Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

AKUNTANSI MANAJEMEN LANJUTAN


“Cost Drivers, Basic Cost Concepts, Activity Based Cost”

Disusun Oleh:

KELOMPOK 2
Dwi Ayu Siti Hartinah H A062202005
Alma Pratiwi A062202019

PROGRAM STUDI MAGISTER AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2021
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. Alhamdulillahirabbil alamin, banyak nikmat yang


Allah berikan, tetapi sedikit sekali yang kita ingat. Segala puji bagi Allah SWT atas segala berkat, rahmat,
taufik, serta hidayah-Nya yang tiada terkira besarnya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
dengan judul “Cost Drivers, Basic Cost Concepts, Activity Based Cost” untuk mata kuliah Akuntansi
Manajemen Lanjutan. Dalam penyusunannya, kami memperoleh banyak bantuan dari berbagai pihak,
karena itu kami mengucapkan terima kasih.. Semoga semua ini bisa memberikan sedikit kebahagiaan dan
menuntun pada langkah yang lebih baik lagi.
Meskipun kami berharap isi dari makalah ini bebas dari kekurangan dan kesalahan, namun
selalu ada yang kurang. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar
makalah ini dapat lebih baik lagi. Akhir kata saya berharap agar makalah ini bermanfaat bagi semua
pembaca.

Makassar, 2 Maret 2021

Penyusun

ii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN SAMPUL.......................................................................................................................... i
KATA PENGANTAR........................................................................................................................... ii
DAFTAR ISI........................................................................................................................................ iii
BAB I. PENDAHULUAN............................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang.................................................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah............................................................................................................ 1
1.3 Tujuan Pembahasan......................................................................................................... 1
BAB II. PEMBAHASAN................................................................................................................. 2
2.1 Konsep Biaya................................................................................................................... 2
2.1.1 Pengertian Biaya.................................................................................................... 2
2.1.2 Kasifikasi Biaya...................................................................................................... 2
2.2 Cost Drivers....................................................................................................................... 6
2.2.1 Pengertian Cost Drivers......................................................................................... 6
2.2.2 Jenis-Jenis Cost Drivers........................................................................................ 6
2.3 Activity Based Costing...................................................................................................... 7
2.3.1 Pengertian Activity Based Costing......................................................................... 7
2.3.2 Tahapan Activity Based Costing............................................................................ 7
2.3.3 Klasifikasi Activity Based Costing......................................................................... 8
2.3.4 Kelebihan dan Kelemahan Activity Based Costing................................................ 9
BAB III. PENUTUP.......................................................................................................................... 11
Kesimpulan......................................................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................................... 12

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Biaya mereflesikan pengukuran moneter dari sumber daya yang dibelanjakan untuk mendapatkan
sebuah tujuan seperti membuat barang atau mengantarkan jasa. Akan tetapi, istilah biaya harus
ditetapkan secara lebih spesifik sebelum biaya dari sebuah produk atau jasa dapat ditentukan dan
dikomunikasikan kepada orang-orang lainnya. Untuk mengkomunikasikan informasi secara efektif, para
akuntan harus memahami secara jelas perbedaan-perbedaan yang ada di berbagai jenis biaya
bagaimana penggunaannya.
Pemahaman terhadap konsep biaya memerlukan analisis yang hati-hati terhadap karakteristik dan
transaksi yang berkaitan dengan biaya. Ada elemen laporan lain yang sifatnya hampir sama dengan biaya
namun sebaiknya tidak dimasukkan sebagai komponen biaya. Karakteristik biaya dapat dipahami dengan
mengenali batasan atau pengertian yang berkaitan dengan biaya.
Dalam era kompetisi global seperti sekarang ini telah terjadi pergolakan dalam setiap aktivitas
bisnis jasa, perdagangan, dan industri. Salah satu yang terpengaruh dengan adanya perubahan
lingkungan tersebut adalah proses produksi, yaitu otomatisasi pabrikasi. Hal ini akan menghasilkan harga
pokok produk yang tidak akurat atau terjadinya distorsi penentuan harga pokok produk per unit sehingga
tidak bisa diandalkan dalam mengukur efisiensi dan produktivitas. Agar tidak terjadi distorsi penentuan
harga pokok per unit, banyak perusahaan yang mengadopsi penggunaan sistem penentuan harga pokok
(costing) berbasis aktivitas (ABC) Activity Based Costing dengan harapan manajemen melakukan analisis
profitabilitas, mendorong perbaikan proses, mengembangkan ukuran kinerja yang lebih inovatif, dan dapat
berpartisipasi dalam perencanaan strategis. 
1.2. Rumusan Masalah
Dari latar belakang yang telah dijelaskan sebelumnya, maka permasalahan yang akan dibahas
dalam makalah ini adalah:
1. Apa yang dimaksud dengan konsep biaya dan apa saja klasifikasi biaya?
2. Apa yang dimaksud dengan Cost Drivers?
3. Apa yang dimaksud denga Activity Based Costing?
1.3. Tujuan Pembahasan
Berdasarkan rumusan masalah yang telah di uraikan sebelumnya, maka tujuan yang ingin dicapai
dalam penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui yang dimaksud dengan konsep biaya dan apa saja kasifikasi biaya.
2. Untuk mengetahui mengenai Cost Drivers
3. Untuk mengetahui mengenai Activity Based Costing

