Anda di halaman 1dari 11

Kisruh jasa umrah First Travel

Tak ada yang bisa menebak jalan karier seseorang. Bocah yang tak lulus kuliah bisa
bernasib sangat mujur ketika berhasil mengembangkan perangkat teknologi hasil rakitannya
sendiri.

Nasib sebaliknya juga mungkin terjadi pada bocah yang menamatkan pendidikannya
hingga jenjang pendidikan yang paling prestisius.

Lihat saja apa yang terjadi dengan Andika Surachman. Selepas pendidikan SMA, pria
kelahiran Bogor, 29 Desember 1985 ini memulai kariernya sebagai pramuniaga di sebuah gerai
toko serba ada. Profesi ini dilakoninya sambil meneruskan pendidikannya ke jenjang STIE Tama
Jagakarsa, Jakarta Selatan.

Setahun kemudian, tepatnya pada 2005, Andika memutuskan menikah muda dengan
wanita pujaannya, Anniesa Desvitasari Hasibuan, yang saat itu juga masih menempuh
pendidikan di Universitas Indonesia.

Memiliki keluarga membuat Andika tak bisa terus bertahan sebagai pramuniaga. Andika
pun pindah bekerja dengan status magang di kantor Pusat Bank Bukopin. Bayarannya yang
sebesar Rp50.000 per hari diakuinya cukup untuk membiayai keluarga dan anaknya yang baru
lahir pada 2006.
2008, ayah mertua Andika, yang seorang pengusaha batubara meninggal dunia.
Sejak saat itu, beban keluarga besar sang istri pun menjadi tanggungan Andika. Dengan
berat hati, keduanya pun memutuskan untuk mengakhiri kuliah dan fokus mencari nafkah
untuk keluarga.

Andika menggadaikan motornya dengan harga Rp2 juta. Uang tersebut kemudian
digunakannya untuk menyewa toko kecil di pinggir jalan kawasan Cimanggis, Depok.
Barang yang dijualnya beragam, dari mulai pulsa, makanan, seprai, hingga cetak foto.

Hingga akhirnya pada 2009, Andika mencoba membuka bisnis agen perjalanan.
Dengan menggunakan izin CV, Andika dan Anniesa membuka travel pertamanya dengan
nama First Karya Utama.

Dari pintu ke pintu, pasangan ini menawarkan jasa mereka. Hampir semua area di
Jabodetabek sudah disambangi keduanya. Sampai akhirnya ada tawaran dari seorang
karyawan Bank Indonesia yang ingin berwisata ke Vietnam.

Dari situlah usahanya mulai menyebar dari mulut ke mulut. Sampai suatu ketika ia
mendapat permintaan untuk umroh dari 127 pegawai Bank Indonesia dan 50 pegawai
Pertamina.

Mulai saat itu, sepanjang tahun 2012, mereka bisa memberangkatkan 800 orang. Di
2013, jumlah pelanggan bertambah menjadi 3.800 orang. Pada 2013, Andika akhirnya
mendaftarkan First Travel sebagai PPIU di Kementerian Agama.

Pada 2014, Andika berhasil mengantongi omzet US$20 juta dengan


memberangkatkan 14.700 orang ke Tanah Suci. Keberhasilan sang suami tentu saja
menjadi kesempatan bagi Anniesa.

Anniesa kemudian mengambil kursus mode singkat di London, mengikuti


kegemaran menggambarnya yang sudah ada sejak kecil. Dari sana lah, karya-karya Anniesa
mulai ramai dipamerkan di banyak pertunjukkan mode di penjuru dunia.

Hingga akhirnya, Anniesa menjadi salah satu perancang Indonesia yang menjadi
fenomenal karena berhasil memasukkan busana muslim ke dalam pameran New York
Fashion Week.

Tapi kisah kesuksesan keduanya kini harus tersandung oleh bisnis mereka sendiri.
Dua bos ini diamankan penyidik Direktorat Tindak Pidana Umum Bareskrim Polri, Rabu
(9/8/2017).

Keduanya disangkakan penipuan dengan modus menawarkan biaya paket


perjalanan umrah murah. Pembeli yang kemudian tergiur dan memesan paket umrah.
Namun hingga waktu yang dijanjikan, calon jemaah tak kunjung berangkat.
First Travel menawarkan jasa umrah murah dengan biaya Rp14,3 juta. Sementara
biaya umrah yang ditetapkan Kementerian Agama sekitar Rp21 juta-Rp22 juta.

