Salah satu metode pengumpulan biaya produksi adalah harga pokok pesanan,
metode harga pokok ini banyak digunakan oleh perusahaan yang memproduksi lebih
dari satu jenis produk, sehingga produk yang dikerjakan sangatlah beragam baik dari
segi mode, ukuran, bentuk maupun mutunya.
Metode harga pokok pesanan merupakan metode perhitungan harga pokok setelah
produk selesai dikerjakan. Pengumpulan biaya harga pokok tersebut untuk setiap jenis
produk dicatat dalam kartu harga pokok pesanan.
Metode harga pokok pesanan adalah suatu cara menghitung atau mengumpulkan biaya produksi untuk
pesanan tertentu. Harga pokok persatuan produk yang dihasilkan dihitung dengan cara membagi total
biaya produksi untuk pesanan tersebut dengan jumlah satuan produk dalam pesanan yang
bersangkutan.
Tujuan pengumpulan biaya dalam metode harga pokok pesanan adalah untuk mengetahui harga pokok
pesanan setiap barang jadi yang dipesan dan diserahkan ke pemesan. Pengumpulan biaya produksi
dalam suatu perusahaan dipengaruhi oleh ciri ciri kegiatan produksi suatu perusahaan. Perusahaan yang
memproduksinya berdasar pesanan mengolah bahan baku menjadi produk jadi berdasarkan pesanan.
Metode Pengumpulan Harga Pokok Produksi Pengumpulan harga pokok produksi dapat dikelompokkan
menjadi dua metode sebagai berikut :
1. Metode Harga Pokok Pesanan (Job Order Cost Method) Metode harga pokok pesanan adalah metode
pengumpulan harga pokok produk dimana biaya-biaya produksi dikumpulkan untuk pesanan tertentu
dan biaya produksi per satuan produk yang dihasilkan untuk memenuhi pesanan tersebut dihitung
dengan cara membagi total biaya produksi untuk pesanan tersebut dengan jumlah satuan produk dalam
pesanan yang bersangkutan. Mulyadi (2010:75). Pengolahan produk akan dimulai setelah datangnya
pesanan dari pelanggan atau pembeli melalui dokumen pesanan penjualan (sales order), yang memuat
jenis dan jumlah produk yang dipesan, spesifikasi pesanan, tanggal pesanan diterima dan harus
diserahkan.
2. Metode Harga Pokok Proses (Process Cost Method) Metode harga pokok proses adalah metode
pengumpulan harga pokok produk dimana biaya-biaya produksi dikumpulkan untuk periode tertentu,
dan biaya produksi per satuan produk yang dihasilkan dalam periode tertentu dihitung dengan cara
membagi total biaya produksi untuk periode tersebut dengan jumlah satuan produk yang dihasilkan
dalam periode yang bersangkutan. Mulyadi (2010: 75). Perusahaan menghasilkan produk yang
homogen, bentuk produk bersifat standar, dan tidak tergantung spesifikasi yang diminta oleh pembeli.
Kegiatan produksi perusahaan ditentukan oleh budget produksi atau skedul produksi untuk satuan
waktu tertentu yang sekaligus dipakai dasar oleh bagian produksi untuk melaksanakan produksi.
Pengertian Harga Pokok Pesanan Iman Firmansyah (2015 : 1) mendefinisikan harga pokok pesanan
adalah cara perhitungan harga pokok produksi untuk produk yang dibuat berdasarkan pesanan.
