Anda di halaman 1dari 97

BAB I

SEJARAH POLISI PERAIRAN DAN UDARA

1.1. SEKILAS POLISI PERAIRAN DAN UDARA1


Pada masa kerajaan Majapahit sudah dikenal berbagai macam pembela negara antara
lain Sapta Dharmaputra sebagai menjaga pusat kerajaan, diantara mereka melakukan
pemberontakan. Pada 1319, Gajah Mada membentuk pasukan yang disebut Bhayangkara.
Pembentukkan pasukan Bhayangkara yang beranggotakan 15 orang dengan tugas untuk

mengawal dan menjamin keamanan raja ketika pemberontakan Ra Kurti berlangsung.1 Namun,
satu dari anggota Bhayangkara harus dibunuh karena ia meninggalkan tempat persembunyian raja
dengan alasan ia ingin pulang. Setelah pemberontakan berakhir, pemerintahan Majapahit mulai
menata kehidupannya kembali. Di samping itu, Kerajaan Majapahit membentuk sebuah
kesatuan yang bertugas sebagai pemegang keamanan di laut, yaitu Angkatan Laut yang berupa
Polisi Laut. Diharapan Polisi Laut ini mampu menjaga keamanan di laut dan dipantai, membasmi
perompak dan para bajak laut, sekaligus juga bertugas sebagai pemegang keamanan di sepanjang
alur Sungai Brantas, mengingat lokasi tersebut terdapat kegiatan ekonomi yang cukup padat pada

masa Majapahit.2
Pada 1368, beberapa orang Mindanao yang berlayar ke Brunei dirampok oleh bajak
laut. Namun mereka kabur ketika adanya patrol angkatan Polisi Laut. Sayangnya, karena
kelemahan pengawasan Polisi Laut, Brunei terlepas dari ikatan Tanjung negara.3 Pada
abad ke-14, Majapahit yang telah menguasai hampir seluruh wilayah Nusantara tugas
keamanan berkembang menjadi petugas penjaga hubungan baik antar pelabuhan Canggu
dengan pelabuhan yang berada di Nusantara.4 Disini menunjukkan bahwa tugas fungsi
Polisi Perairan sudah ada sejak zaman Majapahit meskipun masih menjadi bagian
Angkatan Laut Kerajaan Majapahit.
Pada masa kolonial Belanda, Polisi diberi kewenangan untuk menjaga keamanan
dan ketertiban di wilayah laut meskipun masih dibawah Bea Cukai. Adapun beberapa faktor
yang menguatkan kewenangan yang dimaksud :

1M. Yamin,Gajah Mada (Jakarta:Balai Pustaka,1953),hlm.18.


2Drs.Soeparno Soeriatmadja, Sedjarah Kepolisian tentang Pendahuluan dan Zaman Klasik
(Jakarta:PTIK,1971), hlm.52
3 M.Yamin, Tata Negara Madjapahit Parwa IV (Jakarta:Prapantja,1962),hlm.313.
4 Drs. Soeparno Soeriatmadja,Op.Cit.

1
1. Stadblad 1916 no.157 ( lembaran negara tentang penangkapan ikan)
2. Stadblad 1927 no.144 ( Ordonasi penangkapan ikan di pantai)
3. Stadblad 1927 no.145 ( ordonasi penangkapan ikan paus )
4. Stadblad 1935 no.497 ( ordonasi laut 2embali2al2 3 mill dari garis pantai )
5. Stadblad 1939 no.442 ( ordonasi laut 2embali2al2 dan lingkungan 2embali2 ) 5
Kemudian, Polisi Umum yang awalnya bertugas di darat ditugaskan pula di wilayah
perairan meskipun pengamanan laut masih dititikberatkan kepada Angkatan Laut serta
masih menggunakan kapal yang sederhana dengan jumlah unit yang sangat terbatas.
Beberapa pelabuhan terdapat Polisi yang bertugas di perairan dan dipimpin seorang
Inspektur Polisi/ Hoofdagent antara lain :2
1. Jakarta;
2. Tanjung Pinang;
3. Makassar;
4. Ambon. 6
Pada masa revolusi kemerdekaan tahun 1948, pemerintah juga berupaya untuk
membentuk Polisi Perairan di Pelabuhan Tuban, Jawa Timur. Namun, usaha tersebut gagal
dikarenakan adanya Agresi Militer Belanda II dan bersamaan dengan mendaratnya tentara
Belanda di Pantai Glondong, Tuban.7 Oleh karena itu, pembentukan Polisi Perairan baru
bisa dilaksanakan pada 1950, setelah Belanda mengakui kedaulatan Indonesia melalui
Konferensi Meja Bundar (KMB) pada 1949 di Den Haag, Belanda.
Kepala Kepolisian Negara (KKN) R.S.Soekanto menunjuk Komisaris Polisi
R.P.Soedarsono sebagai Kepala Bagian Polair (Kabag Polair) pertama. Berdasarkan
Keputusan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor : 4/2/3/um tanggal 14 Maret
1951 ditetapkan Kepolisian Perairan sebagai bagian dari Djawatan Kepolisian Negara
(DKN) terhitung mulai 1 Desember 1950.
Terdorong dari kesulitan-kesulitan yang sering timbul dikarenakan kondisi geografis
wilayah Nusantara, dibentuklah Polisi Udara dengan SK Perdana Menteri Nomor. :
510.PM/1956 tanggal 5 Desember 1956, selanjutnya Bagian Polisi Perairan dirubah

5 Bedasarkan ordonansi tersebut, Komandan Kapal Perang dan Komandan Kapal umum, dan yang terkait
ditugaskan untuk mempertahankan ketertiban dan keselamatan laut.
6 M.Oudang, Perkembangan Kepolisian di Indonesia (Jakarta:Mahabarata,1953) hlm. 167.
7 Inkopak, 20 Tahun Perkembangan AKRI( Jakarta: Inkopak,1967), hlm.285.

2
menjadi Bagian Polisi Perairan dan Udara sesuai dengan SK Perdana Menteri No.
81/P.M./1957 tanggal 23 Pebruari 1957.
Ketika seksi udara pertama dibentuk, Seksi Udara hanya beranggotakan Koetardjo
Sigit, Kapten Hasan, Inspektur Hengki, dan 6 kader Polisi yang dilatih untuk menjadi tenaga
penerbang serta instruktur yang didatangkan dari Amerika (sebagai Chief Pilot dan
Technisi).
Dalam perkembangan selanjutnya Bagian Polisi Perairan dan Udara disebut Dinas
Perairan dan Udara dan berubah menjadi Korps Kepolisian Perairan dan Udara (Korps
Airud) yang dipimpin oleh Kombes Pol R.Hartono. Korps Airud berpartisipasi dalam operasi
militer seperti Operasi Trikora dan Dwikora.
Kemudian, Airud juga berkembang pesat dengan adanya sub-sub Pangkalan diluar
Tanjung Priok,Jakarta dan pengadaan pesawat serta Kapal tipe 500 dan 900. Pada saat
Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri) berada dibawah Menteri
Pertahanan/Panglima Angkatan Bersenjata (Menhankam/Pangab), Polri menjadi bagian
dari Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ABRI) hingga reformasi, selanjutnya Korps
Airud menjadi Satuan Utama Polair (Sattama Air) dan Satuan Utama Udara (Sattama
Udara) dibawah Komando Samapta (Komapta). Kemudian Komapta berubah menjadi
Direktorat Samapta (Dit Samapta) dan Sattama Polair dan Udara berubah menjadi Subdit
Polair dan Subdit Poludara hingga Tahun 2000.
Pada masa ABRI, Polair dan Poludara telah melaksanakan berbagai operasi antara
lain: Operasi Trikora, Dwikora,dan Seroja, operasi Sri Gunting, operasi Nila, operasi Gurita,
operasi Jaring Merah dan sebagainya. Selain itu, Polairud melaksanakan kerjasama antar
negara dengan Malaysia, Singapura, Korea, Jepang berupa Latihan Bersama : Malindo
antara Polair dengan Police Marine PDRM, Indosin antara Polair dengan SPCG( Singapore
Police Coast Guard) , Latihan penanggulangan pembajakan kapal dan SAR antara Polair
dengan KCG ( Korean Coast Guard ) , Latihan penanggulangan pembajakan kapal dan
SAR antara Polair dengan JCG ( Japan Coast Guard ), Latihan penegakkan hukum dilaut (
Maritime Law Enforcement Exercise ) antara Polair dengan Maritime Group PNP-Philipina.
Kerjasama juga meliputi penegakkan hukum, patrol terkoordinasi dan RV ( Rendesvouz )
dengan Police Marine PDRM, APMM-Malaysia, Maritime Group PNP-Philipina tentang
pembajakan kapal.

3
Pada masa reformasi MPR mengadakan Sidang Istimewa dengan hasil adanya
Penetapa Majelis Permusyawaratan Rakyat (TAP MPR) No: TAP/VI/MPR/2000 tentang
pemisahan TNI dan Polri dan TAP/VII/MPR/2000 tentang peran TNI dan Polri, sehingga
Polri menjadi mandiri. Sejalan dengan kebijakan tersebut, Kapolri mengeluarkan kebijakan
reformasi Polri berupa perubahan secara struktural, kultural dan instrumental. Demikian
pula untuk jajaran kepolisian perairan ditindak lanjuti dengan perubahan warna kapal di
bagian sewako yang menujukan bahwa Polisi itu humanis, kewenangan penyidikan,
pemberian Brevet Bhayangkara Bahari, Brevet Penerbang Polri dan Brevet Komando, serta
Semboyan “Arnavat Dharpa Mahe”.
Pada 2000, dilakukan strukturisasi penggabungan Polair dan Poludara menjadi
Ditpolairud yang langsung dibawah Kapolri. Pada 2002, seiring dengan dibentuknya
Babinkam Polri, Ditpolairud diubah menjadi Ditpolair Babinkam Polri dan Ditpoludara
Babinkam Polri. Pada masa itu, Polair dan Poludara melaksanakan berbagai operasi
kepolisian baik terpusat maupun keiwlayahan.Pada 2009, Babinkam Polri diubah menjadi
Baharkam Polri dan membawahi Ditpolair, Ditpoludara, Ditpolsatwa, Ditsabhara, dan
Ditbinmas, Ditlantas, dan Ditpamobvit.

Kapal-kapal Polair Belanda pada saat berpatroli di perairan Surabaya


Sumber :Nieuw Soerabaia,1931

4
1.2. AWAL BERDIRINYA POLISI PERAIRAN DAN POLISI UDARA (1950-1961)
A. Polisi Perairan Pertama 3

setelah Agresi Militer Belanda Kedua berakhir dengan diadakannya KMB


pada 1949 di Den Haag Belanda, yang diwakili oleh Drs. Moh. Hatta sebagai delegasi
Indonesia dan Ratu Juliana sebagai perwakilan pemerintah Belanda. Pemerintah
Indonesia mulai menata dan mengatur pemindahan kekuasaan dan lain - lain yang
belum tuntas. Hal tersebut juga dapat dilihat dari DKN yang sedang menata organisasi
mengingat DKN merupakan bagian dari pemerintah RI. Setelah adanya pembentukan
bagian - bagian dari DKN seperti Lalu Lintas, Reserse, Intelijen, Mobile Brigade
(Mobrig) dan Dinas Umum. R. S. Soekanto sebagai KKN membentuk bagian Polisi
Perairan (Bag. Polair), walaupun sebelum pengakuan kedaulatan sudah dirintis
pembentukannya.
Pembentukan tersebut dimulai ketika R. S. Soekanto mengeluarkan order
Kepala Djawatan Polisi Indonesia Pusat (KDPIP) no. 48/1950 tanggal 1 November
1950 yang ditujukan kepada Komisaris Polisi I R. P. Soedarsono (terakhir Kombes
Pol). Pembentukan bagian Polair bertujuan agar DKN memiliki fungsi pemberantasan
kejahatan di laut yaitu penyelundupan serta menjaga keamanan laut dan pulau-pulau
terluar mengingat Indonesia merupakan negara kepulauan.¹ Setelah itu usaha
pembentukan bagian Polair juga mendapat dukungan dari pemerintah dengan adanya
Surat Keputusan (SK) Perdana Menteri No. 510/ P.M./1950 tanggal 5 Desember 1950
mengenai pembentukan bagian Polair.² Kemudian Menteri Dalam Negeri (Mendagri)
juga mengeluarkan SK Mendagri No.: 4/2/3/Um tanggal 14 Maret 1951 mengenai
pemersatuan kesatuan - kesatuan kepolisian yang memiliki tugas khusus dalam
pengawasan laut, pantai dan sungai. Selanjutnya berdasarkan SK Mendagri tersebut
ditetapkan Polisi Perairan sebagai bagian dari DKN terhitung mulai 1 Desember 1950.³
Pada awal pembentukan Polair mendapat pinjaman sebuah kapal dari
Djawatan Pelayaran yang merupakan hasil pampasan perang yang bernama
“Angkloeng”, nama dari sejenis burung laut. Kapal tersebut memiliki berat 150 ton
dan dinahkodai oleh seorang polisi berkebangsaan Belanda, Komisaris Polisi I Van
Gulpen.4 Selain itu Polair mendapat bantuan dari Direktur Pelabuhan Tanjung Priok

1 Inkopak, 20 Tahun Perkembangan AKRI ( Jakarta: Inkopak,1967), hlm.284.


2 Kepala Seksi Public Relations DKN , Febuari 1954, “Polisi Perairan”. Dalam Majalah Bhayangkara, hlm.3.
3 Ibid.

5
untuk membuat sebuah pangkalan kapal Polair. 4Pada 24 November 1951 pukul
09.00 bagian Polisi Perairan diresmikan oleh R.S.Soekanto yang dihadiri oleh Wakil
Presiden RI, dan para petinggi angkatan bersenjata. Pada saat upacara peresmian
bagian Polair Komisaris Polisi I R.P.Soedarsono memberikan sambutan sebagai
berikut :
“Hadirin jang terhormat !
Lebih dulu kami menghaturkan utjapan terima kasih atas keredla’an saudara2
sekalian.Jang telah sudi membuang waktu untuk memenuhi undangan guna
menjaksikan upatjara peresmian dari Bahagian Polisi Perairan dari Djawatan
Kapolisian Indonesia Pusat.
Seterusnja terima kasih pula kami haturkan kepada Saudara Directeur Pelabuhan
jang sudah memberi pindjaman tempat guna mengadakan upatjara ini. Pun kepada
instansi2 jang telah menjumbangkan fikiran dan tenaga atas terlaksananja upatjara ini
tidak kami lupakan terima kasih kami.
Hadirin jang terhormat.Sebagai kata pembuka’an perkenankanlah kami sekedar
menguraikan riwajat singkat dari Bahagian Polisi Perairan ini.Bahagian ini adalah
bahagian termuda dan terbaharu dari Djawatan Kepolisian Indonesia Pusat dan jang
dibentuk serta disusun sedjak bulan Nopember tahun jang lalu. Bahagian ini dibentuk
jalah guna mengintensiveer Polisi Perairan jang sudah ada sebelum petjah perang
dunia kedua dengan nama Polisi-Laut, Polisi-Pelabuhan, Polisi-Sungai dan lain
sebagainja a.l. di Djakarta, Makassar, Ambon d.s.b. Polisi2 jang namanja bermatjam2
ini dari dahulu pun sudah mendjalankan tugas kewadjibannja, akan tetapi terang
kurang sempurna, karena tidak mempunjai alat2-nja. Djustru dengan meningkatnja
penjelundupan dan alasan tidak adanja alat2 untuk mendjalankan tugas diatas air,
maka oleh Djawatan Kepolisian Indonesia Pusat diambilah keputusan untuk
mengintensiveer pekerdja’an pemberantasan penjelundupan dengan membentuk dan
menjusun Bahagian Polisi Perairan. Dalam tahun dan fase pertama dari pembentukan
ini segala pekerdja’an masih dipusatkan dalam Djawatan di Djakarta, akan tetapi
lambzat laun akan disusun pula tjabang2-nja dibeberapa tempat dan daerah jang kita
pandang sebagai smokelcentra. Usaha kami dalam tahun pertama ini telah berhasil
memiliki 11 buah kapal seperti Saudara2 saksikan dimuka ini.Berat rasanja

4 Wawancara dengan Hamdan Mansyur di Jakarta, 27 November 2014

6
pekerdja’an permula’an untuk membentuk Bahagian Polisi Perairan, oleh karena tidak
mempunjai pengalaman dalam soal perkapalan dan pelajaran.Lebih berat lagi karena
kita semua mengetahui, bahwa kita kekurangan sekali tenaga2 ahli.Akan tetapi,
dengan bekerdja sambil beladjar berangsur2 kami dapat mengumpulkan tenaga2 jang
tjakap dan mempunjai tjara2.Dalam pembetukan ini sudah barang tentu belum tjukup,
djika kami hanja memikirkan kepada soal memiliki kapal2 dengan melengkapi anak
buahnja sahadja.Pembikinan pangkalan dan tempat untuk memelihara kapal2 serta
perumahan untuk anak-buah dan bangunan2 lainnja pada dewasa ini sedang sibuk
dikerdjakan. Dan disini kami rasa pada tempatnja untuk menjampaikan utjapan terima
kasih kami kepada Kementrian Perhubungan, Kementrian Pekerdja’an Umum,
Kementrian Keuangan dan Directeur Pelabuhan jang telah memberikan bantuan guna
melaksanakan pekerdjaan2 tersebut. 5
Hadirin jang terhormat.Dari 11 buah kapal jang kita miliki ini
kapal”ANGKLOENG”-lah Vlaggenschip kita, besarnja 150 ton. “ANGKLOENG” adalah
nama burung, djadi bukan nama muziekinstrument dari bambu seperti pendapat dari
kebanjakan orang. Dalam bulan jang lalu dalam tempo dua minggu M.S. Angkloeng
telah berdjasa menangkap 17 perahu di perairan Kalimantan Timur dengan muatan
barang2 gelap seharga tidak kurang dari Rp.120.000.-.
Sepuluh buah kapal lainnja terdiri atas 3 matjam kapal, jalah 3 buah speedboats
jang diberi nama “SINDURAKSAPALA”, 3 buah kapal patrol diberi nama
“SAGARANTA BHAYANGKARA” dan 4 buah kapal pelabuhan dengan nama
“ASRAJA SRAJA”.
Tadi telah kami terangkan bahwa dalam fase pertama penjusunan dipusatkan
dalam Djawatan Kepolisian Indonesia Pusat di Djakarta dan kapal2nja semua
berpangkalan di Tandjung Priok.
Sebelum tjabang2 terbentuk kapal2 ini diberi tugas untuk berpatroli di perairan
dari daerah2 dimana penjelundupan meradjalela. Bahwa Bahagian Polisi Perairan
selajaknja membutuhkan kerdja-sama jang seerat2nja dengan instansi2 lain setempat
jang di darat untuk mentjapai hasil jang sebaik-nja, tidak perlu ditegaskan djika kita
mengingat bahwa penjeludupan itu berawal di darat dan berachir di darat pula. Pun

5 R.P.Soedarsono, Desember 1951, “Pidato Pembukaan Upatjara Peresmian Bahagian Polisi Perairan”. Dalam
Majalah Bhayangkara, hlm.9-11.
6 M.Oudang, Perkembangan Kepolisian di Indonesia, (Jakarta:Mahabarata,1953) hlm. 168.

7
dengan angkatan laut kita serta Djawatan Pelajaran kami harus kerdja sama dan ada
koördinasi jang rapih untuk mendjalankan tugas bersama dalam pemberantasan
penjelundupan. Maka dari itu dan untuk kepentingan negara kami selaku Kepala dari
Bahagian jang baru ini menjerukan kepada semua instansi untuk saling mengadakan
hubungan dan kerdja sama jang serapih2-nja. Djuga kepada insatansi2 jang sudah
memberikan bantuan kepada kami selama satu tahun ini kami menghaturkan
diperbanjak terima kasih.Sekian kata pembuka’an kami.”5
Pada saat pembentukan pertama Polair memiliki tugas sebagai berikut :
1. Memberantas perdagangan gelap di perairan/laut;
2. Memberantas perampokan dipantai dan sungai ;
3. Pengawasan penangkapan ikan;
4. Pengawasan peraturan senjata-api diperairan/laut;
5. Pengawasan sebagian peraturan pelayaran (surat-surat kapal, surat laut, pas
kapal dsb). 6

Prosesi peresmian bagian Polair


Sumber : Keluarga R.P.Soedarsono

R.S.Soekanto meninjau markas Polair


Sumber : Keluarga R.P.Soedarsono

8
B. Polisi Udara Pertama
Setelah Kepolisian Perairan terbentuk dan diresmikan, DKN dan pemerintah mulai
berpikir bahwa perlunya ada Polisi Udara untuk mendukung pelaksanaan tugas Polair
dan menjaga Keamanan dan ketertiban udara. Hal tersebut dipicu dengan adanya
beberapa faktor baik dari luar maupun dari dalam, adapun faktor tersebut adalah
sebagai berikut: 6
1. Faktor internal :
a. Adanya Rapat Umum Commission Internationale de Police Criminelle(CIPC)
di Lisabon pada tahun 1951 yang menghasilkan resolusi no.5 mengenai
pencurian barang secara besar-besaran dalam pesawat terbang (
pengangkutan antar negara)
b. Prioritas dalam pemberantasan penyelundupan antar negara melalui pesawat
terbang setelah adanya rapat organisasi Security International di Sydney pada
bulan Maret tahun 1951
c. Adanya beberapa negara yang telah memiliki Polisi Penerbangan (Police
Aviation) seperti Prancis, Yunani, Israel, Italia, Belanda, dan Yugoslavia.
d. Hasil Rapat Umum CIPC ke-21 di Stockholm pada tanggal 9-12 Juni
1952yang menghasilkan konsep sebagai berikut :
1) Mengadjak biro2 nasional supaja selalu dan setjara lebih beraturan
memberitahukan kepada Sekretaris Djendral C.I.P.C tentang pentjurian2
barang jang diangkut dengan pesawat terbang disatu pihak serta
tentang identiteit penerbang2 dan awak pesawat terbang jang setjara
berulang2 melakukan penjelundupan atau pelanggaran2 dilain pihak ;
2) Mengadjukan permintaan kepada Sekretaris Djendral supaja
memperkembangkan tiap2 pekerdjaan jang dianggapnja perlu dengan
organisasi2 jang berhak dari U.N.O dan O.A.C.I, begitupun dengan biro2
nasional dari C.I.P.C agar mentjapai standardisasi visa;
3) Mengadjukan permintaan kepada Skeretaris Djendral supaja meminta
kepada oragnisasi2 jang berhak agar menindjau konvensi Internasional
tentang korban2 ketjelakaan udara.7

7 R.K.Sosrodanukusumo, Oktober 1953, “Polisi Udara Pentjurian Barang Dikirimkan dengan Pesawat
Terbang”.Dalam Majalah Bhayangkara, hlm.21-22.

