MAGISTER AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS HASANUDDIN
TAHUN 2021
i
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan
inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan Akuntansi Lingkungan dan Sosial
tentang Kedudukan Sosial Perusahaan. Penulis mengucapkan terima kasih kepada ibu Dr. Andi
Kusumawati, SE., Ak., M.si., CA selaku dosen mata kuliah Akuntansi Sektor Publik Lanjutan , yang
memberikan bimbingan serta ilmu yang sangat bermanfaat untuk kami.
Namun tidak lepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa ada kekurangan
baik dari segi penyusun bahasanya maupun segi lainnya. Oleh karena itu dengan lapang dada dan
tangan terbuka kami membuka selebar-lebarnya bagi pembaca yang ingin member saran dan kritik
kepada kami sehingga kami dapat memperbaiki makalah.
Dengan segala kerendahan hati, kritik dan saran yang konstruktif sangat kami harapkan
dari para pembaca guna untuk meningkatkan dan memperbaiki pembuatan makalah pada tugas
yang lain dan pada waktu mendatang.
Kelompok III
ii
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Kesimpulan ................................................................................................ 13
B. Saran ......................................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................... 14
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dasar pendirian dari suatu perseroan Terbatas (PT) pada prinsipnya adalah diperuntukkan bagi
kepentingan dari para pendiri atau pemilik saham dari perseroan bersangkutan. Para pemegang
saham, setelah perseroan terbatas menjalankan kegiatan usaha selama periode tertentu, mereka
berharap akan memperoleh dividen dari untung yang diperoleh perseroan. Perusahaan lebih
memberikan perhatian bagi kepentingan dari pemegang saham, seperti bagaimana agar target
yang sudah ditetapkan oleh pemegang saham dapat mereka penuhi (Nadapdap dan Hutabarat,
2015).
Antara perusahaan yang menjalankan kegiatan ekonomi dengan masyarakat mempunyai
hubungan timbal balik, dan keduanya berada di dalam keadaan saling bergantung. Masyarakat
membutuhkan perusahaan yang memproduksi barang atau jasa yang dibutuhkan dan perusahaan
membutuhkan masyarakat, karena dalam masyarakat tersebut perusahaan memperoleh sumber
daya. (Suparnyo, 2010).
Korporasi telah menjelma menjadi institusi yang sangat dominan memengaruhi setiap
kehidupan bangsa, bahkan melebihi kekuasaan negara. Perihal inilah yang melahirkan wacana
Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (Corporate Social Responsibility) yang selanjutnya disebut
CSR. Konsep CSR yang di praktikkan di Barat bukanlah satu-satunya konsep CSR yang serratus
persen dapat dipraktikkan oleh perusahaan disemua negara. Setiap perusahaan dapat
melaksanakan CSR berdasarkan etika, budaya, dan keyakinan yang berlaku dalam masyarakat
disuatu negara banyak faktor yang mempengaruhi bentuk praktik CSR pada suatu kawasan,seperti
keagamaan, lingkungan, budaya, dan keadaan sosial masyarakat (Sukanada, 2019).
CSR erat kaitannya dengan anggaran yang diperhitungkan sebagai biaya perusahaan yang
akan disalurkan dengan memperhatikan kepatuhan dan kewajaran kepada masyarakat. Namun,
keberadaan CSR disalah artikan oleh pemerintah daerah dengan menjadikan CSR sebagai
alternative sumber pembiayaan pembangunan daerah (Nababan, 2018).
Jadi dapat simpulkan bahwa organisasi yang paling dipentingkan dalam bidang ekonomi adalah
masyarakat yang kontemporer. Perkembangan ekonomi dan komersial memiliki kekuasaan yang
lebih besar dari pada pemerintah. Hal ini membuktikan bahwa perusahaan sekarang memegang
kekuasaan politik besar yang berasal dari kekuatan ekonomi mereka. Perusahaan harus
mengasumsikan beberapa peran yang sebelumnya dikuasai oleh pemerintah yang dirancang untuk
kemajuan dan perlindungan masyarakat.
