Anda di halaman 1dari 12

Perguruan Tinggi Ilmu Kepolisian (PTIK) Selayang Pandang

Kelahiran PTIK sebagai perguruan tinggi kedinasan pertama yang tercatat


dalam

sejarah

pendidikan

di

Republik

Indonesia

tidak

terlepas

dari

keberadaan Sekolah Kepolisian Negara Bagian Tinggi Mertoyudan, yang


kemudian menjadi Polisi Akademi (Akademi Polisi). Akademi ini diresmikan
pada tanggal 17 Juni 1946 oleh Presiden dan Wakil Presiden Republik
Indonesia. Demi kepentingan terlaksananya pendidikan, maka Prof. Mr
Soenario Sandjatawidjaya ditetapkan menjadi dekan, dan dosen-dosen
pertama

diangkat

pada

tanggal

21

Agustus

1946.

Atas

beberapa

pertimbangan serta kendala teknis operasional proses belajar mengajar,


pada akhir September 1946 Akademi Polisi dipindahkan ke Yogyakarta.
Pascapengakuan kedaulatanNegara Republik Indonesia oleh Belanda pada
tanggal 27 Desember 1949, Pusat Pemerintahan Republik Indonesia pindah
ke Jakarta. Berkenaan dengan situasi dan kondisi tersebut banyak dosen
yang mengajar di Akademi Polisiturut pindahke Jakarta. Berdasarkan
pertimbangan operasional makaAkademi Polisi dipindahkan ke Jakarta.
Pada awalnya(Januari 1950), Akademi Polisi menempati gedung sekolah di
jalan Marsekal Manggarai. Kemudian menempati Gedung Kamp. Adek di
jalan Tambak No. 2 Jakarta Pusat. Gedung tersebut adalah gedung bekas
tempat penampungan orang-orang Belanda yang akan di dipulangkan ke
negerinya, beberapa ruangan yang ada digunakan untuk operasional
pendidikan, ruangan lainnyauntuk kantor Sekretariat dan perkuliahan.
Masa Awal PTIK (1950-1960)
Akademi Polisi dibuka kembali secara resmi di Jakartapada tanggal 15 Juni
1950, selanjutnya atas usaha Ketua Dewan Guru Besar Prof. Mr. Djoko
Soetono, SH,Akademi Polisi mendapatkan guru besar dan dosen-dosen yang

dibutuhka. Atas ijin Kepala Muda Jawatan Kepolisian Negara yang pada waktu
itu dijabat oleh Bapak Soemarto maka Sekretariat Akademi Polisi mendapat
tempat pada kantor Jawatan Kepolisian Negarajalan Diponegoro No.58.
Perkuliahan baru dapat dilaksanakan lagi setelah mendapat satu ruangan di
Sekolah

Rakyat

mempergunakan

di

jl.

salah

Salak,
satu

sedangkan

ruangan

di

kuliah
Fakultas

kuliah

sebelumnya

Hukum.

Beberapa

kemudahan lainnya-pun dapat diperoleh melalui upaya Bapak Soemarto,


sehingga dalam sejarah ini beliau tercatat telah berjasa besar atas
perkembangan Akademi Polisi.
Rapat gabungan antara Jawatan Kepolisian Negara, Dewan Kurator dan
Dewan Guru Besarpada tanggal 4 Juli 1950 akhirnya mendorong terbitnya
Surat Keputusan Perdana Menteri No.: 47/PM/II/50tanggal 1 September 1950
yang mengganti nama Akademi Polisi menjadi Perguruan Tinggi Ilmu
Kepolisian

disingkat

PTIK.