9
2. Faktor eksternal :
a. Indonesia yang merupakan negara kepulauan harus mendapatkan jaminan
keamanan secara efisien dan cepat, dan hanya melalui udara hal tersebut
dapat terpenuhi;
b. Perlunya back up Kamtibmas dari udara mengingat eskalasi ancaman
semakin berkembang dengan perkembangan teknologi;
c. Perlunya peningkatan dalam pelaksanaan tugas-tugas kepolisian, terutama
pemberantasan penyelundupan yang bersifat lintas batas ;
d. Perlunya sarana transportasi bagi para pejabat Polri dan evakuasi udara bagi
korban kecelakaan atau sakit.7
Dari beberapa faktor diatas,Pemerintah membentuk Seksi Udara pada akhir
tahun 1955. Dengan diterbitkannya SK Perdana Menteri No.510/P.M./1956 tanggal
5 Desember 1956,kemudian melalui proses perkembangan diperbaharui dengan
SK perdana Menteri No. 81/P.M./1957 tanggal 23 Februari 1957. Pembentukan
seksi udara bertujuan untuk memberantas penyelundupan, pengawasan lintas
batas, evakuasi udara bagi korban kecelakaan dan sakit, serta menyiapkan
trasnportasi udara untuk pejabat penting Kepolisian.8
Sebagai tahap awal, DKN memesan sebuah pesawat pertama, Cessna 180
yang dibuat oleh Cissena Co. Wichta, dari Kansas USA. Pesawat tersebut
diserahkan pada tanggal 24 Desember 1955 jam 10.45 WIB. Penyerahan tersebut
dilaksanakan di lapangan terbang Andirmilik Angkatan Udara Republik Indonesia
(AURI) Bandung, kemudian Pesawat terbang tersebut diterbangkan ke lapangan
terbang Kemayoran oleh penerbang dari AURI atas nama Capten Pilot Soedarjono
dan Co Pilot Hasan Djajasasminta, dengan penumpang pertama pada waktu itu
adalah Komisaris Polisi I Drs. Harsono, sebagai Kepala Seksi Polisi Udara.
Setibanya di lapangan terbang Kemayoran dilaksanakan upacara penyerahan
pesawat yang dihadiri oleh R.S.Soekanto dan sekaligus dilaksanakan uji terbang
selama 15 menit diatas Jakarta yang didampingi oleh Kombes Pol I Moh.Basah.9
Ketika seksi udara pertama dibentuk, hanya beranggotakan satu orang
Kapten Pilot dan satu orang Co Pilot, serta dilatih oleh instukturpenerbang dan

8 Mahasiswa PTIK, Januari 1956, “Melangkah Madju”. Dalam Majalah Bhayangkara, hlm.10-11.
9Ibid.
10 Wawancara dengan Tono Amboro di Jakarta, 20 Januari 2015.

10
teknisi dari Amerika.Selanjutnya dengan perkembangan waktu keanggotaan seksi
udara bertambah terdiri empat orang tenaga kontrak dari penerbang sipil (curug)
atas nama Kapten Daryono, Kapten Soetardjo Sigit, Kapten hasan, Inspektur
Hengky, dan 6 kader polisi yang dilatih di sekolah penerbangan AURI dan sipil
untuk menambah tenaga penerbang seksi udara. 10

R.S.Soekanto sedang mencoba untuk menerbangkan Cesna 180


Sumber : Keluarga R.P.Soedarsono

Pada saat prosesi penyerahan pesawat kepada DKN


Sumber : Keluarga R.P.Soedarsono
C. Polairud di masa awal
Pada saat Polair berdiri dan langsung di bawah KKN, Polair hanya memiliki
sebuah kapal besar yang merupakan pinjaman dari Djawatan Pelayaran. Selanjutnya
Polair mendapat tambahan beberapa kapal untuk melakukan patroli antara lain :
1. Angkloeng ( nama burung laut)
2. Sagaranta Bhayangkara (bermakna: penjaga keamanan laut)
3. Sinduraksa pala (bermakna: penjaga laut)

11
4. Tirabala ( bermakna :kapal angkut)
5. Arnawarsaba (bermakna: banteng laut)8
6. Djalasinga (bermakna: singa laut)
7. Asrajasraja (bermakna: pelindung pelabuhan)
Sementara itu, Poludara yang berdiri pada 1956 telah memiliki beberapa unit pesawat
dalam menjalankan operasional antara lain :
1. Delapan unit pesawat Cesna 180;
2. Satu unit pesawat Air Commander;
3. Satu unit Grumman Amphibi ;
4. Dua unit pesawat C 47 Dakota. 11
Kemudian, Polair membentuk 2 sub pangkalan pada 1953 di Belawan, Sumatera
Utara dan Surabaya, Jawa Timur.Pembentukkan tersebut bedasarkan Order KKN
No.2/XIV/1953 tanggal 16 Januari 1953. Secara taktis dan administrasi , sub-sub
pangkalan tersebut langsung dibawah Kepala Polisi Provinsi (sekarang Kapolda).
Namun, secara teknis langsung dibawah pembinaan dan pengawasan Kepala Bagian
Polisi Perairan.
Hingga pada 1954, Polair memiliki 35 buah kapal dengan perincian sebagai berikut :
1. 1 unit Kapal Angkloeng;
2. 3 unit Speed-boats buatan Amerika (DKI 1, 2, dan 3);
3. 4 unit kapal patroli (DKN-101,DKN-102,DKN-103, dan DKN-104) buatan Amerika;
4. 20 unit kapal patroli pelabuhan ( DKN-201,DKN-202,DKN-203, dan seterusnya);
5. 3 unit kapal pendarat ringan ( DKN-301,DKN-302,dan seterusnya) buatan
PT.Dakin, Indonesia;9
6. 4 unit Kapal Hinggins boats (DKN-401,DKN-402,dan seterusnya) buatan
Belanda. 12
Pada 1958, DKN mengalami reorganisasi bedasarkan PP no. 57 tahun 1958
sehingga, bagian Polairud menjadi Dinas Perairan dan Udara yang dibawah Direktorat
III. Dinas Polairud dibagi menjadi dua seksi yaitu: Seksi Air yang dipimpin oleh
Komisaris Polisi II Soetarjo Kartadihardja dan Seksi Udara yang dipimpin oleh

11 Mahasiswa PTIK, Januari 1956,Op.Cit.


12 Inkopak, Op.Cit, hlm.285.
13 Wawancara dengan Hamdan Mansyur di Jakarta, 27 November 2014
14 Wawancara dengan Roestam Effendi di Jakarta, 28 November 2014

12
Komisaris Polisi I Drs. Harsono.14 Kemudian, Polair pertama kali berkantor di Mabes
Polri (Gedung Kapolri) dan pesawat Poludara berpangkal di Lapangan Udara
Kemayoran. Seiring dengan perkembangan, kantor Polair dipindah ke Tanjung Priok
mengingat kapal-kapal Polair bersandar di Pelabuhan Tanjung Priok. Seiring dengan
perkembangan waktu, Polair menambah beberapa unit kapal seperti 2 unit kapal tipe
Coaster (DKN-501 dan DKN-502) dari Jepang pada 1957 yang dipimpin oleh Iptu Hari
Hardjatno.13Pada 1959, Polair mendapatkan kapal tipe Landing Ship Medium (DKN-
801) yang didampingi oleh Kapten (Mar) Jeanes (WN Amerika Serikat) diambil
langsung dari Amerika Serikat oleh Roestam Effendi dari Jacson Field, Florida dan
berlayar ke Indonesia dengan rute sebagai berikut : Jacson Field, Selat Kuba, Kanal
Panama, Hawaii,Honolulu, Guam, dan tiba di Jakarta pada akhir 1959.15
Pada 1959, DKN memerintahkan KP I Drs. Widodo Budidarmo, KP II Drs.
Soekanto Wigjosoekarno, dan Iptu Roestam Effendi untuk mengikuti pendidikan di US
Coast Guard Officers Candidates School (OCS) di Yorktown, Virginia yang didahului
oleh masa orientasi di Washington D.C. pendidikan tersebut dibiayai oleh program
dana bantuan International Cooperation Agency (ICA) dan berlangsung selama 1
tahun.16 Selain itu, pada tahun 1958, DKN memerintahkan kepada KP I Drs. Soetarjo
N. untuk mengikuti pendidikan di US Coast Guard Academy , Connecticut Amerika.1710

Pangkalan Polair di Pondok Dayung dalam masa pembangunan, 1954


Sumber : Keluarga R.P.Soedarsono

15 Wawancara dengan Hamdan Mansyur di Jakarta,30 November 2014;


16 Wawancara dengan Jenderal Pol (purn) Drs.Widodo Budidarmo di Jakarta, 30 November 2014; Imran Hasibuan
dkk, Semua karena Kuasa & Kasihnya (Praja Bhakti Nusantara:Jakarta,2004),hlm.51.
17 Julius Pour, Perdjoeangan Mayjen Pol (purn) Drs.H.Soetarjo Nitisoedirdjo (Cahaya Mandiri:Jakarta,2001),hlm.48

13
Kapal Tirabala
Sumber :Majalah Bhayangkara, Februari 1954

Kapal Angkloeng
Sumber :Majalah Bhayangkara, Februari 1954

Kapal DKN-104 Kapal DKI-2


Sumber : Keluarga Sumber :Majalah
R.P.Soedarsono Bhayangkara, Februari 1954

14
Kapal DKN-402 Kapal DKN-201
Sumber :Majalah Bhayangkara, Sumber :Majalah Bhayangkara,
Februari 1954 Februari 1954

KP I Drs. Widodo Budidarmo, KP II Drs. Soekanto, dan Iptu Roestam


Effendi ketika mengikuti pendidikan US Coast Guard
Dok.Foto: Roestam Effendi

Komisaris Polisi I G.Hallatu


Iptu Roestam Effendi Komisaris Polisi I Soetarjo
Komandan pangkalan
Dok.Foto: Roestam Effendi Kartadihardja
Polair Surabaya pertama
Dok.Foto: Roestam Effendi
Sumber :Buku Kenangan
HUT Polairud 40, 1990
15
R.S.Soekanto mencoba kapal DKI-2, 1953
Sumber : Biografi Jebnderal Pol R.S.Soekanto, 1991

ProsesiStruktur organisasi
penyerahan kapal Bagian Polair
DKN 901, 9 Mei 1958
Sumber : Majalah Bhayangkara ,Desember 1955
Sumber : Biografi Jebnderal Pol R.S.Soekanto, 1991

16
Struktur organisasi Bagian Polairud
Sumber : Almanak seperampat abad Polri, 1970

D. KBP R.P.Soedarsono, Pimpinan Polairud Pertama


Sebelumnya, kita telah mengetahui bahwa Rekso Prodjo Soedarsono
merupakan Pimpinan Polairud yang pertama. Namun, banyak orang yang belum
mengenal sosok R.P.Soedarsono meskipun namanya telah diabadikan di salah satu
gedung di Mako Ditpolair Baharkam Polri Jalan R.E.Martadinata I/1 Tanjung Priok,
Jakarta.11
R.P.Soedarsono dilahirkan di Purbalingga (Banyumas) pada tanggal 6 April
1903 dari pasangan R.A.Notodiprodjo dan Bangoenredjo. Ia dibesarkan di Purbalingga
dan berhasil menamatkan pendidikannya di Hollandsche Indische School (HIS) dan
Politie School Soekaboemi (sekarang Setukpa Sukabumi) pada tahun 1925. Setelah
itu, ia ditugaskan di Batavia sebagai Politie Opzichter II dan mendapatkan dinas tetap
pada tanggal 24 Februari 1928.18Pada bulan Juni 1933, R.P.Soedarsono dimutasi ke
Samarinda dan 6 bulan kemudian ke Teluk Bayur. Pada saat ia bertugas di Teluk
Bayur, ia mendapatkan kenaikkan pangkat menjadi Iptu pada tanggal 1 Mei 1935. Tiga
tahun kemudian, ia dimutasi ke Martapura. Selanjutnya kembali ke tanah Jawa dan
ditempatkan di Yogyakarta pada 1938. Pada saat pendudukan Jepang, R.P.
Soedarsono dijadikan sebagai guru sekolah Polisi Sukabumi sejak tahun 1943.
Sembilan bulan kemudian, ia ditarik kembali ke Yogyakarta dengan pangkat Komisaris
Polisi I pada tanggal 31 Juli 1945.19
Pada saat revolusi, R.P. Soedarsono selain menjabat sebagai Kepala
Kepolisian Daerah Yogjakarta juga merangkap sebagai perwira Angkatan Darat

18 Bedasarkan Daftar Riwayat Hidup R.P.Soedarsono.


19 Majalah Tempo,22 Januari 1983 “ Pembuat “Kup” Telah Tiada”, hlm.74.

17
dengan pangkat Kolonel dan menjabat sebagai Panglima Divisi Yogyakarta sejak
tanggal 25 Oktober 1945. Pada tanggal 20 Mei 1946, pangkatnya dinaikkan menjadi
Djenderal Mayor (sekarang Mayor Jenderal) sebagai Panglima Divisi III (Pekalongan-
Kedu-Yogyakarta). Kemudian R.P Soedarsono resmi diberhentikan dari dinas DKN
sebagai Kepala Kepolisian Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dengan pangkat
Komisaris Polisi I pada tanggal 14 Juni 1946.
Kemudian pada tanggal 27 Juni 1946, R.P. Soedarsono menandatangani surat
perintah penahanan Perdana Menteri Sjahrir, Mendagri dr.Sudarsono, dan Wakil
Menteri Sosial Abdulmadjid yang dinilai terlalu lemah terhadap pihak Belanda. 20
Selanjutnya pada tanggal 3 Juli 1946, R.P. Soedarsono, Mr.Achmad Soebardjo, dan
Mr. Iwa Koesoema Soemantri memaksa Presiden Soekarno untuk menandatangani
konsep susunan pemerintahan baru antara lain :
1. Agar Presiden memberhentikan semua menteri dalam Kabinet Sjahrir dan Amir
Sjarifuddin;
2. Agar Presiden menyerahkan kekuasaannya di bidang militer kepada Panglima
Besar Angkatan perang, serta di bidang politik,ekonomi, dan sosial kepada
Dewan Pimpinan Politik yang anggota-anggotanya segera akan diumumkan.21
Ir. Soekarno menolak permintaan mereka dan mereka ditangkap. Sehingga
R.P.Soedarsono diadili oleh Mahkamah Militer dan divonis 4 tahun penjara.12
Pada 17 Agustus 1948, R.P. Soedarsono mendapatkan grasi dari Presiden dan
namanya direhabilitasi. Tahun 1949, ia dikembalikan ke DKN dengan pangkat
Komisaris Polisi II dan didetasir ke Karesidenan Banten setelah diberhentikan dari
Djawatan Ketentaraan sejak tanggal 25 Mei 1948. Setelah pengakuan kedaulatan oleh
Belanda pada tahun 1949, R.P. Soedarsono didetasir ke Kalimantan Timur hingga ia
diangkat sebagai panitia penerimaan mahasiswa PTIK angkatan III pada bulan
Agustus tahun 1950. Setelah itu, ia dimutasi ke Sunda Ketjil (sekarang Bali dan
sekitarnya) di tahun yang sama. Pada 1 November 1950, R.P. Soedarsono ditunjuk
oleh R.S.Soekanto sebagai Komandan Polairud. Pada bulan Maret 1958, ia pensiun
sebagai Komandan Polairud dengan pangkat Komisaris Besar Polisi dan digantikan
oleh AKBP Soekardjono S.

20 Sekretariat Negara, 30 Tahun Indonesia Merdeka( Setneg:Jakarta,1981) hlm. 99.


21 Wawancara dengan Moekijono Reksoprodjo SP.OG di Jakarta, 21 Januari 2015

18
Semasa hidupnya R.P.Soedarsono menikah dengan Rr.Mariah dan dikaruniai
13 orang anak antara lain : Soedarto R. , Soenarto R. SH, Drs. Soeharto R.,
Prof.Dr.dr.Soelarto R. Sp.OT , Ir.Hermanto R.,Kolonel Mar (purn) Benny Tjardono R.,
dr.H.Moekijono R. SP.OG, dr.Poernomo R., Wahjuni R., Ir.Soetjahjo R., drg.Marjani R.,
Marsda TNI (purn) dr.Mariono R. Sp.OG, Sp.KP, dan Prijono R. 22. . Setelah pensiun, ia
hidup dengan sederhana dan tinggal bersama dengan keluarganya di Jalan Museum 4
Jakarta, rumah yang ia sewa dan ia berhasil mendidik putra-putrinya dengan
kedisiplinan dan kejujuran. R.P.Soedarsono meninggal pada tanggal 14 Januari 1982
di rumah sakit Fatmawati Jakarta karena kanker pita suara yang dideritanya sejak
tahun 1971. Ia dimakamkan di TPU Tanah Kusir dengan upacara militer yang dihadiri
Wakil Presiden ketiga Adam Malik, dan Menko Kesra Surono. Selama ia dirawat, ia
ditangani 6 dokter yang merupakan anak dan menantunya.

R.P.Soedarsono ketika berkunjung


ke Yokohama, Jepang
R.P.Soedarsono dengan rekan-rekan Polair
Sumber : Keluarga R.P.Soedarsono
Sumber : Keluarga R.P.Soedarsono

19
R.P.Soedarsono bersama dengan keluarga
Sumber : Keluarga R.P.Soedarsono

1.3. KORPS AIRUD (1962-1977)


A. Pembentukkan Korps Airud
Setelah adanya UU No. 13 tahun 1961 tentang UU Pokok Kepolisian Negara,
maka struktur organisasi Polri pun berubah sesuai dengan perkembangan era dan
adanya UU yang dimaksud. Oleh karena itu, Dinas Perairan dan Udara berubah
menjadi Korps Airud yang berada dibawah Asisten I Menteri KKN bedasarkan
Peraturan Menteri KKN No.7/Prt/M.K./1961 tanggal 31 Desember 1961 tentang
susunan Departemen Kepolisian (DEPAK) dan Skep Menteri KKN No.Pol.
14/7/62/M.K.K.N tanggal 16 Januari 1962 tentang penunjukan para pejabat utama di
lingkungan DEPAK, termasuk Korps Airud dengan ditunjuknya KBP R.Hartono sebagai
Panglima Korps Airud sesuai dengan Skep yang dimaksud. Pada Maret 1964, Korps
Airud dipimpin oleh AKBP Drs. Widodo Budidarmo.
Struktur organisasi Korps Airud
Sumber : Buku Kenangan Korps Brigade Mobile, 1969

20
Drs. Widodo Budidarmo di dalam ruang kerjanya,1967
Dok.foto: keluarga Drs. Chaeruddin N.

B. Pembentukkan Direktorat Airud


Pada 1965, Korps Airud mengalami perubahan menjadi Direktorat Perairan
dan Udara yang dipimpin oleh seorang Direktur bedasarkan Skep MEN/PANGAK
No.Pol. 11/SK/MK/1964 tanggal 25 Oktober 1964 tentang perubahan struktur
organisasi DEPAK. Direktorat Perairan dan Udara hanya berlangsung selama 1 tahun
seiring dengan perkembangan era dan kembali menjadi Korps Airud sesuai dengan
Skep yang sudah disebutkan diatas. Adapun struktur organisasi Direktorat Perairan
dan Udara :

21
Struktur organisasi Direktorat Airud

DIREKTUR AIRUD

WADIR AIRUD

Inspektur Asisten I Asisten II

Dinas Air Dinas Udara

Bagian Umum Bagian Logistik Bagian Teknik

Pangkalan Polair

C. Pataka Nityacas Samapta


Dengan adanya Korps Airud, maka perlunya ada pataka sebagai identitas dari
sebuah korps. Hal tersebut direalisasikan dengan adanya Skep MEN/PANGAK
No.Pol.95/SK/MK/1965 tanggal 29 September 1965 tentang Pataka Korps Perairan
dan Udara. Adapun pataka yang dimaksud dengan makna dan ukuran dari pataka
tersebut :

Pataka Korps Airud “ Nityacas


Samapta”
Dok.foto: Lorenzo Y.

22
Ukuran :
Kain Pataka : 120 cm x 30 cm
Lambang Tribrata :
Tinggi :16 ½ cm
Lebar :20 cm
Lambang Korps Airud :
Tinggi : 76 ½ cm
Sisi : 50 cm ( setiap sisi )
Makna :
Jangkar tunggal : unsur perairan
Perisai : lambang Polri dengan obor yang menyala ( 17 sinar, bersudut 8,
kepala tinga 4 kaki tiang 5 (17-8- 45)
Sayap kembar emas : unsur udara yang merupakan senjata bantuan dari
unsur perairan
Kata “NITYACAS SAMAPTA”: Selalu siap dan Waspada
Warna biru : bersatunya unsur perairan dan udara
Pataka ini hanya digunakan pada saat acara-acara tertentu seperti peringatan 17
Agustus, 1 Juli, serah terima jabatan pimpinan Koprs Airud, pemakaman jenazah
anggota Korps Airud, dan defile ( apabila ikut serta).

Acara Sertijab Panglima Korps Airud dari Brigjen Pol Drs. Widodo Budidarmo
kepada Brigjen Pol Drs. Chaeruddin Nitikusumah, 1967
Dok.foto: keluarga Chaeruddin N.

