Piutang dagang Rp 1.509.250.000
Dikurangi : penyisihan piutang tak tertagih Rp (3.773.125)
Piutang dagang Rp 1.505.476.875
Penghapusan Piutang
Penghapusan piutang (bad debt) dalam pengertian sederhana adalah kerugian yang
harus ditanggung perusahaan karena adanya piutang yang tidak dapat ditagih. Piutang tidak
dapat ditagih selain karena peminjam memiliki kondisi yang menyulitkannya membayar,
juga dapat disebabkan karena tidak dibuatnya kontrak atau perjanjian yang jelas dan
dilindungi hukum.
Adakalanya dapat dipastikan bahwa piutang kepada seorang pelanggan tidak akan dapat
ditagih, karena bermacam-macam penyebabnya. Apakah itu karena pelanggan yang
bersangkutan telah dinyatakan pailit, bangkrut, meninggal dunia atau lari ke luar negeri, dan
lain-lain.
Ada dua metode dalam melakukan penghapusan Piutang, yaitu Metode
Penghapusan langsung (Direct write-off method) dan Metode Cadangan/Penyisihan
(Allowance Method). Adapun cara atau metode yg digunakan untuk penyisihan dan
penghapusan piutang tak tertagih sebagai berikut:
Metode ini menjelaskan penghapusan piutang akan dilakukan pada saat suatu
piutang benar-benar tidak tertagih oleh perusahaan. pada saat itulah diadakan pencatatan
kerugian tersebut ke dalam perkiraan penghapusan piutang disebelah debit, serta
mengkreditkan perkiraan piutang dalam jumlah yang sama, guna mengeluarkan piutang
yang tidak tertagih itu dari catatan.
Metode ini biasanya digunakan pada perusahaan-perusahaan ygan berskala kecil,
atau dapat juga diterapkan pada perusahaan yang tidak dapat menaksirkan kerugian
piutang dengan tepat.
Metode ini mencatat beban piutang tak tertagih hanya pada suatu piutang, dianggap benar-
benar tidak tertagih.
Jurnalnya:
Beban Piutang Tak Tertagih Rp xxx
Piutang Usaha Rp xxx
Metode ini menjelaskan bahwa setiap akhir periode perusahaan perlu mengadakan
penaksiran tentang besarnya piutang yg kira-kira tidak tertagih. Pada saat tersebut jumlah
yg diperkirakan tidak tertagih dianggap dan dicatat sebagai kerugian dengan cara
mendebitkan ke dalam perkiraan penghapusan piutang. tetapi jumlah piutang yg diduga
tidak tertagih tersebut belum dikeluarkan dari perkiraan piutang, melainkan baru dianggap
dan dicatat sebagai cadangan piutang yg sekiranya tidak tertagih.
Pencadangan ini dilakukan dengan membukukannya ke dalam perkiraan cadangan
penghapusan piutang disebelah kredit. bilamana pada suatu waktu nanti, piutang yg
dicadangkan tidak tertagih, maka jumlah tersebut harus dikeluarkan dari catatan perkiraan
cadangan penghapusan piutang. karena status cadangan telah berubah menjadi suatu
kepastian, yakni dipastikan tidak tertagih lagi. Metode ini biasanya mencatat beban piutang
tak tertagih dengan mengestimasi jumlah piutang tak tertagih pada akhir periode, metode
ini digunakan oleh perusahaan berskala besar, dimana perusahaan sudah membuat
estimasi/perkiraan mengenai kerugian piutang yg akan diterima akibat tidak dapat ditagih
seluruhnya.
Berikut ini perbedaan jurnal menggunakan metode cadangan dan metode penghapusan:
Penerimaan Piutang Dihapuskan
Apabila piutang yang telah dihapuskan diterima pembayarannya, maka pencatatannya
adalah sebagai berikut :
1. Metode Langsung
Jurnal :
Kas (D) Rp xxx
Kerugian Piutang Tak Tertagih (K) Rp xxx
2. Metode Cadangan
Jurnal :
Piutang Dagang (D) Rp xxx
Cadangan Piutang Tak Tertagih (K) Rp xxx
(Mengembalikan piutang yang sudah dihapuskan)
Umur Piutang
Analisa umur piutang,adalah mengelompokkan saldo piutang pada suatu saat tertentu
berdasarkan golongan umurnya. Dari analisa ini pimpinan perusahaan akan dapat melihat
berapa dari saldo piutang yang dimilikinya,jumlah-jumlah yang telah lewat jatuh tempo dan
sampai berapa lama lewatjatuh temponya. Dari analisa umur piutang ini, pimpinan
perusahaan akan dapat mengambil beberapa tindakan yang perlu dilakukan, misalnya
menentukan kerugian yang mungkin timbul oleh karena tidak tertagihnya piutang.
