BHABINKAMTIBMAS
Seiring dengan perkembangan global masyarakat akan semakin cerdas dan kritis
dalam menyikapi suatu permasalahan yang terjadi di lingkungannya.
Bhabinkamtibmas hendaknya mampu memainkan peran sebagai “Juru Penerang”
bagi masyarakat guna memberikan informasi yang benar dan proporsional. Oleh
karena itu Bhabinkamtibmas harus selalu terus meningkatkan wawasan dan
pengetahuan agar tidak tertinggal dengan berbagai dinamika yang terjadi di
masyarakat.
Akhir kata semoga buku ini dapat bermanfaat bagi para pembaca, dan atas nama
pimpinan Polri kami mengucapkan selamat bertugas kepada para Bhabinkamtibmas
di manapun berada. Semoga Tuhan yang Maha Esa senantiasa memberikan
kesehatan dan kekuatan kepada kita dalam menjalankan tugas.
Jakarta, 2017
Saya mengucapkan terima kasih dan penghargaan kepada semua pihak yang
telah memberikan kontribusi atas penerbitan Buku Pintar Bhabinkamtibmas edisi
keempat Tahun 2017 ini. Semoga amal usaha kita mendapatkan ridho dari Tuhan
Yang Maha Esa. Selamat bertugas.
tentang
Menetapkan.....
2 KEPUTUSAN KAPOLRI
NOMOR : KEP/773 /VII/2016
TANGGAL : 29 JULI 2016
MEMUTUSKAN
Ditetapkan di : Jakarta
pada tanggal : Juli 2016
a.n. KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
KABAHARKAM
Tembusan :
BABI
PENDAHULUAN
Materi penyuluhan harus benar-benar dikuasai dengan baik agar timbul rasa
percaya diri yang tinggi dalam melakukan penyuluhan serta siap menghadapi
berbagai pertanyaan yang diajukan terhadap materi yang disampaikan.
=O=
3
BAB II
1) Pengertian
2) Tugas Bhabinkamtibmas
a. Tugas Pokok:
b. Tugas-tugas Bhabinkamtibmas:
3) Fungsi Bhabinkamtibmas
4) Peranan Bhabinkamtibmas
6. Kompetensi Bhabinkamtibmas
a. Pengetahuan
b. Keterampilan
tl+
7
3) keterampilan untuk menangani konflik dan perbedaan persepsi;
c. Sikap kepribadian
7. Kegiatan Bhabinkamtibmas.
ー
2) memberikan asistensi/pendampingan terhadap operasional
FKPM;
a. Bencana alam
b. Konflik sosial
1) Pra konflik
2) Saat konflik
d) apabila himbauan tidak dipatuhi dan kekerasan mulai
terjadi, melapor dan memohon kepada pimpinan untuk
mengeluarkan maklumat kepada masyarakat yang berisi
peringatan atau ultimatum untuk menghentikan aksi
kekerasan;
3) Pasca konflik.
4) melakukan TPTKP:
b) menolong korban,
=O=
2) Ketua Siskamling
3) Pelaksana
(1) penJagaan;
(2) patroli/perondaan;
7) jas hujan;
8) senter.
=O=
2. KENAKALAN…••
2. KENAKALAN ANAK DAN REMAJA
a. Umum
1) Faktor internal
a) Krisis identitas
b) Konsep…••
b) Konsep diri yang negatif
d) Kurang Pemahaman
2) Faktor Eksternal
a) Keluarga
b) Salah.....
b) Salah memilih teman
d) Media
1) bolos sekolah;
2) aksi corat-coret fasilitas umum (vandalisme);
3) pemalakan;
4) tindakan kekerasan/paksaan/intimidasi oleh individu/kelompok
terhadap pihak lain (bullying);
5) tawuran;
6) seks bebas/pornografi;
7) penyalahgunaan Narkoba;
8) balapan liar/geng motor;
9) dan kenakalan lainnya.
10) Pelecehan /kekerasan seksual oleh anak dan remaja
2) Menanamkan …••
21
11) Memberi pemahaman atau edukasi pada anak dan remaja untuk
memilih teman dan lingkungan yang baik bagi tumbuh kembang
dirinya.
e. penanggulangan
=O=
23
a. Umum
1) Narkotika
Adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan
tanaman baik sintetis maupun semi sintetis, yang dapat
menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya
rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat
menimbulkan ketergantungan, yang dibedakan ke dalam
golongan-golongan sebagaimana terlampir dalam Pasal 1
angka 1 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang
Narkotika.
2) Psikotropika
Terdiri.....
25
, T
mekanik, contoh minuman keras, spiritus, bensin, dan
lain-lain;
1
?
1
Minuman keras terbagi dalam 3
golongan:
]9
・
― 防
keras yang berkadar
ethanol (alkohol) 1-5%,
、配
割.
contoh bir;
‘ヽ
g
:
, .`バ
(2) Golongan B : minuman
“
keras yang berkadar )
I9 9
ethanol (alkohol) 5-20%
contoh minuman anggur;
b. Sanksi hukum
c. Tanda…••
26
1) tanda-tanda fisik :
a) mata memerah;
b) kulit pucat;
c) kelopak mata seperti
beraUmengantu k.
2) tanda-tanda sikap :
a) merenung, cemas, depresi;
b) emosional, perasa/mudah
tersinggung, pemarah;
c) tidak peduli dengan
perasaan orang lain;
d) pelupa, menurunnya daya
ingat;.
e) sikap bermusuhan.
d. Pencegahan
e. Penanggulangan
1) Rehabilitasi medis
Adalah suatu proses kegiatan pengobatan secara terpadu
untuk membebaskan pecanduan dari ketergantungan Narkotika;
2) Rehabilitasi sosial
Adalah suatu proses kegiatan pemulihan secara terpadu baik
fisik mental maupun sosial, agar bekas pecandu Narkotika
dapat kembali melaksanakanan fungsi sosial dalam kehidupan
bermasyarakat.
a. Pengertian
6) kurangnya pengawasan;
2) mengganggu..…
29
1) meresahkan masyarakat;
5) tidak.....
5) tidak memberikan fasilitas motor kepada anak untuk aksi
balapan liar dan geng motor;
f. Penanggulangan
a. Pengertian
b. Penyebab
1) adanya konflik sosial/komunal yang tidak terselesaikan secara
tuntas, sehingga berlanjut pada perkelahian/tindak kekerasan
fisik yang melibatkan satu kelompok atau lebih;
2) solidaritas negatif;
3) fana.t1sme semp1t;
4) dendam;
5) hutang piutang;
6) batas tanah;
7) perebutan air irigasi;
8) persaingan tidak sehat;
9) stres sosial;
10) perbedaan pandangan ideologi, politik, dan/atau keyakinan
agama;
11) ketidakpuasan atas keadaan;
12) kecemburuan s0s1al;
13) arogans1;
14) perebutan "kekuasaan" (premanisme);
15) dan lam-lam.
c. Pencegahan
1) memperbanyak silaturahmi/saling berkunjung antar warga/
kelompok;
2) mengadakan .. …
2) mengadakan pertemuan para tokoh masyarakat, tokoh agama,
tokoh adat, tokoh pemuda, dan tokoh berpengaruh lainnya;
3) meningkatkan toleransi antar umat yang berbeda keyakinan
agama, ras, suku, asal daerah;
4) menumbuhkah rasa nas1onallsme-
5) menghargai hak dan pendapat pihak lain;
6) menghormati hak atas kepemilikan pihak lain;
7) mengembangkan sikap saling gotong royong dalam berbagai
kegiatan.
d. Penanggulangan
1) Menghentikan tawuran (perkelahian) dengan cara :
a) melakukan pendekatan kepada pihak-pihak yang terlibat
tawuran (perkelahian) untuk saling menahan diri, tidak
melanjutkan penyerangan
dan/atau ancaman;
b) melakukan pendekatan
kepada tokoh yang
berpengaruh untuk men-
damaikan pihak - pihak
yang terlibat tawuran
(perkelahian);
c) membuat kesepakatan
perdamaian antar pihak
yang terlibat tawuran
(perkelahian);
d) mensosialisasikan dan mengawasi hasil kesepakatan
perdamaian kepada anggota masing-masing kelompok
yang terlibat tawuran (perkelahian);
e) memproses hukum terhadap para pelaku yang terlibat
tawuran (perkelahian).
2) Rehabilitasi
a) melakukan program perdamaian pada para pihak yang
terlibat tawuran (perkelahian);
b) pemulihan psikologis korban tawuran (perkelahian) dan
perlindungan kelompok rentan;
c) pemulihan
c) pemulihan kondisi sosial, ekonomi, budaya, keamanan
dan ketertiban;
d) penguatan relasi sosial yang adil untuk kesejahteraan
masyarakat;
3) Rekonstruksi
a) perbaikan lingkungan tempat tinggal, fasilitas umum, dan
fasilitas sosial yang rusak;
b) pemulihan dan penyediaan akses pendidikan, kesehatan,
dan mata pencaharian;
c) pemulihan dan peningkatan fungsi pelayanan publik.
=O=
6. TENAGA KERJA INDONESIA ILEGAL
a. Pengertian
b. Penyebab
c. Pencegahan
4) lnstansi..…
4) instansi terkait mempermudah pengurusan dokumen TKI ke luar
negeri sesuai ketentuan yang berlaku;
5) apabila melihat/mengetahui adanya rencana pengiriman TKI
ilegal, agar segera melapor kepada aparat yang berwajib;
6) meningkatkan pengawasan pada pintu-pintu/jalur-jalur
perlintasan ilegal ke luar negeri;
7) meningkatkan pengawasan dan pengendalian terhadap
agen/sponsor TKI, tempat-tempat penampungan sementara
calon TKI, dan PPTKIS.
d. Penanggulangan
a. Umum
b. Penyebab
6) lemahnya..…
6) lemahnya rasa nasionalisme;
d. Pencegahan
2) Deradikalisasi
a. Pengertian
1) Bencana
2) Bencana alam
b. Akibat
1) Korban jiwa manusia (sakit, cacat, meninggal dunia, hilang);
2) Kerugian harta benda (kehancuran/kehilangan harta bergerak
dan/atau tidak bergerak);
3) Kerusakan lingkungan (tumbangnya pohon-pohon, tanah
longsor, abrasi pantai, gagal panen, terganggunya
keseimbangan alam);
4) Dampak.…•
4) Dampak psikologis (trauma, depresi, gangguan jiwa).
c. Pencegahan.
