Anda di halaman 1dari 16

Nama : Erik Setiawan

Nim : C200 19 010

Resume Piutang Dagang

Pengertian piutang dagang


Piutang dagang atau dalam bahasa Inggris Account Receivable merupakan hak atau
tagihan perusahaan terhadap pihak lainnya yang pada akhirnya akan dimintakan
pembayarannya apabila telah pada waktunya.Piutang dagang ini muncul sebab perusahaan
melakukan suatu penjualan barang dagangan atau barang lain dengan cara kredit. 

Penilaian dan Pelaporan


  Untuk tujuan pelaporan, piutang dinilai sebesar jumlah yang diharapkan dapat
diterima. Jumlah ini belum tentu sama dengan jumlah yang secara formal tercantum
sebagai piutang. Perbedaan disebabkan perusahaan telah mengurangkan dari jumlah
piutangnya, penyisihanterhadap piutang-piutang yang tidak akan tertagih. Piutang-piutang
yang diperkirakan tidak akan tertagih dibebankan sebagai biaya. Dengan dasar penilaian ini,
piutang dilaporkansebesar uang yang diharapkan akan diterima dari piutang yang
bersangkutan. Konsep penilaian demikian, menunjukkan bahwa aktiva harus dinilai sebesar
manfaat yang akan diterima dimasa yang akan datang.Walaupun piutang telah dinilai
sebesar jumlah bersihnya (setelah dikurangi penyisihan piutang tak tertagih), namun
biasanya kedua jumlah tersebut disajikan. Dengan cara ini,pembaca dapat mengetahui
jumlah bruto piutang dan penyisihan yang dibuat untuk piutangtak tertagih. Contoh
penyajian piutang dalam neraca nampak seperti terlihat di bawah ini :

Piutang dagang Rp 1.509.250.000
Dikurangi : penyisihan piutang tak tertagih Rp (3.773.125)
Piutang dagang Rp 1.505.476.875

Perkiraan penyisihan piutang tak tertagih merupakan perkiraan kontra


(contra account). Walaupun saldo normal perkiraan ini adalah kredit tetapi disajikan sebagai
pengurang atas perkiraan aktiva yang bersangkutan. Di neraca piutang dagang disajikan
secara terpisahdengan piutang lain-lain. Tetapi bila ada pos piutang lain-lain yang secara
individu jumlahnya cukup besar, maka pos tersebut perlu disajikan tersendiri. Piutang
dagang pada umumnya termasuk dalam kategori aktiva lancar. Apabila kenyataan
menunjukkan bahwapiutang tersebut berjangka waktu lebih dari setahun, maka harus
digolongkan sebagai piutang jangka panjang

Penyisihan Piutang Tak Tertagih


Penjualan barang dan jasa merupakan sumber pendapatan bagi perusahaan. Dalam
kegiatan penjualan tersebut, ada yang dilakukan secara tunai ataupun kredit. Jika transaksi
dilakukan secara tunai maka perusahaan akan segera menerima kas dan kas tersebut akan
dapat digunakan kembali untuk menghasilkan pendapatan selanjutnya. Namun, Jika
transaksi dilakukan secaran kredit maka pembayaran dapat ditunda oleh pelanggan
(konsumen), dan hal ini kebanyakan menimbulkan piutang atau tagihan dalam kegiatan
operasional sebuah perusahaan, piutang merupakan transaksi yang sering terjadi.
Penyisihan piutang tak tertagih adalah suatu kerugian yang timbul karena adanya
piutang yang tak tertagih oleh perusahaan. Piutang kurang terjamin pelunasannya, karena
tidak dibuat dalam suatu perjanjian. Oleh karena itu maka piutang inilah yang biasanya
mengandung penghapusan piutang (bad debt).

Penghapusan Piutang
Penghapusan piutang (bad debt) dalam pengertian sederhana adalah kerugian yang
harus ditanggung perusahaan karena adanya piutang yang tidak dapat ditagih. Piutang tidak
dapat ditagih selain karena peminjam memiliki kondisi yang menyulitkannya membayar,
juga dapat disebabkan karena tidak dibuatnya kontrak atau perjanjian yang jelas dan
dilindungi hukum.

