Anda di halaman 1dari 118

MATERI STUDI

PENEGAK HUKUM
Oleh:
Dr. I Ketut Seregig, S.H., M.H.
Dosen Fakultas Hukum
Universitas Bandar Lampung
INTRODUCTION
Nama : Dr. I Ketut Seregig, SH, MH
Tmpt/tgL.lahir : Kusamba, 6 Mei 1961
Jab.Akademik : Lektor Kepala / IVa
Jumlah Kum : 520
Status : Dosen Tetap Non PNS
NIDK : 8838300016
PENDIDIKAN UMUM

DALAM NEGERI
 S-1 Fakultas Hukum Unisab 2002
 S-2 Fakultas Hukum Unila 2003
 S-3 Sekolah Pascasarjana UGM 2010
 Predikat Kelulusan: cumlaode
LUAR NEGERI
Shortcourse for Research Study in Leiden
University Belanda Sep – Des 2013
Nomor HP: 085237391585
Email: ketut1183@gmail.com
RIWAYAT PEKERJAAN
• 1982 – 31 Mei 2019 Ang. Polri
• Jenjang Pangkat:
SERDA – AIPDA: 1982 – 1999
IPDA – AKP : 1999 – 2010
KOMPOL – AKBP : 2011 – 2019
PENGALAMAN MENGAJAR,
MEMBIMBING dan MENGUJI

 DOSEN TETAP STAH LAMPUNG TH 2003-2014


 DOSEN TIDAK TETAP FH-UBL TH 2012-2015
 DOSEN TETAP MH – UBL MARET 2016-SEKARANG
 MENGUJI MHS S2 KRIMINOLOGI – UI 2012
 MEMBIMBING/MENGUJI MHS S2 UNHI 2010-2014
 MEMBIMBING/MENGUJI MHS MH-UBL-27-SKRG
Buku-buku tersebut diatas adalah karya ilmiah hasil penelitian
dan monograf yang dilakukan
sejak tahun 2010 hingga sekarang
MATERI YANG DIAMPU
MAHASISWA S1:
1. UU NO.1 TAHUN 1946 - KUHP
2. UU NO.8 TAHUN 1981 – KUHAP
3. Studi Penegakan Hukum
4. Litigasi dan Bantuan Hukum
5. Hukum Pidana Transnasional

PROGRAM S2 (MH) :
6. FILSAFAT HUKUM
7. SISTEM PERADILAN PIDANA
8. HUKUM PIDANA EKONOMI
ASAL USUL KORPS
BHAYANGKARA

POLRI PADA JAMAN KERAJAAN


• Pada zaman Kerajaan Majapahit patih Gajah
Mada membentuk pasukan pengamanan yang
disebut dengan Bhayangkara yang bertugas
melindungi raja dan kerajaan.
MASA KOLONIAL BELANDA

• Masa penjajah Belanda, dibentukan pasukan


keamanan yang persnya dari orang pribumi,
tugas menjaga aset dan kekayaan penjajah
Hindia Belanda.
• Tahun 1867 warga Eropa di Semarang,
merekrut 78 orang pribumi untuk menjaga
keamanan mereka.
• Wewenang penugasan ada pada residen
yang dibantu asisten residen yang diper
tanggungjawabkan pada Jaksa agung.
• Pada masa Hindia Belanda dibentuk
kepolisian, seperti veld politie (polisi
lapangan), stands politie (polisi kota),
culture politie (polisi pertanian), bestuurs
politie (polisi pamong praja), dll.
MASA PENDUDUKAN JEPANG

Pada masa ini Jepang membagi wiliyah kepolisian


Indonesia menjadi:
Kepolisian Jawa dan Madura yang berpusat di Jakarta
Kepolisian Sumatera yang berpusat di Bukittinggi,
Kepolisian wilayah Indonesia Timur berpusat di Makassar
dan Kepolisian Kalimantan yang berpusat di Banjarmasin.
Tiap-tiap kantor polisi di daerah meskipun di kepalai oleh
seorang pejabat kepolisian bangsa Indonesia, tapi selalu
didampingi oleh pejabat Jepang yang disebut sidookaan
yang dalam praktik lebih berkuasa dari kepala polisi.
AWAL KEMERDEKAAN INDONESIA
PERIODE 1945-1950

• Tidak lama setelah Jepang menyerah tanpa


syarat kepada Sekutu, pemerintah militer
Jepang membubarkan Peta dan Gyu-Gun,
sedangkan polisi tetap bertugas, termasuk
waktu Soekarno-Hatta memproklamasikan
kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17
Agustus 1945. Secara resmi kepolisian
menjadi kepolisian Indonesia yg merdeka.
• Inspektur Kelas I (Letnan Satu) Polisi Mochammad Jassin,
komandan Polisi di Surabaya, pada tanggal 21 Agustus 1945
memproklamasikan Pasukan Polisi Republik Indonesia
sebagai langkah awal yang dilakukan selain mengadakan
pembersihan dan pelucutan senjata terhadap tentara
Jepang yang kalah perang, juga membangkitkan semangat
moral dan patriotik seluruh rakyat maupun satuan-satuan
bersenjata yang sedang dilanda depresi dan kekalahan
perang yang panjang.
• Sebelumnya pada tanggal 19 Agustus 1945 dibentuk Badan
Kepolisian Negara (BKN) oleh Panitia Persiapan
Kemerdekaan Indonesia (PPKI). Pada tanggal 29 September
1945 Presiden Soekarno melantik R.S. Soekanto
Tjokrodiatmodjo menjadi Kepala Kepolisian Negara (KKN).
• Pada awalnya kepolisian berada dalam
lingkungan Kementerian Dalam Negeri dengan
nama Djawatan Kepolisian Negara yang hanya
bertanggung jawab masalah administrasi,
sedangkan masalah operasional bertanggung
jawab kepada Jaksa Agung.
• Kemudian mulai tanggal 1 Juli 1946 dengan
Penetapan Pemerintah tahun 1946 No. 11/SD
Djawatan Kepolisian Negara yang bertanggung
jawab langsung kepada Perdana Menteri.
• Tanggal 1 Juli inilah yang setiap tahun diperingati
sebagai Hari Bhayangkara hingga saat ini.
• Sebagai bangsa dan negara yang berjuang
mempertahankan kemerdekaan maka Polri di
samping bertugas sebagai penegak hukum juga
ikut bertempur di seluruh wilayah RI.
• Polri menyatakan dirinya “combatant” yang
tidak tunduk pada Konvensi Jenewa. Polisi
Istimewa diganti menjadi Mobile Brigade,
sebagai kesatuan khusus untuk perjuangan
bersenjata, seperti dikenal dalam pertempuran
10 November di Surabaya, di front Sumatera
Utara, Sumatera Barat, penumpasan
pemberontakan PKI di Madiun, dan lain-lain.
• Pada masa kabinet presidential, pada tanggal 4
Februari 1948 dikeluarkan Tap Pemerintah No.
1/1948 yang menetapkan bahwa Polri dipimpin
langsung oleh presiden/wakil presiden dalam
kedudukan sebagai perdana menteri/wakil perdana
menteri.
• Pada Pemerintahan Darurat RI (PDRI) yang diketuai
Mr.Sjafrudin Prawiranegara yang berkedudukan di
Sumatera Tengah.
• Jawatan Kepolisian dipimpin Kombes Pol Umar Said
(tanggal 22 Desember 1948).
 Hasil Konferensi Meja Bundar antara
Indonesia dan Belanda dibentuk Republik
Indonesia Serikat (RIS), maka R.S. Sukanto
diangkat sebagai Kepala Jawatan kepolisian
Negara RIS.
 Dengan Keppres RIS Nomor: 22 tahun 1950
dinyatakan bahwa Jawatan Kepolisian RIS di
bawah perdana menteri dengan perantaraan
jaksa agung, sedangkan adm. pembinaan, di
pertanggung jawabkan MENDAGRI.
• Umur RIS hanya beberapa bulan. Sebelum
dibentuk Negara Kesatuan RI pada tanggal 7
Juni 1950 dengan Tap Presiden RIS No. 150,
organisasi kepolisian negara bagian disatukan
dalam Jawatan Kepolisian Indonesia.