1) mensosialisasikan dampak kerusakan lingkungan yang dapat
menimbulkan bencana alam dan kerugian jiwa manusia serta
harta benda;
2) menghimbau masyarakat agar tidak menebang pohon secara
liar;
3) melaporkan kepada pihak yang berwajib tentang adanya
rencana penebangan pohon secara illegal oleh perusahaan;
4) tidak membuang sampah sembarangan (saluran air, sungai,
dan danau);
5) tidak membangun tempat tinggal di lereng-lereng bukit yang
rawan longsor, di pinggir pantai;
6) melaksanakan pelatihan tanggap darurat berupa simulasi dan
pelatihan-pelatihan;
7) meningkatkan kesadaran dan kewaspadaan masyarakat
terhadap ancaman bencana alam sehingga masyarakat
mengetahui dan mengurangi dampak buruk yang mungkin
timbul akibat bencana alam;
8) melakukan penanaman kembali (reboisasi) di tanah-tanah yang
gundul/rawan longsor dan di pinggir pantai;
9) memberikan isyarat tanda-tanda kemungkinan datangnya
bencana alam;
10) mengungsikan penduduk setempat yang diperkirakan di
kawasan tersebut akan terjadinya bencana alam.
3) bersama-sama melakukan
penjagaan keamanan dan
ketertiban;
4) mengaktifkan kembali dan memberdayakan lembaga-lembaga
sosial seperti FKPM, Pokdar Kamtibmas, Siskamling, Taruna
Siaga Bencana (Tagana), dan lain-lain;
5) mengadakan kegiatan-kegiatan yang bersifat menghibur,
ceramah agama untuk meringankan beban psikologis yang
dialami oleh masyarakat.
f Rehab巾 tasi
1) melakukan perbaikan dan pemulihan fisik (membangun rumah
tinggal, sarana prasarana, dan lain-lain);
2) melakukan perbaikan non fisik (kesehatan, mental/spritual, dan
lain-lain);
=O=
9. PERJUDIAN…••
9. PERJUDIAN
a. Pengertian
b. Penyebab
1) kurang hiburan;
2) hobi;
3) tradisi sebagian kelompok masyarakat;
4) berharap mendapatkan uang/materi secara cepat;
5) pelarian karena frustasi;
6) iseng-iseng mengisi waktu kosong;
7) dan lain-lain.
C. Akibat
7) dan lain-lain.
d. Pencegahan…••
d. Pencegahan
7) dan lam-lam.
e. Penanggulangan
::;: 0 ::;:
9) jangan…
. •
9) jangan lupa untuk menghadiri sidang Pengadilan sesuai dengan
tanggal yang tertera pada lembar Tilang;
10) untuk diketahui bahwa lembar Tilang warna :
a) merah dan biru untuk
terdakwa (merah, jika
akan menghadiri proses
peradilan di Pengadilan;
biru, jika denda Tilang
dititipkan kepada
petugas yang menilang
dan selanjutnya
dibayarkan ke Bank
yang telah ditunjuk
dengan tidak perlu hadir
di sidang Pengadilan);
b) hijau untuk Pengadilan;
c) kuning untuk Polri;
d) putih untuk Kejaksaan.
1) Slogan:
b) jangan…
. •
b) Jangan lupa membawa SIM dan STNK yang sah dan
masih berlaku;
di tempat.…•
di tempat yang aman/tidak menimbulkan kemacetan,
untuk selanjutnya melihat kondisi korban, dan segera
menelepon contact centre Polri 110, jika memerlukan
ambulance agar menelepon 118;
=O=
11. KEBAKARAN
a. Pengertian
m
Suatu reaksi oksidasi eksotermis
ィ
yang berlangsung dengan cepat dari
suatu bahan bakar yang disertai i 糧 州 虞
”
、
-
dengan timbulnya api/penyalaan 't I
" ィ
, 6
`r
_
i』
C
(vide pemadamapi. wordpress.com).
鼠 鼻
9
ー ,
b. Penyebab kebakaran
2) faktor teknis:
a) fisik/mekanis: peningkatan
suhu/panas atau adanya api
terbuka;
b) kimia: penanganan,
pengangkutan, penyimpanan
tidak sesuai petunjuk yang
ada;
c. Pencegahan
1) terhadap konsleting aliran listrik:
a) pasang instalasi listrik sesuai dengan standar PLN
Uangan sembarang orang);
menyambung.…•
50
3) terhadap lilin:
a) apabila akan menyalakan lilin, letakkan pada tatakan
yang tidak mudah terbakar (terbuat dari bahan gelas,
kaleng, tanah, logam. Jangan diletakkan di atas tatakan
plastik, karton, karpet, kayu);
b) taruh di tempat yang aman Uangan di bawah tempat
tidur, di bawah gordin, dekat dinding triplek/bambu/kayu,
dan lain-lain);
c) awasi anak-anak agar tidak bermain lilin yang menyala.
4) terhadap lampu minyak tanah/teplok (senthir):
a) letakkan lampu pada tempat yang aman (jangan di
bawah tempat tidur, di bawah gordin, dekat dinding
triplek/ bambu/kayu, dan lain-lain);
b) jangan buang puntung rokok pada ternpat yang mudah
terbakar (seperti di tempat sampah, di rumput/semak/
tumbuhan yang mengering);
6) terhadap sampah:
a) awasi api ketika membakar sampah dan jangan ditinggal
pergi pada saat api masih menyala;
d. Penanggulangan
7) selamatkan…••
7) selamatkan harta benda dari musibah kebakaran.
=O=
12. KEMERDEKAAN MENYAMPAIKAN PENDAPAT DIMUKA UMUM
a. Pengertian
c. Azas
1) azas keseimbangan antara hak dan kewajiban;
2) azas musyawarah dan mufakat;
3) azas kepastian hukum dan keadilan;
4) azas proporsionalltas;
5) azas manfaat.
e. Hak..…
e. Hak dan kewajiban warga negara
1) Hak
a) mengeluarkan pikiran
secara bebas;
b) memperoleh perlindungan
hukum.
2) Kewajiban
g. Larangan
2) hari.....
2) hari besar nasional/keagamaan :
Tahun Baru, Hari Raya Nyepi, Hari Wafat Isa Almasih, lsra'
Mi'raj, Kenaikan Isa Almasih, Hari Raya Waisak, Hari Raya ldul
Fitri, Hari Raya ldul Adha, Maulid Nabi, 1 Muharam, Hari Natal,
17 Agustus, hari besar lainnya yang ditentukan oleh
Pemerintah, dan di luar batas waktu yang telah ditentukan.
3) penyampa1an :
_た
_ー
_
_
_
_ ←
merusak/memanjat/menggunakan anak kunci palsu/
mengancam/menggunakan sarana yang dapat
menakutkan orang;
m) memaksa masuk ke dalam ruangan untuk dinas umum
secara melawan hukum dengan merusak/memanjat/
menggunakan anak kunci palsu/mengancam serta
menggunakan sarana yang dapat menakutkan orang;
n) dengan terang-terangan dan dengan tenaga bersama
menggunakan kekerasan terhadap orang atau barang;
o) sengaja mengganggu ketenangan dengan mengeluarkan
teriak-teriakan atau tanda bahaya palsu;
p) dengan kekerasan atau ancaman kekerasan merintangi
rapat umum yang diizinkan;
q) sengaja mengganggu rapat umum yang diizinkan dengan
jalan menimbulkan kekacauan atau suara gaduh;
r) dengan kekerasan atau ancaman kekerasan merintangi
pertemuan keagamaan yang bersifat umum dan diizinkan
atau upacara keagamaan yang diizinkan atau upacara
penguburan jenazah;
s) sengaja mengganggu pertemuan keagamaan yang
bersifat umum dan diizinkan atau upacara keagamaan
yang diizinkan atau upacara penguburan jenazah dengan
menimbulkan kekacauan atau suara gaduh;
t) menertawakan petugas agama dalam menjalankan tugas
yang diizinkan dan menghina benda-benda untuk
keperluan ibadat di tempat atau pada waktu ibadat
dilakukan;
u) sengaja menimbulkan kebakaran, ledakan atau banjir
yang dapat menimbulkan bahaya umum bagi jiwa dan
atau barang;
v) mengangkut benda-benda atau perkakas-perkakas yang
dapat menimbulkan ledakan yang membahayakan jiwa
dan atau barang;
w) menyebabkan kebakaran, ledakan atau banjir yang dapat
menimbulkan bahaya bagi jiwa dan atau barang;
menyebabkan jalan umum air atau darat dirintangi atau
usaha untuk pengamanan bangunan atau jalan
digagalkan;
aa) sengaja menimbulkan bahaya bagi lalu lintas umum yang
digerakkan oleh tenaga uap atau kekuatan mesin lain di
jalan kereta api atau trem;
bb) menimbulkan bahaya bagi lalu lintas umum yang
digerakkan oleh tenaga uap atau kekuatan mesin lain di
jalan kereta api atau trem;
cc) sengaja menghancurkan, merusak, mengambil atau
memindahkan tanda untuk keamanan pelayaran atau
menggagalkan bekerjanya atau memasang tanda yang
keliru;
dd) menyebabkan tanda untuk keamanan dihancurkan,
dirusak, diambil atau dipindahkan atau menyebabkan
dipasang tanda yang keliru;
ee) sengaja dan melawan hukum menenggelamkan atau
mendamparkan, menghancurkan, membuat tidak dapat
dipakai atau merusak kapal;
ff) menyebabkan kapal tenggelam atau terdampar,
dihancurkan, tidak dapat dipakai atau dirusak;
gg) sengaja menghancurkan atau merusak gedung atau
bangunan;
hh) menyebabkan gedung atau bangunan dihancurkan atau
dirusak;
x) lisan atau tulisan menghina suatu penguasa atau badan
umum yang ada di Indonesia;
jj) menyiarkan, mempertunjukkan atau menempelkan di
muka umum suatu tulisan atau lukisan yang memuat
penghinaan terhadap penguasa atau badan umum yang
ada di Indonesia;
kk) dengan kekerasan atau ancaman tindakan kekerasan
memaksa pejabat untuk melakukan perbuatan yang
melanggar sumpah jabatannya;
11) dengan kekerasan atau ancaman tindakan kekerasan
tempat dimana seorang pejabat sedang menjalankan
tugasnya yang sah di muka umum;
oo) melawan hukum dengan merobek, membuat tidak dapat
dibaca atau merusak maklumat yang diumumkan oleh
pemerintah;
pp) sengaja memutus, membuang atau merusak penyegelan
suatu benda oleh atau atas nama penguasa umum yang
berwenang;
qq) sengaja menghancurkan, merusak, membuat tak dapat
dipakai, menghilangkan barang-barang yang digunakan
untuk meyakinkan atau membuktikan sesuatu di muka
penguasa yang berwenang;
rr) membikin hingar atau riuh sehingga mengganggu
ketenteraman malam atau membikin gaduh di dekat
bangunan untuk ibadah atau untuk sidang pengadilan;
ss) tidak menaati perintah atau petunjuk yang diberikan oleh
polisi guna mencegah kecelakaan dan kemacetan lalu
lintas;
tt) membawa benda-benda yang dapat membahayakan
keselamatan umum.