1
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut::
1. Apakah Pengertian Kedudukan Sosial?
2. Bagaimana Pandangan Tentang TanggungJawab Sosial?
3. Apakah Pendorong Munculnya CSR?
4. Apakah Strategi Dalam Melakukan CSR?
5. Apakah Manfaat Pelaksanan CSR?
C. Tujuan Penulisan
Adapun Tujuan Penulisan ini adalah Sebagai Berikut:
1. Untuk Pengertian Kedudukan Sosial.
2. Untuk Pandangan Tentang TanggungJawab Sosial.
3. Untuk Pendorong Munculnya CSR.
4. Untuk Strategi Dalam Melakukan CSR.
5. Untuk mengetahui Manfaat Pelaksanaan.
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Kedudukan atau Status Sosial
Kedudukan atau sosial merupakan posisi seorang secara umum dalam masyarakat dalam
hubungannya dengan orang lain. Posisi seseorang menyangkut lingkungan lingkungan pergaulan
prestige, hak-hak dan kewajibannya. Secara abstrak, kedudukan berarti tempat seseorang dalam
satu pola tertentu.
Menurut Ralph Linton, dalam kehidupan masyarakat terdapat tiga macam cara memperoleh
status, yaitu :
1. Ascribed status merupakan status seseorang yang dicapai dengan sendirinya tanpa
memperhatikan perbedaan rohaniah dan kemampuan. Status tersebut diperoleh sejak
lahir. Contoh, gelar bangswan.
2. Achieved status merupakan status yang diperoleh seseorang dengan usaha-usaha
disengaja. Status ini tidak diperbolehkan atas dasar keturunan, akan tetapi tergantung
pada kemampuan pada individu dengan mencapai tujuan-tujuannya. Jadi status ini
bersifat terbuka untuk siapa saja. Contoh ,setiap orang bisa menjadi hakim.
3. Assigned status merupakan status yang diperoleh dari pemberiaan pihak lain. Assigned
status mempunyai hubungan dnegan achieved status. Artinya, suatu kelompok atau
golongan memberikan status ynag lebih tinggi kepada seseorang yang berjasa. Status ini
diberikan karena orang tersebut telah memperjuangkan sesuatu untuk memenuhi
kebutuhan dan kepentingan masyarakat. Contoh, gelar pahlawan revolusi.
Didalam suatu masyarakat, seseorang bisa mempunyai beberapa status. Bahkan dalam waktu
yang bersamaan, dia menjalankan beberapa status sekaligus. Contoh, Pak Purno adalah seorang
kepala sekolah SMP. Selain menjadi kepala sekolah, dia juga seorang kepala rumah tangga. Ketua
LKMD, serta pengurus koperasi tani. Beragam status yang dimiliki seseorang dapat menimbulkan
pertentangan atau konflik status (status conflict). Konfilik status adalah konflik batin yang dialami
seseorang sebagai akibat adanya beberapa status yang dimilikinya saling bertentangan.
3
Definisi CSR sangat menentukan pendekatan audit program CSR. Sayangnya, belum ada definisi
CSR yang secara universal diterima oleh berbagai lembaga. Beberapa definisi CSR menurut
berbagai organisasi
1. World Business Council for Sustainable development: Komitmen berkesinambungan dari
kalangan bisnis untuk berperilaku etis dan member kontribusi bagi pembangunan ekonomi,
seraya meningkatkan kualitas kehidupan karyawan dan keluarganya, serta komunitas lokal
dan masyarakat luas pada umumnya.
2. International Finance Corporation: Komitmen dunia bisnis untuk memberi kontribusi terhadap
pembangunan ekonomi berkelanjutan melalui kerjasama dengan karyawan, keluarga mereka,
komunitas lokal dan masyarakat luas untuk meningkatkan kehidupan mereka melalui cara-cara
yang baik bagi bisnis maupun pembangunan.
3. Institute of Chartered Accountants, England and Wales: Jaminan bahwa organisasi-organisasi
pengelola bisnis mampu member dampak positif bagi masyarakat dan lingkungan, seraya
memaksimalkan nilai bagi para pemegang saham (shareholders) mereka.