Adakalanya dapat dipastikan bahwa piutang kepada seorang pelanggan tidak akan dapat
ditagih, karena bermacam-macam penyebabnya. Apakah itu karena pelanggan yang
bersangkutan telah dinyatakan pailit, bangkrut, meninggal dunia atau lari ke luar negeri, dan
lain-lain.
 Ada dua metode dalam melakukan penghapusan Piutang, yaitu Metode
Penghapusan langsung (Direct write-off method) dan Metode Cadangan/Penyisihan
(Allowance Method). Adapun cara atau metode yg digunakan untuk penyisihan dan
penghapusan piutang tak tertagih sebagai berikut:

1) Metode Langsung (Direct Write off Method)

Metode ini menjelaskan penghapusan piutang akan dilakukan pada saat suatu
piutang benar-benar tidak tertagih oleh perusahaan. pada saat itulah diadakan pencatatan
kerugian tersebut ke dalam perkiraan penghapusan piutang disebelah debit, serta
mengkreditkan perkiraan piutang dalam jumlah yang sama, guna mengeluarkan piutang
yang tidak tertagih itu dari catatan.
Metode ini biasanya digunakan pada perusahaan-perusahaan ygan berskala kecil,
atau dapat juga diterapkan pada perusahaan yang tidak dapat menaksirkan kerugian
piutang dengan tepat.
Metode ini mencatat beban piutang tak tertagih hanya pada suatu piutang, dianggap benar-
benar tidak tertagih.

Jurnalnya:
Beban Piutang Tak Tertagih              Rp xxx
          Piutang Usaha                                                               Rp xxx

Ayat jurnal untuk menimbulkan kembali piutang yang telah dihapuskan:


Piutang Usaha                                        Rp xxx
          Beban Piutang Tak Tertagih                                      Rp xxx   

Maka ayat jurnal untuk mencatat penerimaan kas:


Kas                                                           Rp xxx
          Piutang Usaha                                                               Rp xxx
2) Metode Cadangan (Allowance Method)

Metode ini menjelaskan bahwa setiap akhir periode perusahaan perlu mengadakan
penaksiran tentang besarnya piutang yg kira-kira tidak tertagih. Pada saat tersebut jumlah
yg diperkirakan tidak tertagih dianggap dan dicatat sebagai kerugian dengan cara
mendebitkan ke dalam perkiraan penghapusan piutang. tetapi jumlah piutang yg diduga
tidak tertagih tersebut belum dikeluarkan dari perkiraan piutang, melainkan baru dianggap
dan dicatat sebagai cadangan piutang yg sekiranya tidak tertagih.
Pencadangan ini dilakukan dengan membukukannya ke dalam perkiraan cadangan
penghapusan piutang disebelah kredit. bilamana pada suatu waktu nanti, piutang yg
dicadangkan tidak tertagih, maka jumlah tersebut harus dikeluarkan dari catatan perkiraan
cadangan penghapusan piutang. karena status cadangan telah berubah menjadi suatu
kepastian, yakni dipastikan tidak tertagih lagi. Metode ini biasanya mencatat beban piutang
tak tertagih dengan mengestimasi jumlah piutang tak tertagih pada akhir periode, metode
ini digunakan oleh perusahaan berskala besar, dimana perusahaan sudah membuat
estimasi/perkiraan mengenai kerugian piutang yg akan diterima akibat tidak dapat ditagih
seluruhnya.
Berikut ini perbedaan jurnal menggunakan metode cadangan dan metode penghapusan:
Penerimaan Piutang Dihapuskan
Apabila piutang yang telah dihapuskan diterima pembayarannya, maka pencatatannya
adalah sebagai berikut :
1.    Metode Langsung
Jurnal :
Kas                                                              (D)        Rp xxx
      Kerugian Piutang Tak Tertagih           (K)                         Rp xxx

2.   Metode Cadangan
Jurnal :
Piutang Dagang                                         (D)         Rp xxx
     Cadangan Piutang Tak Tertagih          (K)                         Rp xxx
(Mengembalikan piutang yang sudah dihapuskan)

Kas                                                             (D)        Rp xxx


     Piutang Dagang                                    (K)                         Rp xxx
(Mencatat penerimaan piutang yang sudah dihapuskan)