a. Pengertian
Setiap perbuatan terhadap seseorang
terutama perempuan, yang berakibat
timbulnya kesengsaraan atau penderitaan
secara fisik, seksual, psikologis, dan/atau
penelantaran rumah tangga termasuk
ancaman untuk melakukan perbuatan,
pemaksaan, atau perampasan
kemerdekaan secara melawan hukum
dalam lingkup rumah tangga (vide Pasal 1
angka 1 Undang-Undang Nomor 23 Tahun
2004 tentang Penghapusan Kekerasan
Dalam Rumah Tangga).
c. Bentuk-bentuk KDRT
d. Penyeb ab…••
d. Penyebab
e. Pencegahan
a. Pengertian
b. Penyebab
c. Pencegahan.
5) sebelum…••
5) sebelum membeli tanah, agar mengecek keabsahan surat-surat
tanah kepada Badan Pertanahan Nasional (BPN) setempat atau
di Kecamatan atau Kantor Desa/Kelurahan;
d. Penyelesaian.
=O=
15. SENGKETA…
••
15. SENGKETA PEMBAGIAN AIR SAWAH
a. Pengertian
b. Penyebab
1) keterbatasan air untuk mengairi sawah;
c. Pencegahan
d. Penyelesai an…••
d. Penyelesaian
1) memberdayakan pertemuan
warga untuk menyelesaikan
masalah yang terjadi secara
damai;
=O=
a. Pengertian
b. Jenis Kekerasan
2) Kekerasan/Pelecehan seksual
terhadap anak (Paedophilia)
adalah suatu bentuk
penyiksaan anak di mana orang
dewasa atau pelanggaran yang
dilakukan oleh remaja yang
lebih tua terhadap seorang
anak untuk mendapatkan
stimulasi seksual. Bentuk
pelecehan seksual anak termasuk meminta atau menekan
seorang anak untuk melakukan aktivitas seksual (terlepas dari
hasilnya), memperlihatkan alat kelamin kepada anak,
menampilkan pornografi kepada anak, kontak seksual
(berhubungan intim) terhadap anak, kontak fisik (meraba,
meremas, dan lain-lain) dengan alat kelamin anak, melihat alat
kelamin anak tanpa kontak fisik, atau menggunakan anak untuk
memproduksi pornografi anak.
abnormal…••
abnormal atau terganggu, kecenderungan korban menyalahkan
diri sendiri, belajar untuk tak berdaya, dan terlalu bersikap pasif;
c. Penyebab
3) faktor anak
a) perilaku/tabiat anak;
b) penampilan fisik anak;
c) kegagalan anak memenuhi harapan orang tua;
d) anak yang tidak diinginkan.
e) faktor pengaruh pergeseran budaya/kemajuan lnformasi
Tehnologi.
e. Pencegahan
1) membangun kehidupan keluarga yang harmonis dan
menyenang kan;
2) anak diajarkan untuk menolak bujukan dan ajakan orang
dewasa yang tidak dikenal;
3) orang tua selalu peduli dengan sering bertanya tentang keadaan
si anak dan memperhatikan perubahan dalam perilakunya;
4) anak dibiasakan untuk selalu bersikap terbuka (tidak ada yang
dirahasiakan/disembunyikan), menceritakan kepada orang
tuanya apa yang terjadi terhadap dirinya;
5) apabila ada perubahan perilaku terhadap anak yang
mencurigakan (seperti : menjadi pendiam, murung, mengurung
diri) agar dapat melaporkan kepada Bhabinkamtibmas atau
berkonsultasi dengan psikolog.
6) Memberikan pendidikan tentang bagaimana menghindari/
melindungi diri dari kejahatan seksual. Antara lain :
Mengenali bahwa tubuhnya berharga, dan menjaga agar
tidak sembarang orang bisa melihat atau menyentuhnya;
Mengenali macam-macam sentuhan yang baik dan yang
tidak baik;
Anak berani menolak atau menghindar/membela diri, misal —
nya dengan berteriak dsb;
Mengenal lingkungan sekitar dan mengetahui batasan per-
ilaku yang boleh dan tidak boleh dilakukan dengan mereka.
g. Target dan lndikator Keberhasilan Bhabinkamtibmas :
=O=
17. KONFLIK
a. Pengertian
Konflik sosial yang selanjutnya disebut konflik adalah perseteruan dan
atau benturan fisik dengan kekerasan antara dua kelompok
masyarakat atau lebih yang berlangsung dalam waktu tertentu dan
berdampak luas yang mengakibatkan ketidakamanan dan disintegrasi
sosial sehingga mengganggu stabilitas nasional dan menghambat
pembangunan nasional.
Jenis konflik :
Cara…
. •
Cara bertindaknya adalah:
Keterampilan
Hindari
a. Pengertian
d. jenis.…
.
••
d. jenis-jenis Saka:
e) SKK.....
e) SKK Pencarian korban;
f) SKK Penyelamatan korban;
g) SKK Pengetahuan satwa.
4) Krida Tempat Kejadian Perkara (TKP) terdiri dari :
a) SKK Pengetahuan Tempat Kejadian Perkara;
b) SKK Pengetahuan sidik jari;
c) SKK Pengetahuan tulisan tangan dan tanda tangan;
d) SKK Pengetahuan bahaya Narkoba.
=O=
19. FORUM……
19. FORUM KEMITRAAN POLRI DAN MASYARAKAT
a. Pengertian
2) secara…
. • ••
2) secara kelompok atau perorangan mengambil tindakan
kepolisian, apabila terjadi kejahatan/tindak pidana dengan
tertangkap tangan;
g. Keberadaan BKPM
=O=
80
a. Pengertian
b. Tugas pokok:
5) membangun .......
5) membangun jaringan kerjasama dan koordinasi dengan Forum
Kemitraan Palisi dan Masyarakat (FKPM), atau forum yang
sejenisnya secara terus menerus dan berkesinambungan.
d. Kegiatan:
2) membangun Janngan
kerjasama dan koordinasi
dengan anggota dan
pengurus Pokdarkamtibmas
secara terus menerus dan berkesinambungan;
=O=
a. Pengertian
lntelijen adalah segala usaha dan kegiatan yang dilakukan dengan
metode-metode tertentu secara terorganisir untuk
mendapatkan/menghasilkan produk berupa pengetahuan tentang
masalah-masalah yang dihadapi kemudian disajikan kepada
Kapolsek/Kanit lntelijen sebagai bahan pengambilan keputusan
kebijaksanaan atau tindakan. (vide Surat Keputusan Kapolri No.Pol :
Skep/432Nll/2006 tanggal 1 Juli 2006 tentang Panduan pelaksanaan
fungsi operasional Polri dengan pendekatan Perpolisian Masyarakat).
b. Tugas
melakukan deteksi, identifikasi dan analisis terhadap gejala awal suatu
kegiatan yang belum terjadi seiring dengan dinamika dan perubahan
masyarakat yang meliputi aspek statis/Tri Gatra dan aspek
dinamis/kehidupan masyarakat yang dapat menimbulkan gangguan
keamanan.
c. Fungsi
1) mengumpulkan bahan keterangan terhadap dinamika dan
perubahan masyarakat yang meliputi aspek statis dan aspek
dinamis dalam kehidupan masyarakat untuk menemukan gejala
awal yang dapat menimbulkan gangguan keamanan baik dari
sumber terbuka maupun tertutup;
2) menerima informasi dan pengaduan masyarakat tentang
sesuatu yang berkaitan dengan masalah-masalah Kamtibmas
dan informasi intelijen lainnya;
3) menyampaikan/meneruskan informasi lntelijen kepada
Kapolsek/Kanit lntelijen Polsek.
d. Metode
dalam rangka membentuk dan membina jaringan informasi,
Bhabinkamtibmas menggunakan metode:
2) tatap muka/kunjungan kepada Pam Swakarsa (Satpam) dan
pembinaan dan pelatihan awak Pas Kamling, hasil yang
diharapkan:
a) Menjalin komunikasi dan kerjasama dengan Satpam dan
Pengguna sehingga dapat membentuk jaringan sebagai
sarana deteksi perkembangan situasi lingkungannya;
b) dapat mempengaruhi Pam Swakarsa memberikan
informasi dan ikut menjaga Harkamtibmas.