• Pada saat ini kepolisian negara dipimpin


secara sentral, meliputi bidang strategi
kepolisian, administrasi dan organisatoris.
Periode 1950-1959
• Dengan diberlakukannya UUDS 1950 yang menganut sistem
parlementer, Kepala Kepolisian Negara tetap dijabat R.S.
Soekanto yang bertanggung jawab kepada perdana menteri/
presiden.

• Waktu kedudukan Polri kembali ke Jakarta, karena belum ada


kantor digunakan bekas kantor Hoofd van de Dienstder
Algemene Politie di Gedung Departemen Dalam Negeri.
Kemudian R.S. Soekanto merencanakan kantor sendiri di Jalan
Trunojoyo 3, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, dengan sebutan
Markas Besar Djawatan Kepolisian Negara RI (DKN) yang menjadi
Markas Besar Kepolisian sampai sekarang. Ketika itu menjadi
gedung perkantoran termegah setelah Istana Negara.
• Sampai periode ini kepolisian berstatus tersendiri antara sipil
dan militer yang memiliki organisasi dan peraturan gaji
tersendiri.
• Anggota Polri terorganisir dalam Persatuan Pegawai Polisi
Republik Indonesia (P3RI) tidak ikut dalam Korpri, sedangkan
bagi istri polisi semenjak zaman revolusi sudah membentuk
organisasi yang sampai sekarang dikenal dengan nama
Bhayangkari.
• Organisasi P3RI dan Bhayangkari memiliki ketua dan pengurus
yang dipilih secara demokratis dan pernah ikut Pemilu 1955 yang
memenangkan kursi di Konstituante dan Parlemen.
• Waktu itu semua gaji pegawai negeri berada di bawah gaji
angkatan perang, namun P3RI memperjuangkan perbaikan gaji
dan berhasil melahirkan Peraturan Gaji Polisi (PGPOL) di mana
gaji Polri relatif lebih baik dibanding dengan gaji pegawai negeri
lainnya (mengacu standar PBB).
POLISI MASA ORDE LAMA
• Dengan Dekrit Presiden 5 Juli 1959, setelah
kegagalan Konstituante, Indonesia kembali ke
UUD 1945, namun dalam pelaksanaannya
kemudian banyak menyimpang dari UUD 1945.
Jabatan Perdana Menteri (Alm. Ir. Juanda) diganti
dengan sebutan Menteri Pertama, Polri masih
tetap di bawah pada Menteri Pertama sampai
keluarnya Keppres No. 153/1959, tertanggal 10
Juli di mana Kepala Kepolisian Negara diberi
kedudukan Menteri Negara ex-officio.
• Pada tanggal 13 Juli 1959 dengan Keppres No. 154/1959 Kapolri
juga menjabat sebagai Menteri Muda Kepolisian dan Menteri
Muda Veteran.
• Pada tanggal 26 Agustus 1959 dengan Surat Edaran Menteri
Pertama No. 1/MP/RI1959, ditetapkan sebutan Kepala Kepolisian
Negara diubah menjadi Menteri Muda Kepolisian yang memimpin
Departemen Kepolisian (sebagai ganti dari Djawatan Kepolisian
Negara).
• Waktu Presiden Soekarno menyatakan akan membentuk ABRI yang
terdiri dari Angkatan Perang dan Angkatan Kepolisian, R.S.Soekanto
menyampaikan keberatannya dengan alasan untuk menjaga
profesionalisme kepolisian.
• Pada tanggal 15 Desember 1959 R.S. Soekanto mengundurkan diri
setelah menjabat Kapolri/Menteri Muda Kepolisian, sehingga
berakhirlah karier Soekanto sebagai Bapak Kepolisian RI, yang
menjabat sejak 29 September 1945 hingga 15 Desember 1959.
• Dengan Tap MPRS No.II dan III tahun 1960
dinyatakan bahwa ABRI terdiri atas Angkatan Perang
dan Polisi Negara. Berdasarkan Keppres No.
21/1960 sebutan Menteri Muda Kepolisian
ditiadakan dan selanjutnya disebut Menteri
Kepolisian Negara bersama Angkatan Perang lainnya
dan dimasukkan dalam bidang keamanan nasional.
• Tanggal 19 Juni 1961, DPR-GR mengesahkan UU
Pokok kepolisian No. 13/1961. Dalam UU ini
dinyatakan bahwa kedudukan Polri sebagai salah
satu unsur ABRI yang sama sederajat dengan TNI
AD, AL, dan AU.
• Dengan Keppres No. 94/1962, Menteri Kapolri,
Menteri/ KASAD, Menteri/KASAL, Menteri/KSAU,
Menteri/Jaksa Agung, Menteri Urusan Veteran
dikoordinasikan oleh Wakil Menteri Pertama bidang
pertahanan keamanan. Dengan Keppres No.
134/1962 menteri diganti menjadi Menteri/Kepala
Staf Angkatan Kepolisian (Menkasak).
• Kemudian Sebutan Menkasak diganti lagi menjadi
Menteri/Panglima Angkatan Kepolisian (Menpangak)
dan langsung bertanggung jawab kepada presiden
sebagai kepala pemerintahan negara. Dengan
Keppres No.290/1964 kedudukan, tugas, dan
tanggung jawab Polri ditentukan sebagai berikut:
 Alat Negara Penegak Hukum
- Koordinator Polsus
- Ikut serta dalam pertahanan
- Pembinaan Kamtibmas
- Kekaryaan
- Sebagai alat revolusi

 Berdasarkan Keppres No. 155/1965 tanggal 6 Juli 1965,


pendidikan AKABRI disamakan bagi Angkatan Perang dan
Polri selama satu tahun di Magelang. Sementara pada tahun
1964 dan 1965, pengaruh PKI bertambah besar karena
politik NASAKOM Presiden Soekarno, dan PKI mulai
menyusupi memengaruhi sebagian anggota ABRI dari
keempat angkatan.
POLISI MASA ORDE BARU
• Karena pengalaman yang pahit dari peristiwa G30S/PKI
yang mencerminkan tidak adanya integrasi antar unsur-
unsur ABRI, maka untuk meningkatkan integrasi ABRI,
tahun 1967 dengan SK Presiden No. 132/1967 tanggal 24
Agustus 1967 ditetapkan Pokok-Pokok Organisasi dan
Prosedur Bidang Pertahanan dan Keamanan yang
menyatakan ABRI merupakan bagian dari organisasi
Departemen Hankam meliputi AD, AL, AU , dan AK yang
masing-masing dipimpin oleh Panglima Angkatan dan
bertanggungjawab atas pelaksanaan tugas dan
kewajibannya kepada Menhankam/Pangab. Jenderal
Soeharto sebagai Menhankam/Pangab yang pertama.
• Setelah Soeharto dipilih sebagai Presiden pada tahun 1968,
jabatan Menhankam/Pangab berpindah kepada Jenderal M.
Panggabean. Kemudian ternyata betapa ketatnya integrasi
ini yang dampaknya sangat menyulitkan perkembangan Polri
yang secara universal memang bukan angkatan perang.
• Pada tahun 1969 dengan Keppres No. 52/1969 sebutan
Panglima Angkatan Kepolisian diganti kembali sesuai UU No.
13/1961 menjadi Kepala Kepolisian Negara RI, namun
singkatannya tidak lagi KKN tetapi Kapolri. Pergantian
sebutan ini diresmikan pada tanggal 1 Juli 1969.

