Anda di halaman 1dari 11

 

Kultur Jaringan Hewan

A.pengertian kultur jaringan hewan

Kultur jaringan termasuk dalam ruang lingkup bioteknologi. Bioteknologi kultur jaringan adalah
teknik pemeliharaan jaringan atau bagian dari individu secara buatan (artifisial). Arti secara
buatan adalah dilakukan di luar individu yang bersangkutan dan sering kali disebut kultur  in
vitro, sebagai lawan dari in vivo. Dikatakan in vitro (bahasa Latin, berarti “di dalam kaca”)
karena jaringan dibiakkan di dalam tabung inkubasi atau cawan Petri dari kaca atau material
tembus pandang lainnya. Kultur jaringan pada dasarnya dapat dilakukan baik pada tumbuhan
maupun hewan, karena sel tumbuhan dan sel hewan memiliki sifat totipotensi.

Manfaat Kultur Jaringan

1. Pemanfaatan Kultur Sel dalam Penelitian

Saat ini, kultur jaringan / sel hewan telah menjadi khasanah fundamental dalam bidang ilmu
pengetahuan, seperti; biologi, kedokteran, farmasi, imunologi, dan bioteknologi. Setelah periode
1970-an banyak penemuan-penemuan dalam berbagai disiplin ilmu yang tidak terlepas dari
pemanfaatan kultur jaringan seperti:

A. Transport intramembran seperti: (1) aktivitas dan perpindahan RNA dari inti ke sitoplasma
dan translokasi hormon, (2) pompa ion dan natrium, (3) molekul karier untuk mengangkut
glukosa, (4) reseptor hormon dan molekul lainnya.

B. Aktivitas intraseluler seperti: (1) replikasi DNA, (2) ekspresi gena, (3) sintesis protein, (2)
isolasi sel mediator, dan (3) (4) analisis kromosom untuk melihat kelainan genetik dari bayi
dalam kandungan, mengetahui efek toksik dari komponen obat, penentuan (diagnosis) adanya
virus / bakteri, dan pemantauan efek pencemaran lingkungan.
C. Metabolisme intra-seluler seperti; (1) nutrisi, (2) inversi dan adanya induksi transformasi dari
virus atau agen kimiawi (obat-obatan), (3) regulasi steroidogenesis pada sel-sel steroidogenik,
(4) peran molekul Insulin-like growth factor I (IGF-I ) terhadap pertumbuhan dan diferensiasi
berbagai jenis sel. (4) Metabolisme energi, lemak, dan protein, (5) reseptor kompleks dan
fluktuasi mediator kimia dan metabolit dalam sel.

D. Interaksi antar-sel, seperti: (1) sinyal antar-sel, (2) populasi kinetik dan adhesi sel, (3) peran
berbagai hormon pada sel-sel ovarium secara langsung misalnya pengaruh estrogen terhadap
ekspresi R-LH.

Definisi kultur jaringan hewan adalah adanya sifat totipotensi sel yaitu setiap sel
mengandung seluruh informasi genetik dan mempunyai kemampuan untuk dapat berkembang
menjadi individu yang sama dengan induknya. Saat ini, kultur jaringan tumbuhan berkembang
lebih pesat daripada kultur jaringan hewan, mengingat kultur jaringan tumbuhan lebih mudah
dilakukan dengan biaya yang relatif murah dan angka keberhasilan yang lebih tinggi. Hal ini
disebabkan karena sel-sel tumbuhan memiliki daya totipotensi yang lebih tinggi daripada sel
hewan. Sel hewan memilki  struktur yang lebih komplek daripada sel tumbuhan baik secara
morfologi maupun fisiologis (aktivitas metabolisme lebih banyak). Peralatan yang digunakan
dalam kultur jaringan hewan lebih mahal serta faktor teknis dalam kultur jaringan hewan lebih
sulit.

Untuk menunjang keberhasilan kultur jaringan hewan, maka dalam melaksanakan kultur
jaringan hewan ini memerlukan berbagai prasyarat untuk mendukung kehidupan jaringan yang
dibiakkan. Prasyarat yang paling esensial adalah wadah dan media tumbuh yang steril. Media
adalah tempat bagi jaringan untuk tumbuh (membelah dan berkembangbiak) dan mengambil
nutrisi yang mendukung kehidupan jaringan. Media tumbuh harus mengandung berbagai bahan/
nutrisi yang diperlukan jaringan untuk hidup dan memperbanyak dirinya seperti air, vitamin,
mineral dan hormon.