3) Melakukan tatap muka dengan tokoh masyarakat (tokoh agama,
adat), hasil yang diharapkan:
a) Mendukung masyarakat untuk menumbuhkan daya cegah
dan tangkal masyarakat terhadap potensi gangguan dan
ancaman gangguan;
b) Terjalin kemitraan dengan potensi masyarakat/Potmas,
sehingga terbentuk jaringan;
c) Mendapatkan informasi dan dapat mempengaruhi
Potmas untuk mewujudkan kamtibmas yang kondusif.
e. Peran
a. Dasar Hukum
b. Pengertian
1) Kepolisian Khusus yang selanjutnya disingkat Polsus adalah
instansi dan/atau badan pemerintah yang oleh atau atas kuasa
undang-undang diberi wewenang untuk melaksanakan fungsi
Kepolisian di bidang teknisnya masing-masing;
2) Anggota Kepolisian Khusus adalah Pegawai Negeri Sipil atau
Pegawai Tetap pada Badan Usaha Milik Negara yang oleh atau
atas kuasa undang-undang diberi wewenang untuk
melaksanakan Fungsi Kepolisian di bidang teknisnya masing-
masing;
3) Koordinasi adalah suatu hubungan kerja yang menyangkut
bidang fungsi kepolisian atas dasar sendi-sendi hubungan
fungsional dengan mengindahkan tugas dan kewenangan
masing-masing;
4) Pengawasan adalah proses pengamatan terhadap pelaksanaan
fungsi kepolisian terbatas yang dilakukan Polsus;
5) Pembinaan Teknis Kepolisian yang selanjutnya disebut dengan
Pembinaan Teknis adalah segala upaya, kegiatan dan tindakan
untuk memberikan pendidikan dan pelatihan, serta peningkatan
kemampuan teknis terhadap Polsus.
\l
←
2) Fungsi: Polsus berfungsi melaksanakan fungsi kepolisian
khusus dan terbatas dalam rangka penegakan peraturan
perundang undangan di bidangnya masing masing;
3) Peranan: Keberadaan Polsus sebagai salah satu pengemban
fungsi kepolisian yang berperan menegakkan peraturan
perundang undangan di bidangnya masing masing, secara pre-
emtif, preventif, dan represif nonyustisiil serta penertiban.
f. Kompetensi Polsus
Dalam rangka melaksanakan tugas pokok, fungsi, dan peranan Polsus
harus memiliki kompetensi dibidang teknis Polsus yang bersangkutan
sesuai dengan peraturan perundang-undangan dibidangnya, dan
ketrampilan umum Polsus dalam bentuk tindakan kepolisian antara lain:
c) bersama……•
c) bersama sama polhut
melakukan kegiatan guna
mengeliminir pencurian hasil
hutan dan penebangan liar,
serta perburuan liar;
d) meningkatkan peran serta
masyarakat untuk mengelola
hutan secara bersama sama
petugas kehutanan/Perhutani;
e) melakukan kegiatan deteksi dini
terhadap kelompok masyarakat
yang dianggap sering
melakukan perambahan hutan.
f) melakukan pendataan terhadap jumlah Polsus dan
memeriksa, mengecek kelegkapan perorangan kartu
tanda anggota Polsus.
a) Apabila di Desa/Kelurahan
tempat tugas Bhabinkamtibmas
terdapat Lembaga
Pemasyarakatan (Lapas), maka
Lapas tersebut harus dijadikan
salah satu sasaran kegiatan
Sambang secara rutin;
c) memberikan penyuluhan
Kamtibmas kepada warga
binaan (tahanan) agar nanti
setelah keluar dari tahan tidak
mengulangi perbuatan yang
serupa;
e) melakukan.…••
e) melakukan pendataan terhadap jumlah Polsus Pas dan
pemeriksaan, pengecekan terhadap kelengkapan perorangan
berupa kartu tanda anggota Polsus;
f) memberikan petunjuk kepada anggota Polsus Lapas tentang
penggunaan, perawatan dan penyimpanan senjata api organik.
a) bersama-sama dengan
Polsus PWP3K memberikan
penyuluhan untuk
meningkatkan peran serta
masyarakat wilayah pesisir
dan pantai dalam mengawasi
wilayah pesisir dan pulau
pulau kecil dengan strategi
"Sistem Pengawasan
Masyarakat" (SISWASMAS);
c) bersama-sama Polsus
PWP3K KKP dan masyarakat
untuk melakukan kegiatan
guna mencegah terjadinya
pengrusakan dan pencurian
berupa tambang dan terumbu
karang;
5) Terhadap……
•
5) Terhadap Petugas Karantina Pertanian
kemampuan…••
kemampuan dan keterampilan anggota lnspektur Tambang
dalam melaksanakan kewenangan penertiban;
8) Terhadap…
. •
8) Terhadap Kepolisian Khusus Cagar Budaya (Polsus Cagar Budaya)
c) kepada......
5) Usaha Jasa Penyediaan Tenaga Pengamanan (Guard
Services), memberikan jasa berupa penyediaan tenaga Satpam
untuk melakukan pengamanan yang berkaitan engan
keamanan dan ketertiban di
lingkungan kerja pengguna jasa;
"匹----
.3
‘ struktur organisasi badan usaha; , .... .. ... """臼" 』 "" .. .. "" """""
'心 ゆ IW l>J l l - 1'
- , --
.......
. ... . ...
l'f. CAPPll
ACUST PAAMONO'° ", ● aヽ● 9
STUA
r, 一
4
.,..._.......................
9) bagi ...
9) bagi Tenaga Kerja Asing harus memiliki dokumen keimigrasian
yang sah dan masih berlaku;
=O=
24. PEMBINAAN……
24. PEMBINAAN SATUAN PENGAMANAN (BINSATPAM).
a. Pengertian
3) Peraturan......
3) Peraturan Kapolri Nomor 24 Tahun 2007 tentang Sistem
Manajemen Pengamanan Organisasi, Perusahaan dan/atau
lnstansi/Lembaga Pemerintah;
,
'
r
¢̀
menyelenggarakan
,
keamanan dan ketertiban di
r
-
lingkungan/tempat kerjanya
yang meliputi aspek
t
‘
pengamanan fisik, personel,
ヽ
胃 ‘
ベ、
品 ‘
-3i
・
?
ら ヽ
y..}
ep
ー
informasi dan pengamanan
) し 一
'
teknis lainnya;
H
2) Fungsi Satpam adalah
melindungi dan mengayomi lingkungan/ tempat kerjanya dari
setiap gangguan keamanan, serta menegakkan peraturan dan
tata tertib yang berlaku di lingkungan kerjanya;
e. Kemampuan……
e. Kemampuan/kompetensi anggota Satpam
1) Kemampuan/kompetensi
anggota Satpam sebagai
pengemban fungsi Kepolisian
Terbatas diperoleh melalui
pelatihan Satpam pada
Lembaga Pendidikan Polri
maupun BUJP yang telah
mendapatkan izin dari Kapolri.
Kemampuan fungsi kepolisian
terbatas terdiri dari 3 (tiga)
jenjang pelatihan yaitu:
a) Gada Pratama untuk kemampuan dasar;
b) Gada Madya untuk kemampuan menengah; dan
c) Gada Utama untuk kemampuan manajerial.
3) Pelatihan/Kursus Spesialisasi
berkaitan dengan bidang
tugasnya yang diatur secara
spesifik baik teknis maupun
cakupannya, oleh ketentuan
peruntukannya.
f. Seragam Satpam
5) Seragam…••
5) Seragam Satpam PSH dan PSL dapat juga digunakan secara
khusus dengan ketentuan khusus bagi para anggota Satpam
yang melaksanakan pengamanan terhadap VIP.
1) melakukan pengecekan
terhadap legalitas,
menyangkut kompetensi yang
dimiliki Satuan Pengamanan
kualifikasi Gada Pratama,
Gada Madya dan Gada
Utama;
2) melakukan pembinaan
terhadap seragam dan atribut
Satpam yang dilaksanakan
pada waktu apel harian,
bulanan dan tahunan untuk
mengecek sikap tampang,
seragam dan atribut Satuan
Pengamanan;
8) secara…
. •
8) secara rutin melakukan pertemuan dengan komunitas Satpam
untuk menunjukkan jiwa korsa;
9) melakukan terobosan
terhadap kegiatan Satpam
melalui olahraga bersama,
arisan, pengajian, dll;
=O=
25. PEMBINAAN……
25. PEMBINAAN SISTEM MANAJEMEN PENGAMANAN (BINJEMENPAM).
a. Pengertian
d. Ruang Lingkup
、
`
Persyaratan spesifik dari Standar SMP memberikan persyaratan
persyaratan untuk penerapan SMP agar organisasi dapat
mengendalikan ancaman dan mengembangkan kinerja pengamanan
organisasi. Standar SMP berisi elemen-elemen yang dapat dinilai
melalui kegiatan audit, yakni:
3) manaJemen.....
3) manaJemen resiko pengamanan;
4) tuJuan dan sasaran;
5) perencanaan dan program;
6) pelatihan, kepedulian, dan kompetensi pengamanan;
7) konsultasi, komunikasi, dan partisipasi;
8) pengendalian dokumen dan catatan;
9) penanganan keadaan darurat;
10) pengendalian proses dan infrastruktur;
11) pemantauan dan pengukuran kinerja;
12) pelaporan, perbaikan dan pencegahan ketidaksesuaian;
13) pengumpulan dan penggunaan data;
14) audit;
15) r1·nJauan manaJemen;
16) peningkatan berkelanjutan.
f. Penerapan SMP
g. Sertifikasi SMP
1) Audit SMP
會 ー
. Audit
1. PermintaanAUDIT
persyaratan.…•
persyaratan kompetensi (Gada Pratama, Madya, Utama),
seragam dan atribut, dan memiliki KTA;
=O=
26. Disaster Victim Identification (DVI)
a. Pengertian
1) Polisi;
2) para ahli :
a) forensic p athology;
b) forensic odontology;
c) finger prints expert;
d) DNA expert;
e) photographers.
3) unsur tim bantuan lain.
a) finger prints/sidikjari;
b) dental records/rekam medis mulut dan gigi geligi;
c) DNA.
2) metode…
. •
2) metode identifikasi seconder :
a) medical/temuanmedis;
b) property/barang pribadi korban.
e. Prosedur DVI
1) mengacu terhadap
standar DVI Interpol;
2) menggunakan formulir
DVI;
3) bisa disesuaikan
dengan situasi di
wilayah TKP tersebut;
4) mempunyai SOP dan
MOU (kerjasama).
