yang bersifat vasodilator dan modulator sepsis.

d)  Perawatan jalan nafas

e)   Penghisapan sekret (secara berkala)


f)    Pemberian terapi inhalasi : Bertujuan mengupayakan suasana udara yang lebih baik
didalam lumen jalan nafas dan mencairkan sekret kental sehingga mudah dikeluarkan.
Terapi inhalasi umumnya menggunakan cairan dasar natrium klorida 0,9% ditambah
dengan bronkodilator bila perlu. Selain itu bisa ditambahkan zat-zat dengan khasiat
tertentu seperti atropin sulfat (menurunkan produksi sekret), natrium bikarbonat
(mengatasi asidosis seluler) dan steroid (masih kontroversial)

g)   Bilasan bronkoalveolar

h)   Perawatan rehabilitatif untuk respirasi

i)     Eskarotomi pada dinding torak yang bertujuan untuk memperbaiki kompliansi paru

b.          Tatalaksana resusitasi cairan

Resusitasi cairan diberikan dengan tujuan preservasi perfusi yang adekuat


dan seimbang di seluruh pembuluh darah vaskular regional, sehingga iskemia
jaringan tidak terjadi pada setiap organ sistemik. Selain itu cairan diberikan agar
dapat meminimalisasi dan eliminasi cairan bebas yang tidak diperlukan,
optimalisasi status volume dan komposisi intravaskular untuk menjamin
survival/maksimal dari seluruh sel, serta meminimalisasi respons inflamasi dan
hipermetabolik dengan menggunakan kelebihan dan keuntungan dari berbagai
macam cairan seperti kristaloid, hipertonik, koloid, dan sebagainya pada waktu
yang tepat. Dengan adanya resusitasi cairan yang tepat, kita dapat
mengupayakan stabilisasi pasien secepat mungkin kembali ke kondisi fisiologik
dalam persiapan menghadapi intervensi bedah seawal mungkin.

15

Resusitasi cairan dilakukan dengan memberikan cairan pengganti.

Ada beberapa cara untuk menghitung kebutuhan cairan ini:

1)   Cara Evans

a)         Luas luka bakar (%) x BB (kg) menjadi mL NaCl per 24 jam


b)        Luas luka bakar (%) x BB (kg) menjadi mL plasma per 24 jam

c)         2.000 cc glukosa 5% per 24 jam

Separuh dari jumlah 1+2+3 diberikan dalam 8 jam pertama. Sisanya diberikan
dalam 16 jam berikutnya. Pada hari kedua diberikan setengah jumlah cairan hari
pertama. Pada hari ketiga diberikan setengah jumlah cairan hari kedua.

2)   Cara Baxter

Luas luka bakar (%) x BB (kg) x 4 mL

Separuh dari jumlah cairan diberikan dalam 8 jam pertama. Sisanya diberikan
dalam 16 jam berikutnya. Pada hari kedua diberikan setengah jumlah cairan hari
pertama. Pada hari ketiga diberikan setengah jumlah cairan hari kedua.

c.              Resusitasi nutrisi

Pada pasien luka bakar, pemberian nutrisi secara enteral sebaiknya


dilakukan sejak dini dan pasien tidak perlu dipuasakan. Bila pasien tidak sadar,
maka pemberian nutrisi dapat melalui naso-gastric tube (NGT). Nutrisi yang
diberikan sebaiknya mengandung 10-15% protein, 50-60% karbohidrat dan 25-
30% lemak. Pemberian nutrisi sejak awal ini dapat meningkatkan fungsi
kekebalan tubuh dan mencegah terjadinya atrofi vili usus.

2. Penanganan Luka

Penanganan luka merupakan Ahal yang sangat penting dalam menangani pasien
luka bakar baik untuk mencegah infeksi maupun menghindari terjadinya sindrom
kompartemen karena adanya luka bakar. a. Pendinginan Luka Mengingat sifat kulit
merupakan penyimpanan panas yang terbaik maka, pada pasien luka bakar
tubuh masih tetap menyimpan energy kalor setelah beberapa menit terjadinya
trauma panas. Oleh karena itu tindakan pendinginan luka perlu dilakukan untuk
mencegah luka bakar lebih dalam, dan perluasaan kerusakan fisik sel, mencegah
dehidrasi juga membersihkan luka sekaligus mengurangi nyeri.