Sumber Data: MESEUM POLRI


Jalan Trunojoyo no.3, Kebayoran Baru
Jakarta 12110. Phone : 021-7210654
www.polri.go.id
PIMPINAN POLRI
DARI MASA KE MASA
29 Sep 1945 - 14 Des 1959

Komisaris Jenderal Polisi


RS.Soekanto Tjokrodiatmodjo
 Semasa Menjabat blm pernah
mengeluarkan Kebijakan
Pembinaan Polri
 Polri masih bergolak hadapi
PKI, DI/TII dan pembrontakan
 Menolak jadi satu dgn TNI
15 Des 1959 - 29 Des 1963

Komisaris Jendral
Polisi Soekarno
Djojonegoro
 Beberapa peristiwa selama menjabat sebagai KN-RI:
 1960 – KN-RI bergabung dalam ABRI
 1 Juli 1960 – 4 janji prajurit Catur Prasetya diikrarkan
 April 1961 - Catur Prasetya resmi jadi pedoman kerja
Kepolisian RI selain Tribrata sebagai pedoman hidup
 1962 – KN-RI berubah nama menjadi AKRI
 Periode ini masa konflik Irian Barat dengan Belanda,
pemberontakan PKI, DI/TII, APRA, KN-RI berperan dengan
baik.
30 DES 1963- 8 MEI 1965

Jenderal Polisi
Soetjipto
Danoekoesoemo
Kebijakan pembinaan:
 Selama menjadi Kapolri
belum pernah
mengeluarkan kebijakan
pembinaan
9 Mei 1965 - 15 Mei 1968

Jenderal Polisi
Soetjipto
Joedodihardjo
Pada masa ini Struktur
dan kepemimpinan
Polri selalu berubah–
menjadi Menteri/
Pangak RI
15 Mei 1968 - 2 Okt 1971

Jenderal Polisi
Hoegeng Imam
Santoso
Kebijakan Pembinaan:
Pangak – Kapolri – Mabak
Kiprah Polri – ICPO
international Criminal
Police Ornagization.
3 Okt 1971 - 24 Juni 1974

Jenderal Polisi
Mohamad Hasan
Polisi asal Muara Dua
Palembang ini tidak
mengeluarkan kebijakan
selama menjabat, karena
beliau sakit.
26 Juni 1974 - 25 Sept 1978

Jenderal Polisi
Widodo
Budidarmo
Kebijakan Pembinaan:
 Mendirikan Kantor Samsat
 Terbit UU No.9 ttg Narkotika
 Satama Satwa – tunjang
tugas Polri
26 Sept 1978 - 3 Des 1982

Jenderal Polisi
Awaluddin
Djamin
Kebijakan:
Pola Dasar Pembenahan Polri
yang dinamis dan profesional
4 Des 1982 - 6 Juni 1986

Jenderal Polisi
Anton Soedjarwo
Kebijakan Pembinaan
Rekonfu:
 Rencana
 Konsiliasi dan
 Refungsionalisasi
7 Juni 1986–19 Februari 1991

Jenderal Polisi
Mochammad
Sanoesi
Kebijakan Pembinaan:
 Optimalisasi
 Dinamisasi
20 Feb 1991 - 5 April 1993

Jenderal Polisi
Koenarto
Kebijakan Pembinaan
Tekadku Pengadian
terbaik:
 Integrasi
 Profesionalisasi
 Modernisasi
6 April 1993 - 14 Maret 1996

Jenderal Polisi
Banurusman
Astrosemitro
Kebijakan Pembinaan
Jatidiri Polri:
 Tekadku pengadian terbaik
 Sukses melalui kebersamaan
 Suksesku adalah senyummu
15 Maret 1996 - 28 Juni 1998

Jenderal Polisi
Dibyo Widodo
Kebijakan Pembinaan:
 Gerakan Disiplin Nasional
 Kerjasama Tim
 Konsistensi Gakkum
 Pelayanan Terbaik
 Amankan & Sukseskan
Pemilu
29 Juni 1998 - 3 Jan 2000

Jenderal Polisi
Roesmanhadi

Kebijakan Pembinaan:
Meneruskan kebijakan
Kapolri yang lama.
4 Januari - 22 September 2000

Jenderal Polisi
Roesdihardjo
Kebijakan Pembinaan:
Meneruskan kebijakan
Kapolri yang lama.
23 Sep 2000 - 21 Juli 2001

Jenderal Polisi
Surojo Bimantoro
Selama masa
Jabatan terjadi
konflik Jabatan.
Kapolri Kembar
Jenderal Polisi Chairuddin
Ismail – Presiden Gusdur
(2 Juni 2001 - 7 Agustus 2001)

Jenderal Polisi
Surojo Bimantoro
(Presiden Megawati)
(23 Sep 2000 – 21 Juli 2001)
29 Nop 2001 - 7 Juli 2005

Jenderal Polisi
Da’i Bachtiar
Prestasi:
 Mengungkap Kasus Bom Bali tahun 2002
• Penangkapan Tersangka Amrozi dkk.
• Ketua Tim Pencari Fakta kerusuhan 28-5-98.
• Duta Besar Malaysia 8/4/2008 – Sep 2012
8 Juli 2005 - 30 Sep 2008

Jenderal Polisi
Sutanto
Kebijakan:
 Memperbaiki Culture,
dan tindakan Anggota
Polri
 Anti Perjudian
 Anti Korupsi
1 Okt 2008 - 22 Okt 2010
Jenderal Polisi
Bambang
Hendarso
Kebijakan:
Grand Strategi Polri
A. Trust Building
B. Partnership Building
C. Strive for Excellence
22 Okt 2010 - 25 Okt 2013

Jenderal Polisi
Timur Pradopo
Kebijakan Pembinaan:
Melanjutkan kebijakan
yang telah dutetapkan
oleh BHD.
25 Okt 2013 - 16 Jan 2015

Jenderal Polisi
Sutarman
Kebijakan Pembinaan:
 Penguatan Fungsi Pol
 Kamdagri
 Dukung Bang Nas
 Polwan boleh berjilbab
Pendiri dan Pembina Front
Pembela Islam (FPI).
17 April 2015 – 12 Juli 2016

Jenderal Polisi
Badroedin Haiti
Kebijakan Pembinaan:
 Soliditas Polri
 Reformasi mental
 Perkuat preventif
 Polisi pelayan/prima
 Mediasi solusi represif
 Puan gakkum-profesional
13 Juli 2016 - Sekarang
Jenderal Polisi
Tito Karnavian
Kebijakan
Pembinaan:
Promoter, yaitu:
 Profesional
 Modern
 Terpercaya
SEJARAH BARESKRIM POLRI

TAHUN 1945-1946:
Pada masa itu hanya ada satu Korps Polisi yg melaksanakan tugas
preventif dan represif sekaligus dan kedudukan pada Kementrian
Kehakiman. MASA PERMULAAN (SETELAH PROKLAMASI)

19 AGUSTUS 1945
Dengan kepolisian dibawah Dalam Negeri, Organsisasi Reserse
bernama Bagian Pengusutan Kejahatan (Maklumat Pemerintah
tanggal 1 Oktober 1945).
JULI 1946
Penetapan Pemerintah No.11/SD/1946 Kepolisian dengan
jawatan tersendiri dibawah Menteri, Organisasi Reserse
dipimpin oleh Kepala Dinas Reserse Kriminal (Bagian
Pengusutan Kejahatan).

OKTOBER 1948
Jawatan Kepolisian dibawah Perdana Menteri, Organisasi
Reserse dipimpin Kepala Jawatan Reserse Pusat, yaitu
Komisaris Besar Polisi RK Sosrodanukusumo, Polisi Ekonomi
Istimewa di bawah Bagian Pengusutan Kejahatan. MASA RIS.
1949-1950
Dinas Reserse Kriminil dipimpin Kepala Dinas Kriminil,
kedudukan Kepolisian pada Kementrian Dalam Negeri
(Administrasi Organisatoris), Jaksa Agung (Politik
Polisionil) Masa Negara Kesatuan (SETELAH RIS)

