Anda di halaman 1dari 121

PERATURAN KEPALA LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN

KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA


NOMOR 1 TAHUN 2018
TENTANG
KODE KEHORMATAN PESERTA DIDIK
PADA AKADEMI KEPOLISIAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEPALA LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN


KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : a. bahwa untuk membentuk sumber daya manusia


dalam organisasi Kepolisian Negara Republik
Indonesia yang profesional, moderen, terpercaya,
bermoral, dan patuh hukum yang mencerminkan
nilai-nilai dasar yang terkandung di dalam Pancasila,
Tribrata dan Catur Prasetya, dilakukan pembinaan
dan pengasuhan melalui pendidikan dan pelatihan
bagi peserta didik di Akademi Kepolisian;
b. bahwa pembinaan dan pengasuhan di Akademi
Kepolisian dilaksanakan melalui pembinaan
kemampuan peserta didik yang diselaraskan dengan
norma dalam bersikap dan berperilaku sesuai kode
kehormatan peserta didik;
c. bahwa Peraturan Kehidupan Peserta didik pada
Akademi Kepolisian yang ada selama ini memerlukan
penyelarasan sesuai dengan perkembangan dan
capaian pembelajaran;
-2-

d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana


dimaksud dalam huruf a, huruf b dan huruf c, perlu
menetapkan Peraturan Kepala Lembaga Pendidikan
dan Pelatihan Kepolisian Negara Republik Indonesia
tentang Kode Kehormatan Peserta Didik pada Akademi
Kepolisian;

Mengingat : Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian


Negara Republik Indonesia (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2002 Nomor 2, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4168);

MEMUTUSKAN
Menetapkan : PERATURAN KEPALA LEMBAGA PENDIDIKAN DAN
PELATIHAN KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
TENTANG KODE KEHORMATAN PESERTA DIDIK PADA
AKADEMI KEPOLISIAN.

BAB I
KETENTUAN UMUM

Pasal 1
Dalam Peraturan Kepala Lembaga Pendidikan dan
Pelatihan Kepolisian Negara Republik Indonesia ini yang
dimaksud dengan:
1. Kepolisian Negara Republik Indonesia yang
selanjutnya disebut Polri adalah alat negara yang
berperan dalam memelihara keamanan dan ketertiban
masyarakat, menegakkan hukum, serta memberikan
perlindungan, pengayoman dan pelayanan kepada
masyarakat dalam rangka terpeliharanya keamanan
dalam negeri.
2. Kode Kehormatan Peserta Didik adalah serangkaian
norma sebagai ukuran atau standar tingkah laku yang
harus dilaksanakan oleh peserta didik dalam
kehidupan sehari-hari selama mengikuti pendidikan
dan pelatihan di akademi kepolisian.
-3-

3. Akademi Kepolisian yang selanjutnya disebut Akpol


adalah unsur pelaksana utama yang berkedudukan
di bawah Kalemdiklat Polri sebagai penyelenggara
pendidikan pembentukan Perwira Polri tingkat
Akademi.
4. Kepala Korps Pembinaan Taruna dan Siswa yang
selanjutnya disingkat Kakorbintarsis adalah unsur
pelaksana utama Akpol yang berada di bawah dan
bertanggung jawab kepada Dirbintarlat yang
melaksanakan pengasuhan dan pembinaan kehidupan
Taruna Akpol dan Siswa yang dalam pelaksanaan
tugasnya dibantu oleh Wakakorbintarsis.
5. Peserta Didik adalah Taruna Akpol dan Siswa Sekolah
Inspektur Polisi Sumber Sarjana.
6. Taruna adalah calon anggota Polri yang sedang
mengikuti pendidikan pembentukan perwira Polri pada
Akpol.
7. Siswa adalah calon anggota Polri yang sedang
mengikuti pendidikan pembentukan perwira Polri pada
Akpol yang berasal dari sumber sarjana.
8. Pengasuh adalah pegawai negeri pada Polri
di lingkungan Akpol yang bertugas menumbuh
kembangkan mental kepribadian serta potensi
kepemimpinan peserta didik ke arah terwujudnya
karakter insan Bhayangkara.
9. Atasan yang berhak menghukum yang selanjutnya
disebut Ankum adalah Pengasuh atau Pejabat Polri
yang karena jabatannya diberi kewenangan
menjatuhkan sanksi disiplin kepada Peserta Didik
yang dibimbingnya.
10. Tenaga Kependidikan yang selanjutnya disingkat
Gadikan adalah pegawai negeri pada Akpol dan/atau
anggota masyarakat yang mengabdikan diri dan
diangkat untuk menunjang penyelenggaraan
pendidikan Akpol.
-4-

11. Perwira Pengawas yang selanjutnya disingkat Pawas


adalah Perwira piket yang dijabat oleh Perwira
di lingkungan Akpol yang bertugas mengkoordinasikan,
mengendalikan dan mengawasi kegiatan pengamanan
markas dan pengajaran, pelatihan dan pengasuhan
selama 24 (dua puluh empat) jam.
12. Taruna Perwira Jaga Resimen Korps Taruna yang
selanjutnya disebut Tarpagamen adalah Taruna piket
yang dijabat oleh Pejabat Resimen Korps Taruna atau
Batalyon Korps Taruna untuk melaksanakan
koordinasi, pengawasan dan pengendalian kegiatan
Taruna di lingkup Resimen Korps Taruna selama
12 (dua belas) jam.
13. Taruna Perwira Jaga Batalyon Korps Taruna yang
selanjutnya disebut Tarpagayon adalah Taruna piket
yang dijabat oleh Taruna senior untuk melaksanakan
pengawasan dan pengendalian kegiatan Taruna
di lingkup Batalyon Taruna selama 12 (dua belas) jam.
14. Kesatrian Akademi Kepolisian adalah suatu tempat
atau daerah yang digunakan oleh Lembaga Pendidikan
Akademi Kepolisian sebagai tempat tinggal serta
penyelenggaran kegiatan pengajaran, pelatihan, dan
pengasuhan bagi Peserta Didik Akademi Kepolisian
di bawah Gubernur Akpol dengan batasan-batasan
yang telah ditetapkan.
15. Standar kompetensi Peserta Didik adalah kriteria
mengenai kualifikasi kemampuan individual yang
harus dimiliki oleh Peserta Didik, meliputi kompetensi
gatra: karakter, pengetahuan, keterampilan,
kesamaptaan jasmani dan kesehatan.
16. Etika adalah ketentuan tentang apa yang baik dan
buruk serta kewajiban dan hak yang wajib dipedomani
oleh Taruna dan Siswa dalam mengikuti pendidikan
di Akademi Kepolisian.
17. Disiplin adalah ketaatan dan kepatuhan pada
ketentuan, aturan hukum dan nilai atau kepatutan
yang berlaku di dalam masyarakat.
-5-

18. Pembelajaran adalah proses interaksi antarpeserta


didik, peserta didik dengan pendidik dan peserta didik
dengan sumber belajar pada lingkungan Akademi
Kepolisian.
19. Pengajaran adalah proses kegiatan antara peserta
didik dengan dosen dan sumber belajar dalam bentuk
diskusi, simulasi dan cara lain dengan cara tatap
muka atau menggunakan media yang ditujukan untuk
mengembangkan pengetahuan yang dibutuhkan
dalam tugas kepolisian.
20. Pelatihan adalah proses kegiatan antara peserta didik
dengan pelatih/instruktur dalam bentuk peragaan,
simulasi, praktik dan bentuk lain pembiasaan suatu
kemampuan yang ditujukan untuk mengembangkan
keterampilan yang dibutuhkan dalam tugas
Kepolisian.
21. Pengasuhan adalah upaya untuk menanamkan dan
mengembangkan pemikiran dan kreativitas dalam
rangka mewujudkan kedewasaan peserta didik.
22. Apel adalah kegiatan yang wajib dilaksanakan oleh
Peserta Didik sebagai sarana untuk memeriksa
kehadiran, kesiapan dan pemberian arahan atau
informasi sebelum dan sesudah pelaksanaan kegiatan.
23. Resimen Korps Taruna adalah Organisasi
di lingkungan Taruna yang dibentuk berdasarkan
keputusan Gubernur Akpol sebagai wadah
menampung kreativitas Taruna sekaligus latihan
untuk mengembangkan potensi kepemimpinan dan
kemampuan berorganisasi.
24. Dewan Kehormatan Taruna yang selanjutnya disebut
Wanhortar adalah dewan yang dibentuk berdasarkan
Keputusan Gubernur Akpol yang bertugas melakukan
pembahasan mengenai pelanggaran disiplin dan
pendampingan Taruna dalam persidangan
pelanggaran disiplin.
-6-

25. Pesiar adalah hak yang diberikan kepada Peserta Didik


untuk bersosialisasi pada area wilayah dan waktu
tertentu.
26. Izin Bermalam di Luar yang selanjutnya disingkat IBL
adalah hak yang diberikan kepada Peserta Didik
untuk bermalam di luar lingkungan Akpol dalam
waktu dan wilayah tertentu.
27. Cuti adalah hak yang diberikan kepada Peserta Didik
untuk berlibur pada saat hari besar keagamaan/
nasional dan pada akhir semester Kalender Akademik
di dalam wilayah yang telah ditentukan.
28. Tindakan Disiplin adalah tindakan yang diberikan
kepada Peserta Didik yang melakukan pelanggaran
oleh pengasuh langsung atau tidak langsung maupun
Taruna senior kepada Taruna yunior.
29. Hukuman Disiplin adalah sanksi hukuman yang
dijatuhkan kepada Peserta Didik yang melakukan
pelanggaran oleh Ankum melalui pelaksanaan sidang
disiplin.
30. Sanksi Akademik adalah sanksi yang dijatuhkan
kepada Peserta Didik melalui mekanisme Sidang
Dewan Akademi.
31. Dewan Akademi selanjutnya disingkat Wanak adalah
badan ekstra struktural pada Akpol yang
berkedudukan sejajar dengan Gubernur Akpol dan
memiliki hubungan nonstruktural untuk merumuskan
kebijakan akademik, norma atau peraturan akademik
dan pembinaan terhadap Taruna dan Siswa.
32. Sanksi Pidana adalah hukuman yang dijatuhkan
melalui proses penyidikan, penuntutan dan diputus
pada sidang peradilan umum.
33. Pemberhentian tidak dengan hormat adalah
pengakhiran masa pendidikan dan status sebagai
Peserta Didik melalui Sidang Wanak karena
melakukan tindak pidana dan/atau pelanggaran yang
telah diatur dalam Kode Kehormatan Peserta Didik.
-7-

34. Pangkat adalah tanda atau simbol yang


melambangkan adanya tingkatan dalam kedudukan,
jabatan serta mencerminkan tanggung jawab dan
wewenang dalam kedinasan Peserta Didik.

Pasal 2
(1) Peserta Didik Akpol diberi tingkat dan/atau pangkat
meliputi:
a. Taruna, terdiri atas:
1. tingkat I dengan pangkat:
a) Calon Bhayangkara Taruna (Cabhatar);
b) Bhayangkara Taruna (Bhatar); dan
c) Ajun Brigadir Taruna (Abrigtar).
2. tingkat II dengan pangkat Brigadir Dua
Taruna (Brigdatar);
3. tingkat III dengan pangkat Brigadir Satu
Taruna (Brigtutar); dan
4. tingkat IV dengan pangkat Brigadir Taruna
(Brigtar).
b. Siswa dengan pangkat:
1. Calon Perwira Siswa (Capasis); dan
2. Perwira Siswa (Pasis).
(2) Tingkat dan pangkat Peserta Didik diperlakukan lebih
rendah dari pangkat efektif Polri, Pendidik dan
Gadikan.
(3) Bentuk dan warna pangkat tercantum dalam
Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan
dari Peraturan Kalemdiklat Polri ini.

Pasal 3
(1) Setiap Peserta Didik wajib memahami, memegang
teguh dan mengamalkan Kode Kehormatan Peserta
Didik.
(2) Kode Kehormatan Peserta Didik berupa:
a) Etika:
1. kenegaraan;
2. kelembagaan;
-8-

3. kemasyarakatan; dan
4. kepribadian;
b) Disiplin.

BAB II
HAK PESERTA DIDIK

Pasal 4
(1) Peserta Didik selama mengikuti pendidikan dan
pelatihan di Akpol, berhak mendapat:
a. pendidikan, pengajaran, mengembangkan
kemandirian dan potensi pribadinya;
b. penghargaan akademis dan prestasi;
c. perlakuan dan kesempatan yang sama;
d. peralatan dan perlengkapan perorangan;
e. uang saku;
f. cuti, IBL, pesiar, dan izin khusus;
g. hasil gatra karakter, akademik, jasmani, dan
kesehatan selama mengikuti pendidikan;
h. bimbingan dan konsultasi psikologi;
i. pembelaan dalam sidang hukuman disiplin dan
Sidang Wanak;
j. kesempatan mengajukan usul dan saran yang
bertujuan untuk perbaikan Akpol:
k. penjelasan peraturan perundang-undangan dan
peraturan kepolisian;
l. perawatan kesehatan;
m. pertimbangan tidak mengikuti latihan yang
bersifat fisik saat mengalami masa menstruasi
kepada atasannya, khusus Peserta didik wanita.
n. mengembangkan nilai keimanan dan ketakwaan
untuk:
1. menjalankan setiap bentuk peribadatan
tanpa membedakan tingkat dan pangkat;
2. melaksanakan kegiatan kedermawanan
sosial keagamaan;
-9-

3. berkontribusi aktif dalam memajukan


kegiatan keagamaan;
4. berinteraksi, mengikuti, dan/atau
berpartisipasi aktif dengan masyarakat
dalam kegiatan agama; dan
5. berpartisipasi aktif dalam kegiatan
keagamaan kemasyarakatan pada saat
di luar Kesatrian Akpol.
(2) Usul dan saran sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf j disampaikan secara tertulis dan diserahkan
pada Wanhortar atau dimasukkan dalam kotak saran
atau sarana lain yang disediakan.

Pasal 5
(1) Peserta Didik yang meninggal dunia berhak:
a. Taruna:
1. mendapat perlakuan sesuai dengan agama,
tradisi dan/atau kedinasan;
2. disemayamkan di Graha Taruna Akpol
sebelum diserahkan kepada pihak keluarga;
3. mendapat pengurusan oleh Lembaga
sampai dengan penyelenggaraan upacara
pemakaman; dan
4. dimakamkan dengan tata cara Taruna, yang
dilaksanakan oleh satuan wilayah dimana
jenazah tersebut dimakamkan;
b. Siswa:
1. mendapat perlakuan sesuai dengan agama,
tradisi dan/atau kedinasan; dan
2. mendapat pengurusan oleh Lembaga sampai
dengan penyelenggaraan upacara pemakaman.
(2) Tradisi pemakaman Peserta Didik, ditetapkan dengan
keputusan Gubernur Akpol.
- 10 -

BAB III
KEWAJIBAN DAN LARANGAN PESERTA DIDIK

Bagian Kesatu
Etika

Paragraf 1
Kewajiban

Pasal 6
Setiap Peserta Didik dalam kenegaraan wajib:
a. setia dan taat sepenuhnya kepada Pancasila, Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945,
Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan
Kebhinekatunggalikaan;
b. menjaga keutuhan wilayah Negara Kesatuan Republik
Indonesia;
c. menjaga terpeliharanya persatuan dan kesatuan
bangsa dalam kebhinekatunggalikaan dengan
menjunjung tinggi kedaulatan rakyat;
d. memelihara dan menjaga kehormatan bendera negara
sang Merah Putih, bahasa Indonesia, lambang negara
Garuda Pancasila, dan lagu kebangsaan Indonesia
Raya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan; dan
e. melaporkan kepada atasannya apabila mengetahui ada
hal yang dapat membahayakan dan/atau merugikan
negara/pemerintah.

Pasal 7
Setiap Peserta Didik dalam kelembagaan wajib:
a. memegang teguh Kode Kehormatan dan Tradisi Korps
Taruna atau Siswa;
b. menjunjung tinggi martabat dan kehormatan
pendidikan;
c. menjalankan tugas dan kewajiban atas dasar saling
menghormati dengan penuh tanggung jawab;
- 11 -

d. menanamkan dan mengembangkan rasa cinta tanah


air, nasionalisme dan kejuangan yang tinggi, meliputi:
1. menghafal, memahami, menghayati, dan
mengamalkan Pancasila sebagai Dasar Negara dan
Falsafah Hidup Bangsa Indonesia;
2. memahami peraturan tentang bendera, bahasa,
lambang, dan lagu Negara Kesatuan Republik
Indonesia; dan
3. menghafal, memahami, dan mengamalkan
Tribrata dan Catur Prasetya;
e. setia dan taat kepada pimpinan dan institusi Polri;
f. menjaga dan meningkatkan citra, soliditas,
kredibilitas, reputasi, dan kehormatan Polri;
g. mematuhi segala peraturan perundang undangan dan
peraturan kepolisian;
h. mematuhi perintah atasannya secara hierarki dalam
pelaksanaan pendidikan; dan
i. menampilkan sikap kepemimpinan melalui
keteladanan, ketaatan pada hukum, kejujuran,
keadilan, serta menghormati dan menjunjung tinggi
hak asasi manusia dalam melaksanakan tugas.

Pasal 8
Setiap Peserta Didik dalam kemasyarakatan, wajib:
a. menghormati harkat dan martabat manusia
berdasarkan prinsip dasar hak asasi manusia;
b. menjunjung tinggi prinsip kesetaraan bagi setiap
warga negara di hadapan hukum; dan
c. menjunjung tinggi kejujuran, kebenaran, keadilan,
dan menjaga kehormatan dalam berhubungan dengan
masyarakat.

Pasal 9
Setiap Peserta Didik dalam kepribadian, wajib:
a. mengembangkan nilai keimanan dan katakwaan
meliputi:
- 12 -

1. melaksanakan ibadah sesuai dengan ajaran


agama menurut keyakinan masing-masing yang
diakui oleh pemerintah;
2. melaksanakan kegiatan keagamaan yang terjadwal
maupun tidak terjadwal sesuai perintah lembaga;
3. menjaga kerukunan inter dan antarumat
beragama;
4. meningkatkan ilmu dan/atau kemampuan untuk
peningkatan iman dan takwa; dan
5. tidak meninggalkan ibadah wajib secara sengaja
dan sadar;
b. bersikap jujur, terpercaya, bertanggung jawab,
disiplin, bekerja sama, adil, peduli, responsif, tegas,
dan humanis;
c. menaati dan menghormati norma agama, norma
kesusilaan, norma hukum, dan norma kebiasaan yang
bersumber dari nilai kearifan lokal; dan
d. menjaga dan memelihara kehidupan bermasyarakat.

Paragraf 2
Larangan

Pasal 10
Setiap Peserta Didik dalam kenegaraan dilarang:
a. menggunakan hak memilih dan dipilih;
b. melakukan hal-hal yang dapat menurunkan
kehormatan dan martabat negara, pemerintah, atau
Kepolisian Negara Republik Indonesia; dan
c. mengikuti aliran/paham yang dilarang oleh
pemerintah yang dapat menimbulkan perpecahan atau
mengancam persatuan dan kesatuan bangsa.

Pasal 11
Setiap Peserta Didik dalam kelembagaan dilarang:
a. menyampaikan dan menyebarluaskan informasi yang
tidak dapat dipertangungjawabkan kebenarannya
kepada publik;
- 13 -

b. menolak perintah atasan tanpa alasan yang sah;


c. menolak tanpa alasan yang sah untuk menjalani tes
Narkoba/alkohol yang dilaksanakan oleh institusi;
d. memasuki tempat yang dapat mencemarkan
kehormatan atau martabat Polri;
e. berperilaku tidak patut, menggunakan bahasa yang
tidak sopan, atau melecehkan ketika berkomunikasi;
f. saling menista dan/atau menghina;
g. memberi perintah yang bertentangan dengan norma
agama, norma kesusilaan, norma hukum, dan norma
kebiasaan yang bersumber dari nilai kearifan lokal;
h. menyampaikan laporan dan/atau keterangan yang
tidak jujur atau direkayasa;
i. melakukan perbuatan yang dapat merendahkan
kehormatan perempuan;
j. menggunakan fasilitas negara untuk kepentingan
pribadi; dan
k. menghilangkan barang bukti.