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. KONSEP BIAYA


2.1.1. Pengertian Biaya
Secara umum, dapat dikatakan bahwa cost yang telah dikorbankan dalam rangka
menciptakan pendapatan disebut dengan biaya. Dalam SFAC (Statement of Financial Accounting
Concept) No. 6 FASB (Finally Accounting Standart Board) Tahun 1980 mendefinisikan biaya
sebagai aliran keluar (outflows) atau pemakaian aktifa atau timbulnya hutang selama satu periode
yang berasal dari penjualan atau produksi barang, atau penyerahan jasa atau pelaksanaan
kegiatan yang lain yang merupakan kegiatan utama suatu entitas.
Biaya (cost) tidak sama dengan beban (expense). Biaya (cost) adalah sumber daya yang
dikorbankan atau dilepaskan untuk mencapai tujuan tertentu atau bisa juga dikatakan biaya adalah
suatu pengorbanan yang dilakukan untuk memperoleh barang atau jasa yang berguna untuk masa
yang akan datang. Sedangkan beban (expense) adalah biaya yang telah digunakan untuk
memperoleh suatu pendapatan. Semua beban adalah biaya tapi tidak semua biaya adalah beban.
2.1.2. Klasifikasi Biaya
Dalam mengklasifikasikan biaya (cost) dikenal dengan konsep “beragam biaya untuk tujuan
yang berbeda (different cost for different purposes)”. Oleh karena itu, metode pengklasifikasikan
biaya didasarkan pada konsep untuk apa biaya tersebut dikelompokkan. Dengan kata lain, tidak
ada satupun metode pengklasifikasikan biaya yang dapat digunakan untuk semua tujuan penyajian
infromasi biaya. Berikut ini metode pengklasifikasian biaya yang umumnya dilakukan untuk
memberikan informasi biaya, yaitu :
1. Klasifikasi biaya berdasarkan fungsi perusahaan
Untuk perusahaan manufaktur yang mana fungsi utamanya adalah mengolah bahan
menjadi produk jadi dan kemudian menjualnya, ruang lingkup aktivitasnya menjadi lebih kompleks
dari pada perusahaan dagang maupun jasa karena melibatkan bagian produksi, pemasaran, serta
administrasi umum. Oleh karena itu, biaya dapat diklasifikasikan menjadi biaya produksi, biaya
pemasaran, serta beban administrasi dan umum, yang mana biaya-biaya tersebut dapat
dokategorikan menjadi dua, yaitu :
a. Biaya produksi
Biaya produksi adalah biaya yang terkait dengan fungsi produksi, yaitu biaya yang timbul
dalam pengelolan bahan menjadi produk jadi sampai akhirnya produk tersebut siap untuk dijual.
Biaya produksi memiliki tiga elemen, yaitu :
1) Biaya bahan baku adalah biaya dari suatu komponen yang digunakan dalam proses
produksi, yang mana pemakaiannya dapat ditelusuri atau diindentifikasi dan merupakan

2
bagian integral dari suatu produk tertentu. Contohnya : kain pada perusahaan garmen, karet
pada perusahaan ban, bijih besi pada perusahaan baja, dan kulit pada prusahaan sepatu
dan sebagainnya.
2) Biaya tenaga kerja langsung adalah biaya atau pengorbanan sumber daya atas biaya
karyawan bagian produksi yang manfaatnya dapat ditelusuri atas identifikasi jejaknya, serta
dapat dibebankan secara layak ke dalam suatu produk. Contohnya: karyawan jahit dan
obras kain pada perusahaan garmen, karyawan potong dan serut kayu pada perushaan
mebel, pekerja samak kulit pada perusahaan sepatu dan sebagainnya.
3) Biaya overhead pabrik adalah biaya produksi yang tidak dapat ditelusuri atau diidentifikasi
secara langsung pada suatu produk. Biaya tersebut antara lain:
 Biaya bahan penolong adalah biaya dari komponen yang digunakan dalam proses
produksi tetapi nilainya relative kecil dan tidak dapat ditelusuri atau diidentifikasi secara
langsung pada suatu produk. Contohnya: kancing dan benang pada perusahaan
garmen; amplas, sekrup, dan paku pada perusahaan mebel; dan lem dan paku pada
perusahaan sepatu dan sebagainya.
 Biaya tenaga kerja tidak langsung adalah biaya atau pengorbanan sumber daya atas
kinerja karyawan pada bagian produksi yang tidak dapat ditelusuri atau diidentifikasi
jejaknya atas produk-produk yang dihasilkan perusahaan. Contohnya: pengawas pabrik;
direktur pabrik; operator listrik pabrik, dll
 Biaya tidak langsung lainnya adalah biaya selain biaya bahan penolong dan biaya
tenaga kerja tidak langsung yang terjadi di bagian produksi, yang mana biaya ini tidak
dapat ditelusuri atau diidentifikasi jejaknya atas produk-produk yang dihasilkan
perusahaan. Contohnya: penyusutan mesin pabrik; reparasi dan pemeliharaan peralatan
pabrik; listrik dan air pabrik; asuransi pabrik; dan lainnya.
b. Biaya nonproduksi
Biaya nonproduksi adalah biaya yang dikeluarkan tidak mimiliki keterkaitan dengan proses
produksi. Biaya nonproduksi memiliki dua elemen, yaitu :
1) Biaya pemasaran adalah biaya yang terkait dengan fungsi pemasaran dalam rangka
memasarkan suatu produk, mulai dari persiapan penjualan barang/jasa kepada pelanggan
sampai dengan pascajual. Contoh: iklan dan promosi; pengiriman; penjualan; komisi dan
lainnya
2) Biaya administrasi umum adalah biaya yang terkait dengan fungsi administrasi dan umum
dalam rangka kelancaran perencanaan, koordinasi, pengarahan, dan pengendalian suatu
perusahaan. Contohnya: gaji presiden direktur; perlengkapan kantor, listrik dan telepon; gaji
bagian keamanan kantor; penyusutan gedung kantor dan sebagainya.