Umur Piutang
Analisa umur piutang,adalah mengelompokkan saldo piutang pada suatu saat tertentu
berdasarkan golongan umurnya. Dari analisa ini pimpinan perusahaan akan dapat melihat
berapa dari saldo piutang yang dimilikinya,jumlah-jumlah yang telah lewat jatuh tempo dan
sampai berapa lama lewatjatuh temponya. Dari analisa umur piutang ini, pimpinan
perusahaan akan dapat mengambil beberapa tindakan yang perlu dilakukan, misalnya
menentukan kerugian yang mungkin timbul oleh karena tidak tertagihnya piutang.
Sebagaimana yang telah diketahui bahwa setiap akhir periode akuntansi, misalnya
akhir bulan atau akhir tahun, dibuat daftar piutang. Ini adalah rincian saldo piutang menurut
nama pelanggan pada suatu saat tertentu .
Supaya dapat diketahui berapa lama piutang suatu pelanggan telah berlalu, daftar
piutang biasanya dikelompokkan menurut umur. Umur piutang adalah jangka waktu sejak
dicatatnya transaksi penjualan sampai dengan saat dibuatnya daftar piutang.
Sering kita temui, piutang dikelompokkan menurut jumlah hari tertentu, misalnya
piutang yang berumur 1-30 hari; 31-60 hari; dan seterusnya. Saldo piutang untuk satu
pelanggan mungkin termasuk dalam satu atau lebih kelompok umur piutang. Perhatikan
contoh berikut:
Perhitungan umur piutang kepada Toko Sigli yang pada tanggal 31 Desember 2018 bersaldo
Rp650 adalah sebagai berikut:

Anggaplah bahwa pengelompokkan umur dilakukan menurut golongan 1-30 hari; 31-60 hari;
61-90 hari; 91-120 hari dan di atas 121 hari. Dalam daftar piutang per 31 Desember 2018,
piutang kepada Toko Sigli dicantumkan sebagai berikut:

Cara menghitung umur piutang yang berasal dari transaksi tanggal 20 September 2018
(Nomor Bukti 607) adalah sebagai berikut:

Anda dapat melihat pada tabel di atas, di mana jumlah hari untuk bulan September 2018
adalah 10 hari. Jumlah tersebut diperoleh dari perhitungan yang mana jumlah hari untuk
bulan September (30) dikurangi dengan tanggal terjadinya transaksi (20).

Adakalanya, uang dari penagihan piutang tidak diterima menurut jumlah yang tertera dalam
faktur. Bukan tidak mungkin, jumlah uang yang diterima pada suatu saat tertentu lebih kecil
dari jumlah yang tercantum dalam faktur. Begitu juga sebaliknya, pada hari-hari berikutnya,
bisa jadi jumlah itu lebih besar.

Dalam hal demikian, kata Soemarso (2002: 347), maka umur piutang dihitung dengan
menelusuri debit (penjualan kredit) dan kredit (penagihan) dalam kartu piutang dan
menentukan penagihan-penagihan mana yang digunakan untuk mengurangi piutang
tertentu. Oleh sebab itu, aturan yang dapat digunakan adalah bahwa penjualan yang lebih
awal akan dilunasi lebih dulu. Agar Anda tidak bingung, perhatikanlah contoh berikut ini:
Jika setelah 20 September 2018 tidak ada lagi transaksi yang dilakukan dengan CV Utama,
maka pada tanggal 31 Desember 2018 saldo piutang kepada pelanggan tersebut adalah
sebesar Rp800. Sesuai dengan aturan untuk menentukan umur piutang, saldo sebesar
Rp800 itu terdiri dari penjualan pada tanggal 20 September dan 30 Agustus 2018. Dengan
demikian, umur piutang kepada CV Utama ditentukan sebagai berikut:

Berdasarkan penggolongan yang telah diterangkan pada paragraf keempat dari pembahasan
ini, maka piutang kepada CV Utama dalam daftar piutang per 31 Desember 2018 akan
dipaparkan sebagai berikut:

Setelah semua piutang kepada pelanggan disatukan menurut umur dengan cara seperti di
atas, maka daftar umur piutang dapat dibuat seperti yang terlihat pada tabel di bawah ini:
PT Mega Mendung
Daftar Umur Piutang
31 Desember 2018
Resume Wesel Tagih