23
D. Pembentukkan Pusdik Airud
Dengan adanya perkembangan dan penambahan kapal Polair serta beberapa
pangkalan Polair di Sumatra,Kalimantan,Sulawesi, Maluku, dan Irian Jaya serta
dengan adanya penambahan anggota Polair yang belum memiliki kemampuan teknis
Polair, maka Menpangak mengeluarkan keputusan no.Pol: 69/SK/MK/1961 tanggal 30
Desember 1961 mengenai pembentukan sekolah Polisi Perairan di Pulau Pondok
Dayung, Jakarta yang berada di dalam Korps Airud.
Pada tahun 1965, sebutan Sekolah Polisi Perairan dirubah menjadi Deplat 000
Airud bedasarkan SK Menpangak No.Pol: 02/SK/MK/1965 tanggal 7 April 1965
dibawah pimpinan Komisaris Polisi I Soedarsono. Kemudian, istilah tersebut berubah
menjadi Pusat Pendidikan Polisi Peraian dan Udara (Pusdik Airud) pada tahun 1966
dengan adanya SK Menpangak No.Pol: 25/SK/MK/1966 dan dibawah langsung oleh
Korps Airud. 13Pada tahun 1977, Pusdik Airud berada dibawah Kobangdiklat melalui
Pussen Polair dengan adanya reorganisasi Polri pada tahun yang sama bedasarkan
SK Danjen Kobangdiklat Polri No.Pol: Skep/486/VII/1978 dan dikukuhkan dengan SK
Kapolri No.Pol: Skep/03/III/1984 tanggal 1 Maret 1984 dan bertugas sebagai
penyelenggara pendidikan kejuruan Polair. 1
Pada reorganisasi Polri tahun 1984, Pusdik Polairud menjadi salah satu unsur
pelaksana Direktorat Pendidikan Polri Pusdik Polairud berkembang menjadi
penyelenggara pendidikan kejuruan fungsi terknis Polairud yang berada dibawah
Lemdiklat Polri berdasarkan SK Kapolri No.Pol: Skep/11/XII/1993, selanjutnya fungsi
Pusdik Polairudberubah menjadi Pusdik Polair

Lambang Pusdik Polairud


Sumber: Pusdik Polair

1 Dispen Polri, Almanak Kepolisian Republik Indonesia 1982-1983 (Jakarta:PT Dutarindo Adv,1982),hlm. 381.

24
Pusdik Polair pada 1971 di
Tanjung Priok,l Jakarta
Sumber: Pusdik Polair

E. Polairud dalam Operasi Militer


1. Operasi Penumpasan DI/TII14
Pemberontakan DI/TII berawal ketika S.M.Kartosoewirjo
memproklamirkan Negara Islam Indonesia (NII) pada 7 Agustus 1949 di
Tasikmalaya.Kemudian, proklamasi tersebut disusul dengan menghalangi
pasukan Siliwangi yang kembali ke Jawa Barat setelah hijrah ke Jawa Timur dan
berusaha untuk mempengaruhi mereka agar mereka menjadi bagian dari Darul
Islam/Tentara Islam Indonesia (DI/TII).2 Pengaruh DI/TII cepat meluas hingga
keluar pulau Jawa seperti, Aceh yang dipimpin oleh Teuku Daud Beureueh,
Kalimantan Selatan yang dipimpin oleh Ibnu Hadjar, Sulawesi Selatan, yang
dipimpin oleh Kahar Muzakar, Jawa Tengah yang dipimpin oleh Amir Fatah, dan
Jawa Barat yang merupakan basis kekuataan DI/TII yang dipimpin oleh
S.M.Kartosoewirjo.15
DKN telah berupaya untuk melakukan penumpasan dengan mengirimkan
1 kompi Mobrig yang dipimpin oleh PIP Dikin Kartowijono yang bergabung
dengan Sektor Wehrkheise Komando Sektor (SWKS) dengan sasaran operasi di
Tegal, Brebes, Kuningan, dan Cilacap.Sementara itu, gerakan DI/TII semakin
meluas di luar pulau Jawa hingga 8 kompi Mobrig dari DKN maupun Jawa Timur

2 Sekretariat Negara, 30 Tahun Indonesia Merdeka,(Jakarta,1977),hlm.233.


3 Memet Tanumidjaja, Sedjarah Perkembangan Angkatan Kepolisian,(Jakarta:Pusjarah ABRI,1995),hlm.101..

25
diterjunkan ke luar Jawa untuk menumpas DI/TII.Namun, dalam operasi
penumpasan DI/TI I Polairud turut serta dalam operasi yang dimaksud sebagai
alat transportasi. Adapun kapal Polair yang terlibat dalam operasi antara lain :
a) Kapal DKN 102 dan DKN 103 yang beroperasi pada 30 s/d 31 Oktober
1957 di Bulpinang, Tangketos, Wawo, Pulau Rangke, dan sekitarnya
sebagai sarana transportasi Mobrig dalam penumpasan DI/TII Kahar
Muzakar;
b) Kapal DKN 103 yang beropreasi di Malili, Sulsel pada tanggal 10 Januari
1959 dalam penumpasan DI/TII yang membumihanguskan kota Malili. 3
Pemberontakan berakhir dengan tertangkapnya Kartosoewirjo pada tanggal
4 Juni 1962 di Gunung Geber, Jawa Barat.
2. Operasi Trikora 16
Meskipun Indonesia telah diakui kedaulatannya oleh Belanda bedasarkan
hasil dari KMB, masih terdapat masalah yang cukup penting yang belum
terpecahkan, masalah Irian Barat yang masih dikuasasi oleh Belanda.Pada tahun
1957, pemerintah Indonesia menempuh jalur konfrontasi dengan dibentuknya
Front Nasional Pembebasan Irian Barat yang mengakibatkan seluruh perusahaan
dan asset Belanda yang berada di Indonesia diambilalih oleh pihak Indonesia.
Pada tanggal 19 Desember 1961, RI memutuskan hubungan diplomatik
dengan pemerintah Belanda yang berujung pada gagasan Tri Komando Rakyat
oleh Soekarno pada tanggal 19 Desember 1960. Adapun isi dari Trikora tersebut
:
TRI KOMANDO RAKYAT
Kami, Presiden/Panglima tertinggi Angkatan Perang Republik Indonesia,
dalam rangka politik konfrontasi dengan pihak Belanda untuk membebaskan Irian
Barat telah memberikan instruksi kepada Angkatan Bersenjata untuk pada setiap
waktu yang kami akan tetapkan menjalankan tugas kewajiban membebaskan
Irian Barat Tanah Air Indonesia dari belenggu kolonialisme Belanda.
Dan kini, oleh karena Belanda masih tetap mau melanjutkan
kolonialisme di tanah air kita Irian Barat, dengan memecah belah Bangsa dan

4 Yayasan Badan Kontak Keluarga Besar Perintis Irian Barat, Caturwindu Kemenangan Perjuangan
Trikora,(Jakarta,1995),hlm.50.

26
Tanah Air Indonesia, maka kami perintahkan kepada Rakyat Indonesia, juga
yang berada di daerah Irian Barat, untuk melaksanakan Tri Komando sebagai
berikut :
a) Gagalkan pembentukan negara boneka Papua buatan Belanda Kolonial
b) Kibarkanlah Sang Merah Putih di Irian Barat Tanah Air Indonesia
c) Bersiaplah untuk mobilisasi umum mempertahankan kemerdekaan dan
kesatuan Tanah Air dan Bangsa.
Semoga Tuhan Yang Maha Esa memberkati perjuangan Kemerdekaan Indonesia.
Yogyakarta, 19 Desember 1960
Presiden/Panglima Tertinggi Angkatan Perang Republik Indonesia/Pemimpin
Besar Revolusi Indonesia/ Panglima Besar Komando Tertinggi Pembebasan Irian
Barat

SOEKARNO 4

Setelah itu, pemerintah membentuk Komando Mandala Pembebasan


Irian Barat yang dimpinpin oleh Mayjen TNI Soeharto sebagai Panglima
Mandala.Pihak DKN secara langsung siap dan mendukung operasi Trikora
dengan adanya beberapa perwira Polri ditempatkan dalam Komando Mandala
beserta para anggota Mobrig (sekarang Brimob).17
Berdasarkan SK Menpangak No. Pol. 64/SK/MK/1961 tanggal 16
Desember 1961, dibentuklah Resimen Tim Pertempuran I (RTP I ) yang terdiri
dari pasukan gabungan Brimob seluruh Indonesia yang beranggotakan 2400
orang yang dimpinpin oleh Komisaris Polisi I. R.Soetrasno.10Sementara itu,
Kombes Pol Hartono sebagai Komandan Polairud membentuk Komando Gugus
Tugas-090 (KGT-090) yang dipimpin oleh Iptu A.A.Hutagaul, adapun kapal-kapal
yang terlibat dalam KGT-090 :
a) DKN-901 dipimpin oleh Iptu A.A.Hutagaul;

5 Disjarahpol, Berkibarnya Sang Merah Putih di Rumbati Irian Jaya,(Jakarta,1981),hlm.7.


6 Ibid ; wawancara dengan Saydo pada 4 Juli 2015 di Jakarta
7 Ibid.

27
b) DKN-902 dipimpin oleh Iptu Soekirno;
c) DKN-903 dipimpin oleh Ipda Piay;
d) DKN-905 dipimpin oleh Ipda M.Rantung.5
Setiap kapal terdapat 20 awak kapal dengan dilengkapi 2 mesin tipe
seaskiff dengan kecepatan 19 knot. Pemberangkatan pertama pada Februari
1962 dengan RTP I. Namun, mengingat keterbatasan logistik, Panglima
Angkatan Laut Mandala (ALLA) mengeluarkan kebijakan agar KGT-090
diperbantukan kepada ALLA. 6
Pada tanggal 15 Agustus 1962, Perjanjian New York ditandatangani oleh
Pemerintah Belanda dan Pemerintah RI yang mengakibatkan wilayah Irian Barat
diserahkan kepada United Nation Temporary Executive Administration
(UNTEA).Pada tanggal 1 Mei 1963, pihak UNTEA menyerahkan Irian Barat
kepada Pemerintah RI dengan upacara penyerahan yang diselenggarakan oleh
Kepala Kepolisian Karesidenan Kota Baru/Sukarnapura.7

Pelepasan pasukan Brimob oleh Soekarno Djojonegoro dalam


rangka Operasi Trikora pada 8 Maret 1962
Sumber :Kaleidoskop Kepolisian Negara RI,1993

28
3. Operasi Dwikora18
Pada tahun 1957, Malaysia mendapat kemerdekaan dari Pemerintah
Inggris. Kemerdekaan tersebut berlanjut menjadi sebuah wacana pembentukkan
Federasi Malaysia setelah Sabah, Sarawak, dan Singapura merdeka dari
pemerintah kolonial Inggris. Pada tahun 1963, Presiden Soekarno dan Tengku
Abdul Rachman mengadakan pertemuan di Tokyo dan berlanjut di Manila
dengan hasil PBB melakukan penyelidikan untuk mengetahui pendapat
masyarakat Sabah dan Sarawak.Dan hasilnya, mereka menyetujui pembentukan
Federasi Malaysia dan Negara Federasi Malaysia diproklamirkan pada tanggal
17 September 1963.Kemudian, proklamasi tersebut berujung pada pemutusan
hubungan diplomatic Indonesia dengan Malaysia.
Setelah itu, Soekarno mencanangkan sebuah gagasan untuk merebut
Sabah dan Sarawak dari Malaysia, Dwi Komando Rakyat ( Dwikora) pada
tanggal 3 Mei 1964. Adapun isi dari Dwikora :
“Perhebat ketahanan revolusi dan bantu perjuangan revolusioner rakyat-
rakyat Malaya,Singapura,Sabah,Sarawak, dan Brunei untuk mengagalkan
Negara Boneka Malaysia”8
Kemudian, DKN mengeluarkan SK Menpangak No. Pol. 11/Sk/Mk/1964
tanggal 21 Oktober 1964 untuk membentuk Satgas yang tergabung dalam
Brigade Mandau V yang terdiri dari Batalyon-batalyon Brimob Jateng, Jabar,
Sumatera Selatan, Maluku, dan Resimen Pelopor dan dimpinpin oleh AKBP
Daryono Warsito.9
Sementara itu, Polair kembali berperan sebagai satgas pendukung
pergeseran pasukan dalam operasiDwikora sebagai salah satu sarana
transportasi. Adapun beberapa kapal Polair yang terlibat dalam operasi :
a) DKN 507 dipimpin oleh AKP W.Y.S. Soedjarwo;
b) DKN 907 dipimpin oleh AKP Soemardi ;
c) DKN 908-916. 10
Tugas utama dari kapal-kapal yang dimaksud adalah menggeser pasukan
Brimob dari Jakarta menuju Pulau Natuna dan perairan perbatasan-perbatasan

8 Nurinwa KI S.H. DKK ,POLRI Mengisi Republik,(Jakarta:PTIK,2010),hlm.159.

29
laut.19Setelah itu, terjadi beberapa kali penyusupan di wilayah perbatasan
Indonesia Malaysia di Sabah dan Sarawakyang menewaskan 5 anggota Satgas
Alang-alang yang dipimpin oleh Hudaya Sumarya, Operasi ini berakhir pada
tahun 1966.
4. Operasi Seroja
Pada tanggal 30 November 1975, Deklarasi Balibo dikeluarkan yang
menyatakan bahwa bekas jajahan Portugal di Timor berintegrasi dengan
Republik Indonesia.Indonesia yang merupakan negara yang terdekat dengan
Timor Portugis ikut serta dalam konflik tersebut dengan alasan anti
kolonialisme.Pada 7 Desember 1975, Indonesia melalui Komando Tugas Amfibi
yang dipimpin oleh Letkol Laut Gatot Suwardi mulai memasuki wilayah Timor
Portugis dan disusul oleh Batalyon-403/Raiders Kostrad pada 6 Desember 1975.
Kemudian, TNI AU membentuk formasi 9 pesawat Hercules di Kota Dili pada 7
Desember 1975 dengan menerjunkan beberapa pasukan lintas udara. 11
Polair yang merupakan bagian dari operasi Seroja yang langsung
dibawah Kodahankam yang dipimpin oleh Dading Kalbuadi mulai berlayar dari
Jakarta pada tanggal 19 Januari 1976 dengan Kapal Polisi 506 yang dipimpin
oleh Kapten Polisi Soetedjo. Mereka ditugaskan untuk mengamankan pesisir
pantai Timor pada malam hari dan memberikan bantuan tembakan kapal (BTK)
apabila diperlukan.Serta menjadi sarana transportasi baik logistik maupun
sebagai angkutan pasukan. Adapun beberapa kapal Polair yang pernah bertugas
dalam operasi Seroja:20
a) Kapal Polisi 506 ( dipimpin oleh Kapten Pol Soetedjo);
b) Kapal Polisi 512 ( dipimpin oleh Kapten Pol Rasidi Parto);
c) Kapal Polisi 510 ( dipimpin oleh Kapten Pol Soetedjo). 12
Selain itu, peranan Polair sangat penting dalam memberdayakan para
pemuda Timor dengan mengantarkan mereka ke Kupang dalam pertandingan
bola persahabatan antar pemuda Kupang dengan pemuda Timor.Selain itu,

9 Ibid.
10 Disjarahpol,Op.Cit,hlm.18
11 Hendro Subroto, Saksi Mata Perjuangan Integrasi Timor-timur (Jakarta:Sianr Harapan,1996),hlm.
12 Wawancara dengan I.P.Silalahi di Jakarta, 10 Maret 2015
13 Wawancara dengan Anton Tifaona di Jakarta 9 Maret 2015

30
mereka juga ditugaskan sebagai sarana transportasi laut dari Timor ke Jakarta
dalam rangka PON tahun1977 di Jakarta untuk mengangkut penonton maupun
atlet peserta PON.13
5. Operasi Jaring Merah
Operasi jarring Merah digelar di Aceh pada tahun 1990 -1998 untuk
menanggulangi upaya pemberontakan yang dilakukan Gerakan separatis Aceh
Merdeka (GAM) dan Aceh dinyatakan sebagai “Daerah Operasi Militer” (DOM).
Dalam operasi ini Polri sebagai pendukung menugaskan 2 Helikopter Poludara
tipe BO 105 yang diawaki secara bergantian dan dirotasi setiap 2 – 3 bulan
dengan didukung Cessna 402.
Tugas helikopter ini untuk memback up pasukan TNI dan Polri di
lapangan dengan melakukan dorlog, evakuasi, deteksi, supervisi maupun
transportasi udara lainnya.Bersamaan dengan pengamanan Pemilu 9 Juni 1992
Helikopter Poludara yang di BKO kan di Korem 011 Lilawangsa / Aceh Utara
tengah membawa Danrem Kol. Syarwan Hamid ( terkahir Mendagri) dan Kasi
Ops Korem Letkol Agustadi ( terkahir KSAD) terjadi insiden One engine fail
sehingga harus terbang dengan satu mesin selama 55 menit didaerah “merah”
antara Lhokseumawe – Pidie dan akhir dapat mendarat dengan selamat di
Bandara Malikul Saleh Lhokseumawe. Saat itu helikopter diawaki oleh Lettu Pol
Hamid Makmur dan Lettu Pol Anang Syarif Hidayat.
F. Operasi Flotina Tribrata
Pada tahun 1963, Polairud mendapat tugas untuk menyeberangkan 10 kapal
patroli tipe 500 dari Jepang ke Indonesia.Kapal-kapal tersebut merupakan pampasan
perang dan sudah berusiatua.Oleh karena itu, kapal-kapal tersebut harus
diseberangkan langsung tanpa diangkut oleh kapal laut.23Komandan gugus tugas
operasi adalah AKBP Drs. Widodo Budidarmo dan dibantuoleh beberapa anggota
lainnya, yaitu : Komisaris Polisi Hari Hardjatno, Iptu Roestam Effendi, Iptu
A.A.Hutagaol, Iptu Ismail Djaja, Iptu Nirwan Lubis, Ipda Rantung, Ipda Benyamin Wua,
Iptu Wys Soedjarwo, Iptu Eddie Piayi.`14
Pada awal pelayaran, direncanakan dengan rute Selat Jepang, Laut Cina
Selatan, Pulau Luzon,Filipina dan Jakarta. Namun, angin taifun menyerang wilayah
Laut Cina Selatan dan tim harus singgah di Kagoshima selama 2 malam untuk

31
menunggu taifun. Setelah itu, angin taifun kembali muncul ketika mereka di wilayah
perairan Manila sehingga, mereka singgah di Teluk Manila selama 2 malam untuk
berlindung dan mengisi bahan bakar. 15
Akhirnya, kapal-kapal tersebut berhasil tiba di Jakarta dengan
selamat.Kemudian, kapal-kapal tersebut digunakan sebagai sarana operasi baik
keamanan dalam mencegah penyelundupan maupun operasi militer seperti Trikora
dan Dwikora.21
G. Perkembangan Korps Airud
Perkembangan lanjut Korps Airud pasca 1965 dapat dikatakan cukup pesat
dengan adnaya Pusdik Airud dan pangkalan Polair yang baru. Selain itu,
perkembangan Korps Airud semakin meluas dengan adanya Komando antar Daerah
Kepolisian (Korandak) yang merupakan koordiantor para Komdak ( sekarang Polda)
yang langsung dibawah Men/Pangak (sekarang Kapolri) antara lain:
1. Korandak I ( Sumatra, berkedudukan di Medan) yang dipimpin oleh Irjen Pol
Drs.R.Moehardi Danoewilogo ;
2. Korandak II ( Kalimantan, berkedudukan di Banjarmasin) yang dipimpin oleh
Irjen Pol Drs.Soekahar;
3. Korandak III ( Indonesia Timur, berkedudukan di Makasar) yang dipimpin oleh
Irjen Pol Drs.Achmad Seogiri Soedibya. 16
Sementara itu, Korps Airud pun mengikuti perubahan-perubahan organisasi
setelah adanya Korandak di Indonesia dengan dibentuknya Koronair-koronair yang
membawahi beberapa koronair dibawah Pangkorandak dan untuk teknis tetap dibawah
Korps Airud dan perubahan struktur organisai Korps Airud ditingkat pusat. Perubahan
tersebut bedasarkan SK Men/Pangak No.88/SK/MK/1966 tahun 1966. Berikut
beberapa Koronair (Komando Rayon Perairan) yang telah dibentuk :
1. Koronair I ( Sumatra, berkedudukan di Belawan, Sumut) dipimpin oleh AKP Hari
Hardjatno;
2. Koronair II ( Kalimantan, berkedudukan di Banjarmasin) dipimpin oleh Mayor Pol
Benny Wulur;

14 Wawancara dengan.Widodo Budidarmo di Jakarta, 17 Maret 2015; Imran Hasibuan dkk, Semua karena Kuasa &
Kasihnya (Praja Bhakti Nusantara:Jakarta,2004),hlm.50.
15 Wawancara dengan Roestam Effendi di Jakarta, 28 November 2014

32
3. Koronair III ( Indonesia Timur, berkedudukan di Makassar) dipimpin oleh Mayor
Pol Drs.Sedia Oetomo; 22
4. Koronair IV ( Jawa, Bali dan Nusa Tenggara, berkedudukan di Jakarta) dipimpin
oleh Mayor Pol MT.Purba. 17
Sementara itu, koronair-koronair memiliki Komando Stasiun Perairan
yang tersebar di beberapa wilayah antara lain :
1. Koronair I ( Tanjung Batu, Tanjung Balai Karimun, Bagansiapi-api, dan Tanjung
Pinang );
2. Koronair II ( Pontianak, Sampit, Banjarmasin, Balikpapan, dan Tarakan );
3. Koronair III ( tidak ada) ;
4. Koronair IV ( Jakarta, Cirebon, Semarang, Surabaya, dan Bali ). 18

Irjen Pol Drs. R.Moerhadi Danoewilogo


Sumber: Biodata Pimpinan Polri 1945-1990 ,1989 Irjen Pol Drs. Soekahar
Sumber: Biodata Pimpinan Polri 1945-1990 Irjen Pol Drs. Achmad Soegiri Soedibya
,1989 Sumber: Biodata Pimpinan Polri 1945-1990 ,1989

Mayor Pol Drs. Sedia Oetomo AKP Hari Hardjatno Mayor Pol Mt. Purba
Sumber: Biodata Pimpinan Polri 1945-1990 ,1989 Dok.foto: kel. Hari Harjatno Dok.foto: Pusdik Polair

16 Subditjarah Ditpers Polri, Biodata Pmpinan Polri 1945-1990 ( Jakarta,1989) hlm. 100.
17 Sat Polairud Dit Samapta Polda Jatim, Op.Cit. ; Wawancara dengan Sedia Oetomo dan Anton Tifaona di Jakarta,
9 Maret 2015
18 Wawancara dengan. Sedia Oetomo dan Anton Tifaona di Jakarta, 9 Maret 2015

33
Disamping itu, Korps Airud sempat membuat sebuah brevet dengan adanya
Skep Pangak No.Pol : 79/SK/PANGAK/69 tanggal 17 Juni 1969 yang dinamakan tanda
kemampuan penerbang AKRI dengan 3 macam kualifikasi antara lain :
1. Wing Utama ( bagi para penerbang yang telah memiliki Wing Madya dan
memiliki 3000 jam terbang)..
2. Wing Madya ( bagi para penerbang yang memiliki Commercial Pilot License dan
telah memiliki 1000 jam terbang );
3. Wing Remaja ( bagi para penerbang yang memiliki Private Pilot License);

Wing Utama
Sumber: Arsip Dit Poludara Baharkam Polri

Wing Madya
Sumber: Arsip Dit Poludara Baharkam Polri

Wing Remaja
Sumber: Arsip Dit Poludara Baharkam Polri

Pada 1971, Kapolri membentuk sebuah Komando yang dinamakan Komando


Samapta (Komapta) yang membawahi :
1. Korps Brimob ;
2. Korps Airud ;

34
3. Polisi Lalu Lintas ( Polantas);
4. Sabhara;
5. Pembinaan Masyarakat ( Binmas).
Pembentukan tersebut bedasarkan SK Kapolri No.Pol: 015/SK/Kapolri/1971
dengan tugas sebagai koordinator beberapa kesatuan di Polri yang dipimpin oleh
Brigjen Pol Drs. Koeswadi sebagai Danjen Komapta Pertama.7 Pada 1972,
dibentuklah sebuah badan koordinator yang membawahi masalah kelautan di
Indonesia yang disebut sebagai Badan Koordiansi Keamanan Laut ( Bakorkamla).
Bakorkamla dibentuk dengan tujuan untuk meningkatkan koordinasi dalam
penegakan hukum di laut Indonesia. Adapun susunan Bakorkamla yang melibatkan
beberapa departemen :
Ketua : Menhankam/ Pangab23
Anggota : Menteri Perhubungan
Menteri Keuangan
Menteri Kehakiman
Jaksa Agung
Kepala Staf Angkatan Laut
Kapolri
Sekretaris : Ketua G-2/ Operasi Hankam 8

1.4. AIRUD DALAM LIKUIDASI (1978-1999)


A. Likudiasi 1977
Setelah operasi Seroja terlaksana, terjadilah reorganisasi Polri bedasarkan SK
Menhankam No.15/1976 pada 1976.SK tersebut berdampak pada organisasi Korps
Airud sehingga, Korps Airud dilikuidasi pada tahun 1977 bedasarkan Skep Kapolri
No.Skep/53/VII/1977, No.Skep/54/VII/1977, dan No.Skep/55/VII/1977. Adapun hasil
dari likuidasi Korps Airud :
1. Satuan Utama Polisi Perairan (Sattama Polair) yang dipimpin oleh Kolonel Pol
Hamdan Mansyur; 24

8 SK bersama Menhankam/Pangab No. KEP/B/45/XII/1972 tentang Pembentukan Badan Koordinasi Keamanan di


Laut dan Komando Pelaksana Operasi Bersama Keamanan di Laut.

