Disusun Oleh:
KELOMPOK 2
Dwi Ayu Siti Hartinah H A062202005
Alma Pratiwi A062202019
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN SAMPUL.......................................................................................................................... i
KATA PENGANTAR........................................................................................................................... ii
DAFTAR ISI........................................................................................................................................ iii
BAB I. PENDAHULUAN............................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang.................................................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah............................................................................................................ 1
1.3 Tujuan Pembahasan......................................................................................................... 1
BAB II. PEMBAHASAN................................................................................................................. 2
2.1 Konsep Biaya................................................................................................................... 2
2.1.1 Pengertian Biaya.................................................................................................... 2
2.1.2 Kasifikasi Biaya...................................................................................................... 2
2.2 Cost Drivers....................................................................................................................... 6
2.2.1 Pengertian Cost Drivers......................................................................................... 6
2.2.2 Jenis-Jenis Cost Drivers........................................................................................ 6
2.3 Activity Based Costing...................................................................................................... 7
2.3.1 Pengertian Activity Based Costing......................................................................... 7
2.3.2 Tahapan Activity Based Costing............................................................................ 7
2.3.3 Klasifikasi Activity Based Costing......................................................................... 8
2.3.4 Kelebihan dan Kelemahan Activity Based Costing................................................ 9
BAB III. PENUTUP.......................................................................................................................... 11
Kesimpulan......................................................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................................... 12
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
bagian integral dari suatu produk tertentu. Contohnya : kain pada perusahaan garmen, karet
pada perusahaan ban, bijih besi pada perusahaan baja, dan kulit pada prusahaan sepatu
dan sebagainnya.
2) Biaya tenaga kerja langsung adalah biaya atau pengorbanan sumber daya atas biaya
karyawan bagian produksi yang manfaatnya dapat ditelusuri atas identifikasi jejaknya, serta
dapat dibebankan secara layak ke dalam suatu produk. Contohnya: karyawan jahit dan
obras kain pada perusahaan garmen, karyawan potong dan serut kayu pada perushaan
mebel, pekerja samak kulit pada perusahaan sepatu dan sebagainnya.
3) Biaya overhead pabrik adalah biaya produksi yang tidak dapat ditelusuri atau diidentifikasi
secara langsung pada suatu produk. Biaya tersebut antara lain:
Biaya bahan penolong adalah biaya dari komponen yang digunakan dalam proses
produksi tetapi nilainya relative kecil dan tidak dapat ditelusuri atau diidentifikasi secara
langsung pada suatu produk. Contohnya: kancing dan benang pada perusahaan
garmen; amplas, sekrup, dan paku pada perusahaan mebel; dan lem dan paku pada
perusahaan sepatu dan sebagainya.
Biaya tenaga kerja tidak langsung adalah biaya atau pengorbanan sumber daya atas
kinerja karyawan pada bagian produksi yang tidak dapat ditelusuri atau diidentifikasi
jejaknya atas produk-produk yang dihasilkan perusahaan. Contohnya: pengawas pabrik;
direktur pabrik; operator listrik pabrik, dll
Biaya tidak langsung lainnya adalah biaya selain biaya bahan penolong dan biaya
tenaga kerja tidak langsung yang terjadi di bagian produksi, yang mana biaya ini tidak
dapat ditelusuri atau diidentifikasi jejaknya atas produk-produk yang dihasilkan
perusahaan. Contohnya: penyusutan mesin pabrik; reparasi dan pemeliharaan peralatan
pabrik; listrik dan air pabrik; asuransi pabrik; dan lainnya.
b. Biaya nonproduksi
Biaya nonproduksi adalah biaya yang dikeluarkan tidak mimiliki keterkaitan dengan proses
produksi. Biaya nonproduksi memiliki dua elemen, yaitu :
1) Biaya pemasaran adalah biaya yang terkait dengan fungsi pemasaran dalam rangka
memasarkan suatu produk, mulai dari persiapan penjualan barang/jasa kepada pelanggan
sampai dengan pascajual. Contoh: iklan dan promosi; pengiriman; penjualan; komisi dan
lainnya
2) Biaya administrasi umum adalah biaya yang terkait dengan fungsi administrasi dan umum
dalam rangka kelancaran perencanaan, koordinasi, pengarahan, dan pengendalian suatu
perusahaan. Contohnya: gaji presiden direktur; perlengkapan kantor, listrik dan telepon; gaji
bagian keamanan kantor; penyusutan gedung kantor dan sebagainya.