b.      Debridemen
Debridemen bertujuan untuk membersihkan luka dan jaringan-jaringan nekrosis
atau bahan lain yang menempel pada luka juga mencegah terjadinya infeksi dan
mempercepat penyembuhan luka. Tindakan ini bisa dilakukan pada saat
pendinginan luka, perawatan luka, penggantian balutan atau pada saat tindakan
pembedahan.

c.       Tindakan Pembedahan

Luka bakar mengakibatkan terjadinya jaringan parut. Jaringan parut merupakan


jaringan dermis dan epidermis yang berisi protein yang terkoagulasi yang bisa
bersifat progresif (Sidik, 1982). Pada luka bakar jaringan yang terbentuk akan
mengeras dan menekan pembuluh darah sehingga diperlukan
tindakan eskarotomi. Eskarotomi merupakan tindakan pembedahan utama untuk
mengatasi perfusi jaringan yang tidak adekuat karena adanya eschar yang
menekan vascular. (Ignatavicius D, 1991 hal. 385). Tindakan yang dilakukan
hanya berupa insisi dan bukan membuang eschar. Apabila tindakan ini dilakukan
akan mengakibatkan tidak adanya aliran darah ke pembuluh darah dan terjadi
hipoksia serta iskemia jaringan. Tindakan pembedahan lain yang sering dipakai
adalah eksisi tangensial yaitu tindakan membuang jaringan dan jaringan
dibawahnya sampai persis diatas fasia dimana terdapat pleksus pembuluh darah
sehingga langsung dilakukan operasi skin graft (Sidik, 1983).

Pada eksisi tangensial, kulit yang terkena luka bakar dihilangkan dalam lapirsan tipis
dengan dermatom sampai dicapai jaringan viabel yang mendasari. Bila seluruh luka
sudah dieksisi sampai lapangan normal, maka luka sudah bisa ditutup dengan cangkokan
sebagai ketebalan kulit (splithickness). Cangkokan kulit harus disesuaikan dengan
keadaan kulit yang akan dicangkokan. Sebagai contoh apabila luka bakar terjadi
pada wajah dengan cangkokan kecil maka harus ditutup dengan cangkokan kecil
yang diambil dari daerah post-auricularis atau supraclavicularis untuk
menghindari kesulitan mencocokan warna. Bedah rekonstruksi merupakan
tindakan bedah yang mengkhususkan pada penanganan kecacatan serta
kelainan pada kulit, jaringan lunak, rangka, dan otot. Salah satu contoh tindakan
bedah ini adalah cangkok kulit (transpalnatasi kulit) pada pasien yang mengalami
kerusakan kulit akibat luka bakar atau kecelakaan. Transplantasi umumnya
merupakan auto-transplantasi, yaitu kulit yang digunakan berasal dari individu
yang sama. Hal ini dilakukan sebgai upaya untuk meningkatkan keberhasilna
tindakan bedah untuk meminimalkan reaksi penolakan tubuh yang dapat timbul.
Metode baru yang digunakan dalam transplantasi kulit, yaitu split cangkok kulit
dan flap.

1)      Split cangkok kulit (skin grafting)

Split cangkok kulit merupakan cangkok lapisan epidermis kulit yang dapat
dipindahkan secara bebas. Kulit yang digunakan dapat berasal dari bagian mana
saja dari tubuh, namun pada umumnya berasal dari daerah paha, pantat, punggu
atau perut. Permukaan kulit dapat diperluas dengan membuat irisan-irisan yang
bila direnggangkan akan membentuk jala, sehingga luasnya dapat mencapai 1,5
hingga 6-9x luas semula. Teknik cangkok jala ini disebut mesh dan biasanya
digunakan pada luka bakar yang luas. Untuk mendapatkan hasil yang maksimal,
maka diperlukan beberapa persyaratan antara lain sistem peredaran darah pada
daerah resipien (daerah yang mendapatkan kulit cangkokan) harus baik, tidak
infeksi, dan keadaan umum penderita harus baik.