4. Canadian Government: Kegiatan usaha yang meningkatkan ekonomi, lingkungan dan sosial ke
dalam nilai, budaya, pengambilan keputusan, strategi, dan operasi perusahaan yang dilakukan
secara transparan dan bertanggung jawab untuk menciptakan masyarakat yang sehat dan
berkembang.
5. European Commission: Sebuah konsep dengan mana perusahaan mengintegrasikan
perhatian terhadap sosial dan lingkungan dalam operasi bisnis mereka dan dalam interaksinya
dengan para pemangku kepentingan (stakeholders) berdasarkan prinsip kesukarelaan.
6. CSR Asia: Komitmen perusahaan untuk beroperasi secara berkelanjutan berdasarkan prinsip
ekonomi, sosial dan lingkungan, seraya menyeimbangkan beragam kepentingan para
stakeholders.
Secara umum Corporate Social Responsibility merupakan peningkatan kualitas kehidupan
mempunyai arti adanya kemampuan manusia sebagai individu anggota komunitas untuk dapat
menanggapi keadaan sosial yang ada, dan dapat menikmati serta memanfaatkan lingkungan hidup
termasuk perubahan-perubahan yang ada sekaligus memelihara. Atau dengan kata lain
merupakan cara perusahaan mengatur proses usaha untuk memproduksi dampak positif pada
komunitas. Atau dapat dikatakan sebagai proses penting dalam pengaturan biaya yang dikeluarkan
dan keuntungan kegiatan bisnis dari stakeholders baik secara internal (pekerja, shareholders, dan
penanam modal) maupun eksternal (kelembagaan pengaturan umum, anggota-anggota komunitas,
kelompok komunitas sipil dan perusahaan lain).
4
2. Sejarah Tanggung Jawab Sosial (CSR)
CSR dalam sejarah modern dikenal sejak Howard R. Bowen menerbitkan bukunya berjudul
Social Responsibilities of The Businessman. Buku terlaris di era 19501960-an ini menggagas
prinsip-prinsip tanggung jawab sosial perusahaan, sehingga Bowen dinobatkan sebagai Bapak
CSR. Ide dasar yang dikemukakan Bowen adalah mengenai “kewajiban perusahaan menjalankan
usahanya, sejalan dengan nilai-nilai dan tujuan yang hendak dicapai masyarakat di tempat
perusahaan tersebut beroperasi”. Sejak saat itu banyak refrensi ilmiah lain yang diterbitkan di
berbagai negara yang mengacu pada prinsip-prinsip tanggung jawab dunia usaha kepada
masyarakat yang telah dijabarkan oleh Bowen. Di tahun 1950-an CSR lebih diartikan sebagai
gagasan untuk manajemen kepercayaan publik. Selain itu, timbul kesadaran bahwa CSR dalam
bentuk filantropi merupakan manifestasi dukungan bisnis dengan tujuan yang baik.
Dalam dekade 1960-an pemikiran Bomen terus dikembangkan oleh berbagai ahli sosiologi
bisnis lainnya seperti Keith Davis yang memperkenalkan konsep Iron Law of Social Responsibility.
Keith mengungkapkan bahwa penekanan tanggung jawab sosial perusahaan memiliki koneksi
positif dengan ukuran atau besarnya perusahaan. Studi ilmiah yang dilakukan Keith menemukan
bahwa semakin tinggi dampak suatu perusahaan terhadap masyarakat sekitarnya, maka semakin
tinggi pula bobot tanggung jawab yang harus dipertahankan perusahaan itu pada masyarakat.
Dalam periode 19701980, definisi CSR lebih diperluas lagi oleh Archi Carrol yang sebelumnya
telah merilis bukunya tentang perlunya dunia usaha meningkatkan kualitas hidup masyarakat agar
menjadi penunjang eksistensi perusahaan.