35
2. Satuan Utama Udara (Sattama Poludara) yang dipimpin oleh Kolonel Pol Tono
Amboro; 1
3. Pusat senjata (Pussen) yang merupakan pusat pendidikan Polairud yang berada
dibawah Kobangdiklat Polri dipimpin oleh Kolonel Pol Hari Hardjatno;
4. Satuan Polairud Daerah Angkatan Kepolisian ( Sat Polairud Dak) yang berada
dibahwa Kodak ( sekarang Polda) baik secara administratif maupun operasional.
2

Lambang Komapta Polri Brigjen Pol Drs. Koeswadi


Sumber: Almanak Polri 1983. Sumber: Biodata Pimpinan Polri
1945-1990 ,1989

Pelantikan Kolonel Pol Tono Amboro sebagai


Dansattama Udara,1977
Dok.foto: Tono Amboro

1 Sattama Polair dan Sattama Poludara berada dibawah Komapta Polri.


2 Sat Polairud Dit Samapta Polda Jatim, Buku Kenangan Ulang Tahun 40 Polisi Perairan dan Udara (
Surabaya,1990), hlm. 40.; Wawancara dengan Irjen Pol (purn) Hamdan Mansyur di Jakarta, 27 November 2014.
3 Sat Polairud Dit Samapta Polda Jatim, Op.Cit.

36
B. Pembentukkan Direktorat Samapta
Pada tahun 1985, Sattama Polair dan Sattama Udara kembali mengalami
perubahan berdasarkan Skep Kapolri No.Pol: Kep/07/VII/1985 dan Kep/09/X/1984.
Perubahan tersebut membuat Sattama dirubah menjadi Sub Direktorat Polair dan Sub
Direktorat Udara yang dibawah langsung oleh Dit Samapta Polri, sebagai Dir Samapta
Polri pertama adalah Mayjen Pol Drs. Azhar Kasim. Sementara itu, Sat Polairud Dak
juga berubah menjadi Sat Polair yang berada dibawah Dit Samapta Polda masing-
masing.3Di berbagai daerah Satpolair Polda sudah melaksanakan operasional
kepolisian di wilayah hukumnya masing-masing dengan kapal organik Polda atau
bantuan dari Subdit Polair yang di BKO kepada Satgas Kamla dan membagi
Operasional kepolisian menjadi 2 yaitu: Operasional rutin dan Operasional khusus.
Adapun sturktur organisasi Subdit Polair dan Poludara :

Mayjen Pol Drs. Azhar Kasim


Sumber: Biodata Pimpinan Polri 1945-1990 ,1989

Sertijab Kasubdit Polair, 1991


Sumber: Biodata Pimpinan Polri 1945-1990 ,1989

37
Struktur organisasi Subdit Poludara Dit Samapta Polri
Sumber: Penyempurnaan pokok-pokok STOK Polri, 1993

Kasubdit Polair
Wakasubdit Polair

KATAUD

Kabag Bin Ops Kabag Pers Kabag Log

Satrolnus Satrolpansu Sathar Satkomlek

Struktur organisasi Subdit Polair Dit Samapta Polri


Sumber: Penyempurnaan pokok-pokok STOK Polri, 1993

38
C. Polairud dalam Operasi Kepolisian

1. Operasi Aman Malindo


Pada tahun 1979, Polri mengadakan kerjasama dengan Polis Diraja
Malaysia (PDRM) dalam rangka pemberantasan penyelundupan, imigran gelap,
narkoba, dan uang palsu. Awalnya, Polri sempat menawarkan kerjasama ini
dengan Singapore Police Force (SPF), namun mereka belum tertarik dengan
kerjasama yang dimaksud. Sebelum adanya kerjasama ini, Polri hanya
bekerjasama dengan kapolisian negara lain melalui NCB Interpol berupa tukar-
menukar informasi. 1
Setelah beberapa kali pertemuan, akhirnya pada Desember 1979
disepakati untuk mengadakan latihan bersama yang disebut “Latma Aman
Malindo I” di Johor Malaysia pada tahun 1981. Dalam pertemuan tersebut dihadiri
oleh :
Delegasi PDRM 25
a) Datuk Abdoelrachman ( Kelapa C.I.D PDRM)
b) Beberapa staf dari PDRM
Delegasi Polri
a) Brigjen Pol Benny Moerdoko (Waassops Kapolri);
b) Kolonel Pol Hamdan Mansyur (Kasubdit Polair);
c) Kolonel Pol Drs. Anton Tifaona (Paban VI Luar Negeri Kapolri);
d) Kolonel Pol Humala Tua Manalu (Paban Lat);
e) Atase pertahanan Indonesia untuk Malaysia. 2
Beberapa hal disepakati antara lain :
a) Perlu adanya latihan bersama untuk menyatukan persepsi;
b) Polri dan PDRM membentuk Liaison Officer (LO) di Penang,
Kuching, Medan, Pontianak, dan Pekanbaru 3
Kemudian, kerjasam ini terus berlangsung dengan adanya pertemuan di Penang pada
1998 yang dihadiri oleh Asops Kapolri, Irjen Pol Drs.S.Bimantoro dan berlanjut p

1 Wawancara dengan Anton Tifaona di Jakarta 9 Maret 2015


2 Anton E.Tifaona, Jejak Karir & Pengabdian bagi Tuhan dan tanah Air, (Jakarta:Padma,2009) hlm. 175-
176.
3 Ibid.

39
2. Operasi Sri Gunting dan Operasi Nila
Pada tahun 1980-1989, terjadi penyelundupan besar-besaran di perairan
perbatasan Indonesia dan Singapura maupun Indonesia dan Malaysia antara
lain: komoditi alat elektronik, makanan, kayu, dan lain-lain. sementara di daerah
Aceh marak budidaya tanaman ganja di ladang-ladang tersembunyi di hutan.
Oleh karena itu, perlu adanya sebuah operasi pemberantasan penyelundupan di
perairan perbatasan dan pemusnahan ganja di wilayah aceh dan sekitarnya
mengingat wilayah tersebut merupakan ladang ganja. Pada Juni 1989, Brigjen
Pol dr.Hadiman sebagai Dir Samapta Polri melaksanakan operasi Sri Gunting
untuk memberantas penyeludupan dan melaksanakan pengamanan di selat
Singapura dan perairan Riau. Kapal Polair dan helikopter Poludara dikerahkan
untuk melakukan pemberantasan secara besar-besaran. 4
Hasil dari operasi tersebut banyak penyelundupan yang berhasil
digagalkan meskipun adanya protes dari pihak lain, namun setelah Dir Samapta
memberikan paparan di depan Presiden Soeharto,akhirnya operasi tersebut
direstui.
Adapun beberapa kapal Polair dan Poludara yang terlibat dalam operasi ini :
a) Kapal Polisi 506;
b) Kapal Polisi 617;
c) Kapal Polisi 618 ;
d) Kapal Polisi 620;
e) Helikopter tipe Bell 206;
f) Helikopter tipe BO 105 ;5
g) Beechraft SH-18;
h) Cessna 402;
i) Piper Cheyenne PA-21
Sementara itu, operasi Nila yang dilaksanakan pada Maret 1989-1991
dengan tujuan pencegahan, perdagangan dan pemusnahan ganja di Aceh,
Hasilnya mereka dapat memusnahkan lebih dari 1 ton ganja yang berasal dari
dataran tinggi Aceh.6

40
Brigjen Pol dr.Hadiman
Sumber: Biodata Pimpinan Polri 1945-
1990 ,1989

Operasi Nila di Aceh, 1989


Sumber: Ditsamapta Polri,1990

Operasi Sri Gunting di Riau,


1988
Sumber: Ditsamapta Polri,1990

41
3. Operasi Gurita
Pada tahun 1998, terdapat banyak kapal asing yang melakukan illegal
fishing di wilayah perairan Indonesia.Namun, kapal-kapal tersebut
menggunakan bendera Indonesia ketika mereka memasuki wilayah perairan
Indonesia agar mereka tidak tertangkap oleh pihak berwajib. Oleh karena itu,
Subdit Polair menggelar operasi yang disebut sebagai operasi Gurita. Gurita
berarti sejenis binatang yang memiliki banyak tentakel sehingga mampu
menangkap apa yang ia inginkan. Operasi tersebut berlangsung pada 21
Maret 1998 s/d 19 April 1998 di wilayah Laut Jawa dan berhasil menangkap
17 kapal illegal yang berasal dari Thailand. Adapun beberapa kapal Polair
yang mengikuti operasi yang dimaksud :
a) KP Sadewa-506 ;
b) KP Antasena-509 ;
c) KP Nuri- 611;
d) KP Rajawali-623.
operasi Gurita ini dinilai berhasil dalam menekan Illegal Fishing. sehingga
operasi Gurita dilanjut beberapa seri/periode sebagai berikut :
a) Gurita II ( 9 Agustus 1998 s/d 9 September 1998)
b) Gurita III ( 7 Mei 1999 s/d 26 Mei 1999)
c) Gurita IV ( 10 Oktober 2003 s/d 23 November 2003)
d) Gurita V ( 25 Mei 2004 s/d 13 Juli 2004)
e) Gurita I - III dengan Bakorkamla ( 18 Januari 2007-30 Oktober 2007) (
masukkan ke kerja sama )
f) Gurita V-VI dengan Bakorkamla ( 17 Juli 2008-1 Desember 2008)
g) Gurita VII-X dengan Bakorkamla ( 16 April 2009-30 November 2009)
h) Gurita XI-XV dengan Bakorkamla (1 Maret 2010-13 November 2010)
i) Gurita XVI-XVII dengan Bakorkamla (4 Februari 2011-5 Mei 2011)
j) Gurtia XXI-XXVII dengan Bakorkamla (20 Januari 2012-27 November
2012)
k) Gurita XXVIII, XXXI-XXXVI dengan Bakorkamla (28 Januari 2013-22
November 2013)

42
4. Operasi Hanoin Lorosae
Berawal dari pertemuan Tripartit antar RI – Portugal dan PBB tanggal 9
Mei 1999 yang menyepakati dilaksanakannya Jajak Pendapat (Referendum)
di Timor Timur, maka digelar Operasi Hanoin Lorosae pada pertengahan
tahun 1999 sd 2000. Operasi ini bertujuan untuk mengamankan jajak
pendapat dengan opsi pemberian Otonomi Luas bagi Timtim atau terpisah
dari NKRI. Namun dari hasil Jajak Pendapat yang dilaksanakan tangggal 30
Agustus 1999 sebagian besar masyarakat Timtim memilih berpisah dengan
NKRI dan menyatakan Merdeka.
Dalam mendukung operasi ini Polri menugaskan 2 helikopter BO 105
untuk mem back up Polda Timtim dan Satuan Brimob yang bertugas guna
kepetingan pengiriman logistik, evakuasi, supervisi, deteksi dan kegiatan lain
yang memperlukan kecepatan untuk mencapai sasaran. Setelah kelompok
Pro Kemerdekaan diyakini akan menjadi pemenang, maka terjadi eksodus
masyarakat Timtim ke NTT yang sangat luar biasa dan situasi saat itu tidak
terkendali penjarahan, perusakan, pembakaran terjadi diberbagai tempat di
kota Dilli. Dalam situasi seperti itu helikopter Poludara yang diawaki Kapten
Pol. S. Purnomo berhasil mengevakusi Uskup Mgr. Carlos Filipe Ximenes
Belo dari gejolak massa ke lapangan tennis Polda Timtim.
Penugasan helikopter Poludara sampai semua masyarakat yang Pro
NKRI terevakuasi ke NTT dan Operasi Hanoin Lorosae dinyatakan berakhir.

D. Mars Airud
Kemudian, bersama dengan adanya motto “ Arnavat Dharma Mahe” demikian
juga secara langsung, disosialisasikan lagu “Mars Airud” yang sudah dirintis di Manado
oleh seorang musisi yang bernama E.A.Pulohadang dan dinyanyikan oleh para
anggota Polair di Manado.Setelah itu, mars tersebut juga sempat dibuat oleh Iptu
Yulius Bambang ( sekarang Kombes Pol) pada 1995 ketika dalam suasana hujan.
Namun, mars tersebut yang sudah dirintis di Manado diajukan ke Subdit Polair Dit
Samapta Polri dan hasilnya, mars tersebut disempurnakan di Jakarta dan
disosialisasikan kepada anggota Polair seluruh Indonesia.

43
Lettu Pol Yulius Bambang
Sumber: dok. Yulius Bambang

44
E. Brevet Bhayangkara Bahari
Seiring dengan adanya reformasi Polri, Polair mulai melakukan pembenahan
diri dalam pelaksanaan reformasi Polri.Oleh karena itu, Kasubdit Polair , Kolonel
Pol.Drs. Sadarum SH beserta jajarannya mulai melakukan beberapa terobosan baru
salah satunya pembuatan sebuah brevet yang khusus bagi anggota Polair yaitu, Brevet
Komando dan Bhayangkara Bahari”. Adapun beberapa faktor pembuatan brevet yang
dimaksud:26
1. Polair merupakan satu-satunya Satker yang melaksanakan penegakan hukum
di laut ;
2. Perlunya ada sebuah pertanggung jawaban atas tugasnya;
3. Perlunya ada penanaman jiwa bahari dalam anggota Polri;
4. Belum adanya brevet Polair yang secara spesifik.7
Adapun beberapa kriteria bagi penerima brevet yang dimaksud :
1. Brevet komando diberikan kepada pimpinan/komandan kapal yang memiliki
kemampuan dan tanggung jawab dalam mengemban tugas Polair atau pernah
memipin operasi laut di wilayah tugasnya;
2. Brevet Bhayangkara Bahari diberikan kepada anggota Polri yang telah memiliki
persyaratan jam layar di kapal Polair dan telah memiliki wawasan bahari yang
baik serta mental kejuangan yang tinggi;
3. Brevet kehormatan dapat diberikan kepada anggota Polri dengan persyaratan
yang ditentukan.
Dalam proses pembuatan brevet, diperlukan waktu 2-3 bulan dalam proses
penggambaran. Kemudian, diajukan ke Kapolri dan diresmikan pada HUT Polairud
pada 1998.Pada kesempatan tersebut, Kapolri menetapkan brevet tersebut
bedasarkan SK Kapolri No.Po.Skep/1729/XI/1998 tanggal 30 November 1998.

7 Wawancara dengan R.B.Sadarum, SH di Surabaya, 20 Agustus 2015

45
Peresmian Brevet Komando
dan Bhayangkara Bahari
oleh Jenderal Pol. Drs.
Roesmanhadi,1998
Dok.foto: Drs.R.B.Sadarum

Brevet Komando
Dok.foto: PID Ditpolair Baharkam Polri

46
Brevet Bhayangkara Bahari Utama (atas)
Brevet Bhayangkara Bahari Madya (bawah)
Dok.foto: PID Ditpolair Baharkam Polri

F. Brevet Penerbang Polri


Pada 3 November 1997, Kapolri mengeluarkan Skep No.Pol.
Skep/1220/XI/1997 tentang tanda kualifikasi penerbang, mekanik, dan awak kabin di
lingkungan Subdit Poludara Dit Samapta Polri . adapun macam-macam tanda
kualifikasi yang dimaksud :
1. Wing Penerbang Utama ( bagi para penerbang yang telah memiliki Wing Madya
dan memiliki 3000 jam terbang)..
2. Wing Penerbang Madya ( bagi para penerbang yang memiliki Commercial Pilot
License dan telah memiliki 1000 jam terbang );
3. Wing Penerbang Muda ( bagi para penerbang yang memiliki Private Pilot
License);
4. Mekanik pesawat terbang ( bagi anggota Polri yang melaksankan tugas
pemeliharaan pesawat terbang Polri ;
5. Awak kabin ( bagi anggota Polri yang melaksanakan tugas memberikan informasi
mengenai rute penerbangan serta petunjuk keselamatan penumpang pesawat
terbang Polri

47
Wing Penerbang Utama
Sumber : Arsip Dit Poludara Bharkam Polri

Wing Penerbang Madya Wing Penerbang Muda


Sumber : Arsip Dit Poludara Bharkam Polri Sumber : Arsip Dit Poludara Bharkam Polri

AwakMekanik
kabin pesawat Polri
Pesawat Polri
Sumber : Arsip
Sumber Dit Poludara
: Arsip Bharkam
Dit Poludara PolriPolri
Bharkam

G. Arnavat Dharpa Mahe

Selain brevet Komando dan Bhayangkara Bahari untuk mengobarkan


semangat pengabdian dan kebangaan Polair, mereka juga membuat sebuah motto
yang khas. Oleh karena itu, terciptalah sebuha motto “ Arnavat Darpha Mahe” yang

48
bearti “Karena di Laut Kami Bangga”. Adapun makna yang mendalam dari motto yang
dimaksud :27
1. Bedadsarkan Hukum Laut Internasional ( UNCLOS 1982) yang sudah diratifikasi
dengan UU No.17 tahun 1985 yang menyebutkan bahwa penegak hukum di laut
adalah kapal perang dan kapal pemerintah yang memiliki tanda-tanda yang jelas
dan dapat dikenal untuk tugas tersebut, beserta surat perintah dan ABK;
2. Kapal Polisi jenis apapun dapat diberdayakan untuk penegakan hukum;
3. Bila digelar operasi kepolisian rutin/khusus di wilayah perairan maka fungsi yang
dikedepankan tetap polisi Perairan yang didukung oleh fungsi lain tanpa berada
di atas kapal kecuali atas permintaan Komandan Kapal;
4. Kapal-kapal Polisi merupakan unsur dari kekuatan laut Bangsa dan negara yang
dalam situasi tertentu/darurat dapat dijadikan unsur bantuna militer untuk di
daerah belakang yang sifatnya non combattan.
5. Menurut A.T.Mahan “ The Sea all is One” yang bearti laut adalah satu yang
dianalogikan bahwa Polair adalah satu dan pemersatu Bangsa serta
6. kesatuan administrasi dan operasional 8

H. Kapal yang Humanis


Sebelum reformasi, Kapal Polair bewarna abu-abu layaknya kapal Angkatan
Laut. Dan hanya diberi nama bedasarkan angka dari tipe kapal-kapal yang dimaksud.
Namun, dengan adanya reformasi Polri, warna kapal mulai dirubah yang seluruhnya
berwarna abu-abu dirubah menjadi putih di bagian Sewako ( diatas dek utama dan
perlatan lain) dan platformnya ( lambung kapal kebawah) tetap bewarna abu-abu.
Selain itu, kapal-kapal tersebut juga diberi nama burung untuk tipe 600 dan nama
tokoh wayang untuk kapal tipe 500. Perubahna warna kapal dan penamaan kapal
Polair juga disahkan oleh Skep Kapolri Drs. Roesmanhadi. Adapun beberapa faktor
perubahan warna kapal :
1. Agar lebih humanis;
2. Polisi merupakan alat penegak hukum yang bedasarkan HAM;
3. Untuk membedakan antara kapal TNI AL dengan kapal Polair.

8 Ibid. ; Drs. R.B. Sadarum, Sekilas Hidupki di Polisi Perairan (1975-2010) ( Surabaya: tidak
diterbitkan,2011),hlm.9-10.

49
Pada 30 September 2011, Kapolri telah mengeluarkan kebijakan mengenai
kelas kapal, penomoran lambung, dan nama kapal Polri yang tertuang pada Skep
Kapolri No. Kep/526/IX/2011 tanggal 30 September 2011. Kebijakan tersebut
dikeluarkan mengingat adanya kesamaan nomor lambung kapal antar Polda. Dengan
adanya Keputusan Kapolri yang dimaksud tidak ada nomor lambung yang sama
karena nomor lambung kapal menggunakan kode Polda masing-masing.

Kapal Polair sesudah dirubah


Kapal Polair sebelum dirubah (seluruh
(lambung kapal bewarna abu-abu dan bangunan
badan kapal bewarna abu-abu)
Dok.foto: Dit Polair Baharkam Polri atas bewarna putih)
Dok.foto: Dit Polair Baharkam Polri

2.5. POLAIRUD DALAM PERKEMBANGAN LANJUT ( 2000 - SEKARANG)


A. Pembentukan Ditpolairud dan Babinkam Polri
Sejak adanya reformasi pada tahun 1998, terjadi banyak perubahan.
Perubahan-perubahan yang dikehendaki rakyat adalah penegakan supremasi hukum,
pemberantasan KKN, mengadili Soeharto dan kroninya, amandemen konstitusi,
pencabutan Dwifungsi ABRI, pemberian otonomi daerah seluas-luasnya.28Di dalam
situasi ini, banyak kalangan seperti akademisi, praktisi hukum, para pengamat, dan
masyarakat menghendaki agar Polri dipisahkan dari ABRI/TNI.Hal tersebut
berdasarkan tugas yang dimiliki TNI dan Polri berbeda.TNI bertugas sebagai alat

1 Nurinwa KI S.H. DKK ,POLRI Mengisi Republik,(Jakarta:PTIK,2010),hlm.222.


2 Ibid.

50
pertahanan dan pengaman negara dari ancaman musuh.Sementara itu, Polri bertugas
sebagai alat negara dalam penegakan hukum agar terciptanya rasa aman dan
ketertiban masyarakat tanpa kekerasan dan berdasarkan HAM.
Dengan adanya dinamika masyarakat yang sangat kompleks dan tingginya
peran Polri dalam penegakan hukum serta tuntutan untuk pembenahan ABRI/TNI,
maka Polri dipisahkan dari ABRI. Hal tersebut terealisasikan dengan adanya Ketetapan
MPR No.X/MPR/1998 tentang Pokok-pokok Reformasi Pembangunan dalam rangka
Penyelamatan dan memelihara kehidupan nasional sebagai haluan negara serta,
dikeluarkannya instruksi Presiden (Inpres) RI No.2 1999 agar Polri terpisah dengan
ABRI. 1
Sejak saat itu, Polri dibawah Dephankam sebagai bentuk transisi menuju Polri
yang mandiri dan otonomi.Adanya 2 fungsi Polri sebagai kekuatan kamtibmas dan
kekuatan hankam membuat posisi dilematis bagi Polri dalam hukum nasional.Oleh
karena itu, sudah seharusnya Polri terpisah dari ABRI.Pada tanggal 1 April 1999, Polri
resmi berpisah dengan ABRI,dan istilah ABRI dirubah menjadi TNI sehingga Panglima
ABRI diganti menjadi Panglima TNI. Kedua institusi ini berada dibawah Dephankam.
Dalam masa transisi, Polri mengalami reformasi secara bertahap melalui aspek
struktural yang meliputi kelembagaan dalam ketatanegaraan, aspek instrumental yang
meliputi undang-undang, doktrin, dan kompetensi Polri, serta aspek kultural yang
meliputi budaya kepolisian dalam bentuk peningkatan kualitas pelayanan. 2

Pada tanggal 1 Juli 2000, Presiden RI K.H.Abdulrachman Wahid


mengeluarkan Keppres No.89/2000 tanggal 1 Juli 2000 yang menyatakan bahwa Polri
berada dibawah langsung Presiden RI, bukan dibawah Departemen Hankam lagi.
maka munculah UU No.2 tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia.
Dengan adanya pemisahan Polri dari ABRI sejak tahun 1999, Polri juga melakukan
reorganisasi di dalam tubuh Polri, terutama Dit Samapta Polri dan Subdit-
subditnya.Pada tahun 2000, Subdit Polair dan Subdit Poludara kembali dipersatukan
menjadi Direktorat Polairud yang dipimpin oleh Brigjen Pol Drs.F.X.Soemardi SH.29
Kemudian, Kapolri mengeluarkan SK No. Skep/9/V/2001 tanggal 25 Mei 2001
yang mengatur bahwa Dit Polairud dibawah koordinasi Deops Kapolri yang

3 Wawancara dengan Mudji Santoso di Jakarta, 6 Juli 2015 ; Dit Polair Baharkam Polri, Profil Ditpolair Baharkam
Polri ( Jakarta, 2010),hlm.19-20.