2)      Flap

Flap adalah cangkok jaringan kulit beserta jaringan lunak dibawahnya yang diangkat dari
tempat asalnya. Flap yang dipindahkan akan membentuk pendarahan baru di tempat
resipien. Tindakan bedah rekonstruksi ini antara lain sering digunakan untuk
memperbaiki kecacatan atau kelainan yang timbul akibat kecelakaan. Aplikasi
teknik bedah ini digunakan pada rekonstruksi hidung, memperbaiki kelainan pada
wajah paska operasi (misalnya pada pipi paska operasi tumor), dll.
Walaupun dalam bedah rekonstruksi diupayakan semaksimal mungkin
menggunakan bahan-bahan yang berasal dari tubuh penderita sendiri, namun
adakalanya hal tersebut tidak memungkinkan. Oleh karena itu, untuk menunjang
upaya bedah rekonstruksimasaih diperlukan bahan-bahan sintetis. Bahan-bahan
tersebut sebelum digunakan dan ditanam dalam tubuh harus memiliki beberapa
syarat antara lain tidak atau sedikit menimbulkan reaksi tubuh, tidak bersifat
magnetis, dan tidak menghantarkan listrik, bahan sintetik yang lazim dipakai
adalah silicon, akrilik, dan logam campuran seperti titanium.

d.      Terapi Isolasi dan Manipulasi Lingkungan

Luka bakar mengakibatkan imunosupresi (penekanan sistem imun) selama tahap


awal cedera oleh karenanya pasien luka bakar memerlukan ruangan khusus
dengan suhu ruangan yang dapat diatur udara bersih, serta terpisah dari pasien
lain yang bisa menimbulkan infeksi silang. Alat tenun yang digunakan harus
steril, perawat menggunakan masker, gaun dan sarung tangan steril setiap kali
akan melakukan tindakan untuk pasien (Ignavicius Donna, 1991).

19

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penatalaksanaan luka


yaitu: penyembuhan luka, infeksi, dan penanganan luka. Proses penyembuhan
luka terbagi menjadi tiga fase :
1.      Fase inflamasi

Fase inflamasi yaitu fase yang bertentangan dari terjadinya luka bakar 3-4 hari
pasca luka bakar. Dalam fase ini terjadi perubahan vascular dan proliferasi
selular. Daerah luka mengalami agregasi trombosit dan mengeluarkan serotonin.
Mulai timbul epitelisasi.

2.        Fase fibroblastic

Fase fibroblastic yaitu dimulai pada hari ke 4-20 pasca luka bakar. Pada fase ini
timbul sebukan fibroblast yang membentuk kolagen yang tampak secara klinis
sebagai jaringan granulasi yang berwarna kemerahan.

3.        Fase maturasi

Fase maturasi yaitu terjadi proses pematangan kolagen. Pada fase ini terjadi
pula penurunan aktivitas selular dan vascular, berlangsung hingga 8 bulan
sampai lebih dari 1 tahun dan berakhir jika sudah tidak ada tanda-tanda radang.
Bentuk akhir dari fase ini adalah jaringan parut yang berwarna pucat, tipis, lemas
tanpa rasa nyeri atau gatal.

2.2     KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

2.2.1 Pengkajian

1.      Aktifitas/istirahat:

Tanda: Penurunan kekuatan, tahanan; keterbatasan rentang gerak pada area


yang sakit; gangguan massa otot, perubahan tonus.

2.      Sirkulasi:

Tanda (dengan cedera luka bakar lebih dari 20% APTT): hipotensi (syok);
penurunan nadi perifer distal pada ekstremitas yang cedera; vasokontriksi perifer
umum dengan kehilangan nadi, kulit putih dan dingin (syok listrik); takikardia
(syok/ansietas/nyeri); disritmia (syok listrik); pembentukan oedema jaringan
(semua luka bakar).

20

3.      Integritas ego:

Gejala: masalah tentang keluarga, pekerjaan, keuangan, kecacatan.

Tanda: ansietas, menangis, ketergantungan, menyangkal, menarik diri, marah.

4.       Eliminasi:

Tanda: haluaran urine menurun/tak ada selama fase darurat; warna mungkin
hitam kemerahan bila terjadi mioglobin, mengindikasikan kerusakan otot dalam;
diuresis (setelah kebocoran kapiler dan mobilisasi cairan ke dalam sirkulasi);
penurunan bising usus/tak ada; khususnya pada luka bakar kutaneus lebih besar
dari 20% sebagai stres penurunan motilitas/peristaltik gastrik.