1) fase 1 - TKP :
a) menetapkan
prosedur DVI;
b) mencan,
menemukan,
mencatat sisa
tubuh dan
barang;
c) tempat insiden
harus dianggap
sebagai TKP;
d) TKP harus
diteliti dan
membuat
catatan.
c) pengambilan…••
c) pengambilan sidik jari;
d) pengambilan sampel DNA;
e) mencatat hasil dalam form DVI warna pink.
4) Fase 4…••
4) Fase 4 - Rekonsiliasi
5) Fase 5 - Debriefing
a) meninjau kembali
pelaksanaan DVI;
b) mengenali dampak positive
dan negative operasi
DVI;
c) melaporkan temuan serta
memberikan masukan
untuk meningkatkan
operasi berikutnya.
e. kerjasama..…•
e. kerjasama dengan pihak terkait di TKP.
Permasalahan yang dihadapi dalam proses identifikasi meliputi faktor:
a. keadaan jenazah yang ditemukan dalam kondisi :
1) mayat membusuk Ianjut, tergantung derajat
pembusukannya dan kerusakan jaringannya, atau mayat
termutilasi berat dan kerusakan jaringan lunak yang
banyak, maka metode identifikasi yang digunakan sidik
jari bila masih mungkin atau dengan ciri anatomis dan
medis tertentu, serologi, DNA atau odontologi;
2) mayat yang telah menjadi kerangka, identifikasi menjadi
terbatas untuk sedikit metode saja yaitu: serologis, ciri
anatomis tertentu dan odontologi.
Menjadi suatu masalah, jika ahli waris keluarga korban meminta surat
kematian untuk kepentingan administrasi, seperti akta kematian,
pengurusan warisan, asuransi dan sebagainya, sedangkan Tim DVI
tidak mempunyai data Post Mortemnya, oleh karena memang tidak
dilakukan pemeriksaan atau tidak ditemukan jasad atau bagian
tubuhnya.
Lalu sampai berapa lama orang yang hilang dalam suatu bencana jika
tidak ditemukan atau tidak diperiksa bisa dikatakan meninggal dan
kapan dapat dikeluarkan surat kematiannya?
b. Pengertian
Definisi Obat yang ada di Indonesia.
Obat Paten adalah obat baru yang ditemukan berdasarkan riset dan
pengembangan, diproduksi dan dipasarkan dengan nama dagang
tertentu dan dilindungi hak patennya selama nomimal 20 tahun.
Obat Generik adalah obat yang dapat diproduksi dan dijual setelah
masa paten suatu obat inovator habis. Obat Generik adalah obat yg
dipasarkan berdasarkan nama bahan aktifnya. Sejatinya obat generik
mempunyai standar keamanan, kualitas dan efikasi (BA/BE) yang
sama dengan obat inovator. Program pemerintah: Obat Generik
Berlogo (OGB).
obat.....
117
Obat Palsu
Menurut Kepmenkes No. 1010/2008:
“Obat palsu adalah obat yang diproduksi oleh yang tidak berhak
berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku atau
produksi obat dengan penandaan yang meniru identitas obat lain yang
telah memiliki izin edar”.
Praktek pemalsuan bisa terjadi pada merek dan produk obat paten
maupun obat generik dengan berbagai macam kriteria pemalsuan:
1) tanpa zat aktif (API);
2) kadar zat aktif kurang;
3) zat aktifnya berlainan;
4) zat aktifnya sama dengan
kemasan dipalsukan;
5) sama dengan obat asli (tiruan);
6) kualitas yang sangat berbeda.
obat.....
118
c. Penyebab
Latar belakang masyarakat pengguna produk farmasi palsu/ illegal
adalah keterbatasan pendidikan dan keterbatasan ekonomi.
Ketidaktahuan masyarakat tentang obat-obatan palsu/illegal dan
keinginan untuk mendapatkan obat-obatan murah seringkali menjadi
pemicu untuk mendapatkan obat-obatan murah di pasaran namun
celakanya obat-obatan tersebut palsu/ilegal. Namun demikian saat ini
kelompok masyarakat pendidikan tinggi juga tidak luput sebagai target
pelaku kejahatan farmasi. Korban dengan latar belakang pendidikan
tinggi teridentifikasi sebagai pengguna obat-obatan pelangsing tubuh
dan obat kuat seperti Viagra yang diperdagangkan secara on-line.
d. Dampak pemakaian
Obat-obatan palsu/ilegal dapat
menyebabkan risiko buruk terhadap
kesehatan publik. Pemakaian obat
palsu di bawah standar dapat
mengarah pada resistensi obat dan
bahkan dapat menyebabkan
kematian.
d. Pencegahan
Bagi masyarakat awam sangat sulit untuk membedakan obat palsu
dan yang asli hanya dari tampilan fisiknya. Bentuk, warna dan
kemasan obat palsu sangat mirip dengan obat asli. Obat palsu hanya
dapat dideteksi melalui uji laboratorium. Oleh karena itu,untuk
menghindari membeli dan mengkonsumsi obat palsu. Masyarakat
dapat meminimalisasi pembelian obat-obatan palsu/illegal melalui
langkah-langkah berikut:
1) Membeli obat resep hanya di apotek;
2) Cermati nama obat, produsen dan tanggal kadaluwarsa;
3) Pastikan.....
119
Green Dot:
Over The Counter’ artinya dijual bebas.
Blue Dot:
Obat-obatan dalam kategori ini hanya dapat dijual di
apotek. Namun tanpa resep dokter.
Red Dot:
Obat-obatan dalam kategori ini harus dibeli dengan
resep dokter dan harus dibawah pengawasan apoteker.
Produk dengan Red Dot tidak boleh dipromosikan
melalui media
6) Menurunnya.....
120
=0=
28 PERDAGANGAN.....
121
5. Arteri.....
122
b. Pengertian
sesuai UU Nomor 21 Tahun 2007
tentang Tindak Pidana Perdagangan
Orang bahwa Perdagangan Orang
adalah tindakan perekrutan,
pengangkutan, penampungan,
pengiriman, pemindahan, atau
penerimaan seseorang dengan
ancaman kekerasan, penggunaan
kekerasan, penculikan, penyekapan,
pemalsuan, penipuan, penyalah
gunaan kekuasaan atau posisi
rentan, penjeratan utang atau memberi bayaran atau manfaat,
sehingga memperoleh persetujuan dari orang yang memegang kendali
atas orang lain tersebut, baik yang dilakukan di dalam negara maupun
antar negara, untuk tujuan eksploitasi atau mengakibatkan orang
tereksploitasi.
Eksploitasi adalah tindakan dengan atau tanpa persetujuan korban
yang meliputi tetapi tidak terbatas pada pelacuran, kerja atau
pelayanan paksa, perbudakan atau praktik serupa perbudakan,
penindasan, pemerasan, pemanfaatan fisik, seksual, organ reproduksi,
atau secara melawan hukum memindahkan atau mentransplantasi
organ dan/atau jaringan tubuh atau memanfaatkan tenaga atau
kemampuan.....
123
c. Sanksi Pidana
Sanksi pidana perdagangan organ tubuh sebagaimana diatur dalam
UU Nomor 21 Tahun 2007 tentang TPPO sebagai berikut:
Pasal 3
Setiap orang yang memasukkan orang ke wilayah Negara Republik
Indonesia dengan maksud untuk dieksploitasi di wilayah negara
Republik Indonesia atau dieksploitasi di Negara lain dipidana dengan
pidana penjara paling singkat 3 (tiga) tahun dan paling lama 15 (lima
belas) tahun dan pidana denda paling sedikit Rp120.000.000,00
(seratus dua puluh juta rupiah) dan paling banyak Rp600.000.000,00
(enam ratus juta rupiah).
Pasal 4
Setiap orang yang membawa warga negara Indonesia ke luar wilayah
negara Republik Indonesia dengan maksud untuk dieksploitasi di luar
wilayah negara Republik Indonesia dipidana dengan pidana penjara
paling singkat 3 (tiga) tahun dan paling lama 15 (lima belas) tahun dan
pidana denda paling sedikit Rp120.000.000,00 (seratus dua puluh juta
rupiah) dan paling banyak Rp600.000.000,00 (enam ratus juta rupiah).
Pasal 6
Setiap orang yang melakukan pengiriman anak ke dalam atau ke luar
negeri dengan cara apa pun yang mengakibatkan anak tersebut
tereksploitasi dipidana dengan pidana penjara paling singkat 3 (tiga)
tahun dan paling lama 15 (lima belas) tahun dan pidana denda paling
sedikit Rp120.000.000,00 (seratus dua puluh juta rupiah) dan paling
banyak Rp600.000.000,00 (enam ratus juta rupiah).
Pasal 7
(1) Jika tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat
(2), Pasal 3, Pasal 4, Pasal 5, dan Pasal 6 mengakibatkan
korban menderita luka berat, gangguan jiwa berat, penyakit
menular lainnya yang membahayakan jiwanya, kehamilan, atau
terganggu atau hilangnya fungsi reproduksinya, maka ancaman
pidananya ditambah 1/3 (sepertiga) dari ancaman pidana dalam
Pasal 2 ayat (2), Pasal 3, Pasal 4, Pasal 5, dan Pasal 6.
(2) Jika tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat
(2), Pasal 3, Pasal 4, Pasal 5, dan Pasal 6 mengakibatkan
matinya korban, dipidana dengan pidana penjara paling singkat
5.....
124
d. Pencegahan
1) Membangun kesadaran masyarakat
akan bahaya transpalatasi organ
tubuh secara illegal dan merupakan
tindak pidana;
2) Meningkatkan kesadaran masyara-
kat pola hidup sehat guna
menghindari timbulnya penyakit-
penyakit yang dapat membahaya-
kan organ-organ tubuh vital seperti
ginjal;
3) Mewaspadai kegiatan pihak-pihak/ orang tidak dikenal yang
berpotensi menyasar masyarakat miskin untuk menjual organ
tubuh mereka dengan alasan himpitan ekonomi;
4) Pendekatan keagamaan kepada masyarakat bahwa
memperjualbelikan organ tubuh adalah perbuatan dilarang
agama.
=0=
29. PERDAGANGAN.....
125
pelaku.....
126
negara;.....