(Dalam

Perkembangan

selanjutnya,

status

Perguruan Tinggi Ilmu Kepolisian tersebut diperkuat oleh Ketetapan MPRS


No.II/MPRS/1960 dan Surat Menteri Perguruan Tinggi dan Ilmu Pengetahuan
(PTIP) No. 4463/9/PTIP tanggal 8 Agustus 1961).
Surat Keputusan Perdana Menteri tersebut menegaskan bahwa kedudukan
hukum (civiel effect) lulusan PTIK disamakan dengan lulusan fakultas negeri
yang mengikuti program pendidikan lima tahun, dan dari pertimbangan surat
keputusan Perdana menteri dijelaskan bahwa pergantian nama tersebut
karena pendidikan ini setingkat universitas serta untuk memajukan Ilmu
Kepolisian, sehingga sejak itulahIlmu Kepolisian dikenal sebagai salah
satu cabang ilmu pengetahuan, selanjutnya sejak tahun 1951 Perguruan
Tinggi Ilmu Kepolisian hanyamenerima siswa dari pegawai Kepolisian saja.

Sejak Akademi Polisi berganti nama menjadi PTIK, maka PTIK mulai
berkembang

sebagai

sebuah

pendidikan

tinggi

Kepolisian

yangmengembangkan Ilmu Kepolisian. Akhirnya pada tahun 1952 PTIK


meluluskan 16 orang abiturien yang berdasarkan peraturan Negara dan MOS
Perguruan Tinggi berhak memakai gelar doktorandus. Pada Dies Natalis PTIK
tanggal 17 Juni 1952, untuk pertama kalinya diserahkan 16 orang
Doktorandus di Ilmu Kepolisian angkatanI / Parikesit kepada negara dan
masyarakat.
Salah seorang lulusan angkatan I dikemudian hari menduduki jabatan
tertinggi di Kepolisian Negara Republik Indonesia, yaitu Jenderal Polisi
Hoegeng Imam Santoso, yang hingga kini dikenal masyarakat sebagai salah
satu sosok Polisi ideal. Perayaan Dies Natalis tersebut dihadiri oleh Kepala
Negara Republik Indonesia, Kepala Kepolisian dan para anggota dewan
Kurator, Dewan Guru Besar dan para dosen, serta pejabat dari Kepolisian
Negara.
Pada tanggal 6 Juni 1953 dengan surat Keputusan Perdana Menteri No.
47/PM/2/53 ditetapkan peraturan Akademi PTIK yang baru dan mencabut
Surat Keputusan Kepala Jawatan Kepolisan tanggal 4 Mei 1947 No. Pol.
20/2/47/P tentang Peraturan Akademi Polisi.
Dalam upacara pembacaan doktoran di PTIK angkatan II tanggal 3 Mei 1954,
diikrarkannya

untuk

pertama

kali

TRI

BRATA

sebagai

Kaul

dan

selanjutnya sejak tanggal 1 Juli 1955 TRI BRATA diikrarkan menjadi Pedoman
Hidup bagi seluruh warga Kepolisian di Indonesia.
Pada tanggal 20 Agustus 1954 berdasarkan Surat Keputusan J.M. Perdana
Menteri RI. No. 87/PM/II/54, bagian Persediaan dari PTIK dirubah menjadi
bagian Bakaloreat yang merupakan masa pelajaran yang dibulatkan dan

lamanya pendidikan ditetapkan 3 tahun. Selanjutnya, bagian Keahlian


(Doktoral)

diadakan

jurusan

yaitu

jurusan

Sosial

dan

jurusan Justitionil yang lama pendidikannya masing masing 2 tahun, dan


dapat diikuti sesudah lulusan Bakaloreat bekerja / praktek sekurangkurangnya 2 (dua) tahun. Pembagian dalam dua tingkatan ini baru dapat
dilaksanakan terhadap mahasiswa PTIK angkatan VIII.
Berdasarkan SK Perdana Menteri RI. No. 87/PM/III/1954 tetanggal 20 Agustus
1954, direalisasikan apa yang disebut dengan PTIK gaya baru dimana
pendidikan