Perhitungan Harga Pokok Pesanan Menurut Armanto Witjaksono (2013:1) estimasi biaya produksi untuk
menentukan harga jual sebagai berikut : Estimasi Biaya Tenaga Kerja xxx Estimasi Biaya Bahan Baku xxx
Estimasi Biaya Overhead xxx + Total Estimasi Biaya Produksi xxx Ditambah Marjin Laba yang diharapkan
xxx + Harga Jual yang Dibebankan pada Pemesan xxx
Manfaat Informasi Harga Pokok Pesanan Menurut Bastian Bustami dan Nurlela (2013 : 62) manfaat
informasi harga pokok pesanan yaitu untuk penetapan harga jual dan pengendalian biaya umumnya
calon pelanggan selalu meminta estimasi biaya terlebih dahulu sebelum mereka memesan dan seringkali
mereka memesan dan memberi pekerjaan, membandingkan dengan pesaing. Oleh sebab itu perusahaan
harus dapat mengestimasi biaya secara akurat agar dapat bersaing dengan perusahaan lain dan
menghasilkan laba yang optimal. Menurut Mulyadi (2012 : 5) manfaat informasi harga pokok pesanan
yaitu : 1. Menentukan harga jual yang akan dibebankan kepada pemesan 2. Mempertimbangkan
penerimaan atau penolakan pesanan 3. Memantau realisasi biaya produksi 4. Menghitung laba atau rugi
tiap pesanan 5. Menentukan harga pokok persediaan produk jadi dan produk dalam proses yang
disajikan dalam neraca.
Metode harga pokok proses adalah metode penentuan harga pokok produk dengan cara
mengumpulkan biaya produksi yang terjadi selama 1 periode tertentu kemudian dibagi sama rata
kepada produk yang dihasilkan pada periode yang bersangkutan.
Ciri – ciri metode harga pokok proses berdasarkan proses pengumpulan biaya
1. biaya produksi dikumpulkan pada setiap periode tertentu dan dicatat pada rekening barang
dalam proses
2. harga pokok produk per satuan dihitung pada setiap akhir periode tertentu
3. bila produk diolah melalui lebih dari satu departemen, maka harga pokok produk pada
departemen sebelumnya akan menambah harga produk pada departemen berikutnya sampai
menjadi produk jadi
4. laporan harga pokok produksi dipakai untuk menghitung biaya produksi per satuan
Biaya Produksi : Biaya bahan, biaya tenaga kerja, dan biaya overhead pabrik
1. Biaya Bahan
Dalam perusahaan ini barang yang dibuat memiliki karakteristik tertentu, yang berbeda satu sama
lainnya. Dengan demikian biaya setiap produk juga berbeda. Oleh karena itu untuk menentukan harga
pokok barang yang dibuat , biaya produksi pembuatan barang harus dikumpulkan secara tersendiri.
Metode pengumpulan biaya yang diterapkan dalam perusahaan semacam ini disebut Metode Harga
Pokok Pesanan ( Job Order Cost Method). Contoh perusahaan yang menerapkan metode ini adalah :
Perusahaan Percetakan, Kontraktor, Industri galangan kapal dan lain-lain.
Contoh :
Penjahit Mustika dalam bulan Juni 2008 mendapat pesanan pembuatan seragam pegawai dari suatu
instansi sebanyak 80 stel. Dari jumlah pesanan tersebut perusahan telah mengeluarkan biaya-biaya
sebagai berikut :
Dari data tersebut di atas maka dapat dihitung Harga Pokok Produk per stel pakaian adalah sebagai
berikut :
= Rp 16.500.000,00
80
= Rp 206.250,-
b. Metode Harga Pokok Proses (Process Cost Method)
Dalam perusahaan semacam ini, biasanya produksinya hanya satu jenis barang dimana barang yang
diproduksi adalah secara massal, sehingga produk yang dihasilkan merupakan produk standar, yang
mempunyai bentuk, ukuran, kualitas yang sama. Tujuan produksi adalah untuk mengisi persediaan.