Selanjutnya pada tahun 1990-an, cara cara pandang pun berubah dimana CSR suatu
perusahaan tidak hanya diarahkan untuk turut mencapai sasaran-sasaran bisnis perusahaan, tapi
perseroan tersebut juga harus menyokong kegiatan-kegiatan dengan memanfaatkan keahlian
dalam bidang pemasaran (marketing expertise), bantuan teksin perseroan (technical assistance),
dan sukarelawan dari kalangan pegawai. Ketenaran istilah CSR semakin menjadi ketika buku
Cannibals With Forks : The Triple Bottom Line in 21st Century Business (1998) terbit dipasaran.
Buku ini adalah karangan John Elkington. Didalam buku ini ia mengembangkan tiga komponen
penting sustainable development, yakni economic growth, environmental protection, dan social
equity, yang digagas the World Comission on Environment and Development (WCED). Dalam
Brundtland Report (1987), Elkington mengemas CSR ke dalam tiga fokus yang sengaja ia singkat
menjadi 3P yaitu singkatan dari profit, planet dan people.
Di dalam bukunya itu ia menjelaskan bahwa perusahaan yang baik tidak hanya memburu
keuntungan ekonomi belaka (profit). Melainkan pula memiliki kepedulian terhadap kelestarian
5
lingkungan (planet) dan kesejahteraan masyarakat (people). Menurut Elkington, sebuah
perusahaan tidak akan pernah menjadi besar jika lingkungannya rusak, maka tidak akan terjadi
arus komunikasi dan transportasi yang bagus untuk kelancaran usaha perusahaan. Di wilayah
Asia, konsep CSR berkembang sejak tahun 1998, tetapi pada waktu tersebut belum terdapat suatu
pengertian maupun pemahaman yang baik tentang konsep CSR.
Di Indonesia, istilah CSR dikenal pada tahun 1980-an. Namun semakin popular digunakan
sejak tahun 1990-an. Sama seperti sejarah munculnya CSR di dunia dimana istilah CSR muncul
ketika kegiatan CSR sebenarnya telah terjadi. Di Indonesia, kegiatan CSR ini sebenarnya sudah
dilakukan perusahaan bertahun-tahun lamanya. Namun pada saat itu kegiatan CSR Indonesia
dikenal dengan nama CSA (Corporate Social Activity) atau “aktivitas sosial perusahaan”. Kegiatan
CSA ini dapat dikatakan sama dengan CSR karena konsep dan pola piker yang digunakan hampir
sama. Layaknya CSR, CSA ini juga berusaha merepresentasikan bentuk “peran serta” dan
“kepedulian” perusahaan terhadap aspek sosial dan lingkungan. Misalnya, bantuan bencana alam,
pembagian Tunjangan Hari Raya (THR), beasiswa, dll. Melalui konsep investasi sosial perusahaan
“seat belt”, yang dibangun pada tahun 2000-an.
Sejak tahun 2003 Departemen Sosial tercatat sebagai lembaga pemerintah yang selalu aktif
dalam mengembangkan konsep CSR dan melakukan advokasi kepada berbagai perusahaan
nasional. Dalam hal ini Departemen Sosial merupakan pelaku awal kegiatan CSR di Indonesia.
Selang beberapa waktu setelah itu, pemerintah mengimbau kepada pemilik perusahaan untuk
memperhatikan lingkungan sekitarnya. Namun, ini hanya sebatas imbauan karena belum ada
peraturan yang mengikat. Sejatinya pemerintah menegaskan bahwa yang perlu diperhatikan
perusahaan bukan hanya sebatas stakeholders atau para pemegang saham.
Sekarang sudah banyak perusahaan yang menerapkan program-program CSR. Mulai dari
perusahaan yang terpaksa menjalankan program tanggung jawab sosial-nya karena peraturan
yang ada, sampai kepada perusahaan yang benar-benar serius dalam menjalankan program CSR
dengan mendirikan yayasan khusus untuk melaksanakan program-program CSR mereka.
