Anda di halaman 1dari 2

Mengenal Sosok Awaloedin Djamin, Mantan

Kapolri yang Mengabdi Sepenuh Hati

Awaloedin Djamin lahir di Padang, Sumatera Barat, 26 September 1927. Ia adalah tokoh
Kepolisian Republik Indonesia (Polri). Ia pernah menjabat sebagai Kapolri pada periode 1978
sampai 1982, sebagai Menteri Tenaga Kerja pada Kabinet Ampera (1966), dan juga pernah
ditugaskan sebagai Duta Besar untuk negara sahabat.

Setamat SLTA, dia melanjutkan studinya di Fakultas Ekonomi (1949-1950). Masuk menjadi
prajurit polisi, kemudian menempuh pendidikan di PTIK hingga lulus tahun 1955. Pada 25 April
1955, turut mendirikan Ikatan Mahasiswa Djakarta (IMADA) bersama 23 mahasiswa lainnya. 

Dia lalu ditempatkan pada bagian Sekretariat Jawatan Kepolisian Negara (1955) dan menjabat
Kasi Umum Sekretariat Jawatan Kepolisian Negara (1958). Kemudian dia memperdalam
studinya di University of Pitsburgh dan dilanjutkan ke University of Southern California,
Amerika Serikat, hingga menggondol gelar PhD pada 1962.

Sepulang dari Amerika Serikat, Awaloedin menjabat sebagai Lektor Luar Biasa PTIK (1964).
Kemudian, berturut-turut menjadi Direktur Kekaryaan Depak (1964), Anggota Musyawarah
Pembantu Perencana Nasional (1965), Anggota DPRGR (1964-1966), Menteri Tenaga Kerja
Kabinet Ampera (1966), dan Deputi Pangak Urusan Khusus semasa Kapolri Hoegeng Iman
Santoso (1968). 
Sebelum ditugaskan sebagai Duta Besar untuk Jerman Barat (1976), terlebih dulu dia menjadi D-
rektur Lembaga Administrasi Negara (1970). Dan akhirnya, dia dipanggil pulang ke Jakarta
untuk dilantik oleh Presiden Soeharto menjadi Kapolri, pada 26 September 1978.

Awaloedin menjabat Kapolri selama empat tahun, dari tahun 1978 sampai tahun 1982. Selain
semasa ke-pemimpinannya organisasi Polri diarahkan pada kelembagaan yang penuh dedikasi, 
dinamis dan profesional. 

Pada masa Awaloedin pula KUHAP UU No. 8 Tahun 1981 sebagai hasil karya bangsa Indonesia
sendiri disahkan DPR-RI. KUHAP sebagai pengganti Het Herziene Inlandsh Reglement (HIR),
hukum acara pidana produk kolonial Belanda yang dianggap telah usang dan tidak manusiawi.
Dalam hal ini, Polri berperan aktif menyumbangkan pokok-pokok pikiran untuk materi KUHAP
baru itu.

Hasratnya dalam bidang pendidikan, ternyata belum sirna. Terbukti, Awaloedin masih pula
mengabdikan dirinya dalam pendidikan dan pengembangan profesi kepolisian. Setelah tidak lagi
menjadi Kapolri dia masih bersedia menjabat sebagai Dekan PTIK yang notabene berada di
bawah Kapolri. 

Tapi kecintaan kepada Polri dan demi nusa dan bangsa membuat Awaloedin tidak mau terjebak
dalam status simbol. Maka dia memilih tetap menerima jabatan Dekan PTIK.

Awaloedin menerima sejumlah penghargaan sebagai tanda jasanya. Diantaranya menerima


Bintang Dharma, Bintang Bhayangkara dan Bintang Mahaputra Adipradana. Juga Satya Lencana
Perang Kemerdekaan (I dan II), SL Karya Bhakti, SL Yana Utama, SL Panca Warsa, SL
Peringkat Perjuangan Kemerdekaan RI, SL Penegak Veteran Pejuang Kemerdekaan RI. Dari luar
negeri, dia menerima Das Gross Rreuz (Pemerintah Jerman Barat) dan The Phillipine Legion of
Honor (Pemerintah Filipina).

Anda mungkin juga menyukai