Untuk mentukan harga pokok setiap produk , biaya produksi dikumpulkan dalam satu periode tertentu,
kemudian dibagi sama rata kepada produk yang dihasilkan selama periode itu. Metode pengumpulan
biaya yang diterapkan dalam perusahaan semacam ini disebut Metode Harga Pokok Proses (Process
Cost Method)
Untuk mengetahui harga pokok per unit dihitung dengan rumus sebagai berikut :
Contoh :
Perusahaan Roti ”Selera” dalam bulan April 2008 telah memproduksi 3.500 bungkus kue. Dalam proses
produksi ini telah dikeluarkan biaya-biaya sebgai berikut :
Total Biaya Rp 7.700.000,-
Dari data tersebut di atas maka dapat dihitung Harga Pokok Produk per bungkus adalah sebagai berikut :
= Rp 7.700.000,-
3.500
Ditilik dari segi makna, job order costing merujuk pada perhitungan biaya dari suatu kontrak atau
pekerjaan yang dilakukan atas permintaan klien. Sedang process costing merupakan biaya yang
dikenakan untuk setiap proses yang dilakukan dalam menghasilkan suatu produk.
Dari cara menghitungnya, job order costing menghitung semua biaya yang dikeluarkan, sedang process
costing hanya menghitung biaya tiap proses yang dijalani kemudian dibagi dengan banyaknya produk
yang dihasilkan untuk mengetahui biaya tiap unit.
Dapat dikatakan dalam hal perbedaan cakupan biaya, bahwa job order costing menghitung pekerjaan
dan process costing menghitung proses. Tak ada perpindahan uang dalam job order costing, tapi dalam
process costing uang kerap berpindah tangan sesuai proses yang ditangani tiap departemen.
Perhitungan biaya job order costing umumnya dilakukan setelah pengerjaan selesai, sementara untuk
process costing perhitungan dilakukan setelah semua proses selesai. Oleh karena itu, job costing banyak
dipraktikkan di industri yang melayani permintaan konsumen. Untuk process costing, penerapannya
lebih tepat digunakan industri dengan skala produksi besar.
Dalam proses produksinya, kesalahan atau kehilangan tidak dihitung untuk job costing. Hal berbeda
terjadi untuk process costing, karena setiap kehilangan akan dihitung dan dinilai sebagai bagian dari
kerugian produksi. Itu sebabnya, job costing tak mengenal pemotongan anggaran, sementara dalam
process costing justru kerap terjadi.
Process costing juga mempunyai nilai plus, yaitu memungkinkan manajemen memperoleh informasi
detail tentang statistik produksi dari tiap departemen dalam satu lingkungan kerja. Karena sifatnya yang
demikian, process costing tepat diterapkan perusahaan membuat produk yang berkelanjutan.
Meski demikian, dua jenis perhitungan biaya ini juga punya sisi lemah masing-masing. Kelemahan job
order costing yaitu bahwa manajemen diharuskan mengetahui semua material dan upah pekerja yang
dikeluarkan selama pengerjaan berlangsung. Sementara kelemahan process costing yaitu terlalu
bergantung catatan statistik alih-alih data lapangan.
Ambil contoh jika kontraktor menggunakan sistem job order costing. Dengan sistem ini, kontraktor
diharuskan paham alur pengadaan material, teknik konstruksi, instalasi listrik, termasuk mengelola
makan siang dan jam kerja semua pekerja yang terlibat.
Sementara jika memakai sistem process costing, material dihitung menggunakan rata-rata unit produksi,
dan pengeluaran untuk upah relatif konsisten antara periode gajian sehingga perusahaan butuh sumber
dana besar untuk dapat melakukan ini.
Hybrid Costing
Hybrid Costing System adalah sistem penetapan biaya yang memadukan karakteristikdari job-
costingdan process costing system.Misalnya pada perusahaan Ford Motor Companysebuah
produsen mobil yang berasal dari Amerika Serikat. Proses produksinya berjalandengan alur
yang terus menerus yang sesuai dengan process costing namun setiap unit produkmemiliki
beberapa perbedaan mengenai ukuran mesin, transmisi, sistem musik, dansebagainya, yang
membutuhkan job-costing system. Biasanya perusahaan yangmemproduksi barang-barang yang
memiliki standar model yang hampir sama (contohnyaberbagai jenis televisi, mesin cuci, pendi
gin ruangan, tas, sepatu, dan sebagainya).Perusahaan ini menggunakan process costing untuk
melaporkan biaya konversi dan jobcosting untuk bahan baku dan komponen yang disesuaikan.