Penangkapan atas mereka dilakukan di kompleks perkantoran Kementerian Agama,


usai menggelar konferensi pers menjelaskan duduk persoalan di perusahaan yang mereka
rintis sejak 2013 itu.

Pasangan yang telah ditetapkan sebagai tersangka itu terancam dengan Pasal 55
juncto Pasal 378 dan 372 KUHP Tentang Penipuan dan Penggelapan serta Undang-Undang
Nomor 19 Tahun 2016 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik. Polisi juga sudah
memeriksa 11 saksi terkait masalah ini.

Satuan Tugas Penanganan Dugaan Tindakan Melawan Hukum di Bidang


Penghimpunan Dana Masyarakat dan Pengelolaan Investasi atau Satgas Waspada Investasi
yang selama ini mengawal kasus penipuan First Travel mengaku menyerahkan sepenuhnya
kasus ini kepada pihak kepolisian.

"Kalau dana jemaah, itu nanti pihak kepolisian, kita ikuti proses hukum. Satgas tidak bisa
ikut campur tangan," ujar Ketua Satgas Waspada Investasi, Tongam L Tobing, dalam
Tribunnews.com, Kamis (10/8/2017).

Satgas Waspada Investasi telah menghentikan kegiatan First Travel sejak 18 Juli
2017. Tak lama setelahnya, Kementerian Agama (Kemenag) mencabut izin
penyelenggaraan perjalanan ibadah umrah First Travel pada 1 Agustus 2017.

Pencabutan izin First Travel tercantum dalam Keputusan Menteri Agama Nomor
589 Tahun 2017 tentang Penjatuhan Sanksi Administrasi Pencabutan Izin Penyelenggaraan
PT First Anugerah Karya Wisata sebagai Penyelenggara Perjalanan Ibadah Umrah
Keputusan Menteri.

 PEMBAKUAN JASA UMROH oleh OJK

Menyusul pembekuan jasa umrah oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada pekan
kedua Juli (18/7/2017), biro First Travel mulai diserbu para calon jemaahnya. Sejak Senin
(24/7), kantor First Travel di sejumlah tempat pun sibuk.

First Travel, yang juga menyediakan jasa pelesiran, berada di bawah manajemen PT
First Travel Anugerah Karya Wisata. Mereka adalah satu di antara 11 layanan investasi
yang ditengarai ilegal oleh Satgas Waspada Investasi OJK.

Saat membekukan 11 layanan tersebut, Ketua Satgas Waspada Investasi --Tongam L


Tobing-- mengatakan mereka menawarkan produk umrah tanpa izin usaha dan berpotensi
merugikan masyarakat.

Bahkan pada First Travel, OJK menemukan fakta skema Ponzi atau investasi bodong
dengan iming-iming laba tinggi. Dalam kasus ini adalah pergi umrah dengan harga murah.
Belakangan setelah dibekukan, para calon jemaah First Travel terkejut dan bahkan
sadar. Sebagian meminta kepastian diberangkatkan ke Tanah Suci dan sebagian lain
meminta uangnya kembali (refund). Ada pula yang meminta opsi; berangkat atau uang
kembali.

Salah seorang di antaranya adalah Lilis Puspita, calon jemaah asal Depok (Jawa
Barat) yang mendaftar di First Travel Depok. Kepada Radar Depok, Lilis mengaku tertarik
pada paket promo umrah seharga Rp 14,3 juta sehingga mendaftar bersama suaminya.

Setelah melunasi pembayaran pada Mei 2016, Lilis dan suami dijanjikan berangkat
pada Mei 2017. Namun hingga saat ini mereka belum berangkat.

Sementara calon jemaah lain bernama Siti di lokasi tersebut, Jumat (28/7), meminta
pemerintah mencekal dua orang pemilik First Travel; Andika Surachman dan Anniesa
Hasibuan. "Pak (Presiden) Jokowi tolong turun tangan, kalau bisa cekal Andika dan Anniesa
masukkan mereka ke daftar pencarian orang (DPO)!" ujar jemaah lain.

Ada pula calon jemaah dari Lampung, Nita (48), yang mengunjungi kantor First
Travel di kawasan TB Simatupang, Jakarta Selatan. Nita dan anaknya terpaksa ke Jakarta
karena agen First Travel di daerahnya tak bisa lagi dihubungi.Kepada Liputan6.com, Nita
menceritakan telah mendaftar untuk keberangkatan umrah pada 2018. Ia menyetor dana
Rp 16,5 juta dan dijanjikan berangkat pada Ramadan 2018.