5.       Makanan/cairan:

Tanda: oedema jaringan umum; anoreksia; mual/muntah.

6.       Neurosensori:

Gejala: area batas; kesemutan.

Tanda: perubahan orientasi; afek, perilaku; penurunan refleks tendon dalam


(RTD) pada cedera ekstremitas; aktifitas kejang (syok listrik); laserasi korneal;
kerusakan retinal; penurunan ketajaman penglihatan (syok listrik); ruptur
membran timpanik (syok listrik); paralisis (cedera listrik pada aliran saraf).

7.       Nyeri/kenyamanan:

Gejala: berbagai nyeri; contoh luka bakar derajat pertama secara eksteren
sensitif untuk disentuh; ditekan; gerakan udara dan perubahan suhu; luka bakar
ketebalan sedang derajat kedua sangat nyeri; sementara respon pada luka bakar
ketebalan derajat kedua tergantung pada keutuhan ujung saraf; luka bakar
derajat tiga tidak nyeri.

8.       Pernafasan:

Gejala: terkurung dalam ruang tertutup; terpajan lama (kemungkinan cedera


inhalasi).

Tanda: serak; batuk mengii; partikel karbon dalam sputum; ketidakmampuan


menelan sekresi oral dan sianosis; indikasi cedera inhalasi. Pengembangan torak
mungkin terbatas pada adanya luka bakar lingkar dada; jalan nafas terdapat
stridor; sekret jalan nafas dalam (ronkhi).

9.       Integument Kulit umum:

21

Destruksi jaringan dalam mungkin tidak terbukti selama 3-5 hari sehubungan
dengan proses trobus mikrovaskuler pada beberapa luka. Area kulit tak terbakar
mungkin dingin/lembab, pucat, dengan pengisian kapiler lambat pada adanya
penurunan curah jantung sehubungan dengan kehilangan cairan/status syok.

Cedera api: terdapat area cedera campuran dalam sehubungan dengan variase
intensitas panas yang dihasilkan bekuan terbakar. Bulu hidung gosong; mukosa
hidung dan mulut kering; merah; lepuh pada faring posterior; oedema lingkar
mulut dan atau lingkar nasal.

Cedera kimia: tampak luka bervariasi sesuai agen penyebab. Kulit mungkin
coklat kekuningan dengan tekstur seperti kulit samak halus; lepuh; ulkus;
nekrosis; atau jaringan parut tebal. Cedera secara umum lebih dalam dari
tampaknya secara perkutan dan kerusakan jaringan dapat berlanjut sampai 72
jam setelah cedera.

Cedera listrik: cedera kutaneus eksternal biasanya lebih sedikit di bawah


nekrosis. Penampilan luka bervariasi dapat meliputi luka aliran masuk/keluar
(eksplosif), luka bakar dari gerakan aliran pada proksimal tubuh tertutup dan luka
bakar termal sehubungan dengan pakaian terbakar.

2.2.2 Diagnosa keperawatan

1.      Aktual/resiko ketidakseimbangan cairan dan elektrolit b.d peningkatan permeabilitas


kapiler dan kehilangan cairan akibat evaporasi dari daerah luka bakar.

2.      Aktual/resiko hipotermia b.d gangguan mikrosirkulasi kulit dan luka yang terbuka.

3.      Nyeri b.d hipoksia jaringan, cedera jaringan serta saraf.

4.      Kecemasan b.d ketakutan dan dampak emosional luka bakar.

5.      Risiko tinggi infeksi b.d hilangnya barier kulit dan terganggunya respons imun.

6.      Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh b.d hipermetabolisme dan


kebutuhan bagi kesembuhan luka.

7.      Gangguan integritas kulit b.d luka bakar terbuka.

22

8.      Hambatan mobilitas fisik b.d edema luka bakar, rasa nyeri dan kontraktur persendian.

2.2.3 Perencanaan keperawatan

1.    Aktual/resiko ketidakseimbangan cairan dan elektrolit b.d peningkatan permeabilitas


kapiler dan kehilangan cairan akibat evaporasi dari daerah luka bakar.