bagian Bakaloreatbagi

angkatan

VIII

dilaksanakan

melalui

masa basic training selama 2 bulan di Sekolah Polisi Negara di Sukabumi,


masa pendidikan di PTIK selama 3 tahun termasuk pelajaran Kawirjan selama
4 bulan di SPMB (sekarang Pusdik Brimob) di Porong, dan aplikasi pelajaran
eksakta bagi mereka yang berasal dari SMA bagian A atau C. Pembaruan
lainnya yang perlu diketahui adalah diselenggarakannya survei pada
kesatuan kesatuan Kepolisian di daerahyang dimulai pada angkatan VII
denganpenugasan ke daerah Bogor dan sekitarnya selama 3 bulan.
Masa Integrasi ABRI (1961-1998)
Diintegrasikannya kepolisian sebagai bagian dari ABRI dan dikeluarkannya
Undang-Undang

No.

13

tahun

1961

tentang

Pokok

Kepolisian

yang

menegaskan status Kepolisian sebagai unsur integral ABRI,berdampak


terhadap reorganisasi Kepolisian. Status PTIK dalam Kepolisan RI semakin
dipertegas yang semula disebutkan sebagai organisasi yang berdiri sendiri
tanpa keterangan lain-lain, menjadi unsur Komando Utama Pusat.
Berbeda dengan angkatan sebelumnya penerimaan mahasiswa angkatan keX / Bima Pada tahun 1962 dilakukan dengan dasar pendidikan tersendiri.
Peserta berasal dari SMA bagian A, SMA dari bagian B dan SMA dari bagian

C. Mahasiswa yang berijasah SMA bagian A dan C diberikan pendidikan


khusus tambahan eksakta di Sukabumi setelah diadakan ujian saringan di
daerah-daerah.
Pada tahun 1963 kampus PTIK di Jl. Tambak No. 2 pindah ke jl. Ciputat Raya
menempati gedung Deplat 007. Di tempat ini kondisi sarana prasanan yang
mendukung proses pembelajaran sudah lebih baik.
Berdasarkan Surat keputusan Menteri Panglima Angkatan Kepolisian No.
27/SK/MK/1964 tanggal 2 Mei 1964, status PTIK dalam organisasi Polri
mengalami perubahan dan perkembangan dimana pimpinan PTIK disebut
dengan

Gubernur/Dekan

PTIK,

dan

dibantu

oleh

Wakil

Dekan

yang

membawahi bidang keilmiahan / pendidikan, dan Wakil Gubernur yang


membawahi bidang administrasi/pelayanan staf.
Dalam perkembangan sejarah PTIK dan Ilmu Kepolisan, pada masa ini terjadi
suatu peristiwa penting untuk diingat yaitudi dianugerahkannya Bintang
Bhayangkara kelas III kepada Prof, Mr. Djoko Soetono, SH atas jasanya bagi
perkembangan

dan

kemajuan

PTIK

khususnya

dan

kepada

Negara.

Selanjutnya disusul dengan penganugerahan Bintang Bahayangkara kelas II


kepada Sri Sultan Hamengku Buwono IX selaku Ketua Dewan Kurator PTIK,
serta penganugerahan secara anumerta Bintang Bhayangkara kelas II
kepada almarhum KBP Soebarkah atas jasa jasanya bagi PTIK dan Polri.
Pada tanggal 8 Maret 1963 diadakan rapat Dewan Guru Besar PTIK dalam
rangka memberikan dasar bagi perkembangan PTIK dan Ilmu Kepolisan gaya
baru meliputi bidang organisasi perlengkapan pendidikan Staf pengajar
status PTIK dll. Selanjutnya pada bulan Nopember tahun 1965 pimpinan PTIK
mengalami

pergantian

dari

Brigadir

Jenderal

Polisi

Drs.

Soebroto

Brotodiredjo, SH kepada Komisaris Besar Polisi Drs. Soejoed Bin Wahjoe.