Sebagaimana yang telah diketahui bahwa setiap akhir periode akuntansi, misalnya
akhir bulan atau akhir tahun, dibuat daftar piutang. Ini adalah rincian saldo piutang menurut
nama pelanggan pada suatu saat tertentu .
Supaya dapat diketahui berapa lama piutang suatu pelanggan telah berlalu, daftar
piutang biasanya dikelompokkan menurut umur. Umur piutang adalah jangka waktu sejak
dicatatnya transaksi penjualan sampai dengan saat dibuatnya daftar piutang.
Sering kita temui, piutang dikelompokkan menurut jumlah hari tertentu, misalnya
piutang yang berumur 1-30 hari; 31-60 hari; dan seterusnya. Saldo piutang untuk satu
pelanggan mungkin termasuk dalam satu atau lebih kelompok umur piutang. Perhatikan
contoh berikut:
Perhitungan umur piutang kepada Toko Sigli yang pada tanggal 31 Desember 2018 bersaldo
Rp650 adalah sebagai berikut:
Anggaplah bahwa pengelompokkan umur dilakukan menurut golongan 1-30 hari; 31-60 hari;
61-90 hari; 91-120 hari dan di atas 121 hari. Dalam daftar piutang per 31 Desember 2018,
piutang kepada Toko Sigli dicantumkan sebagai berikut:
Cara menghitung umur piutang yang berasal dari transaksi tanggal 20 September 2018
(Nomor Bukti 607) adalah sebagai berikut:
Anda dapat melihat pada tabel di atas, di mana jumlah hari untuk bulan September 2018
adalah 10 hari. Jumlah tersebut diperoleh dari perhitungan yang mana jumlah hari untuk
bulan September (30) dikurangi dengan tanggal terjadinya transaksi (20).
Adakalanya, uang dari penagihan piutang tidak diterima menurut jumlah yang tertera dalam
faktur. Bukan tidak mungkin, jumlah uang yang diterima pada suatu saat tertentu lebih kecil
dari jumlah yang tercantum dalam faktur. Begitu juga sebaliknya, pada hari-hari berikutnya,
bisa jadi jumlah itu lebih besar.
Dalam hal demikian, kata Soemarso (2002: 347), maka umur piutang dihitung dengan
menelusuri debit (penjualan kredit) dan kredit (penagihan) dalam kartu piutang dan
menentukan penagihan-penagihan mana yang digunakan untuk mengurangi piutang
tertentu. Oleh sebab itu, aturan yang dapat digunakan adalah bahwa penjualan yang lebih
awal akan dilunasi lebih dulu. Agar Anda tidak bingung, perhatikanlah contoh berikut ini:
Jika setelah 20 September 2018 tidak ada lagi transaksi yang dilakukan dengan CV Utama,
maka pada tanggal 31 Desember 2018 saldo piutang kepada pelanggan tersebut adalah
sebesar Rp800. Sesuai dengan aturan untuk menentukan umur piutang, saldo sebesar
Rp800 itu terdiri dari penjualan pada tanggal 20 September dan 30 Agustus 2018. Dengan
demikian, umur piutang kepada CV Utama ditentukan sebagai berikut:
Berdasarkan penggolongan yang telah diterangkan pada paragraf keempat dari pembahasan
ini, maka piutang kepada CV Utama dalam daftar piutang per 31 Desember 2018 akan
dipaparkan sebagai berikut:
Setelah semua piutang kepada pelanggan disatukan menurut umur dengan cara seperti di
atas, maka daftar umur piutang dapat dibuat seperti yang terlihat pada tabel di bawah ini:
PT Mega Mendung
Daftar Umur Piutang
31 Desember 2018
Resume Wesel Tagih
Penarikan Wesel
Suatu wesel dapat diberikan kepada perusahaan oleh karena berbagai sebab.
Misalnya, untuk mengganti piutang dagang yang telah jatuh tempo tetpai belum dapat
dibayar, oleh karena dalam syarat jual beli memang disebutkan harus diterbitkan wesel atau
oleh karena perusahaan memberikan pinjaman dalam bentuk uang tunai dan untuk itu
harus diterbitkan wesel.
Contoh pada tanggal 9 Desember 2017 PT Sukses menerima wesel tak berbunga dan
berjangka waktu 60 hari, sejumlah Rp 50.000 dari PT Lulus atas yang dilakukan kepadanya.