3. Pengaturan Hukum Mengenai Corporate Social Responsibility (CSR)
Berikut beberapa regulasi tentang CSR Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2001 tentang
Minyak Dan Gas Bumi, “Kegiatan usaha hulu yang dilaksanakan oleh Badan Usaha atau Bentuk
Usaha Tetap berdasarkan Kontrak Kerja Sama dengan Badan Pelaksana wajib memuat ketentuan-
ketentuan mengenai pengembangan masyarakat sekitarnya dan jaminan hak-hak masyarakat adat
(Pasal 11 ayat (3) huruf p UU 22/2001). Selain itu dalam Pasal 40 ayat (5) UU 22/2001 juga
dikatakan bahwa Badan Usaha atau Bentuk Usaha Tetap yang melaksanakan kegiatan usaha
Minyak dan Gas Bumi (kegiatan usaha hulu dan kegiatan usaha hilir) ikut bertanggung jawab
dalam mengembangkan lingkungan dan masyarakat setempat. Undang-Undang Nomor 40 Tahun
6
2007 tentang Perseroan Terbatas, menurut Pasal 1 angka 3 UUPT, Tanggung Jawab Sosial dan
Lingkungan adalah komitmen perseroan untuk berperan serta dalam pembangunan ekonomi
berkelanjutan guna meningkatkan kualitas kehidupan dan lingkungan yang bermanfaat, baik bagi
perseroan sendiri, komunitas setempat, maupun masyarakat pada umumnya.
4. Bentuk-Bentuk Corporate Social Responsibility
Pelaksanaan CSR yang dilakukan oleh Perusahaan memiliki banyak bentuk, tetapi dari
keseluruhan bentuk, hanya ada dua pelaksanaan CSR yang dominan, yaitu meletakkan CSR
sebagai kegiatan yang menyatu dengan inti bisnis (core bisnis/inline) dan melakukan CSR diluar
inti bisnis atau yang sering disebut charity, karikatif, philanthropy dan lain-lain. CSR yang
diletakkan dalam inti bisnis, merupakan suatu kumpulan kebijakan, praktek dan program yang
secara komperhensif terintegrasi dalam operasi sehari-hari dengan demikian dampak sosial dan
lingkungan ikut dipertimbangkan dalam pengambilan keputusan. ada 5 macam kegiatan CSR:
1. Pengembangan Ekonomi: kegiatan di bidang pertanian, peternakan, koperasi dan UKM.
2. Kesehatan dana Gizi Masyarakat: penyuluhan, pengobatan, imunisasi pada balita, dll.
3. Pengelolaan Lingkungan: penanganan limbah, pengelolaan sampah, dll.
4. Pendikan, Keterampilan dan Pelatihan: pemberian beasiswa, pemberian sarana pelatihan,
dll.
5. Sosial Budaya, Agama, dan Insfraktuktur: bakti sosial di desa-desa, perbaikan
insfraktruktur bangunan keagamaan, dll.
C. Pendorong Munculnya CSR
Akuntansi sosial cukup menarik untuk dilakukan karena tergolong baru dan berbeda dengan
akuntansi yang lainnya dimana pada akuntansi sosial banyak berbicara tentang hal-hal baik
ekonomi. Kecenderungan terhadap kesejahteraan sosial, kecenderungan terhadap kesadaran
lingkungan, perspektif ekosistem an ekonomisasi sosialisasi merupakan paradigma yang
mendorong muncullnya akuntansi sosial. Selain itu, Demokrasi merupakan gagasan yang sangat
penting dalam prinsip akuntabilitas.
Selain itu, alasan yang lebihmendesak untuk mempertimbngkan akuntansi sosial ialah maslah
hidup dan mati. Dimanan salah satu cara yang dianggap paling tepat untuk mendapatkan
pertanggungjawaban perusahaan adalah dengan menerima kontribusi dari perusahaan untuk
menjaga bumi dan lingkungan tetap layak untuk ditinggali. Hal tersebut biasa dikenal dengan
keberlanjutan. Pada peninjauan bukti secara singkat ada bukti yang ditemukan cukup mengerikan
dimana aspek keberlanjutan planet berada dibawah ancaman paling serius yang diduga muncul
dari polusi dan aktivitas ekonomi sebagai hasil dari pengejaran keuntungan perusahaan yang
didorong oleh permintaan pasar modal yang semakin meningkat sehingga menjadi salah satu
penyebab utama dari pertumbuhan ekspponensial dalam kegiatan yang tidak berkelanjutan, maka
7
masyarakat secara keseluruhan memiliki kebutuhan yang serius untuk mengetahui hal tersebut.