Tujuan : Dalam waktu 1x24 jam tidak terjadi ketidakseimbangan cairan dan
elektrolit

Kriteria hasil :
a.    Pasien tidak mengeluh pusing, TTV dalam batas normal, kesadaran optimal, urine
>600ml/hari

b.    Membran mukosa lembab, turgor kulit normal, CRT<3 detik

c.    Keluhan diare, mual, muntah berkurang

d.   Laboratorium nilai elektrolit normal, analisa gas darah normal

Intervensi Rasional
Pertahankan pemberian IVFD Pemberian   cairan   RL   diberikan   untuk
mencegah syok hipovolemik. Pemb
nfuse   volumenya   harus   sesuai   dengan
volume urin output.

Observasi factor penyebab, usia, luas Perpindahan  dan  kehilangan  cairan  pada
uka  bakar,  kedalaman  luka  bakar pasien  luka  bakar  mengharuskan  perawat
dan adanya riwayat penyakit lain untuk memeriksa tanda-tanda vital dan urine
output.

Observasi intake dan output Penurunan curah jantung   mengakiba


gangguan perfusi ginjal, retensi natrium dan
air dan penurunan urine output.

Kolaborasi dalam pemeriksaanUntuk mendeteksi adanya ko


elektrolit serum hiponatremia dan hipokalemia sekunder dari
hilangnya elektrolit dari plasma.

23

2.      Aktual/resiko hipotermia b.d gangguan mikrosirkulasi kulit dan luka yang terbuka.

Tujuan : Dalam waktu 1x24 jam fase kritis NET tidak mengalami hipotermia
Kriteria hasil :
a.       Suhu badan dalam rentang normal 36,0-37,00C

b.      CRT <3 detik


c.       Akral hangat

Intervensi Rasional
Sesuaikan suhu kamar   denganPasien biasanya sensitive terh
kondisi yang tidak terlalu hangat dan perubahan  suhu  ruangan.  Hal  ini  untuk
tidak  terlalu  dingin.  Dengan  cara: meningkatkan kenyamanan dan suhu tubuh
pemakaian selimut katun. pasien.

Lakukan intervensi perawatan  lukaUntuk  mengurangi  gejala  menggigil  dan


dengan cepat kehilangan panas.

Monitor suhu tubuh, menggigil atau Intervensi  yang  penting  untuk  mencegah
minta pasien untuk melaporkan bila hipotermi yang lebih berat.
merasa kedinginan

Monitor  derajat,  kondisi  kedalaman Semakin tinggi derajat, kedalaman, dan luas
dan luasnya lesi luka bakar luka  bakar  maka  risiko  hipotermi  akan
semakin  tinggi.  Penderita  luka  bakar  akan
cenderung menggigil.    Dehidrasi  
tampak berat apabila daerah kulit yang rusak
terkena  aliran  udara  hangat  yang  terus
menerus.

3.      Nyeri b.d hipoksia jaringan, cedera jaringan serta saraf.

Tujuan : Dalam waktu 1x24 jam nyeri berkurang/hilang atau beradaptasi Kriteria
hasil :

a.    Secara subyektif klien menyatakan nyeri berkurang atau dapat diadaptasi. Skala nyeri 0-
1 (0-10)

b. Dapat mengidentifikasi aktifitas yang meningkatkan atau menurunkan nyeri

24

c. asien tidak gelisah


Intervensi Ras
Atur posisipasien senyamanPosisi fisiologis akan meningkatkan asupan
mungkin,  kearah  yang  berlawanan O2 ke jaringan yang mengalami peradangan.

dengan letak dari lesi untuk bagian


tubuh yang mengalami inflamasi
dilakukan mobilisasi untuk
mengurangi respon peradangan  dan
mempercepat penyembuhan.

Istirahatkan klien Kondisi ini akan meningkatkan suplai darah


pada jaringan yang mengalami peradangan.

Ajarkan tehnik relaksasi: pernapasan Meningkatkan  asupan  O2   sehingga  akan


dalam menurunkan nyeri sekunder dari peradangan.

Ajarkan  tehnik  distraksi  pada  saat Distraksi dapat menurunkan    stim


nyeri internal dengan mekanisme   peningk
produksi endorphin dan enkefalin yang dapat
memblok   reseptor   nyeri   untuk   tidak
mengirimkan  ke  kortks  serebri  sehingga
menurunkan persepsi nyeri.