Ayat jurnal yang dibuat sebagai berikut:
Pada tanggal 9 Desember 2017 sebuah wesel berbunga 24% dan berjangka waktu 90 hari,
sejumlah Rp 100.000 diterima dari PT Tertunda untuk mengganti piutangnya yang telah
jatuh tempo
Ayat jurnal dibuat sebagai berikut:
(D) Piutang wesel Rp 100.000
(K) Piutang dagang Rp 100.000
Pada tanggal 7 November 2017 PT Sukses menerima wesel berbunga 27% berjangka waktu
120 hari sebesar Rp 500.000. Wesel ini dikeluarkan karena pinjaman yang diberikan oleh PT
Sukses kepada PT Lulus. Bunga atas wesel ini telah diperhitungkan dimuka.
Ayat jurnal dibuat sebagai berikut:
(D) Piutang wesel Rp 500.000
(K) Bunga diterima dimuka Rp 45.000
(K) Bank Rp 455.000
Cara menghitung jatuh tempo piutang dapat dinyatakan dalam jumlah bulan setelah
tanggal penerbitan. Dalam hal ini, tanggal jatuh tempo ditentukan dengan menghitung
jumlah bulan dari tanggal penerbitan.Perhatikan contoh berikut:
Wesel 3 bulan bertanggal 5 Juni akan jatuh tempo pada tanggal 5 September. Wesel
2 bulan bertanggal 31 Juli akan jatuh tempo pada tanggal 30 September.
Wesel ini biasanya menyebutkan bahwa bunga harus dibayarkan dalam periode
antara tanggal penerbitan sampai tanggal jatuh tempo.Wesel ini yang mencakup periode
waktu lebih dari satu tahun biasanya membebankan bunga yang dibayar tahunan, atau
bulanan.
Untuk menentukan nilai jatuh tempo wesel yang berbunga dan tanpa bunga, jika
ketentuan pembayaran wesel ini adalah di bawah satu tahun, bunga biasanya dibayarkan
saat wesel dilunasi.Tingkat bunga wesel ini biasanya dinyatakan dalam tahunan, tanpa
melihat periode waktu sebenarnya.
Perhitungan Bunga
Tingkat bunga yang dicantumkan dalam wesel biasanya berlaku untuk satu tahun.
Untuk wesel yang berjangka kurang dari satu tahun, maka jangka waktu ini harus dinyatakan
dalam pecahaannya terhadap jangka waktu satu tahun.
Rumusnya sebagai berikut:
Apabila wesel yang dinyatakan dalam hari, jangka waktu satu tahun harus
dinyatakan dalam hari. Pada umumnya satu tahun dianggap 360 hari (30 X 12 bulan).
Apabila wesel dinyatakan dalam bulan, jangka waktu satu tahun akan dinyatakan dalam 12
bulan (1 tahun = 12 bulan).
Jurnal penyesuaian diatas pada awal tahu perlu dibuatkan jurnal balik. Dalam
penyajian di neraca, bunga masih harus diterima digolongkan ke dalam aktiva lancar.
(D) Bank Rp 4.910
(D) Beban bunga Rp 90
(K) Piutang wesel Rp 5.000
Ayat jurnal yang perlu dibuat untuk pendiskontoan wesel berbunga ini adalah sebagai
berikut:
(D) Bank Rp 10.441
(K) Piutang wesel Rp 10.000
(K) Pendapatan bunga Rp 441
Nilai Nominal Wesel (Rp 10.000) – Hasil yang diterima (Rp 10.441).
Jadi, jika hasi yang diterima ternyata lebih kecil daripada nilai nominal wesel, maka
selisihnya merupakan beban bunga.
Penolakan Wesel
Apabila penerbit wesel tidak memenuhi kewajibannya pada saat jatuh tempo, maka
wesel tersebut dinyatakan “ditolak” (dishonored). Wesel tagih yang ditolak tidak dapat
diperdagangkan lagi. Oleh karena itu, pemegang wesel akan memindahkan klaim ini,
termasuk bunganya ke akun piutang.
Contohnya :
Wesel berbunga 24% dan berjangka waktu 90 hari sebesar Rp 10.000 yang
dikeluarkan oleh PT Tertunda pada tanggal 7 November 2017 telah didiskontokan ke bank
pada tanggal 16 Januari 2018. Pada saat jatuh tempo ternyata wesel tersebut tidak dibayar.
Ayat jurnal yang perlu dibuatkan untuk mencatat pembayaran kepada bank guna
mengganti wesel yang ditolak adalah sebagai berikut:
Dari gambar diatas dapat dilihat bahwa persediaan barang dagang yang ada pada
akhir tahun berjalan (2016) akan muncul baik di neraca maupun laporan laba rugi.
Persediaan ini pada tahun berikutnya (2017, tidak digambarkan),akan merupakan
persediaan awal dalam laporan laba rugi. Sebaliknya, persediaan barang pada awal tahun
berjalan akan muncul di neraca dan laporan laba rugi tahun sebelumnya.