51
membawahi Subdit Polair dan Subdit Poludara. Namun, penggabungan tersebut tidak
berlangsung lama setelah Kapolri kembali mengeluarkan SK No: Skep/53/X/2002
tanggal 17 Oktober 2002 yang memisahkan kembali Polair dan Poludara. Sehingga,
terbentuklah Dit Polair dan Dit Poludara yang masing-masing dipimpin oleh seorang
Brigjen Polisi dan berada dibawah Babinkam Polri.3

Struktur organisasi Ditpolair Babinkam Polri


Dok.foto: Dit Polair Baharkam Polri

Struktur organisasi Ditpoludara Babinkam Polri


Dok.foto: Dit Polair Baharkam Polri

52
B. Reorganisasi 2010
Pada 14 September 2010, Kapolri mengeluarkan peraturan Kapolri No.21
tahun 2010 tentang Struktur Organisasi Tata Kerja pada tingkat Mabes Polri. Seiring
dengan perubahan organisasi, Babinkam Polri berubah menjadi Badan Pemeliharaan
dan Keamanan Polri (BAHARKAM Polri). Oleh karena itu, Ditpolair berubah menjadi
Ditpolair Baharkam Polri dan Ditpoludara berubah menjadi Ditpoludara Baharkam Polri.
Berikut struktur organisasi yang dimaksud :

53
C. Polairud dalam Operasi Kepolisian terpadu

1. Operasi Wanalaga
Operasi Wanalaga merupakan operasi yang bertujuan untuk
menanggulangi pembalakan hutan secara illegal. Operasi di laksanakan di
wilayah perairan Sumatera, Jawa, dan Kalimantan. Operasi Wanalaga ini
dilaksanakan beberapa kali, yaitu :
a) Operasi Wanalaga I ( 23 Oktober 2001 s/d 21 Desember 2001)
b) Operasi Wanalaga II ( 2 April 2002 s/d 7 Juni 2002)
c) Operasi Wanalaga III (28 September 2002 s/d 22 November 2002)
d) Operasi Wanalaga IV ( 10 Febuari 2003 s/d 8 November 2003)
e) Operasi Wanalaga V ( 20 Febuari 2004 s/d 20 Mei 2004)
f) Operasi Wanalaga VI ( 7 Mei 2007 s/d 5 Juni 2007)
Selain itu, Poludara juga ikut serta dalam operasi Wanalaga pada tahun
2008 s/d 2009 dengan helikopter NBO-105 dan MI-2 Plus di wilayah Sulawesi,
Jawa Barat, dan Kalimantan Tengah. Kemudian, operasi Wanalaga kembali
dilakukan dengan merubah nama dengan Operasi Hutan Lestari yang berada di
wilayah Riau, Kalimantan Barat, Papua, dan Kalimantan Tengah pada tahun
2010.
2. Operasi Sadar Rencong
Operasi Sadar Rencong, Cinta Manasah, dan Sadar Meunasah
merupakan operasi pengamanan wilayah Aceh dalam menghadapi pasukan
Gerakan aceh Merdeka (GAM). Operasi dilaksanakan sejak 23 Desember
1999s/d 24 Juni 2005. Adapunkapal Polair dan pesawat serta helikopter yang
terlibat dalam operasi ini antara lain:
a) Kapal Polisi
1) KP Kresna 507;
2) KP Parikesit 513;
3) KP Gatotkaca 511;
4) KP Jatayu 625;
5) KP Arjuna 504;
6) KP Setyaki 508;

54
7) KP Cendrawasih 626;
8) KP Merpati 627;
9) KP Kasuari 628;
10) KP Merak 629;
11) KP Nakula 505;
12) KP Enggang 631.
b) Pesawat dan Helikopter Poludara
1) Cassa 212 sebanyak 1 unit;
2) Helikopter NBO-105 3 unit;
3) Helikopter Bell-412 1 unit.
3. Operasi Mantap Brata
Operasi Mantap Brata merupakan operasi yang dilaksanakan pada saat
Pemilu berlangsung, dengan harapan agar Pemilu berjalan dengan aman dan
lancar sesuai dengan harapan. Adapun beberapa periode operasi Mantap Brata
yang dilaksanakan oleh Polair dan Poludara sebagai berikut :
a) Pemilu 1997 ( 31 Maret 1997 s/d 12 Juli 1997)
b) Pemilu 2004 (11 Febuari 2004 s/d 7 Okotber 2004)
c) Pemilu 2009 ( 19 Maret 2009 s/d 11 Juli 2009)
d) Pemilu 2014 ( 16 Maret 2014 s/d 14 Mei 2014)

4. Operasi Search and Rescue (SAR)


Selama di era kepolisian dipisahkan dari ABRI, Polair juga melaksanakan
operasi SAR dengan memberikan bantuan kepada kapal/ korban yang
mengalami kecelakaan di wilayah perairan. Adapun beberapa dokumentasi dari
kegiatan SAR yang dimaksud :

55
Penemuan mayat di wilayah perairan oleh KP Anis Madu- 3009
Dok.foto: Dit Polair Baharkam Polri

Penemuan mayat di Muara Barito oleh KP Evakuasi KM Wihan Sejahtera oleh


Nakula-7002, Maret 2013 KP Nakula-7002, Maret 2013
Dok.foto: Dit Polair Baharkam Polri Dok.foto: Dit Polair Baharkam Polri

D. Polairud dalam bidang Kerjasama

Mengacu pada pentingnya aspek keamanan perairan dalam rangka


mewujudkan Indonesia sebagai poros maritim dunia maka Polair sebagai pelaksana
tugas Polri secara utuh di perairan Indonesia, dituntut memiliki kemampuan dalam
mengantisipasi perkembangan lingkungan sehingga dapat melakukan langkah-langkah
strategis guna menjamin keamanan di perairan Indonesia.
Tantangan tugas Kepolisian Perairan yang semakin berat seiring dengan
perkembangan lingkungan strategis dan rencana Pemerintah menjadikan Indonesia
sebagai poros maritim dunia yang salah satunya adalah pembangunan konektivitas
nasional, begitu juga perkembangan modus operandi dan meningkatnya kejahatan,
pola penegakkan hukum serta kemajuan ilmu pengetahuan dan tehnologi maka di

56
pandang sangat perlu untuk membuat perencanaan kerjasama dengan instansi dalam
dan luar negeri dalam rangka peningkatan kemampuan personil baik dalam
penggunaan teknologi alut kapal maupun keterampilan menghadapi spectrum
ancaman kejahatan di wilayah perairan Indonesia.
Oleh karena itu, Polair sudah melakukan kerjasama dengan beberapa pihak
terkait sejak Polair berdiri pada 1950.Kerjasama dalam negeri yang dilakukan adalah
ketika Polair mendapat pinjaman Kapal Angkloeng oleh Djawatan Pelajaran pada
1951.Kerjasama tersebut juga berkembang dengan pihak – pihak lain sesuai
perkembangan waktu dan ketatanegaraan yang berlaku seperti TNI-AL, Bakamla, Bea
Cukai, dan sebagainya.
Selain itu, Polair juga telah melakukan kerjasama dengan luar negeri pada
1957, dimana pihak Jepang menghibahkan kapal DKN-501 dan DKN-502 kepada
Pemerintah Indonesia.Kemudian, kerjasama itu berlanjut dengan pihak Amerika
dengan memeberikan kesempatan kepada perwira Polri untuk mengikuti Coast Guard
Officers Candidates School pada 1959.
Kerjasama dengan pihak luar negeri pun berlanjut hingga menjadi meluas
dengan adanya hubungan kerjasama dengan pihak asing antara lain :
1. Singapore Police Coast Guard-SPCG;
2. Korea Coast Guard-KCG;
3. Japan Coast Guard-JCG;
4. Vietnam Coast Guard-VCG;
5. Philipine Coast Guard-PCG;
6. US.Coast Guard;
7. Australia Federal Police;
8. Royal Canadian Police;
9. India Coast Guard-ICG;
10. Agency Penguatkuasaan Maritim Malaysia-APMM (MMEA);
11. Royale Canadian Mounted Police-RCMP;
12. US Export and Border Securiyt;
13. Dan lain-lain.
Kerjasama dengan pihak yang dimaksud berbentuk seperti: peminjaman dek untuk
perbaikan/perakitan kapal yang didapat ketika pihak Jepang menghibahkan kapal tipe

57
500 , latihan bersama dalam bentuk Aman Malindo, patroli koordiasi dengan PDRM,
dan pertukaran perwira Polri dengan pihak kepolisian asing.
Sementara itu, kerja sama antara institusi penegak hukum di laut kawasan
Asia terwadahi dalam HACGAM (Head Asia Coast Guard Agancy) Meeting yang
diprakarsai oleh Jepang. Implementasi dari pertemuan tersebut pada tanggal 14
Februari 2013 dilaksanakan Latihan Bersama antara JCG (Japan Coast Guard)
dengan Ditpolair Baharkam Polri dan KPLP Tanjung Priuk. Dalam latihan
penanggulangan perompakan tersebut JCG menggunakan kapal Shikisima (150 m)
dilengkapa dengan helikopter Doulphin sedangkan Ditpolair melibatkan KP. Baladewa
dan Helikopter BO 105 Ditpoludara.
Selanjutnya pada tanggal 20 Juni 2013, KCG (Korean Coast Guard) yang
hubungan emosionalnya sudah sangat dekat dengan Ditpolair, juga melaksanakan
Latihan Bersama di perairan Teluk Jakarta. KCG mengirimkan Kapal Jugjagham (115
m) yang dilengkapi dengan helikopter jenis Doulphin, sedangkan Ditpolair
menggunakan KP. Bisma dan helikopter BO 105 Poludara serta melibatkan Satwa dan
Tim Jihandak Kor Brimob Polri.
Kedua latihan yang dilaksanakan di Teluk Jakarta ini bertujuan untuk
meningkatkkan kemampuan teknis dan taktis antara unit-unit pelaksana yang
tergabung dalam organisasi penegak hukum di laut sesuai dengan aturan hukum
nasional dan internasional.

E. Gapura untuk Markas Komando


Pada 2010, Dirpolair Baharkam Polri,Brigjen Pol Drs. Budi Hartono Untung
membuat sebuah kebijakan terkait pembangunan gapura di setiap Mako Ditpolairda
maupun Ditpolair Baharkam Polri sebagai ciri khas dari Polair itu sendiri.Oleh karena
itu, Dirpolair mengeluarkan SKEP Dirpolair Baharkam Polri No. 48/XI/2010 tanggal 29
November 2010 tentang pembangunan gapura Mako Polair diseluruh Indonesia
sebagai tanda kesatuan dan symbol khas dari Polair.

58
Konsep Gapura Mako Ditpolair se-Indonesia
Dok.foto: Dit Polair Baharkam Polri

I.6. POLAIR MASA DEPAN


Pemerintah yang baru di bawah kepemimpinan Joko Widodo dan Yusuf Kalla telah
menetapkan visi kelautan Indonesia yakni “mewujudkan Indonesia sebagai Poros Maritim
Dunia”. Merujuk kepada sejarah bangsa, kondisi geografis serta besarnya kekayaan laut
Indonesia maka visi tersebut memiliki makna yang sangat penting demi mengembalikan jati
diri dan kejayaan Bangsa Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar di dunia.
Sebagaimana yang telah digelorakan oleh Presiden Jokowi pada saat Pidato
Kenegaraannya bahwa “Kita harus bekerja dengan sekeras-kerasnya untuk mengembalikan
Indonesia sebagai negara maritim. Samudra, laut, selat, dan teluk adalah masa depan
peradaban kita. Kita telah terlalu lama memunggungi laut, memunggungi samudra,
memunggungi selat dan teluk”.
Pada Konferensi Tingkat Tinggi Negara-negara Asia Timur (KTT EAS) di Myanmar
pada tanggal 13 Nopember 2014, Presiden Joko Widodo telah menetapkan lima pilar utama
yang diagendakan dalam pembangunan kelautan Indonesia yakni:
a. Membangun kembali budaya maritim Indonesia.
b. Indonesia akan menjaga dan mengelola sumber daya laut.
c. Memprioritaskan pengembangan infrastruktur dan konektivitas maritim, berupa tol laut,
pelabuhan laut dalam (deep seaport), logistik, industri perkapalan, dan pariwisata
maritim;

59
d. Melaksanakan diplomasi maritim, untuk menghilangkan sumber konflik di laut
(pencurian ikan, pelanggaran kedaulatan, sengketa wilayah, perompakan, dan
pencemaran laut).
e. Membangun kekuatan pertahanan maritim, sebagai upaya menjaga kedaulatan dan
kekayaan maritim serta menjadi bentuk tanggung jawab pemerintah dalam menjaga
keselamatan pelayaran dan keamanan maritim.
Keamanan perairan merupakan satu aspek yang cukup vital dalam rangka
mewujudkan Indonesia sebagai poros maritim dunia. Sebagai negara kepulauan terbesar di
dunia, memiliki sistem keamanan di wilayah perairan yang handal dan modern bukanlah
suatu kemewahan melainkan suatu kebutuhan (Conditio Sine Quanon). Apalagi dewasa ini
perkembangan ekonomi global telah mengalami pergeseran pusat pertumbuhan ekonomi
dari kawasan Atlantik Eropa ke kawasan Asia Pasifik. Tidak berlebihan jika ada pendapat
yang mengatakan abad XXI adalah milik kawasan Asia Pasifik atau “The Pasific Century” (
Maritim Indonesia, Dasril Munir, 2011).
Perkembangan lingkungan strategis dewasa ini baik global, regional maupun nasional
sangatlah dinamis dan kompleks, ditambah lagi dengan adanya perkembangan teknologi
dan informasi yang membuat seolah-olah dunia ini tidak lagi memiliki jarak maupun batas.
Tentunya kondisi tersebut harus disikapi dan diantisipasi sejak dini, terutama terkait dengan
hal-hal yang dapat mengganggu dan mengancam keamanan perairan Indonesia.
Untuk itu, sudah saatnya paradigma Polri dalam bidang pembinaan maupun
operasional dapat diseimbangkan antara paradigma yang bersifat land base oriented dengan
paradigma yang bersifat maritme base oriented. Hal tersebut tentunya akan berpengaruh
terhadap kebijakan Polri baik di bidang Pembinaan maupun Operasional.
Dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2014-2019 (RPJMN)
pada agenda pembangunan bidang pertahanan keamanan, terdapat strategi kebijakan
pembangunan untuk mencapai sasaran menguatnya keamanan laut dan daerah perbatasan
yang salah satu strateginya adalah Pengembangan kemampuan Polri di bidang kemaritiman.
Strategi tersebut haruslah dimaknai sebagai peluang strategis dalam rangka untuk
mengembangkan kapasitas Kepolisian Perairan (Polair) menuju kesatuan yang kuat,
modern, profesional dan mampu melaksanakan quick response. Lebih jauh lagi adalah
menjadikan Polair sebagai World Class Organization, yang mampu berperan aktif dalam
pergaulan dunia internasional terutama terkait dengan keamanan maritim. Keberadaan

60
Satuan Polri yang kuat, modern, profesional dan mampu melaksanakan quick response
dalam menjaga keamanan laut Indonesia merupakan sebuah keniscayaan. Namun apabila
hal tersebut tidak terwujud maka tidak menutup kemungkinan tugas-tugas Polri di perairan
akan dialihkan ke Lembaga lain yang dinilai memiliki kemampuan.
Pengembangan kemampuan Polair perlu ditinjau dari 4 aspek sumber daya
organisasi sebagai berikut:
a. Sumber daya manusia
Sumber daya manusia Polair yang diharapkan adalah yang mampu
memberikan pelayanan terbaik kepada konsumen yang merupakan para pelaut dan
kapal-kapal yang berlayar ataupun singgah di perairan Indonesia. Untuk memberikan
kinerja yang optimal sehingga konsumen merasa terlayani dengan baik dan merasa
puas. Sumber daya manusia merupakan aset pokok dalam sebuah organisasi serta
berperan penting dalam pecapaian tujuan organisasi yang telah ditetapkan.
Oleh sebab itu, jajaran Kepolisian Perairan diharapkan mulai berbenah dan
menempa diri agar memiliki sumber daya manusia yang handal yang mampu
menghadapi dan menjawab tantangan tugas di perairan yang semakin kompleks dan
multidimensi dengan kompetensi sebagai berikut :
1. Personel Polair yang memiliki pengetahuan yang luas baik di bidang teknis
kepelautan, hukum di bidang kemaritiman maupun bidang kepolisian.
2. Personel Polair yang memiliki keterampilan di bidang teknis kepelautan, hukum
di bidang kemaritiman maupun bidang kepolisian.
3. Personel Polair yang memiliki sikap dan prilaku yang baik, dalam arti yang
memahami dan mengimplementasikan Kode Etik Profesi Polri (KEPP).
Anggaran
b. Anggaran sebagai sarana manajemen harus digunakan sedimikian rupa agar tujuan
yang diinginkan tercapai. Kegiatan atau ketidaklancaran proses manajemen sedikit
banyak dipengruhi oleh pengelolaan anggaran. Harus dipahami bahwa tugas di bidang
kemaritiman khususnya yang terkait langsung dengan operasional di laut memiliki tiga
sifat yakni high risk, high tech dan high coast. Bertolak dari hal tersebut, tidak dapat
dipungkiri bahwa tugas operasional Polri di laut membutuhkan anggaran yang cukup
besar, baik untuk kebutuhan sarana dan prasarana (kapal, pesawat udara, navigasi,
surveilance, dll) maupun anggaran operasional (bahan bakar).

61
Hal ini tentunya dapat dipahami mengingat kondisi dan kemampuan keuangan
negara yang memang belum bisa memberikan anggaran yang ideal bagi Polri
termasuk K/L lainnya.
Namun, terlepas dari kondisi di atas, setidaknya Polri sudah harus membuat
postur anggaran Polair yang proporsional (khususnya BBM) yang mempertimbangkan
kondisi geografis Indonesia. Anggaran tersebut harus ditingkatkan secara bertahap
seiring dengan adanya penambahan kapal patroli.

c. Sarana dan Prasarana


Dalam kemajuan teknologi, sarana dan prasarana (Sarpras) telah berubah
kedudukannya menjadi pembantu manusia yang bertujuan untuk mempermudah suatu
pekerjaan. Untuk itu, Sarpras Polair yang diharapkan antara lain:
1. Memiliki kapal Klas A1 yang berkemampuan patroli hingga laut lepas, dilengkapi
dengan ruang medis untuk penanganan darurat dan mampu membawa
Hellycopter.
2. Memiliki Stasiun Pusat AIS yang merupakan sistem pengawasan pergerakan
kapal polisi yang bertugas di kewilayahan guna meminimalisir adanya
penyimpangan serta pelanggaran hukum.
3. Memiliki laboratorium olah gerak kapal dalam rangka pemeliharaan dan
peningkatan kemampuan navigasi dan oleah gerak kapal.
4. Memiliki stasiun Monitoring, Control and Suveilance (MCS) di 9 (sembilan) titik
yakni di Jakarta sebagai Pusat Komando, Batam, Natuna, Tarakan, Bali,
Kupang, Kepulauan Aru, Bitung dan Sorong. Bertujuan untuk mengawasi
seluruh aktivitas yang terjadi di perairan Indonesia terutama terhadap kapal-
kapal yang berlayar di perairan Indonesia.
5. Memiliki pusat krisis (crisis center) guna mengoptimalkan penanganan
kriminalitas di perairan Indonesia.
6. Memiliki pusat pelatihan Polair dalam rangka pelatihan, pemeliharaan dan
peningkatan kemampuan fungsi teknis Polair.
7. Memiliki contact center Polair dalam rangka pelayanan pengaduan dan laporan
masyarakat perairan.

62
d. Metode
Untuk melakukan kegiatan secara guna dan berhasil guna, manusia
dihadapkan kepada berbagai alternatif metode cara menjalankan pekerjaan tersebut
sehingga cara yang dilakukannya dapat menjadi sarana atau alat manajemen untuk
mencapai tujuan. Namun perlu diingat bahwa peranan utama dalam manajemen tetap
manusianya sendiri.
1. Bidang Pembinaan
a) Memiliki sistem manajemen operasional dalam penggelaran kekuatan
Polair.
b) Memiliki sistem reward and punishment bagi kinerja personel Polair.
c) Memiliki sistem assassment dalam pembinaan karir di lingkungan Polair.
2. Bidang Operasional
a) Preemtif
1) Memiliki satuan Binmasair yang ditunjang oleh pedoman pembinaan
masyarakat perairan sistem manajemen operasional dalam
penggelaran kekuatan Polair.
2) Memiliki satuan intelijen perairan dalam rangka antisipasi situasi
sejak dini dan untuk mendukung penegakan hukum.
b) Preventif
1) Mampu menyelenggarakan pengamanan dan patroli laut maupun
udara di ALKI dan perairan perbatasan.
2) Mampumenyelengarakan pengamanan dan patroli laut maupun
udara di perairan bagian selatan Indonesia/perbatasan dengan
Samudera Hindia.
3) Mampumenyelenggarakan pengamanan dan patroli laut maupun
udara di perairan bagian utara Indonesia.
4) Mampumenyelenggarakan pengamanan dan patroli laut maupun
udara di sepanjang Selat Malaka.
c) Represif
1) Membentuk satuan khusus penanggulangan kejahatan dengan
intensitas tinggi di perairan (perompakan dan terrorisme).