Observasi skala nyeri denganUntuk mengetahui sejauh mana keberhasilan


pendekatan PQRST intervensi yang dilakukan.

Kolaborasi dalam pemberianAnalgetik memblok lintasan nyeri sehingga


analgetik nyeri akan berkurang.

4.      Kecemasan b.d ketakutan dan dampak emosional luka bakar. Tujuan : Dalam waktu
1x24 jam kecemasan pasien berkurang. Kriteria hasil :

a.    Pasien menyatakan kecemasannya berkurang dan dapat mengidentifikasi penyebab


kecemasannya

b.    Kooperatif terhadap tindakan

c.    Wajah rileks
25

Intervensi Rasional

Mulai  melakukan  tindakan untukPasien memerlukan dukungan emosional dan


mengurangi kecemasan. Beripenjelasan yang sederhana tentang prosedur
lingkungan yang tenang dan suasana penanganan serta perawatan yang diberikan.
penuh istirahat

Beri kesempatan pada  pasien untuk Dapat  menghilangkan ketegangan terhadap


mengungkapkan ansietasnya kekhawatiran yang diekspresikan.

Observasi kondisi fisik danNormalnyapasienlukabakardan


emosional pasien  dan  keluarga  dari keluarganya akan mengalami s
adanya luka bakar yang dialami emosional dan ansietas. Rencana intervensi
disesuaikan   menurut   kebutuhan   masing-
masing.

Kolaborasi dalam pemberianMeringankan reaksi dan    menuru


anticemas sesuai indikasi, contohnya kecemasan.
: diazepam

5.      Risiko tinggi infeksi b.d hilangnya barier kulit dan terganggunya respons imun.
Tujuan : dalam waktu 7x24 jam tidak terjadi infeksi, terjadi perbaikan pada integritas
jaringan lunak

Kriteria hasil :

a.       Lesi luka bakar menutup pada hari ke-7 minimal 0,5 cm

b.      Tidak terdapat tanda-tanda infeksi

c.       Leukosit dalam batas normal

d.      TTV dalam batas normal

Intervensi Rasional
Lakukan perawatan luka steril setiap Perawatan luka sebaiknya  dilakukan setiap
hari hari untuk   membersihkan debris
menurunkan kontak kuman masuk kedalam
lesi.  Intervensi  dilakukan  dalam  kondisi
steril sehingga   mencegah kontam

26

kuman ke lesi pemfigus.

Bersihkan  luka  dengan  jenis  cairan Padalukayangsudahmengering,


yang   disesuaikan  dengan  kondisi pembersihan    debris (sisa fagosi
individu jaringan  mati)  dan  kuman  sekitar  luka
dengan  mengoptimalkan kelebihan io
providum sebagai antiseptik dan dengan arah
dari    dalam    keluar    dapat    mencegah
kontaminasi kuman ke jaringan luka.

Buat kondisi balutan dalam keadaan Kondisi bersih dan kering akan menghindari
bersih dan kering kontaminasi komensal dan
menyebabkan  respons  inflamasi  local  dan
akan memperlama penyembuhan luka.

Observasi derajat, kondisi kedalaman Mengidentifikasi kemajuan


dan luasnya lesi luka bakar. penyimpangan dari tujuan yang diharapkan.

Kolaborasi dalam penggunaan Antibiotic injeksi diberikan untuk mencegah


antibiotik aktivasi  kuman  yang  bisa  masuk.  Peran
perawat mengkaji adanya reaksi dan riwayat
alergi antibiotic serta memberikan antibiotic
sesuai pesanan dokter.

6.      Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh b.d hipermetabolisme dan


kebutuhan bagi kesembuhan luka

Tujuan : dalam waktu 5x24 jam asupan nutrisi pasien terpenuhi Kriteria hasil :
a.       Asupan nutrisi pasien adekuat

b.      Penurunan BB selama 5x24 jam tidak melebihi dari 0,5 kg

Intervensi Rasional
Fasilitasi  pasien  dalam memenuhiJika  tidak  terjadi  vomitus  dan  distensi
asupan nutrisi abdomen pemberian cairan diberikan secara
bertahap.