Ada saling hubungan antara persediaan barang dagang di neraca dan laporan laba
rugi. Bahkan, ada saling hubunga antara persediaan barang dagang pada tahun berjalan
dengan sebelumnya dan tahun yang akan datang. Dari adanya saling hubungan ini, terlihat
bahwa betapa pentingnya pos ini dalam menentukan laba/rugi dan posisi keuangan
perusahaan, tidak saja terhadap tahun berjalan, tetapi juga terhadap tahun sebelumnya dan
tahun yang akan datang. Kesalahan dalam menentukan nilai persediaan barang dagang akan
mempengaruhi tidak saja laporan laba rugi dan neraca tahun berjalan tetapi juga neraca dan
laporan laba rugi tahun yang akan datang.
1) Metode Perpetual
Dalam system perpetual, perubahan jumlah persediaan (fisik maupun rupiah)
dimonitor setiap saat. Caranya dengan menyediakan kartu persediaan untuk setiap jenis
persediaan. Apabila ada selisih dalam pencatatan persediaan maka pada jurnal dicatat
sebagai selisih pencatatan persediaan.Perusahaan yang menggunakan Sistem Perpetual,
memiliki beberapa ciri-ciri perusahaan perpetual adalah sebagai berikut:
Persediaan merupakan rekening control dan dilengkapi dengan buku pembantu persediaan
yang berisi catatan untuk tiap jenis persediaan Selain itu, perusahaan yang menggunakan
jurnal sistem perpetual, memiliki keuntungan tersendiri, di antaranya yaitu:
Rekening persediaan akan dapat menunjukkan saldo persediaan yang ada pada akhir
tiap bulan, dengan tidak perlu menggunakan perhitungan fisik.
Harga pokok penjualan diketahui untuk setiap transaksi penjualan barang dagangan,
sehingga laba kotor penjualan dapat diketahui, tampa menunggu sampai akhir
periode.
Dengan telah diketahuinya saldo persediaan dan harga pokok penjualan, maka jurnal
penyesuaian pada akhir periode tidak diperlukan lagi.Jurnal untuk mencatat transaksi
pembelian dan penjualan pada metoda perpetual berbeda dengan jurnal system periodik.
Dalam system persediaan perpetual pembelian barang dagangan dicatat dengan mendebet
rekening persediaaan sebesar harga perolehannya.
2) Metode Periodik
Pada sistem ini, Harga Pokok Penjualan (cost of goods sold) baru dihitung dan dicatat
pada akhir periode akuntansi. Cara yang dilakukan adalah dengan menghitung kuantitas
barang yang ada di gudang di setiap akhir periode, kemudian mengalikanya dengan harga
pokok per unitnya. Dengan cara ini maka jumlahnya, baik fisik maupun harga pokoknya,
tidak dapat diketahui setiap saat. Konsekuensinya, jumlah barang yang hilang tidak dapat
dideteksi oleh system ini Untuk dapat menghitung Harga Pokok Penjualan dan harga Pokok
Persediaan akhir dapat digunakan berbagai cara yaitu:
Identifikasi Khusus
Metode ini berdasarkan anggapan bahwa arus barang harus sama dengan
arus biaya. Tiap jenis barang dipisah berdasarkan harga pokoknya dan tiap
kelompok dibuatkan kartu persediaan sendiri. Contohnya ponsel merek A tipe
123 dibuatkan kartu persediaan sendiri.Harga pokok penjualan terdiri dari harga
pokok barang-barang yang dijual, dan sisanya merupakan persediaan akhir.
Metode ini dapat digunakan perusahaan yang menggunakan prosedur
pencatatan persediaan dengan cara fisik maupun cara buku. Tetapi karena cara
ini menimbulkan banyak pekerjaan tambahan maupun gudang yang luas maka
jarang digunakan.Metode ini biasanya diterapkan pada perusahaan yang
menjual produk dengan harga mahal, jumlah dan jenis produknya terbatas.
Rata-rata Tertimbang
Dalam metode ini barang yang dipakai untuk produksi atau dijual akan
dibebani harga pokok rata-rata. Perhitungan harga pokok rata-rata dilakukan
dengan cara membagi jumlah harga perolehan dengan kuantitasnya. Artinya
harga perolehan barang di gudang ditambah harga perolehan barang yang baru
dibeli dibagi kuantitas / jumlah barang di gudang dan jumlah barang yang dibeli.
Hasil pembagian inilah yang akan digunakan sebagai pedoman menghitung harga
pokok penjualan.Metode ini disebut juga rata-rata bergerak karena harganya
berubah-ubah setiap terjadi pembelian. Artinya setiap ada pembelian akan
merubah harga pokok barang yang tersedia untuk dijual.