Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PRAKTIKUM

DASAR-DASAR GENETIKA

ACARA V
PERSILANGAN JAGUNG

Disusun Oleh
Nama

LABORATORIUM PEMULIAAN TANAMAN DAN GENETIKA


DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
2019
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Jagung merupakan salah satu hasil pertanian yang digunakan sebagai
makanan pokok oleh masyarakat Indonesia. Untuk menemukan suatu tanaman
unggul, maka perlu dilakukan peningkatan produktivitas tanaman salah satunya
melalui persilangan. Menurut Fatimah et al (2014), persilangan menjadi salah satu
upaya yang bisa dilakukan untuk menghasilkan kultivar unggul yang mempunyai
potensi hasil tinggi.
Persilangan merupakan salah satu upaya untuk menambah variabilitas genetik
dan memperoleh genotipe baru yang lebih unggul. Salah satu tipe persilangan yang
sering dilakukan adalah persilangan dialel (diallel cross). Persilangan dialel adalah
persilangan yang dilakukan di antara semua pasangan tetua sehingga dapat diketahui
potensi hasil suatu kombinasi hibrida, nilai heterosis, daya gabung (daya gabung
umum dan daya gabung khusus), dan dugaan besarnya ragam genetik dari suatu
karakter (Sujiprihati et al., 2012).
Menurut Tanty (2011), Jagung merupakan tanaman semusim determinan, dan
satu siklus hidupnya diselesaikan dalam 80-150 hari. Paruh pertama dari siklus
merupakan tahap pertumbuhan vegetatif dan paruh kedua untuk pertumbuhan
generatif. Jagung disebut juga tanaman berumah satu karena bunga jantan dan
betinanya terdapat dalam satu tanaman. Bunga betina, tongkol, muncul dari aksila
tajuk. Bunga jantan berkembang dari titik tumbuh apikal di ujung tanaman. Rambut
jagung (silk) adalah pemanjangan dari saluran stylar ovary yang matang pada
tongkol.
Jagung merupakan tanaman yang menyerbuk silang secara alami.
Penyerbukan buatan baik penyerbukan sendiri (persilangan dalam) atau
penyerbukan silang adalah kegiatan yang sangat erat kaitannya dengan pemuliaan
tanaman jagung. Persilangan dalam atau penyerbukan sendiri bertujuan untuk
mendapatkan galur-galur yang terbaik dan bersifat homozigot, sedangkan
persilangan antara 2 galur bertujuan untuk menggabungkan sifat-sifat baik dari
keduanya, persilangan ini sering dilakukan dalam penciptaan varietas unggul jagung
baik itu hibrida atau varietas bersari bebas (Maintang dan Nurdin, 2013).
Penyerbukan pada jagung terjadi bila serbuk sari dan bunga jantan menempel
pada rambut tongkol. Hampir 95% dari persarian tersebut berasal dari serbuk
tanaman lain, dan hanya 5% yang berasal dari serbuk tanaman sendiri. Oleh karena
itu, tanaman jagung disebut tanaman bersari silang, dimana sebagian besar dari
serbuk sari berasal dari tanaman lain. Terlepasnya serbuk sari berlangsung 3-6 hari,
bergantung pada varietas, suhu, dan kelembaban. Penyerbukan selesai dalam 24-36
jam dan biji mulai terbentuk sesudah 10-15 hari. Setelah penyerbukan, warna
rambut tongkol berubah menjadi coklat dan kemudian kering (Tanty,2011). Oleh
karena itu untuk menambah variabilitas genetik dan memperoleh genotipe baru yang
lebih unggul pada tanaman jagung perlu dilakukan kegiatan persilangan.

B. Tujuan
Makalah ini disusun dengan tujuan sebagai berikut:
1. Melatih mahasiswa untuk melakukan persilangan jagung sebagai tanaman model
dalam genetika dan mempelajari hasilnya.
II. PERSILANGAN JAGUNG
A. Hasil
Tabel 5.1. Hasil persilangan jagung

Pengamatan
Jantan Betina Panjang
Jumlah Bentuk/Tekstur Warna
Tongko Dokumensi
Bulir Bulir Bulir
l