3
2. Klasifikasi biaya berdasarkan aktivitas
Pengklasifikasian biaya berdasarkan aktivitas sangat diperlukan oleh manajemen dalam
melakukan perencanaan, pengendalian, dan pengambilan keputusan. Berikut klasifikasi biaya
berdasarkan aktivitas, yaitu :
a. Biaya tetap (fixed cost)
Biaya tetap adalah biaya yang mana total biaya tidak berubah terhadap perubahan aktivitas
(volume penjualan) dalam rentang yang relevan. Namun, biaya per unit ouput perubahan biaya
tetap per unit output ini berbanding terbalik dengan perubahaan aktivitas (volume produksi) karena
apabila aktivitas naik maka biaya per unit output mengalami penurunan, dan sebaliknya. Contoh:
gaji direksi; penyusutan kendaraan; asuransi; sewa gudang; gaji satpam dan sebagainya.
b. Biaya variable (variable cost)
Biaya variable adalah biaya yang mana total biaya berubah secara proposional terhadap
perubahaan aktivitas dalam rentang yang relevan. Pengertian aktivitas dapat dalam bentuk jumlah
yang diproduksi (volume produksi), jumlah produk yang dijual, jumlah jam mesin, dan lainnya.
Semakin besar aktivitas (jumlah yang diproduksi) maka semakin tinggi total biaya variable, dan
sebaliknya. Namun, biaya variable untuk perunit output adalah tetap (konstan) pada kisaran
tertentu. Contohnya: bahan langsung; tenaga kerja langsung; bahan bakar; bahan penolong;
pengiriman barang; upah lembur; perlengkapan kantor; biaya komunikasi dan sebagainnya.
c. Biaya semi variable
Biaya semi variable adalah biaya yang mana total biaya berubah tetapi perubahannya tidak
proporsional terhadap perubahan aktivitas (volume produksi) dalam rentang yang relevan.
Semakin besar aktivitas (volume produksi) maka semakin tinggi total biaya yang dibebankan dan
sebaliknya, tetapi nilai perubahannya tidak sebanding. Contoh: listrik dan telepon; pemeliharaan
dan perawatan mesin; hubungan industrial; pengawasan (inspeksi); asuransi kecelakaan dan
lainnya.
3. Klasifikasi biaya berdasarkan objek biaya
Objek biaya (cost object) atau tujuan biaya adalah suatu aktivitas yang biayanya
diakumulasi dan dibebankan. Sesuatu atau suatu aktivitas yang dapat dijadikan objek biaya
seperti: produk, departemen, divisi, proses, kontrak, batch dari unit sejenis, lini produk, projek,
pesanan pelanggan, periode akuntansi, tujuan strategi, dan lainnya. Cara umum yang dilakukan
untuk membedakan karakterisitik biaya adalah dengan menggolongkan biaya menjadi biaya
langsung dan biaya tidak langsung. Pembagian yang objek biayanya adalah produk yaitu sebagai
berikut :
a. Biaya langsung (direct cost) yaitu biaya yang dapat ditelusur atau diidentifikasi ke suatu objek
biaya tertentu karena hanya dikeluarkan untuk manfaat objek biaya itu sendiri.
4
b. Biaya tidak langsung (indirect cost) yaitu biaya yang dikeluarkan untuk lebih dari satu objek
biaya dan tidak dapat ditelusuri secara langsung ke salah satu objek biaya tertentu. Oleh
karena itu biaya tersebut bersifat umum dan disebut common cost. Biaya taklangsung tidak
dapat ditelusur ke objek biaya secara individual, pembebanan biayanya ke berbagai objek
biaya tersebut menggunakan proses pengalokasian. Pengalokasian ini berguna untuk
menentukan porsi biaya yang dinikmati oleh masing-masing objek biaya.
4. Klasifikasi biaya berdasarkan waktu pembebanan
Biaya dapat diklasifikasikan berdasarkan kapan suatu biaya dibebankan pada pendapatan.