63
2) Mampumemberantas kejahatan lintas negara (penyelundupan
Narkotika, senjata api), kejahatan terhadap kekayaan negara (IUU
Fishing, Illegal Minning), serta kejahatan dengan kekerasan (Armed
Robbery).
d) Kerjasama
1) Aktif bekerjasama dengan lembaga keamanan maritim kelas dunia
seperti Korea Coast Guard, Japan Coast Guard, India Coast Guard,
US Coast Guard. Singapore Police Coast Guard.
2) Aktif menjalin kerja sama dengan organisasi maritim internasional
seperti IMO, IMB.
3) Aktif dalam kegiatan pada forum-forum maritim regional maupun
internasional seperti AMF, IORA.

64
BAB II
ORGANISASI KORPS KEPOLISIAN PERAIRAN DAN UDARA

2.1. STRUKTUR /ORGANISASI KORPOLAIRUD BAHARKAM POLRI


Berdasarkan Peraturan Presiden Republik Indonesia No. 5 Tahun 2017 tentang
Perubahan Atas Peraturan Presiden Nomor 52 Tahun 2010 tentang Susunan Organisasi Dan
Tata Kerja Kepolisian Negara Republik Indonesia, Korpolairud Baharkam Polri merupakan
unsur pelaksana utama yang berada dibawah Kabaharkam Polri yang dipimpin oleh Kakor
Polairud dan bertanggung jawab kepada Kabaharkam Polri, dimana Korpolairud Baharkam
Polri membawahi Direktorat Kepolisian Perairan dan Direktorat Kepolisian Udara, yang
mempunyai tugas:
a. menyelenggarakan perlindungan, pengayoman dan pelayanan masyarakat serta
penegakan hukum di seluruh wilayah perairan dan udara Indonesia dalam rangka
pemeliharaan keamanan dan ketertiban masyarakat;
b. memberikan dukungan kegiatan kepada seluruh fungsi Kepolisian, kewilayahan dan
K/L;
c. melaksanakan peningkatan kemampuan pelatihan fungsi Kepolisian Perairan dan
Udara;
d. menyelenggarakan pengawasan, pengendalian dan pengindraan keamanan perairan
Indonesia;
e. menyelenggarakan sentra pelayanan pelaporan dan pengaduan masyarakat perairan;
f. menyelenggarakan fungsi intelijen keamanan bagi kepentingan pelaksanaan tugas dan
manajemen Korpolairud guna mendukung pelaksanaan tugastugas Korpolairud
Baharkam Polri dalam rangka mewujudkan keamanan dalam negeri.

a. Visi Korpolairud Baharkam Polri


Terwujudnya pemeliharaan kamtibmas yang unggul di wilayah perairan serta
terdukungnya setiap kegiatan dan operasi Kepolisian terpusat maupun di
kewilayahan melalui mobilisasi pesawat udara dalam rangka memantapkan
Indonesia sebagai poros maritim dunia.

65
b. Misi Korpolairud Baharkam Polri
1) Meningkatkan kinerja Korpolairud Baharkam Polri secara profesional,
transparan, akuntabel dalam rangka mengelola sumber daya manusia dan
materiil guna meningkatkan usia pakai Alut serta kesiapsiagaan dalam
melaksanakan operasional tugas Kepolisian;
2) Memberikan pelayanan prima, secara proporsional, tidak diskriminatif,
menjunjung tinggi HAM dan responsif dalam melaksanakan penegakan
hukum di setiap titik perairan wilayah NKRI agar masyarakat perairan
terbebas dari segala bentuk gangguan di wilayah perairan;
3) Memanfaatkan peralatan dan teknologi masa kini (modern) untuk mendukung
tugas operasional Korpolairud Baharkam Polri di wilayah perairan dan
mobilisasi Pesawat Udara Polri;
4) Meningkatkan pengawasan internal dalam mewujudkan kinerja Korpolairud
Baharkam Polri yang bersih, berwibawa, terpercayadan modern;
5) Menyelenggarakan kegiatan kegiatan Perpolisian Masyarakat di wilayah
perairan dan komunitas dirgantara dengan berbasis pada masyarakat patuh
hukum dan menyelenggarakan kegiatan kegiatan yang harmonis untuk
mencapai kondisi yang aman dan tertib;
6) Penggelaran Kapal dan Pesawat Udara Korpolairud Baharkam Polri dalam
rangka mendukung tugas pokok Kepolisian di tingkat kewilayahan maupun
tingkat Mabes Polri;
7) Melaksanakan kegiatan pertolongan dan penyelamatan masyarakat yang
terkena bencana alam.

66
c. Struktur Organisasi Korpolairud Baharkam Polri

2.2. UNSUR PEMBANTU PIMPINAN KORPOLAIRUD


Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, Kakorpolairud dibantu oleh Unsur Pembantu
Pimpinan Korpolairud Baharkam Polri yang terdiri dari : SIE KEU, TAUD, DENMA, SIE
PROPAM, SIE KESJAS dan 6 (enam) KABAG.
2.2.1. Sikeu bertugas menyelenggarakan pelayanan fungsi keuangan yang meliputi
pembiayaan, pengendalian, pembukuan, akuntansi, dan penyusunan laporan SAI
serta pertanggung jawaban keuangan, dalam melaksanakan tugas, Sikeu dibantu
oleh:
a. Urgaji, yang bertugas menyelenggarakan administrasi pelayanan gaji dan
belanja Pegawai lainnya, pembukuan/akuntansi, pelaporan dan
pertanggungjawaban Keuangan (Perwabku) gaji belanja pegawai;
b. Urdata, yang bertugas menyelenggarakan pengolahan dan perekaman data
dokumen sumber, posting data akuntansi, cetak register transaksi, kopi data
dan melaksanakan back-up data serta menyimpan data;

67
c. Urakun/Veri, yang bertugas menyelenggarakan memo penyesuaian jurnal
akuntansi, menganalisa, memverifikasi serta menilai dan menguji
kelengkapan dokumen keuangan Satker;
d. Urmin, yang bertugas menyelenggarakan dan melaksanakan korespondensi,
dokumentasi, memeriksa keabsahan berkas tagihan pembayaran,
ketatalaksanaan perkantoran dan kearsipan;

2.2.2. Taud bertugas menyelenggarakan dan mengatur sistem administrasi/surat


menyurat dan pelayanan urusan administrasi maupun penyediaan perlengkapan
kerja di lingkungan Korpolairud, dalam melaksanakan tugas, Taud dibantu
oleh:
a. Urtu, yang bertugas melaksanakan dan mengatur sistem administrasi/surat
menyurat dalam mendukung pelaksanaan tugas Kakorpolairud dan
memberikan petunjuk dan arahan tentang pelaksanaan Jukminu Polri;
b. Urdal, yang bertugas melaksanakan pelayanan urusan administrasi maupun
penyediaan perlengkapan kerja;
2.2.3. Denma bertugas menyelenggarakan penggunaan bekal, angkutan/kendaraan
dinas, pengamanan peralatan, perlengkapan, fasilitas dan Markas Korpolairud,
pemeliharaan peralatan, perlengkapan dan fasilitas kantor dan rumah
dinas/asrama Polisi Korpolairud, pengaturan konsumsi petugas penjagaan
pangkalan, serta pelayanan fasilitas peralatan dan protokoler untuk upacara, rapat
dan pemakaman personel, dalam melaksanakan tugas, Denma dibantu:
a. Subsiyanum, yang bertugas melaksanakan pelayanan fasilitas upacara,
rapat dan pemakaman personel, pelayanan komunikasi dan elektronika yang
meliputi instalasi telepon, listrik, dan alat komunikasi lain yang khusus
dipergunakan di lingkungan Korpolairud, pemeliharaan peralatan,
perlengkapan dan fasilitas kantor dan rumah dinas/asrama Polisi;
b. Subsiwalprot, yang bertugas melaksanakan pengamanan markas, peralatan,
perlengkapan, fasilitas, pejabat dan tamutamu VIP dan pelayanan protokoler;
c. Subsiangkutan, yang bertugas melaksanakan pelayanan angkutan VIP,
personel, barang dan kendaraan bermotor serta pemeliharaan dan perawatan
kendaraan bermotor.

68
2.2.4. Sipropam bertugas menyelenggarakan pengamanan internal, pembinaan, pemeliharaan,
tata tertib dan disiplin personel, dan pengamanan terbuka dan penegakan hukum serta
penyelesaian perkara pelanggaran disiplin personel, dalam melaksanakan tugas,
Sipropam dibantu oleh:
a. Subsipaminal, yang bertugas melaksanakan pembinaan pengamanan personel,
materil, kegiatan dan bahan keterangan;
b. Subsiprovos, yang bertugas membina, memelihara tata tertib dan disiplin
personel, administrasi Hartib, pengamanan terbuka, protokoler dan kegiatan
penindakan provos, penyelesaian perkara pelanggaran disiplin serta mengelola
dan mengawasi pelaksanaan absensi manual dan absensi sidik jari personel;
c. Subsiwabprof, yang bertugas melaksanakan pembinaan dan pengembangan etika
profesi Polri termasuk audit investigasi terhadap penyimpangan kode etik profesi
dan melaksanakan sidang komisi kode etik profesi;
2.2.5. Sikesjas bertugas membina dan menyelenggarakan dan menyiapkan dukungan
kesehatan lapangan, pelayanan kesehatan dan menginventarisir materiil dan fasilitas
kesehatan di lingkungan Korpolairud, dalam melaksanakan tugas, Sikesjas dibantu oleh:
a. Subsidokpol, yang bertugas menyelenggarakan kegiatan operasional kedokteran
kepolisian dan pembinaan pelaksanaan kegiatan pendidikan dan latihan
ketrampilan dibidang kedokteran kepolisian;
b. Subsikespol, yang bertugas memberikan pelayanan kesehatan bagi anggota dan
PNS Polri serta keluargnya di lingkungan Korpolairud Baharkam Polri.

2.2.6. Bagopsnal dan TIK bertugas menyelenggarakan manajemen operasional Korpolairud


yang dilaksanakan oleh Ditpolair dan Ditpoludara meliputi kegiatan Kepolisian, operasi
Kepolisian maupun kontinjensi dengan tujuan mewujudkan dan memelihara keamanan
dalam negeri serta menyelenggarakan pembinaan, pengendalian, pengkajian,
pemeliharaan dan perbaikan Sistem Teknologi Informasi dan komunikasi di lingkungan
Korpolairud, dalam melaksanakan tugas, Bagopsnal dan TIK dibantu oleh:
a. Subbagrendalops, yang bertugas menyelenggarakan manajerial operasional yang
berkaitan dengan perencanaan dan pengendalian kegiatan Kepolisian, operasi
kepolisian, dan kegiatan kontinjensi Korpolairud;

69
b. Subbaglatops, yang bertugas menyusun dan merumuskan rencana program kerja
pelatihan praoperasi termasuk perencanaan dan pengendalian atas latihan
praoperasi dan latihan satuan atau fungsi operasi Kepolisian;
c. Subbag TIK, yang bertugas menyelenggarakan pembinaan, pengendalian,
pengkajian dan pemeliharaan serta perbaikan Sistem Teknologi Informasi dan
Komunikasi yang meliputi sistem pengumpulan dan analisis data, piranti lunak,
aplikasi, situs, sarana prasarana, keamanan sistem dan metode teknologi dan
komunikasi elektronika serta pengelolaan dan pengawasan sistem Automatic
Identification System (AIS) di lingkungan Korpolairud;
d. SPK, yang bertugas memberikan pelayanan Kepolisian kepada masyarakat dalam
bentuk penerimaan dan penanganan laporan atau pengaduan, pemberian bantuan
atau pertolongan, dan menyajikan informasi yang berkaitan dengan kepentingan
tugas kepolisian guna dapat diakses sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan;
e. Urmin.

2.2.7. Bagkerma bertugas menyelenggarakan kerja sama kegiatan dan latihan dengan institusi
pemerintah maupun nonpemerintah dari luar negeri dan dalam negeri, dalam
melaksanakan tugas, Bagkerma dibantu oleh:
a. Subbagkermadagri, yang bertugas merencanakan, melaksanakan dan mengawasi
kerja sama kegiatan dan pelatihan dengan institusi dari dalam negeri;
b. Subbagkermalugri, yang bertugas merencanakan, melaksanakan dan mengawasi
kerja sama kegiatan dan pelatihan dengan institusi dari luar negeri; dan
c. Urmin.

2.2.8. Baglog bertugas membina dan menyelenggarakan fungsi manajemen bidang logistik
yang meliputi perbekalan umum, peralatan, pemeliharaan, perbaikan, inventori dan
pergudangan, dalam melaksanakan tugas, Baglog dibantu oleh:
a. Subbagrenlog, yang bertugas menyusun dan menyiapkan perencanaan umum,
penganggaran dan pengadaan yang bersifat strategi meliputi bidang perbekalan
umum, peralatan, pengkajian, pengembangan dan perumusan sistem dan metode

70
standardisasi logistik Airud meliputi Alut dan Alsus serta mengelola dan menyusun
laporan SIMAK-BMN;
b. Subbagpal, yang bertugas menyusun rencana kebutuhan dan penganggaran
materiil peralatan di lingkungan Korpolairud meliputi suku cadang, persenjataan
dan amunisi, perbekalan angkutan serta inventarisasi dan pemeliharaan perawatan
gudang;
c. Subbagbekum, yang bertugas menyusun rencana kebutuhan dan penganggaran
materiil bekal umum di lingkungan Korpolairud meliputi Alsintor, Kaporlap dan BMP
serta inventarisasi dan pemeliharaan perawatan gudang;
d. Urmin.

2.2.9. Bagrenmin bertugas menyusun perencanaan strategi dan anggaran, rencana kerja,
pemeliharaan dan pembinaan, perawatan personel dan pembinaan fungsi kepolisian
perairan dan udara, menyelenggarakan program Reformasi Birokrasi Polri serta
pengelolaan informasi dan dokumentasi, dalam melaksanakan tugas, Bagrenmin dibantu
oleh:
a. Subbagren, yang bertugas:
1) menyusun dan merumuskan dokumen perencanaan antara lain Renstra,
Rancangan Renja, Renja, Penetapan Kinerja, RKA-KL, DIPA, TOR atau KAK,
RAB, SMAP dan LKIP, serta menghimpun usulan rencana kegiatan dan
rencana kebutuhan anggaran dalam lingkungan Korpolairud;
2) mengarahkan, mengawasi penggunaan dan pelaksanaan anggaran sesuai
Renja dan anggaran Korpolairud serta menyusun laporan realisasi
penyerapan anggaran;
3) membuat laporan kegiatan, dan menganalisis serta mengevaluasi
pelaksanaan program dan anggaran.
b. Subbag SDM, yang bertugas:
1) menyelenggarakan pembinaan fungsi SDM antara lain pengusulan UKP,
mutasi/promosi jabatan personel, usulan Dikbangum dan Dikbangspes serta
mengelola data informasi dan dokumentasi personel secara elektronik di
lingkungan Korpolairud;

71
2) menyelenggarakan perawatan personel antara lain penyiapan UKG, cuti,
izin, masa persiapan pensiun, pensiun, nikah, cerai, rujuk, meninggal dunia,
pengusulan e-KTA, KPI, KPS, Karis, Karsu, Kartu kesehatan, ASABRI,
usulan BPJS, usulan tes psikologi dan rekomendasi penilaian personel serta
pelaksanaan kesamaptaan jasmani periodik bagi personel di lingkungan
Korpolairud;
3) menyiapkan rencana kebutuhan dalam rangka penambahan personel,
pengelolaan dan pendataan kekuatan personel Korpolairud;
4) menyelenggarakan pelayanan administrasi personel antara lain pembuatan
surat perintah penugasan kecuali surat perintah berlayar dan penyelidikan/
penyidikan, menyusun data personel dan pembuatan DUK PNS;
5) menyiapkan personel Polri yang akan melaksanakan tugas BKO di luar
struktur Korpolairud;
6) menganalisis dan mengevaluasi secara periodik pelaksanaan manajemen
perawatan, pembinaan dan pengendalian personel.
c. Subbagbinfung, yang bertugas:
1) merumuskan pengembangan sistem dan metode termasuk rencana
penyusunan peraturan berkaitan dengan tugas Korpolairud dalam bentuk
SOP;
2) melaksanakan pengawasan sistem dan metode di lingkungan Korpolairud;
3) mengumpulkan, mengolah dan menyajikan informasi dan dokumentasi yang
berkaitan dengan sumber daya dan pelaksanaan tugas Korpolairud;
4) menyelenggarakan program RBP Satker;
5) mengumpulkan dan mengolah data laporan Reformasi Birokrasi yang
dilaksanakan oleh Subsatker di lingkungan Korpolairud baik dibidang
pembinaan maupun operasional;
6) melaksanakan analisa dan evaluasi terhadap program Reformasi Birokrasi
yang dilaksanakan oleh Subsatker di lingkungan Korpolairud baik dibidang
pembinaan maupun operasional;
7) melaksanakan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) Satker; dan
8) melaporkan hasil olah data Korpolairud secara keseluruhan kepada Srena
Polri u.p. Biro RBP;

72
9) Urmin.

2.2.10. Bagselbangyar bertugas menyelenggarakan fungsi teknis dan dukungan administrasi


serta pengawasan bidang keselamatan penerbangan, keselamatan pelayaran dan
keselamatan kerja dalam rangka mendukung kegiatan Korpolairud baik di tingkat pusat
maupun kewilayahan, dalam melaksanakan tugas, Bagselbangyar dibantu oleh:
a. Subbagselbang, yang bertugas menyelenggarakan keselamatan penerbangan
meliputi kelaikan personel, kelaikan pesawat udara, pengecekan sarana prasarana
pendukung penerbangan dan publikasi dalam rangka mendukung keselamatan
penerbangan;
b. Subbagselyar, yang bertugas menyelenggarakan keselamatan pelayaran meliputi
kelaikan laut, kelaikan kapal dalam rangka mendukung keselamatan pelayaran;
c. Urmin;

2.2.11. Bagkatprof bertugas menyelenggarakan pelatihan profesi dan pengembangan serta


pelatihan fungsi teknis Korpolairud dalam rangka mengembangkan profesionalisme
personel Korpolairud, dalam melaksanakan tugas, Bagkatprof dibantu oleh:
a. Subbaggatihta, yang bertugas menyiapkan administrasi, silabus pembuatan Hanjar
dan tenaga pelatih yang profesional serta penegakan peraturan peserta melalui
pembinaan peserta didik;
b. Subbagopsjarlat, yang bertugas menyelenggarakan operasional pengajaran dan
pelatihan dengan menyiapkan kurikulum pelajaran maupun AlinsAlongin untuk
terselenggaranya kegiatan belajar mengajar dalam rangka pengembangan serta
pelatihan fungsi teknis Korpolairud;
c. Subbaglatbangprof, yang bertugas menyelenggarakan pelatihan dan
pengembangan persiapan profesi fungsi teknis Korpolairud;
d. Urmin;

2.3. UNSUR PELAKSANA UTAMA KORPOLAIRUD


2.3.1. DIREKTORAT KEPOLISIAN PERAIRAN
Direktorat Kepolisian Perairan bertugas membantu Kakorpolairud dalam rangka
menyelenggarakan perlindungan, pengayoman dan pelayanan serta penegakan hukum

73
di seluruh wilayah perairan Negara Kesatuan Republik Indonesia dalam rangka
pemeliharaan keamanan dan ketertiban masyarakat, melaksanakan pertolongan dan
penyelamatan korban bencana alam/musibah serta menyelenggarakan pemeliharaan,
perawatan dan perbaikan kapal Polisi, dalam melaksanakan tugas, Ditpolair dibantu
oleh:
a. Subditpatroliair, yang bertugas menyelenggarakan patroli kawasan dan
pengawalan kapal Polisi dalam rangka memberikan perlindungan dan pelayanan
guna terciptanya pemeliharaan keamanan dan ketertiban masyarakat serta
penegakan hukum di wilayah perairan, melaksanakan pertolongan dan
penyelamatan korban bencana alam/musibah;
1) Sipatwalair, yang bertugas merencanakan dan mengendalikan
pelaksanaan Patwal yang dilaksanakan oleh kapal Polisi;
2) Silongmat, yang bertugas melaksanakan pertolongan dan penyelamatan
korban bencana alam/musibah dan melakukan koordinasi dengan instansi
terkait;
3) Urmin.
b. Subditintelair, yang bertugas membina dan menyelenggarakan kegiatan intelijen
dalam bidang keamanan, termasuk persandian dan produk intelijen, pembentukan
dan pembinaan jaringan intelijen kepolisian baik sebagai bagian dari kegiatan
satuan-satuan atas maupun sebagai bahan masukan penyusunan rencana
kegiatan operasional, deteksi dini (early detection) dan peringatan dini (early
warning) dalam rangka mendukung pelaksanaan tugas Kepolisian di wilayah
perairan, dalam melaksanakan tugas, Subditintelair, dibantu oleh:
1) Sianalisprod bertugas:
a) melakukan analisis dan penyajian hasil analisis terhadap setiap
perkembangan keadaan yang dapat berdampak pada situasi
keamanan dan ketertiban masyarakat dan pengguna moda
transportasi di wilayah perairan;
b) mengumpulkan data dan informasi, serta membantu menganalisis
perkembangan lingkungan strategis dan keadaan yang perlu
diantisipasi sebagai bahan perumusan Renstra Korpolairud dan

74
menyusun prakiraan intelijen keamanan, mendokumentasikan produk
intelijen dan literatur, serta penyajian informasi dan dokumentasi;
2) Siopsnal bertugas menyelenggarakan kegiatan operasional intelijen
keamanan guna terlaksananya deteksi dini (early detection), peringatan dini
(early warning), deteksi aksi dan pengawasan serta pengamanan orang
asing dan kegiatan sosial/ masyarakat di wilayah perairan;
3) Urmin.
c. Subditgakkum, yang bertugas menyelenggarakan penyelidikan dan penindakan
dalam rangka penegakan hukum di wilayah perairan dan pengamanan tahanan
dan barang bukti serta pengawasan administrasi, materi penyelidikan dan
penyidikan tindak pidana yang dilakukan oleh penyidik, dalam melaksanakan
tugas, Subditgakkum dibantu oleh
1) Sisidik, yang bertugas melakukan penyelidikan dan penyidikan tindak
pidana umum dan khusus di wilayah perairan meliputi kejahatan
konvensional, kejahatan antar negara, kejahatan terhadap kekayaan
negara dan kejahatan kontijensi serta kecelakaan laut;
2) Sitahti bertugas menyelenggarakan pemeliharaan dan perawatan tahanan
serta barang bukti dalam rangka mendukung tugas penyidikan di
lingkungan Korpolairud;
3) Siwassidik bertugas melakukan pengawasan administrasi dan materi
penyidikan tindak pidana yang dilakukan oleh penyidik;
4) Urmin.
d. Subditbinmasair, yang bertugas merencanakan dan mengendalikan serta
mengawasi program kegiatan pembinaan masyarakat perairan yang
dilaksanakan oleh kapal Polisi, dalam melaksanakan tugas, Subditbinmasair
dibantu oleh:
1) Sibinpolmasair bertugas menyelenggarakan manajemen pembinaan dan
pendataan terhadap masyarakat perairan, masyarakat pulau-pulau terluar
berpenghuni dan potensi masyarakat perairan serta pengguna moda
transportasi perairan yang dilaksanakan oleh kapal Polisi dalam rangka
peningkatan kesadaran dan ketaatan masyarakat terhadap hukum dan
peraturan perundang undangan;