Pasca integrasi ABRI, dibidang pendidikan terjadi beberapa perubahan


metode pendidikan yang berlaku di PTIK. Pada pengakhiran studi pendidikan
Doktoral bagi mahasiswa PTIK

angkatan VIII tahun 1965-1967, mulai

diwajibkan menyusun skripsi (karya ilmiah tugas akhir) untuk mendapatkan


gelar kesarjanaannya.
Sebagai tindak lanjut integritas ABRI, berdasarkan Keputusan Presiden RI No.
155/65, maka pada pada tanggal 1 Oktober 1965 gagasan pendirian
Akademi Angkatan Bersenjata direalisir dengan dibentuknya Akademi Iilmu
Kepolisian yang kemudian dirubah menjadi Akademi Angkatan Kepolisian di
Sukabumi. Integrasitersebut mula-mula merupakan proses pengintegrasian
Akademi-Akademi Angkatan Perang (AMN, AAL, AAU) dengan bagian yang
setaraf dari PTIK ialah AAK (Akademi Angkatan Kepolisian). Akademi tersebut
kemudian

menjadi

AKABRI

(Akademi

Angkatan

Bersenjata

Republik

Indonesia) bagian kepolisian.


Selanjutnya berdasarkan Surat Keputusan Presiden / Pangti ABRI No.
185/KOTI/1965 tanggal 10 Desember 1965 maka bagian Bakaloreat PTIK
disamakan dengan tingkat akademi dari angkatan-angkatan lain. Angkatan
pertama adalah angkatan X / Bima, sehingga walaupun angkatan X / Bima
tersebut sudah selesai belajarnya di tingkat Bakaloreat pada bulan Pebruari
1966, namun baru dilantik pada bulan Nopember 1966 bersama-sama
angkatan lainnya. Selama menunggu pelantikan mahasiswa angkatan X
diwajibkan mengikuti Suslapa selama 4 bulan dari bulan Juli sampai dengan
Oktober 1966.
Pendidikan reguler di PTIK yang meliputi tingkatan Bakaloreat masih
berlangsung hingga angkatan XI / Bhakti. Pada Oktober 1969 dilaksanakan
pembagian 2 (dua) jurusan yaitu Administrasi Keamanan (AK) dan jurusan
Kriminologi/Kriminalistik (KK) bagi program doktoral angkatan IX / Rajawali.

Kemudian pada masa pendidikan doktoral angkatan XI ditambah lagi dengan


jurusan Hukum. Akan tetapi pembagian ini tidak berlangsung lama karena
pada

angkatan

XIII

pembagian

tersebut

dihapus

kembali

sehingga

pendidikan doktoral bersifat umum.


Pada angkatan XII/DHARMA dimulai pendidikan akademi (AKABRI) bagian
kepolisian. Dalam hal tersebut sebelum mendapatkan gelar Sm.I.K, angkatan
XII dikenakan ketentuan pendidikan Bakaloreat PTIK. Namun demikian dalam
tahap

selanjutnya

diusahakan

untuk

AKABRI

ditingkatkan

menjadikan

menjadi

AKABRI

bagian

tahun.

Karenanya

kepolisian

menjadi

penyelenggara pendidikan Sm.IK dan PTIK hanya menjadi pendidikan


lanjutan kesarjanaan Ilmu Kepolisian bagi perwira-perwira Polri lulusan
AKABRI dengan syarat-syarat yang ditentukan.
Integrasi tersebut berakibat PTIK mengalami pembaruan lebih lanjut dengan
ditingkatkan

menjadi

lembaga

Pendidikan

Lanjutan

Perwira

dengan

metode universiter(guna mendapatkan keahlian Strata 1 di bidang Ilmu


Kepolisian).Dalam sistem pendidikan Polri PTIK tingkat Doktoral menjadi
Lembaga

Pendidikan

yang

berstatus in

service

training sedangkan

bagianBakloreat telah menjadi Akademi yang berstatus sebagai pre service


training dan merupakan proyek Departemen Pertahanan Keamanan (proyek
AKABRI).
Semenjak adanya AKABRI, PTIK tidak lagimenerima calon mahasiswa dari
pegawai kepolisian secara umum, tetapi hanya menerima calon mahasiswa
lulusan AKABRI yang telah memenuhi syarat-syarat tertentu antara lain telah
mempunyai kualitas SMIK, telah melaksanakan tugas praktek dalam
kesatuan-kesatuan

Polri

sesuai

jangka

waktu

yang

ditetapkan,

dan

memenuhi persyaratan kedinasan lain yang berlaku bagi anggota Polri (misal
konduite, prestasi kerja dll).