Pasal 12
Setiap Peserta Didik dalam kemasyarakatan dilarang:
a. bersikap, berucap, dan bertindak sewenang-wenang
terhadap masyarakat;
b. menolak atau mengabaikan permintaan pertolongan,
bantuan dari masyarakat;
c. menjadi penagih piutang atau menjadi pelindung
orang yang punya utang; dan
d. membuat pernyataan yang berisi ujaran kebencian
(hate speech).

Pasal 13
Setiap peserta didik dalam kepribadian dilarang:
a. melakukan tindak pidana;
b. menganut dan/atau menyebarkan agama dan
kepercayaan yang dilarang oleh pemerintah;
- 14 -

c. mempengaruhi atau memaksa sesama peserta didik


untuk mengikuti cara-cara beribadah di luar
keyakinannya;
d. menggunakan, menyelenggarakan jasa prostitusi dan
melakukan prostitusi;
e. melakukan praktik Lesbian, Gay, Biseksual, dan
Transgender (LGBT);
f. melakukan pernikahan atau pertunangan; dan
g. menjadi perantara/makelar perkara;

Bagian Kedua
Disiplin

Paragraf 1
Kewajiban

Pasal 14
(1) Setiap Peserta Didik wajib:
a. menyelesaikan pendidikan di Akpol dengan
jangka waktu 8 (delapan) semester dan paling
lama 10 (sepuluh) semester, bagi pendidikan
Taruna dan 6 (enam) bulan, bagi pendidikan
Siswa, kecuali bagi Peserta Didik yang:
1. sedang menghadapi proses hukum;
2. telah diberhentikan dari Akpol dan karena
putusan pengadilan dikembalikan statusnya
sebagai Peserta Didik; dan
3. dinyatakan sakit karena dinas dan
diperlukan pengobatan dalam kurun waktu
tertentu sesuai dengan rekomendasi dari
dokter;
b. menerapkan hidup dan berpenampilan
sederhana, dengan tidak:
1. melakukan operasi plastik untuk
mempercantik/mempertampan diri, bertato
dan bertindik;
- 15 -

2. menggunakan sambungan bulu mata, lensa


kontak, dan meluruskan/mewarnai rambut,
dan kawat gigi;
3. memakai perhiasan berupa cincin, gelang,
kalung, dan giwang, kecuali jam tangan dan
diketahui oleh dinas; dan
4. berkumis, berjambang, berjenggot,
memanjangkan dan mewarnai kuku;
c. menaati Peraturan Urusan Dalam di lingkungan
Akpol, pada saat:
1. menerima tamu:
a) mendapat izin dari Perwira Pengawas
dan mengisi buku tamu;
b) berpakaian Pakaian Dinas Harian (PDH)
dengan tutup kepala pet;
c) dilakukan pada hari pesiar, paling lama
sampai batas akhir waktu pesiar dan
tidak menerima tamu pada saat jam
kuliah, wajib belajar, pengasuhan,
kecuali dalam keadaan mendesak dan
khusus atas seizin Gubernur Akpol;
d) diterima di ruang tamu penjagaan
Resimen Korps Taruna atau kafe Taruna
dan tidak membawa tamu memasuki
ruang tempat tinggal atau flat Peserta
Didik;
e) mengantarkan tamu yang hendak
pulang sampai ke depan ruang jaga atau
ke kendaraannya;
f) memberi kesan yang baik selama
menerima tamu.
g) memberitahukan kepada setiap
keluarga, teman atau orang yang akan
bertamu agar berpakaian yang sopan
ketika hendak bertamu;
- 16 -

h) menyampaikan penyesalan, meminta


maaf, dan alasan yang dapat diterima
apabila terpaksa tidak dapat menerima
dan menemani tamu;
i) menunggu kedatangan tamu dengan
ketentuan:
1) mengetahui acara atau kegiatan
yang akan dilakukan oleh tamu
tersebut; dan
2) mengetahui sebanyak mungkin
identitas tamu, antara lain: nama,
pangkat, jabatan, riwayat jabatan,
keluarga, dan hobi;
j) apabila tamu telah tiba, Peserta Didik:
1) berada di sebelah kiri, agak
ke belakang apabila berjalan
mendampingi tamu;
2) mengantarkan tamu tersebut
sampai pada tempat duduk yang
telah ditentukan;
3) mengantarkan sampai ke tempat
yang telah ditentukan, apabila
tamu akan kembali; dan
4) mengambil tempat sebelah kanan
tamu bila berada dalam mobil atau
disamping pengemudi jika tamu
di dampingi pejabat lain.
2. berobat atau mengalami sakit/dirawat
di rumah sakit, dengan ketentuan:
a) berobat di rumah sakit Akpol;
b) mengajukan izin kepada dosen,
pelatih/instruktur, pengasuh/Pawas
apabila kondisinya tidak mendesak
untuk dilakukan perawatan;
c) mengisi blangko atau buku berobat yang
sudah disediakan;
- 17 -

d) mengikuti kegiatan pembelajaran


setelah berobat;
e) mendapat rekomendasi dari dokter
Akpol dan atas seizin Gubernur Akpol,
apabila berobat di rumah sakit rujukan
di luar Rumah Sakit Akpol;
f) meminta pertimbangan dan izin dari
Gubernur Akpol, apabila keluarga
Peserta Didik meminta perawatan pada
rumah sakit dan/atau fasilitas
kesehatan tertentu; dan
g) menanggung biaya sendiri apabila
keluarga Peserta Didik meminta
perawatan pada rumah sakit dan/atau
fasilitas kesehatan tertentu; dan
h) selama dirawat di rumah sakit, Peserta
Didik tidak boleh:
1) mengikuti kegiatan pembelajaran
kecuali atas rekomendasi dari
dokter;
2) ditunggu oleh keluarga pada saat
sakit;
3) menerima kunjungan tanpa seizin
dokter jaga dan Pawas; dan
4) menerima atau mengkonsumsi
makanan dan/atau minuman
selain yang disediakan rumah
sakit;
3. mengelola kepemilikan uang dan barang
meliputi;
a) pengelolaan uang:
1) mengelola uang saku yang diterima
dari lembaga setiap bulan secara
benar;
2) menabung di Bank dan
menggunakan ATM standar;
- 18 -

3) menyimpan uang tunai


di lingkungan Akpol paling banyak
5 (lima) kali uang saku bulanan
Peserta Didik; dan
4) tidak memiliki ATM Exclusive, Gold,
Platinum, Priority ataupun
sejenisnya di lingkungan Akpol.
b) pengelolaan barang:
1) menggunakan jam tangan
pembagian dinas yang diletakkan
pada tangan sebelah kiri dengan
posisi menghadap keluar;
2) menyimpan notebook atau laptop
di kantor Batalyon Peserta Didik
atau tempat lain sesuai petunjuk
pengasuh;
3) waktu penggunaan notebook atau
laptop pada saat proses
pembelajaran, waktu pesiar
dan/atau atas seizin pengasuh;
4) dapat menerima dan mengirim
barang dengan menggunakan jasa
pengiriman; dan
5) dapat memiliki, menyimpan dan
menggunakan radio, tape recorder,
ipod, mp3, mp4, kamera, jam
waker, gitar, notebook atau laptop,
dan setrika;
4. menjaga kebersihan, kerapian dan
keindahan lingkungan:
a) tidak membuang sampah sembarangan
dan merusak lingkungan sekitar;
b) melaksanakan pembersihan tempat
tinggal dan lingkungan sekitarnya; dan
5. menjaga kebersihan dan kerapian kamar
tidur, dengan ketentuan:
- 19 -

a) lemari pakaian:
1) bagian untuk menyimpan koper,
pulsak, ransel Pakaian Dinas
Lapangan Lengkap (PDLL), dan
Helm;
2) bagian untuk menyimpan Pet PDH
dan Pet PDU;
3) bagian untuk menggantung, baju
PDU, Pakaian Dinas Pesiar Malam
(PDPM), Pakaian Dinas Pesiar Siang
(PDPS), Pakaian Dinas Lapangan
(PDL) TWO TONE, PDL SUS, dan
PDH;
4) bagian untuk menyimpan lipatan
pakaian yang terdiri dari lipatan
baju, lipatan celana, lipatan kaos,
dan lipatan Jaket/judoki, piyama
dan handuk, dengan ukuran
lipatan pakaian adalah panjang 30
(tiga puluh) cm dan lebar 26 (dua
puluh lima) cm; dan
5) tidak boleh dalam keadaan dikunci
kecuali pada saat IBL atau Cuti;
b) tempat tidur:
1) wajib dalam keadaan bersih dan
rapi;
2) sprei wajib dalam keadaan tergelar
dan kencang;
3) menggunakan sprei dan selimut
pembagian dinas; dan
4) di bawah tempat tidur ditata sepatu
secara berurutan dari sisi kanan
adalah sepatu PDU, PDH, PDL,
olahraga, dan sandal jepit;
c) lemari belajar:
1) wajib dalam keadaan bersih dan
rapi;
- 20 -

2) tidak boleh dalam keadaan dikunci,


kecuali pada saat IBL atau Cuti;
dan
3) ditata penempatan buku pelajaran,
buku ilmu pengetahuan dan
komputer;
d) rak handuk:
1) wajib disusun dalam keadaan rapi;
2) rak handuk disusun berurutan
mulai dari celana pendek, kaos,
celana training, dan handuk; dan
3) penataan ember dan gayung serta
alat mandi dibawah rak handuk;
6. mengunjungi kafe atau kantin dengan
ketentuan:
a) bagi Taruna, menaati waktu kunjungan:
1) hari Rabu dari pukul 19.00 s.d.
21.00 WIB;
2) hari Sabtu dari pukul 14.00 s.d.
23.00 WIB;
3) hari Minggu dari pukul 14.00 s.d.
21.00 WIB; dan
4) hari libur nasional dari pukul
14.00 s.d. 21.00 WIB.
b) bagi Siswa, kunjungan ke kantin
dilaksanakan setiap hari pada pukul
21.15 sampai dengan 21.45 WIB;
c) hanya diperbolehkan ke kafe atau
kantin yang disediakan oleh dinas dan
berada di lingkungan Akpol;
d) menggunakan pakaian dinas yang
berlaku pada hari itu;
e) antri pada saat berbelanja; dan
f) membayar dengan tunai, apabila
berbelanja;
- 21 -

7. menggunakan sarana komunikasi meliputi:


a) apabila berbicara melalui telepon
dengan siapapun, gunakan kalimat yang
ringkas, ramah, dan jelas serta
memperhatikan kesopanan dan
kepentingan orang lain;
b) menerima telepon:
1) selamat pagi atau siang atau
malam;
2) sebutkan nama kesatuan;
3) disini bersama … (nama dan
pangkat);
4) maaf dengan siapa saya berbicara?;
dan
5) setelah selesai berbicara ucapkan
selamat pagi atau siang atau
malam;
c) menelepon:
1) setelah diterima, ucapkan selamat
pagi/siang/malam;
2) disini dengan ... (nama pangkat);
3) maaf izin berbicara dengan …; dan
4) setelah selesai berbicara ucapkan
selamat pagi atau siang atau
malam;
d) apabila menggunakan sarana telepon
milik orang lain harus mendapat izin
dari pemilik terlebih dahulu, batasi
penggunaan pulsa, gunakan dengan
sopan, dan setelah selesai ucapkan
terima kasih kepada pemiliknya;
8. melaksanakan pesiar, dengan ketentuan:
a) dilaksanakan paling sedikit oleh 2 (dua)
orang;
b) didampingi Peserta Didik wanita lainnya
apabila Peserta Didik pria dan wanita
pesiar bersama;
- 22 -

c) kembali tepat waktu setelah


pelaksanaan pesiar.
d) Peserta Didik diharapkan mengunjungi
kesatuan kepolisian di wilayah pesiar
untuk mengetahui perkembangan teknis
kepolisian;
e) Peserta Didik tidak diizinkan pesiar
apabila:
1) sedang mengikuti Pendidikan
Dasar Bhayangkara dan masih
berpangkat Bhatar bagi Taruna;
2) sedang menjalankan dinas atau
hukuman;
3) dalam keadaan badan tidak
sempurna misalnya: dibalut, digips,
salah satu bagian wajah
membengkak, kaki pincang, dan
sebagainya; dan
4) menurut penilaian Kakorbintarsis
tidak memenuhi standar
kompetensi Peserta Didik;
f) waktu pelaksanaan pesiar:
1) tingkat III dan IV: pada hari Rabu,
Sabtu, Minggu dan hari libur;
2) tingkat II dan I: pada hari Sabtu,
Minggu dan hari libur;
3) Siswa: pada hari Sabtu, Minggu
dan hari libur;
g) tempat atau daerah Pesiar dibatasi
hanya di dalam wilayah Kota Semarang
dan Kecamatan Ungaran Kabupaten
Semarang; dan
h) Akpol menyediakan angkutan bagi
Peserta Didik dengan menggunakan bus
Akpol;
9. melaksanakan IBL/IBL Panjang dan/atau
Cuti meliputi:
- 23 -

a) diberikan IBL di luar Kesatrian Akpol


dengan ketentuan:
1) menurut penilaian Kakorbintarsis
telah memenuhi standar kompetensi
Peserta Didik;
2) bagi Taruna Tingkat III dan IV
dapat melaksanakan sekali dalam
sebulan;
3) bagi Taruna Tingkat II dapat
melaksanakan sekali dalam dua
bulan;
4) bagi Taruna Tingkat I dapat
melaksanakan sekali dalam tiga
bulan;
5) bagi Siswa mengikuti Kalender
Akademi;
6) pelaksanaan IBL diputuskan oleh
Gubernur Akpol dengan usulan
dari Kakorbintarsis melalui
Dirbintarlat yang pelaksanaannya
disesuaikan dengan operasional
pendidikan;
7) wilayah daerah IBL hanya
mencakup di daerah Polda Jateng
dan Kepolisian Daerah Yogyakarta
(Polda DIY);
8) pada pelaksanaan IBL untuk
kegiatan Dinas Dalam tetap
dilaksanakan; dan
9) di luar ketentuan di atas
pelaksanaan IBL didasarkan atas
kebijaksanaan Gubernur Akpol
dengan pertimbangan tertentu.
b) IBL panjang diberikan kepada Peserta
Didik pada hari-hari besar agama atau
Hari Libur Nasional atas persetujuan
Gubernur Akpol melalui usulan
- 24 -

Kakorbintarsis yang disesuaikan dengan


operasional pendidikan:
1) daerah IBL panjang mencakup
wilayah Jawa, Bali; dan
2) pada kesempatan IBL panjang
seluruh Peserta Didik tetap
dikenakan Dinas Dalam atau
ditentukan lain oleh Gubernur
Akpol;
c) Peserta Didik tidak diizinkan
melaksanakan IBL/IBL panjang apabila:
1) sedang mengikuti pendidikan
dasar;
2) dicabut hak IBL/IBL panjang;
3) sedang dirawat di rumah sakit; dan
4) fisik tidak sempurna atau pakai
alat bantu;
d) Cuti Peserta Didik mencakup wilayah
Republik Indonesia dan diberikan pada:
1) Hari Raya Idul Fitri atau Lebaran;
2) Hari Raya Natal dan Tahun Baru;
3) Akhir Semester sesuai Kalender
Akademi; dan
4) Akhir Pendidikan Dasar
Bhayangkara;
e) Peserta Didik dalam pelaksanaan
IBL/IBL Panjang dan/atau Cuti, wajib:
1) menjunjung tinggi Kode
kehormatan Peserta Didik dan
menaati peraturan di daerah
setempat;
2) melaporkan diri dan meminta
tanda tangan surat IBL dan/atau
surat cuti ke kantor polisi terdekat
sesuai dengan alamat tujuan cuti
Peserta Didik;
- 25 -

3) melaporkan pada kesempatan


pertama kepada Pengasuh apabila
menemukan permasalahan atau
kesulitan serta dapat meminta izin
bantuan ke kantor Polisi terdekat;
dan
4) kembali ke ksatrian Akpol tepat
waktu;
f) Peserta Didik dalam hal pelaksanaan
IBL/IBL Panjang dan/atau Cuti,
diizinkan:
1) melaksanakan kegiatan promosi
Akpol; dan
2) melaksanakan IBL/IBL Panjang
dan/atau Cuti dalam rangka
berobat apabila mendapat
rekomendasi dari dokter yang
merawatnya dan atas seizin
Gubernur Akpol.
g) Peserta Didik diharapkan mengunjungi
kesatuan kepolisian diwilayah IBL/IBL
Panjang dan/atau Cuti untuk
mengetahui perkembangan teknis
kepolisian;
10. menjalani kehidupan Resimen Korps Taruna
secara perseorangan dan/atau kelompok
meliputi:
a) pemberdayaan kelembagaan di lingkungan
Resimen Korps, Korbintarsis dan Akpol
dalam rangka penguatan potensi karakter,
pengetahuan, keterampilan, kesehatan,
dan jasmani;
b) pemberian apresiasi terhadap Peserta
Didik yang menunjukkan perilaku
terpuji atau kemampuan yang menonjol;
- 26 -

c) pengembangan tradisi korps Taruna


yang sejalan dan mendukung proses
dan capaian pembelajaran; dan
d) sikap kritis terhadap perintah dan/atau
tindakan atasan atau senior yang
bertentangan dengan norma agama,
hukum atau kesusilaan dan melaporkan
penolakan tersebut kepada pimpinan
untuk mendapatkan perlindungan
hokum;
11. mengembangkan hubungan yang baik antara
senior dan yunior, begitu pula sebaliknya
meliputi:
a) Taruna harus berperan aktif untuk
menciptakan kehidupan Korps Taruna
yang kreatif, sehat, dinamis, dan
harmonis;
b) dilandasi nilai dan ditujukan untuk
mengembangkan karakter bhayangkara;
c) memegang prinsip:
1) saling asih, asah, dan asuh;
2) ing ngarso sung tulodo, ing madya
mangun karso, dan tut wuri
handayani;
d) membangun hubungan yang bersifat
positif, kooperatif, konstruktif, dan
produktif.
e) dalam hubungan dengan Taruna
Yunior, Taruna Senior wajib:
1) memberikan keteladanan dalam
berdisiplin, bersikap, dan
berperilaku;
2) memberikan bimbingan dalam
proses pembelajaran, pelatihan,
dan pengasuhan;
3) mengikutsertakan partisipasi serta
menampung segala aspirasi Taruna
- 27 -

Yunior untuk secara bersama-sama


meningkatkan kualitas pribadi dan
lembaga; dan
4) memberikan pembinaan kepada
Taruna Yunior yang bersifat positif
dan mendidik;
f) dalam hubungan dengan Taruna Senior,
Taruna Yunior wajib:
1) mematuhi perintah dan nasihat
dari senior sejauh hal itu baik dan
benar;
2) mengembangkan secara aktif
kemampuan berkoordinasi dan
mengkomunikasikan pendapat-
pendapat serta berdialog dengan
Senior dan sesama rekannya secara
santun; dan
3) menolak perintah Taruna Senior
apabila perintah itu tidak benar
dan tidak sesuai dengan peraturan
yang berlaku serta melaporkan
kepada perangkat Resimen Korps
Taruna;
g) hubungan antar Siswa, meliputi:
1) didasarkan pada asas
kekeluargaan;
2) antarsiswa saling membantu dalam
meningkatkan kepribadian,
intelektual dan keterampilan
sehingga dapat mencapai hasil
yang sebaik-baiknya; dan
3) wajib memberikan penghormatan
kepada rekan yang sedang
menjabat dan melaksanakan tugas
sesuai dengan tata cara
penghormatan;
- 28 -