75
2) Sibintibluh bertugas menyelenggarakan manajemen pembinaan ketertiban
dan penyuluhan serta pendataan terhadap tokoh agama, tokoh adat, tokoh
masyarakat, organisasi sosial, komunitas masyarakat (berdasarkan profesi,
hobi, suku, dan lainlain) dan kegiatan bakti sosial yang dilaksanakan oleh
kapal Polisi;
3) Urmin.
e. Subditfasharkan bertugas menyelenggarakan pemeliharaan dan perawatan
mesin, kelistrikan, doking dan bangunan kapal serta pengkajian tekhnologi
perkapalan, dalam melaksanakan tugas, Subditfasharkan dibantu oleh:
1) Sijiantek, yang bertugas menyelenggarakan pengkajian dan analisa
mengenai teknologi material, konstruksi, mekanik serta metodologi untuk
menentukan teknologi perkapalan yang tepat bagi Polair dalam mendukung
pelaksanaan tugas Kepolisian di wilayah perairan;
2) Siharsinlis, yang bertugas menyelenggarakan perawatan, pemeliharaan dan
perbaikan permesinan serta kelistrikan kapal Polisi;
3) Sidokpal, yang bertugas menyelenggarakan perawatan, pemeliharaan dan
perbaikan Doking serta bangunan kapal Polisi;
4) Urmin;
f. Urtu;

2.3.2. DIREKTORAT KEPOLISIAN UDARA


Direktorat Kepolisian udara bertugas membantu Kakorpolairud dalam rangka
menyelenggarakan menyelenggarakan operasional fungsi Kepolisian Udara dalam
rangka memberikan dukungan kepada seluruh fungsi Kepolisian di lingkungan Mabes
Polri maupun kewilayahan, Pemolisian masyarakat Dirgantara serta memberikan
pertolongan dan penyelamatan pada misi kemanusiaan dalam batas tugas dan
kewenangannya serta menyelenggarakan pemeliharaan, perawatan dan perbaikan
pesawat udara Polri, dalam melaksanakan tugas, Ditpoludara dibantu oleh:
a. Subditpatroliudara yang bertugas pelaksanaan kegiatan dan operasi Kepolisian
baik ditingkat pusat maupun kewilayahan, patroli udara dengan menggunakan
pesawat udara Polri, menyelenggarakan pelayanan transportasi udara terhadap

76
VIP dengan menggunakan pesawat udara Polri, dalam melaksanakan tugas,
Subditpatroliudara dibantu oleh:
1) Sidalpus bertugas menyiapkan administrasi, awak pesawat udara dan
pesawat udara dalam rangka mendukung kegiatan dan operasi kepolisian
ditingkat pusat;
2) Sidalwil bertugas menyiapkan administrasi, awak pesawat udara dan pesawat
udara dalam rangka mendukung kegiatan dan operasi kepolisian di
kewilayahan;
3) Sitrans VIP bertugas menyiapkan administrasi, awak pesawat dan pesawat
udara dalam rangka melaksanakan penerbangan VIP di lingkungan Polri dan
K/L;
4) Urmin.
b. Subditpamperslog yang bertugas menyelenggarakan kegiatan pengamanan
pangkalan dan penyiapan fasilitas pendukung penerbangan, pergeseran personel
dan logistik, pelatihan personel dengan menggunakan pesawat udara Polri, serta
menyiapkan dukungan BMP dan telekomunikasi penerbangan, dalam
melaksanakan tugas, Subditpamperslog dibantu oleh:
1) Sipamfas bertugas menyelenggarakan pengamanan pangkalan, tempat
pendaratan pesawat dan menyiapkan fasilitas pendukung serta
telekomunikasi kegiatan penerbangan;
2) Siserlatpers bertugas menyelenggarakan penerbangan pesawat udara Polri
dalam rangka pergeseran personel, latihan personel dengan menggunakan
pesawat udara dan menyiapkan dukungan teknis serta kegiatan dalam
pelaksanaan latihan fungsi kepolisian udara;
3) Sisermatlog bertugas menyelenggarakan penerbangan pesawat udara Polri
dalam rangka pergeseran logistik dan menyiapkan dukungan BMP;
4) Urmin.
c. Subditpotdirga yang bertugas menyelenggarakan kegiatan penerbangan dalam
rangka pertolongan penyelamatan kemanusiaan, ambulans udara, pemetaan,
penyiapan alat khusus, pembinaan dan penyuluhan perpolisian masyarakat
dirgantara, dalam melaksanakan tugas, Subditpotdirga dibantu oleh :

77
1) Silongmat dan Lanara bertugas menyelenggarakan penerbangan pesawat
udara Polri dalam rangka pertolongan, penyelamatan dan ambulans udara;
2) Simetsus bertugas menyiapkan administrasi dan personel dalam rangka
pemetaan dan menyelenggarakan dukungan peralatan khusus;
3) Sipolmasdirga bertugas menyiapkan administrasi dan personil,
menyelenggarakan pengorganisasian, penyuluhan dan kerja sama tentang
potensi masyarakat dirgantara dan olahraga kedirgantaraan;
4) Urmin.
d. Subditfasharkan bertugas menyelenggarakan kajian teknik, merencanakan dan
melaksanakan pemeliharaan dan perbaikan tingkat ringan, sedang maupun berat
pesawat udara Polri serta menyelenggarakan pemeliharaan dan pendistribusian
suku cadang pesawat udara Polri, dalam melaksanakan tugas, Subditfasharkan
dibantu oleh:
1) Sijiantek yang bertugas menyelenggarakan pengkajian dan analisa mengenai
teknologi material, konstruksi, mekanik, navigasi, avionik dan kelistrikan serta
metodologi untuk menentukan teknologi pesawat udara yang tepat guna
Poludara dalam mendukung kelaikan dan keselamatan;
2) Siharkanpesud bertugas merencanakan, melaksanakan, mengendalikan dan
mengawasi pemeliharaan serta perbaikan ringan, sedang dan berat pesawat
udara;
3) Sisucadpesud bertugas penyimpanan, pemeliharaan, penyiapan,
pendistribusian, dan pengawasan serta administrasi perencanaan kebutuhan
yang berkaitan dengan kebutuhan suku cadang pesawat dalam rangka
dukungan pelayanan operasional penerbangan dan pemeliharaan pesawat
udara;
4) Urmin.
e. Urtu.

78
BADAN PEMELIHARA KEAMANAN
KORPS KEPOLISIAN PERAIRAN DAN UDARA

DOKTRIN KEPOLISIAN PERAIRAN DAN UDARA

BAB I
PENDAHULUAN

1. Umum
Polri adalah Bhayangkara Negara. Untuk meneguhi kembali doktrin insan
Bhayangkara tersebut, anggota Bhayangkara perlu memahami dan menghayati Sejarah
Polri, Tribrata, Catur Prasetya, Lambang Polri, Panji – Panji Polri, Hymne Polri, Doktrin
Polri ” Tata Tentram Kertaraharja, kode Etik Polri dan Kode Etik Profesi Polri.
Bahwa kedepan, Polri dalam hal ini Kepolisian Perairan dan Udara mendapatkan
tantangan tugas yang semakin kompleks yang dihadapkan dalam situasi internal maupun
eksternal yang mana pengaruh globalisasi kehidupan yang semakin luas. oleh karena itu
sangat diperlukannya pemantapan nilai kejuangan anggota Polairud guna memperkokoh
jati diri polri, menjadi Polri yang Promoter.
Pada hakikatnya pedoman hidup dan pedoman kerja anggota Polri adalah
Tribrata dan Catur Prasetya yang mana makna dari revitalisasi doktrin tribrata dan catur
prasetya harus dijadikan landasan berpikir dan pedoman anggota polri dalam
memberikan perlindungan, pengayoman dan pelayanan masyarakat.

2. Maksud dan Tujuan


a. Maksud
Sebagai pedoman Korpolairud dalam rangka melaksanakan peran, fungsi dan
tugas pokoknya sebagai pelindung, pengayoman dan pelayan masyarakat perairan.
b. Tujuan
Agar Korpolairud mempunyai pedoman dalam melaksanakan tugasnya sehingga
dapat terwujudnya situasi harkamtibmas perairan yang kondusif.

79
3. Ruang Lingkup
Ruang lingkup doktrin Korpolairud ini berisi tentang pedoman yang meliputi berbagai
aspek yang berhubungan dengan tugas, fungsi Korpolairud.

4. Hakikat Doktrin
Hakikat doktrin Tri Brata yang menjadi pedoman hidup Polri melalui sebuah
penelitian yang panjang selama satu dasa warsa setelah Republik ini diproklamirkan.
Penelitiannya dipimpin langsung oleh Guru Besar dan Dekan PTIK Prof. Djoko Soetono,
SH menyongsong pra rancangan Undang-Undang Kepolisian RI yang sedang digodok
waktu itu.
Kata-kata Tri Brata pertama-tama dikemukakan oleh Maha Guru Sastra sekaligus
Dekan Fakultas Satra UI menangkap sebagai Mendikbud saat itu yaitu Prof. Dr. Priyono.
Tri Brata secara resmi diucapkan oleh seorang mahasiswa PTIK pada prosesi wisuda
keserjanaan PTIK angkatan II tanggal 3 MEi 1954. Selanjutnya TRi Brata diresmikan
sebagai Kode Etik pelaksanaan tugas Polri (yang dahulu disebut pedoman hidup) pada
tanggal 1 Juli 1955. Selain pedoman hidup Tri Brata, Polri juga memiliki pedoman kerja
yang disebut CATUR PRASETYA sejak tahun 1961.

5. Kedudukan Doktrin
Doktrin ini merupakan doktrin induk yang berada pada tataran strategis dan menjadi
acuan bagi buku-buku petunjuk pada tataran dibawahnya di jajaran Korpolairud.

6. Dasar
a. Undang Undang Dasar tahun 1945
b. Undang Undang Republik Indonesia No. 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara
Republik Indonesia
c. Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia nomor 5 tahun 2019
tentang perubahan atas peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia
nomor 6 tahun 2017 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Satuan Organisasi
Tingkat Markas Besar Kepolisian Negara Republik Indonesia.
d. Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia nomor 14 tahun 2011
tentang Kode Etik Profesi Kepolisian Negara Republik Indonesia.

80
e. SKEP MEN/PANGAK No.Pol.95/SK/MK/1965 tanggal 29 September 1965 tentang
Pataka Korps Perairan dan Udara.

BAB II
LANDASAN DAN LATAR BELAKANG PEMIKIRAN

7. Umum

Salah satu prasarat berjalannya proses pembangunan nasional adalah


terpeliharanya situasi keamanan dalam negeri (kamdagri) yang kondusif. Untuk
terselenggaranya pembangunan nasional tersebut, Polri sebagai alat negara dibidang
keamanan memiliki peran dan tanggungjawab memelihara kamdagri. Hal ini sesuai
amanat UU No. 2 Tahun 2002 Pasal 5, “Kepolisian Negara Republik Indonesia
merupakan alat negara yang berperan dalam memelihara keamanan dan ketertiban
masyarakat, menegakkan hukum, serta memberikan perlindungan, pengayoman, dan
pelayanan kepada masyarakat dalam rangka terpeliharanya keamanan dalam negeri.”
Dalam rangka pelaksanaan tugas dibidang keamanan dalam negeri tersebut, selain
menggunakan pendekatan represif (penindakan), Polri juga harus menekankan pada
pendekatan preventif dan pre-emtif (pencegahan) sebagaimana dijabarkan dalam Pasal
14 Ayat (1), yakni membina masyarakat untuk meningkatkan partisipasi masyarakat,
kesadaran hukum masyarakat serta ketaatan warga masyarakat terhadap hukum dan
peraturan perundang-undangan; turut serta dalam pembinaan hukum nasional;
memelihara ketertiban dan menjamin keamanan umum; melakukan koordinasi,
pengawasan, dan pembinaan terhadap bentuk-bentuk pengamanan swakarsa.
Salah satu bentuk pendekatan pre-emtif dalam pencegahan kejahatan (crime
prevention) dilakukan melalui pola kemitraan Polri dengan masyarakat dan pihak-pihak
terkait (stakeholders). Kemitraan Polri dengan masyarakat dan stakeholders dibutuhkan
karena masyarakat setempat yang paling mengetahui dan merasakan berbagai
persoalan kamtibmas dilingkungannya. Untuk itu, perlu adanya sinergi antara Polri
dengan masyarakat dan stakeholders dalam memecahkan akar persoalan kejahatan.
Keberhasilan sinergi Polri dengan masyarakat dan stakeholders dalam memecahkan

81
persoalan kamtibmas akan dapat menciptakan rasa aman dan nyaman masyarakat
dalam melakukan aktivitasnya sehari-hari.

8. Landasan Pemikiran
a. Landasan Ideologis
Pancasila adalah dasar dan ideolog negara yang merupakan sumber hokum dasar
nasional. Sebagai ideology negara, Pancasila merupakan falsafah dan pandangan
hidup bangsa Indonesia yang mengandung nilai-nilai moral, etika dan cita-cita luhur
serta tujuan yang hendak dicapai bangsa Indonesia yang senantiasa menjadi
landasan bagi Polri dalam berpikir,bersikap dan bertindak dalam rangka
penyelenggaraan keamanan negara.

b. Landasan Konstitusional
1. Undang Undang Dasar Tahun 1945 sebagai hukum dasar Negara Republik
Indonesia.
2. Undang Undang Republik Indonesia No. 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian
Negara Republik Indonesia.

c. Landasan Visional
Wawasan Nusantara sebagai landasan visional dijiwai oleh nilai-nilai yang
terkandung dalam substansi pembukaan Undang undang dasar tahun 1945.
Wawasan Nusantara berfungsi sebagai penggerak dan rambu – rambu petunjuk
arah dan pedoman segala kebijakan dan keputusan oleh para penyelenggara di
tingkat Mabes dan kewilayahan, serta pedoman sikap dan perilaku setiap warga
masyarakat dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Wawasan
Nusantara bertujuan menumbuhkembangkan rasa dan sikap nasionalisme yang
tinggi, sebangsa setanah air, dengan mengutamakan kepentingan nasional tanpa
mengorbankan kepentingan perorangan, kelompok, golongan, suku bangsa dan
agama.

82
d. Landasan Konsepsional
Keamanan nasional sebagai landasan konsepsional merupakan cita-cita nasional
yang dilandasi falsafah hidup bangsa Indonesia. Keamanan nasional merupakan
kondisi dinamis suatu bangsa dalam menghadapi dan mengatasi segala ancaman
keamanan baik yang datang dari luar maupun dari dalam negeri, baik yang
langsung maupun yang tidak langsung membahayakan keamanan bangsa dan
negara.

9. Latar Belakang Pemikiran


a. Sejarah Polri
Pada zaman pemerintahan kolonial Belanda maupun pada zaman
pendudukan Jepang di Indonesia, kepolisian hanya merupakan alat pemerintah
yang berkuasa. Sedangkan pada masa Indonesia Merdeka, posisi, fungsi, dan
peran Polri berubah-ubah seirama dengan dinamika kehidupan sosial-budaya dan
politik bangsa dan negara Indonesia. Kiranya kilas balik berikut ini dapat
memberikan gambaran tentang posisi dan peran Polri dari waktu ke waktu.
Berdasarkan Ketetapan Pemerintah RI No.11/SD/1946 tanggal 1 Juli 1946,
misalnya, dibentuklah Jawatan Kepolisian Negara sebagai penegak hukum yang
bertanggung jawab langsung kepada Perdana Menteri (pada waktu itu PM Sutan
Sjahrir). Selanjutnya berdasarkan Ketetapan Pemerintah RI No.1/1948 tanggal 3
Februari 1948, maka Polri di bawah Presiden/Wakil Presiden (pada waktu Presiden
Soekarno dan Wakil Presiden Mohamad Hatta). Tugas Polri pada waktu itu adalah
penegak hukum, pelindung, dan pengayom masyarakat. Namun karena situasi
negara dalam masa perang kemerdekaan, polisi pun ikut bertempur
sebagai combattan. Pada situasi di mana negara RI dilanda oleh pemberontakan
bersenjata pada tahun 1950-an, misalnya, polisi juga aktif ikut serta dalam
penumpasan pemberontakan.
Pada masa Demokrasi Terpimpin 1959-1965 (Orde Lama) kedudukan Polri
mengalami perubahan. Kepala Polri berkedudukan sebagai Menteri Muda,
berdasarkan Keppres (Keputusan Presiden) No.153 tahun 1959, tanggal 10 Juli
1959. Berikutnya, berdasarkan TAP MPR (Ketetapan Majelis Permusyawaratan
Rakyat) No.II tahun 1960 dan Undang-undang No.13 tahun 1961, maka Polri

83
ditempatkan sebagai salah satu unsur dari ABRI. Sedangkan pada era Orde Baru,
berdasarkan UU No.28 tahun 1997 – sebagai pengganti UU No.13/1961 – maka
fungsi Kepolisian digabungkan dengan fungsi Pertahanan Keamanan Negara.
Akhirnya, pada masa Reformasi yang dipelopori oleh para mahasiswa, maka
berdasarkan TAP MPR No.X/MPR/1998; dan Inpres (Instruksi Presiden) No.2 tahun
1999 tanggal 1 Juli 1999 (dalam masa pemerintahan Presiden B.J. Habibie), Polri
dipisahkan dari TNI ABRI. Hal itu karena dirasakan bahwa terdapat perbedaan
dalam fungsi dan cara kerja antara polisi dan tentara, di mana yang pertama
diharapkan dapat mewujudkan civil society.[13] Kemudian Keppres No.89 tahun
2000 tanggal 1 Juli 2000, melepaskan Polri dari Departemen Hankam (Pertahanan
dan Keamanan). Dan berdasarkan TAP MPR No.VI/2000; dan TAP MPR
No.VIII/2000 tanggal 18 Agustus 2000 pula akhirnya ditetapkan secara nyata
tentang pemisahan Polri dengan TNI (Tentara Nasional Indonesia), serta mengatur
secara tegas antara peran TNI dan Polri.

b. Sejarah Korpolairud
Polairud lahir ketika Menteri Dalam Negeri mengeluarkan keputusan
tertanggal 14 Maret 1951 soal penetapan Polisi Perairan sebagai bagian dari
Jawatan Kepolisian Negara terhitung mulai 1 Desember 1950. Keputusan ini
disempurnakan lagi dengan dikeluarkannya Surat Keputusan Perdana Menteri RI
tanggal 5 Desember 1956 tentang pembentukan Seksi Udara pada Jawatan
Kepolisian Negara. Sejak itu, bagian Polisi Perairan menjadi bagian Polisi Perairan
dan Udara. Di awal berdirinya, Polisi Perairan bermodalkan sebuah kapal
"Angkloeng". Baru pada akhir tahun 50-an, jumlah kapal bertambah hingga
mencapai 35 buah. Sementara Polisi Udara hanya memiliki sebuah pesawat
Cessna-180.
Setelah melalui beberapa kali perombakan, penyempurnaan organisasi baru
terjadi pada tahun 1985. Satuan Utama Pol Air dilebur ke dalam Subditpol Air dan
Satuan Utama Pol Udara menjadi Subditpol Udara. Kedua subdirektorat ini
beroperasi dibawah kendali Direktorat Samapta Polri. Hingga akhirnya berkiblat
kepada sejarah kelahirannya, 1 Desember diputuskan sebagai hari keramatnya
Polairud.

84
Para Pejabat Negara, dengan pandangan jauh ke depan telah mengeluarkan
Keputusan-keputusan yang strategis berupa Keputusan Menteri Dalam Negeri RI
No.4 / 2 / 3 / Um, tanggal 14 Maret 1951 tentang Penetapan Polisi Perairan sebagai
Bagian dari Djawatan Kepolisian Negara terhitung mulai tanggal 1 Desember 1950.
Dengan lahirnya Djawatan Polisi Perairan maka seluruh wilayah Indonesia yang
terdiri dari ribuan pulau yang tersebar di khatulistiwa, ditengah hamparan laut
Indonesia yang sangat luas telah diantisipasi perlunya pemeliharaan keamanan dan
ketertiban serta penegakan hukum.
Pada tahun 1953 s.d. 1958 berdasarkan Surat Perintah KKN No. Pol.: 2 /
XIV/ 53, tanggal16 Januari 1953 dibentuk 2 (dua) Pangkalan Polisi Perairan
masing-masing di Belawan dan Surabaya. Terdorong dari kesulitan-kesulitan yang
sering timbul dikarenakan kondisi geografis wilayah Nusantara maka dibentuklah
Polisi Udara dengan SK Perdana Menteri Nomor.: 510.PM/1956 tanggal 5
Desember 1956, maka resmilah tanggal 1 Desember 1956 nama bagian Polisi
Perairan dan Polisi Udara yang dipimpin oleh Komisaris Besar Polisi RP.
SUDARSONO, dengan memiliki 35 kapal dari berbagai type dan sebuah pesawat
jenis Cesna-180. Dengan Armada yang dimiliki Polisi Perairan dan Udara ikut serta
dalam pemberantasan penyelundupan, bajak laut dan operasi-operasi militer
seperti pemberantasan DI/TII di Aceh dan Pantai Karawang Jawa Barat.
Setelah melalui beberapa kali perombakan, penyempurnaan organisasi baru
terjadi pada tahun 1985. Satuan Utama Pol Air dilebur ke dalam Subditpol Air dan
Satuan Utama Pol Udara menjadi Subditpol Udara. Kedua subdirektorat ini
beroperasi dibawah kendali Direktorat Samapta Polri. Dengan pertimbangan
perkembangan situasi dan berdasarkan Skep Kapolri No. Pol.: Skep/ 9/V/ 2001,
tanggal 25 Mei 2001 struktur Polairud dibawah Deops Kapolri dengan sebutan Dit
Polairud Deops Polri. Pada saat bulan Oktober 2002 terjadi Validasi Organisasi
dengan Keputusan Kapolri No. Pol.: Kep /53/ X/ 2002, tanggal 17 Oktober 2002
dengan sebutan Dit Polair Babinkam Polri. Pada bulan Oktober 2010 terjadi
Restrukturisasi organisasi ditubuh Polri dengan terbitnya Peraturan Presiden
Nomor. 52 Tahun 2010, yang kemudian dijabarkan dalam Peraturan Kapolri Nomor.
21 Tahun 2010 Tanggal 14 Oktober 2010 untuk tingkat Mabes Polri dan Peraturan
Kapolri Nomor. 22 Tanggal 14 Oktober 2010 untuk tingkat Kepolisian Daerah.