Aplikasi Kultur Jaringan Hewan


# Produksi vaksin antivirus

# Pemahaman neoplasia (penelitian kanker)

# Transfer DNA ke sel kultur (atau siRNA)

# Produksi antibodi monoklonal (imunologi)

# Produksi hormon pertumbuhan manusia, insulin, interferon

# Stem kultur sel berdiferensiasi menjadi neuron

# Menanamkan neuron janin normal pada pasien dengan parkinson

# Homografting dan bedah rekonstruksi menggunakan sel dari tubuh pasien

# Fertilisasi in vitro (kultur embrio)

Why Kultur Jaringan Hewan dan Tanaman Berbeda?

EMBRIOTIK SEL-SEL

Karena sel-sel embriotik yang berfungsi membentuk jaringan tubuh dan bagian tubuh
lainnya hanya aktif saat manusia berada di kandungan sedangkan tumbuhan punya sel embriotik
yang aktif selama hidupnya. Manusia (sel hewan) tidak mempunyai jaringan yang bersifat
totipotensi, sehingga sel hewan tidak dapat bercultur jaringan tetapi sel hewan dapat di kloning.

TOTIPOTENSI SIFAT

Ketika kita mengkultur suatu jaringan dari tumbuhan setiap sel atau jaringan yang dapat
menjadi individu baru. Tapi berbeda dengan ketika kita mengkultur sel dari hewan ataupun
manusia. Kultur sel ataupun jaringan dari hewan hanya akan membentuk koloni sel ataupun
jaringan yang telah dikultur. Pada kultur jaringan tumbuhan dapat menjadi individu baru karena
sifat totipotensi yang dimiliki sel tumbuhan.

B. Medium Kultur Jaringan Hewan


Di dalam media kultur jaringan hewan harus terdapat kondisi fisik yang optimal meliputi
pH, tekanan, sumber energi dan sumber karbon, asam amino, vitamin, mineral dan air.
Berdasarkan asalnya, media dibagi menjadi 2, yaitu:

1. Media alami adalah media yang berasal dari cairan jaringan embrio dan medium plasma
darah. Plasma darah merupakan komponen terbesar dalam darah, karena lebih dari
separuh darah mengandung plasma darah. Hampir 90% bagian dari plasma darah adalah
air. Plasma darah berfungsi untuk mengangkut sari makanan ke sel-sel serta membawa
sisa pembakaran dari sel ke tempat pembuangan

2. Media sintetik adalah media yang dibuat secara kimia, misalnya: DMEM, RPMI.

Media untuk kultur sel dan jaringan harus mengandung sumber energi dan sumber karbon
(karbohidrat), asam amino (protein), vitamin, mineral, dan air. Hal ini berlaku baik untuk kultur
sel dan jaringan hewan maupun tumbuhan.

Sampai saat ini telah dilakukan banyak penelitian tentang media untuk kultur sel dan
jaringan hewan maupun tumbuhan. Pada dasarnya medium untuk kultur sel dan jaringan dapat
berupa media alami maupun buatan.

Media Alami

Media alami ialah media yang diperoleh dari bahan-bahan alami seperti ekstrak buah-
buahan, darah, ekstrak sel dan lain-lainya. Komposisi kimia yang pasti dari suatu media alami
tidak diketahui. Media alami merupakan media yang kompleks yaitu mengandung karbon,
sumber N (asam amino) vitamin, mineral, air, serta hormon dan enzim-enzim. Kultur jaringan
tumbuhan dapat menggunakan media alami maupun media buatan dengan tingkat keberhasilan
yang sama, tetapi pada kultur jaringan hewan penggunaan media alami seperti serum juga
memberikan tingkat keberhasilan yang tinggi pada kultur jaringan hewan.