127
b. Pengertian
Sesuai dengan Undang-Undang No. 5 Tahun 1990 tentang
Konservasi Sumber Daya Hayati dan Ekosistemnya beberapa
pengertian terkait kejahatan terhadap satwa antara lain:
1) satwa adalah sumber daya alam hewani yang hidup di darat dan
atau di air dan atau di udara;
2) satwa liar adalah semua binatang yang hidup di darat dan atau
di air dan atau di udara yang masih mempunyai sifat-sifat liar,
baik yang hidup bebas maupun yang dipelihara oleh
manusia.Satwa liar digolongkan dalam jenis dilindungi dan tidak
dilindungi. Suatu jenis satwa wajib ditetapkan dalam golongan
yang dilindungi apabila memenuhi kriteria : mempunyai populasi
yang kecil, adanya penurunan yang tajam pada jumlah individu
di alam, dan daerah penyebaran yang terbatas (endemik);
3) Suaka margasatwa adalah kawasan suaka alam yang
mempunyai ciri khas berupa keanekaragaman dan atau
keunikan jenis satwa yang untuk kelangsungan hidupnya dapat
dilakukan pembinaan terhadap habitatnya;
4) Taman nasional adalah kawasan pelesatarian alam yang
mempunyai ekosistem asli, dikelola dengan sistem zonasi yang
dimanfaatkan untuk tujuan penelitian, ilmu pengetahuan,
pendidikan, menunjang budidaya, pariwisata, dan rekreasi;
5) Taman hutan raya adalah kawasan pelestarian alam untuk
tujuan koleksi tumbuhan dan atau satwa yang alami atau
buatan, jenis asli dan atau bukan asli, yang dimanfaatkan bagi
kepentingan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan,
menunjang budidaya, budaya, pariwisata dan rekreasi.
Dalam.....
128
1) MAMALIA (Menyusui)
a. Anoa depressicornis : Anoa dataran rendah, Kerbau pendek
b. Anoa quarlesi : Anoa pegunungan
c. Arctictis binturong : Binturung
d. Arctonyx collaris : Pulusan
e. Babyrousa babyrussa : Babirusa
f. Balaenoptera musculus : Paus biru
g. Balaenoptera physalus : Paus bersirip
h. Bos sondaicus : Banteng
i. Capricornis sumatrensis : Kambing Sumatera
j. Cervus kuhli; Axis kuhli : Rusa Bawean
k. Cervus spp. : Menjangan, Rusa sambar (semua jenis dari
genus Cervus)
l. Cetacea : Paus (semua jenis dari famili Cetacea)
m. Cuon.....
129
uu. Nesolagus.....
130
2) AVES (Burung)
a. Accipitridae : Burung alap-alap, Elang (semua jenis dari
family Accipitridae)
b. Aethopyga exima : Jantingan gunung
c. Aethopyga duyvenbodei : Burung madu Sangihe
d. Alcedinidae : Burung udang, Raja udang (semua jenis dari
family Alcedinidae)
e. Alcippe pyrrhoptera : Brencet wergan
f. Anhinga.....
131
ll. Grus.....
132
ppp. Pittidae.....
133
3) REPTILIA (Melata)
a. Batagur baska : Tuntong
b. Caretta caretta: Penyu tempayan
c. Carettochelys insculpta : Kura-kura Irian
d. Chelodinanovaeguineae : Kura Irian leher panjang
e. Chelonia mydas : Penyu hijau
f. Chitra indica : Labi-labi besar
g. Chlamydosaurus kingii : Soa payung
h. Chondropython.....
134
4) INSECTA (Serangga)
a. Cethosia myrina : Kupu bidadari
b. Ornithoptera chimaera : Kupu sayap burung peri
c. Ornithoptera goliath : Kupu sayap burung goliat
d. Ornithoptera paradisea : Kupu sayap burung surga
e. Ornithoptera priamus : Kupu sayap priamus
f. Ornithoptera rotschldi : Kupu burung rotsil
g. Ornithoptera tithonus : Kupu burung titon
h. Trogonotera brookiana : Kupu trogon
i. Troides amphrysus : Kupu raja
j. Troides.....
135
5) PISCES (Ikan)
a. Homaloptera gymnogaster : Selusur Maninjau
b. Latimeria chalumnae: Ikan raja laut
c. Notopterus spp. : Belida Jawa, Lopis Jawa (semua jenis dari
genusNotopterus)
d. Pritis spp. : Pari Sentani, Hiu Sentani (semua jenis dari
genus Pritis)
e. Puntius microps : Wader goa
f. Scleropages formasus : Peyang malaya, Tangkelasa
g. Scleropages jardini : Arowana Irian, Peyang Irian, Kaloso
6) ANTHOZOA
a. Anthiphates spp. Akar bahar, Koral hitam (semua jenis
dari genus Anthiphates)
7) BIVALVIA
a. Birgus latro : Ketam kelapa
b. Cassis cornuta : Kepala kambing
c. Charonia tritonis : Triton terompet
d. Hippopus hippopus : Kima tapak kuda, Kima kuku
beruang
e. Hippopus porcellanus : Kima Cina
f. Nautilus popillius : Nautilus berongga
g. Tachipleus gigas : Ketam tapak kuda
h. Tridacna crocea : Kima kunia, Lubang
i. Tridacna.....
136
d. Faktor Penyebab.
Perdagangan satwa liar menjadi ancaman serius bagi
kelestarian satwa karena kebanyakan mereka hasil tangkapan dari
alam. Hal ini akan membuat satwa liar asli Indonesia menjadi semakin
terancam punah, apalagi ditunjang dengan habitat satwa liar yang kian
menyempit dan menurun kualitasnya. Meskipun sudah ada hukum
yang melindungi satwa liar dari perdagangan illegal yaitu UU Nomor 5
tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan
Ekosistemnya, namun pada prakteknya perdagangan satwa liar masih
terjadi secara terbuka di banyak tempat di Indonesia.
Maraknya kejahatan terhadap satwa liar di Indonesia dilatarbelakangi 4
(empat) faktor yaitu:
1) Permintaan pasar.
Adanya permintaan pasar terhadap tumbuhan dan satwa
liar baik dari dalam negeri maupun dari luar negeri memicu
terjadinya perdagangan gelap atau penyelundupan satwa liar.
Permintaan dari luar negeri seperti gaharu, trenggiling, reptile
cenderung lebih tinggi. Harga satwa liar akan lebih tinggi bila
setiap bagian dari satwa liar tersebut dapat dijual untuk daging
(bushmeat), ramuan tradisi, bahan material bangunan dan
perhiasan, satwa peliharaan, kebun binatang, dan koleksi
pribadi.
2) Hobi
Memelihara hewan dan merawat tanaman merupakan
salah satu kegemaran/hobby manusia untuk gengsi, bahan obat
tradisional, dan adanya budaya tertentu atau mitos-mitos yang
berkembang seperti untuk menambah kekuatan dan
sebagainya. Namun demikian, sebagian orang memiliki
kegemaran untuk memelihara jenis-jenis tertentu dari tumbuhan
atau satwa liar, seperti memelihara burung kakak tua, primata,
atau koleksi tanaman anggrek, kantung semar, dan sebagainya.
Semakin langka tumbuhan dan satwa liar yang berhasil
dikoleksi.....
137
3) Status sosial
Sejumlah orang merasa status sosial atau gengsinya
akan naik jika dapat mengoleksi jenis tumbuhan atau satwa liar
tertentu atau bagian tubuhnya. Orang akan merasa bergengsi
ketika di salah satu sudut ruangan rumahnya terdapat dua
gading gajah yang besar, atau
offset Harimau Sumatera,
Burung Cenderawasih, dan
sebagainya. Ini dikarenakan
hanya orang-orang tertentu
yang dapat melakukan hal
tersebut, sehingga status
sosial dan gengsinya akan
naik. Beberapa jenis tumbuhan dan satwa liar juga menjadi
bagian dari budaya masyarakat, seperti bulu Cenderawasih,
kepala Harimau, bulu Merak, kerapas Penyu menjadi bagian
dari ritual budaya sebagian masyarakat. Selain itu, berkembang
juga mitos di masyarakat jika menggunakan/ mengkonsumsi
bagian-bagian tertentu dari satwa liar dapat meningkatkan
kekuatan, kewibawaan, dan sebagainya. Seperti misalnya
dengan memiliki kumis Harimau akan menambah kewibawaan,
mengkonsumsi tangkur buaya akan menambah kekuatan, dan
lain-lain.
4) Obat
Selain ketiga hal tersebut, faktor pemicu tingginya
permintaan terhadap tumbuhan dan satwa liar adalah sebagai
bahan obat, terutama obat tradisional. Banyak jenis tumbuhan
dan satwa maupun bagian tubuhnya yang secara empiris
dipercaya memiliki khasiat obat. Beruang Madu merupakan
jenis yang paling banyak dimanfaatkan oleh masyarakat karena
diyakini empedunya dapat dijadikan sebagai obat untuk luka
dalam akibat patah tulang, terkilir dan kecelakaan ringan.
Padahal.....
138
2) Kelompok Perantara
Kelompok ini bergerak sangat dinamis ke segala penjuru
tanah air untuk melakukan negosiasi dan memesan berbagai
satwa liar yang dilindungi. Kebanyakan kelompok ini terdiri dari
orang-orang yang telah mengetahui bahwa pemanfaatan satwa
liar telah diatur oleh pemerintah dan mereka berspekulasi untuk
memperoleh keuntungan besar dan cepat tanpa
memperhitungkan prinsip-prinsip kelestarian.
domestik.....
139
a) disamarkan dengan
barang lainnya saat
diangkut dengan
pesawat ataupun
transportasi darat;
b) disamarkan dengan
dokumen
pengangkutan jenis satwa lainnya yang legal.
e. Sanksi Pidana
Sanksi pidana bagi pelaku kejahatan terhadap satwa diatur
dalam pasal 40 UU Nomor 5 Tahun 1990 sebagai berikut:
1) Barang siapa dengan sengaja melakukan pelanggaran terhadap
ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 ayat (1) dan
Pasal 33 ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling lama
10 (sepuluh) tahun dan denda paling banyak Rp.
200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah).