12. membangun hubungan dan komunikasi


antara peserta didik pria dengan wanita
meliputi:
a) dilaksanakan di dalam maupun di luar
ksatrian Akpol;
b) wajib memperhatikan norma hukum,
sosial, agama, kesopanan, dan
kesusilaan;
c) tata cara Peserta Didik wanita bepergian
bersama rekan pria, wajib:
1) didampingi oleh Peserta Didik
wanita lain;
2) mendapat izin dari orang tua atau
wali;
3) rekan pria berpakaian sopan dan
rapi; dan
4) menjaga sikap dan perilaku
ketarunaan serta kewanitaannya.
13. memberikan penghormatan baik perorangan
maupun kelompok sesuai dengan peraturan
perundangan yang berlaku bagi Polri kepada:
a) Bendera Merah Putih, Lambang Negara,
dan Lagu Kebangsaan;
b) atasan dan/atau Peserta Didik senior;
dan
c) sesama pangkat;
14. tidur, dengan ketentuan:
a) di tempatnya masing-masing dalam flat
Peserta Didik yang sudah ditentukan
oleh Lembaga;
b) menggunakan baju piyama atau baju
lain atas seizin pengasuh;
c) memadamkan lampu utama di kamar
pada saat jam istirahat malam;
d) tidak menggunakan satu tempat tidur
untuk lebih dari satu orang; dan
- 29 -

e) tidak melakukan aktivitas lain pada saat


jam istirahat malam kecuali bagi yang
melaksanakan dinas dalam;
15. dinas dalam, meliputi:
a) dilaksanakan sesuai jadwal dan dengan
penuh tanggung jawab;
b) membuat produk yang ditetapkan;
c) melaksanakan dinas dalam, sebagai:
1) Tarpagamen dijabat oleh pejabat
resimen Korps Taruna bintang 1
(satu) dan bintang 2 (dua);
2) Watarpagamen dijabat oleh Taruna
tingkat III;
3) Tarbagamen dijabat oleh Taruna
tingkat II;
4) Tartagamen dijabat oleh Taruna
tingkat I;
5) piket Jaga ksatrian Akpol
dilaksanakan oleh seluruh Taruna
kecuali Taruna yang memiliki level
jabatan bintang 1 (satu), 2 (dua),
dan 3 (tiga);
6) Tarpagayon dijabat oleh Taruna
tingkat IV, khusus Batalyon Taruna
tingkat IV dijabat oleh pejabat
Resimen Korps Taruna;
7) Watarpagayon dijabat oleh Taruna
tingkat III, khusus Batalyon Taruna
tingkat IV dijabat oleh Taruna
tingkat IV;
8) Jaga Kamar dilaksanakan oleh
seluruh Taruna selain pejabat
Resimen/Batalyon Korps Taruna
secara bergilir sesuai jadwal;
- 30 -

9) Jaga Serambi dilaksanakan oleh


seluruh Taruna selain pejabat
Resimen/Batalyon Korps Taruna
secara bergilir sesuai jadwal;
10) Siswa dikenakan Dinas Dalam
sebagai Kepala Sentra Kepolisian
Terpadu (Ka. SPKT) di Batalyon
Siswa yang ditunjuk secara
bergiliran sesuai jadwal;
11) Ka. SPKT bertugas mengawasi
kegiatan Siswa dan menjaga
keamanan Batalyon;
12) Siswa yang bertugas selaku Ka.
SPKT dalam pelaksanaan tugas
sehari-hari dibantu oleh 3 (tiga)
orang siswa lainnya;
d) dalam melaksanakan tugas dan
kewajiban sebagai Ka. SPKT sehari-hari
dikoordinasikan dan bertanggung jawab
kepada Perwira Pengawas Batalyon;
e) penugasan Dinas Ka SPKT dilaksanakan
selama 1x24 jam yang dimulai dari
pukul 20.00 WIB sampai dengan 20.00
WIB hari berikutnya;
f) Pergantian/serah terima Ka. SPKT
dilaksanakan dihadapan Pawas;
g) Ka. SPKT dalam pelaksanaan tugas
menggunakan Pakaian Dinas
Khusus/PDL Sus atau PDL 1A Polri
memakai Ban Lengan dan Selempang
Dinas;
h) setiap Ka. SPKT mengisi buku mutasi
piket yang setiap pukul 08.00 WIB
melaporkan situasi kepada Ka. Den
Siswa;
- 31 -

i) jika ditemukan hal menonjol selama


piket, Siswa wajib membuat produk
Laporan Informasi atau Laporan Polisi
untuk diserahkan Pawas; dan
j) pelaksanaan Dinas Dalam harus
mengembangkan nilai-nilai karakter
kebhayangkaraan sesuai dengan modul
atau Standar Operasional Prosedur
(SOP);
16. mengajukan izin khusus, dengan
pertimbangan:
a) orang tua atau saudara kandung
meninggal dunia;
b) orang tua atau saudara kandung sakit
keras;
c) saudara kandung menikah; atau
d) tertentu dari Gubernur Akpol;
d. menaati peraturan dan tata tertib pada saat:
1. proses pembelajaran meliputi:
a) mempersiapkan referensi/bahan ajaran
dan perlengkapan pendukung lain yang
dibutuhkan dalam proses pengajaran,
pelatihan, dan pengasuhan;
b) mengikuti seluruh kegiatan Pengajaran,
Pelatihan, dan Pengasuhan dengan
penuh kesadaran, sungguh-sungguh
dan bertanggung jawab;
c) berperan secara aktif dalam
mengembangkan potensi diri di bidang
karakter, pengetahuan, keterampilan,
kesehatan, dan jasmani; dan
d) menaati peraturan kehidupan taruna
yang berlaku, maupun peraturan
tambahan yang diberlakukan di daerah
pembelajaran dalam hal proses
pembelajaran dilaksanakan di luar
Kesatrian Akademi Kepolisian.
- 32 -

2. kegiatan pembelajaran yang terstruktur


meliputi:
a) mengikuti jadwal yang ditentukan
materi pembelajaran yang sudah
diterima;
b) menggunakan pakaian yang berlaku
secara rapi dan sopan;
c) menjaga ketenangan, ketertiban,
kerapihan, dan kebersihan ruang belajar
masing-masing;
d) memberitahukan kepada Jaga Kamar
dan Perwira Pengawas Batalyon apabila
mempergunakan kesempatan belajar
mandiri di tempat lain (misalnya
di perpustakaan atau di ruang diskusi);
dan
e) memberitahukan terlebih dahulu
kepada Perwira Pengawas Batalyon
apabila meneruskan kegiatan belajar
mandiri pada jam istirahat malam
ataupun pada dini hari;
3. proses pengajaran di kelas meliputi:
a) memenuhi tempat duduk secara
berurutan dimulai dari depan
ke belakang dan tidak membiarkan
tempat duduk yang berada di depan
dalam keadaan kosong;
b) tutup kepala dan peralatan lainnya
diletakkan di tempat yang telah
ditentukan;
c) selalu menjaga ketertiban dan
ketenangan sehingga tercipta suasana
dan proses pembelajaran yang lancar
dan efektif;
d) mengikuti setiap pelajaran di kelas
secara aktif;
- 33 -

e) mencatat dan membuat resume mata


pelajaran yang diajarkan;
f) menunjukkan sikap hormat dan
penghargaan terhadap dosen;
g) mengambil sikap duduk siap sambil
mengangkat tangan kanan, setelah
diberi kesempatan kemudian bertanya
sesuai etika, apabila ingin mengajukan
pertanyaan;
h) berdiri apabila bertanya atau menjawab
pertanyaan pada saat mengikuti
ceramah kelas gabungan;
i) mentaati segala ketentuan yang terkait
dengan pengajaran; dan
j) melaksanakan korve dan meninggalkan
kelas dalam keadaan tertib dan bersih;
4. terlambat dalam mengikuti pengajaran
meliputi:
a) melapor kepada pengajar dan
menjelaskan alasan keterlambatannya;
b) mendapat izin dari pengajar dalam
mengikuti pengajaran;
c) Peserta Didik mengambil tempat duduk;
dan
d) melapor kepada Ketua Kelas setelah
pelajaran selesai;
5. meninggalkan ruang kelas meliputi:
a) meminta izin dari Dosen atau Pengajar
dengan sepengetahuan ketua kelas
apabila akan meninggalkan ruang kelas
pada saat pelajaran berlangsung; dan
b) meminta izin Ketua Kelas bagi Peserta
Didik yang akan meninggalkan kelas
di luar jam pelajaran;
6. setelah mengikuti proses pengajaran
meliputi:
- 34 -

a) mempelajari sendiri pelajaran yang tidak


diikuti;
b) berusaha mengaplikasikan pengetahuan
dan keterampilan teknis kepolisian
dalam tugas-tugas Peserta Didik;
c) mengembangkan ilmu pengetahuan
teknis Kepolisian;
d) mengajarkan dan membimbing Peserta
Didik lain dalam meningkatkan
pengetahuan teknis kepolisian; dan
e) memanfaatkan teknologi untuk
mendukung tugas sesuai dengan aturan
yang berlaku;
7. mengikuti kegiatan pelatihan meliputi:
a) secara aktif mengikuti setiap kegiatan
pelatihan;
b) mematuhi peraturan atau petunjuk
latihan yang telah ditetapkan;
c) menjaga barang inventaris pelatihan
selama melaksanakan pelatihan; dan
d) mempelajari sendiri materi pelatihan
yang tidak diikuti dengan cara bertanya
kepada teman atau pelatih;
8. penugasan sebagai ketua kelas meliputi:
a) tugas ketua kelas diatur secara
bergiliran setiap hari oleh Peserta Didik
pada tiap kelas;
b) apabila Peserta Didik karena alasan
dinas yang lebih penting atau alasan
lain, berhalangan bertugas sebagai
ketua kelas maka diganti Peserta Didik
pada giliran selanjutnya; dan
c) serah terima ketua kelas dilaporkan
kepada Pawas atau Pawas Kelas;
d) tugas sebagai ketua kelas sebagai
berikut:
- 35 -

1) bertanggung jawab atas kesiapan


kelasnya;
2) memastikan kehadiran Peserta
Didik di ruang kelas;
3) menyiapkan Peserta Didik
di tempat duduk masing-masing
lima menit sebelum pelajaran
dimulai;
4) melaporkan kesiapan kepada staf
pengajaran dan latihan;
5) menjemput dosen;
6) melaporkan ke Staf Pengajaran dan
Latihan apabila dalam waktu
6 (lima) menit dosen belum hadir;
7) memimpin dan menjamin
perpindahan kelas dilaksanakan
dengan tepat;
8) bertanggung jawab atas
pelaksanaan tugasnya kepada
Pawas Kelas; dan
9) membuat laporan pelaksanaan
proses belajar mengajar kepada
Kakorbintarsis melalui Pawas Kelas
sesuai dengan format yang telah
ditentukan.
9. kegiatan pengasuhan meliputi:
a) mengikuti setiap kegiatan;
b) mematuhi peraturan atau petunjuk
pengasuhan yang ditetapkan;
c) Kegiatan pengasuhan meliputi kegiatan
perencanaan, pelaksanaan, penilaian
dan pengukuran, serta pengendalian
proses terhadap gatra karakter yang
digolongkan dalam nilai:
1) beriman dan bertaqwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa;
2) cinta tanah air;
- 36 -

3) demokratis;
4) disiplin;
5) kerja keras dan cerdas;
6) profesional;
7) sederhana;
8) empati;
9) jujur;
10) adil; dan
11) integritas;
d) pendidikan karakter kebhayangkaraan
dilaksanakan melalui pola tatap muka,
terstruktur, dan mandiri;
e) metode pengasuhan dalam pembentukan
karakter kebhayangkaraan berupa:
1) keteladanan;
2) ceramah dan Interaktif atau Direct
Method;
3) metode kisah;
4) metode training atau pelatihan;
5) penugasan;
6) diskusi;
7) demonstrasi;
8) simulasi;
9) tutorial;
10) bermain peran atau role play;
11) pembelajaran dengan media
elektronik atau e-learning;
12) metode pembiasaan atau
conditioning;
13) memanfaatkan kemampuan dan
waktu luang;
14) pemecahan masalah atau problem
solving;
15) team teaching;
16) micro teaching; dan
17) penghargaan dan hukuman atau
reward and punishment.
- 37 -

10. melaksanakan ujian tertulis meliputi:


a) berpakaian dinas lengkap;
b) berada di ruang ujian 10 (sepuluh)
menit sebelum masuk ujian dimulai;
c) duduk di kursi sesuai dengan nomor
kursi;
d) membawa alat tulis seperlunya;
e) mengisi daftar hadir ujian;
f) mengisi kolom identitas secara lengkap
dan benar;
g) berada di ruang ujian selama ujian
berlangsung dan hanya boleh keluar
ruang ujian setelah ujian berlangsung
30 menit;
h) menjaga ketenangan selama ujian
berlangsung; dan
i) mengumpulkan hasil pekerjaan ujian
di ruang ujian.
11. melaksanakan ujian keterampilan, wajib:
a) berpakaian dinas sesuai dengan
ketentuan;
b) berada di lokasi ujian 10 menit sebelum
ujian dimulai;
c) menempatkan diri pada tempat yang
telah ditentukan untuk menunggu
instruksi dalam ujian;
d) berada ditempatnya selama ujian
berlangsung dan hanya boleh
meninggalkan tempat setelah
mendapatkan izin dari pengawas ujian;
e) membawa perlengkapan seperlunya;
f) mengisi daftar hadir ujian;
g) mengisi kolom identitas secara lengkap
dan benar; dan
h) menjaga disiplin selama ujian
berlangsung.
- 38 -

12. melaksanakan pemeriksaan kesehatan,


wajib:
a) sesuai jadwal waktu, pakaian, dan
lokasi yang ditentukan oleh Urbinkes
Akpol;
b) mengisi blangko administrasi data
pribadi yang disiapkan;
c) mengikuti seluruh item pemeriksaan
kesehatan secara tertib, teratur, dan
sistematis;
d) mengikuti petunjuk yang diberikan oleh
pelaksana pemeriksaan kesehatan; dan
e) melaporkan kepada pengasuh langsung
jika menemukan pelanggaran oleh
pelaksana pemeriksaan kesehatan atau
rekannya;
13. melaksanakan Tes Kesamaptaan Jasmani
(TKJ), wajib:
a) memastikan kondisi yang layak untuk
TKJ dengan melakukan pemeriksaan
kesehatan:
b) sesuai jadwal waktu, pakaian, dan
lokasi yang ditentukan oleh Bidjas
Akpol;
c) mengisi blangko administrasi data
pribadi yang disiapkan;
d) melaksanakan pemanasan;
e) mengikuti seluruh tes jasmani secara
tertib, teratur, dan sistematis;
f) mengikuti petunjuk lain yang diberikan
oleh pelaksana tes jasmani; dan
g) melaporkan kepada pengasuh langsung
jika menemukan pelanggaran oleh
pelaksana pemeriksaan jasmani atau
rekannya;
- 39 -

14. menyelesaikan penugasan atau menghasilkan


produk berupa tugas kuliah atau praktik berupa
laporan seperti BAP, LHP, laporan tugas,
meliputi:
a) mengikuti seluruh arahan/petunjuk
yang diberikan oleh lembaga yang
meliputi perencanaan, pelaksanaan, dan
pengendalian produk; dan
b) menyelesaikan penugasan atau produk
tepat pada waktunya;
15. mengembangkan sikap, pengetahuan, dan
keterampilan teknis kepolisian melalui
kegiatan kunjungan, komunikasi dan
melibatkan diri dalam kegiatan kepolisian,
dengan:
a) menjunjung tinggi kode kehormatan
Peserta Didik; dan
b) mematuhi aturan dan norma yang
berlaku di satuan tersebut di atas;
16. melaksanakan apel secara tertib dan teratur
dengan ketentuan:
a) tempat apel menyesuaikan dengan
situasi dan kondisi;
b) apel dipimpin oleh Pawasmen dan/atau
Pawasyon;
c) kegiatan apel terdiri atas:
1) apel harian, meliputi apel
olahraga/kegiatan pagi, apel pagi,
apel malam dan apel makan;
2) apel Pesiar, dilaksanakan 15 menit
sebelum waktu pemberangkatan
pesiar secara bersama-sama
kecuali ditentukan lain dengan
berpakaian pesiar, kecuali Peserta
Didik yang sedang menjalani
hukuman; dan.
- 40 -

3) apel IBL dan Cuti, dipimpin oleh


Kakorbintarsis atau Perwira yang
ditunjuk, dilaksanakan 15 (lima
belas) menit sebelum waktu
pemberangkatan IBL dan Cuti,
dengan berpakaian PDH; dan
4) apel kegiatan Peserta Didik,
dipimpin oleh Pawasmen dan/atau
Pawasyon, dilaksanakan sebelum
dan setelah kegiatan, dengan
pakaian disesuaikan dengan
kegiatannya (PDH, PDL, Pakaian
olahraga); dan
5) apel luar biasa, dipimpin
Kakorbintarsis, Kadentar dan/atau
Pejabat lain, dilaksanakan sesuai
kebutuhan dan perkembangan
situasi atas petunjuk Gubernur
Akpol, dalam waktu secepatnya
sejak perintah apel diumumkan,
dengan berpakaian sesuai
perkembangan situasi;
17. melaksanakan upacara sebagai peserta
ataupun petugas upacara dengan baik, benar
dan penuh rasa tanggung jawab;
18. melaksanakan makan yang disiapkan oleh
dinas/lembaga dengan memperhatikan tata
cara dan etika makan, meliputi:
a) sebelum makan dan sesudah makan:
1) berangkat ke ruang makan dengan
berbaris secara tertib;
2) masuk ke ruang makan dengan
tertib dengan melakukan
penghormatan perorangan
terhadap pataka Akpol;
- 41 -

3) tutup kepala diletakkan di atas


pangkuan atau di tempat yang
telah ditentukan;
4) di dalam ruang makan mengambil
tempat duduk dengan tertib
di depan meja makan masing-
masing.
5) apabila akan melaksanakan
makan, badan, dan tangan dalam
keadaan bersih dan pakaian rapi;
6) menarik kursi dilakukan dengan
baik apabila ada wanita agar
dibantu menarik kursinya;
7) pada waktu duduk, badan dalam
keadaan tegak, dan tangan
diletakkan di atas paha dengan
posisi kaki sejajar;
8) sebelum dan sesudah makan selalu
didahului dengan berdoa;
9) pergunakan peralatan makan
berupa sendok, garpu, pisau,
serbet makan sesuai dengan
ketentuan dan fungsinya menurut
kesopanan dan etika;
10) apabila perlu sebelum makan
didahului dengan minum sedikit;
11) dekatkan makanan yang akan
diambil ke piring;
12) mengambil makanan secukupnya;
13) waktu memasukkan makanan
ke mulut, sendok harus diantar
ke mulut dari arah depan posisi
sendok sejajar mengarah tegak
lurus ke mulut;
14) apabila menggunakan pisau
dipegang dengan menggunakan
tangan kanan;
- 42 -

15) mengunyah makanan dengan


mulut tertutup dan tanpa
mengeluarkan suara;
16) jangan berbicara dan jangan
minum pada waktu mulut berisi
makanan;
17) jangan berkumur dengan air
minum;
18) apabila ingin minum ketika sedang
makan letakkan sendok dan garpu
terlentang dan bersihkan bibir
terlebih dahulu;
19) apabila sedang makan, kedatangan
orang yang kita hormati, berhenti
makan sejenak untuk memberikan
salam;
20) jangan membersihkan sisa
makanan di rongga mulut
di hadapan orang lain tanpa
menutup mulut dengan tangan
atau sapu tangan;
21) selesai makan usahakan tidak ada
sisa makanan menempel pada alat
makan, kumpulkan sisa makanan
dan tutup dengan sendok dan
garpu serong ke kanan dari badan,
bila menggunakan pisau letakkan
di sebelah kanan dengan sisi
menghadap kekiri;
22) selesaikan makan dan minum
dengan sopan serta jangan
bersenda gurau;
23) jangan berdiri sebelum yang tertua
meninggalkan tempat duduk,
kecuali sudah dipersilahkan; dan
- 43 -