27

Lakukan dan   ajarkan perawatanMenurunkan  rasa  tidak  enak  karena  sisa


mulut  sebelum dan sesudah makan, makanan  dan  bau  obat  yang  merangsang
serta sebelum dan sesudahmuntah.
pemeriksaan oral

Berikan makanan dengan perlahanPasien dapat berkonsentrasi pada mekanisme


pada lingkungan yang tenang makan tanpa adanya distraksi/ gangguan dari
luar.

Observasi status nutrisi pasien, turgor Memvalidasi dan menetapkan   de


kulit, berat badan, integritas mukosa masalah untuk menetapkan intervensi yang
oral,   kemampuan menelan   dantepat.
riwayat mual/muntah

Kolaborasi  dengan  ahli  gizi  dalam Merencanakan diet dengan kandu


menetapkan komposisi dan jenis diet nutrisi    untuk memenuhi peningk
yang tepat kebutuhan  energy  dan  kalori  sehubungan
dengan status hipermetabolik pasien.

7.      Gangguan integritas kulit b.d luka bakar terbuka.

Tujuan : dalam waktu 12x24 jam integritas kulit perbaikannya semakin optimal
Kriteria hasil :
a.       Pertumbuhan jaringan membaik

b.      Lesi psoarisis berkurang

Intervensi Rasional
Tingkatkan asupan nutrisi Diet TKTP dapat meningkatkan asupan dari
kebutuhan pertumbuhan jaringan.

Lakukan pergantian balutan padaUntuk mencegah terjadinya infeksi.


perawatan luka bakar tertutup

Observasi kerusakan jaringan danApabila  dalam  5x24 jam  belum  men


perkembangan pertumbuhan jaringan kriteria   hasil,   maka   perlu   dilakukan
observasi ulang mengenai factor-faktor yang
dapat    menghambat pertumbuhan  

28

perba
ikan dari lesi.

mberian albumin Pasien dengan luka bakar cenderung mengalami penurunan kadar albumin darah.
Hipoalbuminemia menurunkan peningkatan integritas kulit sehingga diperlukan albumin
tambahan agar terjadi peningkatan integritas kulit.

8.      Hambatan mobilitas fisik b.d edema luka bakar, rasa nyeri dan kontraktur persendian.
Tujuan : dalam waktu 7x24 jam terjadi peningkatan mobilitas sesuai tingkat
toleransi individu

Kriteria hasil :

a.       Klien dapat melakukan mobilisasi ekstremitas secara bertahap

b.      Melaksanakan mobilisasi secara kooperatif

Intervensi Rasional
Lakukan latihan ROM pada seluruh Latihan    ROMyangoptimal    dapat
ekstremitas menurunkan atrofi otot, perbaikan sirkulasi
perifer   dan   mencegah   kontraktur   pada
ekstremitas. Lakukan secara bertahap.

Observasi kemampuan dan hambatan Hambatan  biasanya   terjadi  akibat  adanya


motorik pada seluruh ekstremitas kontraktur  sendi  atau  akibat  nyeri  apabila
menggerakkan ekstremitas.

2.2.4 Evaluasi keperawatan

a.       Pasien tidak mengeluh pusing, TTV dalam batas normal, kesadaran optimal, urine
>600ml/hari

b.      Membran mukosa lembab, turgor kulit normal, CRT<3 detik

c.       Keluhan diare, mual, muntah berkurang

d.      Laboratorium nilai elektrolit normal, leukosit dalam batas normal, analisa gas darah
normal

e.       Dapat mengidentifikasi aktifitas yang meningkatkan atau menurunkan nyeri


f.       Pasien tidak gelisah

g.      Lesi luka bakar menutup pada hari ke-7 minimal 0,5 cm

h.      Tidak terdapat tanda-tanda infeksi

i.        Asupan nutrisi pasien adekuat

j.        Klien dapat melakukan mobilisasi ekstremitas secara bertahan.