Pengartian Wesel Tagih


Wesel tagih merupakan wesel yang dapat ditagihkan kepada perusahaan lain yang
memiliki utang kepada perusahaan kita. Dengan kata lain, wesel tagih ini adalah dokumen
piutang yang dikeluarkan oleh pihak perusahaan lain yang belum bisa membayar pada saat
penyerahan barang terjadi. Dokumen wesel tagih ini dapat menjadi dasar posting piutang
pada perusahaan kita. Karna status perusahaan merupakan pemberi utang. Berdasarkan
pembebanan bunga, wesel tagih dibagi menjadi 2 (dua) macam yaitu wesel tagih berbunga
dan wesel tagih tanpa bunga.
Pertimbangan untuk membebankan bunga tergantung pada pihak manajemen
perusahaan. Jika harta yang dipinjamkan tersebut memiliki nilai nominal yang dapat
memberikan dampak kerugian, maka biasanya pihak perusahaan pemberi pinjaman akan
membebankan bunga untuk mengantisipasi munculnya hal tersebut. Besaran bunga yang
akan dikenakan pada wesel tagih biasanya akan disesuaikan dengan besaran suku bunga
bank yang terkait dalam transaksi.

Penilaian dan Pelaporan Wesel Tagih


Wesel tagih, apabila jangka waktu pembayaran dicantumkan kurang dari satu tahun,
disajikan sebagai aktiva lancar. Sebaliknya apabila berjangka waktu lebih dari satu tahun,
diklasifikasikan sebagai piutang jangka panjang. Seperti halnya piutang, wesel tagih akan
dinilai berdasarkan jumlah yang diharapkan ditagih. Apabila terdapat petunjuk bahwa suatu
wesel tidak akan dapat tertagih, penyisihan terhadap wesel tak tertagih perlu dibuat
untuknya. Bagi yang mengeluarkan, wesel bayar akan disajikan sebagai utang lancar, apabila
jangka waktu pembayarannya kurang dari satu tahun dan utang jangka panjang apabila
jangka waktu pembayrannya lebih dari satu tahun.

Penarikan Wesel
Suatu wesel dapat diberikan kepada perusahaan oleh karena berbagai sebab.
Misalnya, untuk mengganti piutang dagang yang telah jatuh tempo tetpai belum dapat
dibayar, oleh karena dalam syarat jual beli memang disebutkan harus diterbitkan wesel atau
oleh karena perusahaan memberikan pinjaman dalam bentuk uang tunai dan untuk itu
harus diterbitkan wesel.
Contoh pada tanggal 9 Desember 2017 PT Sukses menerima wesel tak berbunga dan
berjangka waktu 60 hari, sejumlah Rp 50.000 dari PT Lulus atas yang dilakukan kepadanya.
Ayat jurnal yang dibuat sebagai berikut:

(D)       Piutang wesel                                   Rp 50.000


(K)                   Penjualan                              Rp 50.000

Pada tanggal 9 Desember 2017 sebuah wesel berbunga 24% dan berjangka waktu 90 hari,
sejumlah Rp 100.000 diterima dari PT Tertunda untuk mengganti piutangnya yang telah
jatuh tempo
Ayat jurnal dibuat sebagai berikut:
(D)       Piutang wesel                                   Rp 100.000
(K)                   Piutang dagang                               Rp 100.000
Pada tanggal 7 November 2017 PT Sukses menerima wesel berbunga 27% berjangka waktu
120 hari sebesar Rp 500.000. Wesel ini dikeluarkan karena pinjaman yang diberikan oleh PT
Sukses kepada PT Lulus. Bunga atas wesel ini telah diperhitungkan dimuka.
Ayat jurnal dibuat sebagai berikut:
(D)       Piutang wesel                                   Rp 500.000
(K)                   Bunga diterima dimuka                   Rp 45.000
(K)                   Bank                                               Rp 455.000

Jatuh Tempo Wesel


Tanggal pembayaran wesel ini disebut tanggal jatuh tempo (due date atau maturity
date). Perhitungan tanggal jatuh tempo periode  waktu antara tanggal penerbitan dan
tanggal jatuh tempo wesel tagih jangka pendek dapat dinyatakan dalam jumlah harian atau
bulanan.
Saat wesel dinyatakan dalam harian, tanggal jatuh tempo merupakan jumlah hari
tertentu setelah tanggal penerbitan. Perhatikan contoh perhitungan tanggal jatuh tempo
wesel tagih beriku berikut:
Misalnya tanggal jatuh tempo dari wesel 90 hari bertanggal 16 Maret adalah 14 Juni,
seperti ditunjukkan berikut ini:
Wesel jatuh tempo dalam 90 hari:

Cara menghitung jatuh tempo piutang dapat dinyatakan dalam jumlah bulan setelah
tanggal penerbitan. Dalam hal ini, tanggal jatuh tempo ditentukan dengan menghitung
jumlah bulan dari tanggal penerbitan.Perhatikan contoh berikut:

Wesel 3 bulan bertanggal 5 Juni akan jatuh tempo pada tanggal 5 September. Wesel
2 bulan bertanggal 31 Juli akan jatuh tempo pada tanggal 30 September.

Wesel ini biasanya menyebutkan bahwa bunga harus dibayarkan dalam periode
antara tanggal penerbitan sampai tanggal jatuh tempo.Wesel ini yang mencakup periode
waktu lebih dari satu tahun biasanya membebankan bunga yang dibayar tahunan, atau
bulanan.
Untuk menentukan nilai jatuh tempo wesel yang berbunga dan tanpa bunga, jika
ketentuan pembayaran wesel ini adalah di bawah satu tahun, bunga biasanya dibayarkan
saat wesel dilunasi.Tingkat bunga wesel ini biasanya dinyatakan dalam tahunan, tanpa
melihat periode waktu sebenarnya.
Perhitungan Bunga
Tingkat bunga yang dicantumkan dalam wesel biasanya berlaku untuk satu tahun.
Untuk wesel yang berjangka kurang dari satu tahun, maka jangka waktu ini harus dinyatakan
dalam pecahaannya terhadap jangka waktu satu tahun.
Rumusnya sebagai berikut:

Bunga = Nilai Nominal X Tingkat Bunga X Masa Bunga/Masa Setahun

Apabila wesel yang dinyatakan dalam hari, jangka waktu satu tahun harus
dinyatakan dalam hari. Pada umumnya satu tahun dianggap 360 hari (30 X 12 bulan).
Apabila wesel dinyatakan dalam bulan, jangka waktu satu tahun akan dinyatakan dalam 12
bulan (1 tahun = 12 bulan).

Ayat jurnal penyesuaian yang perlu dibuat adalah sebagai berikut:

(D)          Bunga masih harus diterima        Rp 360


(K)                          Pendapatan bunga                          Rp 360

Jurnal penyesuaian diatas pada awal tahu perlu dibuatkan jurnal balik. Dalam
penyajian di neraca, bunga masih harus diterima digolongkan ke dalam aktiva lancar.

Penjualan Wesel dan Perdiskontoan Wesel


Apabila sebelum jatuh tempo, perusahaan memerlukan uang, wesel yang dipunyai
dapat dijual kepada bank atau pihak-pihak lain. Kadang-kadang penjualan deimikian ini
disebut juga dengan pendiskontoan wesel. Dalam hal ini penerima wesel melakukan
endosemen terhadap weselnya. Bank akan menerima imbalan yang disebut
diskonto. Diskonto adalah bunga yang diperhitungkan dimuka. Diskonto dihitung
berdasarkan nilai pada saat jatuh tempo (nilai maturitas atau maturity value) dan jangka
waktunya adalah antara saat wesel diserahkan kepada bank (tanggal endosemen) sampai
dengan tanggal jatuh tempo. Tingkat diskonto yang dibebankan bank biasanya lebih besar
daripada tingkat bunga yang dicantumkan dalam wesel. 
Ayat jurnal yang perlu dibuat untuk pendiskontoan wesel tak berbunga adalah sebagai
berikut:

(D)       Bank                                       Rp 4.910
(D)        Beban bunga                          Rp      90
(K)                   Piutang wesel                                               Rp 5.000

Ayat jurnal yang perlu dibuat untuk pendiskontoan wesel berbunga ini adalah sebagai
berikut:

(D)       Bank                                       Rp 10.441
(K)               Piutang wesel                                               Rp 10.000
(K)                   Pendapatan bunga                         Rp      441

Pendapatan bunga sebesar Rp 441 diperoleh dengan jalan :

Nilai Nominal Wesel (Rp 10.000) – Hasil yang diterima (Rp 10.441).

