Anda di halaman 1dari 2

M. Ng.

Soetjipto Joedodihardjo

Jenderal Polisi M. Ng. Soeptjipto Joedodihardjo lahir 27 April 1917 di Jember, Jawa Timur. Ia
berasal dari keluarga pamong praja yang sederhana. Ia adalah anak pertama dari dua bersaudara
dari pasangan M. Ng. Mochamad Joesoef dan Habibah Joedodihardjo. Adik perempuannya
bernama Kamariyah. Berangkat dari keluarga yang taat beragama, membentuk sosoknya yang
jujur, sabar dan bertanggung jawab. Ia adalah Kapolri (yang kala itu masih bernama
Menteri/Panglima Angkatan Kepolisian—Men/Pangak) yang keempat sejak kemerdekaan
Indonesia. Bisa disebut, ia adalah Kapolri (Men/Pangak) dua zaman; zaman Orde Lama dan
Orde Baru.Zaman ketika terjadi transisi dari kedua Orde itu. Ia menjadi Men/Pangak dalam masa
yang penuh gejolak dan berbagai peristiwa penting.Pendidikannya diselesaikannya dengan baik
walau pun tidak mulus, melainkan menempuh banyak rintangan.
Ia masuk Hollands Inlandsche School (HIS). Ini pun berkat kerja keras orang tuanya dan
diangkatnya ia sebagai anak angkat oleh pamannya yang seorang wedana bernama R. Wiro
Projo. Jiwa nasionalismenya mulai muncul di sekolah ini, bersama teman-teman sekolahnya
yang berasal dari kaum pribumi. Karena ketekunan dan disiplin yang ditanamkan keluarga, ia
lulus dan melanjutkan sekolah ke MULO (Meer Uitgebreid Lager Onderwijs). MULO yang
setingkat SMP sekarang itu mewajibkan penguasaan bahasa asing bagi murid-muridnya
sekurang-kurangnya dua. Tekad untuk mengabdikan diri dan mempersembahkan sesuatu untuk
bangsa dan negara menyebabkan M. Ng. Soeptjipto Joedodihardjo tamat pada waktunya dengan
prestasi yang menggembirakan. Ia pun melanjutkan pendidikan di MOSVIA (Middelbare
Opleiding School Voor inlandsche Ambtenaren). Sekolah ini adalah sekolah yang sangat
bergengsi di zaman itu. Tidak semua orang bisa bersekolah di sini. Pendidikan yang diikuti M.
Ng. Soeptjipto Joedodihardjo di sekolah ini memungkinkan dirinya mengabdikan ilmu pada
bangsa dan negara hingga menjabat Men/Pangak. Ia menyelesaikan pendidikan di MOSVIA
tepat waktu yakni tahun 1939.Karier setelah pendidikannya dimulai dari Ambtenaar sebagai
pemangku jabatan AIB Tanggul Besuki. Tahun 1940, ia pindah ke kota kelahirannya, Jember,
sebagai AIB di tempat itu. Pada 1941 ia menjabat Mantri Polisi Situbondo dan pada tahun yang
sama menjadi Mantri Polisi Surabaya. Tahun 1942, sebagai Mantri Polisi Bondowoso dan
Kalisat/Jember. Tahun 1943 menjadi Itto Keibu di Bondowoso. Tahun 1944 ia pergi ke Taiwan
untuk mendapat latihan ilmu kepolisian. Proklamasi 17 Agustus 1945 adalah kesempatan M. Ng.
Soeptjipto Joedodihardjo untuk mewujudkan mimpinya; membaktikan ilmu dan tenaganya untuk
bangsanya sendiri. Di Besuki M. Ng. Soeptjipto Joedodihardjo memimpin perlawanan dan
pelucutan Jepang dan Jepang tunduk. Jepang pun menyerahkan senjata dan diterima oleh, salah
satunya, Kepala Tokubetsu Keisatsutai Soetjipto Joedodihardjo. Berkat perjuangannya, ia
mendapat kenaikan pangkat menjadi Inspektur Polisi Kelas I pada Pasukan Istimewa Besuki.
Pada penyusupan tentara NICA oleh Sekutu, di daerah sekitar Besuki M. Ng. Soeptjipto
Joedodihardjo tampil sebagai pemimpin untuk melawan mereka. Daerah Keresidenan Besuki
masuk sebagai daerah target perluasan wilayah Belanda kala itu. Maka, mau dan tak mau
Kesatuan Mobrig Besuki di bawah kepemimpinan Inspektur Polisi Kelas I M. Ng. Soetjipto
Joedodihardjo melakukan perlawanan dan berhasil mematahkan serangan Belanda. Atas jasanya
itu, M. Ng. Soetjipto Joedodihardjo dipromosikan sebagai Wakil Komandan Mobrig Polisi Jawa
Timur di Surabaya (1947). Tak lama kemudian ia pun mendapat kenaikan pangkat menjadi
Komisaris Polisi (KP) II. Pada masa sebagai Wakil Komandan Mobrig Polisi Jawa Timur ini,
salah satu prestasinya adalah berhasil menumpas pemberontakan PKI di Madiun 1948. Setelah
keberhasilan itu, Komisaris Polisi TK. II M. Ng. Soetjipto Joedodihardjo mengemban tugas berat
yakni Komandan Mobrig Polisi Jakarta Raya (1950). Lantas ia pun menjadi Komandan Mobrig
Polisi Jawa Timur. Ia diakui dan dipuji pemerintah dan pimpinan Polri karena berhasil ikut
menumpas Angkatan Perang Ratu Adil (APRA) di Bandung. Ia pun dipromosikan untuk
menduduki jabatan di Jawatan Kepolisian Negara dengan pangkat Komisaris I. Pada 4 Juli 1950,
Dewan Guru Besar Angkatan Kepolisian merubah Akademi Polisi menjadi Perguruan Tinggi
Ilmu Kepolisian. M. Ng. Soetjipto Joedodihardjo pun diangkat dan ditetapkan sebagai Lektor
PTIK pada 1960. Ketekunan, ketegasan dan perjalanan kariernya yang berprestasilah yang
menghantarkannya ke kedudukan ini. Jiwa M. Ng. Soetjipto Joedodihardjo mungkin sudah
tertanam dan mendarah daging dengan kesatuan Mobrig. Ini terbukti dengan diangkatnya dia
sebagai Komandan Komandemen Mobrig Pusat pada 1960. Mobrig ini lantas dirubah namanya
oleh Bung Karno menjadi Brigade Mobil (Brimob)

Anda mungkin juga menyukai