2) Barang siapa dengan
sengaja melakukan
pelanggaran terhadap
ketentuan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 21
ayat (1) dan ayat (2) serta
Pasal 33 ayat (3) dipidana
dengan pidana penjara
paling lama 5 (lima) tahun
dan denda paling banyak
Rp. 100.000.000,00
(seratus juta rupiah).
3) Barang siapa karena
kelalaiannya melakukan
pelanggaran terhadap
ketentuan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 19 ayat (1) dan Pasal 33 ayat (1)
dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1 (satu) tahun
dan denda paling banyak Rp. 100.000.000,00 (seratus juta
rupiah).
4) Barang.....
140
f. Pencegahan
1) Membangun kesadaran masyarakat akan bahaya kepunahan
satwa akibat perburuan dan perdagangan gelap/illegal bagi
kelangsungan hidup manusia;
2) Mewaspadai kegiatan pihak-pihak/orang tidak dikenal yang
berpotensi mempengaruhi masyarakat miskin untuk melakukan
perdagangan gelap satwa liar melalui kegiatan seperti
perburuan liar;
3) Pelibatan tokoh masyarakat, tokoh agama, LSM, lembaga
pendidikan, instansi pemerintah dalam mengkampanyekan
perlin-dungan satwa liar;
4) Penguatan ekonomi masyarakat sekitar kawasan taman
nasional, pedesaan melalui program-program pembangunan
masyarakat pedesaan yang dirintis oleh pemerintah maupun
swasta.
6) Meningkatnya.....
141
6) meningkatnya partisipasi
masyarakat, swasta
dalam memerangi per-
dagangan gelap satwa
liar melalui kegiatan-
kegiatan kampa-nye,
lomba, bakti sosial
bertema penyelamatan
satwa liar.
=0=
30. PEMASUNGAN.....
142
ditempelkan.....
143
b. Pengertian
1) Disabilitas merupakan suatu kondisi yang dihasilkan dari
interaksi antara orang-orang yang memiliki keterbatasan fungsi
(fisik, mental, intelektual dan sensorik) dan lingkungan serta
sikap yang menghambat partisipasi penuh dan efektif mereka di
dalam masyarakat berdasarkan kesetaraan dengan yang
lainnya.
2) Penyandang Disabilitas mental (PDM) adalah terganggunya
fungsi pikir, emosi, dan perilaku yang meliputi: (1) Psiko-sosial
diantaranya Skizofrenia, Bipolar, Depresi, Anxietas, dan
gangguan kepribadian; dan (2) Disabilitas perkembangan yang
berpengaruh pada kemampuan interaksi sosial seperti Autis,
dan Hiperaktif.
3) Pemasungan adalah tindakan yang menghalangi setiap orang
dengan gangguan jiwa memperoleh dan melaksanakan hak-
haknya sebagai warga negara. Haka-hak tersebut meliputi hak
memperoleh penghasilan, hak memperoleh pendidikan/
pekerjaan, hak memperoleh kehidupan sosial.
4) Definisi pemasungan menurut Riskesdas 2013 adalah tindakan
mengikat atau mengasingkan orang dengan gangguan jiwa.
Pengikatan dapat dilakukan dengan menggunakan materi atau
alat mekanik yang dipasang atau ditempelkan pada tubuh
sehingga tangan, kaki atau kepala menjadi terbatas
pergerakannya. Pengasingan adalah tindakan mengurung
sendirian.....
144
c. Landasan Hukum
Undang-undang mengharuskan setiap ODGJ mendapat
pengobatan dan perawatan di fasilitas pelayanan kesehatan dan tidak
dipasung karena pemasungan merupakan pelanggaran atas hak
pengobatan dan juga merupakan bentuk kekerasan terhadap ODGJ.
Pemerintah telah mengeluarkan sejumlah peraturan perundang-
undangan dalam menangani pemasungan yaitu:
1. Undang-undang Nomor 23 Tahun 1966 tentang Kesehatan Jiwa
menyatakan bahwa pasien dengan gangguan jiwa yang
terlantar harus mendapatkan perawatan dan pengobatan pada
suatu tempat perawatan.
2. Surat Menteri Dalam Negeri Nomor PEM.29/6/15, tertanggal 11
Nopember 1977 yang ditujukan kepada Gubernur Kepala
Daerah Tingkat I seluruh Indonesia meminta kepada
masyarakat untuk tidak melakukan pemasungan terhadap
penderita gangguan jiwa dan menumbuhkan kesadaran
masyarakat untuk menyerahkan perawatan penderita di Rumah
Sakit Jiwa. Surat tersebut juga berisi instruksi untuk para Camat
dan Kepala Desa agar secara aktif mengambil prakarsa dan
langkah-langkah dalam penanggulangan pasien yang ada di
daerah mereka.
3. UU Nomor 4 Tahun 1997 tentang Penyandang Cacat Pasal 9
yang menyatakan bahwa setiap penyandang cacat mempunyai
kesamaan kesempatan dalam segala aspek kehidupan dan
penghidupan.
4. UU Nomor 19 Tahun 2011 tentang Ratifikasi Konvensi Hak-Hak
Penyandang Disabilitas Pasal 26 yang menyatakan bahwa
Negara pihak akan mengorganisasikan, memperkuat, dan
memperluas program dan pelayanan habilitasi dan rehabilitasi,
pelayanan dan program terutama di bidang kesehatan,
lapangan.....
145
d. Perlindungan
Dalam Undang-Undang Dasar 1945 pasal 28 i ayat (1)
menyatakan bahwa setiap orang memiliki hak untuk hidup, hak untuk
tidak disiksa adalah hak asasi manusia yang tidak dapat dikurangi
dalam keadaan apapun.
Undang-Undang No 39 Tahun1999 tentang hak asasi manusia
pasal 42 menyatakan bahwa setiap warga Negara yang berusia lanjut,
cacat fisik dan atau cacat mental berhak mendapatkan perawatan,
pendidikan pelatihan dan bantuan khusus atas biaya Negarauntuk
menjamin kehidupan yang layak sesuai dengan martabat
kemanusiaannya, meningkat rasa percaya diri dan kemam- puan
beradaptasi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara.
Undang-Undang No 36 Tahun 2019 pasal 148 ayat 1
menyatakan penderita gangguan jiwa mempunyai hak yang sama
sebagai warga Negara semantara Pasal 149 menyatakan penderita
gangguan jiwa yang terlantar, menggelandang, mengancam ke
selamatan dirinya dan/atau orang lain, dan/atau mengganggu
ketertiban.....
146
e. Sanksi Pidana
Tindakan pemasungan terhadap ODGJ adalah perbuatan yang
dilarang dan diancam pidana. UU No. 18 Tahun 2014 tentang
kesehatan jiwa pasal 86 menyatakan bahwa “Setiap orang yang
dengan sengaja melakukan pemasungan, penelanataran, kekerasan
dan atau menyuruh orang lain melakukan pemasungan, penelantaran
dan atau kekerasan terhadap ODKM atau ODGJ atau tindakan lain nya
yang melanggar hukum
ODKM dan ODGJ dipidana
sesuai dengan peraturan
perundang-undangan”.
Selain melanggar
hak asasi manusia,
keluarga yang melaku-
kan pengurungan atau
pemasungan dapat ter-
jerat Pasal 333
1. Barang siapa dengan sengaja dan melawan hokum merampas
kemerdekaan seseorang, atau meneruskan perampasan
kemerdekaan yang demikian, diancam dengan pidana penjara
paling lama delapan tahun.
2. Jika perbuatan itu mengakibatkan luka-luka berat, maka yang
bersalah diancam dengan pidana penjara paling lama sembilan
tahun.
3. Jika mengakibatkan mati, diancam dengan pidana penjara
paling lama dua belas.
4. Pidana yang ditentukan dalam pasal ini diterapkan juga bagi
orang yang dengan sengaja dan melawan hukum memberi
tempat untuk perampasan kemerdekaan.
e. Penanganan
Pemerintah Republik Indonesia telah menginisiasi upaya untuk
tidak ada lagi pemasukang bagi orang yang mengalami gangguan jiwa
(Orang Dengan gangguan Jiwa - ODGJ) atau keterbelakangan mental
(Penyandang Disabilitas Mental - PDM) sebagai upaya untuk
memastikan semua warga negara mendapatkan hak yang sama dalam
perawatan.....
147
=0=
2. PERATURAN.....
148
Dasar
1. Undang-undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara
Republik Indonesia. (Lembaga Negara Republik Indonesia Tahun 2002
Nomor 2, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4168;
2. Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2010 tentang Penerimaan
Negara Bukan Pajak di Lingkungan Kepolisian di Lingkungan Kepolisian
Negara Republik Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2010 Nomor 70);
3. Peraturan Presiden Nomor 52 Tahun 2010 tentang Susunan Organisasi
dan Tata Kerja Kepolisian Negara Republik Indonesia.
Ketentuan Umum
1. Catatan Kepolisian adalah catatan tertulis yang diselenggarakan oleh
Polri terhadap seseorang yang pernah melakukan perbuatan melawan
hokum atau melanggar hokum atau sedang dalam proses peradilan atas
perbuatan yang dilakukan.
2. Surat keterangan Catatan kepolisian yang selanjutnya disingkat SKCK
adalah surat keterangan resmi yang dikeluarkan oleh Polri kepada
seseorang/pemohon warga masyarakat untuk memenuhi permohonan
dari yang bersangkutan atau suatu keperluan karena adanya ketentuan
yang mensyaratkan, berdasarkan hasil penelitian biodata dan catatan
kepolisian yang ada tentang orang tersebut.
Pasal 5.....
149
Pasal 5
(1) Kewenangan penerbitan SKCK pada tingkat Polsek secara administratif
dilaksanakan oleh unit Intelkam Polsek yang ditandatangani oleh
Kapolsek atau Wakapolsek atas nama Kapolsek..
(2) SKCK digunakan sebagai kelengkapan persyaratan bagi pengguna,
antara lain untuk:
a. menjadi calon pegawai pada perusahaan/lembaga/badan swasta;
dan
b. melaksanakan suatu kegiatan atau
keperluan tertentu dalam lingkup
wilayah Polsek, antara lain:
1. pencalonan kepala desa;
2. pencalonan sekretaris desa;
3. pindah alamat; atau
4. melanjutkan sekolah.