Rahma, calon jemaah asal Yogyakarta, juga dijanjikan berangkat pada Ramadan
2017. Namun meski sudah memenuhi permintaan biaya tambahan sebesar Rp 1,5 juta,
Rahma tak diberangkatkan pula. "...malah tau-tau ada berita yang ga enak ini di media,"
katanya.Lantas ada pula jemaah yang tak mau disebut namanya meminta paspornya
dikembalikan. "Itu milik negara, lho," katanya dikutip Viva.

Sebagian jemaah juga langsung menggugat First Travel Depok secara perdata ke
pengadilan. Pengadilan Negeri Depok pun telah memanggil pihak manajemen untuk
persidangan pada 16 Agustus nanti.

Menurut OJK dalam detikFinance, First Travel dalam janji tertulis akan
memberangkatkan 5.000 jemaah pada November dan 7.000 jemaah pada Desember.
Sementara paket promo umrah senilai Rp 14,3 juta per orang tak lagi berlaku dan First
Travel dilarang menarik dana lagi.
 Rekor MURI

First Travel memulai jasa umrah pada 2011 dan terus naik daun. Bahkan pesohor
Syahrini diberitakan menggunakan jasa First Travel untuk umrah pada Maret 2017.

Metrotvnews.com mengabarkan bahwa First Travel pernah mendapatkan rekor


MURI karena melakukan manasik akbar umrah terbesar di Indonesia pada 1 November
2014 di Gelora Bung Karno. Maklum pada kurun 2014-2015, First Travel mengantongi
pemesanan umrah hingga 35.000 calon jemaah.

Lantas soal kisruh terbaru, Andika kepada Liputan6.com mengatakan bahwa


program umrah reguler dan VIP tetap akan dijalankan. Namun ia menghentikan program
promo.

Deski, Kepala Divisi Legal Handling Complaint First Travel, juga menegaskan bahwa
OJK hanya menghentikan paket promo yang berharga Rp 14,3 juta. Deski menambahkan
bahwa First Travel akan tetap memberangkatkan jemaah umrah paket reguler.

Itu sebabnya Deski menyarankan para calon jemaah yang mendaftar paket promo
untuk pindah ke paket reguler A atau B jika ingin berangkat. Persoalannya, sejumlah
jemaah yang sudah menambah uang untuk pindah paket pun ternyata belum
diberangkatkan.

Soal itu, Andika berjanji akan memperbaiki manajemen First Travel untuk
mengembalikan kredibilitas perusahaannya. Caranya adalah dengan memberangkatkan
jemaah umrah yang selama ini tertunda.

Menurut Andika, saat ini ada sekitar 25 ribu calon jemaah yang keberangkatannya
tertunda. "Tapi masih dikroscek ulang karena ada jemaah yang refund (pengembalian
uang)," jelasnya.

First Travel berjanji mengembalikan dana 100 persen untuk pemberangkatan


periode 2017 dan 50 persen untuk pemberangkatan periode 2018. "Untuk yang 2018 kami
sarankan tidak di-refund. Tapi pindah ke yang reguler," timpal Deski.

Menteri Agama, Lukman Hakim Saifuddin, mengatakan ada tiga hal yang harus
dikerjakan First Travel. Yaitu; memberangkatkan calon jemaah yang sempat tertunda, tidak
membuka pendaftaran baru, dan mengembalikan uang calon jemaah.

Namun Lukman tidak memberi tenggat waktu. Bagaimana bila First Travel alpa?
"...kami akan menjatuhkan sanksi dalam bentuk pencabutan izin First Travel sebagai
penyelenggara perjalanan ibadah umrah (PPIU)," ujar Lukman dikutip Kompas.com.
 Akhir Kisah First Travel, Perusahaan Umrah Berbiaya Murah

Andika Surachman dan Anniesa Hasibuan, terpaksa harus merasakan dinginnya jeruji
besi, setelah ditangkap penyidik Bareskrim Mabes Polri, pada 9 Agustus lalu. Pasangan
suami istri ini ditangkap karena dianggap melakukan penipuan perjalanan umrah berbiaya
murah melalui perusahaan perjalanan umrah yang mereka jalankan, bernama First Travel.
Sebenarnya di awal kemunculan, First Travel bukanlah biro perjalanan umrah. Tanggal 1
Juli 2009, di bawah bendera CV First Karya Utama, perusahaan tersebut merupakan biro
perjalanan wisata yang menawarkan layanan liburan domestik dan internasional.
Barulah di tahun 2011, First Travel makin berkembang dan merambah ke bisnis perjalanan
umrah. Saat itu perusahaan tersebut sudah berubah nama menjadi PT First Anugerah
Karya Wisata, yang mempromosikan paket perjalanan umrah berbiaya murah.
.
Tak hanya Andika, sang istri, Anniesa Hasibuan, rupanya juga memiliki minat di
bidang fashion. Pemilik nama lengkap Anniesa Desvitasari Hasibuan tersebut, sejak 2 tahun
terakhir mulai mengembangkan sayapnya sebagai desainer dan pernah tampil di panggung
New York Fashion Week 2016 sebagai desainer yang mengeluarkan koleksi busana
muslim.