Kombinasi
Lokal Hibrida 25,5 cm 101 Bulat putih dan
kuning

Hibrida Hibrida 26,5 cm 385 Bulat Kuning

Hibrida Lokal 13,3 cm 15 Bulat Putih

Lokal Lokal 11,1 cm 0 - -

B. Pembahasan
Tanaman jagung mempunyai komposisi genetik yang sangat dinamis karena
cara penyerbukan bunganya menyilang. Informasi variasi genetik tanaman jagung
perlu diketahui sebagai dasar pertimbangan dalam penyusunan strategi konservasi,
pemuliaan, pengelolaan, dan pemanfaatan sumber daya genetik tanaman (Adriani et
al ., 2015). Jagung mempunyai 10 khromosom di dalam sel-sel reproduktif
(haploid), 20 khromosom di dalam sel-sel somatik (diploid) dan 30 khromosom di
dalam sel-sel endosperm (triploid). Secara umum semua tipe tanaman jagung
mempunyai 10 pasang khromosom (Aristya et al.,2015). Untuk merakit varietas
unggul baru diperlukan syarat yaitu tersedianya materi genetik yang memiliki
variabilitas yang luas. Variabilitas genetic ini timbul dari gen-gen yang bersegregasi
dan berinteraksi dengan gen lain (Andarini dan Sutoro., 2018).
Jagung merupakan species berumah satu dengan inflorescence bunga staminat
(jantan) dan bunga karpelat (betina) pada individu tumbuhan yang sama.
Inflorescence staminat (jantan) adalah malai pada ujung tumbuhan, serta tongkol
(ear) jagung adalah kumpulan bulir-bulir (buah berbiji satu) yang berkembang dari
suatu inflorescence bunga karpelat (betina) yang dibuahi (Campbell et al., 2003).
Bunga jantan terdiri dari gluma, lodikula, palea, anther, filarnen dan lemma. Adapun
bagian-bagian dari bunga betina adalah tangkai tongkol, tunas, kelobot, calon biji,
calon janggel, penutup kelobot dan rambut-tambut. Alat kelamin jantan dan betina
jagung berada pada bunga yang berbeda sehingga disebut bunga tidak sempurna.
Bunga jantan pada jagung terletak di ujung batang. Adapun bunga betina terdapat di
ketiak daun ke-6 atau ke-8 dari bunga jantan (Paeru dan Dewi., 2017).
Pada tongkol jagung terdapat biji jagung yang tersusun rapi. Setiap tongkol
terdiri atas 10-14 deret biji, sedangkan setiap tongkol terdiri kurang lebih 200-400
butir. Bagian biji jagung sendiri terdiri atas tiga bagian, yaitu pericarp,endosperma,
dan embrio. Perikarp atau kulit merupakan bagian paling luar sebagai lapisan
pembungkus. Endosperma merupakan bagian atau lapisan kedua sebagai cadangan
makanan biji. Endosperma tersebut mengelilingi embrio. Sementara itu, embrio
merupakan bagian paling dalam yang disebut Lembaga (Paeru dan Dewi., 2017).
Menurut Aak (1993), biji jagung (Zea mays L.) terdiri dari dua bagian yaitu
embrio dan endosperm. Embrio terjadi dari bersatunya gamet-gamet jantan dan
betina pada suatu proses pembuahan. Setiap biji yang sangat muda dan sedang
tumbuh selalu terdiri dari 3 bagian yaitu embrio, kulit biji dan endosperm. Pada
tanaman jagung endosperm merupakan bagian yang terbesar. Endosperm dapat
didefinisikan sebagai suatu jaringan penyimpanan cadangan makanan. Endosperm
dan embrio dibungkus oleh kulit biji.
Jagung disebut tanaman berumah satu (monoeciuos) karena bunga jantan dan
betinanya terdapat dalam satu tanaman. Tanaman jagung adalah protandri, di mana
pada sebagian besar varietas, bunga jantannya muncul (anthesis) 1-3 hari sebelum
rambut bunga betina muncul (silking). Penyerbukan pada jagung terjadi bila serbuk
sari dari bunga jantan menempel pada rambut tongkol (putik). Hampir 95% dari
persarian tersebut berasal dari serbuk sari tanaman lain (serbuk silang) dan hanya
5% yang berasal dari serbuk sari tanaman sendiri (serbuk sendiri), oleh karena itu,
tanaman jagung disebut tanaman bersari silang (cross pollinated crop) (Purwono
dan Hartono., 2005).
Dalam percobaan ini bahan yang digunakan yaitu tanaman jagung (Zea
mays), berupa tanaman jagung hibrida dan jagung lokal dengan biji berwarna putih.
Alat yang digunakan yaitu kantung plastic, gunting, pisau dan tali. Metode yang
digunakan dalam percobaan ini adalah metode kantung (tassel bag method). Pada
metode ini bunga jantan (malai) maupun bunga betina (tongkol) dilakukan