Pada bulan Oktober 1970 pimpinan PTIK diserah terimakan dari Irjen Pol Drs,
Soejoed

Bin

Wahjoe

kepada

Brigjen

Pol.

Drs.

Hadisapoetro

yang

memindahkan PTIK ke Blok O Kebayoran Baru. Kemudian pada tahun 1971


kampus PTIK pindah lagi ke Jl. Tirtayasa Raya No.6 Kebayoran Baru Jakarta
Selatan, diatas lahan hibah almarhum Prof. Djoko Soetono, SH yang
merupakan tokoh pendiri, pendidik dan dekan PTIK tahun 1954 s/d 1965.
Pada tahun 1980 pimpinan ABRI mempersoalkan validitas kesarjanaan yang
diberikan dan bermaksud menghapus PTIK karena dipandang tidak sesuai
dengan kebijakan integrasi ABRI. Berkaitan dengan persoalan tersebut atas
kegigihan Kapolri Jenderal Prof.Dr.Awaloedin Djamin, MPA, keberadaan PTIK
dapat diselamatkan, yaitu dengan dibentuknya suatu panitia kerja terdiri dari
personel Mabes Polri dan PTIK serta Depdikbud/UI yang menghasilkan naskah
apresiasi pengembangan PTIK.
Selanjutnya naskah ditindak lanjuti dengan penandatanganan keputusan
bersama Kapolri dan Mendikbud dengan No.Pol. : Kep 12/VII/1980 dan Nomor
: 0214/0/1980 tanggal 11 Agustus 1980 tentang pembinaan, pengembangan
dan tanggung jawab bidang akademik PTIK oleh Dikbud. Keputusan tersebut
antara lain mengakui kesarjanaan Ilmu Kepolisian dan menempatkan PTIK
dibawah

pembinaan

Universitas

Indonesia

(UI).

Kerjasama

tersebut

berkembang hingga saat ini dimana para dosen utama, pakar dari
Universitas Indonesiatetap eksis dalam proses pendidikan di PTIK.
Selama 37 tahun sejak berlakunya Undang-Undang No 13 tahun 1961
tentang Pokok Kepolisian, sampai jatuhnya pemerintahan Presiden Soeharto
tahun 1998, kedudukan Polri dibawah ABRI menjadi subordinat dan tidak
mencerminkan profesionalisme. Namun pasca reformasi 1998 yang ditandai
oleh runtuhnya rezim Orde Baru maka sistem Kepolisian juga mengalami

reformasi

birokrasi

sebagai

upaya

menjawab

tuntutan

dan

harapan

masyarakat.
Perkembangan PTIK Selanjutnya (1998-sekarang).
Sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan dalam Sistem Pendidikan Nasional
yang menggolongkan ke dalam bentuk akademis, politeknik, Sekolah Tinggi,
Institut dan Universitas, PTIK terus mengembangkan eksistensinya sebagai
pendidikan tinggi kedinasan setaraf dengan Universitas. Hal ini dilakukan
dengan

pengembangan

pendidikan

dilingkungan

PTIK

dengan

menyelenggaran pendidikan D-3, Strata-2, dan Strata-3 Ilmu Kepolisian.