13 MARET 1951
Organisasi Reserse berbentuk Dinas Reserse Kriminal
terdiri dari 5 Seksi:
* Seksi Umum
* Seksi Khusus
* Seksi Penyeludupan
* Seksi Kejahatan Internasional
* Seksi Statistik & Daktiloskopi dipimpin Kadisres
31 DESEMBER 1961
Organisasi berbentuk Korps Reserse Kriminil dipimpin
Komandan Korps Reserse Kriminil (Kadis Reserse).
15 JUNI 1965
Organisasi berbentuk Direktorat Reserse dipimpin oleh
Kepala Dinas Reserse kemudian Komandan Jenderal
Koserse.
1 AGUSTUS 1970
Komandan Reserse meliputi:
* Direktorat Was Keselamatan Negara
* Direktorat Reserse Kriminil
* Direktorat Reserse Ekonomi
* Laboratorium
* Pusat Identifikasi
* Secretariat NCB
30 OKTOBER 1984
Direktorat Reserse Polri yg dipimpin oleh Direktur
Reserse Polri berpangkat Brigjen Pol berdasarkan
Skep Kapolri No Pol: Kep/09/X/1984, tanggal 30
Oktober 1984 tentang Pokok-Pokok Organisasi dan
Prosedur Direktorat Reserse Polri. Dengan Unsur
Pelaksana:
* Subdit Serse Umum
* Subdit Serse Ekonomi
* Subdit Serse Narkotika
* Subdit Serse Uang Palsu
* Subdit Identifikasi
* Subdit Resmob Pus
7 JULI 1997
Korps Reserse Polri dipimpin oleh Komandan Korps
Reserse dengan pangkat Mayor Jenderal Polisi
berdasarkan Skep Panglima ABRI No: Kep/10/VII/
1997, tgl 7 Juli 1997 tentang Validasi Organisasi di
lingkungan Polri membawahi:
* Direktorat Serse Umum
* Direktorat Serse Ekonomi
* Direktorat Serse Narkoba
* Direktorat Serse Udpal
* Direktorat Korwas PPNS dan Tipiter
* Direktorat Tipikor
* Pusat Informasi Kriminil
30 JUNI 2004
Badan Reserse Kriminal Polri dipimpin oleh KABARESKRIM
berpangkat Komisaris Jenderal Polisi berdasarkan Kep Kapolri
Nomor: Pol: Kep/22/VI/2004, tgl 30 Juni 2004, ttg Organisasi
dan Tata Kerja Bareskrim. Badan Reserse Kriminal membawahi:
* Biro Renmin
* Biro Analis
* Pus Labfor
* Pus Ident
* Bid Korwas PPNS
* Direktorat I Trannas
* Direktorat II Eksus
* Direktorat III Pidkor
* Direktorat IV Narkoba
* Direktorat V Tipiter
* Densus 88/AT
STRUKTUR RESKRIM
POLDA LAMPUNG

RESKRIM RESKRIM RESSERSE


UMUM KHUSUS NARKOBA

UNDANG-UNDANG
UU NO: 35
NO.8 TAHUN 1981
TAHUN 1999
Kap 3 hr + 3 hr

KABAG KABAG
BINOPS WASSIDIK

SUBDIT I SUBDIT II SUBDIT III SUBDIT IV


INDAGSI PERBANKAN TIPIKOR TIPITER
STRUKTUR RESKRIM
POLDA LAMPUNG

RESKRIM RESKRIM RESSERSE


UMUM KHUSUS NARKOBA

UNDANG-UNDANG UU NO: 35
NO.8 TAHUN 1981 TAHUN 1999
Kap 3 hr + 3 hr

KABAG KABAG
BINOPS WASSIDIK

SUBDIT I SUBDIT II SUBDIT III SUBDIT IV


KAMNEG TAHBANG JATANRAS RENAKTA
STRUKTUR RESKRIM
POLDA LAMPUNG

RESKRIM RESKRIM RESSERSE


UMUM KHUSUS NARKOBA

UU NO: 35
UNDANG-UNDANG
TAHUN 2009
NO.8 TAHUN 1981
Kap 3 hr + 3 hr

KABAG KABAG
BINOPS WASSIDIK

SUBDIT I SUBDIT II SUBDIT III


MEKANISME PENYIDIKAN
JTH.TEMPO Masa han Masa han
LAPORAN WAKTU HAN (POLRI) JTH.TEMPO JTH.TEMPO
POLISI TANGKAP HAN (JAKSA) (PENGADILAN)

Dil-I Hari ke-61


RESKRIMUM 1 HARI Hari ke-2 sd. Hari ke-21 sd. s/d hari ke-90
Psl.19 (1) Hari ke-20 Hari ke-60 Dil.2 hari ke-91
s/d 120 - Bebas

Dil-I Hari ke-61


RESKRIMSUS 1 HARI Hari ke-2 sd. Hari ke-21 sd. s/d hari ke-90
Psl.19 (1) Hari ke-20 Hari ke-60 Dil.2 hari ke-91
s/d 120 - Bebas

3 x 24 Jam Dil-I Hari ke-61


Ppj.3x24 Jam Hari ke-7 Hari ke-21 s/d s/d hari ke-90
(Psl.76 UU setelah kari ke-60 Dil.2 hari ke-91
RESNARKOBA Narkotika)
Penangkapan s/d 120 - Bebas
UU No: 2/2002, tentang
KEPOLISIAN NEGARA RI
Dampak Reformasi di Negara RI sejak 21 Mei 1998
FILOSOFIS
 Pancasila sebagai Falsafah dan Ideologi
Negara Republik Indonesia.
SOSIOLOGIS
Bahwa masyarakat mendambakan Polri yang
humanis, intelektual, profesional dan proporsional.
YURIDIS
 UUD 1945
 UU No: 28 Tahun 1997 ttg POLRI sudah tidak
memadai dengan perkembangan Hukum dan
Ketatanegaraan.
 TAP MPR No: VI/MPR/2000, tentang Pemisahan
TNI dan POLRI
 TAP MPR No: VII/MPR/2000, tentang Peran TNI
dan POLRI
 UU No: 2 Tahun 2002 yang diundangkan tanggal
8 Januari 2002.
RUANG LINGKUP
 BAB I : UMUM (Pasal 1-5)
 BAB II : SUSDUK (Pasal 6-12)
 BAB III : TUGAS DAN WEWENANG (Pasal 13-19)
 BAB IV : ANGGOTA POLRI (Pasal 20-30)
 BAB V : PEMBINAAN PROFESI (Pasal 31-36)
 BAB VI : LEMBAGA KOMPOLNAS (Pasal 37-40)
 BAB VII : BANTUAN, HUBKERMA (Pasal 41-42)
 BAB VIII : KETENTUAN PERALIHAN (Pasal 43)
 BAB IX : PENUTUP (Pasal 44-45)
TUGAS POKOK POLRI

Pasal 13
a. Memelihara Kamtibmas
b. Menegakkan hukum, dan
c. Memberikan perlindungan, pengayoman
dan pelayanan kepada masyarakat.
PASAL 14

(1) Dalam melaksanakan tugas pokoknya, Polri


bertugas :
a. Melaksanakan TURJAWALI terhadap kegiatan
masyarakat dan pemerintah.
b. Menyelenggarakan kegiatan dalam menjamin
kamtibcar Lantas dijalan.
c. Membina masyarakat untuk meningkatkan
parmas, darkum dan perUU.
d. Turut serta dalam pembinaan hukum Nasional.
e. Memelihara tib dan menjamin keamanan umum
f. Melakukan korwas, Binteknis terhadap Polsus,
PPNS, Pamswakarsa.
g. Melakukan Lidik, Sidik terhadap semua Tindak
Pidana sesuai KUHP.
h. Menyelnggarakn identifiksi, kedokteran, labfor,
psikologi Polri.
i. Melindungi jiwa, harta, masyarakat lingkungan
hidup dan menjunjung tinggi HAM.
j. Melayani masy.sementara sebelum ditangani
instansi / pihak berwenang.
k. Memberikan yan kpd masy (pam hiburan dll)
l. Melaksanakan tugas lain sesuai Perpu (giat lintas
sektoral).
PASAL 15
WEWENANG POLRI
(1) Dalam melaksanakan Tupok, Polri berwenang:
a. Menerima LP / Pengaduan
b. Membantu menyelesaikan perselisihan
masyarakat yg dapat ganggu Kamtibmas
c. Mencegah dan menaggulangi penyakit
masyarakat.
d. Mengawasi aliran yang dapat menimbulkan
perpecahan.
e. Mengeluarkan aturan Polri dalam lingkup
kewenangan administrasi Polri.
f. Melakukan pemeriksaan khusus sebagai tindakan
pencegahan.
g. Melakukan tindakan pertama di TKP
h. Mengambil sidik jari dan identitas serta potret
seseorang.
i. Mencari keterangan dan Barang Bukti.
j. Menyelenggarakan pusat Informasi Kriminal Nas
k. Mengeluarkan surat izin/surat ket dalam rangka
yanmas.
l. Memberikan bantuan pam dlm Sidang Putusan PN
kegiatan instansi lain, kegiatan masyarakat.
m. Menerima dan simpan barang temuan untuk sementara
waktu.
PASAL 16
UPAYA PAKSA