24) kembalikan kursi ke tempat


semula, sebelum meninggalkan
meja makan; dan
25) makan sesuai jadwal di ruang
makan;
b) pelaksanaan makan bagi Taruna:
1) Taruna duduk dengan tertib dan
wajib menggunakan serbet makan
selama pelaksanaan makan;
2) sebelum makan Tarpagamen
menyiapkan dan laporan kepada
Danmenkorps atau Pejabat
Menkortar yang mewakili;
3) Danmenkorps atau Pejabat
Menkortar yang mewakili
membunyikan lonceng dua kali dan
seluruh Taruna berdoa sesuai
dengan agamanya masing-masing;
4) selesai berdoa Danmenkorps atau
Pejabat Menkortar yang mewakili
membunyikan lonceng dua kali,
kemudian mengucapkan “Selamat
Makan” dan disambut oleh seluruh
Taruna lainnya dengan ucapan
“Selamat Makan”;
5) sebelum/setelah pelaksanaan
makan, Taruna dapat saling
berkomunikasi untuk menciptakan
suasana keakraban dan
kekeluargaan;
6) apabila Yunior ingin mendahului
menambah makanan, maka ia
wajib minta izin terlebih dahulu
kepada Senior;
7) apabila Taruna terlambat ke ruang
makan atau mendesak harus
mendahului ke luar ruang makan
- 44 -

sebelum selesai makan, maka wajib


lapor kepada Danmenkorps atau
Pejabat Menkortar yang mewakili;
8) ketertiban makan pada tiap meja
menjadi tanggung jawab ketua
meja atau Taruna tertua di meja
tersebut;
9) setelah selesai makan, Tarpagamen
menyiapkan dan laporan kepada
Danmenkorps atau Pejabat Menkortar
yang mewakili. Danmenkorps atau
Pejabat Menkortar yang mewakili
membunyikan lonceng dua kali,
selanjutnya seluruh Taruna berdoa.
Doa selesai ditandai dengan bunyi
lonceng dua kali;
10) selesai makan Taruna berdiri, merapikan
kursi, dan meninggalkan ruang makan
dengan tertib dan memberikan
penghormatan perorangan;
11) selama makan berlangsung,
Tarpagamen dan Tarpagayon
membantu ketertiban pelaksanaan
makan;
12) selain pada waktu makan, Taruna
tidak diizinkan memasuki atau
melewati ruang makan kecuali bagi
yang sedang bertugas;
13) terhadap atasan langsung setingkat
Kakorbintarsis ke atas, yang masuk
ke ruang makan pada saat Taruna
sedang makan, Taruna disiapkan
dan Danmenkorps atau Pejabat
Menkortar yang mewakili laporan;
- 45 -

14) terhadap atasan lain yang masuk ke


ruang pada saat Taruna sedang
makan, Tarpagamen dan Tarpagayon
memberi penghormatan dan
mendampingi; dan
15) pada saat acara tertentu yang
mengundang Kapolri, Panglima TNI,
Presiden, Menteri, tata cara makan
disesuaikan dengan situasi dan
kondisi yang berlaku;
c) pelaksanaan makan bagi Siswa:
1) di dalam ruang makan mengambil
tempat duduk dengan tertib
di depan meja makan masing-
masing;
2) setelah seluruh Siswa duduk
dengan tertib, Ka. SPKT
menyiapkan dan laporan kepada
Ketua Angkatan;
3) Ketua Angkatan atau pejabat
Angkatan Siswa yang mewakili
membunyikan lonceng dua kali dan
seluruh Siswa berdoa sesuai
dengan agamanya masing-masing;
4) selesai berdoa Ketua Angkatan atau
pejabat Angkatan Siswa yang
mewakili membunyikan lonceng
dua kali kemudian mengucapkan
“Selamat Makan” dan disambut
oleh seluruh siswa lainnya dengan
ucapan “Selamat Makan” pula;
5) Apabila siswa terlambat ke ruang
makan atau mendesak harus
mendahului ke luar ruang makan
sebelum selesai makan, maka ia
wajib lapor kepada Ketua
Angkatan;
- 46 -

6) ketertiban makan pada tiap meja


menjadi tanggung jawab ketua
meja/Siswa tertua di meja tersebut;
7) setelah selesai makan Ka. SPKT
menyiapkan dan laporan kepada
Ketua Angkatan atau pejabat
Angkatan Siswa yang mewakili,
kemudian Ketua Angkatan atau
pejabat Angkatan Siswa yang
mewakili membunyikan lonceng
dua kali selanjutnya seluruh siswa
berdoa. Doa selesai ditandai
dengan bunyi lonceng dua kali;
8) selesai makan Siswa berdiri,
merapikan kursi dan meninggalkan
ruang makan dengan tertib dan
memberi penghormatan kepada
lambang negara;
9) selama makan berlangsung Ka.
SPKT membantu ketertiban
pelaksanaan makan;
10) selain pada waktu makan siswa
tidak di izinkan memasuki/
melewati ruang makan kecuali bagi
yang sedang bertugas;
11) dalam keadaan khusus tata cara
makan disesuaikan dengan situasi
dan kondisi yang berlaku; dan
12) pada saat pelaksanaan makan,
apabila ada Perwira/pejabat
di Lingkungan Akpol, Ka. SPKT
menyiapkan dan laporan kepada
perwira/pejabat tersebut;
d) di perjamuan dan pesta:
1) perhatikan sopan santun dalam
mengambil hidangan, perhatikan
jenis makanan yang akan diambil,
- 47 -

jangan mencampuradukkan jenis-


jenis makanan yang tersedia;
2) bila makan tanpa meja, duduk
dengan sopan, piring diletakkan
di atas pangkuan atau ditopang
dengan tangan kiri; dan
3) apabila jamuan makan sambil
berdiri (Standing party), jangan
mengunyah sambil berjalan, bila
disediakan kursi, utamakan untuk
wanita;
e) di restoran atau rumah makan:
1) tunggu giliran pelayan dengan
sabar atau ikuti aturan pelayanan
setempat;
2) bila bersama rekan wanita, rekan
pria, atau teman-teman usahakan
cari tempat yang aman dari lalu
lintas pelayanan;
3) usahakan tidak menempatkan
rekan wanita atau rekan pria
menghadap ke jalan; dan
4) duduklah dengan sikap yang sopan
dan menunggu rekan wanita, rekan
pria, atau teman selesai makan;
f) di rumah keluarga:
1) tempatkan diri pada tempat sesuai
yang ditunjukkan oleh tuan rumah;
2) ambil makanan secukupnya setelah
dipersilahkan oleh tuan rumah;
3) makan dengan sopan dan tidak
tergesa-gesa serta habiskan
makanan yang sudah diambil; dan
4) usahakan dapat selesai makan
bersama-sama, letakkan kursi yang
telah dipakai ke tempat semula
serta tinggalkan meja bersama-
- 48 -

sama dengan ucapan terima kasih


atas hidangan tuan rumah;
19. membuat, menerima dan menghadiri
undangan suatu acara meliputi:
a) membuat undangan:
1) undangan paling sedikit harus
memuat informasi tentang acara,
waktu, tempat penyelenggaran,
pakaian yang digunakan dan
berlaku untuk berapa orang;
2) harus memperhatikan waktu
pengiriman undangan supaya yang
diundang tidak merasa terdadak;
dan
3) apabila mungkin cantumkan nomor
telpon pengundang untuk dapat
dikomunikasikan lebih lanjut bila
berhalangan;
b) menerima undangan:
1) mengutamakan untuk hadir
sepanjang tidak bertentangan
dengan Kode Kehormatan Peserta
Didik; dan
2) memberikan alasan yang patut dan
wajar apabila berhalangan hadir;
c) menghadiri undangan:
1) hadir tepat pada waktunya;
2) berpakaian sesuai dengan
peraturan yang berlaku pada acara
tersebut; dan
3) bersikap, bertutur kata, dan
berperilaku sesuai dengan etika
pergaulan dan kehormatan Peserta
Didik;
- 49 -

20. membuat janji terhadap orang lain meliputi:


a) menepati janji;
b) memperhatikan tanggal, waktu, dan
tempat dalam hal menepati;
c) datang terlebih dahulu bagi Peserta
Didik yang lebih yunior atau bawahan;
dan
d) memberitahukan secepat mungkin dan
memohon maaf dalam hal berhalangan
dan tidak mungkin menepati janji;
21. membuat surat meliputi:
a) surat resmi menyesuaikan dengan
petunjuk administrasi umum Polri;
b) tata cara Peserta Didik dalam membuat
surat tidak resmi:
1) menulis sesuai dengan kebiasaan
yang berlaku dalam masyarakat,
prangko dilekatkan pada sudut
kanan atas; dan
2) menulis nama dan alamat, baik
pengirim atau penerima secara
jelas dan lengkap;
22. mengadakan pertemuan, dengan ketentuan:
a) diselenggarakan berdasarkan jadwal
yang dibuat oleh lembaga;
b) memperhatikan etika pergaulan dan
kesopanan; dan
c) dalam pertemuan tertentu, Peserta
Didik dapat diizinkan membawa rekan
wanita atau rekan pria dengan
ketentuan memakai pakaian yang rapi
dan sopan.
23. membangun hubungan dengan masyarakat
meliputi:
- 50 -

a) memegang teguh budaya bangsa,


Tribrata, Catur Prasetya, dan Kode
Kehormatan Peserta Didik Akademi
Kepolisian;
b) menjunjung tinggi norma hukum, sosial,
agama, kesopanan, dan kesusilaan serta
kearifan lokal;
c) mendahulukan kepentingan umum
daripada kepentingan pribadi, atau
golongan;
d) memiliki kepekaan sosial dan
kepedulian yang tinggi terhadap
masyarakat dan lingkungan;
e) memberikan tindakan pertama atau
pertolongan sebagaimana yang
diwajibkan dalam tugas kepolisian baik
sedang bertugas maupun di luar tugas;
f) memelihara keamanan dan ketertiban
masyarakat atau lingkungannya;
g) mempererat tali silaturahmi dan
kekeluargaan untuk mengembangkan
program pendidikan melalui bidang
olahraga, seni, dan budaya serta ilmu
pengetahuan dan teknologi.
h) senantiasa menyadari bahwa dirinya
adalah bagian dari masyarakat; dan
i) mampu beradaptasi, berinteraksi, dan
bersosialisasi dengan masyarakat;
e. menjaga sikap dan prilaku pada saat:
1. duduk meliputi:
a) duduk dengan posisi badan yang tegak;
b) bersikap yang baik dan menjaga sopan
santun;
c) duduk di tempat yang pantas;
d) tidak menaikkan salah satu kaki;
e) tidak menyilangkan salah satu kaki
di atas kaki yang satunya;
- 51 -

f) tidak merebahkan badannya


ke belakang; dan
g) tidak meluruskan kaki.
2. berdiri meliputi:
a) memperhatikan tempat berdiri yang
pantas dan sesuai dengan seragam yang
sedang dipakai;
b) bersikap yang baik dan sopan terhadap
orang di sekelilingnya;
c) tidak memasukkan tangan ke dalam
saku celana; dan
d) tidak meletakkan tangan atau melipat
lengan di depan dada (bersedekap);
3. berjalan meliputi:
a) memperhatikan sopan santun dan adat
istiadat atau kebiasaan setempat
apabila melewati orang lain;
b) menempatkan diri di sebelah kanan
atau pada posisi yang dapat melindungi
mereka apabila berjalan dengan wanita
atau orang yang pantas dilindungi;
c) melangkah dengan langkah yang wajar,
lengan dilenggangkan secukupnya,
telapak tangan tetap menggenggam;
d) menempatkan diri di sebelah kiri,
apabila berjalan bersama anggota Polri
atau TNI yang lebih senior;
e) menyesuaikan langkah dan temponya
jika berjalan bersama orang lain; dan
f) tidak menoleh ke kanan atau ke kiri
lebih dari 90°;
4. berlari meliputi:
a) menyamakan langkah;
b) bernyanyi dengan semangat;
c) tidak berbicara dan bercanda; atau
d) tidak kurang dari 2 (dua) orang;
- 52 -

5. berbaris meliputi:
a) Taruna Tingkat I dan II lebih dari tiga
langkah wajib berlari;
b) Taruna tingkat III dan IV dapat berjalan
dengan tertib, langkah teratur,
semangat serta bernyanyi atau bersiul;
c) Taruna wajib langkah tegap jika
memasuki dan melewati penjagaan
dalam ikatan barisan dengan tertib
sesuai dengan ketentuan yang berlaku;
dan
d) Siswa dapat berjalan dengan tertib,
langkah teratur, semangat serta
bernyanyi atau bersiul.
6. berbicara meliputi:
a) menggunakan bahasa Indonesia dengan
baik dan benar, kecuali pada hari Senin
dan Jumat Peserta Didik wajib
menggunakan bahasa Inggris;
b) memandang kepada orang yang diajak
berbicara;
c) memberi kesempatan berbicara kepada
orang lain;
d) menjaga kesopanan dan tidak berbicara
kasar atau kotor kepada siapa saja;
e) jujur dan tidak berbohong atau
berbicara tidak didukung data dan
fakta; dan
f) memperhatikan segala isi pembicaran
dan menjawab pertanyaan dengan
sopan, menyesuaikan sikap bila
berbicara dengan atasan, orang yang
lebih tua dan sesama teman;
7. berkenalan meliputi:
a) mengawali dengan berjabat tangan dan
menghadap ke arah orang tersebut serta
menatapnya dengan ramah;
- 53 -

b) menyebutkan nama dengan ucapan yang


jelas dan lengkap dengan memperhatikan
keluwesan dan sopan santun pergaulan;
dan
c) memperkenalkan diri terlebih dahulu
terhadap orang yang lebih tua atau
wanita;
8. bersama dengan rekan pria atau wanita
meliputi:
a) menyampaikan penghormatan kepada
atasan yang sudah dikenal, selanjutnya
memperkenalkannya dengan cara
menyebut nama rekan wanita atau
rekan pria tersebut terlebih dahulu,
kemudian memperkenalkan nama
atasan tersebut;
b) menyampaikan penghormatan kepada
atasan yang belum dikenal kemudian
memperkenalkan diri dan selanjutnya
memperkenalkan rekan wanita atau
rekan prianya;
c) menyebutkan terlebih dahulu nama
temannya sesudah itu nama rekan
wanita atau rekan prianya apabila
bertemu dengan teman; dan
d) berkenalan hanya dilaksanakan
di tempat yang pantas sesuai norma
dan etika;
9. bertamu, meliputi:
a) memberitahukan terlebih dahulu
kepada yang akan dikunjungi;
b) mengetuk pintu atau menekan bel
terlebih dahulu apabila telah sampai
di rumah yang akan dikunjungi;
c) memberi hormat, senyum, sapa, dan
salam kepada penghuni rumah yang
membukakan pintu;
- 54 -

d) menghormati pemilik atau penghuni


rumah secara wajar atau tidak berlebih-
lebihan;
e) berempati terhadap keadaan tuan
rumah;
f) berbuat dan bertindak di tempat
bertamu sesudah disilahkan atau
meminta izin;
g) berbicara sesuai keperluan dan tidak
memonopoli pembicaraan;
h) bila diberikan hidangan, makan, dan
minum secukupnya jangan berlebihan;
i) memperhatikan waktu bertamu;
j) mengucapkan terima kasih dan/atau
meminta maaf serta pamit kepada tuan
rumah apabila selesai bertamu;
k) tidak bertamu lebih dari 4 (empat)
orang;
l) dalam hal Peserta Didik diizinkan
bermalam oleh tuan rumah:
1) melaporkan kepada ketua RT
setempat;
2) membawa atau mempersiapkan
perlengkapan yang diperlukan; dan
3) perhatikan sopan santun dan
pemakaian pakaian pada waktu
ke dan dari kamar mandi;
10. berbelanja meliputi:
a) di tempat yang bersih dan pantas;
b) tetap menjaga sikap dan perilaku; dan
c) tetap memakai tutup kepala meskipun
di dalam toko;
d) mengemas barang belanjaan secara
rapih dan ditempatkan di dalam tas
pesiar;
- 55 -

e) tidak berdiri dan melihat-lihat barang-


barang yang dipajang di etalase atau
depan toko luar toko;
f) tidak tawar menawar yang berlebihan;
g) tidak meminta perlakuan atau
pelayanan istimewa; dan
h) tidak berbelanja berdesak-desakan yang
dapat menurunkan martabat dan
kehormatan sebagai Peserta Didik;
11. menyampaikan saran dan/atau pendapat
meliputi:
a) menyebutkan identitas diri Peserta
Didik secara lengkap;
b) menggunakan kata dan bahasa yang
sopan;
c) apabila saran dan/atau pendapat tidak
bisa diterima, maka harus berbesar hati
menerimanya;
d) tidak memotong pembicaraan orang
lain;
e) tidak menyerang pribadi lawan bicara;
dan
f) mengucapkan terima kasih setelah
menyampaikan saran dan/atau
pendapat;
12. meminjam sesuatu dari orang lain meliputi:
a) atas seizin pemilik;
b) segera mengembalikan barang yang
dipinjam;
c) tidak meminjamkan barang yang bukan
miliknya;
d) tidak meminjamkan barang yang ada
hubungan dengan pelanggaran; dan
e) bila meminjam uang, harus
dikembalikan sampai lunas;
- 56 -

13. berpergian bersama rekan wanita meliputi:


a) mendapat izin terlebih dahulu dari
orang tua atau walinya;
b) berpakaian sopan dan rapi;
c) tetap menjaga sikap sebagai Peserta
Didik;
d) bersikap, bertindak, atau menempatkan
rekan wanita pada posisi yang aman
dari kemungkinan bahaya atau
terjadinya gangguan fisik maupun
psikis antara lain pada saat
menyeberang jalan, naik, atau turun
kendaraan, keluar atau masuk lift, naik
atau turun tangga atau escalator, dan
pada tempat atau keadaan lain;
e) mengantar kembali rekan wanita pulang
ke rumahnya sesuai waktu yang
diizinkan oleh orang tua atau wali; dan
f) mengucapkan terima kasih kepada
orang tua atau wali rekan wanita
sebelum berpisah;
14. menonton bioskop, pertunjukan seni atau
mengunjungi tempat rekreasi atau hiburan
lainnya meliputi:
a) memilih tempat yang layak dan
dipandang pantas bagi seorang Peserta
Didik Akpol;
b) membeli karcis melalui loket atau
tempat yang ditentukan, secara sopan
menurut tata krama yang ada; dan
c) menjaga sopan santun pada waktu
memasuki gedung, mencari tempat
duduk, selama pertunjukan
berlangsung dan pada saat keluar
gedung pertunjukan;
- 57 -

15. mengunjungi orang sakit meliputi:


a) menciptakan suasana yang
membesarkan hati penderita;
b) mendoakan untuk kesembuhan orang
yang sakit;
c) menghindari perbuatan dan/atau
pembicaraan yang dapat mengganggu
kondisi orang yang sakit;
d) memperhatikan waktu dan lamanya
berkunjung; dan
e) menyesuaikan dengan keadaan orang
yang sakit atau peraturan Rumah Sakit
apabila membawa makanan;
16. melayat dan memperlakukan jenazah
meliputi:
a) memakai pakaian yang disesuaikan
dengan upacara yang berlaku apabila
diselenggarakan acara kedinasan;
b) menempatkan diri sesuai dengan
keadaan, menjaga ketenangan dan
berbicara dengan suara lembut; dan
c) mengambil sikap dan menghadap penuh
kepada jenazah serta memberikan
penghormatan pada saat berpapasan
dengan jenazah yang sedang diantar
rombongan jenazah;
17. pemakaman dan ziarah meliputi:
a) menyesuaikan dengan ketentuan agama
atau adat istiadat setempat;
b) apabila menabur bunga:
1) melakukan secara khidmat;
2) menghadap penuh ke pusara dan
mengambil sikap jongkok; dan
3) menabur bunga mulai dari kepala
ke arah kaki;
- 58 -

c) apabila meletakkan karangan bunga:


1) memberikan penghormatan
sebelum dan sesudah meletakkan
karangan bunga; dan
2) meletakkan karangan bunga agar
disesuaikan dengan situasi dan
sesuai dengan tata upacara yang
berlaku;
18. berkendaraan dengan bus dan/atau
angkutan umum meliputi:
a) memelihara sikap dan kehormatan pada
saat sedang menunggu;
b) menunggu dengan tertib di tempat yang
telah disediakan atau ditentukan;
c) memilih bus yang baik dan duduk
sesuai dengan nomor tempat duduk;
d) berlaku sopan dan tertib serta mentaati
peraturan yang ada;
e) mendahulukan atau memberikan
prioritas kepada orang sakit atau
berkebutuhan khusus, orang lanjut
usia, wanita, dan/atau anak kecil pada
saat naik kendaraan;
f) memberikan prioritas tempat duduk
kepada orang sakit atau berkebutuhan
khusus, orang lanjut usia, wanita,
dan/atau anak kecil; dan
g) menjaga etika, kebersihan, dan
kerapihan apabila makan di dalam
kendaraan angkutan umum;
19. berkendaraan dengan bus dinas meliputi:
a) naik dan turun kendaraan dengan
tertib;
b) memberi penghormatan terlebih dulu
secara perorangan kepada senior atau
atasan yang sudah ada dalam
kendaraan sebelum naik kendaraan;
- 59 -

c) mengambil tempat duduk secara tertib


dan teratur; dan
d) mengucapkan terima kasih kepada
pengantar, pengemudi kendaraan
sebelum turun kendaraan;
20. naik pesawat terbang, kereta api, atau kapal
laut meliputi:
a) memastikan sudah memiliki tiket
tempat duduk;
b) memperhatikan tata cara naik dan
turun kendaraan;
c) duduk sesuai nomor yang tertera pada
tiket; dan
d) duduk di kelas ekonomi, apabila naik
pesawat terbang;
21. berkendaraan bermotor di luar ksatrian
Akpol meliputi:
a) mematuhi peraturan lalu lintas dan
memelihara sopan santun; dan
b) menghormati petugas di jalan;
22. berkendaraan bermotor di dalam ksatrian
Akpol meliputi:
a) mendapat izin Pimpinan Akpol, Perwira
Pengawas dan/atau Pengasuh sesuai
dengan ketentuan yang berlaku; dan
b) menaati peraturan Lalu lintas;
f. menggunakan pakaian dinas meliputi:
1. pakaian dinas harian:
a) hari Senin menggunakan PDH dengan
Pet dan/atau Baret;
b) hari Selasa menggunakan Pakaian
Dinas Lapangan (PDL) II Two Tone
dengan baret;
c) hari Rabu dan Kamis menggunakan
PDL I dengan baret;
- 60 -

d) hari Jumat menggunakan PDL II Two


Tone dengan baret untuk kegiatan
kuliah; dan
e) hari Sabtu dan Minggu menggunakan
PDL II Two Tone dengan baret;
2. pakaian Kegiatan Agama menggunakan PDH
dengan Baret;
3. pakaian Pesiar, pada:
a) hari Rabu menggunakan PDH;
b) hari Sabtu di minggu I menggunakan
PDPM;
c) hari Minggu di minggu I menggunakan
PDH;
d) hari Sabtu di minggu II menggunakan
PDH;
e) hari Minggu di minggu II menggunakan
PDPS;
f) hari Sabtu di minggu III menggunakan
PDH;
g) hari Minggu di minggu III menggunakan
PDH;
h) hari Sabtu di minggu IV menggunakan
PDH; dan
i) hari Minggu di minggu IV menggunakan
PDPS;
4. pakaian Piket, yaitu:
a) piket Resimen Korps Taruna dan
Batalyon Korps Taruna menggunakan
PDL I Evolet dan berselempang;
b) piket jaga kamar dan jaga serambi
menggunakan PDL II Two Tone; dan
c) piket jaga ksatrian menggunakan PDL II
Two Tone Sabuk Silang;
5. pakaian Cuti dan IBL menggunakan PDH
(Pakaian Dinas Harian) dengan Pet, PDPM,
PDPS dan pakaian olahraga pembagian dinas
- 61 -

yang disesuaikan dengan situasi dan


kondisi;
6. pakaian khusus Taruni, yaitu:
a) pakaian dinas harian menggunakan
PDH celana panjang dengan baret;
b) pakaian khusus bagi Taruni muslimah
dapat menggunakan jilbab (kerudung);
c) pakaian untuk kegiatan agama bagi
Taruni non-muslim menggunakan
pakaian PDH dengan baret;
d) pakaian Pesiar, IBL, dan Cuti
menggunakan PDH, rok dengan pet; dan
7. ketentuan Pakaian Taruni:
a) wajib memenuhi ukuran rok 3 cm
di bawah lutut (dihitung dari lutut
bawah);
b) lipatan bawah rok 2,5 cm serta untuk
penggunaan celana panjang tidak boleh
menggunakan kubnat; dan
c) dilarang memakai pakaian yang ketat;
8. Siswa pada waktu menggunakan pakaian
dinas:
a) selama masa Dikdasbhara menggunakan
Pakaian Dinas Lapangan (PDL);
b) selama Dikmatra kegiatan lapangan
Pakaian Dinas Lapangan; dan
c) PDH untuk kegiatan harian;
9. Peserta Didik dalam hal berpakaian, agar:
a) menjaga kebersihan dan kerapihan
badan;
b) menggunakan pakaian dan
perlengkapan sesuai dengan ketentuan
dinas;
c) menggunakan pakaian dan
perlengkapan secara rapi, dan bersih,
serta sesuai etika dan ketentuan; dan
- 62 -

d) membawa perlengkapan antara lain:


buku saku dan kartu identitas Peserta
Didik;
10. ketentuan pakaian pada saat menuju ke dan
kembali dari kamar mandi dengan
menggunakan pakaian atas kaos dan celana
pendek atau piyama lengkap;
11. ketentuan pakaian untuk menuju tempat
kegiatan olahraga harus menggunakan
seragam trainning lengkap dan sepatu
olahraga yang layak dan pantas serta
memenuhi syarat moral dan etika;
12. ketentuan pakaian dalam berolahraga
disesuaikan dengan jenis dan cabang
olahraga serta memenuhi syarat moral dan
etika;
13. ketentuan pakaian untuk kegiatan tertentu
lainnya disesuaikan dengan kebutuhan; dan
14. Peserta Didik dapat menggunakan jasa
laundry dinas dan dilarang menggunakan
jasa laundry di luar dinas;
g. mematuhi ketentuan waktu, tempat dan keadaan
dalam menggunakan:
1. kacamata:
a) pada saat mengendarai kendaraan
bermotor;
b) pada saat sakit mata; dan
c) pada saat tidur dalam kendaraan
umum;
2. jaket:
a) pada saat hujan;
b) pada saat mengendarai sepeda motor;
c) pada saat sakit; dan
d) pada saat berada di tempat dingin.
- 63 -

(2) Peserta Didik yang menderita sakit dan dirawat


di Rumah Sakit dalam kurun waktu tertentu dari satu
periode tahapan evaluasi akan mendapatkan penilaian
sesuai pedoman evaluasi hasil belajar Peserta Didik.
(3) Bentuk pakaian dinas sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf f tercantum dalam Lampiran yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan
Kalemdiklat Polri ini.

Paragraf 2
Larangan

Pasal 15
Setiap Peserta Didik dilarang:
a. membawa, menyimpan, memiliki, menguasai,
menggunakan, mengkonsumsi dan/atau membiarkan,
memberi kesempatan/fasilitas, membantu orang lain
dalam membawa, menyimpan, memiliki, menguasai,
menggunakan, dan/atau mengkonsumsi minuman
keras, narkotika dan obat terlarang;
b. menyimpan, memiliki, menguasai, dan menggunakan
senjata api, air softgun, senjata tajam, bahan peledak,
dan zat-zat berbahaya lainnya;
c. menggunakan pakaian sipil kecuali dalam hal-hal
yang diatur secara khusus;
d. membawa, menyimpan, dan menggunakan telepon
genggam (HP) dan alat komunikasi sejenis lainnya
di lingkungan ksatrian Akpol dan/atau tempat lain
pada saat melaksanakan proses belajar mengajar
kecuali atas seizin Pengasuh.
e. membawa, menyimpan, memiliki, menguasai,
menggunakan, mengkonsumsi dan/atau membiarkan,
memberi kesempatan/fasilitas, membantu orang lain
dalam membawa, menyimpan, memiliki, menguasai,
menggunakan, dan/atau mengkonsumsi rokok atau
rokok elektrik;
- 64 -

f. memiliki, menyimpan, mengusai, dan menggunakan


barang pribadi di dalam Kesatrian Akpol kecuali atas
seizin pengasuh;
g. memiliki, menyimpan, dan menguasai segala sesuatu
yang mengandung unsur-unsur pornografi;
h. menjalankan aktivitas jual beli di lingkungan Akpol;
i. memelihara hewan di lingkungan tempat tinggal
Peserta Didik;
j. menggunakan fasilitas dan perlengkapan inventaris
dinas meliputi:
1. menyimpan, menggunakan, meminjamkan,
memberikan atau memindahkan perlengkapan
inventaris dinas tanpa seizin pengasuh;
2. merusak, menghilangkan, memperjualbelikan
barang inventaris dinas;
k. membawa makanan dan minuman ke flat;
l. memberi tindakan fisik terhadap taruna yunior yang
melakukan pelanggaran di lingkungan kafe Taruna;
m. mengambil makanan dan/atau minuman sendiri
di kafe dan/atau kantin;
n. menggunakan internet meliputi:
1. memberikan atau membuat opini negatif/hate
speech tentang sesama Peserta Didik, pimpinan,
lembaga/institusi dan/atau pemerintah;
2. menggunakan fasilitas internet/modem bukan
untuk kepentingan pembelajaran;
3. mengakses atau mengunjungi situs-situs yang
mengandung unsur pornografi, permainan/game
online, perjudian, atau situs-situs yang
mengandung unsur SARA dan radikalisme; dan
4. menyebarluaskan/mempublikasikan kegiatan Peserta
Didik yang dinilai tidak sesuai dengan kode kehormatan
Peserta Didik melalui media sosial pribadi maupun
kelompok/grup;
o. pada saat makan:
1. bersenda gurau, berteriak-teriak, bernyanyi atau
bersiul, membawa makanan, lauk-pauk sendiri
- 65 -

serta memberikan tindakan disiplin di ruang


makan dan memanggil Peserta Didik yang sedang
makan;
2. memerintahkan Peserta Didik lain untuk makan
dan minum secara berlebihan, serta dilarang
memerintahkan memakan makanan yang tidak
sewajarnya; dan
3. membawa atau menyimpan makanan dan
minuman dari ruang makan ke dalam flat;
p. pergaulan dengan lawan jenis dan/atau sesama jenis
meliputi:
1. berbuat asusila;
2. bermesraan di tempat terbuka atau umum;
3. berada di tempat tertutup di hotel, penginapan
dan sejenis; dan
4. hamil selama dalam menjalani pendidikan
di Akpol;
q. pada saat pesiar:
1. berdua antara Peserta Didik pria dengan Peserta
Didik wanita;
2. mengendarai kendaraan bermotor;
3. indekos, sewa atau kontrak rumah, dan/atau
sewa kamar hotel maupun tempat penginapan
lainnya untuk dijadikan tempat tujuan Pesiar;
4. di pos pesiar yang sama antara Peserta Didik pria
dengan Peserta Didik wanita;
5. keluar dari wilayah pesiar tanpa mendapatkan
izin dari Pejabat yang berwenang; dan
6. mendatangi tempat perjudian, lokalisasi,
diskotek, Pub, panti pijat, yang bersifat undian,
kafe yang banyak menyediakan minuman keras
dan tempat-tempat yang dapat merendahkan
martabat Peserta Didik Akpol serta dianggap tidak
patut secara etika, moral, agama serta hukum;
dan
7. berkumpul berdasarkan kesukuan maupun korps
kedaerahan dan melakukan tindakan tidak
- 66 -

terpuji, penyimpangan perilaku maupun


melakukan pembinaan terhadap yunior dengan
cara-cara yang melanggar Hak Asasi Manusia.
r. melaksanakan IBL/IBL Panjang dan/atau Cuti
meliputi:
1. berdua antara Peserta Didik pria dan Peserta
Didik wanita;
2. indekos, sewa atau kontrak rumah, dan/atau
sewa kamar hotel maupun tempat penginapan
lainnya untuk dijadikan tempat tujuan;
3. mendatangi tempat hiburan malam, perjudian,
karaoke, lokalisasi, diskotek, Pub, panti pijat,
yang bersifat undian, kafe yang banyak
menyediakan minuman keras, dan tempat-tempat
yang dapat merendahkan martabat Peserta Didik
serta dianggap tidak patut secara etika, moral,
agama serta hukum;
4. berkumpul berdasarkan kesukuan maupun korps
kedaerahan dan melakukan tindakan tidak
terpuji, penyimpangan perilaku maupun
melakukan pembinaan terhadap yunior dengan
cara-cara yang melanggar Hak Asasi Manusia;
5. ke luar dari wilayah daerah IBL/IBL panjang
tanpa mendapatkan izin dari pejabat yang
berwenang;
6. berada dalam satu tempat yang sama berduaan
antara Peserta Didik pria dengan Peserta Didik
wanita; dan
7. bermalam di rumah Peserta Didik wanita atau
rekan wanita atau sebaliknya;
s. mengembangkan tradisi yang menyimpang (tindakan
kekerasan baik fisik maupun psikis) dari Kode
Kehormatan Peserta Didik, norma dan peraturan yang
berlaku;
t. melakukan perlawanan atau pemberontakan kepada
atasan dalam hubungan kedinasan;
- 67 -

u. membocorkan rahasia yang menurut sifatnya dan


menurut kedinasan harus dirahasiakan; atau
v. menyembunyikan informasi atau sesuatu hal yang
dapat membahayakan dan/atau merugikan negara
dan/atau lembaga;
w. mengembangkan hubungan antara senior dan junior,
begitu pula sebaliknya dan hubungan peserta didik
pria dan wanita di dalam ksatrian Akpol, meliputi:
1. Taruna Senior memerintahkan Taruna Junior
untuk menghadap di area Batalyon Taruna Senior
atau lokasi lain tanpa seizin Pawas;
2. Taruna Yunior menghadap Taruna Senior di area
Batalyon tanpa seizin Pawas;
3. Taruna Senior mengunjungi Taruna Junior
di area Batalyon Taruna Junior tanpa seizin
Pawas;
4. melakukan pembinaan yang tidak terpuji dan
mengarah kepada tindakan kekerasan/
penganiayaan fisik maupun psikis;
5. berkelahi selama dalam masa pendidikan;
6. mengeksploitasi junior untuk kesenangan atau
kepentingan pribadi;
7. melakukan tindakan pengancaman, pemerasan,
kekerasan, dan intimidasi terhadap Taruna lain;
8. mengunjungi lingkungan flat Peserta Didik wanita
dan begitu juga sebaliknya; atau
9. berpacaran dengan Peserta Didik wanita dan
begitu juga sebaliknya;
x. melakukan tindakan yang bertentangan dengan tata
tertib di lingkungan Akpol, pada saat:
1. proses pengajaran, pelatihan, dan pengasuhan
meliputi:
a) melakukan perbuatan yang dapat
menghambat proses dan/atau menggangu
terwujudnya capaian pembelajaran;
b) melakukan perbuatan yang dapat
mengurangi atau merusak fisik dan/atau
- 68 -

fungsi sarana dan prasarana yang terkait


proses pengajaran, pelatihan, dan
pengasuhan; dan
c) meninggalkan daerah pembelajaran tanpa
izin, dalam hal proses pembelajaran
dilaksanakan di luar Kesatrian Akademi
Kepolisian;
2. proses pengajaran di kelas meliputi:
a) tidur pada saat mengikuti pelajaran di kelas;
b) menggunakan peralatan elektronik seperti
laptop atau sejenisnya, pemutar musik atau
sejenisnya, dan sebagainya kecuali atas
perintah dosen;
c) bergurau dengan sesama Peserta Didik; dan
d) makan atau minum, kecuali atas perintah
dosen; dan
e) Peserta Didik dalam melaksanakan kegiatan
pembelajaran (terstruktur) dilarang
menggunakan alat elektronik yang dapat
mengganggu pelaksanaan kegiatan belajar;
3. mengikuti kegiatan pelatihan meliputi:
a) tidur pada saat mengikuti pelatihan;
b) menggunakan peralatan elektronik seperti
laptop atau sejenisnya, pemutar musik atau
sejenisnya, dan sebagainya kecuali atas
perintah pelatih/instruktur;
c) bergurau dengan sesama Peserta Didik;
d) makan atau minum, kecuali atas perintah
pelatih/instruktur; dan
e) melakukan aktivitas lain yang mengganggu
atau tidak berhubungan dengan pelatihan;
4. melaksanakan ujian tertulis meliputi:
a) membawa tas, buku, atau catatan dalam
bentuk apapun ke ruang ujian, kecuali
untuk ujian dengan sistem buku terbuka
(open book);
- 69 -

b) melakukan perbuatan dengan tujuan


mempengaruhi penilaian dan/atau
mengubah nilai;
c) bekerja sama dengan mengerjakan soal-soal
ujian, walaupun ujian dilaksanakan dengan
sistem buku terbuka (open book);
d) terlambat lebih dari 30 (tiga puluh) menit
sejak ujian dimulai;
e) berpakaian tidak sesuai dengan ketentuan;
f) melampaui batas waktu ujian yang
ditentukan;
g) makan dan/atau minum di dalam ruang
ujian kecuali di tentukan lain;
h) menyerahkan hasil pekerjaan di luar ruang
ujian; dan
i) tidur dalam pelaksanaan ujian;
5. melaksanakan ujian keterampilan meliputi:
a) menggunakan orang lain (joki) pada saat
ujian keterampilan;
b) terlambat lebih dari 30 menit sejak ujian
dimulai;
c) berpakaian tidak sesuai dengan ketentuan;
d) melampaui batas waktu yang telah
ditentukan;
e) bekerja sama atau meminta bantuan pihak
lain dalam melaksanakan instruksi ujian;
dan
f) makan dan/atau minum di lokasi ujian
kecuali ditentukan lain;
6. melaksanakan pemeriksaan kesehatan meliputi:
a) menggunakan orang lain (joki) pada saat
pemeriksaan kesehatan.
b) melakukan suatu bentuk kecurangan untuk
mendapat nilai kesehatan;
c) menghindari pelaksanaan pemeriksaan
kesehatan tanpa alasan yang jelas; dan
- 70 -

d) tidak melaksanakan salah satu item dalam


rangkaian proses pemeriksaan kesehatan;
7. melaksanakan Tes Kesamaptaan Jasmani (TKJ)
meliputi:
a) menggunakan orang lain (joki) pada saat
pelaksanaan tes kesamaptaan jasmani; dan
b) melakukan sesuatu bentuk kecurangan
untuk mendapat nilai kesamamptaan
jasmani;
c) memanipulasi perbuatan dengan tujuan
mempengaruhi nilai;
d) melakukan perbuatan yang secara langsung
atau tidak langsung mempengaruhi penguji;
e) menghindari pelaksanaan tes kesamaptaan
jasmani tanpa alasan yang jelas;
f) meminta dan memberikan bantuan dalam
melaksanakan aktivitas yang termasuk
dalam indikator pengukuran; dan
g) tidak melaksanakan salah satu item dalam
rangkaian proses tes kesamaptaan jasmani.
8. menyelesaikan penugasan atau menghasilkan
produk meliputi:
a) melakukan plagiat/menjiplak pada karya
orang lain;
b) menggunakan jasa orang lain dalam
menyelesaikan produk atau tugasnya;
c) tidak mengikuti seluruh arahan/petunjuk
yang diberikan oleh lembaga yang meliputi
perencanaan, pelaksanaan, dan
pengendalian produk; dan
d) menggunakan data yang tidak valid/palsu;
y. menyimpan dan/atau membawa pakaian sipil
di lingkungan graha taruna;
z. menyinggung atau menista terhadap Suku, Agama,
Ras dan Antargolongan (SARA);
aa. meninggalkan ksatrian Akademi Kepolisian tanpa izin;
- 71 -

bb. mengajak dan berkerja sama dengan rekan Peserta


Didik dan/atau pihak lain melakukan perbuatan yang
bertentangan dengan peraturan yang berlaku
di lingkungan Akpol bagi Peserta Didik;
cc. melaksanakan tugas tanpa perintah kedinasan
dan/atau menghindari tanggung jawab terhadap tugas
yang diberikan;
dd. menunjukkan sikap hidup mewah; dan
ee. merendahkan derajat dan martabat keluarga.

BAB IV
DEWAN KEHORMATAN TARUNA

Pasal 16
(1) Susunan keanggotaan Wanhortar terdiri atas:
a. Ketua Danmenkor;
b. Wakil Ketua Wadanmenkorps;
c. Sekretaris Kalemustar;
d. Anggota:
1. Danpoltar;
2. Danyonkorps; dan
3. Dankikorps.
(2) Wanhortar bertugas:
a. melaksanakan pembahasan atas pelanggaran Kode
Kehormatan Peserta Didik yang dilakukan oleh
Taruna;
b. melakukan pendampingan terhadap Taruna yang
melakukan pelanggaran yang diancam dengan
sanksi hukuman disiplin; dan
c. membuat nota pembelaan terhadap terduga
pelanggar.
(3) Wanhortar berdasarkan surat perintah Kakorbintarsis
melaksanakan pembahasan atas pelanggaran Kode
Kehormatan yang dilakukan Taruna paling lambat 3 X
24 jam setelah terbitnya Laporan Polisi.
(4) Hasil pembahasan Wanhortar wajib disampaikan
secara tertulis oleh Ketua Wanhortar kepada
- 72 -

Kakorbintarsis, paling lambat 1 x 24 jam setelah


selesai pembahasan Wanhortar.
(5) Dalam hal melakukan pendampingan sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) huruf b Wanhortar didampingi
pengasuh yang ditunjuk berdasarkan surat perintah
dari Kakorbintarsis.