Bahan alami yang digunakan untuk menumbuhkan sel dari jaringan dapat dikelompokkan
dalam tiga kategori,  yaitu:

1. Koagulat, misalnya koagulan plasma darah dan kolagen.


2. Cairan bologis, misalnya serum.

3. Ekstrak jaringan, misalnya ekstrak embrio.

Plasma darah merupakan salah satu contoh media alami dalam kultur jaringan hewan.
Darah adalah cairan yang terdapat pada semua hewan tingkat tinggi yang berfungsi mengirimkan
zat-zat dan oksigen yang dibutuhkan oleh jaringan tubuh, mengangkut bahan-bahan kimia hasil
metabolisme, dan juga sebagai pertahanan tubuh terhadap virus atau bakteri. Istilah medis yang
berkaitan dengan darah diawali dengan kata hemo- atau hemato- yang berasal dari bahasa
Yunani haima yang berarti darah. 

Darah terdiri dari dua komponen yaitu plasma darah dan sel-sel darah. Plasma darah
adalah bagian darah yang cair. Plasma darah ini digunakan sebagai media alami dalam kultur
jaringan hewan, karena plasma darah mengandung berbagai nutrisi yang diperlukan oleh sel-sel/
jaringan yang sedang dikultur, untuk tumbuh (membelah dan berkembangbiak). Plasma darah
mengandung 91,5% air dan 8,5% zat-zat terlarut. Zat-zat yang terlarut dalam plasma darah
meliputi molekul-molekul dan berbagai ion yaitu glukosa sebagai sumber energi dan asam-asam
amino. Ion-ion yang terdapat dalam plasma darah adalah ion Natrium (Na+) dan Klor (Cl-).
Plasma darah mengandung 7% molekul-molekul protein seperti; serum albumin 4%, serum
globulin 2,7% dan fibrinogen 0,3%. Serum adalah cairan darah yang tidak mengandung
fibrinogen (komponen yang berperan dalam proses pembekuan darah).

Media Buatan

Media alami tidak dapat ditentukan komponen-komponen penyusuna secara pasti,


demikian juga dengan prosentase masing-masing komponen masih belum dapat ditentukan. Hal
ini disebabkan media alami adalah media yang kompleks. Oleh sebab itu media alami kurang
tepat jika digunakan dalam penelitian.

Pada saat ini telah dikembangkan media buatan. Media buatan komposisinya dan
prosentase kandungan zat-zat nutriennya dapat diketahui dengan pasti. Disamping itu, media
buatan dapat diamanipulasi komposisi komponen penyusunya sehingga media buatan sangat
cocok digunakan dalam percobaan dan penelitian.

Media buatan dapat memberikan hasil ang sama baiknya dengan media alami apabila
komponen-komponen dan kondosi fisik yang diperlukan oleh sel atau jaringan yang dikultur
pada media tersebut terpenuhi.

Sedangkan berdasarkan kebutuhannya media dibagi menjadi 3, yaitu:

1. Minimum essential medium (MEM) adalah yaitu medium dasar yang tersusun atas BSS,
asam amino esensial dan vitamin.

2. Medium pemelihara (maintenance medium/mm) adalah medium yang digunakan


untuk memelihara kehidupan sel dalam metabolisme rendah dan jangka waktu agak lama.
Medium ini terdiri dari mem dan serum konsentrasi rendah (2 – 5 %).

3. Medium penumbuh (growth medium) adalah medium yang diperkaya dengan nutrien-


nutrien untuk menumbuhkan kultur sel secara cepat, medium ini ditambahkan serum
cukup banyak (10 – 20 %).

Eksplan Dalam Kultur Jaringan Hewan

Eksplan untuk kultur jaringan hewan biasanya didapatkan dari sumber yang berbeda,
yaitu dari embrio dan jaringan hewan dewasa. Kultur embrio bermanfaat untuk memperpendek
siklus perkembangbiakan dan menghindari keguguran embrio. Jaringan embrionik yang
digunakan pada kultur jaringan hewan pada dasarnya sudah steril. Jika pada saat pengambilan
eksplan diterapkan teknik aseptik, maka jaringan embrio tersebut sudah siap digunakan. Jaringan
embrionik dapat tumbuh dengan cepat, tidak tergregasi dan bermigrasi dengan cepat. Mitosis
pada jaringan embrionik segera terjadi setelah dikultur. Sedangkan jaringan yang diambil dari
hewan dewasa yang dapat tumbuh cepat biasanya adalah sel-sel epitel dan jaringan tumor.