(1) Dalam rangka menyelenggarakn tupok sbgmana


pasal 13 dan 14 Polri berwenang untuk:
a. Melakukan Kap, Han, Geledah dan Sita
b. Melarang setiap orang meninggalkan atau
memasuki TKP.
c. Membawa & menghdpkan orang kpd Penyidik
dalam rangka Sidik.
d. Menyuruh berhenti seseorang yg dicurigai dan
memeriksa KTP.
e. Melakukan pemeriksaan dan penyitaan surat
f. Memanggil orang utk didengar keterangannya
sbg Tersangka/saksi.
g. Mendatangkan ahli yg diperlukan dlm perkara.
h. Mengadakan penghentian penyidikan.
i. Menyerahkan berkas kpd JPU.
j. Mengajukan permintaan secara langsung kpd
pejabat imigrasi dlm keadaan mendesak untuk
mencegah/menangkal orang yang disangka
melakukan TP.
k. Memberi Juk & bantuan Sidik kepada PPNS,
menerima hasil Sidik PPNS utk diserahkan
kpd JPU.
l. Mengadakan tindakan lain menurut hukum
yang bertanggjawab.
WILAYAH TUGAS POLRI
Pasal 17
Pejabat Kepolisian Negara RI menjalankan
tugas dan wewenangnya di seluruh wilayah
Negara RI khususnya di daerah hukum
masing-masing tempat ia diangkat sesuai
dengan peraturan perundang-undangan.
Pasal 18
(1) Untuk kepentingan umum, pejabat
Kepolisian Negara RI dalam melaksanakn
tugas dan wewenangnya dapat bertindak
menurut penilaiannya sendiri.
(2) Pelaksanaan ketentuan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) hanya dapat
dilakukan dalam keadaan yang sangat
perlu dengan memperhatikan peraturan
perundang-undangan serta kode etik
profesi Kepolisian Negara RI.
PROSES PENEGAKAN HUKUM
Sebagai Sub Sistem CJS, Penyidik Polri ada pada
pintu masuk segala bentuk perbuatan Tindak
Pidana, meliputi:
a. Tindak Pidana Umum
Adalah kejahatan yang tertuang dalam UU
No.1/1946 tentang KUHP.
b. UU No.35 Tahun 2009, tentang Tindak
Pidana Narkotika
c. Tindak Pidana Khusus
Adalah kejahatan yang diatur secara khusus
dalam UU tertentu, meliputi: TP di luar KUHP
PASAL 6 KUHAP:
(1) Penyidik adalah:
a. Pejabat Polisi Negara Indonesia
b. Pejabat pegawai negeri sipil tertentu yang diberi wewenang
khusus oleh undang-undang.
(2) Syarat kepangkatan pejabat sebagaimana dimaksud dalam
ayat (1) akan diatur lebih lanjut dalam peraturan pemerintah.
PASAL 10 KUHAP:
(1) Penyidik pembantu adalah pejabat kepolisian negara
Republik Indonesia yang diangkat oleh Kepala Kepolisian
Negara Republik Indonesia berdasarkan syarat
kepangkatan dalam ayat (2) pasal ini.
(2) Syarat kepangkatan sebagaimana tersebut pada ayat (1)
diatur dengan peraturan pemerintah.
MEKANISME DALAM PENEGAKAN HUKUM
Mekanisme dalam penegakan Hukum adalah:

DITRESKRIMUM
DITLANTAS DIAJUKAN KPD
DIREKTUR
DITRESKRIMSUS
RESKRIM
DITRESNARKOBA
(Perkap 22/2010)
SUBDIT I
LAP POLISI/PENGADUAN: SUBDIT II
Ditemukan Polisi
Datang sendiri SUBDIT III
(Psl.15 UU 2/2002, Psl.7, 11 KUHAP) (Psl.8, 12 KUHAP, ttg
penyerahan BP)

JPU – P.21
(Psl.14 KUHAP, PN
menerima BP)
PASAL 7 KUHAP
(1) Penyidik sbgmana dimaksud dalam pasal 6 ayat (1)
huruf a karena kewajibannya mempunyai wewenang:
a. Menerima laporan atau pengaduan dari seseorang
tentang adanya tindak pidana.
b. Melakukan tindakan pertama saat ditempat kejadian.
c. Menyuruh berhenti seorang tersangka dan
memeriksa tanda pengenal diri tersangka.
d. Melakukan KAP, HAN, GELEDAH, dan SITA.
e. Melakukan riksa dan sita surat.
f. Mengambil sidik jari dan memotret seorang.
g. Memanggil orang untuk didengar dan diperiksa
sebagai tersangka atau saksi.
h. Mendatangkan orang ahli yang diperlukan dlm
hubungannya dengan pemeriksaan perkara.
i. Mengadakan penghentian penyidikan.
j. Mengadakan tindakan lain menurut hukum yang
bertanggungjawab.
(2) Penyidik sebagaimana dimaksud dalam pasal 6 ayat (1)
huruf b mempunyai wewenang sesuai dengan UU yang
menjadi dasar hukumnya masing-masing dan dalam
pelaksanaan tugasnya berada dibawah koordinasi dan
pengawasan penyidik tersebut dalam pasal 6 ayat (1)
huruf a.
(3) Dalam melakukan tugasnya sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
dan ayat (2), penyidik wajib menjunjng tinggi hukum yang berlaku.
PASAL 11 KUHAP
Penyidik pembantu mempunyai wewenang seperti tersebut dalam pasal
7 ayat (1), keuali merngenai penahanan yang wajuib diberikan dengan
pelimpahan wewenang dari penyidik.
PASAL 8 KUHAP
(4) Penyidik membuat Berita Acara tentang pelaksanaan tindakan
sebagaimana dimaksud dalam pasal 75 dengan tidak mengurangi
ketentuan lain dalam UU ini.
(5) Penyidik menyerahkan BP kepada Penuntut Umum.
(6) Penyerahan BP sbgmana dimaksud dlm ayat (2) dilakukan:
a. Pada tahap-I penyidik hanya menyerahkan berkas Pkra.
b. Dlm hal penyidik sdh dianggap selesai, penyidik menyerahkan
tanggungjawab atas tersangka dan barang bukti kepada PU.
PASAL 12 KUHAP
Penyidik pembantu membuat berita acara
dan menyerahkan berkas perkara kepada
penyidik, kecuali perkara dengan acara
pemeriksaan singkat yang dapat langsung
diserahkan kepada penuntut umum.
Dengan adanya penyerahan berkas
perkara kepada penuntut umum, maka
tanggungjawab penyidik sudah selesai
PRAPERADILAN (77 KUHAP)
Praperadilan adalah wewenang pengadilan
negeri untuk memeriksa dan memutus
menurut cara yang diatur dalam undang-
undang ini, tentang:
a. sah atau tidaknya suatu penangkapan
dan atau penahanan atas permintaan
tersangka atau keluarganya atau pihak
lain atas kuasa tersangka;
b. sah atau tdknya penghentian
penyidikan atau penghentian
penuntutan atas permintaan demi
tegaknya hukum dan keadilan;
c. permintaan ganti kerugian atau
rehbilitasi oleh tersangka atau
keluarganya atau pihak lain atas
kuasanya yang perkaranya tidak
diajukan ke pengadilan.
PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI
NOMOR: 21/PUU-XII/2014
Putusan MK seiring dengan keputusan Hakim sarpin rizaldi yang
berani mengambil pandangan berbeda dengan hakim lainnya yg
sangat formalistik.
Penetapan tersangka masuk dalam yurisdiksi Praperadilan pada
kasus Praperadilan yang diajukan Komjen Budi Gunawan atas
penetapannya sebagai tersangka yang dilakukan KPK.