pembungkusan . Pembungkusan dilakukan sebelum malai mekar dan sebelum
rambut tongkol muncul. Hal ini bertujuan untuk meminimalisir terjadinya
penyerbukan lain. Malai yang keluar dari pucuk tanaman dikerodong
menggunakan kantong plastik begitupun untuk tongkol dikerodong sebelum rambut
jagung keluar. Pada hari berikutnya tongkol diperiksa untuk melihat perkembangan
pada rambut jagung. Rambut jagung yang sudah mulai memanjang dipotong kira-
kira 1-2 cm di atas permukaan ujung kelobot. Pemotongan dilakukan untuk
mencegah rambut tongkol keluar dari kantong, sehingga nantinya ditakutkan terjadi
penyerbukan yang tidak diinginkan. Malai bunga jantan yang telah dikerodong
diambil serbuk sarinya dengan menggoyang-goyangkan kantong agar serbuk
sarinya rontok. Serbuk sari ini digunakan sebagai tetua jantan, selanjutnya
penyerbukan dilakukan dengan cara menaburkan serbuk sari yang telah terkumpul
diatas permukaan potongan rambut jagung. Adanya serbuk sari ditandai dengan
melekatnya butiran kecil berwarna kuning pada kantong.
Pada percobaan ini dilakukan penyerbukan secara selfing maupun crossing.
Untuk selfing dilakukan antara malai jagung berbiji putih dengan tongkol jagung
berbiji putih begitupun untuk biji jagung berbiji merah. Sedangkan untuk crossing
dilakukan penyerbukan antara tongkol jagung berbiji merah sebagai induk betina
dengan malai jagung berbiji putih sebagai induk jantan, begitupun sebaliknya untuk
tongkol jagung berbiji putih sebagai induk betina dan malai jagung berbiji merah
sebagai induk jantan.
Terdapat beberapa warna biji jagung yaitu ungu, merah, kuning dan putih.
Perbedaan warna tersebut dikendalikan secara genetik dengan adanya sintesis
pigmen pada biji jagung yaitu dari kelompok antosianin dan karotenoid. Pigmen
antosianin berperan dalam menghasilkan warna ungu atau merah sedangkan warna
kuning ditentukan oleh karotenoid. Tidak terbentuknya kedua kelompok pigmen
tersebut menghasilkan warna putih (Pemandungan dan Ogie., 2018).
Gen-gen yang berperan dalam pembentukan warna biji jagung terdiri dari gen
Pr/pr, C/c dan R/r dan Y/y. Warna ungu akan tampak ketika biji jagung memiliki
gen Pr/-, C1/-, R1/- dan warna merah akan tampak ketika memiliki gen pr/pr, C1/-,
R1/-. Biji jagung tampak tak berwarna dengan adanya alel c1/c1 atau r1/r1. Semua
kombinasi faktor di luar interaksi dengan gen C dan R menyebabkan aleuron tidak
berwarna sehingga warna bulir yang tampak berasal dari adanya gen Y atau y yaitu
berwarna kuning atau putih.Pembagian tipe biji didasarkan atas kualitas, kuantitas
dan susunan komposisi endosperm dalam biji jagung. Komposisi endosperm
dipengaruhi oleh satu gen yang berbeda misalnya floury (fI) dengan flint (FI),
sugary (su) dengan starchy (Su), waxy (wx) dengan non-waxy (Wx) dan gen
modifikasi resesif tunggal lainnya yang telah digunakan dalam pemuliaan khusus
yang berkaitan dengan tipe biji.
Alel Bz1 dominan mengarah pada pembentukan pigmen antosianin (warna
ungu) di endosperma ketika A1, C1 dan gen lain hadir dalam kondisi dominan.
Kehadiran alel bz1 resesif menghasilkan warna coklat. Alel Sh1 dominan
memberikan pengaruh biji bundar, sementara sh1 menciptakan bentuk biji sedikit
penyok. Ketika, Bz1Bz1 / Sh1Sh1 (ungu dan bulat) disilangkan dengan bz1bz1 /
sh1sh1 (coklat dan menyusut), sebagian besar butiran F2 adalah dari tipe orang tua,
sementara beberapa butir menunjukkan fenotipe rekombinan (ungu dan menyusut;
coklat dan bulat) (Hossain et al., 2019).
Pada karakter warna kernel, tetua yang digunakan pada penelitian ini masing-
masing memiliki warna kernel yang berbeda-beda. Pada jagung lokal warna kernel
menunjukkan warna putih menurut Maulidha dan Sugiharto (2019) kernel yang
menunjukkan warna putih dipengaruhi aktivitas gen resesif ganda y1y1. Pada
jagung hibrida warna kernel menunjukkan warna kuning. Kernel yang
menunjukkan warna dipengaruhi adanya gen Y1 dominan. Pada persilangan warna
kernel putih dengan warna kernel kuning (♀ lokal x ♂ hibrida) dihasilkan semua
warna kernel yang muncul adalah warna putih sebanyak 15 butir serta panjang