Jaringan embrionik telor ayam yang digunakan pada ini tersusun oleh sel-sel fibroblas.
Sel fibroblas adalah sel penyusun jaringan ikat longgar yang berbentuk serat dan mensekerikan
protein ke matriks.
C. Teknik Kultur Jaringan Pada Hewan

Cara kultur jaringan hewan harus dilakukan pada suatu ukuran kecil (area yang relatif
kecil) untuk meminimalkan kemungkinan terjadinya kontaminasi. Keadaan lingkungan baik
didalam kultur (media) maupun diluar kultur (udara, praktikan/ manusia yang melakukan kultur,
kondisi laboratorium) harus dioptimalkan. Selama kultur, faktor fisik seperti unsur hara dan
hormon harus diperhatikan. Semua sumber kontaminasi (ruangan laboratorium, laminer dan alat-
alat bedah untuk kultur) harus ditiadakan dengan cara sterilisasi.

Berdasarkan tempat yang digunakan untuk kultur sel atau jaringan hewan terdapat 3
teknik kultur jaringan yaitu : 

1. Slide Culture adalah yaitu menumbuhkan kultur sel pada gelas obyek cekung.

2. Flask Culture  adalah menumbuhkan kultur sel pada cawan kultur.

3. Test-tube Culture adalah menumbuhkan kultur sel pada tabung reaksi, botol terutama
untuk jenis sel yang tidak melekat.

Flask Culture

Flask Culture memberikan keuntungan lebih jika dibandingkan dengan slide culture.
Dengan Flask Culture jaringan dapat dikultur sampai berbulan-bulan, bahkan bertaun-tahun.
Sejumlah besar kultur dapat dipersiapkan secara komperatif. Kultur dapat berkembang lebih
pesat. Medium dapat dapat diambil untuk keperluan pengujian, fase gas dapat dikontrol dengan
mudah dan jumlah medium dapat dapat diukur secara tepat. Wadah yang baik untuk flask culture
adalah Carrel flask.

Terdapat dua tipe Flask Culture, yaitu Thick Clot Culture dan Thin Clot Culture. Thick
Clot Culture sangat baik untuk mendukung pertumbuhan yang cepat dari suatu kultur jaringan.
Lapisan medium dari Thick Culture dapt diambil beserta eksplanya untuk keperluan pewarnaan.
Sedangkan Thin Culture sangat baik sebagai uji pengaruh makanan pada medium terhadap
kultur.

Prosedur pelaksanaan Flask Culture sebagai berikut:

1. Mengambil beberapa carrel flask yang berdiameter 3,5 cm dan membakar bagian mulut
cawan/tepi tesebut.

2. Meneteskan satu tetes plasma ke dasar cawan dan menebarkan plasma tersebut denga
spatula.

3. Dengan menggunakan spatula, memasukkan sejumlah eksplan kedalam cawan dan


mengatur posisinya.

4. Sesudah plasma mengeras maka eksplan akan terfiksasi pada posisi masing-masing,
kemudian menambahkan medium ekstra. Untuk thick culture yang ditambahkan adalah
serum dengan konsentrasi dan volume yang sama.

5. Kemudian hasilnya disimpan dalam cawan dan disimpan dalam inkubator yang
mengandung gas CO2 5%.

Penggantian medium pada Flask Culture dapat ditempuh dengan cara sebagai berikut:

1. Medium yang lama disedot dengan menggunakan pipet untuk dibuang.

2. Menambahkan medium baru dengan volume 1,2 ml.

3. Cawan dimasukkan kedalam inkubator yang mengandung CO2 seperti semula.

Pada thick clot culture  penggatian medium dapat dtempuh dengan jalan cawan dibalik
dan plasma dialirkan selama bebepara jam. Selanjutnya diberikan medium baru. Dalam kasus
tertentu penambahan lapisan plsma dapat ditempuh dengan jalan meneteskan plasma segar
supaya membentuk lapisan.

Flask Culture juga memungkinkan untuk dilakukan pemindahan eksplan. Eksplan yang
telah tumbuh dapat diambil dengan mudah dan dipotong-potong menjadi beberapa potongan dan
masing-masing potongan dapat diperlakukan sebagai eksplan.