Namun, kesuksesan tersebut berbanding terbalik dengan bisnis umrah yang sedang
mereka jalankan. Setelah 6 tahun berjalan, Kementerian Agama mulai mencium gelagat
aneh dari First Travel, setelah biro perjalanan tersebut beberapa kali gagal
memberangkatkan calon jemaah umrah, hingga mereka harus menginap di Bandara
Soekarno-Hatta.
Jemaah yang geram pun, melaporkan hal tersebut ke Kemenag. Mereka merasa dirugikan
karena harus beberapa kali gagal berangkat umrah. Namun setiap kali jamaah berusaha
meminta kejelasan, pihak First Travel selalu berkelit. Kemenag pun sudah berupaya untuk
melakukan klarifikasi ke pihak First Travel, namun hasilnya nihil.
Beberapa kali upaya memanggil pihak First Travel, seluruhnya berujung kegagalan. Jemaah
yang merasa dirugikan pun bahkan sampai mengadu ke DPR, karena hak mereka untuk
berangkat ke tanah suci, tak kunjung diwujudkan oleh First Travel. Alih alih bisa beribadah,
mereka bahkan harus terlantar selama beberapa hari di bandara.
Bulan Juli 2017, Satgas Waspada Investasi Otoritas Jasa Keuangan (OJK), akhirnya
memerintahkan First Travel untuk menghentikan penjualan paket promonya karena
terindikasi melakukan investasi ilegal dari penghimpunan dana masyarakat. First Travel
juga disebut tak pernah menyampaikan data jemaah, baik yang mendaftar ataupun yang
belum berangkat.

Tanggal 3 Agustus lalu, Kemenag secara resmi mencabut izin operasional First
Travel, karena dianggap melakukan pelanggaran UU tentang penyelenggaraan ibadah haji,
seperti yang diatur dalam Pasal 65 huruf a Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2012
tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan
Ibadah Haji
.
Andika dan Anniesa pun tak terima dengan keputusan Kemenag. Tanggal 9 Agustus mereka
mendatangi kantor Kemenag, untuk melakukan protes atas pencabutan izin tersebut. Saat
itu mereka masih berjanji, seluruh calon jamaah akan segera diberangkatkan secara
bertahap.
Namun hari itu juga usai konferensi pers di Kemenag, Andika dan Anniesa ditangkap
penyidik Bareskrim Mabes Polri. Keduanya ditetapkan sebagai tersangka kasus penipuan
dan pelanggaran UU Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE). Keduanya terancam
hukuman 4 tahun penjara.

Bareskrim geledah kantor First Travel (Foto: Kevin Kurnianto/kumparan)

Penggeledahan pun sudah dilakukan polisi di kantor pusat First Travel yang berada
di Jalan TB Simatupang, Jakarta Selatan, pada 10 Agustus lalu. Hari ini, Jumat (11/8),
penyidik juga menggeledah sejumlah kantor cabang First Travel, seperti di Jalan Margonda
Raya, Depok, Jawa Barat.
Direktur Tindak Pidana Umum (Dirtipidum), Brigjen Herry Rudolf Nahak memberi
sinyal akan mengenakan pidana pencucian uang kepada pemilik First Travel, Anniesa
Hasibuan dan suaminya Andika Surachman. Apabila pidana ini dikenakan, Anniesa dan
Andika bisa disita seluruh harta kekayaannya alias dimiskinkan.
Karena hingga saat ini masih ada 35 ribu jemaah yang belum diberangkatkan dan
diperkirakan mengalami kerugian hingga Rp 500 miliar.
Herry juga mengatakan bahwa pihaknya kini sedang melacak indikasi awal pencucian uang
yang mengarah ke bisnis fashion Anniesa Hasibuan. Karena polisi menduga, uang calon
jamaah haji digunakan untuk bisnis fashion yang dijalankan Anniesa.
HUBUNGAN KASUS FIRST TRAVEL DENGAN ETIKA
DALAM BERBISNIS

Untuk mengetahui hubungan antara kasus FIRST TRAVEL dengan Etika dalam
berbisnis, kita juga harus mengetahui apa saja yang termasuk etika dalam berbisnis:

1. KEJUJURAN ( Jujur ketika berkomunikasi dan bersikap)

Kejujuran merupakan salah satu poin penting untuk menyukseskan suatu usaha,sekaligus untuk
membangun kepercayaan klien. Dalam bisnis FIRST TRAVEL ini Andika dan Annisa serta pimpinan First
Travel lainnya sudah melanggar etika dalam berbisnis ( dalam hal ini Andika maupun istrinya Annisa
sudah tidak jujur dalam menjalankan bisnisnya sebagai Bos/pimpinan First travel). Seharusnya sebagai
seorang pemimpin dia harus jujur ketika misalnya dalam berkomunikasi, dia harus memberikan
informasi yang benar bukan sebaliknya memberikan informasi yang hanya menguntungkan pihaknya
saja. Meskipun pada awalnya mereka berhasil mendapatkan kepercayaan dari masyarakat dan pada
akhirnya hancur karena kepercayaan tersebut dibangun denga tidak jujur ketika berkomunikasi dan
bersikap. Dan akibat dari pelanggaran etika ini tentunya banyak pihak yang dirugikan, masyarakat awan
yang tidak terlalau mengerti soal pendidikan begitu cepat tergiur dengan iming-iming umroh murah
yang ditawarkan first travel.

2. MEMENUHI JANJI SERTA KOMITMEN YANG DIBUAT

Sebagai pemimpin yang baik yang dapat dipercaya karena ia mau dan mampu berusaha untuk
memenuhi janji dan komitment yang di buat. Sedangkan seperti kita ketahui ada ribuan Jemaah yang
sudah menyetor uang kepada First travel dengan harapan mereka akan berangkat Umroh, tapi setelah
beberapa lama menunggu dan waktu keberangkatan pun sudah tiba namun mereka tak kunjung
diberangkatkan, namun buktinya sampai kasus penipuan first travel terungkap mereka belum juga
berangkat. Bos Travel tidak memenuhi Janji serta komitmen yag dibuat.

3. KEADILAN

Keadilan merupakan hal yang harus dimilkki oleh seorang pebisnis sukses. Mereka tidak
menggunakan kekuasannya untuk berbuat otoriter dan bertidak semaunya,dan berlaku adil kepada
siapapun. Dalam first travlel juga tidak berlaku adil karena mereka hanya memetingkan dirinya sendri,
sibuk dengan berbagai jenis bisnis pribadnyai dan mengorbankan para jemaahnya yang tak kunjung
mereka ia berangkatkan padahal para Jemaah telah memenuhi syarat untuk berangkat.

4. MEMATUHI ATURAN

Dalam berbisnis juga harus taat aturan. First travel tidak mematuhi aturan yang di buanya sendri
dan aturan yang di buat oleh KEMENTERIAN AGAMA, sehingga isin fisrt travel sebagai biri umroh sudah
di cabut oleh KEMENAG.
5. MENJAGA REPUTASI

Untuk bertahan sebagai pebisnis yang sukses, para pebisnis juga harus mejaga nama baik mereka
dan perusahaannya. Kerena hal ini juga yang dapat menarik datangnya konsumen karean adanya
kepercayaan bahwa kebutuhan dan keinginan mereka dapat dipenuhi. Dan, Sejak munulnya kasus First
travel yang menipu ribuan jemaah, maka dengan ini reputasi first travel sudah jatuh di mata masyarkat ,
sehingga sulit untuk kembali mendapatkan kepercayaan.

Adapun kesimpulannya, hubungan kasus FIRST TRAVEL dengan Etika dan Profesi Bsnis yaitu jelas
bahwa mereka para pimpinan fisrt travel yang saat ini sudah jadi tersangka tidak beretika dalam
berbisnis, da juga tidak beretika sebagai seorang yag berprofesi sebagai pebisnis. Karena jelas mereka
sudah banyak melanggar etika sebagai seorang pebisnis.
ARTIKEL
KASUS FIRST TRAVEL DAN
BUBUNGANNYA DENGAN ETIKA DAN
PFOFESI BISNIS

DISUSUN OLEH:
KELOMPOK IV
AMBARWATI AKIB ( 90400115156 )
ARLIN TRISKA AGUSTINA ( 90400115143 )
ANDINI LUTHIA RAHAYU ( 90400115163 )
NURUL ILMI MEIDINA ( 9040011515 )
SYAHRUL SYAM ( 9040011514 )
AKUNTANSI D
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UIN ALAUDDIN MAKASSAR

Anda mungkin juga menyukai