BAB V
SANKSI DISIPLIN

Bagian Kesatu
Umum

Pasal 17
Peserta Didik yang tidak menaati ketentuan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 6 sampai dengan Pasal 15 dijatuhi
sanksi disiplin.

Bagian Kedua
Jenis Pelanggaran dan Sanksi Disiplin

Pasal 18
(1) Jenis pelanggaraan dan sanksi disiplin terdiri atas:
a. pelanggaran disiplin ringan, dikenakan sanksi
disiplin berupa tindakan disiplin;
b. pelanggaran disiplin sedang, dikenakan sanksi
disiplin berupa hukuman disiplin; dan
c. pelanggaran disiplin berat, dikenakan sanksi
disiplin berupa sanksi akademik.
(2) Tindakan disiplin sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf a, terdiri atas:
a. teguran lisan dan/atau tindakan fisik, meliputi:
1. membersihkan lingkungan Satker;
2. membersihkan kendaraan dinas;
3. merawat taman di lingkungan Satker;
4. piket secara berturut-turut paling lama
7 (tujuh) hari; dan/atau
- 73 -

5. tindakan fisik lainnya yang bersifat


pembinaan;
b. pencabutan hak melaksanakan pesiar; dan
c. pengurangan Nilai Sikap Prilaku (NSP).
(3) Hukuman disiplin sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) huruf b, meliputi:
a. pencabutan hak melaksanakan izin bermalam
di luar (IBL);
b. menggunakan PDLL paling singkat 1 (satu) bulan
dan paling lama 3 (tiga bulan);
c. penempatan dalam tempat khusus paling singkat
7 (tujuh) hari dan paling lama 21 (dua puluh
satu) hari;
d. pembebasan dari jabatan Resimen Korps Taruna;
dan
e. memangkas rambut dengan ukuran 0-0-0 cm
untuk Peserta Didik pria dan 4-3-2 cm untuk
Peserta Didik wanita.
(4) Sanksi akademik sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf c, meliputi:
a. turun pangkat selama 6 (enam) bulan;
b. turun tingkat dan pangkat;
c. penundaan pelantikan dan prasetya perwira; dan
d. diberhentikan dari lembaga pendidikan.

Bagian Ketiga
Pelanggaran

Pasal 19
Tindakan disiplin dijatuhkan bagi pelanggaran
terhadap kewajiban dan larangan sebagaimana
dimaksud dalam:
a. Pasal 14 ayat (1) huruf b angka 3 dan 4;
b. Pasal 14 ayat (1) huruf c angka 1 huruf b), e), f),
g), h), i) dan j);
c. Pasal 14 ayat (1) huruf c angka 2;
d. Pasal 14 ayat (1) huruf c angka 3 huruf a);
- 74 -

e. Pasal 14 ayat (1) huruf c angka 3 huruf b) angka


1) dan 4);
f. Pasal 14 ayat (1) huruf c angka 4 sampai dengan
angka 7;
g. Pasal 14 ayat (1) huruf c angka 8 huruf d);
h. Pasal 14 ayat (1) huruf c angka 9 huruf f) dan g);
i. Pasal 14 ayat (1) huruf c angka 11 huruf g);
j. Pasal 14 ayat (1) huruf c angka 13;
k. Pasal 14 ayat (1) huruf c angka 14 huruf a)
sampai dengan huruf d);
l. Pasal 14 ayat (1) huruf c angka 15 huruf b), g), h)
dan i);
m. Pasal 14 ayat (1) huruf d angka 1 sampai dengan
angka 4;
n. Pasal 14 ayat (1) huruf d angka 6 sampai dengan
angka 14;
o. Pasal 14 ayat (1) huruf d angka 19 sampai dengan
angka 22;
p. Pasal 14 ayat (1) huruf e angka 1 sampai dengan
angka 11;
q. Pasal 14 ayat (1) huruf e angka 12 huruf a), b)
dan c);
r. Pasal 14 ayat (1) huruf e angka 13 huruf b)
sampai dengan huruf f);
s. Pasal 14 ayat (1) huruf e angka 14 sampai dengan
angka 20; dan
t. Pasal 14 ayat (1) huruf f dan g.

Pasal 20
Hukuman disiplin dijatuhkan bagi pelanggaran
terhadap kewajiban dan larangan sebagaimana
dimaksud dalam:
a. Pasal 6 sampai dengan Pasal 9;
b. Pasal 14 ayat (1) huruf b angka 2;
c. Pasal 14 ayat (1) huruf c angka 1 huruf a), c) dan
d);
- 75 -

d. Pasal 14 ayat (1) huruf c angka 3 huruf b) angka


2), 3) dan 5);
e. Pasal 14 ayat (1) huruf c angka 8 huruf a), b), c)
dan e);
f. Pasal 14 ayat (1) huruf c angka 9 huruf a) angka
8);
g. Pasal 14 ayat (1) huruf c angka 9 huruf b) angka
2);
h. Pasal 14 ayat (1) huruf c angka 9 huruf c) dan e);
i. Pasal 14 ayat (1) huruf c angka 10 huruf a)
sampai dengan huruf d);
j. Pasal 14 ayat (1) huruf c angka 11 huruf a)
sampai dengan huruf f);
k. Pasal 14 ayat (1) huruf c angka 12;
l. Pasal 14 ayat (1) huruf c angka 14 huruf e);
m. Pasal 14 ayat (1) huruf c angka 15 huruf a):
n. Pasal 14 ayat (1) huruf c angka 16;
o. Pasal 14 ayat (1) huruf d angka 5;
p. Pasal 14 ayat (1) huruf d angka 15 sampai dengan
angka 18:
q. Pasal 14 ayat (1) huruf d angka 23:
r. Pasal 14 ayat (1) huruf e angka 12 huruf d) dan
e);
s. Pasal 14 ayat (1) huruf e angka 13 huruf a);
t. Pasal 14 ayat (1) huruf e angka 21 dan 22;
u. Pasal 15 huruf d sampai dengan huruf i;
v. Pasal 15 huruf j angka 1;
w. Pasal 15 huruf k dan l;
x. Pasal 15 huruf n angka 2, 3 dan 4;
y. Pasal 15 huruf o;
z. Pasal 15 huruf q angka 1, 2 dan 3;
aa. Pasal 15 huruf r angka 1 dan 2;
bb. Pasal 15 huruf w angka 8 dan 9;
cc. Pasal 15 huruf x angka 1 huruf a) dan b);
dd. Pasal 15 huruf x angka 2 dan 3;
ee. Pasal 15 huruf x angka 4 huruf c) sampai dengan
huruf i);
- 76 -

ff. Pasal 15 huruf x angka 5 huruf b) sampai dengan


huruf f);
gg. Pasal 15 huruf x angka 6 huruf d);
hh. Pasal 15 huruf x angka 7 huruf f) dan g);
ii. Pasal 15 huruf x angka 8 huruf c) dan d);
jj. Pasal 15 huruf y; dan
kk. Pasal 15 huruf bb, cc, dd, dan ee.

Pasal 21
Sanksi Akademik dijatuhkan bagi pelanggaran
terhadap kewajiban dan larangan sebagaimana
dimaksud dalam:
a. Pasal 10 sampai dengan Pasal 13;
b. Pasal 14 ayat (1) huruf a;
c. Pasal 14 ayat (1) huruf b angka 1;
d. Pasal 15 huruf a,b dan c;
e. Pasal 15 huruf j angka 2;
f. Pasal 15 huruf n angka 1;
g. Pasal 15 huruf p;
h. Pasal 15 huruf q angka 4 sampai dengan angka 7;
i. Pasal 15 huruf r angka 3 sampai dengan angka 7;
j. Pasal 15 huruf s, t, u dan v;
k. Pasal 15 huruf w angka 1 sampai dengan angka
7;
l. Pasal 15 huruf x angka 1 huruf c);
m. Pasal 15 huruf x angka 4 huruf a) dan b);
n. Pasal 15 huruf x angka 5 huruf a);
o. Pasal 15 huruf x angka 6 huruf a), b) dan c);
p. Pasal 15 huruf x angka 7 huruf a) sampai dengan
huruf e);
q. Pasal 15 huruf x angka 8 huruf a) dan b); dan
r. Pasal 15 huruf z dan huruf aa.

Pasal 22
(1) Pengulangan pelanggaran disiplin yang telah dijatuhi
hukuman disiplin dapat diancam dengan sanksi yang
lebih berat.
- 77 -

(2) Pengulangan pelanggaran disiplin yang telah dijatuhi


hukuman disiplin sebanyak 2 (dua) kali dalam satu
tahapan evaluasi dapat diajukan melalui Sidang
Wanak berdasarkan rekomendasi dari Kakorbintarsis.
(3) Pengulangan pelanggaran disiplin yang telah dijatuhi
hukuman disiplin sebanyak 3 (tiga) kali selama
menjalani pendidikan di Akademi Kepolisian dapat
diajukan melalui Sidang Wanak berdasarkan
rekomendasi dari Kakorbintarsis.
(4) Pengulangan pelanggaran berat sebanyak 2 (dua) kali
selama menjalani pendidikan di Akademi Kepolisian
dikenakan sanksi pemberhentian tidak dengan hormat
melalui Sidang Wanak berdasarkan rekomendasi
Kakorbintarsis.

Pasal 23
(1) Sanksi yang dijatuhkan kepada Peserta Didik yang
melakukan pelanggaran, tidak menghapuskan
tuntutan pidana.
(2) Dalam hal pelanggaran yang dilakukan oleh Peserta
Didik terdapat unsur tindak pidana, dapat diproses
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.

Pasal 24
(1) Dalam hal Peserta Didik melakukan pelanggaran yang
diancam dengan sanksi sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 19 dan Pasal 20 dapat diterapkan penjatuhan
sanksi secara alternatif dan/atau kumulatif.
(2) Dalam hal Peserta Didik melakukan pelanggaran yang
diancam dengan sanksi sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 21 penjatuhan sanksi secara alternatif.
- 78 -

BAB VI
PENYELESAIAN PELANGGARAN ETIKA DAN DISIPLIN

Bagian Kesatu
Kewenangan

Paragraf 1
Penggolongan

Pasal 25
(1) Pejabat yang berwenang menjatuhkan sanksi disiplin:
a. Ankum; dan/atau
b. Atasan Ankum.
(2) Ankum secara berjenjang terdiri dari:
a. Ankum berwenang penuh;
b. Ankum berwenang terbatas;
c. Ankum berwenang sangat terbatas; dan
d. Ankum berwenang sangat sangat terbatas.

Paragraf 2
Ankum Berwenang Penuh

Pasal 26
Ankum Berwenang Penuh berwenang:
a. menyelenggarakan sidang dewan akademi (Wanak);
b. menjatuhkan sanksi akademik terhadap Peserta Didik
yang melakukan pelanggaran berat;
c. menjatuhkan hukuman disiplin terhadap Peserta
Didik yang melakukan pelanggaran;
d. menjatuhkan tindakan disiplin; dan
e. memerintahkan Pemeriksa untuk melakukan
pemeriksaan pelanggaran Etika dan/atau disiplin.

Pasal 27
Pejabat Ankum Berwenang Penuh, terdiri atas:
a. Gubernur Akpol; dan
b. Dirbintarlat Akpol.
- 79 -

Paragraf 3
Ankum Berwenang Terbatas

Pasal 28
Ankum Berwenang Terbatas berwenang:
a. mengajukan ke sidang dewan akademi (Wanak)
terhadap Peserta Didik yang melakukan pelanggaran
berat;
b. menjatuhkan hukuman disiplin terhadap Peserta
Didik yang melakukan pelanggaran.
c. menjatuhkan tindakan disiplin; dan
d. memerintahkan Pemeriksa untuk melakukan
pemeriksaan pelanggaran etika dan/atau disiplin.

Pasal 29
Pejabat Ankum Berwenang Terbatas adalah Kakorbintarsis.

Paragraf 4
Ankum Berwenang Sangat Terbatas

Pasal 30
(1) Ankum Berwenang Sangat Terbatas berwenang:
a. menjatuhkan hukuman disiplin terhadap Peserta
Didik yang melakukan pelanggaran;
b. menjatuhkan tindakan disiplin; dan
c. memerintahkan Pemeriksa untuk melakukan
pemeriksaan pelanggaran disiplin;
(2) Ankum Berwenang Sangat Terbatas dalam
melaksanakan sidang disiplin terhadap Peserta Didik
yang melakukan pelanggaran berdasarkan perintah
Kakorbintarsis.

Pasal 31
Pejabat Ankum Berwenang Sangat Terbatas, terdiri atas:
a. Kassubbagbin;
b. Kasubbagmin; dan
c. Kadentar/Kadentarsis.
- 80 -

Paragraf 5
Ankum Berwenang Sangat Sangat Terbatas

Pasal 32
Ankum Berwenang Sangat Sangat Terbatas berwenang
menjatuhkan tindakan disiplin.

Pasal 33
Pejabat Ankum Berwenang Sangat Sangat Terbatas terdiri
atas:
a. Kasattar/Kasattarsis Korbintarsis;
b. Dosen/Instruktur Akpol;
c. Antap Akpol; dan
d. Pegawai Negeri pada Polri di luar Akpol.

Pasal 34
(1) Kasattar/Kasattarsis Korbintarsis sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 33 huruf a, berwenang
memberikan tindakan disiplin berupa:
a. tindakan fisik yang bersifat pembinaan;
b. pencabutan hak melaksanakan pesiar; dan
c. pengurangan Nilai Sikap Perilaku (NSP).
(2) Dosen/Instruktur Akpol, Antap Akpol dan Pegawai
Negeri pada Polri di luar Akpol sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 33 huruf b, c dan d, berwenang
memberikan tindakan disiplin berupa tindakan fisik
bersifat pembinaan.
- 81 -

Bagian Kedua
Tata Cara Penyelesaian Pelanggaran
Etika dan/atau Disiplin

Paragraf 1
Tahapan

Pasal 35
Penyelesaian perkara pelanggaran Etika dan/atau Disiplin
dilaksanakan melalui tahap:
a. laporan dan/atau pengaduan;
b. penyelidikan;
c. pemeriksaan awal;
d. pemeriksaan di depan sidang disiplin;
e. penjatuhan Sanksi disiplin;
f. pelaksanaan hukuman; dan
g. pencatatan dalam data rekam jejak Peserta Didik.

Paragraf 2
Laporan dan/atau Pengaduan

Pasal 36
(1) Laporan dan/atau Pengaduan merupakan dasar
pemeriksaan dalam penyelesaian pelanggaran Etika
dan/atau Disiplin Peserta Didik.
(2) Laporan dan/atau Pengaduan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dilakukan oleh:
a. setiap orang baik lisan maupun tertulis kepada
petugas yang berwenang terkait adanya
pelanggaran Etika dan/atau Disiplin dan/atau
tindak pidana yang dilakukan oleh Peserta Didik;
b. perwira pengawas yang dituangkan dalam bentuk
Laporan Polisi; dan
c. pengasuh langsung dan pengasuh tidak langsung
yang dituangkan dalam bentuk Laporan Polisi.
(3) Laporan Polisi sebagaimana dimaksud pada ayat (2),
terdiri atas:
- 82 -

a. Laporan Polisi Model A yang disebut LP model A,


merupakan Laporan Polisi yang dibuat oleh
perwira pengawas, pengasuh langsung dan
pengasuh tidak langsung yang mengalami,
mengetahui, menemukan langsung terjadinya
suatu peristiwa atau tertangkap tangan
melakukan pelanggaran Etika dan/atau Disiplin;
dan
b. Laporan Polisi Model B yang disebut LP model B,
merupakan Laporan Polisi yang dibuat oleh
pengasuh Peserta Didik atas laporan dan/atau
pengaduan yang disampaikan oleh masyarakat,
Pegawai Negeri pada Polri dan Peserta Didik.

Pasal 37
Laporan dan/atau pengaduan dicatat oleh Pemeriksa
dalam buku register dan kepada pelapor diberikan Surat
Tanda Penerimaan Laporan terhadap Laporan Polisi model
B.

Pasal 38
Pemeriksaan atas laporan dan/atau pengaduan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36 ayat (1) dilakukan
dengan dasar:
a. tertangkap tangan;
b. temuan oleh pengasuh Peserta Didik;
c. laporan Informasi; dan
d. laporan masyarakat.

Pasal 39
(1) Tertangkap tangan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 38 huruf a, dapat langsung diamankan dan
dilakukan interogasi oleh Pemeriksa.
(2) Pengamanan dan pemeriksaan terhadap Peserta Didik
yang tertangkap tangan selanjutnya dilengkapi dengan
administrasi pemeriksaan.
- 83 -

Pasal 40
(1) Temuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 38
huruf b, merupakan pelanggaran yang ditemukan
oleh perwira pengawas, pengasuh langsung dan
pengasuh tidak langsung.
(2) Hasil temuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diserahkan kepada pemeriksa untuk proses
pemeriksaan dan melaporkan kepada Ankum.

Pasal 41
(1) Laporan Informasi sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 38 huruf c, merupakan bahan keterangan
berupa data dan fakta yang diperoleh dari hasil
penyelidikan berkaitan dengan dugaan adanya
pelanggaran Etika dan/atau Disiplin yang melibatkan
Peserta Didik.
(2) Laporan Informasi yang mempunyai bukti permulaan
adanya pelanggaran Etika dan/atau Disiplin yang
dilakukan oleh Peserta Didik dituangkan dalam
bentuk Laporan Polisi.

Pasal 42
Laporan masyarakat sebagaimana dimaksud dalam Pasal
38 huruf d, pemberitahuan yang disampaikan oleh
seseorang kepada pejabat Polri tentang adanya pelanggaran
yang diduga dilakukan oleh Peserta Didik.

Paragraf 3
Penyelidikan

Pasal 43
(1) Penyelidikan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35
huruf b, dilakukan untuk menentukan ada atau tidak
terjadinya pelanggaran Etika dan/atau Disiplin dan
untuk mengumpulkan bukti permulaan yang cukup
guna pemeriksaan lebih lanjut.
- 84 -

(2) Penyelidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)


dilakukan oleh pemeriksa atau petugas yang ditunjuk
oleh Ankum dengan dilengkapi surat perintah tugas.
(3) Hasil penyelidikan sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) dilaporkan kepada pejabat yang menerbitkan
surat perintah secara tertulis.

Pasal 44
Administrasi penyelidikan, meliputi:
a. surat perintah tugas;
b. surat perintah penyelidikan; dan
c. Laporan Hasil Penyelidikan (LHP).

Pasal 45
Surat perintah tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal
44 huruf a, sekurang-kurangnya memuat:
a. dasar penugasan;
b. identitas petugas;
c. jenis penugasan;
d. lama waktu penugasan; dan
e. pejabat pemberi perintah.

Pasal 46
(1) LHP sebagaimana dimaksud dalam Pasal 44 huruf c,
dibuat oleh tim penyelidik dan ditandatangani oleh
ketua tim penyelidik.
(2) LHP sekurang-kurangnya berisi laporan tentang
waktu, tempat kegiatan, hasil penyelidikan, hambatan,
pendapat dan saran.
- 85 -

Bagian Ketiga
Pemeriksaan Awal

Paragraf 1
Prosedur pemeriksaan

Pasal 47
(1) Berdasarkan bukti permulaan yang cukup terjadi
pelanggaran Etika dan/atau Disiplin, pemeriksa atau
pejabat yang ditunjuk oleh Ankum melakukan
pemanggilan.
(2) Pemanggilan terhadap Peserta Didik yang berstatus
terduga pelanggar/saksi disampaikan melalui
Pengasuh langsung.
(3) Pemanggilan terhadap seseorang yang berstatus
Pegawai Pemerintah, surat pemanggilan tersebut
disampaikan melalui atasan/pimpinan instansi yang
bersangkutan.
(4) Pemanggilan terhadap anggota Polri yang berstatus
saksi yang ditugaskan di luar struktur organisasi
Polri, surat panggilan disampaikan melalui Ankum
dengan tembusan ditujukan ke atasan tempat yang
bersangkutan bertugas.
(5) Dalam hal seseorang yang dipanggil tidak berada
di tempat, surat panggilan tersebut dapat diterimakan
kepada keluarga atau Ketua Rukun Tetangga atau
Ketua Rukun Warga atau Ketua Lingkungan atau
Kepala Desa atau orang lain yang dapat dijamin,
bahwa surat panggilan tersebut akan disampaikan
kepada yang bersangkutan.
(6) Dalam hal Terduga pelanggar tidak dapat memenuhi
panggilan karena alasan dinas yang dapat
dipertanggungjawabkan oleh atasannya, pemeriksa
dapat melakukan pemeriksaan di tempat.
(7) Dalam hal Terduga pelanggar tidak memenuhi
panggilan tanpa alasan yang sah atau menolak untuk
menerima dan menandatangani surat panggilan serta
- 86 -

tidak memenuhi panggilan untuk kedua kalinya,


pemeriksa dapat membawa terduga pelanggar disertai
dengan surat perintah membawa dan selanjutnya
dilakukan pengamanan.
(8) Pelaksanaan perintah membawa saksi/terduga
pelanggar sebagaimana dimaksud dalam ayat (7)
dibuatkan berita acara.

Pasal 48
(1) Pemeriksaan dilakukan oleh pemeriksa terhadap
saksi, ahli dan terduga pelanggar, dituangkan dalam
berita acara pemeriksaan yang ditandatangani oleh
pemeriksa dan orang yang diperiksa.
(2) Dalam hal terduga pelanggar menolak untuk
dilakukan pemeriksaan, dibuatkan berita acara
penolakan dengan menyebutkan alasannya yang
ditandatangani oleh terduga pelanggar, dan apabila
terduga pelanggar tetap menolak untuk
menandatangani berita acara penolakan, berita acara
tersebut ditandatangani oleh pemeriksa.
(3) Dalam hal perlu dan mendesak, pemeriksaan terhadap
masyarakat dan/atau personel Polri yang berada
di luar wilayah hukum pemeriksa, bantuan
pemeriksaan dapat dilakukan oleh Provos Akpol atau
pejabat yang ditunjuk oleh Ankum berdasarkan surat
perintah.
(4) Dalam hal saksi yang diperiksa berhalangan hadir
dalam persidangan, pemeriksaan dilaksanakan
di bawah sumpah sesuai agama dan/atau
kepercayaan yang dianut serta dibuatkan berita acara.

Pasal 49
(1) Untuk kepentingan pembuktian tentang persesuaian
keterangan antara saksi, terduga pelanggar dan
barang bukti, pemeriksa/provos dapat melakukan
rekonstruksi.
- 87 -

(2) Untuk kepentingan pembuktian persesuaian


keterangan antara saksi, pemeriksa/Provos dapat
melakukan konfrontasi.
(3) Hasil konfrontasi dan rekonstruksi dituangkan dalam
bentuk berita acara.

Pasal 50
(1) Apabila dalam pemeriksaan perkara pelanggaran Etika
dan/atau Disiplin ditemukan bukti permulaan yang
cukup adanya unsur tindak pidana, pemeriksa/Provos
dapat melimpahkan kepada penyidik Polri yang
dilampiri dengan hasil pemeriksaan.
(2) Dalam hal perkara dilimpahkan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), pemeriksa/Provos wajib
memberikan tembusan kepada Ankum dari Peserta
Didik yang bersangkutan.
(3) Penyidik Polri yang menerima pelimpahan perkara
wajib memberikan tembusan tentang perkembangan
hasil penyidikan yang dilakukan kepada Ankum dari
Peserta Didik yang bersangkutan.

Paragraf 2
Pejabat yang Berwenang Memeriksa

Pasal 51
(1) Pejabat yang berwenang melakukan pemeriksaan:
a. Provos Akpol;
b. pemeriksa; dan
c. pejabat lain yang ditunjuk oleh Ankum.
(2) Pemeriksaan yang dilakukan oleh pemeriksa
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b
dilakukan dengan memperhatikan tingkat dan
pangkat:
a. Taruna tingkat satu diperiksa oleh pemeriksa
pada Batalyon tingkat satu;
b. Taruna tingkat dua diperiksa oleh pemeriksa
pada Batalyon tingkat dua;
- 88 -

c. Taruna tingkat tiga diperiksa oleh Pemeriksa pada


Batalyon tingkat tiga;
d. Taruna tingkat empat diperiksa oleh Pemeriksa
pada Batalyon tingkat empat; dan
e. Siswa SIPSS diperiksa oleh Pemeriksa pada
Batalyon SIPSS.
(3) Pemeriksaan yang dilakukan oleh Pemeriksa
dilakukan dengan memperhatikan jenis pelanggaran:
a. ringan dan sedang dilakukan oleh Pemeriksa
pada tingkat Batalyon; dan
b. berat dilakukan oleh Pemeriksa yang ditunjuk
berdasarkan surat perintah Kakorbintarsis.
(4) Pemeriksaan pelanggaran disiplin yang dilakukan oleh
beberapa Taruna Akpol yang berasal dari berbagai
tingkat yang berbeda dapat dilakukan oleh Pemeriksa
yang berada di Korbintarsis.

Paragraf 3
Pemberkasan

Pasal 52
(1) Pemberkasan merupakan hasil pemeriksaan terhadap
Saksi, Ahli, Terduga pelanggar dan barang bukti serta
administrasi terkait yang disusun dalam bentuk
Berkas Perkara Pelanggaran Disiplin (BPPD).
(2) BPPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disusun
dengan urutan:
a. sampul warna biru dengan logo Pataka Akademi
Kepolisian (Polahabijana) dan mencantumkan
identitas terduga pelanggar, wujud perbuatan,
Pasal yang dilanggar dan nomor registrasi;
b. halaman sampul BPPD;
c. daftar isi;
d. LP;
e. surat perintah;
f. resume;
g. daftar saksi/ahli;
- 89 -

h. berita acara pemeriksaan para saksi/ahli;


i. berita acara sumpah saksi/ahli;
j. daftar terduga pelanggar;
k. berita acara pemeriksaan terduga pelanggar;
l. daftar barang bukti;
m. berita acara penyerahan dan penerimaan barang
bukti; dan
n. daftar lampiran.
(3) Isi BPPD sebagaimana dimaksud pada ayat (2),
bilamana diperlukan dapat ditambahkan berita acara
perekaman suara dan/atau gambar.

Pasal 53
Waktu pemberkasan pelanggaran Etika dan/atau Disiplin
ditentukan berdasarkan kriteria:
a. pelanggaran disiplin ringan, waktu yang diperlukan
dalam pemberkasan paling lama 14 (empat belas) hari;
b. pelanggaran disiplin sedang, waktu yang diperlukan
dalam pemberkasan paling lama 30 (tiga puluh) hari;
c. pelanggaran disiplin berat, waktu yang diperlukan
dalam pemberkasan paling lama 60 (enam puluh) hari;
dan

Paragraf 4
Penerimaan dan Penyerahan Barang Bukti

Pasal 54
(1) Penerimaan dan penyerahan barang bukti
dilaksanakan oleh Pemeriksa, dan dibuatkan tanda
terima, dilakukan registrasi, dan dibuatkan berita
acara.
(2) Barang bukti sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diterima dari Saksi, Terduga pelanggar atau barang
temuan, dipergunakan untuk kepentingan
pemeriksaan.
- 90 -

(3) Terhadap barang bukti yang mudah rusak atau


membahayakan dibuatkan berita acara dan
dokumentasi tanpa dihadirkan dalam sidang disiplin.

Paragraf 5
Pelimpahan Berkas BPPD ke Ankum

Pasal 55
(1) Terhadap pelanggaran ringan dan sedang, pelimpahan
BPPD ke Ankum dilakukan oleh Pemeriksa kepada
Ankum untuk dilaksanakan sidang disiplin.
(2) Setelah menerima BPPD, Ankum dapat meminta
pendapat dan saran hukum dari Bidang Hukum
Akpol.
(3) Pendapat dan saran hukum sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) disampaikan kepada Ankum paling
lambat 7 (tujuh) hari kerja.
(4) Apabila pendapat dan saran hukum tidak diberikan
dalam waktu 7 (tujuh) hari kerja, Ankum dapat
melaksanakan sidang tanpa pendapat dan saran
hukum.
(5) Pemeriksa berkewajiban mengontrol penyelesaian
perkara yang dilimpahkan ke Ankum, dan apabila
telah melewati batas waktu 30 (tiga puluh) hari belum
ada penyelesaian, Pemeriksa wajib melaporkan kepada
Ankum dengan tembusan Atasan Ankum.

Pasal 56
(1) Terhadap pelanggaran berat, pelimpahan BPPD ke
Kakorbintarsis dilakukan oleh Pemeriksa untuk
dilaksanakan sidang disiplin.
(2) Setelah menerima BPPD, Kakorbintarsis membuat
surat perintah tugas pelaksanaan sidang disiplin
dengan menunjuk perangkat sidang.
- 91 -

(3) Perangkat sidang melaksanakan sidang disiplin dan


membuat laporan hasil pelaksanaan sidang disiplin
yang dilaporkan pimpinan sidang kepada
Kakorbintarsis.
(4) Apabila putusan sidang disiplin berupa rekomendasi
Sidang Wanak maka Kakorbintarsis melaporkan
secara tertulis kepada Gubernur Akpol melalui
Dirbintarlat dengan melampirkan hasil pelaksanaan
sidang disiplin dan putusan sidang disiplin.
(5) Sebelum Dirbintarlat mengajukan permohonan Sidang
Wanak kepada Gubernur Akpol, Dirbintarlat dapat
melaksanakan gelar perkara dengan menghadirkan
pemeriksa, penuntut dan staf Korbintarsis bagian
pembinaan dengan mengundang Bidkum dan Provos.
(6) Bidkum dan Provos mencatat kekurangan kekurangan
yang ditemukan dalam gelar perkara untuk dilengkapi
dalam BPPD apabila pengajuan Sidang Wanak
disetujui Gubernur Akpol.
(7) Setelah gelar perkara selesai dilaksanakan, maka
Dirbintarlat membuat laporan hasil gelar perkara
untuk dilampirkan pada surat pengajuan Sidang
Wanak kepada Gubernur Akpol.
(8) Apabila Sidang Wanak disetujui, maka Gubernur
Akpol memberikan perintah tertulis kepada Provos dan
Minperstarsis melalui Bagrenmin untuk
mempersiapkan pelaksanaan Sidang Wanak.
(9) Apabila Sidang Wanak tidak disetujui, Gubernur Akpol
dapat menjatuhkan putusan hukuman disiplin secara
langsung atau dengan memberikan perintah tertulis
kepada Dirbintarlat atau Kakorbintarsis melalui
Dirbintarlat untuk menjatuhkan hukuman disiplin.
- 92 -

Bagian Keempat
Pemeriksaan di Depan Sidang Disiplin

Paragraf 1
Syarat Persidangan

Pasal 57
(1) Sidang disiplin dilaksanakan paling lambat 14 (empat
belas) hari setelah Ankum menerima BPPD dari
Pemeriksa.
(2) Sidang disiplin bersifat permanen sebagai bentuk
terjaminnya kepastian hukum bagi Peserta Didik yang
diduga melakukan pelanggaran disiplin.
(3) Untuk menyelenggarakan sidang disiplin sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), Ankum menetapkan
perangkat sidang dan waktu pelaksanaan sidang.
(4) Sidang disiplin dapat dilaksanakan tanpa kehadiran
Terduga pelanggar setelah melalui proses pencarian
sesuai ketentuan dinas yang berlaku.

Paragraf 2
Penyelenggaraan Sidang

Pasal 58
Proses persidangan disiplin dilakukan melalui tahapan:
a. persiapan sidang;
b. pelaksanaan sidang; dan
c. pelaksanaan putusan sidang.

Pasal 59
(1) Tahap persiapan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
58 huruf a meliputi penyiapan:
a. perangkat sidang;
b. sarana dan prasarana ruang sidang; dan
c. acara sidang.
(2) Penyiapan perangkat sidang sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1) huruf a meliputi:
- 93 -

a. penunjukan pimpinan sidang, apabila ankum


berhalangan;
b. pendamping pimpinan sidang;
c. sekretaris;
d. penuntut;
e. pendamping terduga pelanggar;
f. petugas pengawal; dan
g. petugas dokumentasi.
(3) Penyiapan sarana dan prasarana sidang sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf b adalah:
a. tempat sidang disiplin, berada di kantor Batalyon,
Korbintarsis atau di tempat lain yang ditentukan;
b. ruang sidang terdiri atas:
1. ruang sidang disiplin; dan
2. ruang tunggu bagi terduga pelanggar,
penuntut, saksi, pendamping, petugas dan
pengunjung;
c. Perlengkapan ruang sidang:
1. susunan meja sidang berbentuk "U" dan
diberi alas warna hijau;
2. kursi untuk sidang disesuaikan dengan
jumlah anggota perangkat sidang;
3. palu sidang dan papan nama masing-masing
pejabat dalam persidangan;
4. Bendera Merah Putih 1 (satu) buah, yang
dipasang di sebelah kanan dan sejajar
dengan kursi pimpinan;
5. lambang negara diapit gambar Presiden dan
gambar Wakil Presiden; dan
6. komputer, ATK, alat pengeras suara,
dokumentasi dan sebagainya;
(4) Penyiapan acara sidang sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf c meliputi:
a. membuat susunan acara sidang;
b. membuat susunan tata tertib sidang;
c. menyiapkan resume perkara pelanggaran disiplin;
d. menyiapkan barang bukti;
- 94 -

e. menyiapkan konsep tuntutan;


f. menyiapkan konsep putusan; dan
g. menyiapkan konsep berita acara sidang.

Paragraf 3
Tahap Pelaksanaan

Pasal 60
(1) Tahap pelaksanaan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 58 huruf b meliputi:
a. kesiapan perangkat sidang di ruang sidang;
b. pembukaan oleh pimpinan sidang;
c. penghadapan Terduga pelanggar di persidangan;
d. proses pemeriksaan dalam persidangan;
e. membacakan tuntutan dalam persidangan;
f. pembacaan putusan penjatuhan hukuman oleh
Pimpinan Sidang; dan
g. penutupan sidang.
(2) Sidang dilaksanakan dengan khidmat, tertib dan
penuh wibawa, sehingga melambangkan kehormatan
Korps Taruna dan Siswa.
(3) Perangkat Sidang memakai PDU-IV, sedangkan
terduga pelanggar memakai PDH, Saksi dari Peserta
Didik memakai PDH, Saksi dan pengunjung sidang
selain anggota Polri berpakaian bebas rapi.

Pasal 61
Tata cara pelaksanaan sidang:
a. Sekretaris telah menyiapkan kelengkapan persidangan;
b. Perangkat Sidang memasuki ruangan sidang;
c. Sekretaris membacakan susunan acara persidangan;
d. Pimpinan Sidang menyatakan sidang dibuka dan
dinyatakan terbuka dan/atau tertutup untuk umum;
e. Pimpinan Sidang memerintahkan petugas agar
menghadapkan terduga pelanggar ke ruang sidang;
- 95 -

f. penghormatan petugas dan terduga pelanggar kepada


Pimpinan Sidang; Laporan Petugas kepada Pimpinan
Sidang siap menghadapkan terduga pelanggar;
g. petugas ke luar mengambil tempat;
h. terduga pelanggar duduk di tempat yang disediakan;
i. Pimpinan Sidang menanyakan identitas terduga
pelanggar;
j. penuntut membacakan persangkaan pelanggaran
disiplin;
k. petugas menghadirkan saksi-saksi atas perintah
Pimpinan Sidang;
l. Pimpinan Sidang menanyakan kesaksian atas
pelanggaran disiplin yang dilakukan oleh Terduga
pelanggar;
m. petugas menyerahkan barang bukti dalam
persidangan atas perintah Pimpinan Sidang;
n. Pimpinan Sidang memberikan pertanyaan-pertanyaan
kepada terduga pelanggar atas keterangan para Saksi
dan bukti-bukti yang ditunjukkan;
o. Pimpinan Sidang mempersilahkan Pendamping
Pimpinan Sidang mengajukan pertanyaan kepada
Terduga pelanggar maupun Saksi;
p. Pimpinan Sidang memberikan kesempatan kepada
terduga pelanggar dan Pendamping Terduga pelanggar
untuk menyampaikan tanggapan;
q. Pimpinan Sidang menyatakan sidang diskor/ditunda
untuk memberi kesempatan kepada penuntut
membuat tuntutan;
r. Pimpinan Sidang membuka sidang kembali;
s. Pimpinan Sidang memerintahkan Penuntut untuk
membacakan tuntutan;
t. Pimpinan Sidang menyatakan sidang diskor/ditunda
untuk memberi kesempatan kepada Pimpinan Sidang
dan Pendamping Pimpinan Sidang dalam rangka
musyawarah;
u. Pimpinan Sidang membuka sidang kembali;
- 96 -

v. Pimpinan Sidang menjatuhkan putusan hukuman


disiplin;
w. Pimpinan Sidang menanyakan kepada terduga
pelanggar apakah menerima atau menolak putusan
yang dijatuhkan oleh Ankum; dan
x. Pimpinan Sidang menutup persidangan.

Pasal 62
Administrasi sidang disiplin bagi Peserta Didik terdiri atas:
a. BPPD;
b. surat perintah pelaksanaan sidang disiplin dan
perangkat sidang disiplin;
c. acara persidangan;
d. persangkaan;
e. penuntutan;
f. keputusan hukuman disiplin;
g. surat perintah pelaksanaan hukuman disiplin; dan
h. berita acara persidangan.

Pasal 63
(1) Susunan keanggotaan perangkat sidang dan
pelaksanan sidang disiplin berdasarkan keputusan
dan perintah Ankum atau Atasan Ankum.
(2) Susunan keanggotaan perangkat sidang disiplin terdiri
atas:
a. Pimpinan Sidang:
1. Kakorbintarsis/Wakakorbintarsis; atau
2. Kadentar/Wakadentar;
b. 2 (dua) pendamping pimpinan sidang:
1. pengasuh langsung/pejabat yang ditunjuk;
dan
2. pengasuh tidak langsung/pejabat yang
ditunjuk;
c. Sekretaris: petugas yang ditunjuk oleh Ankum;
d. Penuntut : Pemeriksa/pejabat yang ditunjuk;
e. pendamping terduga pelanggar:
- 97 -

1. atasan langsung;
2. pejabat yang ditunjuk; dan
3. Wanhortar;
f. petugas pengawal: Poltar/Polsis; dan
g. petugas dokumentasi: petugas yang ditunjuk oleh
Ankum.

Pasal 64
(1) Pimpinan sidang sebagaimana dimaksud dalam Pasal
63 ayat (2) huruf a bertugas:
a. memimpin jalannya persidangan;
b. memberikan kesempatan kepada penuntut untuk
membacakan persangkaan;
c. menyampaikan pertanyaan kepada terduga
pelanggar dan/atau saksi;
d. memberikan kesempatan kepada pendamping
Pimpinan Sidang untuk menyampaikan
pertanyaan kepada terduga pelanggar dan/atau
saksi;
e. memberikan kesempatan kepada terduga
pelanggar dan pendamping terduga pelanggar
untuk menyampaikan penjelasan atas pertanyaan
pertanyaan dalam persidangan;
f. memberikan kesempatan kepada penuntut untuk
membacakan tuntutan;
g. memberikan kesempatan kepada pendamping
terduga pelanggar untuk menyampaikan
pembelaan;
h. memberikan kesempatan kepada terduga
pelanggar untuk menerima atau mengajukan
keberatan terhadap hukuman disiplin yang
dijatuhkan;
i. meneruskan putusan sidang disiplin kepada
pejabat yang berwenang tentang putusan sidang
disiplin yang telah dijatuhkan; dan
j. melaporkan hasil pelaksanaan sidang kepada
Ankum atau atasan Ankum.
- 98 -

(2) Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud


pada ayat (1), Pimpinan Sidang berwenang:
a. menyatakan sidang disiplin bersifat terbuka atau
tertutup;
b. memerintahkan kepada penuntut untuk
menghadapkan dan/atau membawa ke luar
ruang sidang saksi, dan/atau terduga pelanggar;
c. menyatakan menerima dan/atau menolak
keterangan saksi;
d. membacakan dan/atau memerintahkan
pendamping pimpinan sidang untuk
membacakan berita acara saksi, ahli dan terduga
pelanggar yang tidak hadir dalam persidangan;
e. memerintahkan sekretaris untuk mengembalikan
barang bukti kepada yang berhak;
f. menskorsing atau menunda persidangan;
g. menjatuhkan putusan;
h. menandatangani Keputusan Hukuman Disiplin;
i. menyerahkan barang bukti kepada yang berhak;
dan
j. menyerahkan terhukum kepada pemeriksa untuk
melaksanakan hukuman penempatan pada
tempat khusus berikut administrasinya.