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Luka bakar ialah perlukaan yang disebabkan karena kontak atau terpapar
dengan zat-zat termal, chemical, elektrik atau radiasi yang menyebabkan luka
bakar. faktor yang menjadi penyebab beratnya luka bakar antara lain: keluasan
luka bakar, kedalaman luka bakar, umur pasien, agen penyebab, fraktur atau
luka–luka lain yang menyertai, penyakit yang dialami terdahulu seperti diabetes,
jantung, ginjal, obesitas dan adanya trauma inhalasi. klasifikasi luka bakar dibagi
menjadi 4 yaitu, superficial (derajat 1), agak superfisial, mengenai sebagian
lapisan kulit (derajat ii), seluruh lapisan kulit (derajat iii) dan derajat 4.
3.2 Saran

Pasien luka bakar memerlukan tindakan yang cepat dan tepat sehingga para
perawat perlu memahami konsep dasar penyakit luka bakar agar dapat
menangani pasien dengan tepat sehingga meminimalkan dampak yang bahaya
bagi tubuh dan terhindar dari kecacatan fisik.

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadsyah I, Prasetyono TOH. 2005. Luka. Dalam: Sjamsuhidajat R, de Jong W,


editor. Buku

ajar ilmu bedah. Edisi 2. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC

Effendy, Christiantie. 1999. Perawatan Pasien Luka Bakar. Jakarta: EGC

Engram,Barbara.(1998). Rencana asuhan keperawatan medical bedah vol.3. EGC:


Jakarta

Engram,Barbara.(1998). Rencana asuhan keperawatan medical bedah vol.2. EGC:


Jakarta

Ignatavicius, Donna D. (1991). Medical Surgical Nursing. Hal. 361. Philadelphia: WB.
Saunders Company.

Lukman,abdul. 2014. Askep luka bakar Combustio. [Online] Academia.edu. (Diakses


tanggal 27 maret 2015)
Luckman, Sorensens (1993). Medical Surgical Nursing. Fourth edition. Hal. 1985.
Philadelphia :

WB. Saunders Company

Moenadjat Y. 2003. Luka bakar. Edisi 2. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2003

Muttaqin, Arif. 2007. Asuhan Keperawatan dengan Klien dengan Gangguan Sistem Integumen.
Jakarta: Salemba Medika

Ensiklopedia Bebas. 2013. Luka Bakar. [Online]. http://id.wikipedia.org/wiki/Luka_bakar.


(diakses tanggal 27 Maret 2015)

Aryuliana, Diah, Ph.D, dkk. 2004. Biologi 2. Jakarta: Esis, Erlangga

Sabiston, David C. 1995. Buku Ajar Bedah. Jakarta: EGC

Demikianlah materi tentang Makalah Luka Bakar (Combustio) yang sempat kami


berikan. semoga materi yang kami berikan dan jangan lupa juga untuk menyimak
materi seputar Makalah Nabi Musa AS  yang telah kami posting sebelumnya.
Semoga dapat membantu menambah wawasan anda semikian dan terimah
kasih.

Anda dapat mendownload Makalah diatas dalam Bentuk Document Word (.doc)
melalui link berikut.

Download

Google Facebook Twitter
Artikel Terkait

Makalah Patient Safety


Makalah Asma

Makalah Transcultural Nursing


Makalah Imunisasi

Makalah Askep Difteri


Makalah Zat Aditif, Adiktif dan Psikotropika

Unknown 



This Is The Newest Post
Makalah Pengertian Sistem Pendidikan
Emoticon

Popular Post


Makalah Kebugaran Jasmani
Makalah Kebugaran Jasmani - Jika dalam postingan ini, anda ...


Makalah Kingdom Plantae
Makalah Kingdom Plantae - Jika dalam postingan ini, anda ku...


Makalah Pola Hidup Sehat
Makalah Pola Hidup Sehat  - Jika dalam postingan ini, anda k...


Makalah kingdom Monera
Makalah kingdom Monera - Jika dalam postingan ini, anda kur...


Makalah Tenis Meja
Makalah Tenis Meja - Jika dalam postingan ini, anda kurang ...
Kategori
agama akuntansi akutansi astronomi Bahasa biologi filsafat fisika geografi Hukum Int
ernet Kesehatan kimia lingkungan olahraga pendidikan Pengembangan
Diri Pertanian pkn psikologi sejarah seni Sosial
About

Blog ini berisi berbagai macam kumpulan Makalah yang berasal darti berbagai sumber. Silahkan
dipergunakan sebagaimana mestinya dan disebarkan sebagaimana seharusnya.

  
Copyright © 2020 Makalah All Right Reserved
Arlina Design Blogger

Anda mungkin juga menyukai