3
2. Klasifikasi biaya berdasarkan aktivitas
Pengklasifikasian biaya berdasarkan aktivitas sangat diperlukan oleh manajemen dalam
melakukan perencanaan, pengendalian, dan pengambilan keputusan. Berikut klasifikasi biaya
berdasarkan aktivitas, yaitu :
a. Biaya tetap (fixed cost)
Biaya tetap adalah biaya yang mana total biaya tidak berubah terhadap perubahan aktivitas
(volume penjualan) dalam rentang yang relevan. Namun, biaya per unit ouput perubahan biaya
tetap per unit output ini berbanding terbalik dengan perubahaan aktivitas (volume produksi) karena
apabila aktivitas naik maka biaya per unit output mengalami penurunan, dan sebaliknya. Contoh:
gaji direksi; penyusutan kendaraan; asuransi; sewa gudang; gaji satpam dan sebagainya.
b. Biaya variable (variable cost)
Biaya variable adalah biaya yang mana total biaya berubah secara proposional terhadap
perubahaan aktivitas dalam rentang yang relevan. Pengertian aktivitas dapat dalam bentuk jumlah
yang diproduksi (volume produksi), jumlah produk yang dijual, jumlah jam mesin, dan lainnya.
Semakin besar aktivitas (jumlah yang diproduksi) maka semakin tinggi total biaya variable, dan
sebaliknya. Namun, biaya variable untuk perunit output adalah tetap (konstan) pada kisaran
tertentu. Contohnya: bahan langsung; tenaga kerja langsung; bahan bakar; bahan penolong;
pengiriman barang; upah lembur; perlengkapan kantor; biaya komunikasi dan sebagainnya.
c. Biaya semi variable
Biaya semi variable adalah biaya yang mana total biaya berubah tetapi perubahannya tidak
proporsional terhadap perubahan aktivitas (volume produksi) dalam rentang yang relevan.
Semakin besar aktivitas (volume produksi) maka semakin tinggi total biaya yang dibebankan dan
sebaliknya, tetapi nilai perubahannya tidak sebanding. Contoh: listrik dan telepon; pemeliharaan
dan perawatan mesin; hubungan industrial; pengawasan (inspeksi); asuransi kecelakaan dan
lainnya.
3. Klasifikasi biaya berdasarkan objek biaya
Objek biaya (cost object) atau tujuan biaya adalah suatu aktivitas yang biayanya
diakumulasi dan dibebankan. Sesuatu atau suatu aktivitas yang dapat dijadikan objek biaya
seperti: produk, departemen, divisi, proses, kontrak, batch dari unit sejenis, lini produk, projek,
pesanan pelanggan, periode akuntansi, tujuan strategi, dan lainnya. Cara umum yang dilakukan
untuk membedakan karakterisitik biaya adalah dengan menggolongkan biaya menjadi biaya
langsung dan biaya tidak langsung. Pembagian yang objek biayanya adalah produk yaitu sebagai
berikut :
a. Biaya langsung (direct cost) yaitu biaya yang dapat ditelusur atau diidentifikasi ke suatu objek
biaya tertentu karena hanya dikeluarkan untuk manfaat objek biaya itu sendiri.