Berdasarkan Skep Kapolri No.Pol. : Skep/1183/VIII/1994 tanggal 29 Agustus
1994, PTIK menyelenggarakan program pendidikan DiplomaIII (D-3) Ilmu
Kepolisian Angkatan Pertama bagi Polisi Wanita.Pendidikan dimulai dari
tanggal

September

1994

dan

berakkhir

tanggal

September

1997.Program pendidikan ini berlangsung selama 3 (tiga) angkatan.Kondisi


ini disebabkan karena pendidikan Akademi Kepolisian di Semarang tidak lagi
hanya menerima Taruna laki-laki.
Dalam rangka pengembangan Ilmu Kepolisan dan semakin mengukuhkan
PTIK sebagai lembaga pendidikan tinggi, pada tahun 1996 dilaksanakan
program pendidikan Strata-2 Ilmu Kepolisian yang dikenal dengan Kajian
Ilmu Kepolisian. Program pendidikan ini bekerjasama dengan Universitas
Indonesia dan keberadaannya berada dibawah Universitas Indonesia namun
tempat perkuliahan berada di PTIK. Para lulusan pendidikan ini berhak
menyandang gelar Magister of Science (M.Si).Kerjasama dan pengembangan
program ini dilanjutkan dengan membuka kesempatan dibentuknya Program
Doktoral Strata-3 / Doktor Ilmu Kepolisian tahun 2001. Program ini hanya
menyelenggarakan 3 (tiga) angkatan dan telah menghasilkan 10 (sepuluh)

orang lulusan diantaranya : Irjen Pol. Dr. Rycko Amelza Dahniel, M.Si (Ketua
STIK/PTIK sejak tahun 2015 dan memprakarsai buku monograf ilmu
kepolisian), Kombes Pol. Dr. Chrysnanda Dwilaksana, M.Si, dan Kombes Pol.
Dr. Aris Budiman Bulo, M.Si.
Guna menyesuaikan ketentuan Undang-Undang No. 2 tahun 1989 tentang
Pendidikan Nasional, Berdasarkan Keputusan Presiden No. 70 tahun 2002
tanpa mengurangi statusnya sebagai Sekolah Tinggi, Jabatan Dekan PTIK
dihapus dan Gubernur PTIK merangkap sebagai Ketua Sekolah Tinggi.
Kemudian berdasarkan Keputusan Depdiknas

Nomor:

005/BSAN-PT/Ak-

X/S1/VI/2006 tanggal 15 Juni 2006, PTIK memperoleh Akreditasi A sebagai


syarat yang harus dimiliki sebuah perguruan tinggi.
Selanjutnya, dalam mengembangkan pendidikan di PTIK, pada tahun 2012 di
buka pendidikan Strata-II Magister Ilmu Kepolisian dengan gelar Magister
Ilmu Kepolisian (M.Ik).Program ini telah mendidik4(empat) angkatan dan
berjalan sampai sekarang.
Perkembangan Kurikulum Pendidikan PTIK.
Perkembangan Ilmu Kepolisian sebagai bagian dari perkembangan PTIK yang
merupakan

pendidikan

kedinasan,

dapat

terlihat

dari

perkembangan

kurikulum pendidikan dan mata pelajaran yang diterapkan selama proses


pendidikan. Kurikulum dan mata pelajaran yang diberikan tersebut semakin
lama semakin berkembang seiring dengan upaya PTIK dalam menampilkan
dan mengembangkan Ilmu Kepolisian.
Setelah PTIK pindah ke Jakarta ditandai dengan dicanangkannya Ilmu
Kepolisian, dimana ketua dewan gurunya adalah Prof. Mr Djoko Soetono, SH,
kurikulum Ilmu Kepolisian pertama kali didisain oleh Prof. Mr. Djoko Soetono,
SH.

Beliau

mempunyai

keinginan

cita-cita

agar

pendidikan

perwira

kepolisisan mencakup pemahaman tentang masyarakat Indonesia.Materi


kuliah yang diberikan berupa Ilmu Kepolisian sebagai bagian dari ilmu-ilmu
sosial (sociale wetenschappen), materi kuliah tentang masyarakat Indonesia,
hukum adat, dan pemahaman tentang kebudayaan dan bahasa Indonesia.
Selanjutnya, pasca ditempatkannya PTIK dibawah Mendikbud dan pembina
oleh Universitas Indonesia pada tahun 1980, mata kuliah Ilmu Kepolisian
terus dikembangkan untuk pemecahan masalah masalah Kepolisian yang
berkembang dalam masyarakat modern.