Akuntansi sosial yang baik harus teliti dan mampu memberikan informasi yang ssesuai.
Singkatnya, masyarakat hanya dapat menyimpulkan dengan rinci efek yang ditimbulkan
perusahaan terhadap masyarakat, lingkungan dan planet ini. Dan sarana yang dapat digunakan
sebagai informasi adalah data yang lengkap dan tajam yang disediakan oleh akuntansi sosial
bersumber dari perusahaan yang dilakukan secara sukarela untuk menghindari debat mendesak
tentang kekuatan dan aktivitas pasar keuangan, kekuatan dan aktivitas perusahaan, serta
kekuatan dan aktivitas pemerintah. Jadi akuntansi sosial, pada akhirnya, dimotivasi oleh hubungan
antara kapitalisme keuangan internasional, aktivitas perusahaan, peran negara, masyarakat sipil,
dan sistem planet. Akuntansi sosial, oleh karena itu, memiliki potensi untuk memainkan bagian
yang sangat penting dari hubungan yang beradab dalam skala planet.
Munculnya konsep CSR didorong oleh terjadinya kecenderungan pada masyarakat industri
yang dapat disingkat sebagai fenomena DEAF (yang dalam bahasa Inggris berarti tuli), sebuah
akronim dari Dehumanisasi, Equalisasi, Aquariumisasi, dan Feminisasi (Suharto, 2007:103-104):
a. Dehumanisasi industri.
Efisiensi dan mekanisasi yang semakin menguat di dunia industri telah menciptakan
persoalan-persoalan kemanusiaan baik bagi kalangan buruh di perusahaan tersebut, maupun bagi
masyarakat di sekitar perusahaan. ‘merger mania’ dan perampingan perusahaan telah
menimbulkan gelombang pemutusan hubungan kerja dan pengangguran, ekspansi dan eksploitasi
dunia industri telah melahirkan polusi dan kerusakan lingkungan yang hebat.
8
d. Feminisasi dunia kerja.
Semakin banyaknya wanita yang bekerja, semakin menuntut penyesuaian perusahaan,
bukan saja terhadap lingkungan internal organisasi, seperti pemberian cuti hamil dan melahirkan,
keselamatan dan kesehatan kerja, melainkan pula terhadap timbulnya biaya-biaya sosial, seperti
penelantaran anak, kenakalan remaja akibat berkurang atau hilangnya kehadiran ibu-ibu di rumah
dan tentunya di lingkungan masyarakat. Pelayanan sosial seperti perawatan anak (child care),
pendirian fasilitas pendidikan dan kesehatan bagi anak-anak atau pusat-pusat kegiatan olah raga
dan rekreasi bagi remaja bisa merupakan sebuah ‘kompensasi’ sosial terhadap isu ini.
9
Strategi proaktif dalam tanggung jawab sosial dipandang sebagai tanggung jawab untuk
memuaskan stakeholder sehingga dapat meningkatkan citra perusahaan, sehingga perusahaan
memperoleh kepercayaan dari pelanggan bahkan dapat meningkatkan jumlah pelanggan akibat
dari citra perusahaan yang baik.
10
3) Manfaat bagi pemerintah
Manfaat yang sangat dirasakan bagi pemerintah sebagai legitimasi dalam mengubah tatatan
masyarakat kearah yang lebih baik adalah dengan mendapatkan parner dalam mewujudkan
tatanan masyarakat. Sehingga hal tersebut dapat meningkatkan kinerja pemerintah dalam
menetapkan dan mengawasi hubungan masyarakat dengan dunia bisnis. ada 5 macam kegiatan
CSR: Pengembangan Ekonomi,Kesehatan dana Gizi Masyarakat, Pendikan, Keterampilan dan
Pelatihan.