4
b. Biaya tidak langsung (indirect cost) yaitu biaya yang dikeluarkan untuk lebih dari satu objek
biaya dan tidak dapat ditelusuri secara langsung ke salah satu objek biaya tertentu. Oleh
karena itu biaya tersebut bersifat umum dan disebut common cost. Biaya taklangsung tidak
dapat ditelusur ke objek biaya secara individual, pembebanan biayanya ke berbagai objek
biaya tersebut menggunakan proses pengalokasian. Pengalokasian ini berguna untuk
menentukan porsi biaya yang dinikmati oleh masing-masing objek biaya. 
4. Klasifikasi biaya berdasarkan waktu pembebanan
Biaya dapat diklasifikasikan berdasarkan kapan suatu biaya dibebankan pada pendapatan.
Tujuan klasifikasi biaya ini adalah untuk memandingkan antara beban dengan pendapatan (prinsip
perbandingan) dan mengukur laba secara periodic. Dalam kaitannya dengan waktu pembebanan,
maka biaya dapat dikelompokkan menjadi 2 yaitu :
a. Biaya produk adalah seluruh biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh, mendapatkan, atau
mem produksi suatu produk.
b. Biaya periodic pada perusahaan manufaktur adalah seluruh biaya yang tidak termasuk sebagai
biaya produk, yang mana biaya ini akan diperhitungkan dengan pendapatan penjualan dalam
laporan laba rugi berdasarkan periode terjadinya.
5. Kalsifikasi biaya berdasarkan pengendalian manajemen
Salah satu fungsi yang dilakukan manajemen adalah pengendalian terhadap
kewenangannya. Jika suatu biaya dapat dipengaruhi dan dikendalikan oleh pihak manajemen
maka biaya tesebut menjadi tanggungjawab pihak manajemen tersebut. Adapun pengelompokkan
dari biaya ini, yaitu :
a. Biaya terkendalikan (controllable cost) adalah biaya yang secara signifikan dapat dipengaurhi
dan dikendalikan oleh manajemen pada periode tertentu
b. Biaya tidak terkendalikan (uncontrollable cost) adalah biaya yang secara signifikan tidak dapat
dipengauruhi dan dikendalikan oleh manajemen pada periode tertentu.
6. Kalsifikasi biaya berdasarkan pengambilan keputusan
Aktivitas pengambilan keputusan adalah proses pemilihan dari berbagai alternative yang
ada. Setiap alternative memiliki konsekuensi biaya dan manfaat yang harus dipertimbangkan
dengan biaya dan manfaat yang akan diperoleh dari alternative lain yang tersedia. Ada beberapa
klaisifkasi biaya untuk pengambilan keputusan manajemen, yaitu :
a. Biaya relevan adalah biaya akan terjadi di masa yang akan datang dan memiliki perbedaan
dengan berbagai alternative keputusan. Berikut ini ada beberapa jenis biaya yang tergolongkan
biaya relevan, yaitu biaya diferensial, biaya kesempatan, biaya tunai, dan biaya terhindarkan.

5
b. Biaya tidak releva adalah biaya yang telah terjadi dan tidak dapat diubah oleh keputusan. Ada
beberpa jenis biaya yang tergolong biaya tidak relevan yaitu, biaya tertanam dan biaya masa
lalu.

2.2. COST DRIVERS (PEMICU BIAYA)


2.2.1. Pengertian Cost Drivers (Pemicu Biaya)
Cost Drivers (Pemicu Biaya) adalah setiap aktivitas yang menyebabkan suatu biaya
dikeluarkan atau bisa juga diartikan pemicu biaya adalah factor yang menentukan besar atau
kecilnya permintaan biaya oleh suatu aktivitas yang dilakukan dalam suatu perusahaan.
Pengklasifikasian pemicu biaya ditentukan oleh setiap aktivitas, agar tetap membebankan biaya ke
aktivitas, maka perusahaan harus menentukan pemicu biaya yang tepat. Contohnya: biaya operasi
gedung dapat dipengaruhi oleh harga, bobot, pesanan yang diterima, jenis barangm dan beberapa
pemasok, dan lainnya.
2.2.2. Jenis-jenis Cost Drivers (Pemicu Biaya)
Adapaun jenis-jenis cost drivers terdiri dari 4 bagian, yaitu :
1. Activity based cost drivers (pengerak biaya berdasarkan aktivitas), adalah pemicu biaya yang
berdasarkan aktivitas yang dikembangkan pada berbagai tingkat secara rinci dari operasi yang
dihubungkan dengan aktivitas yang dilakukan dalam operasi perusahaan. Analisis ini
mencakup langkah dari masing-masing pembuatan produk atau menyediakan layanan untuk
setiap aktivitas. Analisis ini pun juga akan membantu pihak manajemen dalam pengendalian
operasional di dalam perusahaan misalnya: perusahaan dapat mengidentifikasikan aktivitas
mana yang memberikan kontribusi nilai bagi pelanggan dan mana yang tidak memberikan nilai;
kemudian perusahaan akan mengidentifikan setiap aktivitas yang paling mahal atau berbeda
dari setiap ekspetasinya. Contohnya : dalam aktivitas dalam menyediakan layanan ATM,
penggerak biayanya karena adanya jumlah transaksi ATM atau jumlah pelanggan, begitu juga
dengan melakukan layanan kasir dikarenakan adanya jumlah pelanggan yang meningkat atau
tidak, dan lainnya.
2. Volume based cost drivers (pengerak biaya berdasarkan volume) adalah pemicu biaya yang
berdasarkan jumlah atau volume produksi secara kuantitas terhadap layanan yang diberikan.
3. Structural based cost drivers (penggerak biaya berdasarkan structural) adalah pemicu biaya
yang bersifat strategis karena memiliki hubungan antara pemicu biaya dan total biaya yang
akan dikeluarkan dalam pengambilan keputusan bersifat jangka panjang. Contohnya : dari segi
pengalaman, suatu perusahaan memiliki karyawan yang memiliki pengalaman dan penjualan
yang baik dan bagus maka kemungkinan besar akan memiliki biaya pengembangan, produksi,
dan distribusi yang lebih rendah di bandingkan dengan karyawan yang belum berpengalaman