Pasal 6
(1) Kewenangan penerbitan SKCK pada tingkat Polres secara administratif
dilaksanakan oleh satuan Intelkam Polres dan ditandatangani oleh
Kepala Satuan (Kasat) Intelkam atau Wakapolres atas nama Kapolres.
(2) SKCK diperlukan untuk pencalonan menjadi anggota legislatif dan
pimpinan kepala daerah di tingkat kabupaten/kota, penernitan SKCK
ditandatangani oleh Kapolres.
(3) SKCK digunakan sebagai kelengkapan persyaratan bagi pengguna,
antara lain untuk:
a. menjadi calon pegawai pada lembaga/badan/instansi pemerintahan
dan perusahaan vital yang ditetapkan oleh pemerintah;
b. masuk pendidikan yang diselenggarakan oleh pemerintah untuk
menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS), Tentara Nasional Indonesia
(TNI) dan Polri; dan
c. Melaksanakan suatu kegiatan atau keperluan dalam lingkup wilayah
Polres, antara lain:
1. Pencalonan pejabat public;
2. melengkapi persyaratan lain kepemilikan Senjata Api (Senpi)
nonorganic TNI dan Polri; atau
3. melanjutkan sekolah.
Pasal 7
(1) Kewenangan penerbitan SKCK pada tingkat secara administratif
dilaksanakan oleh Direktorat Intelijen Keamanan (Ditintelkam) Polda.
(2) Penerbitan.....
150
Pasal 8
(1) Kewenangan penerbitan SKCK pada tingkat Mabes Polri secara
administratif dilaksanakan oleh Baintelkam Polri.
(2) Penerbitan SKCK adalah wewenang Kabaintelkam Polri dan dapat
didelegasikan kepada Kepala bidang Pelayanan Masyarakat
(Kabidyanmas) dapat ditandatangani oleh Kepala Subbidang Kegiatan
Masyarakat (Kasubbidgiatmas) atas nama Kepala bidang Pelayanan
Masyarakat (Kabidyanmas).
(3) Dalam hal penerbitan SKCK untuk keperluan pencalonan Presiden dan
Wakil Presiden ditandatangani oleh Kabaintelkam Polri atau
Wakabaintelkam atas nama Kabaintelkam Polri.
(5) SKCK digunakan sebagai kelengkapan persyaratan bagi pengguna,
antara lain untuk:
a. kepentingan menjadi pejabat negara (eksekutif, legislatif, yudikatif,
dan lembaga pemerintah) tingkat pusat;
b. WNI yang akan ke luar negeri untuk kepentingan sekolah atau
kunjungan dan/atau penerbitan visa;
c. WNI.....
151
(2) Persyaratan.....
152
(2) Persyaratan SKCK tersebut dapat dikirim secara online melalui sarana
elektronik.
(3) Persyaratan SKCK sebagaimana dimaksud diatas huruf b, huruf c dan huruf d
tidak diperlukan, apabila KTP elektronik (e-KTP) sudah terintegrasi secara
online.
(4) Pasfoto dengan latar belakang merah, berpakaian sopan, tampak muka, dan
bagi pemohon yang mengenakan jilbab, pasfoto harus tampak muka secara
utuh.
(5) Bagi WNI yang akan keluar negeri, selain melengkapi persyaratan, wajib
dilengkapi dengan fotokopi paspor.
Pasal 11
(1) Persyaratan untuk memperoleh SKCK bagi WNA, meliputi:
a. surat permohonan dari sponsor, perusahaan, atau lembaga yang
memperkerjakan, menggunakan, atau yang bertanggung jawab kepada WNA;
b. fotokopi paspor;
c. fotokopi Kartu Izin Tinggal Terbatas (KITAS) atau Kartu Izin Tinggal Tetap
(KITAP); dan
d. pasfoto berwarna ukuran 4 x 6 cm sebanyak 6 (enam) lembar, yang
digunakan untuk:
1. SKCK 1 (satu) lembar;
2. arsip 1 (satu) lembar;
3. buku agenda 1 (satu) lembar;
4. Kartu Tik 1 (satu) lembar; dan
5. formulir sidik jari 2 (dua) lembar.
(2) Pasfoto dengan latar belakang berwarna kuning, berpakaian sopan, tampak
muka dan bagi pemohon yang mengenakan jilbab, pasfoto harus tampak muka
secara utuh.
c. penelitian.....
153
c. penelitian
d. koordinasi
e. penerbitan
Pasal 18
(1) Masa berlaku SKCK ditetapkan 6
(enam) bulan sejak tanggal
diterbitkan.
(2) Masa berlaku SKCK dicabut dan dinyatakan tidak berlaku apabila:
a. pemohon melakukan tindak pidana; dan
b. ditemukan data tindak pidana yang diduga dilakukan pemohon.
(3) SKCK yang dicabut dan dinyatakan tidak berlaku dicatat dalam lembar SKCK
yang selanjutnya dikirimkan kepada pengguna yang memerlukan.
Pasal 19
(1) SKCK yang telah habis masa berlakunya apabila masih memerlukan SKCK,
yang bersangkutan dapat mengajukan permohonan SKCK kembali dengan
memperlihatkan SKCK yang lama dan dilakukan penelitian sebagaimana
mestinya.
(2) Apabila masa berlaku SKCK telah habis lebih dari 1 (satu) tahun, pemohon
dapat mengajukan kembali dengan persyaratan.
PEMBIAYAAN.....
154
=0=
32. PORNOGRAFI.....
155
Pengertian :
Pornografi, menurut Undang-undang Nomor
44 tahun 2008 tentang Pornografi, adalah
gambar, sketsa, ilustrasi, foto, tulisan, suara,
bunyi, gambar bergerak, animasi, kartun,
percakapan, gerak tubuh, atau bentuk pesan
lainnya melalui berbagai bentuk media
komunikasi dan/atau pertunjukan di muka
umum, yang memuat kecabulan atau
eksploitasi seksual yang melanggar norma
kesusilaan dalam masyarakat
Penyebab :
Maraknya pornografi di internet dan media sosial yang mudah diakses oleh
masyarakat , dapat menjadi contoh bagi anak dan remaja untuk melakukan
hal serupa.
- Kurangnya pendidikan seksualitas pada anak dan remaja untuk mencegah
terpaan pada pornografi
- Kurangnya edukasi kepada masyarakat akan bahaya pornografi yang
menyebabkan kerusakan otak di bagian Pre Frontal Cortex, yang
merupakan pusat fungsi luhur manusia yang membedakan manusia
dengan binatang, antara lain berfungsi mengatur moral dan pengendalian
diri
- Lemahnya iman di masyarakat dan keluarga sehingga tidak menjadi
benteng yang kokoh saat terpapar pornografi
- Kurangnya kontrol masyarakat untuk menegakkan nilai-nilai moral dan
agama
Penanganan :
5. Memberi.....
157
I. Dasar hukum
1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2003 tentang
Keuangan Negara;
2. Undang-Undang Republik Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan
Negara;
3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2004 tentang
Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara;
4. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 Tentang
Pemerintahan Daerah;
5. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 2004 tentang
Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah
Daerah;
6. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan
Keuangan Daerah;
7. Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa;
8. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 37 Tahun 2007 tentang Pedoman
Pengelolaan Keuangan Desa;
d. Mendorong.....
158
periodik.....
159
V. Pelaporan ADD
1. Pelaporan ini diperlukan dalam rangka pengendalian dana untuk
mengetahui perkembangan proses pengelolaan dan penggunaan ADD
yang meliputi :
a. Perkembangan pelaksanaan dan penyerapan dana;
b. Masalah yang dihadapi;
c. Hasil akhir penggunaan ADD.
2. Mekanisme pelaporan pelaksanaan ADD dilaksanakan secara berjenjang
mulai.....
160
3 Tahap.....
161
3. Tahap pertanggungjawaban :
sebaiknya Bhabinkamtibmas tidak masuk dalam hal teknis administrasi
dalam hal pertanggungjawaban penggunaan ADD, namun demikina
Bhabinkamtibmas bisa membuat laporan informasi apabila ada pengaduan
dan keluhan masyarakat tentang penggunaan ADD.
=0=
34. PERAN.....
162
I. PENDAHULUAN
1. Dasar
a. Undang undang Republik Indonesia Nomor 2 tahun 2002 tentang
Polri;
b. Perkap Nomor 3 Tahun 2015 tentang Pemolisian Masyarakat.
2. Ruang Lingkup
Pelaksanaan tugas personil satuan Binmas dan Bhabinkamtibmas dalam
membentuk dan membina komunitas di masyarakat.
langsung.....
163
III. PELAKSANAAN
1. Menentukan sasaran
a. Bentuk dan jenis komunitas
Bentuk dan jenis komunitas yang ada di masyarakat antara lain :
1) Komunitas hobi;
2) Komunitas profesi;
3) Komunitas kesenian;
4) Komunitas etnis;
5) Komunitas agama;
6) Komunitas pelajar;
7) dan lain-lain.
b. Tempat dan lokasi
Tempat dan lokasi yang sering digunakan untuk berkumpulnya para
komunitas antara lain :
1) Rumah;
2) Lapangan;
3) Tempat ibadah;
4) Sanggar/balai;
5) dan lain-lain.
2. Pola kegiatan
Kegiatan dilaksanakan dengan melibatkan keterpaduan semua fungsi
yang ada dan fungsi Binmas sebagai penjurunya, kegiatan diarahkan
kepada semua komunitas yang ada di masyarakat baik yang bersifat formal
maupun informal, yang dapat dikelompokan antara lain:
a. Komunitas yang dianggap memiliki kerawanan untuk berperilaku
menyimpang dari norma norma social yang dapat mempengaruhi dan
mengganggu.....
164
IV. PENGAWASAN.....
165
=0=
BAB IV.....
166
182
BAB V
PENUTUP
Demikian Buku Pintar Bhabinkamtibmas edisi ketiga tahun 2016 ini disusun sebagai
referensi bagi Bhabinkamtibmas dimanapun bertugas, dalam memberikan bimbingan
dan penyuluhan secara efektif dan efisien kepada masyarakat di wilayah
penugasannya.