PERTIMBANGAN MK
Berdasarkan analisis yuridis di atas, menurut pertimbangan
mahkamah konstitusi menyatakan bahwa Pasal 77 KUHAP tentang
objek Praperadilan ditambahkan; bahwa penetapan tersangka,
penggeledahan, dan penyitaan sebagai obyek praperadilan
PENAMBAHAN FRASA
DALAM KUHAP
Untuk memperjelas pasal-pasal yg berpotensi
menimbulkan praperadilan, maka selain
putusan penambahan ranah praperadilan,
mahkamah konstitusi juga mengubah pasal 1
angka 14, pasal 17, dan pasal 21 ayat (1)
dengan menambahkan frasa “minimal dua alat
bukti” dlm proses penetapan tersangka dan
penyidikan.
SYARAT-SYARAT PENYIDIKAN

SYARAT FORMIL
Dalam menentukan syarat formil suatu perkara dibutuhkan
kejelian Penyidik dalam menganalisis fakta-fakta sebagai
berikut:
1. Kronologis peristiwa yang terjadi.
2. Keterkaitan peristiwa dengan unsur-unsur pasal yang
akan disangkakan.
3. Terpenuhinya unsur-unsur pasal yang disangkakan
berdsrkan keterangan-keterangan yg digali dari para
saksi, surat dan petunjuk (Pasal 184 KUHAP).
SYARAT MATERIIL
Adalah fakta-fakta hukum yang ditemukan dalam proses
penyidikan, dengan melakukan tindakan-tindakan hukum
sesuai undang-undang, antara lain:
1. Mengolah TKP
2. Meminta keterangan saksi/ahli kepada para pihak
yang terkait dengan peristiwa TP yang terjadi.
3. Menyita barang bukti, surat-surat dan dokumen-
dokumen yang terkait dengan peristiwa TP yang
terjadi.
TAHAP-TAHAP
dalam PENYIDIKAN
TAHAP-TAHAP
dalam PENYIDIKAN

1. Tahap Penerimaan Laporan


2. Tahap Penyelidikan
Gelar Perkara dengan 2 simpulan:
a. Ditemukan TP => Naik ke Tahap Sidik
b. Bukan TP => Henti Lidik–Sprin Henti
Lidik–Surat Penetapan Henti Lidik–
SP2HP A.2
3. Tahap Penyidikan => Gelar Tetapkan Tersangka
4. Kirim Berkas Perkara => Tahap–I
5. Penuhi P.19 JPU
6. Kirim Berkas Perkara Tahap–2 ke JPU, TSK dan BB
PROSES PENYIDIKAN
(Pasal 15 huruf e Perkap 14/2012)
a. Penyelidikan
b. Pengiriman SPDP
c. Upaya paksa
d. Pemeriksaan
e. Gelar perkara
f. Penyelesaian Berkas Perkara
g. Penyerahan Berkas Perkara ke JPU
h. Penyerahan TSK dan BARBUK; dan
i. Penghentian Penyidikan.
KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
DAERAH LAMPUNG
DIREKTORAT RESERSE NARKOBA

Pro Justitia:
BERITA ACARA PEMERIKSAAN
( SAKSI ) 
----- Pada hari ini Sabtu tanggal 28 bulan Juni tahun 2000 Empat Belas sekira jam 17.00 Wib,
oleh saya : ---------------------------------------------------------------------------------------------
------------------------------------------------- Nama Pemeriksa ------------------------------------------
Pangkat Brigadir Satu NPM........, selaku penyidik pembantu pada Kantor Direktorat Reserse
Kriminal Umum Poda Lampung tersebut diatas, berdasar kan Surat Kapolda Lampung
Nomor: SKEP/165/III/2016, tanggal 21 Maret 2016 dan Surat Perintah Penyidikan Nomor:
Sp.Sidik/001/XII/2019/Ditreskrimum tanggal 12 Desember 2019, telah melakukan
pemeriksaan terhadap seorang laki-laki yang belum dikenal, yang setelah ditanya oleh
penyidik mengaku bernama: -------------------------------------------------

-----------------------------------------------Nama yang diperiksa---------------------------------------


----- Umur 34 tahun, lahir di Kejadian (Pesawaran) pada tanggal 17 Oktober 1979, Pekerjaan
Buruh harian lepas, Agama Islam, Pendidikan terakhir SD (Tamat), kewarganegaraan
Indonesia, Suku Lampung, Alamat Dusun Induk Kejadian Rt. 004 Rw. 001 Desa Kejadian Kec.
Tegineneng Kab. Pesawaran. ---------------------------------------------
----- Ia diperiksa dan dimintai keterangan selaku SAKSI dalam perkara Tindak Pidana
peredaran narkotika jenis Shabu, yang dilakukan oleh Tersangka CARVOV sesuai
dengan Laporan Polisi Nomor: LP.A/198/II/2014/SPKT, tanggal 24 Pebruari 2014, yang
diduga keras mlanggar Pasal 114 ayat (2) Sub pasal 112 ayat (2) dan pasal 137 huruf a
132 UU RI Nomor: 35 tahun 2009, tentang Narkotika dan pasal 2 ayat (1) jo pasal 4 UU
No: 8 tahun 2010, tentang pencegahan dan pembrantasan tindak pidana pencucian
uang.
----------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Atas pertanyaan yang diajukan oleh pemeriksa kepada yang diperiksa, maka yang
diperiksa memberikan keterangan sebagai berikut: ---------------------------------------------
PERTANYAAN JAWABAN
1. Apakah saudara sekarang ini ada dalam keadaan sehat Jasmani dan Rohani,
bersediakah saudara diperiksa dan memberikan keterangan yang sebenarnya?
---------- 01. Saya sekarang ini ada dalam keadaan sehat jasmani dan rohani dan
saya
bersedia diperiksa dan memberikan keterangan yang sebenar-benarnya.-----
2. Mengertikah sebab apa Sdr. diperiksa dan dimintai keterangan oleh Penyidik
sekarang ini, jelaskan ?
-------------------------------------------------------------------------------
----- 02. Ya saya mengerti, yaitu sehubungan dengan kegiatan khusus penangkapan
terhadap CARVOV, karena diduga keras sebagai bandar sabhu di wilayah Tulang
Bawang, dengan jaringan peredarannya wilayah Tuba Barat, Mesuji dan Lampung
3. Kapan dan dimanakah terjadinya pencurian sebagaimana yang Sdr.laporkan
tersebut diatas ? Jelaskan.--------------------------------------
4. Tahukah Sdr.siapakah yang telah mencuri Laptop sebagaimana yang
Sdr.ceritakan diatas? Jelaskan. -------------------------------------------------
5. Kapankah Sdr.mengetahui, bahwa Laptop Sdr.telah dicuri oleh orang yang
Sdr.tidak kenal? Jelaskan.-------------------------------------------------
6. Bagaimanakah cara pelaku memasuki rumah Sdr. dan adakah barang-
barang yang ditinggalkan oleh pelaku di rumah Sdr.?
Jelaskan.-----------------------------------------------------------------------------
7. Apa saja barang-barang yang diambil dari rumah Sdr. dan berapakah
kerugian yang Sdr.alami? Jelaskan.-----------------------------
8. Selain Sdr.siapa sajakah yang mengetahui tentang pencurian yang
Sdr.alami? Jelaskan.---------------------------------------------------------------
9. Ditunjukan 1 buah obeng yang gagangnya berwarna merah dan 1 buah
linggis yang panjang setengah meter, apakah Sdr.masih mengenalinya?
Jelaskan.---------------------------------------------------------
10.Minta Sdr.ceritakan kronologis peristiwa yang Sdr.alami dari awal hingga
Sdr.mengetahui bahwa Laptop Sdr.dicuri orang? Jelaskan.----
11. Apakah semua keterangan Sdr.tersebut diatas adalah benar, apakah Sdr.
dalam memberikan keterangan merasa dipaksa, ditekan oleh penyidik yang
memeriksa maupun oleh orang lain ? -------------------------- 05. Ya, semua
keterangan saya tersebut diatas adalah benar, ----- saya tidak merasa
dipaksa, atau ditekan oleh Penyidik dalam ----- memberikan keterangan.
---------------------------------------------
12. Apakah ada keterangan yang akan saudara tambahkan dalam pemeriksaan
sekarang ini ? ---------------------------------------------------------- 06. Tidak ada
keterangan lain yang akan saya tambahkan dalam ----- pemeriksaan
sekarang ini. ------------------------------------------