6
dan memiliki presetasi yang baik, yang dimana akan mengurangi waktu dan biaya yang
diperlukan dalam membuat suatu produk baru,
4. Executional cost drivers (penggerak biaya berdasarkan pelaksanaan) adalah pemicu biaya
yang bersifat jangka pendek karena keputusan operasional atau pelaksanaan memengaruhi
hubungan antara pemicu biaya dengan total biaya yang dikeluarkan. Pemicu biaya berdasarkan
operasional atau pelaksanaan meliputi keterlibatan tenaga kerja terhadap perbaikan yang
bersifat berkelanjutan, desain proses produksi yang dapat mempercepat arus barang dengan
mengurangi biaya dan lainnya.

2.3. ACTIVITY BASED COSTING (ABC)


2.3.1. Pengertian Activity Based Costing
Menurut Hongren (2005) ABC atau Activity Based Costing adalah suatu system pendekatan
perhitungan biaya yang dilakukan berdasarkan aktivitas-aktivitas yang ada di perusahaan. Sistem
ini dilakukan dengan dasar pemikiran bahwa penyebab timbulnya biaya adalah aktivitas yang
dilakukan dalam suatu perusahaan, sehingga wajar bila pengalokasian biaya tidak langsung
dilakukan berdasarkan aktivitas tersebut.
Menurut Amin Wijaya Tunggal (2009) Activity-Based Costing adalah metode costing yang
mendasarkan pada aktivitas yang didesain untuk memberikan informasi biaya kepada para
manajer untuk pembuatan keputusan stratejik dan keputusan lain yang mempengaruhi kapasitas
dan biaya tetap. Sedangkan menurut Mulyadi (2001) Activity Based Costing adalah sistem
informasi biaya yang menyediakan informasi lengkap tentang aktivitas untuk memungkinkan
personil perusahaan melakukan pengelolaan terhadap aktivitas.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa ABC (Activity Based Costing) adalah suatu system
perhitungan biaya yang didasarkan pada aktivitas-aktivitas atau proses yang dilakukan untuk
memproduksi suatu produk, yang dimana proses aktivitas tersebut membutuhkan sumber daya
seperti: bahan, tenaga kerja, energy, mesin, peralatan, teknologi, dan lainnya.
2.3.2. Tahapan Activity Based Costing
Menurut Garrison, Noreen, dan Brewer (2006), terdapat lima tahap dalam ABC, yaitu :
1) Mengidentifikasi dan mendefinisikan aktivitas dan kumpulan biaya aktivitas. Pada tahap ini
implementasi system ABC adalah mengidentifikasi aktivitas-aktivitas yang akan membentuk
dasar system ini. Dengan cara mengungkapkan aktivitas ke dalam system ABC, yang
berprinsip dan harus dipegang adalah aktivitas harus dikelompokkan bersama-sama pada
tingkat atau level yang cocok. Aktivitas level batch tidak dikombinakasikan dengan aktivitas
tingkat unit, atau aktivitas level produk dengan aktivitas level batch, dan sebaliknya. Jadi tahap
ini yaitu menggambungkan aktivitas-aktivitas yang sangat berkorelasi satu sama yang lain

7
dalam satu level tingkatan. Contohnya: di tingkat ukuran pesana (order size), yang dimana
kumpulan biaya ukuran pesana mengakumulasikan semua biaya sumber daya yang
dikonsumsi dari jumlah unit yang diproduksi, biaya untuk menjalankan mesin, penyusutan
beberapa peralatan, dll. Aktivitas ukuran pesanan adalah aktivitas tingkat unit karena setiap unit
membutuhkan beberapa sumber daya. Ukuran aktivitas untuk jenis pengumpulan biaya ini
adalah jam mesin.
2) Jika memungkinkan, biaya ditelusuri secara langsung ke aktivitas dan objek biaya ( cost object).
Langkah kedua yaitu dengan menelusuri secara langsung sebagian besar biaya overhead
pabrik ke objek biaya. Ada terdapat tiga objek biaya yaitu produk, pesanan pelanggan, dan
pelanggan
3) Membebankan biaya ke kumpulan biaya aktivitas (activity cost pool). Pada tahap ini, sebagian
besar biaya overhead pabrik diklasifikasikan di buku besar perusahaan sesuai dengan
departemen terjadinya biaya overhead tersebut. Contohnya biaya gaji, bahan bahis pakai,
sewa, dan biaya lainnya yang dikeluarkan oleh departemen pemasaran dibebenkan ke
departemen tersebut.
4) Menghitung tariff aktivitas (activity rate). Pada tahap ini akan menghitung tariff tiap
pengumpulan biaya aktivitas. Tariff aktivitas tersebut digunakan untuk membebankan biaya
overhead pabrik ke produk pelanggan. Misalnya total biaya aktivitas pesanan pelanggan
sebesar Rp 315.000.000 dibagi dengan 1.000 jumlah pesanan pelanggan sehingga
menghasilkan tariff per unit sebesar Rp 315.000/pesanan.
5) Membebankan biaya ke objek biaya dengan menggunakan tarif aktivitas. Langkah ini dalam
implementasi system ABC disebut juga dengan alokasi tahap kedua. Dalam alokasi tahap ini,
tariff aktivitas digunakan untuk membebankan biaya ke produk dan pelanggan. Sistem ABC
dapat digunakan untuk membebankan biaya aktivitas ke produk, pesanan pelanggan, dan
pelanggan.
2.3.3. Klasifikasi Activity Based Costing (ABC)
Biaya overhead pabrik (manufacturing overhead costs) adalah biaya produksi yang tidak
masuk dalam biaya bahan baku maupun biaya tenaga kerja langsung. Apabila suatu perusahaan
juga memiliki departemen-departemen lain selain departemen produksi maka semua biaya yang
terjadi di departemen pembantu tersebut (termasuk biaya tenaga kerjanya) dikategorikan sebagai
biaya overhead pabrik.
Biaya overhead pabrik biasanya muncul dari biaya-biaya yang harus dikeluarkan untuk
pemakaian bahan tambahan, biaya tenaga kerja tak langsung, pengawasan mesin produksi, pajak,
asuransi, hingga fasilitas-fasilitas tambahan yang diperdalam ABC, proses identifikasi aktivitas
merupakan salah satu bagian yang penting dari tahapan tahapan pembebanan biaya overhead

8
pabrik. Tahap pertama pada identifikasi aktivitas, aktivitas yang luas dikelompokkan ke dalam 4
kategori aktivitas, yaitu :
1) Unit Level Activities (tingkat unit). Berupa aktivitas atau kegiatan yang dilakukan sekali untuk
setiap unit sehingga biaya produk yang berhubungan dengan aktivitas yang dibebankan
berdasarkan jumlah unit yang diproduksi. Misalnya : jam tenaga kerja langsung. Semakin
banyak jumlah unit yang diproduksi maka semakin banyak juga tenaga kerja langsung
dibutuhkan.
2) Bacth Level Activity (tingkat bacth). Berupa ativitas atau kegiatan yang dilakukan untuk
mendukung produksi sejumlah order tertentu (batch). Aktivitas ini dilakukan sekali untuk setiap
batch sehingga biaya produksi yang berhubungan dengan aktivitas ini dibebankan berdasarkan
jumlah batch yang diproduksi misalnya : biaya set-up mesin. Semakin banyak unit yang
diproduksi tidak mempengaruhi biaya pada aktivitas set-up, tetapi semakin sering set-up
dilakukan maka semakin besar pula biaya set-up mesin.
3) Product Sustaining Activities. Berupa aktivitas atau kegiatan yang dilakukan untuk
mempertahankan eksistensi suatu produk, pemeliharaan produk, pengembangan produkdan
inovasi produk.Beban biaya yang terjadi pada aktivitas ini dapat ditelusuri pada setiap jenis
produk yang dihasilkan, tetapi sumber daya yang dikonsumsi tidak tergantung pada jumlah unit
ataupun batch dari produk yang dihasilkan perusahaan. Semakin banyak jenis produk yang
dihasilkan maka semakin sering aktivitas ini dilakukan sehingga semakin besar biaya yang
dibutuhkannya.
4) Facility Sustaining Activities. Berupa aktivitas atau kegiatan yang dilakukan untuk
mempertahankan eksistensi perusahaan, seperti pemasaran, sumber daya manusia,
pengembangan sistem, pemeliharaan fasilitas dan lain-lain. Tetapi aktivitas ini tidak
berhubungan dengan jumlah produk, batch maupun jenis produk.
2.3.4. Kelebihan dan Kekurangan Sistem Activity Based Costing (ABC)
a. Kelebihan atau keungulan system ABC, yaitu :
1. System ABC menyajikan biaya produk yang informative dan akurat, sehingga meningkatkan
kualitas pengambilan keputusan terkait harga jual, lini produk, pasar, pelanggan, dan lainnya.
2. System ABC berfokus pada aktivitas-aktivitas bisnis, sehingga perusahaan harus
menghilangkan aktivitas yang tidak memberikan nilai tambah atas suatu produk melalui
program pengurangan biaya secara berkesinambungan
3. System ABC membantu manajemen mengakses informasi terkait biaya-biaya yang relevan
dalam mengambil keputusan bisnis, sehingga perusahaan mampu meningkatkan daya saing
secara global terhadap produk yang dihasilkan
b. Kekurangan dan keterbatasan ABC, yaitu :

9
1. Meskipun system ABC merupakan system berbasis aktivitas, dalam hal alokasi tidak semua
biaya memiliki penggerak biaya konsumsi sumber daya atau aktivitas yang teapt
2. Banyaknya biaya yang dihilangkan, biaya produk dan jasa yang diidentifikasi pada system ABC
cenderung tidak menyeluruh terhadap biaya yang berhubungan dengan produk dan jasa
tersebut.
3. System ABC dalam penerapan dan perkembangannya membutuhkan banyak waktu dan biaya
yang sangat mahal dalam pelaksanaannya.

BAB III

10
PENUTUP

Kesimpulan
Biaya (cost) adalah sumber daya yang dikorbankan atau dilepaskan untuk mencapai tujuan
tertentu atau bisa juga dikatakan biaya adalah suatu pengorbanan yang dilakukan untuk suatu proses
produksi yang dinyatakan oleh satuan orang menurut harga pasar yang berlaku. Terdapat beberapa
klasifikasi biaya yaitu berdasarkan: fungsi perusahaan, aktivitas, objek biaya, waktu pembebanan,
pengendalian manajemen, dan pengabilan keputusan. Cost Drivers (Pemicu Biaya) adalah setiap aktivitas
yang menyebabkan suatu biaya dikeluarkan atau bisa juga diartikan pemicu biaya adalah factor yang
menentukan besar atau kecilnya permintaan biaya oleh suatu aktivitas yang dilakukan dalam suatu
perusahaan. ABC (Activity Based Costing) adalah suatu system perhitungan biaya yang didasarkan pada
aktivitas-aktivitas atau proses yang dilakukan untuk memproduksi suatu produk, yang dimana proses
aktivitas tersebut membutuhkan sumber daya seperti: bahan, tenaga kerja, energy, mesin, peralatan,
teknologi, dan lainnya.

DAFTAR PUSTAKA

11
Agus puwaji, Wibowo, Sabarudin Muslim. 2016. Akuntansi Biaya Edisi 2. Jakarta Selatan : Salemba
Empat
Blocher, Stout, dan Cokins. 2010. Cost Management: A Strategic Emphasis. United States. McGraw-Hill
Irwin.
Garrison, R. H., & Noreen, E. W. (2006). Brewer, peter C. Managerial Accounting, 11th Edition, boston:
mcgraw-hill.
Horngren, C. T.; G. Foster, dan S. M. Datar (2006). 12th Edition. Cost Accounting: Managerial Emphasis.
New Jersey: Prentice Hall, Inc.
Mulyadi. (2001). Edisi 3. Akuntansi Manajemen: Konsep, Manfaat, dan Rekayasa. Jakarta: Salemba
Empat.
Sofia Prima Dewi dan Seprian Bayu Kristanto. 2013. Akuntansi Biaya. In Media.
Tunggal, Amin Widjaja. 2009. Pengantar Activity Based Costing (ABC) dan Activity Based Management
(ABM). Jakarta: Harvarindo.

12
Review Riset Penelitian

No. : Procedia CIRP 22(2014) 152 -156


Judul Penelitian : Cost Drivers of Integrated Maintenance in High-Value System
Author : P. Amorim-Melo, E Shehab, L. Kirkwood, and P. Baguley
Penerbit : Elsevier B.V.
Tahun Terbit : 2014
Latar Belakang Penelitian

Sistem nilai tinggi ditentukan oleh struktur yang luas, dimana operasi dianggap bahwa salah satu
komponen dari struktual. Saat ini downtime merupakan dampak utama dalam operasi system apapun.
Untuk menghindari downtime maka diperlukan pemicu biaya atau menentukan biaya penggerak dalam
pemeliharaan secara integritas sehingga dapat meminimalkan biaya secara keseluruhan.

Masalah Penelitian

Masalah dalam penelitian ini yaitu bagaimana cara mengidentifikasi pemicu biaya pemeliharaan
terintegrasi di jaringan infrastruktur kerata api dalam hal ini system bernilai tinggi.

Tujuan Penelitian

Penelitian ini memiliki tujuan, yaitu bagaimana untuk mengatahui mengidentifikasi atau
mengkategorikan pemicu biaya atau biaya penggerak khususnya di infrastruktur kereta api, dan
menghubungkan dengan pemeliharan yang telah dilakukan sebelumnya dalam hal ini pada setiap kasus.

Landasan Teori
Adapun landasan teori dalam penelitian ini, yaitu :
1. Penggerak biaya (cost drivers) dapat didefinisikan sebagai faktor penting yang dapat menujukkan
dampak langsung terhadap sistem biaya yang dianalisis, bisa berupa aktivitas, produk, proses, dan
lainnya. Mengenai faktor dalam penggerak biaya bukan hal utama yang akan diidentifikasi, tetapi
yang terkait juga dengan aktivitas yang memiliki nilai (manfaat atau tambahan manfaat).
2. Menurut Patra et al (2009) mengatakan bahwa suatu system memerlukan Preventive Maintenance
(PM) atau pemeliharaan preventive, pemeliharaan secara rutin yang merupakan suatu keharusan
dan penting dalam menentukan suatu startegi dari beberapa aktivitas pemeliharaan yang terkait dan
keterkaitan tren dengan waktu pembiayaan tren.
Metodologi Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode VDM (Value Driven Maintenance) adalah

13
metodologi yang terdiri dari 4 bagian yaitu pemanfaatan asset, alokasi sumber daya, pengedalian biaya,
dan kesehatan, keselamatan dan lingkungan. Kemudian dari masing-masing kategori akan dikategorikan
atau dikualifikasikan berdasarkan pengalokasian penggerak biaya yang berbeda sehingga dapat
membangun suatu kerangka kerja untuk setiap system dari kerangkah kerja tersebut akan di analisis atau
pengerjaan data dalam penelitian ini.

