Anda di halaman 1dari 8

AKADEMI KEPOLISIAN MAGELANG

Perjalanan sejarah Akademi kepolisian telah mengalami berbagai perubahan secara


organisasi maupun tempat domisilinya sampai pada akhirnya menetap di Semarang.Tonggak
berdirinya Akademi Kepolisian dimulai setelah proklamasi kemerdekaan tanggal 17 Agustus
1945, beberapa hari setelah Proklamasi Kemerdekaan RI, para cendikiawan bangsa Indonesia
mengambil alih kekuasaan pendidikan dari penjajah Jepang. Ambil alih tersebut termasuk
pendidikan kepolisian Jawea Keisatsu Gakka selanjutnya diganti menjadi Sekolah polisi
Negara RI di Sukabumi. Sekolah inilah nantinya akan menjadi cikal bakal Akademi
Kepolisian
Pada tanggal 10 Juli 1959, Dengan Skep Presiden No. : 253/1959, Kepolisian Negara
RI berubah menjadi Angkatan Kepolisian RI, dengan demikian Sekolah Polisi Negara di
Sukabumi yang merupakan penyatuan dari Sekolah Inspektur Polisi di Bukit Tinggi dan
Jogjakarta berubah menjadi Sekolah Angkatan Kepolisian.
Selanjutnya, pada tanggal 1 Oktober 1965, Sekolah Angkatan Kepolisian RI berubah
menjadi Akademi Angkatan Kepolisian (AAK), diresmikan oleh Men Pangak Irjen. Pol
Soetjipto Judodiharjo, dengan Skep Menhankam Pangab No.:468/5/B/65/M , pada tanggal 1
Oktober ini yang kemudian diperingati sebagai hari jadi Akademi Kepolisian. Pataka AAK
berfalsafah Atmaniwedana Aryawirya Kretakarma diserahterimakan. Pada tanggal 16
Desember 1966, AAK diubah menjadi AKABRI bagian Kepolisian.
Pada tanggal 29 Januari 1967, dibuka AKABRI bagian umum di Magelang dengan
Taruna berasal dari pengiriman dari masing-masing angkatan dan Polri, Setelah

menyelesaikan pendidkan selama 1 tahun di Magelang, Taruna AKABRI bagian Kepolisian


dikirim ke Sukabumi untuk mengikuti pendidikan matra Kepolisian selama 3 tahun.
Perjalanan sejarah selanjutnya pada tanggal 1 Juli 1980, Komplek AKABRI bagian
Kepolisian di Semarang diresmikan penggunaannya oleh Kapolri Jendral PO. Drs.
Awaloeddin Djamin MPA.
Dengan Skep Kapolri No. POL Skep/36/I/1985 tanggal 24 Januari 1985 AKABRI
Kepolisian berubah menjadi Akademi Kepolisian setelah AKABRI bagian dialihkan kembali
kepada angkatan masing-masing, dan ditetapkan pula Pataka Akpol dengan tambahan pita
diatas lambang bertuliskan Akademi Kepolisian, sasanti dibawah gambar lambang menjadi
bertuliskan Atmaniwedana Kretakrama Aryawirya, gambar dibalik lambang semula lambang
Akabri Bhineka eka Bhakti menjadi lambang Polri Tribrata.
Memasuki periode sejarah reformasi di Indonesia, sejarah Akademi Kepolisian
mengalami perubahan dengan dikeluarkan Skep Kapolri No.Pol : Skep/389/IV/1999 tanggal
9 April 1999 tentang Akademi Kepolisian Mandiri, maka sejak 10 April 1999 Akpol
dinyatakan terpisah dari AKMIL, AAL, AAU serta teknis administrasi juga lepas dari Mako
Akademi TNI. Akhirnya, perubahan terjadi pada logo Akademi Kepolisian pada tanggal 24
Oktober 2003, dengan diresmikannya oleh Kapolri Jenderal Polisis Dai Bachtiar,
penggunaan

Logo Akademi

Kepolisian

yang

baru

dengan

mengganti

kata-kata

Atmaniwedana Kretakarma Aryawirya dengan kata-kata Dharma Bijaksana


Ksatria dan pita bertuliskan Akademi Kepolisian yang semula terpisah di bagian atas
disatukan menjadi satu kesatuan yang utuh dalam perisai Tri-Brata.
VISI AKPOL
MENJADI LEMBAGA PENDIDIKAN YANG MENGHASILKAN POLISI
PROFESIONAL, CERDAS, BERMORAL, DAN MODERN YANG BERWAWASAN
GLOBAL DAN BERSTANDAR INTERNASIONAL (WORLD CLASS POLICE
ACADEMY).

MISI AKPOL

1. MENYELENGGARAKAN PENDIDIKAN PEMBENTUKAN PERWIRA POLRI


MELALUI KEGIATAN PEMBELAJARAN, PELATIHAN, DAN PENGASUHAN
SECARA BERTAHAP DAN BERKESINAMBUNGAN PADA SETIAP TINGKAT
PENDIDIKAN.
2. MENYELENGGARAKAN KEGIATAN PENELITIAN DALAM UPAYA
PENGEMBANGAN ILMU PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI YANG
TERKAIT DENGAN BIDANG KEPOLISIAN.
3. MENYELENGGARAKAN KEGIATAN PENGABDIAN MASYARAKAT YANG
TERKAIT DENGAN BIDANG KEPOLISIAN.
4. MENYELENGGARAKAN TATA KELOLA INSTITUSI YANG BERORIENTASI
PADA PELAYANAN PRIMA DAN BERKEMBANG MENJADI PUSAT
UNGGULAN (CENTER OF EXCELLENCE).
5. MENGEMBANGKAN KERJASAMA DAN JEJARING KERJA DENGAN
BERBAGAI LEMBAGA DI DALAM DAN LUAR NEGERI.
Standar Kompetensi Lulusan Akpol
Penting untuk memahami apa yang menjadi standar kompetensi lulusan bagi Taruna Akpol.
Sebab semua dinamika pelaksanaan program pendidikan di Akpol harus diarahkan untuk
mendukung perwujudan standar kompetensi tersebut. Pihak Lembaga Pendidikan Polri
bersama dengan Akpol telah memformulasikan standar kompetensi lulusan untuk Taruna
Akpol yang telah ditetapkan dengan Keputusan Kalemdikpol Nomor : Kep/202/VI/2011
Tanggal 14 Juni 2011, dengan rincian sebagai berikut:
1. Mampu melaksanakan tugas sebagai Inspektur Polisi yang memiliki kepribadian
luhur, mental yang tangguh dan kesamaptaan yang prima dalam mendukung
pelaksanaan tugas pokok kepolisian.
2. Mampu melaksanakan tugas sebagai Inspektur Polisi yang memiliki kemampuan
untuk melaksanakan pemeliharaan dan ketertiban masyarakat, penegakan hukum,
perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat dengan menjunjung
tinggi Hak Asasi Manusia.

3. Mampu melaksanakan tugas sebagai Inspektur Polisi yang memiliki kemampuan


untuk merencanakan, mengorganisasikan, melaksanakan, mengendalikan dan
mengkoordinasikan tugas pokok kepolisian dalam rangka menangkal timbulnya
gangguan keamanan dan ketertiban serta penyakit masyarakat dengan memanfaatkan
ilmu pengetahuan dan teknologi yang relevan.
Metode Pembelajaran
Metode pembelajaran adalah cara yang digunakan untuk menyampaikan suatu pesan atau
pengetahuan dari tenaga pendidik kepada peserta didik.

Metode pembelajaran yang diterapkan harus mampu :


1. Membangkitkan atau membangun motivasi belajar peserta didik, efektif;
2. menjadikan peserta didik mengetahui, memahami dan dapat mengaplikasikan
materi pembelajaran yang disampaikan;
3. menjadikan peserta didik dapat menerima, merespon dan menilai materi
pembelajaran yang disampaikan;
4. menjadikan peserta didik dapat meniru dan menginternalisasi materi
pembelajaran yang disampaikan;
5. menggugah partisipasi peserta didik dan selanjutnya metode pembelajaran
yang diterapkan selalu dievaluasi dan diawasi pengembangannya.

Berikut metode metode pendidikan yang ada di Akpol :


1. Pengajaran : pada pelajaran teori menggunakan metode tutorial yang meliputi
mini lecture, tanya jawab, diskusi, simulasi, bermain peran, peragaan dan drill.
Pada pelajaran praktek menggunakan metode penugasan, kerjasama, tutorial
dan demonstrasi yang dijabarkan / dijadwalkan melalui pembelajaran tatap
muka, terstruktur dan mandiri;
2. Pelatihan : pada pelatihan menggunakan sistem bertingkat, berlanjut, bertahap
dan uji coba pelaksanaan. Tujuan pelatihan adalah:

Edukatif : pelatihan bertujuan dapat memberikan pengalaman praktis


dalam menghadapi situasi tugas yang riil dan akan ditemui ketika para
taruna bertugas sebagai Perwira Polri;

Analisa : pelatihan bertujuan melatih kemampuan Taruna Akpol dalam


menganalisis berbagai permasalahan terkait dengan pelaksanaan tugas
kepolisian;

Integratif : pelatihan bertujuan membentuk sikap saling pengertian


dalam pola pikir, pola tindak maupun pola sikap dalam ikatan
kelompok, dimuali dari tingkat unit kecil sampai dengan tingkat satuan
nantinya dilapangan / tempat tugas. Hal ini mengingat diperlukannya
satu kebutuhan team work dalam melaksanakan tugas tugas di
lapangan untuk dapat berhasil.

Pengasuhan : pada pengasuhan diterapkan azas-azas, saling asah, asih dan asuh serta
menerapkan metode suri tauladan, partisipasi, pengawasan, observasi dan bimbingan
penyuluhan dan bimbingan conseling. Tujuan pelaksanaan pengasuhan adalah untuk
merubah, membentuk, menumbuh kembangkan dan mendewasakan sikap perilaku
Taruna yang mahir, terpuji dan patuh hukum serta mampu memahami, mengahayati
dan mengamalkan perangkat nilai nilai dasar yang terkandung di dalam Tribrata dan
Catur Prasetya. Sasaran dari kegiatan pengasuhan adalah:
1. Perubahan sikap mental menuju karakteristik Polisi Sipil melalui penanaman
nilai nilai dasar Tribrata dan Catur Prasetya;
2. Kedewasaan dalam membina kemampuan akademis yang dapat menerapkan
dan mengembangkan ilmu kepolisian serta kemampuan memecahkan
permasalahan;
3. Tingkat motivasi dalam membentuk ketrampilan taktik dan teknis kepolisian
dalam rangka menghadapi setiap bentuk gangguan kamtibmas yang
berkembang di tengah tengah masyarakat;
4. Kesamaptaan fisik, ketrampilan olahraga dan kompetensi lainnya yang
menjadi potensi Taruna dalam rangka menunjang keberhasilan pelaksanaan

tugas baik selama menjadi Taruna maupun Perwira Polri. Tahapan dalam
pelaksanaan pengasuhan meliputi:

Tingkat I, diperkenalkan nilai nilai dasar Taruna Akpol dan persiapan


mental dan fisik untuk menjadi Taruna.

Tingkat II, dititik beratkan pada aspek mental, kepribadian, akademik


dan kesamaptaan jasmani sehingga tercipta fondasi kokoh yang
mencerminkan postur ideal seorang Taruna.

Tingkat III, dititik beratkan pada aspek mental kepribadian, akademik


dan kesamaptaan jasmani sehingga mampu menguasai dasar ilmu dan
etika profesi kepolisian.

Tingkat IV, dititik beratkan pada aspek mental kepribadian, akademik


dan kesamaptaan jasmani sehingga terbentuk Perwira Muda Polri yang
profesional dan siap melaksanakan tugas kepolisian.

PERSYARATAN PENDAFTARAN AKPOL


(Berdasarkan persyaratan pendaftaran Akpol T.A. 2013)
1. Persyaratan umum :

warga Negara Indonesia (pria dan wanita);

usia minimal 16 tahun dan maksimal 21 tahun pada saat pembukaan pendidikan;

beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa;

setia kepada Negara Kesatuan RI berdasarkan Pancasila dan UUD 1945;

sehat jasmani dan rohani (surat keterangan sehat dari institusi kesehatan);

tidak pernah dipidana karena melakukan suatu kejahatan (SKCK);

berwibawa, jujur, adil dan berkelakuan tidak tercela;

bersedia ditempatkan di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia dan bersedia ditugaskan
pada semua bidang tugas Kepolisian.

2. persyaratan lain :

berijazah serendah-rendahnya SMU/MA jurusan IPA/IPS dengan ketentuan :


o

bagi yang berusia kurang dari 17 tahun dengan ketentuan :

nilai rata-rata Ujian Nasional minimal 8 atau;

nilai rata-rata ujian nasional minimal 7,25 s.d. 7,99 harus memiliki kemampuan
bahasa Inggris dengan TOEFL diatas 500.

bagi yang berusia 17 s.d. 21 tahun memiliki nilai rata-rata Ujian Nasional minimal 7,25.

bagi lulusan tahun 2013 (yang masih kelas III) menggunakan nilai rata-rata rapor kelas III semester 1
dengan ketentuan :

bagi yang berusia kurang dari 17 tahun nilai rata-rata minimal 8;

bagi yang berusia 17 s.d. 21 tahun nilai rata-rata minimal 7,25;

setelah dinyatakan lulus menyerahkan ijazah dan diberlakukan dengan persyaratan butir b 1).

tinggi badan minimal :


o

pria : 165 cm;

wanita : 163 cm.

dengan berat badan seimbang menurut ketentuan yang berlaku.

belum pernah menikah dan sanggup tidak menikah selama dalam pendidikan pembentukan;

bersedia melaksanakan ikatan dinas selama 10 (sepuluh) tahun terhitung mulai diangkat menjadi
Perwira Polri (masa dinas surut tidak diperhitungkan);

memperoleh persetujuan orang tua/wali;

tidak terikat perjanjian ikatan dinas dengan instansi lain;

pada saat mendaftar telah berdomisili di wilayah polda tempat pendaftaran minimal 1 (satu) tahun yang
dibuktikan dengan KTP setempat dan atau KK (bagi yang berusia 17 tahun ke atas) atau surat
keterangan Kepala Desa/Lurah berdasarkan KK (bagi yang belum berusia 17 tahun). Bagi yang sedang
menempuh pendidikan dan lulus belum 1 (satu) tahun dibuktikan dengan rapor/ijazah dari sekolah yang
berada di wilayah Polda pendaftaran;

bagi yang sudah bekerja tetap sebagai pegawai/karyawan :


o

mendapat persetujuan/rekomendasi dari Kepala Instansi/Satker ybs;

bersedia diberhentikan dari status pegawai/karyawan, bila diterima dan mengikuti Diktuk
Taruna Akpol.

harus mengikuti dan lulus seleksi baik tingkat Panda dan Panpus dengan menggunakan sistem gugur
dalam tahapan yang meliputi :
o

pemeriksaan administrasi awal;

pemeriksaan kesehatan tahap I;

pemeriksaan psikologi;

pengujian akademik dengan materi pengetahuan umum (Undang Undang Kepolisian dan
muatan lokal), bahasa Indonesia, matematika. pemeriksaan kesehatan tahap II;

pengujian kemampuan jasmani dan antropometri;

pemeriksaan administrasi akhir;

sidang penetapan kelulusan tingkat panda.

Anda mungkin juga menyukai