tongkol 13,3 cm. Menurut Maulidha dan Sugiharto (2019) dalam penelitiannya
dihasilkan warna kernel menunjukkan dominasi kernel berwarna putih. Munculnya
kernel berwarna putih menjadi dominan dikarenakan terdapa gen yang mengatur
warna putih. Kernel warna putih muncul karena terdapat gen y1y1y1, yaitu dimana
maternal effect memiliki komposisi gen y1y1, dan paternal effect juga memiliki
komposisi satu gen yaitu y1. Sehingga ketika karakter dari maternal muncul
(y1y1), maka terdapat kemungkinan sangat besar warna kernel mengikuti menjadi
putih.
Pada hasil persilangan warna kernel putih dengan warna kernel kuning (♀
lokal x ♂ hibrida) didapatkan jumlah butir sebanyak 15. Hal ini menunjukkan
bahwa biji tidak terisi penuh dalam satu tongkol jagung, kemungkin disebabkan
karena proses pembentukan biji yang tidak normal. Ketidaknormalan ini
ditunjukkan dengan tumbuhnya 4 pohon jagung dari hasil penanaman 1 benih
Jagung, sehingga dimungkinkan akan terjadi persaingan pemenuhan nutrisi yang
akan mempengaruhi pertumbuhannya. Selanjutnya untuk penyerbukan selfing
warna kernel putih dengan warna kernel putih (♀ lokal x ♂ lokal) tiak dihasilkan
bulir serta didapatkan panjang tongkol 11,1. Tidak munculnya biji ini kemungkinan
disebabkan karena pada terhambatnya proses penyerbukan, sehingga tidak terjadi
pembuahan.
Menurut Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian
(2008), penggunaan benih bermutu merupakan langkah awal menuju keberhasilan
dalam usahatani jagung. Pertumbuhan tanaman sulaman biasanya tidak normal
karena adanya persaingan untuk tumbuh, dan biji yang terbentuk dalam tongkol
tidak penuh akibat penyerbukan tidak sempurna, sehingga tidak akan mampu
meningkatkan hasil. Tidak penuhnya tongkol juga diakibatkan karena serbuk sari
mati akibat suhu lingkungan yang terlalu tinggi (>38°C) atau tidak berada di
lingkungan yang sesuai untuk tumbuh optimal, serta adanya kemungkinan proses
penyerbukan yang tidak berjalan lancar karena serbuk sari tidak jatuh ke rambut
tongkol dan bakal biji tidak mendapat serbuk sari yang mencukupi.
Pada persilangan jagung warna kernel kuning dengan warna kernel putih (♀
hibrida x ♂ lokal) didapatkan jumlah butir sebanyak 101 bulir dengan panjang
tongkol 25,5 cm serta tipe biji bulat dengan terbentuknya kombinasi biji warna
kuning dan putih yang muncul. Menurut Maulidha dan Sugiharto (2019) ,kernel
berwarna kuning tersebut dipengaruhi oleh gen Y1Y1Y1. Munculnya warna putih
sama halnya seperti sebelumnya, munculnya warna kernel tersebut dikarenakan
adanya gen y1y1Y1. Selain itu munculnya kombinasi kernel tersebut bisa terjadi
akibat gen yang dapat mengendalikan masing-masing karakter dari tetua sama-
sama kuat sehingga tidak ada yang saling mendominasi.
Pada penyerbukan jagung warna kernel kuning dengan warna kernel kuning
atau selfing (♀ hibrida x ♂ hibrida) didapatkan jumlah butir sebanyak 385 bulir
dengan panjang tongkol 26,5 cm serta tipe biji bulat dan terbentuk semua biji
berwarna kuning. Menurut Maulidha dan Sugiharto (2019), Kernel berwarna
kuning trsebut dipengaruhi oleh gen dominan baik di maternal dan paternal. Gen
tersebut adalah gen Y1Y1Y1.Warna kernel kuning memiliki kandungan karotenoid
paling banyak diantara semua jenis warna kernel,sehingga baik aleuron maupun
endosperm kernel berwarna kuning.
III. PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian di atas maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Proses persilangan pada tanaman jagung dapat dilakukan dengan metode tassel
bag atau metode kantung. Pada persilangan (♀ lokal x ♂ hibrida) didapatkan
keturunan dengan fenotip biji berwarna putih dengan bentuk bulat. Pada
persilangan (♀ lokal x ♂ lokal) tidak nampak fenotip biji yang muncul. Pada
persilangan (♀ hibrida x ♂ lokal ) didapatkan keturunan dengan fenotip dengan
kombinasi biji berwarna putih dan kuning serta berbentuk bulat. Pada
persilangan (♀ hibrida x ♂ hibrida) didapatkan keturunan dengan fenotip biji
berwarna kuning dengan bentuk bulat.