Tujuan klasifikasi biaya ini adalah untuk memandingkan antara beban dengan pendapatan (prinsip
perbandingan) dan mengukur laba secara periodic. Dalam kaitannya dengan waktu pembebanan,
maka biaya dapat dikelompokkan menjadi 2 yaitu :
a. Biaya produk adalah seluruh biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh, mendapatkan, atau
mem produksi suatu produk.
b. Biaya periodic pada perusahaan manufaktur adalah seluruh biaya yang tidak termasuk sebagai
biaya produk, yang mana biaya ini akan diperhitungkan dengan pendapatan penjualan dalam
laporan laba rugi berdasarkan periode terjadinya.
5. Kalsifikasi biaya berdasarkan pengendalian manajemen
Salah satu fungsi yang dilakukan manajemen adalah pengendalian terhadap
kewenangannya. Jika suatu biaya dapat dipengaruhi dan dikendalikan oleh pihak manajemen
maka biaya tesebut menjadi tanggungjawab pihak manajemen tersebut. Adapun pengelompokkan
dari biaya ini, yaitu :
a. Biaya terkendalikan (controllable cost) adalah biaya yang secara signifikan dapat dipengaurhi
dan dikendalikan oleh manajemen pada periode tertentu
b. Biaya tidak terkendalikan (uncontrollable cost) adalah biaya yang secara signifikan tidak dapat
dipengauruhi dan dikendalikan oleh manajemen pada periode tertentu.
6. Kalsifikasi biaya berdasarkan pengambilan keputusan
Aktivitas pengambilan keputusan adalah proses pemilihan dari berbagai alternative yang
ada. Setiap alternative memiliki konsekuensi biaya dan manfaat yang harus dipertimbangkan
dengan biaya dan manfaat yang akan diperoleh dari alternative lain yang tersedia. Ada beberapa
klaisifkasi biaya untuk pengambilan keputusan manajemen, yaitu :
a. Biaya relevan adalah biaya akan terjadi di masa yang akan datang dan memiliki perbedaan
dengan berbagai alternative keputusan. Berikut ini ada beberapa jenis biaya yang tergolongkan
biaya relevan, yaitu biaya diferensial, biaya kesempatan, biaya tunai, dan biaya terhindarkan.
5
b. Biaya tidak releva adalah biaya yang telah terjadi dan tidak dapat diubah oleh keputusan. Ada
beberpa jenis biaya yang tergolong biaya tidak relevan yaitu, biaya tertanam dan biaya masa
lalu.
6
dan memiliki presetasi yang baik, yang dimana akan mengurangi waktu dan biaya yang
diperlukan dalam membuat suatu produk baru,
4. Executional cost drivers (penggerak biaya berdasarkan pelaksanaan) adalah pemicu biaya
yang bersifat jangka pendek karena keputusan operasional atau pelaksanaan memengaruhi
hubungan antara pemicu biaya dengan total biaya yang dikeluarkan. Pemicu biaya berdasarkan
operasional atau pelaksanaan meliputi keterlibatan tenaga kerja terhadap perbaikan yang
bersifat berkelanjutan, desain proses produksi yang dapat mempercepat arus barang dengan
mengurangi biaya dan lainnya.
7
dalam satu level tingkatan. Contohnya: di tingkat ukuran pesana (order size), yang dimana
kumpulan biaya ukuran pesana mengakumulasikan semua biaya sumber daya yang
dikonsumsi dari jumlah unit yang diproduksi, biaya untuk menjalankan mesin, penyusutan
beberapa peralatan, dll. Aktivitas ukuran pesanan adalah aktivitas tingkat unit karena setiap unit
membutuhkan beberapa sumber daya. Ukuran aktivitas untuk jenis pengumpulan biaya ini
adalah jam mesin.
2) Jika memungkinkan, biaya ditelusuri secara langsung ke aktivitas dan objek biaya ( cost object).
Langkah kedua yaitu dengan menelusuri secara langsung sebagian besar biaya overhead
pabrik ke objek biaya. Ada terdapat tiga objek biaya yaitu produk, pesanan pelanggan, dan
pelanggan
3) Membebankan biaya ke kumpulan biaya aktivitas (activity cost pool). Pada tahap ini, sebagian
besar biaya overhead pabrik diklasifikasikan di buku besar perusahaan sesuai dengan
departemen terjadinya biaya overhead tersebut. Contohnya biaya gaji, bahan bahis pakai,
sewa, dan biaya lainnya yang dikeluarkan oleh departemen pemasaran dibebenkan ke
departemen tersebut.