Adapun gambaran laboratorium kultur jaringan hewan adalah:


Contoh Langkah Kerja Proses Pembuatan Kultur Jaringan Hewan dengan
Menggunakan Media Alami

Pembuatan Media Alami

1. Mensterilkan Laminar Air Flow (LAF) dan ruangan dengan sinar UV selama 2 jam.

2. Menyiapkan alat-alat yang telah disterilkan antara lain: spet 1 ml; membran milipore;
botol kaca dengan diameter mulut 3 cm; aluminium foil; pembakar spiritus.

3. Menyiapkan bahan-bahan antara lain: darah ayam yang segar yang telah diberi amonium
oksalat sebagai antikoagulan; alkohol 70%; spirtus.

4. Mensentrifuge darah selama 30 x 2 menit, sehingga terbentuk lapisan plasma darah


(bagian atas) dan lapisan sel-sel darah (bagian bawah).

5. Menyiapkan spet yang diambil bagian jarumnya.

6. Membuka kemasan membran milipore, menggabungkan ujung spet dengan salah satu
bagian pada permukaan atas membran milipore.

7. Menempelkan membran milipore pada mulut botol dengan bantuan spet secara aseptik.
Bagian tepi dipegang agar membran tidak bergeser.

8. Melepaskan spet dari membran milipore, kemudian mengambil lapisan plasma darah
dengan spet.

9. Menyaring plasma darah ke dalam botol melalui membran milipore.

10. Setelah semua plasma darah tersaring ke dalam botol, lalu mengambil membran milipore
dan menutup botol dengan penutupnya. Kemudian ditutup lagi dengan aluminium foil.

Keterangan : langkah kerja no. 5 –10 dilakukan di Laminar Air Flow (LAF} dan secara
aseptik.
Langkah Kerja Preparasi Sel-sel Fibroblas & Penginokulasian

1. Mensterilkan Laminar Air Flow (LAF) dan ruangan dengan sinar UV selama 2 jam.

2. Menyiapkan alat-alat antara lain: spet 1 ml (6 buah); gunting bedah; pinset; cawan petri;
cawan kultur; botol vial; stirel; aluminium foil;. yang telah disterilisasi dengan
menggunakan oven pada suhu 160 0C selama 2 jam. Selain itu juga menyiapkan
pembakar spiritus dan inverted microscope untuk mengamati pertumbuhan sel-sel
fibroblast dalam cawan kultur.

3. Menyiapkan telur ayam umur 9 hari.

4. Menyemprot telur dengan alcohol 70% kemudian memecah telur pada bagian ujung yang
tumpul, mengambil embrio, meletakkan pada cawan petri steril yang telah diberi larutan
PBS.

5. Memotong bagian leher embrio dalam larutan PBS dengan gunting, kemudian memotong
bagian sayap dan kaki.

6. Memotong embrio sekecil mungkin.

7. Menyiapkan tabung sentrifuge yang telah diisi PBS kemudian memasukkan potongan
embrio ke dalam tabung tersebut.

8. Mengurangi PBS di dalam tabung sentrifuge yang berisi potongan embrio sampai
volumenya 5 ml, kemudian menambahkan tripsin dengan perbandingan 1 : 1.

9. Memanasi tabung yang berisi potongan embrio tersebut ke dalam air mendidih dengan
suhu 37 – 40 derajat Celcius selama 5 menit kemudian digoyang-goyang selama 5 menit,
dan diulangi sampai 3 kali.

10. Mengamati dengan menggunakan mikroskop inverted, jika tripsinasi belum berhasil
maka perlu diulang lagi.

11. Mensentrifuge potongan embrio dengan kecepatan 2000 rpm selama 5 menit, sehingga
sel terkumpul di dasar tabung.
12. Menyedot PBS dengan menggunakan syringe, kemudian endapan sel diberi medium
plasma darah ayam.Suspensi sel dalam medium disaring dengan menggunakan kain nilon
T 100 steril berlapis 3 – 4.

13. Menanam suspensi sel dalam cawan kultur, kemudian diinkubasikan di dalam inkubator
dengan suhu 37 C.

14. Mengamati perkembangan sel setiap hari (minimal 3 hari sekali) dengan menggunakan
mikroskop inverted.

Untuk mengetahui hasil percobaan praktikum kultur jaringan hewan, silahkan dibaca di:

Anda mungkin juga menyukai