----Hingga disini pemeriksaan dihentikan dahulu, lalu dibacakan kembali kepada


yang diperiksa dengan bahasa yang dimengerti dan yang diperiksa setuju, dan
membenarkannya, untuk menguatkannya yang diperiksa membubuhkan tanda
tangannya dibawah ini. -------------

  Yang diperiksa
 
  BEDUL BIN PANJUL
---- Demikianlah Berita Acara Pemeriksaan ini dibuat dengan sebenarnya atas
kekuatan sumpah Jabatan, Kemudian ditutup dan ditanda tangani pada hari,
tanggal, bulan dan tahun seperti tersebut diatas di Bandar Lampung. -----------

Penyidik Pembantu
 
 
.............................................
BRIPTU NRP 88100293
  Penyidik,
 
 
 Dr. I KETUT SEREGIG, SH, MH
AKBP NRP.61050318
 
UU No: 16/2004,
tentang
KEJAKSAAN RI
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam UU ini yang dimaksud dengan:
1. Pejbt fungsional yg diberi wwng UU utk bertdk sbg PU, sbg
pelaks putusan yg sdh inkrah dan wwng lain berdsrkn UU.
2. PU adlh jaksa yg diberi wwng UU ini utk mlkkn penuntutan
dan melaks tap hakim.
3. Penuntutan adlh tindkn PU utk mlimphkn pkra ke PN dgn
prmintaan spy diperiksa dan diputus Hakim di Sidang
Pengadilan.
4. Jabfung Jaksa adlh jb yg bersifat keahlian teknis dlm org
kejaksaan.


KEDUDUKAN DAN SUSUNAN
KEJAKSAAN
PASAL 4:
Kedudukan Kejaksaan adalah:
(1) Kejaksaan Agung – Ibu Kota Negara RI
(2) Kejaksaan Tinggi – Ibu Kota Provinsi
(3) Kejaksaan Negeri – Ibu Kota Kab/Kota
PASAL 5:
Susunan Kejaksaan terdiri dari Kejaksaan
Agung, Kejaksaan Tinggi da Kejaksaan Negeri.
TUGAS DAN WEWENANG
KEJAKSAAN
Pasal 30:
(1) Di bidang pidana, kejaksaan mempunyai tugas dan
wewenang:
a.melkkn penuntutan
b.laks tap hkm dan putsn dil yg tlh inkrah
c.lakkn was thd pelaks tus pid bersyarat, tus pid was, dan
tus lepas bersyarat.
d.melkkn sidik thd TP tertentu brdsrkn UU.
e.lengkapi BP tertentu dan utk itu dpt lkkn riksa tambhn
sblm limpah ke Dil yg pelaks dikord dgn penyidik.
(2) Dibidang perdata dan TUN, kejaksaan dgn kuasa khusus
dpt brtindak sbg pengacara negara baik di dlm maupun
diluar Dil utk dan atas nama negara atau pemerintah.
(3) Dlm Bid ktib ktram um, kejaksaan turut
selenggrkn giat:
a. kat darkumas
b. pam bijak gakkum
c. was edar brg cetakan
d. Was aliran kepercayaan yg dpt bahayakn mas
dan negara.
e. Cegah lahgun dan/atau noda agama.
f. Litbang kum serta statistik kriminal.

PASAL 31:
Kejaksaan dpt meminta kpd hkim utk tmptkn seorang
terdakwa di rumkit, tmpt wat jiwa, atau tmpt lain yg
layak krna ybs tdk mampu berdiri sendiri atau
disbbkn oleh hal2 yg dpt bahayakn orang lain.
HUBUNGAN KEPOLISIAN
dan KEJAKSAAN
 Kepolisian dan Kejaksaan merupakan 2 institusi yang memiliki hubungan
fungsional sangat erat, seharusnya bisa bekerja sama dengan baik untuk
mencapai tujuan dari sistem ini, tapi dlm praktik nya sering terjadi
miskoordinasi sehingga berpengaruh terhadap proses penuntutan yang
menjadi kewenangan kejaksaan, karena keberhasilan dlm melakukan
penuntutan tergantung hasil Sidik yang tepat dan alat bukti yang cukup.
 Hubungan Penyidik dan Penuntut Umum dlm KUHAP diatur dlm pasal-
pasal sebagai berikut:
1. Pasal 109 ayat (1) tentang SPDP.
2. Pasal 109 ayat (2) pemberitahuan SP3
3. Pasal 140 ayat (2) huruf a penghentian Penuntutan dengan
memberikan Surat Ketetapan kpd Penyidik.
4.pasal 24 ayat 2, PU memberikan perpanjangan
penahanan atas permintaan Penyidik.
5.Pasal 14, pasal 110 ayat (3) dan (4), pasal 138 tentang
kegiatan prapenuntutan.
6.Pasal 143 ayat (4) PU memberikan turunan surat
pelimpahan perkara, demikian juga dalam hal PU
mengubah surat dakwaan, ia harus memberikan turunan
perubahan surat dakwaan itu kepada Penyidik (pasal 144
ayat 3).
7.Pasal 205 ayat (2); dlm acara pemeriksaan cepat,
penyidik atas kuasa PU (demi hukum) melimpahkn BP
dan menghadapkan terdakwa, saksi/ahli, juru bahasa dan
BB pada sidang pengadilan.
Dalam praktek, pelaksanaan fungsi penyidikan dan
penuntutan sebagaimana diatur dalam KUHAP masih sering
ditemui berbagai permasalahan, antara lain:
a. Penyidik sejak mulai melakukan penyidikan harus sudah
menyampaikan SPDP kepada Penuntut Umum (vide:
pasal 109 ayat 1), tapi sering juga ditemukan penyerahan
SPDP yg disertai dengan penyerahan Berkas Perkara
tahap pertama.
b. Hal inilah yang mengundang pertanyaan kritis, bahwa
mana bisa penyidikan telah selesai dilakukan, lalu harus
diserahkan kepada PU (vide: pasal 110 ayat 1), namun
pada waktu bersamaan juga dikeluarkan SPDP atau
dibuat tanggal mundur, seolah-olah sudah terbit sehari
setelah Sprindik.
c. Pasal 138 ayat (1): PU setelah menerima hasil penyidikan
segera mempelajari dan menelitinya, dalam waktu tujuh
hari wajib memberitahukan kpd penyidik apakah hasil
penyidikan itu sudah lengkap atau belum.
d. Pasal 110 ayat (4): Jika dlm waktu 14 hari penuntut tidak
memberitahukan/mengembalikan BP, mk masa penyidikan
dianggap telah selesai (hal sebaliknya tidak berlaku bagi
penyidik).
e. Setelah waktu 14 hari setlh menerima pengembalian
berkas perkara beserta petunjuk penuntut umum hrs sudah
kembali, seringkali penyidik tidak mengirim kembali berkas
perkara kepada PU, kondisi ini tdk ada konsekuensinya
bagi penyidik, sehingga penyelesaian BP sering lama.
f. BP sering bolak-balik antara Penyidik dan PU dalam hal
ada petunjuk yang harus dipenuhi dalam rangka
kelengkapan berkas perkara. Contoh kasus perdata yang
dipidanakan, sehingga berkas bolak-balik tidak bisa
ketemu dan tidak dapat memberikan petunjuk untuk
mengeluarkan SP3.
g.Adanya pengembalian berkas oleh penyidik kepada PU
dengan catatan sudah maksimal, karena tidak dapat
melengkapi berkas sebagaimana petunjuk umum,
sedangkan kewenangan PU terbatas hanya untuk
melakukan pemeriksaan diluar tersangka dan tidak ada
pengaturan mengenai status tahanannya.
HUBUNGAN KEPOLISIAN DENGAN
PENGADILAN
Hubungan antara Penyidik dgn Pengadilan/Hakim adalah sebagai berikut:
1. Ketua pengadilan negeri memberikan perpanjangan penahanan sbgmana
dimaksud dlm psl 29 KUHAP atas permintaan penyidik.
2. Atas permintaan penyidik, ketua pengadilan negeri menolak atau
memberikan surat izin penggeledahan rumah atau penyitaan dan/atau
surat izin khusus pemeriksaan surat (psl 33 ayat 1 dan pasal 38 ayat 1).
3. Penyidik wajib segera melapor kpd ketua pengadilan negeri atas
pelaksanaan penggeledahan rumah atau penyitaan yg dilakukan dalam
keadaan yg sangat perlu dan mendesak (psl 34 ayat 2 dan psl 38 ayat 2).
4. Penyidik memberikan kepada panitera bukti bahwa surat amar putusan
telah disampaikan kepada Terpidana (pasal 214 ayat 3).
5. Panitera memberitahukan kepada Penyidik tentang adanya perlawanan
dari Terdakwa (pasal 214 ayat 7).
 Berpijak pada kerangka SPP, sesungguhnya proses
penyidikan merupakan bagian integral dari proses
penuntutan, karena KUHAP telah menentukan untuk
dpt atau tdknya suatu perkara dinyatakan lengkap,
kemudian dapat atau tdknya diperiksa di pengadilan
sampai dgn pelaksanaan putusan pengadilan adalah
kewenangan kejaksaan.
 Konskuensi dari kewenangan yang begitu luas dan
central itulah, maka penuntut memiliki tanggung
jawab moral untuk mengikuti perkembangan proses
penyidikan hingga berkas perkara tersebut dinyatakan
lengkap (P.21).
HUBUNGAN KEPOLISIAN
DENGAN LP
Hubungan antara penyidik dengan LP adalah sebagai berikut:
1. Penitipan Tersangka yang ditahan oleh penyidik.
2. Bon Tersangka yang ada dalam rumah Tahanan yang ada di
LP, untuk kepentingan pemeriksaan lanjutan, pengembangan
untuk menemukan Tersangka baru.
3. Pelayanan kepada keluarga yg akan besuk Tersangka yang
ditahan oleh Penyidik.
4. Melakukan koordinasi bila Tersangka yg ditahan di LP
mengalami sakit berat yang memerlukan perawatan khusus
(opname), penyidik dalam hal ini menerbitkan surat perintah
pembantaran dan diserahkan kepada pejabat yang berwenang
di LP.
HUBUNGAN KEPOLISIAN
DENGAN PENASEHAT HUKUM
Hubungan Penyidik dengan Penasehat Hukum adalah
sebagai berikut:
1. Terkait dengan hak Tersangka untuk didampingi
Penasehat Hukum, bila Tersangka tdk mampu, atau
meminta agar disiapkan penyidik, maka penyidik
wajib menyiapkan Penasehat Hukum bagi
Tersangka, dalam hal tindak pidana yang diancam
pidana penjara di atas 5 tahun.
2. Dalam hal gelar perkara, pihak korban sering
diwakili oleh penasehat hukum.
HUBUNGAN KEJAKSAAN, PENGADILAN
dan PENASEHAT HUKUM
 Proses selanjutnya setelah Berkas dinyatakan lengkap (P.21)
adalah JPU membuat dakwaan, kemudian berkas perkara
dilimpahkan ke Pengadilan.
 Melakukan pemeriksaan dan mengadili terdakwa berdasarkan
atas dakwaan sesuai dengan ketentuan perundang-undangan,
yang melibatkan JPU, Hakim dan Penasehat Hukum.
 Dalam proses peradilan, berdasarkan KUHAP Badan Peradilan
memiliki 10 azas sebagai berikut:
1. Equality before the law
2. Praduga tak bersalah
3. Hak memperoleh ganti rugi dan rehabilitasi.
4. Hak untuk memperoleh bantuan hukum.
5. Hak kehadiran Terdakwa dimuka Pengadilan.
6. Peradilan yang bebas dan dilakukan dengan cepat dan sederhana.
7. Peradilan yang terbuka untuk umum.
8. Pelanggaran atas hak-hak warganegara (kap, han, geledah dan sita) harus
dilakukan berdasarkan UU dan dilakukan dengan surat perintah tertulis.
9. Hak tersangka untuk diberitahu tentang persangkaan dan pendakwaan
terhadapnya.
10. Kewajiban pengadilan untuk mengendalikan pelaksanaan putusannya.
 Berdasarkan kesepuluh azas tersebut dapat dikatakan bahwa KUHAP
menganut “due process of law” (proses hukum yang adil dan layak)
 Proses hukum yang adil dan layak adalah hak seorang tersangka dan
terdakwa untuk didengar keterangannya tentang bagaimana peristiwa
kejahatan itu terjadi; berhak didampingi PH; berhak mengajukan pembelaan;
Penuntut Umum harus membuktikan kesalahannya dimuka pengadilan yang
bebas; hakim yang tidak memihak.
PRINSIP PERADILAN
EQUALITY BEFORE THE LAW