4) Menghitung tariff aktivitas (activity rate). Pada tahap ini akan menghitung tariff tiap
pengumpulan biaya aktivitas. Tariff aktivitas tersebut digunakan untuk membebankan biaya
overhead pabrik ke produk pelanggan. Misalnya total biaya aktivitas pesanan pelanggan
sebesar Rp 315.000.000 dibagi dengan 1.000 jumlah pesanan pelanggan sehingga
menghasilkan tariff per unit sebesar Rp 315.000/pesanan.
5) Membebankan biaya ke objek biaya dengan menggunakan tarif aktivitas. Langkah ini dalam
implementasi system ABC disebut juga dengan alokasi tahap kedua. Dalam alokasi tahap ini,
tariff aktivitas digunakan untuk membebankan biaya ke produk dan pelanggan. Sistem ABC
dapat digunakan untuk membebankan biaya aktivitas ke produk, pesanan pelanggan, dan
pelanggan.
2.3.3. Klasifikasi Activity Based Costing (ABC)
Biaya overhead pabrik (manufacturing overhead costs) adalah biaya produksi yang tidak
masuk dalam biaya bahan baku maupun biaya tenaga kerja langsung. Apabila suatu perusahaan
juga memiliki departemen-departemen lain selain departemen produksi maka semua biaya yang
terjadi di departemen pembantu tersebut (termasuk biaya tenaga kerjanya) dikategorikan sebagai
biaya overhead pabrik.
Biaya overhead pabrik biasanya muncul dari biaya-biaya yang harus dikeluarkan untuk
pemakaian bahan tambahan, biaya tenaga kerja tak langsung, pengawasan mesin produksi, pajak,
asuransi, hingga fasilitas-fasilitas tambahan yang diperdalam ABC, proses identifikasi aktivitas
merupakan salah satu bagian yang penting dari tahapan tahapan pembebanan biaya overhead
8
pabrik. Tahap pertama pada identifikasi aktivitas, aktivitas yang luas dikelompokkan ke dalam 4
kategori aktivitas, yaitu :
1) Unit Level Activities (tingkat unit). Berupa aktivitas atau kegiatan yang dilakukan sekali untuk
setiap unit sehingga biaya produk yang berhubungan dengan aktivitas yang dibebankan
berdasarkan jumlah unit yang diproduksi. Misalnya : jam tenaga kerja langsung. Semakin
banyak jumlah unit yang diproduksi maka semakin banyak juga tenaga kerja langsung
dibutuhkan.
2) Bacth Level Activity (tingkat bacth). Berupa ativitas atau kegiatan yang dilakukan untuk
mendukung produksi sejumlah order tertentu (batch). Aktivitas ini dilakukan sekali untuk setiap
batch sehingga biaya produksi yang berhubungan dengan aktivitas ini dibebankan berdasarkan
jumlah batch yang diproduksi misalnya : biaya set-up mesin. Semakin banyak unit yang
diproduksi tidak mempengaruhi biaya pada aktivitas set-up, tetapi semakin sering set-up
dilakukan maka semakin besar pula biaya set-up mesin.
3) Product Sustaining Activities. Berupa aktivitas atau kegiatan yang dilakukan untuk
mempertahankan eksistensi suatu produk, pemeliharaan produk, pengembangan produkdan
inovasi produk.Beban biaya yang terjadi pada aktivitas ini dapat ditelusuri pada setiap jenis
produk yang dihasilkan, tetapi sumber daya yang dikonsumsi tidak tergantung pada jumlah unit
ataupun batch dari produk yang dihasilkan perusahaan. Semakin banyak jenis produk yang
dihasilkan maka semakin sering aktivitas ini dilakukan sehingga semakin besar biaya yang
dibutuhkannya.
4) Facility Sustaining Activities. Berupa aktivitas atau kegiatan yang dilakukan untuk
mempertahankan eksistensi perusahaan, seperti pemasaran, sumber daya manusia,
pengembangan sistem, pemeliharaan fasilitas dan lain-lain. Tetapi aktivitas ini tidak
berhubungan dengan jumlah produk, batch maupun jenis produk.
2.3.4. Kelebihan dan Kekurangan Sistem Activity Based Costing (ABC)
a. Kelebihan atau keungulan system ABC, yaitu :
1. System ABC menyajikan biaya produk yang informative dan akurat, sehingga meningkatkan
kualitas pengambilan keputusan terkait harga jual, lini produk, pasar, pelanggan, dan lainnya.
2. System ABC berfokus pada aktivitas-aktivitas bisnis, sehingga perusahaan harus
menghilangkan aktivitas yang tidak memberikan nilai tambah atas suatu produk melalui
program pengurangan biaya secara berkesinambungan
3. System ABC membantu manajemen mengakses informasi terkait biaya-biaya yang relevan
dalam mengambil keputusan bisnis, sehingga perusahaan mampu meningkatkan daya saing
secara global terhadap produk yang dihasilkan
b. Kekurangan dan keterbatasan ABC, yaitu :
9
1. Meskipun system ABC merupakan system berbasis aktivitas, dalam hal alokasi tidak semua
biaya memiliki penggerak biaya konsumsi sumber daya atau aktivitas yang teapt
2. Banyaknya biaya yang dihilangkan, biaya produk dan jasa yang diidentifikasi pada system ABC
cenderung tidak menyeluruh terhadap biaya yang berhubungan dengan produk dan jasa
tersebut.
3. System ABC dalam penerapan dan perkembangannya membutuhkan banyak waktu dan biaya
yang sangat mahal dalam pelaksanaannya.
BAB III
10
PENUTUP
Kesimpulan
Biaya (cost) adalah sumber daya yang dikorbankan atau dilepaskan untuk mencapai tujuan
tertentu atau bisa juga dikatakan biaya adalah suatu pengorbanan yang dilakukan untuk suatu proses
produksi yang dinyatakan oleh satuan orang menurut harga pasar yang berlaku. Terdapat beberapa
klasifikasi biaya yaitu berdasarkan: fungsi perusahaan, aktivitas, objek biaya, waktu pembebanan,
pengendalian manajemen, dan pengabilan keputusan. Cost Drivers (Pemicu Biaya) adalah setiap aktivitas
yang menyebabkan suatu biaya dikeluarkan atau bisa juga diartikan pemicu biaya adalah factor yang
menentukan besar atau kecilnya permintaan biaya oleh suatu aktivitas yang dilakukan dalam suatu
perusahaan. ABC (Activity Based Costing) adalah suatu system perhitungan biaya yang didasarkan pada
aktivitas-aktivitas atau proses yang dilakukan untuk memproduksi suatu produk, yang dimana proses
aktivitas tersebut membutuhkan sumber daya seperti: bahan, tenaga kerja, energy, mesin, peralatan,
teknologi, dan lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
11
Agus puwaji, Wibowo, Sabarudin Muslim. 2016. Akuntansi Biaya Edisi 2. Jakarta Selatan : Salemba
Empat
Blocher, Stout, dan Cokins. 2010. Cost Management: A Strategic Emphasis. United States. McGraw-Hill
Irwin.
Garrison, R. H., & Noreen, E. W. (2006). Brewer, peter C. Managerial Accounting, 11th Edition, boston:
mcgraw-hill.
Horngren, C. T.; G. Foster, dan S. M. Datar (2006). 12th Edition. Cost Accounting: Managerial Emphasis.
New Jersey: Prentice Hall, Inc.
Mulyadi. (2001). Edisi 3. Akuntansi Manajemen: Konsep, Manfaat, dan Rekayasa. Jakarta: Salemba
Empat.
Sofia Prima Dewi dan Seprian Bayu Kristanto. 2013. Akuntansi Biaya. In Media.
Tunggal, Amin Widjaja. 2009. Pengantar Activity Based Costing (ABC) dan Activity Based Management
(ABM). Jakarta: Harvarindo.
12
Review Riset Penelitian
Sistem nilai tinggi ditentukan oleh struktur yang luas, dimana operasi dianggap bahwa salah satu
komponen dari struktual. Saat ini downtime merupakan dampak utama dalam operasi system apapun.
Untuk menghindari downtime maka diperlukan pemicu biaya atau menentukan biaya penggerak dalam
pemeliharaan secara integritas sehingga dapat meminimalkan biaya secara keseluruhan.
Masalah Penelitian
Masalah dalam penelitian ini yaitu bagaimana cara mengidentifikasi pemicu biaya pemeliharaan
terintegrasi di jaringan infrastruktur kerata api dalam hal ini system bernilai tinggi.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini memiliki tujuan, yaitu bagaimana untuk mengatahui mengidentifikasi atau
mengkategorikan pemicu biaya atau biaya penggerak khususnya di infrastruktur kereta api, dan
menghubungkan dengan pemeliharan yang telah dilakukan sebelumnya dalam hal ini pada setiap kasus.
Landasan Teori
Adapun landasan teori dalam penelitian ini, yaitu :
1. Penggerak biaya (cost drivers) dapat didefinisikan sebagai faktor penting yang dapat menujukkan
dampak langsung terhadap sistem biaya yang dianalisis, bisa berupa aktivitas, produk, proses, dan
lainnya. Mengenai faktor dalam penggerak biaya bukan hal utama yang akan diidentifikasi, tetapi
yang terkait juga dengan aktivitas yang memiliki nilai (manfaat atau tambahan manfaat).
2. Menurut Patra et al (2009) mengatakan bahwa suatu system memerlukan Preventive Maintenance
(PM) atau pemeliharaan preventive, pemeliharaan secara rutin yang merupakan suatu keharusan
dan penting dalam menentukan suatu startegi dari beberapa aktivitas pemeliharaan yang terkait dan
keterkaitan tren dengan waktu pembiayaan tren.
Metodologi Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode VDM (Value Driven Maintenance) adalah
13
metodologi yang terdiri dari 4 bagian yaitu pemanfaatan asset, alokasi sumber daya, pengedalian biaya,
dan kesehatan, keselamatan dan lingkungan. Kemudian dari masing-masing kategori akan dikategorikan
atau dikualifikasikan berdasarkan pengalokasian penggerak biaya yang berbeda sehingga dapat
membangun suatu kerangka kerja untuk setiap system dari kerangkah kerja tersebut akan di analisis atau
pengerjaan data dalam penelitian ini.
Kesimpulan :
14
Setiap perusahaan perlu memahami pemicu biaya serta menentukan factor-faktor yang
mempengaruhi sesuai dengan pembahasan diatas. Walaupun, di sektor kereta api tidak mudah
diidentifikasi secara relevan terhadap pemicu biaya, namun penulis berhasil megidentifikasikan dan
menyajikan faktor-faktor pemicu biaya terhadap infrastruktur kereta api yang terkait dengan pelaksanaan
kegiatan pemeliharaan, dilihat dari pemanfaatan asset, alokasi sumber daya, pendendalian biaya, dan
HSE dalam hal ini metode VDM.
Critical Review :
1. Idealnya bagian abstrak itu terdiri dari tujuan, metode, hasil, dan kesimpulan. Namun penulis tidak
menjelaskan hasil penelitian pada bagian abstrak.
2. Dalam penulisan di bagian pendahuluan, penulis tidak menyusun secara sistematis sebagaimana
mestinya sehingga pemahaman terhadap masalah atau fenomena penelitian tidak jelas dan susah
dipahami, dan pada bagian ini penulis memasukkan metode penelitian yang seharusnya akan ditulis
setelah tinjauan pustakan atau tinjauan teoritis.
3. Pada bagian masalah dan tujuan penelitian sudah mecantumkan secara jelas di dalam jurnal ini.
4. Pada landasan teori, penulis tidak menjelaskan secara jelas mengenai landasan teori yang
digunakan, namun hanya memberikan kajian teori kedalam pendahuluan tanpa ada pembahasan
secara spesifik mengenai teori-teori yang digunakan.
5. Dalam metode penelitian yang tulis dalam jurnal ini juga sudah dijelaskan oleh penulis yaitu dengan
menggunakan pendekatan kualitatif dan metode metodologi VDM (Value Driven Maintenance)
Riset selanjutnya :
Diharapkan penelitian seharusnya akan memperluas lagi mengenai literatur-literatur teori untuk
dijadikan perbandingan karena dilihat dari pembahasan masih kurang mencakup materi yang dijelaskan
dan diharapkan peneliti selanjutnya dapat mengembangkan metode yang berbasis parametric dengan
menggunakan beberapa pemicu biaya sehingga dapat mencapai tujuan perusahaan.
15