Jadi, jika hasi yang diterima ternyata lebih kecil daripada nilai nominal wesel, maka
selisihnya merupakan beban bunga.
Penolakan Wesel
Apabila penerbit wesel tidak memenuhi kewajibannya pada saat jatuh tempo, maka
wesel tersebut dinyatakan “ditolak” (dishonored). Wesel tagih yang ditolak tidak dapat
diperdagangkan lagi. Oleh karena itu, pemegang wesel akan memindahkan klaim ini,
termasuk bunganya ke akun piutang.
Contohnya :
Wesel berbunga 24% dan berjangka waktu 90 hari sebesar Rp 10.000 yang
dikeluarkan oleh PT Tertunda pada tanggal 7 November 2017 telah didiskontokan ke bank
pada tanggal 16 Januari 2018. Pada saat jatuh tempo ternyata wesel tersebut tidak dibayar.

Ayat jurnal yang perlu dibuatkan untuk mencatat pembayaran kepada bank guna
mengganti wesel yang ditolak adalah sebagai berikut:

(D)       Piutang dagang PT Tertunda


(K)                  Bank

Ada kemungkinan bahwa bank membebankan biaya-biaya administrasi atas tidak


tertagihnya wesel. Apabila terjadi demikian, maka biaya administrasi yang dibebankan pada
bank ini akan dibebankan kembali kepada pelanggan (dalam hal ini PT Tertunda). Apabila
wesel tersebut diatas belum didiskontokan ke bank, ayat jural yang perlu dibuat untuk
memindahkan jumlah yang bersangkutan dari akun piutang wesel kea kun piutang dagang
adalah sebagai berikut:

(D)       Piutang dagang PT Tertunda        Rp 10.600


(K)                   Piutang wesel                       Rp 10.000
(K)                   Pendapatan bunga                  Rp 600
Resume Persediaan Barang Dagang

Pengertian Persediaan Barang Dagang


Persediaan barang dagang adalah (merchandise inventory) adalah barang-barang
yang dimiliki perusahaan untuk dijual kembali. Untuk perusahaan pabrik/ manufaktur, yang
termasuk dalam persediaan adalah barang-barang yang digunakan untuk kegiatan proses
prduksi selanjutnya. Persediaan dalam perusahaan pabrik/manufaktur terdiri dari
persediaan bahan baku, persediaan bahan dalam proses, dan persediaan barang jadi.

Penilaian dan Pelaporan Persediaan Barang Dagang


Persediaan barang dagang pada umumnya dinilai pada harga terendah antara harga
perolehan dan harga pasar atau nilai yang diharapkan atau direalisasikan. Cara penilaiannya
harus diungkapkan dalam laporan keuangan.

Persediaan Dalam Laporan Keuangan


Dalam laporan keuangan, persediaan barang dagang disajikan baik dineraca maupun
di laba rugi.

1) Persediaan barang dagang yang tercantum di Laporan Neraca (Laporan posisi


keuangan) mencerminkan nilai barang dagang yang ada pada tanggal neraca,
biasanya juga merupakan akhir dari suatu dari periode akuntansi (persediaan barang
dagang akhir).

2) Persediaan barang dagang yang tercantum di Laporan Laba/Rui muncul dalam


Laporan Harga Pokok Penjualan (HPP).

Dari gambar diatas dapat dilihat bahwa persediaan barang dagang yang ada pada
akhir tahun berjalan (2016) akan muncul baik di neraca maupun laporan laba rugi.
Persediaan ini pada tahun berikutnya (2017, tidak digambarkan),akan merupakan
persediaan awal dalam laporan laba rugi. Sebaliknya, persediaan barang pada awal tahun
berjalan akan muncul di neraca dan laporan laba rugi tahun sebelumnya.
Ada saling hubungan antara persediaan barang dagang di neraca dan laporan laba
rugi. Bahkan, ada saling hubunga antara persediaan barang dagang pada tahun berjalan
dengan sebelumnya dan tahun yang akan datang. Dari adanya saling hubungan ini, terlihat
bahwa betapa pentingnya pos ini dalam menentukan laba/rugi dan posisi keuangan
perusahaan, tidak saja terhadap tahun berjalan, tetapi juga terhadap tahun sebelumnya dan
tahun yang akan datang. Kesalahan dalam menentukan nilai persediaan barang dagang akan
mempengaruhi tidak saja laporan laba rugi dan neraca tahun berjalan tetapi juga neraca dan
laporan laba rugi tahun yang akan datang.

Penetapan Harga Pokok Persediaan


Nilai persediaan barang dagang ditentukan oleh gabungan dua factor, yaitu kuantitas
dan harga pokok. Kuantitas persediaan dapat diperoleh melalui perhitungan secara fisik.
Harga pokok persediaan adalah harga untuk memperoleh persediaan tersebut. Disamping
harga beli, termasukdalam harga pokok persediaan adalah semua biaya yang terjadi sampai
dengan persediaan siap dijual, misalnya biaya pengangkutan, bea masuk dan asuransi.
Kesulitan dalam menetapkan harga pokok persediaan adalah apabila selama satu
periode, barang yang sama diperoleh dengan beberapa harga yang berbeda. Apabila
demikian ,perlu ditentukan harga yang akandigunakan untuk menetapkan harga pokok
persediaan.
Dalam hal ini, pencatatan persediaan dibagi menjadi dua macam metode, yaitu: 
Metode Perpetual dan Metode Periodik, Kedua metode ini memiliki karakteristik yang
berbeda satu dengan lainnya. Penjelasan tentang kedua metode ini adalah sebagai berikut:

1) Metode Perpetual
Dalam system perpetual, perubahan jumlah persediaan (fisik maupun rupiah)
dimonitor setiap saat. Caranya dengan menyediakan kartu persediaan untuk setiap jenis
persediaan. Apabila ada selisih dalam pencatatan persediaan maka pada jurnal dicatat
sebagai selisih pencatatan persediaan.Perusahaan yang menggunakan Sistem Perpetual,
memiliki beberapa ciri-ciri perusahaan perpetual adalah sebagai berikut:

 Pembelian barang dagangan dicatat dengan mendebet rekening persediaan, bukan


rekening pembelian.
 Harga pokok penjualan dihitung untuk tiap transaksi penjualan, dan dicatat dengan
mendebet rekening Harga Pokok Penjualan, dan mengkredit rekening persediaan.

Persediaan merupakan rekening control dan dilengkapi dengan buku pembantu persediaan
yang berisi catatan untuk tiap jenis persediaan Selain itu, perusahaan yang menggunakan
jurnal sistem perpetual, memiliki keuntungan tersendiri, di antaranya yaitu:

 Rekening persediaan akan dapat menunjukkan saldo persediaan yang ada pada akhir
tiap bulan, dengan tidak perlu menggunakan perhitungan fisik.
 Harga pokok penjualan diketahui untuk setiap transaksi penjualan barang dagangan,
sehingga laba kotor penjualan dapat diketahui, tampa menunggu sampai akhir
periode.
Dengan telah diketahuinya saldo persediaan dan harga pokok penjualan, maka jurnal
penyesuaian pada akhir periode tidak diperlukan lagi.Jurnal untuk mencatat transaksi
pembelian dan penjualan pada metoda perpetual berbeda dengan jurnal system periodik.
Dalam system persediaan perpetual pembelian barang dagangan dicatat dengan mendebet
rekening persediaaan sebesar harga perolehannya.

2) Metode Periodik
Pada sistem ini, Harga Pokok Penjualan (cost of goods sold) baru dihitung dan dicatat
pada akhir periode akuntansi. Cara yang dilakukan adalah dengan menghitung kuantitas
barang yang ada di gudang di setiap akhir periode, kemudian mengalikanya dengan harga
pokok per unitnya. Dengan cara ini maka jumlahnya, baik fisik maupun harga pokoknya,
tidak dapat diketahui setiap saat. Konsekuensinya, jumlah barang yang hilang tidak dapat
dideteksi oleh system ini Untuk dapat menghitung Harga Pokok Penjualan dan harga Pokok
Persediaan akhir dapat digunakan berbagai cara yaitu:

 Identifikasi Khusus
Metode ini berdasarkan anggapan bahwa arus barang harus sama dengan
arus biaya. Tiap jenis barang dipisah berdasarkan harga pokoknya dan tiap
kelompok dibuatkan kartu persediaan sendiri. Contohnya ponsel merek A tipe
123 dibuatkan kartu persediaan sendiri.Harga pokok penjualan terdiri dari harga
pokok barang-barang yang dijual, dan sisanya merupakan persediaan akhir.
Metode ini dapat digunakan perusahaan yang menggunakan prosedur
pencatatan persediaan dengan cara fisik maupun cara buku. Tetapi karena cara
ini menimbulkan banyak pekerjaan tambahan maupun gudang yang luas maka
jarang digunakan.Metode ini biasanya diterapkan pada perusahaan yang
menjual produk dengan harga mahal, jumlah dan jenis produknya terbatas.

 FIFO (First In First Out)


Metode ini berdasarkan harga beli pertama untuk menentukan harga pokok
penjualan apabila terjadi penjualan.
contoh: pada bulan juni perusahaan membeli barang dagangan dengan harga
Rp 5000, bulan juli membeli barang dagangan sejenis dengan harga Rp 6000.
Pada bulan agustus terjadi penjualan barang dagangan. Maka harga yang
digunakan untuk menghitung harga pokok penjualan adalah Rp 5000, baru
kemudian Rp 6000 apabila produk dengan harga beli Rp 5000 sudah habis dijual.

 LIFO (Last In First Out)


Metode ini merupakan kebalikan dari metode FIFO. Pada metode LIFO,
barang yang paling terakhir dibeli akan dijual/ dikeluarkan lebih dulu. Harga
perolehan barang yang dibeli terakhir akan dialokasikan lebih dahulu sebagai
harga pokok penjualan.

 Rata-rata Tertimbang
Dalam metode ini barang yang dipakai untuk produksi atau dijual akan
dibebani harga pokok rata-rata. Perhitungan harga pokok rata-rata dilakukan
dengan cara membagi jumlah harga perolehan dengan kuantitasnya. Artinya
harga perolehan barang di gudang ditambah harga perolehan barang yang baru
dibeli dibagi kuantitas / jumlah barang di gudang dan jumlah barang yang dibeli.
Hasil pembagian inilah yang akan digunakan sebagai pedoman menghitung harga
pokok penjualan.Metode ini disebut juga rata-rata bergerak karena harganya
berubah-ubah setiap terjadi pembelian. Artinya setiap ada pembelian akan
merubah harga pokok barang yang tersedia untuk dijual.

Pengaruh Perbedaan Metode Penetapan Harga Pokok


Persediaan merupakan salah satu aktiva yang mempunyai nilai cukup besar,
sehingga persediaan harus diperhatikan dalam pelaporannya. Pemilihan metode penentuan
harga pokok persediaan ini salah satunya bertujuan untuk memenuhi keinginan investor
yang berkaitan dengan market value perusahaan yang akan memberikan tingkat return yang
diharapkan oleh investor serta bertujuan untuk mengetahui pengaruhnya terhadap price
earning ratio(PER) yang dikendalikan oleh variabel kesempatan produksi-investasi yaitu
variabilitas persediaan, ukuran perusahaan, variabilitas HPP, dan variabilitas laba bersih.
Objek pada penelitian ini adalah Perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI
periode 2010 sampai 2012.Uji hipotesis yang digunakan adalah Pengujian secara univariate
dengan uji beda rata-rata (t-test) dan Mann-whitney dan multivariate menggunakan regresi
linier berganda dengan variabel kontrol. Dengan tingkat signifikansi sebesar 5%.
Hasil pengujian univariate menunjukkan bahwa ukuran perusahaan dan variabilitas
laba bersih berbeda secara signifikan antara perusahaan yang menggunakan metode FIFO
dan rata-rata. Sedangkan variabilitas persediaan dan variabilitas harga pokok penjualan
mendapatkan hasil yang tidak signifikan. price earning ratio pada uji univariate juga
mendapatkan hasil yang tidak signifikan sehingga tidak terdapat perbedaan PER antara
perusahaan yang menggunakan metode FIFO dan rata-rata. Pengujian multivariate
mendapatkan bahwa pengaruh metode penentuan harga pokok persediaan terhadap price
earning ratio dengan variabel kontrol kesempatan produksi dan investasi (variabilitas
persediaan, ukuran perusahaan, variabilitas harga pokok penjualan, dan variabilitas laba
bersih) mendapatkan hasil yang signifikan.

Anda mungkin juga menyukai