85
Hingga akhirnya berpedoman kepada sejarah kelahirannya, 1 Desember
diputuskan sebagai hari Ulang Tahun Polairud.

c. Identitas Korpolairud
Pasca likuidasi Korps Airud menjadi Subdit, terdapat beberapa gebrakan dalam
perkembangan untuk menumbuhkan jiwa korsa anggota polairud antara lain:
1) Nityacas Samapta
Setelah mengalami sejarah yang panjang, dengan kembali adanya Korps
Airud, diperlukan adanya Pataka sebagai identitas dari sebuah Korps. Hal
tersebut direalisasikan dengan Skep MEN/PANGAK No.Pol.95/SK/MK/1965
tanggal 29 September 1965 tentang Pataka Korps Perairan dan Udara.
Nityacas Samapta memiliki arti “Selalu Siap dan Waspada”.
2) Motto
Untuk mengobarkan semangat pengabdian dan kebanggaan, Polair membuat
sebuah motto yang khas, yaitu : “Arnavat Dharpa Mahe” yang berarti
“Karena di Laut Kami Bangga”. Sedangkan Poludara memiliki motto “Cakra
Buana Samapta” yang berarti “ Karena di Udara Kita Jaya”.
3) Mars Airud
Pada tahun 1995 Subdit Polair menciptakan lagu “Mars Airud” yang
sebelumnya dirintis di Manado oleh seorang Musisi yang bernama E.A
Pulokadang dan dinyanyikan oleh para anggota polair di Manado. Selanjutnya
Mars tersebut diperbaiki dan disempurnakan, hingga saat ini tetap
dinyanyikan oleh seluruh anggota Polairud di tingkat Mabes maupun di
kewilayahan.
4) Brevet
Seiring dengan adanya reformasi Polri, Polair mulai membenahi diri dalam
pelaksanaan tugas. Ini diwujudkan dengan melakukan terobosan baru salah
satunya pembuatan brevet Bhayangkara Bahari yang diprakarsai oleh Kolonel
Pol. Drs. R.B. sadarum, SH. Selaku Kasubdit Polair pada saat itu.
Penggunaan brevet ini diresmikan oleh Kapolri pada HUT Polairud ke 48
tahun 1998, berdasarkan SK Kapolri No.Pol.:Skep/1729/XI/1998 tanggal 30
November 1998.

86
Adapun pada tanggal 3 November 1997 Kapolri mengeluarkan Skep No.Pol.:
Skep/1220/XI/1997 tentang tanda kualifikasi penerbang, mekanik dan awak
kabin di lingkungan Subdit Poludara, diantaranya: Wing Penerbang Utama,
Penerbang Madya, Penerbang Muda, Mekanik Pesawat terbang dan Awak
Kabin.

87
BAB III
TUGAS DAN FUNGSI KORPOLAIRUD

10. Umum
Keberhasilan pelaksanaan tugas pokok Kepolisian Negara Republik Indonesia dalam hal
ini Korpolairud, diperlukan system manajemen, dan standar keberhasilan operasional
Kepolisian Negara Republik Indonesia dalam melaksanakan tugas kegiatan kepolisian
dan operasi kepolisian secara berkesinambungan. Operasional Kepolisian dan kegiatan
Kepolisian Negara Republik Indonesia dilaksanakan secara terencana, sistematis,
sinergis dan terkoordinasi antar fungsi kepolisian dan/atau unsur di luar Korpolairud yang
terkait dengan berbagai kepentingan dan kewenangannya, guna menciptakan situasi
keamanan dan ketertiban masyarakat dalam rangka terpeliharanya keamanan dalam
negeri secara khusus di wilayah perairan.

11. Tugas Korpolairud


Korpolairud merupakanunsur pelaksana utama yang berada dibawah Kabaharkam Polri
memiliki tugas:
a. Menyelenggarakan perlindungan, pengayoman dan pelayanan masyarakat serta
penegakan hokum di seluruh wilayah perairan dan udara Indonesia dalam rangka
pemeliharaan keamanan dan ketertiban masyarakat.
b. Memberikan dukungan kegiatan kepada seluruh fungsi Kepolisian, kewilayahan,
dan K/L.
c. Melaksanakan peningkatan kemampuan pelatihan fungsi Kepolisian Perairan dan
Udara.
d. Menyelenggarakan pengawasan, pengendalian dan pengindraan keamanan
perairan Indonesia.
e. Menyelenggarakan sentra pelayanan pelaporan dan pengaduan masyarakat
perairan.
f. Menyelenggarakan fungsi intelijen keamanan bagi kepentingan pelaksanaan tugas
dan manajemen Korpolairud guna mendukung pelaksanaan tugas – tugas
Korpolairud Baharkam Polri dalam rangka mewujudkan keamanan dalam negeri.

88
12. Fungsi Korpolairud
Dalam melaksanakan tugas, Korpolairud menyelenggarakan fungsi:
a. Penyusunan kebijakan strategis yang berkaitan dengan peran dan fungsi Polisi
Perairan dan Udara, perumusan dan pengembangan system dan metode termasuk
petunjuk pelaksanaan fungsi perairan dan udara, membangun kemitraan dan
kerjasama baik dalam maupun luar negeri, serta menyelenggarakan koordinasi
dengan pemangku kepentingan lainnya di bidang perairan dan udara.
b. Pelaksanaan manajemen operasional kepolisian perairan dan udara yang meliputi
kegiatan memelihara dan mewujudkan keamanan, ketertiban serta keselamatan di
perairan dan udara melalui kegiatan penyelidikan, pembinaan masyarakat,
penjagaan, pengawalan, patrol, TPTKP, penegakan hokum, Quick Respon, serta
pertolongan dan penyelamatan.
c. Pengembangan system dan metode tremasuk petunjuk dan pelaksanaan teknis
penegakan hokum yang meliputi kegiatan penindakan terhadap pelanggaran
ketentuan yang berlaku di perairan, penanganan dan penyidikan kecelakaan
perairan, penanganan gangguan keamanan berintensitas tinggi, serta koordinasi
dengan PPNS.
d. Pembinaan masyarakat perairan dan udara, melalui kegiatan sosialisasi, sambang
nusa, penanaman nilai budaya maritime, serta membangun kesadaran, kepekaan,
kepedulian akan ketertiban, keamanan dan keselamatan di perairan dan udara,
tertib perairan dan udara.
e. Pengkajian teknologi bidang perkapalan dan pesawat udara yang meliputi
bangunan, kelistrikan, permesinan, navigasi, elektronika dan persenjataan serta
kelaiklautan kapal serta keselamatan kerja.
f. Pengkajian teknologi bidang pesawat udara yang meliputi rangka pesawat,
permesinan, navigasi dan komunikasi dalam menjamin mutu dan kelaikan peralatan
pesawat udara Polri serta pengkajian bidang telekomunikasi dan informatika
maritim.
g. Pelaksanaan operasional pusat pengawasan, pengendalian dan pengindraan
keamanan perairan Indonesia yang meliputi kegiatan pengumpulan, pengolahan,
dan penyajian data keamanan perairan, sebagai pusat kendali, koordinasi,
komunikasi dan informasi, pengembangan system dan teknologi informasi dan

89
komunikasi perairan dan udara, serta pelayanan informasi perairan dan udara yang
menyangkut pelanggaran dan kecelakaan perairan dan udara dengan lingkup data
jajaran Polri.
h. Pengawasan dan supervisi staf termasuk pemberian arahan guna menjamin
terlaksananya pembinaan pemeliharaan keamanan.
i. Perencanaan kebutuhan pemeliharaan dan perawatan personel, materiil, dan
logistik serta anggaran dan distribusinya sesuai dengan kebutuhan.
j. Pengumpulan, pengolahan dan penyajian data atau informasi yang berkaitan
dengan sumber daya serta hasil kegiatan fungsi Airud.
k. Penegakan hokum, pengawalan dan patrol di perairan dan udara serta memberi
dukungan kekuatan kepada Satuan Mabes Polri dan kewilayahan.
l. Pengoordinasian, penyelenggaraan, operasional dan pembinaan teknis fungsi
kepolisian perairan dan udara yang bersifat terpusat dan lintas Polda.
m. Pelaksanaan kerjasama di bidang kegiatan dan pelatihan dengan lembaga dari
dalam negeri maupun luar negeri sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
n. Pelaksanaan pertolongan dan penyelamatan terhadap korban bencana dan
kecelakaan.
o. Pembinaan masyarakat perairan dan kedirgantaraan.
p. Pelaksanaan transportasi perairan dan udara termasuk kegiatan pencarian dan
pengejaran pelaku tindak pidana dengan mobilitas tinggi.
q. Pelatihan fungsi teknis sesuai peraturan yang berlaku.
r. Penyusunan, perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan bantuan prkuatan
dalam kegiatan kepolisian, operasi kepolisaian dan kontijensi.

14. Operasi dan kegiatan Korpolairud


adalah serangkaian kegiatan yang diorganisir secara khusus dalam rangka pencegahan,
penanggulangan dan penindakan terhadap gangguan Kamtibmas di wilayah perairan dan
udara yang diselenggarakan dalam kurun waktu, sasaran/target operasi, cara bertindak,
kekuatan personel, dukungan logistik dan anggaran tertentu.
a. Bentuk Operasi Korpolairud
Bentuk operasi, meliputi:

90
1) Operasi Kepolisian Terpusat merupakan operasional kepolisian yang
manajemen operasionalnya diselenggarakan oleh Mabes Polri. Operasi
Kepolisian Terpusat meliputi:
a) Mabes Polri secara mandiri;
b) Mabes Polri mengikutsertakan personel kewilayahan (Satwil) sebagai
anggota Satgas; dan
c) Mabes Polri dan Satwil, dimana manajemen operasinya dilaksanakan
oleh masing-masing dengan bentuk dan waktu operasi ditetapkan oleh
Mabes Polri;
2) Operasi Kepolisian Kewilayahan Tingkat Polda merupakan operasi kepolisian
yang manajemen operasinya diselenggarakan oleh Polda. Operasi Kepolisian
Kewilayahan tingkat Polda, meliputi:
a) Polda secara mandiri; merupakan operasi yang diselenggarakan
secara mandiri oleh Polda;
b) Polda melibatkan Personel Mabes Polri dan/atau personel Polres,
merupakan operasi yang diselenggarakan dan dikendalikan oleh Polda;
dan
c) Polda dan Polres; merupakan operasi kepolisian dimana manajemen
operasinya diselenggarakan oleh Polda dan Polres, dengan bentuk dan
waktu operasi ditetapkan oleh Polda;
3) Operasi Kepolisian Kewilayahan Tingkat Polres merupakan operasi kepolisian
yang manajemen operasinya diselenggarakan oleh Polres. Operasi
Kepolisian Kewilayahan tingkat Polres meliputi:
a) Polres secara mandiri, merupakan operasi yang diselenggarakan
secara mandiri oleh Polres; dan
b) Polres di back up Personel Polda, merupakan operasi yang
diselenggarakan dan dikendalikan oleh Polres;

c. Jenis Operasi Korpolairud


Jenis Operasi, meliputi:
1) Operasi Intelijen, adalah operasi penyelidikan, pengamanan, penggalangan,
dan kontra intelijen dalam rangka mencegah secara dini agar Potensi

91
Gangguan (PG) Kamtibmas di bidang politik, ekonomi, sosial budaya dan
keamanan negara tidak menjadi Gangguan Nyata (GN).
Operasi intelijen merupakan operasi yang bersifat tertutup pada sasaran
Potensi Gangguan (PG) dan Ambang Gangguan (AG) dengan Target Operasi
(TO) kualitatif dengan Cara Bertindak (CB) preemtif dan/atau preventif;
2) Operasi Pengamanan Kegiatan, merupakan operasi kepolisian yang
diselenggarakan oleh Polri berkaitan dengan kegiatan masyarakat dan/atau
pemerintah yang berpotensi menimbulkan gangguan keamanan secara nyata
dan dapat mengganggu/menghambat prikehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara. Operasi pengamanan kegiatan merupakan
operasi kepolisian yang bersifat terbuka diarahkan pada Target Operasi (TO)
dengan sasaran PG, AG dan GN secara kualitatif dan/atau kuantitatif, dengan
mengedepankan Cara Bertindak (CB) preemtif, preventif dan didukung
penegakan hukum serta represif non yustisial (persuasif edukatif);
3) Operasi Pemeliharaan Keamanan, merupakan operasi kepolisian yang
kegiatannya mengedepankan tindakan pencegahan dan penangkalan, melalui
berbagai kegiatan dalam rangka meningkatkan kesadaran dan partisipasi
masyarakat. Operasi pemeliharaan keamanan merupakan operasi kepolisian
yang bersifat terbuka diarahkan pada Target Operasi (TO) dengan sasaran
PG, AG dan GN secara kualitatif dan/atau kuantitatif dengan Cara Bertindak
(CB) preemtif dan preventif;
4) Operasi Penegakan Hukum, merupakan operasi kepolisian yang
diselenggarakan berkaitan dengan penanggulangan berbagai gangguan
keamanan berupa kejahatan konvensional, transnasional, kejahatan terhadap
kekayaan negara serta kejahatan yang berimplikasi kontinjensi. Operasi
penegakan hukum merupakan operasi kepolisian yang bersifat tertutup
diarahkan pada Target Operasi (TO) dengan sasaran GN secara kuantitatif
dan kualitatif, dengan (CB) penegakan hukum; dan
5) Operasi Kontinjensi, merupakan operasi kepolisian yang diselenggarakan
untuk pencegahan, penghentian dan pemulihan situasi Kamtibmas terhadap
kejadian atau peristiwa yang muncul secara mendadak, berkembang secara
cepat dan meluas akibat konflik sosial, bencana alam dan terorisme yang

92
dapat mengganggu stabilitas keamanan dalam negeri. Operasi kontinjensi
merupakan operasi kepolisian yang bersifat terbuka dan/atau tertutup,
diarahkan pada Target Operasi (TO) dengan sasaran PG, AG dan GN, secara
kualitatif dan atau kuantitatif dengan Cara Bertindak (CB) preemtif, preventif,
penegakan hukum, kuratif dan rehabilitasi;

15. Kegiatan Korpolairud


Dalam melaksanakan tugas pokok, Korpolairud bertugas :
a. Pre-emtif
1) Pembinaan dan penyelenggaraan kegiatan Binmas perairan dan udara
2) Sambang Nusa ke pulau-pulau terluar berpenghuni
3) Pembinaan dan penyelenggaraan kegiatan Intelijen perairan
4) Deteksi dini di wilayah perairan dan udara
b. Preventif
1) Pelaksanaan patroli kawasan dan pengawalan oleh kapal Polisi dan pesawat
terbang
2) Pengamanan wilayah Hot Spot
c. Represif
1) Pelaksanaan penyelidikan
2) Pelaksanaan penyidikan
3) Penegakan hukum terhadap pelaku tindak pidana perairan
d. Kuratif
1) Pelaksanaan penyelamatan dan pertolongan terhadap korban bencana dan
kecelakaan
2) Bantuan fasilitas Kapal Polisi dan pesawat terbang

BAB IV
HAKIKAT ANCAMAN

16. Umum
Ancaman memiliki hakikat yang majemuk, berbentuk fisik atau nonfisik,
konvensional atau nonkonvensional, global atau lokal, segera atau mendatang, potensial

93
atau aktual, militer atau nonmiliter, langsung atau tidak langsung, dari luar negeri atau
dalam negeri, serta dengan kekerasan senjata atau tanpa kekerasan senjata.
Ancaman terhadap keamanan manusia meliputi keamanan ekonomi, pangan,
kesehatan, lingkungan, personel, komunitas, dan politik. Ancaman terhadap keamanan
dan ketertiban masyarakat meliputi kriminal umum dan kejahatan terorganisasi lintas
negara. Ancaman terhadap keamanan dalam negeri meliputi separatisme, terorisme,
spionase, sabotase, kekerasan politik, konflik horizontal, perang informasi, perang siber
(cyber), dan ekonomi nasional. Ancaman terhadap pertahanan meliputi perang
takterbatas, perang terbatas, konflik perbatasan, dan pelanggaran wilayah.
Perlu diwaspadai bahwa Ancaman terhadap kepentingan dan keamanan nasional
tidak lagi bersifat tradisional, tetapi lebih banyak diwarnai Ancaman nontradisional.
Hakikat Ancaman telah mengalami pergeseran makna, bukan hanya meliputi Ancaman
internal dan/atau Ancaman dari luar yang simetris (konvensional), melainkan juga
asimetris (nonkonvensional) yang bersifat global dan sulit dikenali serta dikategorikan
sebagai Ancaman dari luar atau dari dalam. Bentuk dan sifat Ancaman juga berubah
menjadi multidimensional. Dengan demikian, identifikasi dan analisis terhadap Ancaman
harus dilakukan secara lebih komprehensif, baik dari aspek sumber, sifat dan bentuk,
kecenderungan, maupun yang sesuai dengan dinamika kondisi lingkungan strategis.
Upaya untuk melakukan penilaian terhadap Ancaman tersebut dapat terwujud
dengan baik apabila Intelijen Negara sebagai bagian dari sistem keamanan nasional
yang merupakan lini pertama mampu melakukan deteksi dini dan peringatan dini
terhadap berbagai bentuk dan sifat Ancaman, baik yang potensial maupun aktual. Guna
mewujudkan hal tersebut, Personel Intelijen Negara harus mempunyai sikap dan
tindakan yang profesional, objektif, dan netral. Sikap dan tindakan tersebut
mencerminkan Personel Intelijen Negara yang independen dan imparsial karena segala
tindakan didasarkan pada fakta dan tidak terpengaruh pada kepentingan pribadi atau
golongan serta tidak bergantung pada pihak lain, tetapi semata-mata hanya untuk
kepentingan bangsa dan negara.

17. Penyelenggaraan operasional Kopolairud


Penyelenggaraan operasional Korpolairud, mempertimbangkan:
a. hakikat ancaman, meliputi:

94
1) PG merupakan situasi atau kondisi yang menjadi akar masalah dan atau
faktor stimulan atau pencetus yang berkorelasi erat terhadap timbulnya AG
dan/atau GN;
2) AG merupakan suatu situasi atau kondisi Kamtimbas yang apabila tidak
dilakukan tindakan kepolisian, dikhawatirkan akan menimbulkan GN; dan
3) GN merupakan gangguan berupa kejahatan, pelanggaran hukum dan atau
bencana yang dapat menimbulkan kerugian harta benda, jiwa raga maupun
kehormatan;
b. lingkup ancaman, meliputi:
1) kejahatan yang meliputi kejahatan konvensional, kejahatan transnasional,
kejahatan yang merugikan kekayaan negara dan kejahatan yang
berimplikasi kontinjensi; dan
2) bencana dan kecelakaan yang menuntut upaya pencegahan, pertolongan
dan penyelamatan masyarakat secara bersama-sama;
c. bobot ancaman, meliputi:
1) ringan, merupakan suatu bentuk ancaman Kamtibmas yang terjadi secara
umum berpengaruh terhadap rasa nyaman dan damai yang
penanggulangannya dilakukan dengan mengedepankan tindakan preemtif
didukung tindakan preventif;
2) sedang, merupakan suatu bentuk ancaman Kamtibmas yang terjadi
berpengaruh terhadap rasa damai dan bila tidak diatasi akan menjadi
gangguan Kamtibmas yang penanggulangannya dilakukan dengan
mengedepankan tindakan preventif; dan
3) berat, merupakan suatu bentuk gangguan Kamtibmas yang terjadi
mengganggu keamanan dan ketertiban serta penanggulangannya
mengedepankan tindakan penegakan hukum;

95
BAB V
STRATEGI KORPOLAIRUD

18. Umum
Pelaksanaan tugas secara preemtif dan preventif yang didukung dengan
sumberdaya yang optimal diharapkan dapat mencegah, menghambat dan menghentikan
tindakan pelaku kejahatan yang sedang berupaya atau sedang melakukan tindakan yang
bertentangan dengan hukum. Selain itu juga untuk melindungi masyarakat dari ancaman
perbuatan atau perbuatan pelaku kejahatan yang dapat menimbulkan korban jiwa
maupun kerugian harta benda, sehingga akan terciptaknya rasa aman bagi masyarakat.
Kehadiran aparat kepolisian diberbagai tempat sangat dibutuhkan untuk mencegah
munculnya gangguan kamtibmas. Respon cepat yang diberikan aparat kepolisian atas
berbagai laporan/ pengaduan masyarakat dapat meningkatkan citra dan kepercayaan
masyarakat atas kinerja pelayanan Polri. Meningkatnya kepercayaan masyarakat atas
kinerja Polri selanjutnya akan mendorong berkembangnya dukungan dan partisipasi
masyarakat dalam memelihara kamtibmas khususnya di wilayah perairan Indonesia.
Keberhasilan pelaksanaan pencegahan kejahatan akan memberikan dampak
meningkatnya kinerja pelayanan kamtibmas Polri secara nasional. Keberhasilan
pencegahan kejahatan selanjutnya akan memberikan kontribusi yang cukup besar bagi
tercapainya tujuan Polri. Keberhasilan ini juga akan ditandai dengan meningkatnya
partisipasi masyarakat dan pihak-pihak terkait (stakeholders) dalam pelaksanaan tugas-
tugas Polri, sehingga akan terbangun kemitraan Polri dengan berbagai pihak (partnership
building).

19. Strategi Menghadapi Ancaman


Strategi Kepolisian Perairandan udara Dalam Pencegahan Kejahatan :
a. Pre-emtif adalah kebijakan yang melihat akar masalah utama penyebab terjadinya
kejahatan melalui pendekatan sosial, pendekatan situasional dan pendekatan
kemasyarakatan untuk menghilangkan unsur Potensi Gangguan.
b. Preventif sebagai upaya pencegahan atas timbulnya Ambang Gangguan (police
hazard), agar tidak berlanjut menjadi gangguan nyata / Ancaman Faktual (crime).

96
c. Represif sebagai upaya penegakan hukum terhadap Gangguan Nyata / Ancaman
Faktual berupa penindakan/pemberantasan/ penumpasan sesudah kejahatan
terjadi atau pelanggaran hukum, yang bertujuan untuk memberikan contoh (Social
Learning) dan menimbulkan Efek Deterence agar dapat mengantisipasi para
pelaku melakukan / mengulangi perbuatannya.

20. Strategi Kerjasama Polairud


Kerjasama Pencegahan Kejahatan, meliputi kerjasama dengan:
a. TNI
Kondisi gangguan Kamtibmas dan Kamdagri didaerah dikaitkan dengan
keterbatasan dari Kesatuan, mengharuskan untuk meminta bantuan baik dari
kesatuan atas maupun kesatuan samping yaitu unsur TNI.
b. Pemda
Kerjasama dengan Pemda belum dirasakan optimal hal tersebut dikarenakan
belum Pemda belum sepenuhnya dapat memberikan dukungan anggaran yang
merupakan salah satu unsur utama dalam pencegahan kejahatan / menyangkut
masalah kamtibmas. Karena kebanyakan pejabat Pemda memiliki pemahaman
bahwa masalah Kamtibmas adalah urusan kepolisian. Kemudian Polri belum
sepenuhnya dilibatkan dalam pembuatan kebijakan terkait dengan pemeliharaan
kamtibmas.
c. Masyarakat
Kegiatan yang dilaksanakan adalah :
1) Melaporkan situasi Kamtibmas di wilayah masing-masing baik rutin maupun
insidentil.
2) Bersama anggota Bhabinkamtibmas mengidentifikasi masalah yang ada
dilingkungan masing-masing.

97

Anda mungkin juga menyukai