Manfaat CSR dapat meliputi berbagai macam bentuk tergantung dari pihak-pihak yang ikut
terlibat dalam kegiatan tersebut seperti yang dijelaskan di atas. Namun secara umum, manfaat
CSR yang dirasakan oleh perusahaan sebagai berikut:
1) Melebarkan sumber daya
Pengelolaan yang baik pada Corporate Sosial Responsbility (CSR) dapat menimbulkan suatu
efek atau dampak yang dapat dijadikan sebuah keunggulan bagi perusahaan. Hal ini juga
tergantung bagaimana cara mengelola perusahaan.
Selain itu, keunggulan yang dihasilkan oleh CSR dapat digunakan sebagai alat bersaing bagi
perusahaan yang nantinya dapat membantu memuluskan jalan untuk mendapatkan sumber
daya yang dibutuhkan perusahaan tersebut.
2) Melebarkan akses menuju market
Sebuah keunggulan akan muncul sebagai hasil dari pengelolaan CSR yang baik dan dapat
digunakan perusahaan untuk bersaing dengan perusahaan lainnya. Lebih dari itu biaya
yang dikeluarkan untuk program CSR sebenarnya dapat dijadikan sebuah peluang bagi
perusahaan. Biaya yang dikeluarkan tersebut dapat menjadi peluang untuk mendapatkan
market atau pasar yang lebih besar. Termasuk juga di dalamnya dapat membangun
loyalitas konsumen serta menembus pangsa pasar baru. Hal ini dikarenakan CSR dapat
membuat nama perusahaan menjadi lebih terkenal dan dikagumi oleh masyarakat.
3) Mereduksi biaya
Jika semua hal yang berkaitan dengan mengeluarkan biaya akan dikatakan membuat
perusahaan itu boros maka berbeda dengan program CSR. Sebaliknya program ini dapat
membuat perusahaan berhemat dalam pengeluaran dana atau biaya.
Program CSR juga dapat menghemat biasa perusahaan seperti misalnya melakukan
program yang berkaitan dengan lingkungan, menerapkan konsep daur ulang dalam
perusahaan. Sehingga limbah perusahaan akan berkurang dan biaya untuk produksi juga
akan lebih berkurang.
11
4) Peluang mendapatkan penghargaan
Selain dapat menghemat biaya, program CSR ternyata juga memiliki manfaat lain yang
tentunya menguntungkan bagi perusahaan yang membuat atau menerapkan program
tersebut, terlebih jika program CSR yang diusung perusahaan berhasil dan memberikan
efek sangat positif. Perusahaan yang memberikan kontribusi besar bagi masyarakat dan
lingkungan melalui program CSR akan berpeluang untuk mendapatkan kesempatan meraih
penghargaan. Tentunya penghargaan ini merupakanhasil dari kesuksesan program tersebut
dan akan menjadi kebanggaan bagi perusahaan itu.
12
BAB III
A. Kesimpulan
13
DAFTAR PUSTAKA
Gray, R., A. Adams, C., Owen, D. (2014). Accountability, Social Responsibility and Sustainability.
Pearson, Ediburgh Gate: UK.
Nababan, B. S.P. Analisis Peraturan Daerah tentang Tanggung Jawab Sosial Perusahaan di
Tengah Iklim Kemudahan Berusaha dalam Perspektif Teori Perundang-Undangan. Jurnal
RechtsVinding, 7(3): 353-373.
Sukananda, S. 2019. Konsep Tanggung Jawab Sosial Perusahaan Melalui Pendekatan Filsafat
Hukum Islam, Lex Renaissance, 2(4): 386-409.
Suparnyo. 2010. Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (Corporate Social Responsibility dan
Implementasinya). MMH, 39 (3) :213-313.
Yurike VP, Medysta. 2019. “Tanggung Jawab Sosial Perusahaan”. FEB. Universitas Pembangunan
Negeri Veteran. Jawa Timur.
14