Pasal 65
(1) Pendamping Pimpinan Sidang sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 63 ayat (2) huruf b bertugas:
a. mendampingi pimpinan Sidang dalam
melaksanakan sidang disiplin;
b. mempelajari dan memahami perkara yang akan
disidangkan;
c. atas perintah pimpinan sidang untuk
membacakan berita acara saksi, dan Terduga
pelanggar yang tidak hadir dalam persidangan;
dan
- 99 -

d. memberikan pertimbangan dan saran kepada


pimpinan sidang mengenai hukuman disiplin
yang akan diputuskan.
(2) Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), Pendamping Pimpinan Sidang
berwenang mengajukan pertanyaan-pertanyaan
kepada Saksi, dan Terduga pelanggar.

Pasal 66
Sekretaris sidang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 63
ayat (2) huruf c, bertugas:
a. menyiapkan ruang sidang disiplin;
b. menghubungi/memberitahu terduga pelanggar, Saksi,
Ahli, dan pendamping terduga Pelanggar untuk hadir
dalam persidangan;
c. mendistribusikan berkas perkara kepada perangkat
sidang disiplin paling lambat 3 (tiga) hari kerja
sebelum pelaksanaan sidang;
d. menyiapkan administrasi yang berkaitan dengan
persidangan;
e. menyiapkan acara pelaksanaan sidang;
f. membacakan acara dan tata tertib persidangan;
g. menyiapkan barang bukti pada persidangan;
h. membuat berita acara persidangan;
i. menyiapkan konsep surat keputusan hukuman
disiplin dan pelaksanaan hukuman disiplin; dan
j. membuat laporan proses persidangan.

Pasal 67
(1) Penuntut sebagaimana dimaksud dalam Pasal 63 ayat
(2) huruf d bertugas:
a. menghadapkan saksi dan/atau terduga pelanggar
ke ruang persidangan; dan
b. membuat dan membacakan tuntutan.
(2) Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), penuntut berwenang:
- 100 -

a. mengajukan pertanyaan kepada saksi dan/atau


terduga pelanggar;
b. memberi penilaian terhadap terduga pelanggar
mengenai hal-hal yang memberatkan dan/atau
meringankan Terduga pelanggar; dan
c. mengajukan tuntutan hukuman yang akan
dijatuhkan.

Pasal 68
(1) Pendamping terduga pelanggar sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 63 ayat (2) huruf e bertugas:
a. memberikan nasihat terhadap terduga pelanggar;
dan
b. membuat dan membacakan pembelaan terhadap
terduga pelanggar.
(2) Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), pendamping terduga pelanggar
berwenang:
a. mengajukan pertanyaan kepada saksi dan/atau
terduga pelanggar;
b. membantu menjelaskan secara lisan apa yang
dimaksud oleh terduga pelanggar terhadap
pertanyaan yang disampaikan oleh pimpinan
sidang maupun penuntut.

Pasal 69
Petugas pengawal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 63
ayat (2) huruf f adalah Polisi Taruna/Polisi Siswa atau yang
disingkat Poltar/Polsis bertugas:
a. mengawal terduga pelanggar dan para saksi untuk
dihadirkan dalam persidangan maupun setelah selesai
mengikuti persidangan;
b. menjaga keamanan dan ketertiban jalannya
persidangan; dan
c. melaporkan kepada pimpinan sidang tentang kesiapan
terduga pelanggar dan para saksi mengikuti
persidangan.
- 101 -

Pasal 70
Petugas dokumentasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal
63 ayat (2) huruf g bertugas:
a. mendokumentasikan jalannya persidangan dari awal
hingga persidangan selesai; dan
b. membuat laporan hasil dokumentasi pelaksanaan
sidang disiplin kepada pimpinan sidang.

Pasal 71
Pakaian yang digunakan selama pelaksanaan sidang
disiplin:
a. perangkat sidang menggunakan PDU-IV;
b. saksi, petugas pengawal dan dokumentasi
menggunakan PDH; dan
c. terduga pelanggar menggunakan PDH.

Bagian Kelima
Penjatuhan Hukuman Disiplin

Pasal 72
(1) Penjatuhan hukuman disiplin diputuskan dalam
sidang disiplin oleh Pimpinan Sidang Disiplin setelah
mendengarkan dan/atau memperhatikan keterangan:
a. saksi dan/atau ahli; dan
b. terduga pelanggar.
(2) Dalam penjatuhan hukuman disiplin Pimpinan Sidang
perlu mempertimbangkan:
a. pengulangan dan perilaku sehari-hari pelanggar
disiplin;
b. terwujudnya rasa keadilan dan mampu
menimbulkan efek jera serta tetap menjunjung
tinggi Kode Kehormatan Peserta Didik; dan
c. keyakinan Pimpinan Sidang dan fakta
persidangan serta didukung dengan pembuktian.
- 102 -

Pasal 73
(1) Dalam hal Terduga pelanggar menerima putusan
hukuman disiplin, Ankum wajib menindaklanjuti
putusan dimaksud, termasuk melakukan koordinasi
dengan pejabat fungsi terkait untuk diterbitkan
keputusan sebagai tindak lanjut hasil sidang disiplin.
(2) Dalam hal terduga pelanggar dinyatakan tidak terbukti
melakukan pelanggaran disiplin dalam sidang disiplin,
Ankum menerbitkan Keputusan Tidak Terbukti dan
mengembalikan hak hak Terduga pelanggar seperti
semula.
(3) Keputusan Hukuman Disiplin maupun Keputusan
tidak terbukti, aslinya diberikan kepada terduga
pelanggar/terhukum dan wajib ditembuskan oleh
Ankum dan/atau Atasan Ankum kepada Staf
Bin Korbintarsis untuk diarsipkan.

Pasal 74
(1) Pengajuan keberatan terhadap hukuman disiplin
diajukan oleh terduga pelanggar melalui Ankum
kepada Atasan Ankum dengan tembusan diberikan
kepada pemeriksa dan/atau penuntut.
(2) Keberatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diajukan oleh terduga pelanggar selambat-lambatnya 3
(tiga) hari kerja setelah dijatuhi hukuman disiplin.
(3) Apabila dalam tenggang waktu 3 (tiga) hari terduga
pelanggar belum mengajukan keberatan, putusan
Ankum berlaku pada hari ke-4 (empat).
(4) Atasan Ankum harus menetapkan hukuman disiplin
paling lambat 7 (tujuh) hari kerja setelah menerima
pengajuan keberatan.
(5) Apabila Atasan Ankum menerima keberatan
seluruhnya, Atasan Ankum membatalkan putusan
Ankum dan mengembalikan semua hak Terduga
pelanggar.
- 103 -

(6) Apabila Atasan Ankum menolak keberatan


seluruhnya, Atasan Ankum menguatkan putusan
Ankum.
(7) Apabila Atasan Ankum menolak/menerima sebagian,
Atasan Ankum mengubah putusan Ankum.
(8) Penolakan dan penerimaan sebagaimana dimaksud
pada ayat (5), ayat (6) dan ayat (7) ditetapkan dengan
Keputusan Atasan Ankum.
(9) Putusan Atasan Ankum merupakan putusan akhir.

Bagian Keenam
Pelaksanaan Hukuman

Pasal 75
(1) Pelaksanaan hukuman disiplin berlaku sejak tanggal
ditetapkan oleh Ankum atau Atasan Ankum dengan
putusan yang berkekuatan hukum tetap.
(2) Pelaksanaan pengawasan terhadap Peserta Didik yang
sedang menjalani hukuman dilakukan oleh Ankum
yang pelaksanaan sehari-hari ditugaskan kepada
pengasuh yang melekat pada tiap tiap Batalyon;
(3) Pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
dilaksanakan sejak:
a. diterbitkan Keputusan Hukuman Disiplin
terhadap hukuman teguran tertulis;
b. menjalani putusan terhadap hukuman:
1. pencabutan hak melaksanakan pesiar;
2. penggunaan Pakaian Dinas Lapangan
Lengkap (PDLL);
3. pencabutan hak melaksanakan izin
bermalam di luar (IBL);
4. memangkas rambut dengan ukuran 0-0-0
cm untuk Taruna pria dan 4-3-2 cm untuk
Taruna wanita.
5. pembebasan dari jabatan; dan
6. Patsus.
- 104 -

(4) Pengawasan pada saat menjalani hukuman


sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf b
dilakukan sejak diterbitkan Keputusan Hukuman
Disiplin sampai dengan selesai menjalani putusan
terhadap hukuman.
(5) Dalam hal terhukum telah selesai menjalankan
hukuman disiplin, Ankum wajib mengembalikan hak
hak terhukum seperti semula.

Bagian Ketujuh
Pencatatan dalam Data Rekam Jejak Peserta Didik

Pasal 76
(1) Data pelanggaran disiplin Peserta Didik dicatat dalam
rekam jejak peserta didik secara manual dan/atau
elektronik.
(2) Pencatatan penjatuhan hukuman sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan oleh pengasuh
yang melekat pada tiap tiap Batalyon.
(3) Pencatatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
dilaporkan setiap bulannya secara rutin ke staf Bin
Korbintarsis.
(4) Buku Pencatatan Data Perseorangan berisi:
a. identitas pelanggar;
b. waktu dan tempat pelanggaran;
c. jenis pelanggaran;
d. jenis hukuman;
e. nomor putusan hukuman; dan
f. batas waktu pelaksanaan hukuman.
- 105 -

BAB VII
PENGHENTIAN DAN PEMBUKAAN KEMBALI
PEMERIKSAAN

Bagian Kesatu
Penghentian Pemeriksaan

Pasal 77
(1) Penghentian pemeriksaan pelanggaran etika dan/atau
disiplin dilakukan, apabila:
a. tidak terdapat cukup bukti adanya pelanggaran
disiplin;
b. peristiwa tersebut bukan merupakan pelanggaran
disiplin; atau
c. dihentikan demi hukum karena:
1. terduga pelanggar meninggal dunia; atau
2. terduga pelanggar sudah tidak menjadi
Peserta Didik;
3. terduga pelanggar sakit jiwa yang dinyatakan
oleh Dokter dan/atau Badan Penguji
Kesehatan Personel Polri; dan/atau
4. laporan/pengaduan yang diterima telah
melewati batas waktu (kadaluwarsa);
(2) Batas waktu (kadaluwarsa) sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf c angka 4 apabila telah melebihi
5 (lima) tahun sesudah pelanggaran terjadi.
(3) Penghentian pemeriksaan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dilakukan setelah pemeriksa
melaksanakan gelar perkara pelanggaran disiplin
dengan hasil gelar perkara yang merekomendasikan
penghentian pemeriksaan.
(4) Dalam hal diputuskan penghentian pemeriksaan,
pemeriksa wajib:
a. membuat laporan kemajuan;
b. menerbitkan surat perintah penghentian
pemeriksaan; dan
- 106 -

c. menerbitkan surat ketetapan penghentian


pemeriksaan.
(5) Laporan kemajuan dan surat sebagaimana dimaksud
pada ayat (3) dan (4) dikirimkan kepada:
a. Ankum terduga pelanggar; dan
b. Atasan Ankum terduga pelanggar.

Bagian Kedua
Pembukaan Kembali Pemeriksaan

Pasal 78
(1) Pembukaan kembali pemeriksaan perkara pelanggaran
Etika dan/atau Disiplin dilakukan apabila ditemukan
bukti baru.
(2) Dalam hal dibuka kembali pemeriksaan, pemeriksa
wajib melanjutkan pemeriksaan berdasarkan surat
perintah:
a. pencabutan penghentian pemeriksaan; dan
b. pemeriksaan lanjutan.
(3) Surat perintah sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
diterbitkan oleh pejabat yang berwenang.
(4) Bukti baru sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak
berlaku apabila telah kadaluwarsa.

Bagian Ketiga
Gelar Perkara

Pasal 79
(1) Gelar perkara dilakukan dengan tujuan:
a. untuk menjamin terselenggaranya pemeriksaan
pelanggaran disiplin sesuai ketentuan yang
berlaku;
b. sebagai sarana kontrol, pengawasan dan
pengendalian pemeriksaan; dan
c. untuk mendapatkan bantuan pemikiran, saran,
pendapat sebagai solusi terhadap berbagai
kendala teknis pemeriksaan yang dihadapi sejak
- 107 -

tahap awal pemeriksaan maupun dalam tahap


penyelesaiannya.
(2) Alat kelengkapan gelar perkara pelanggaran Etika
dan/atau Disiplin meliputi:
a. pimpinan gelar yaitu Dirbintarlat Akpol atau
pejabat yang ditunjuk oleh Gubernur Akpol;
b. pemapar yaitu pemeriksa yang menangani
langsung perkara pelanggaran Etika dan/atau
Disiplin;
c. peserta gelar mengikut sertakan Provos, dan
Bidang Hukum Akpol; dan
d. notulen yaitu pencatat seluruh kegiatan gelar
perkara.
(3) Laporan hasil gelar perkara dibuat oleh notulen dan
dilaporkan kepada atasan pimpinan gelar secara
singkat dengan memuat:
a. posisi perkara pelanggaran Etika dan/atau
Disiplin;
b. masukan/tanggapan hasil gelar;
c. kesimpulan gelar;
d. langkah pemeriksaan yang akan dilakukan; dan
e. saran dan rekomendasi hasil gelar.
(4) Laporan hasil gelar sebagaimana dimaksud pada
ayat (3), setelah ditandatangani oleh pimpinan gelar,
notulen, dan pemeriksa, kemudian disampaikan
kepada pemeriksa untuk dilaksanakan.

BAB VIII
ADMINISTRASI

Pasal 80
(1) Administrasi penyelesaian pelanggaran Etika dan/atau
Disiplin bagi Peserta Didik meliputi:
a. surat; dan
b. buku register.
(2) Surat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a
meliputi:
- 108 -

a. laporan polisi;
b. surat tanda penerimaan laporan;
c. surat perintah;
d. surat panggilan;
e. daftar pemeriksaan pendahuluan pelanggaran
disiplin;
f. berita acara pemeriksaan;
g. pemeriksaan singkat (bukti pelanggaran/tilang);
h. resume;
i. daftar saksi;
j. daftar terduga pelanggar;
k. daftar lampiran;
l. daftar barang bukti;
m. surat pengambilan/penerimaan barang bukti
pelanggaran disiplin;
n. surat perintah pengamanan;
o. surat perintah penempatan pada tempat khusus;
p. surat perintah pelepasan pada tempat khusus;
q. surat ketetapan penutupan perkara pelanggaran
disiplin;
r. surat perintah penghentian pemeriksaan;
s. surat ketetapan penghentian pemeriksaan;
t. tata cara sidang disiplin;
u. acara persidangan disiplin bagi Peserta Didik ;
v. persangkaan pelanggaran disiplin;
w. tuntutan perkara pelanggaran disiplin;
x. keputusan penjatuhan hukuman disiplin;
y. pengajuan keberatan atas keputusan sidang
disiplin;
z. keputusan penolakan/penerimaan keberatan
hukuman disiplin;
aa. surat penolakan/penerimaan keberatan
keputusan hukuman disiplin;
bb. denah sidang disiplin; dan
cc. laporan pelaksanaan sidang disiplin.
(3) Buku register sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf b meliputi:
- 109 -

a. buku register laporan/pengaduan;


b. buku register pelanggaran peraturan disiplin;
c. buku register surat perintah pemeriksaan;
d. buku register surat panggilan;
e. buku register surat pemberitahuan dimulainya
pemeriksaan/penghentian pemeriksaan kepada
Ankum;
f. buku register surat perintah tugas;
g. buku register surat perintah pengamanan orang
sementara;
h. buku register surat perintah pengamanan orang
lanjutan;
i. buku register surat perintah pengamanan barang,
tempat, pakaian, dan Terduga pelanggar;
j. buku register surat perintah pengamanan barang
bukti;
k. buku register berkas perkara pelanggaran
peraturan disiplin;
l. buku register ekspedisi berkas perkara
pelanggaran peraturan disiplin;
m. buku register barang bukti;
n. buku register Daftar Pencarian Orang dan Barang
(DPO/DPB);
o. buku register surat pemberitahuan
perkembangan hasil pemeriksaan;
p. buku register ketetapan penutupan perkara; dan
q. buku register ketetapan penghentian
pemeriksaan.

BAB IX
KETENTUAN PERALIHAN

Pasal 81
(1) Apabila terjadi perubahan nama di dalam struktur
organisasi, sebutan jabatan dan/atau kepangkatan
menyesuaikan dengan ketentuan yang baru.
- 110 -

(2) Dengan diberlakukannya Peraturan kalemdiklat ini,


semua penanganan pelanggaran etika dan disiplin
yang sedang dalam proses pemeriksaan diselesaikan
menggunakan ketentuan yang lama sampai
memperoleh keputusan tetap.

BAB X
KETENTUAN PENUTUP

Pasal 82
Pada saat peraturan ini mulai berlaku:
a. Peraturan Gubernur Akademi Kepolisian Nomor
4 Tahun 2016 tentang Kehidupan Taruna Akademi
Kepolisian; dan
b. Peraturan Gubernur Akademi Kepolisian Nomor
1 Tahun 2017 tentang Kehidupan Siswa.
dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.
- 111 -

Pasal 83
Peraturan Kalemdiklat Polri ini mulai berlaku sejak tanggal
disahkan.

Ditetapkan di Jakarta
Paraf:
pada tanggal 10 Oktober 2018
1. Gubernur Akpol: …….

3. Kadivkum Polri : …….


KEPALA LEMBAGA PENDIDIKAN
4. Kasetum Polri : ….....
DAN PELATIHAN KEPOLISIAN
5. Wakapolri : ……. NEGARA REPUBLIK INDONESIA,

Ttd.

UNGGUNG CAHYONO

Disahkan di Jakarta
pada tanggal 15 Oktober 2018

KEPALA KEPOLISIAN NEGARA


REPUBLIK INDONESIA,

Ttd.

MUHAMMAD TITO KARNAVIAN

REGISTRASI SETUM POLRI TAHUN 2018 NOMOR 16


- 112 -
- 113 -

LAMPIRAN
PERATURAN KEPALA LEMBAGA
PELATIHAN DAN LATIHAN KEPOLISIAN
NEGARA REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 1 TAHUN 2018
TENTANG
KODE KEHORMATAN PESERTA DIDIK
PADA AKADEMI KEPOLISIAN

A. Pangkat Taruna Akpol

a.

b. c. d.

e. f.

Keterangan:
a. Cabhatar
b. Bhatar
- 114 -

c. Abrigtar
d. Brigdatar
e. Brigtutar
f. Brigtar
B. Pet PDH/PDU, Baret, dan topi Rimba Taruna Akpol

Pet PDH Pet PDU

Baret Topi Rimba

C. Seragam Taruna Akpol


- 115 -

Pakaian PDH Pakaian PDH Taruni berhijab

Pakaian PDPS Pakaian PDPS Taruni berhijab


- 116 -

Pakaian PDL II Two Tone Pakaian PDL II Taruni berhijab

Pakaian PDL-I Pakaian PDL-1 Taruni berhijab

Pakaian PDPM Pakaian PDPM Taruni berhijab


- 117 -

Pakaian PDU Pakaian PDU Taruni berhijab

Pakaian tidur/Piyama Pakaian Renang Taruni berhijab


- 118 -

Kaos training atasan deputasi internasional


- 119 -

Celana training bawahan deputasi internasional

Jaket PDH Akpol

Jas hujan

Jaket Deputasi internasional musim dingin


- 120 -

Jas deputasi internasional

Ditetapkan di Jakarta
Paraf:
pada tanggal 10 Oktober 2018
1. Gubernur Akpol: …….

3. Kadivkum Polri : …….


KEPALA LEMBAGA PENDIDIKAN
4. Kasetum Polri : …..... DAN PELATIHAN KEPOLISIAN
5. Wakapolri : ……. NEGARA REPUBLIK INDONESIA,

Ttd.

UNGGUNG CAHYONO
- 121 -

Anda mungkin juga menyukai