M JASIN

Merdeka.com - M Jasin dikenal karena kepahlawanannya. Setelah proklamasi


kemerdekaan, Inspektoer Polisi Kelas I M Jasin membacakan proklamasi polisi. Isinya polisi
di bawah Jepang kini menjadi Polisi Republik Indonesia dan siap berjuang
mempertahankan kemerdekaan Indonesia.
Jasin kemudian melucuti senjata tentara Jepang di Surabaya untuk mempersenjatai
pejuang. Saking banyaknya, empat kereta penuh senjata dikirim ke Jakarta.
M Jasin terus berkarir di kepolisian. Sejumlah jabatan penting pernah diembannya. Jasin
digelari Bapak Brimob Indonesia.
Satu hal yang menonjol adalah saat Jasin menangkap Komandan Polisi Tentara Keamanan
Rakyat (PTKR) Karesidenan Surabaya, Mayor Sabarudin. Panglima Soedirman sendiri
yang memberikan tugas ini pada M Jasin karena TNI pun takut pada Sabarudin yang
bertindak seperti perampok.
Dalam penangkapan itu M Jasin menemukan besek penuh emas dan permata hasil
rampokan Sabarudin. Istimewanya, tak secuil pun diambilnya.
Pemkot Surabaya telah mengusulkan M Jasin menjadi pahlawan nasional. Tetapi
pemerintah belum mengabulkannya.

SOEKANTO
Merdeka.com - Komisaris Jenderal (Pol.) Raden Said Soekanto Tjokrodiatmodjo

merupakan Kepala Kepolisian pertama Republik Indonesia. Soekant menjabat selama 14


tahun. Mulai 1945 sampai 1959.
Soekanto lahir di Bogor 7 Juni 1908. Dia lulus pendidikan Aspirant Commisaris Van Poiitie
tahun 1933. Sangat sedikit orang pribumi yang bisa mengikuti pendidikan elite tersebut.
Wajar saja, ini sekolah untuk komandan polisi. Dia sempat bertugas di Semarang dan
Kalimantan.
Saat Jepang masuk, Soekanto bergabung dengan kepolisian Jepang dan diangkat menjadi
Itto Keishi (Komisaris Tingkat I). Dia kemudian mengusulkan untuk membentuk sekolah
polisi. Soekanto kemudian menjadi instruktur sekolah polisi di Sukabumi.
Saat Indonesia memproklamasikan kemerdekaan, Soekanto langsung menurunkan
bendera Jepang dan bersama anak didiknya merebut senjata mereka. Pada 29 September
1945, Presiden Soekarno menunjuk Soekanto membentuk Polisi Nasional.
Banyak hal yang dirintis Soekanto, sebagai kapolri pertama dia banyak meletakkan dasar
untuk kepolisan RI, kata sejarawan Asvi Warman Adam.
Soekanto merintis Resimen Pelopor, Polisi Air dan Udara serta Polisi Perintis, Polisi Kereta
Api, Polisi Wanita. Soekanto juga yang membuat Tri Brata Polri. Jenderal ini dikenal
sederhana.

SOETADI
Mayjend Polisi Drs. Soetadi Ronodipuro (1974 s/d 1978 )KAPOLDA METRO KE-9
http://www.situspolisi.com/2014/10/gubernur-akpol-brigjen-pol-soemantri.html

BRIGJEN-POL-DRS-SOETADI-RONODIPURO-1968-1970 GUBERNUR AKPOL KE 3


http://www.situspolisi.com/2014/10/gubernur-akpol-brigjen-pol-soemantri.html

OETARYO
MAYJEN POL DRS OETARYO SURYAWINATA 1974-1975 GUBERNUR AKPOL KE-5
RATNA ATMADJA

https://krisnaptik.com/2013/04/14/sejarah-kapolri-pertama-di-indonesia/

Anda mungkin juga menyukai