[Cha15]Operating Costing System merupakan jenis yang umum dari hybrid costing
system.Sistem ini biasanya digunakan pada sekumpulan produk yang mirip tetapi tidak
identik.Misalnya dalam produksi tas. Setiap produk mengikuti beberapa proses dan prosedur
yangsama. Di sisi lain setaip produk juga memiliki karakteristik masing-masing, ada
yangmenggunakan kulit asli ada juga yang menggunakan kulit buatan. Produk
biasanyadimasukkan dalam kelompok yang setiap kelompoknya memiliki bahan yang spesifik.
Hal inimirip sperti dalam job-costing. Namun biaya lainnya seperti tenaga kerja dan
overheaddiakumulasi setiap departemennya kemudian dimasukkan dalam biaya setiap unitnya
sepertidalam process costing.
Hybrid Costing atau penetapan harga pokok campuran ini memadukan ide yang terdapat dalam
job-order costing dan process costing. Sistem biaya dapat digunakan dengan perhitungan biaya
dalam proses (process costing) dan perhitungan biaya berdasarkan pesanan (job order costing).
Perhitunagan biaya berdasarkan pesanan dan perhitungan biaya berdasarkan proses adalah
dua metode akumulasi biaya yang paling banyak digunakan dan keduanya memiliki beberapa
aspek yang sama.
Dalam pendekatan tradisional seperti job order costing dan process costing, ada penelusuran rinci atas
biaya ke barang dalam proses sedangkan pada pendekatan backflushing penelusuran ini tidak
dibutuhkan, karena jangka waktu dari penerimaan bahan baku sampai penyelesaian barang jadi sangat
singkat.
Karakteristik backflushing:
Dapat dipakai pada perusahaan yang telah menggunakan sistem just in time.
Perkiraan material dan work in process dikombinasikan ke dalam satu perkiraan yaitu Raw and In
Process (RIP).
Perkiraan persediaan tidak disesuaikan dalam periode akuntansi tapi saldonya disesuaikan melalui ayat
jurnal yang dibuat pada akhir periode akuntansi.
Estimasi biaya material dan konversi, serta raw material yang belum diproses dilakukan pada akhir
periode.
g) Penyelesaian pesanan
h) Penjualan produk
Bahan Baku
2.510
14/01 40 320
15/01 32 256
16/01 36 288
17/01 40 320
18/01 48 384
1.568
16/01 10 400
1.176
Bahan baku Rp 2.510 Harga jual Rp 7.860
Harga pokok
Laba Rp 1.410
Latar Belakang
Metode harga pokok proses yang merupakan metode pengumpulan biaya produksi untukmenentukan
harga pokok produk pada perusahaan yang menghasilkan produk atas dasarpesanan. Pemahaman
terhadap konsep biaya memerlukan analisis yang hati-hati terhadapkarekteristik dari transaksi yang
berkaitan dengan biaya. Ada elemen laporan lain yang sifatnyahampir sama dengan biaya namun
sebaiknya tidak dimasukkan sebagai komponen biaya. Hargapokok pesanan dapat dipahami dengan
mengenali batasan atau pengertian yang berkaitan denganbiaya. Dengan pemahaman seperti ini,
transaksi yang berkaitan dengan HPP dapat dengan mudahdiidentifikasi sehingga dapat disajikan dengan
benar dalam laporan keuangan. Dalam makalahini akan membahas tentang biaya yang merupakan dasar
pencatatan nilai dalam akuntansi padatahap pembebanan.