Hasil Penelitian & Pembahasan


Peneliti dapat mengklasifikasikan cost driver terhadap jaringan infrastruktur kerata api dan
memiliki korelasi dengan aktivitas pemeliharaan yang memiliki dampak secara relevan pada biaya
pemeliharaan umum. Kemudian, penelitian membangun kerangkah kerja dengan metode VDM dengan
melihat empat kategori yaitu, pemanfaatan asset, alokasi sumber daya, pengendalian biayam dan
kesehatan, keselamatan, dan keamanan lingkungan.
Pada gambar pertama mengfokuskan terhadap pemanfaatan asset yang merupakan tingkat bagian
operasional, yang dimana pemanfaatan asset dapat dikatakan gagal karena dipengaruhi oleh beberapa
factor yaitu adanya penyusutan (abrasion), osilasi, dan arcing.
Kemudian pada gambar kedua tentang alokasi sumber daya yang merupakan tingkat bagian
infrastruktur dimana bagian ini menganggap bahwa kecepatan kereta merupakan factor dari
pertanggungjawaban dalam kegagalan operasi/pelaksanaan. Bagian ini menfokuskan terhadap
manajemen data dan system komunikasi sehingga akan memberikan organisasi kesempatan untuk
mengatasi masalah secara cepat dari identifikasi dan alokasi masalah terhadap infrastruktur.
Pada gambar ketiga tentang pengendalian biaya. Bagian ini akan menghubungkan terhadap factor
umum yang menyebabkan kenaikan biaya yaitu adanya kecelakaan dan keterlambatan yang dimana akan
mempengaruhi terhadap kepuasaan pelanggan baik eksternal (operator atau pelanggan (pengguna
layanan di tahap akhir) maupun internal (semua pekerja yang terlibat).
Pada tahap akhir yaitu tentang HSE (Healty, Safety, Environment) lingkungan. Dimana tahap ini
menganggap bahwa kegagalan infrastruktur yang mempengaruhi pemicu biaya pada umumnya
dipengaruhi oleh cuaca dan uji kelayakan dalam memuhi standar operasional. Setelah pemicu biaya
sudah diidentifikasikan kemudian pada gambar ke lima akan dihubungkan dengan tingkat struktur
organisasi dan jenis pemeliharaannya. Bahwa pemeliharaan di bagi menjadi beberapa tahap dan
terintegrasi secara jelas. Dimulai dari manajemen pemeliharaan kemudian akan mempengaruhi terhadap
perencanaan pendukung terhadap pemeliharaan, setelah itu akan melakukan persiapan perawatan,
setelah persiapan sudah dilakukan saat untuk pelaksanaan, dalam pelaksanaan akan menghasilkan
penilai dan dari hasil penilai tersebut akan dibuat kesimpulan apakah perlu perbaikan atau tidak.

Kesimpulan, Critical Review dan Riset Selanjutnya

Kesimpulan :

14
Setiap perusahaan perlu memahami pemicu biaya serta menentukan factor-faktor yang
mempengaruhi sesuai dengan pembahasan diatas. Walaupun, di sektor kereta api tidak mudah
diidentifikasi secara relevan terhadap pemicu biaya, namun penulis berhasil megidentifikasikan dan
menyajikan faktor-faktor pemicu biaya terhadap infrastruktur kereta api yang terkait dengan pelaksanaan
kegiatan pemeliharaan, dilihat dari pemanfaatan asset, alokasi sumber daya, pendendalian biaya, dan
HSE dalam hal ini metode VDM.
Critical Review :
1. Idealnya bagian abstrak itu terdiri dari tujuan, metode, hasil, dan kesimpulan. Namun penulis tidak
menjelaskan hasil penelitian pada bagian abstrak.
2. Dalam penulisan di bagian pendahuluan, penulis tidak menyusun secara sistematis sebagaimana
mestinya sehingga pemahaman terhadap masalah atau fenomena penelitian tidak jelas dan susah
dipahami, dan pada bagian ini penulis memasukkan metode penelitian yang seharusnya akan ditulis
setelah tinjauan pustakan atau tinjauan teoritis.
3. Pada bagian masalah dan tujuan penelitian sudah mecantumkan secara jelas di dalam jurnal ini.
4. Pada landasan teori, penulis tidak menjelaskan secara jelas mengenai landasan teori yang
digunakan, namun hanya memberikan kajian teori kedalam pendahuluan tanpa ada pembahasan
secara spesifik mengenai teori-teori yang digunakan.
5. Dalam metode penelitian yang tulis dalam jurnal ini juga sudah dijelaskan oleh penulis yaitu dengan
menggunakan pendekatan kualitatif dan metode metodologi VDM (Value Driven Maintenance)
Riset selanjutnya :
Diharapkan penelitian seharusnya akan memperluas lagi mengenai literatur-literatur teori untuk
dijadikan perbandingan karena dilihat dari pembahasan masih kurang mencakup materi yang dijelaskan
dan diharapkan peneliti selanjutnya dapat mengembangkan metode yang berbasis parametric dengan
menggunakan beberapa pemicu biaya sehingga dapat mencapai tujuan perusahaan.

15

Anda mungkin juga menyukai