B. Saran
Dalam melakukan kegiatan persilangan jagung sebaiknya diperhatikan untuk
waktu pelaksaanaan dan kondisi yang optimal untuk dilakukannya persilangan
untuk dapat meminimalisir kemungkinan kegagalan yang terjadi dalam persilangan.
DAFTAR PUSTAKA
Aak. 1993. Teknik Bercocok Tanam Jagung. Kanisius, Yogyakarta.

Andarini,Y.N., dan Sutoro. 2018. Pengelompokan plasma nutfah jagung lokal


berdasarkan karakter kuantitatif tanaman. Informatika Pertanian 27 (1) : 15-24.

Adriani,M.,M.Azrai., W.B. Suwarno., dan S.H. Sutjahjo. 2015. Pendugaan keragaman


genetik dan heritabilitas jagung hibrida silang puncak pada perlakuan cekaman
kekeringan. Informatika Pertanian 24 (1) : 91-100.

Aristya,G.R., B.S.Daryono., N.S.N.Handayani., dan T.Arisuryanti. 2015. Karakteristik


Kromosom Tumbuhan dan Hewan. UGM Press, Yogyakarta.

Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian. 2008. Teknologi


Budidaya Jagung. BB Pengkajian.

Campbell,N.A., J.B.Reece., dan L.G.Mitchell. 2003. Biologi Edisi Kelima Jilid II.
Erlangga, Jakarta.

Fatimah,F., A.N.Sugiharto., dan Ainurrasjid. 2014. Efek xenia pada persilangan


beberapa genotipe jagung (Zea mays.L) terhadap karakter biji dan tongkol jagung.
Jurnal Produksi Tanaman 2 (2): 103-110.

Hossain,F., S.R.Bhat., T.Mohapatra., dan A.K.Sigh. 2019. Genetics on a maize cob:A


teaching tool for schools. Indian J.Genet 79(1) :340-366.

Maintang dan M.Nurdin. 2013. Pengaruh waktu penyerbukan terhadap keberhasilan


pembuahan jagung pada populasi SATP-2 (S2)C6. Jurnal Agribisnis Kepulauan 2
(2) : 94-105.

Maulidha, A.R., dan A.N.Sugiharto. Pengaruh kombinasi persilangan jagung (zea mays
l.) Terhadap karakter kualitatif pada hibdridanya (F1). Jurnal Produksi Tanaman 7 (5)
: 755-765.

Paeru,R.H., dan T.Q. Dewi. 2017. Panduan Praktis Budidaya Jagung. Penebar Swadaya,
Bogor.

Pamandungan, Y., dan T.B.Ogie. 2018. Pewarisan sifat warna dan tipe biji
jagungmanado kuning. Eugenia 24 (1) : 1-8.

Purwono., dan R.Hartono. 2005. Bertanam Jagung Unggul. Penebar Swadaya, Bogor.
Sujiprihati,S., M.Syukur., A.T.Makkulawu., dan R.N.Iriany. 2012. Perakitan varietas
hibrida jagung manis berdaya hasil tinggi dan tahan terhadap penyakit bulai. Jurnal
Ilmu Pertanian Indonesia 17 (3): 159-165.
Tanty,H. 2011. Evaluasi daya gabung persilangan jagung dengan metode diallel.
ComTech 2 (2): 1099- 1106.
LAMPIRAN

(♀ lokal x ♂ lokal) (♀ lokal x ♂ hibrida)

(♀ hibrida x ♂ hibrida) (♀ hibrida x ♂ lokal)

Anda mungkin juga menyukai