 Merupakan ciri sistem peradilan berdasarkan KUHAP,


dalam praktik persidangan menjamin Kesetaraan
antara lembaga-lembaga sistem Peradilan (Polri,
Kejaksaan, Pengadilan, LP dan PH).
 Kedudukan Jaksa sebagai Penuntut Umum di satu
pihak dan kedudukan Terdakwa bersama Penasehat
Hukumnya dipihak lainnya, memiliki posisi dan porsi
yang sama didepan persidangan yang dipimpin oleh
Majelis Hakim.
HUBUNGAN KEJAKSAAN,
PENGADILAN dan PERAN LP
Dalam Undang-Undang Nomor: 4 tahun 2004, tentang kekuasaan
Kehakiman, terdapat pasal 36 yang mengatur tentang Putusan,
Pelaksanaan dan Pengawasan Putusan Pengadilan, yaitu:
(1) Pelaksanaan putusa pengadilan dalam perkara pidana
dilakukan oleh Jaksa.
(2) Pengawasan pelaksanaan putusan pengadilan sbgmana
dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh ketua pengadilan yang
bersangkutan berdasarkan undang-undang.
(3) Pelaksanaan putusan pengadilan dlm perkara dilaks panitera
dan juru sita dipimpin oleh ketua pengadilan.
(4) Putusan pengadilan dilaksanakan dengan memperhatikan nilai
kemanusiaan dan keadilan
JAKSA SEBAGAI PELAKSANA
PUTUSAN PENGADILAN
 Wewenang kejaksaan sbg pelaksana putusan
pengadilan diatur dalam UU Nomor: 16 tahun 2004,
tentang kejaksaan antara lain dlm pasal 30 ayat (1)
huruf b dan c, dinyatakan:
1. point a: melaksanakan penetapan hakim dan putusan
pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum
tetap.
2. point b: melakukan pengawasan terhadap
pelaksanaan putusan pidana bersyarat, putusan
pidana pengawasan, dan keputusan lepas bersyarat.
 Dlm pelaksanaan was putusan pengadilan dalam perkara
pidana, pengadilan ybs juga ikut bertanggungjawab sbg
mana diatur dlm pasal 277 – 283 KUHAP, antara lain:
1. pada setiap pengadilan hrs ada hakim yg diberi tugas
khusus, membantu ketua melakukan was dan
pengamatan thd putusan pengadilan yg menjatuhkan
perampasan kemerdekaan (pasal 277 ayat 1), hakim
dimaksud dinamakan Hakim Pengawas.
2. Hakim Pengawas, mengadakan pengamatan dan
pengawasan guna memperoleh kepastian bahwa
putusan pengadilan telah dilaksanakan sebagaimana
mestinya (vide: pasal 280 ayat 1).
3. Hakim pengawas mengadakan pengamatan untuk bahan
penelitian demi ketetapan yang bermanfaat bagi
pemidanaan, yang diperoleh dari perilaku Napi atau
pembinaan LP serta pengaruh timbal-balik terhadap Napi
selama menjalani pidananya (vide: pasal 280 ayat 2).
4. Atas permintaan hakim pengawas dan pengamat, kepala
LP menyampaikan informasi rutin atau insidentil ttg
perilaku Napi tertentu yg ada dlm pengamatan hakim
tersebut (vide: pasal 281).
5. Bila dipandang perlu demi pendayagunaan pengamatan,
hakim pengawas dan pengamat dapat membicarakan
dengan kepala LP tentang cara pembinaan Napi tertentu
(vide: pasal 282)
SEKIAN DAN
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai