MEMUTUSKAN
Menetapkan : PERATURAN KEPALA LEMBAGA PENDIDIKAN DAN
PELATIHAN KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
TENTANG KODE KEHORMATAN PESERTA DIDIK PADA
AKADEMI KEPOLISIAN.
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Kepala Lembaga Pendidikan dan
Pelatihan Kepolisian Negara Republik Indonesia ini yang
dimaksud dengan:
1. Kepolisian Negara Republik Indonesia yang
selanjutnya disebut Polri adalah alat negara yang
berperan dalam memelihara keamanan dan ketertiban
masyarakat, menegakkan hukum, serta memberikan
perlindungan, pengayoman dan pelayanan kepada
masyarakat dalam rangka terpeliharanya keamanan
dalam negeri.
2. Kode Kehormatan Peserta Didik adalah serangkaian
norma sebagai ukuran atau standar tingkah laku yang
harus dilaksanakan oleh peserta didik dalam
kehidupan sehari-hari selama mengikuti pendidikan
dan pelatihan di akademi kepolisian.
-3-
Pasal 2
(1) Peserta Didik Akpol diberi tingkat dan/atau pangkat
meliputi:
a. Taruna, terdiri atas:
1. tingkat I dengan pangkat:
a) Calon Bhayangkara Taruna (Cabhatar);
b) Bhayangkara Taruna (Bhatar); dan
c) Ajun Brigadir Taruna (Abrigtar).
2. tingkat II dengan pangkat Brigadir Dua
Taruna (Brigdatar);
3. tingkat III dengan pangkat Brigadir Satu
Taruna (Brigtutar); dan
4. tingkat IV dengan pangkat Brigadir Taruna
(Brigtar).
b. Siswa dengan pangkat:
1. Calon Perwira Siswa (Capasis); dan
2. Perwira Siswa (Pasis).
(2) Tingkat dan pangkat Peserta Didik diperlakukan lebih
rendah dari pangkat efektif Polri, Pendidik dan
Gadikan.
(3) Bentuk dan warna pangkat tercantum dalam
Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan
dari Peraturan Kalemdiklat Polri ini.
Pasal 3
(1) Setiap Peserta Didik wajib memahami, memegang
teguh dan mengamalkan Kode Kehormatan Peserta
Didik.
(2) Kode Kehormatan Peserta Didik berupa:
a) Etika:
1. kenegaraan;
2. kelembagaan;
-8-
3. kemasyarakatan; dan
4. kepribadian;
b) Disiplin.
BAB II
HAK PESERTA DIDIK
Pasal 4
(1) Peserta Didik selama mengikuti pendidikan dan
pelatihan di Akpol, berhak mendapat:
a. pendidikan, pengajaran, mengembangkan
kemandirian dan potensi pribadinya;
b. penghargaan akademis dan prestasi;
c. perlakuan dan kesempatan yang sama;
d. peralatan dan perlengkapan perorangan;
e. uang saku;
f. cuti, IBL, pesiar, dan izin khusus;
g. hasil gatra karakter, akademik, jasmani, dan
kesehatan selama mengikuti pendidikan;
h. bimbingan dan konsultasi psikologi;
i. pembelaan dalam sidang hukuman disiplin dan
Sidang Wanak;
j. kesempatan mengajukan usul dan saran yang
bertujuan untuk perbaikan Akpol:
k. penjelasan peraturan perundang-undangan dan
peraturan kepolisian;
l. perawatan kesehatan;
m. pertimbangan tidak mengikuti latihan yang
bersifat fisik saat mengalami masa menstruasi
kepada atasannya, khusus Peserta didik wanita.
n. mengembangkan nilai keimanan dan ketakwaan
untuk:
1. menjalankan setiap bentuk peribadatan
tanpa membedakan tingkat dan pangkat;
2. melaksanakan kegiatan kedermawanan
sosial keagamaan;
-9-
Pasal 5
(1) Peserta Didik yang meninggal dunia berhak:
a. Taruna:
1. mendapat perlakuan sesuai dengan agama,
tradisi dan/atau kedinasan;
2. disemayamkan di Graha Taruna Akpol
sebelum diserahkan kepada pihak keluarga;
3. mendapat pengurusan oleh Lembaga
sampai dengan penyelenggaraan upacara
pemakaman; dan
4. dimakamkan dengan tata cara Taruna, yang
dilaksanakan oleh satuan wilayah dimana
jenazah tersebut dimakamkan;
b. Siswa:
1. mendapat perlakuan sesuai dengan agama,
tradisi dan/atau kedinasan; dan
2. mendapat pengurusan oleh Lembaga sampai
dengan penyelenggaraan upacara pemakaman.
(2) Tradisi pemakaman Peserta Didik, ditetapkan dengan
keputusan Gubernur Akpol.
- 10 -
BAB III
KEWAJIBAN DAN LARANGAN PESERTA DIDIK
Bagian Kesatu
Etika
Paragraf 1
Kewajiban
Pasal 6
Setiap Peserta Didik dalam kenegaraan wajib:
a. setia dan taat sepenuhnya kepada Pancasila, Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945,
Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan
Kebhinekatunggalikaan;
b. menjaga keutuhan wilayah Negara Kesatuan Republik
Indonesia;
c. menjaga terpeliharanya persatuan dan kesatuan
bangsa dalam kebhinekatunggalikaan dengan
menjunjung tinggi kedaulatan rakyat;
d. memelihara dan menjaga kehormatan bendera negara
sang Merah Putih, bahasa Indonesia, lambang negara
Garuda Pancasila, dan lagu kebangsaan Indonesia
Raya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan; dan
e. melaporkan kepada atasannya apabila mengetahui ada
hal yang dapat membahayakan dan/atau merugikan
negara/pemerintah.
Pasal 7
Setiap Peserta Didik dalam kelembagaan wajib:
a. memegang teguh Kode Kehormatan dan Tradisi Korps
Taruna atau Siswa;
b. menjunjung tinggi martabat dan kehormatan
pendidikan;
c. menjalankan tugas dan kewajiban atas dasar saling
menghormati dengan penuh tanggung jawab;
- 11 -
Pasal 8
Setiap Peserta Didik dalam kemasyarakatan, wajib:
a. menghormati harkat dan martabat manusia
berdasarkan prinsip dasar hak asasi manusia;
b. menjunjung tinggi prinsip kesetaraan bagi setiap
warga negara di hadapan hukum; dan
c. menjunjung tinggi kejujuran, kebenaran, keadilan,
dan menjaga kehormatan dalam berhubungan dengan
masyarakat.
Pasal 9
Setiap Peserta Didik dalam kepribadian, wajib:
a. mengembangkan nilai keimanan dan katakwaan
meliputi:
- 12 -
Paragraf 2
Larangan
Pasal 10
Setiap Peserta Didik dalam kenegaraan dilarang:
a. menggunakan hak memilih dan dipilih;
b. melakukan hal-hal yang dapat menurunkan
kehormatan dan martabat negara, pemerintah, atau
Kepolisian Negara Republik Indonesia; dan
c. mengikuti aliran/paham yang dilarang oleh
pemerintah yang dapat menimbulkan perpecahan atau
mengancam persatuan dan kesatuan bangsa.
Pasal 11
Setiap Peserta Didik dalam kelembagaan dilarang:
a. menyampaikan dan menyebarluaskan informasi yang
tidak dapat dipertangungjawabkan kebenarannya
kepada publik;
- 13 -
Pasal 12
Setiap Peserta Didik dalam kemasyarakatan dilarang:
a. bersikap, berucap, dan bertindak sewenang-wenang
terhadap masyarakat;
b. menolak atau mengabaikan permintaan pertolongan,
bantuan dari masyarakat;
c. menjadi penagih piutang atau menjadi pelindung
orang yang punya utang; dan
d. membuat pernyataan yang berisi ujaran kebencian
(hate speech).
Pasal 13
Setiap peserta didik dalam kepribadian dilarang:
a. melakukan tindak pidana;
b. menganut dan/atau menyebarkan agama dan
kepercayaan yang dilarang oleh pemerintah;
- 14 -
Bagian Kedua
Disiplin
Paragraf 1
Kewajiban
Pasal 14
(1) Setiap Peserta Didik wajib:
a. menyelesaikan pendidikan di Akpol dengan
jangka waktu 8 (delapan) semester dan paling
lama 10 (sepuluh) semester, bagi pendidikan
Taruna dan 6 (enam) bulan, bagi pendidikan
Siswa, kecuali bagi Peserta Didik yang:
1. sedang menghadapi proses hukum;
2. telah diberhentikan dari Akpol dan karena
putusan pengadilan dikembalikan statusnya
sebagai Peserta Didik; dan
3. dinyatakan sakit karena dinas dan
diperlukan pengobatan dalam kurun waktu
tertentu sesuai dengan rekomendasi dari
dokter;
b. menerapkan hidup dan berpenampilan
sederhana, dengan tidak:
1. melakukan operasi plastik untuk
mempercantik/mempertampan diri, bertato
dan bertindik;
- 15 -
a) lemari pakaian:
1) bagian untuk menyimpan koper,
pulsak, ransel Pakaian Dinas
Lapangan Lengkap (PDLL), dan
Helm;
2) bagian untuk menyimpan Pet PDH
dan Pet PDU;
3) bagian untuk menggantung, baju
PDU, Pakaian Dinas Pesiar Malam
(PDPM), Pakaian Dinas Pesiar Siang
(PDPS), Pakaian Dinas Lapangan
(PDL) TWO TONE, PDL SUS, dan
PDH;
4) bagian untuk menyimpan lipatan
pakaian yang terdiri dari lipatan
baju, lipatan celana, lipatan kaos,
dan lipatan Jaket/judoki, piyama
dan handuk, dengan ukuran
lipatan pakaian adalah panjang 30
(tiga puluh) cm dan lebar 26 (dua
puluh lima) cm; dan
5) tidak boleh dalam keadaan dikunci
kecuali pada saat IBL atau Cuti;
b) tempat tidur:
1) wajib dalam keadaan bersih dan
rapi;
2) sprei wajib dalam keadaan tergelar
dan kencang;
3) menggunakan sprei dan selimut
pembagian dinas; dan
4) di bawah tempat tidur ditata sepatu
secara berurutan dari sisi kanan
adalah sepatu PDU, PDH, PDL,
olahraga, dan sandal jepit;
c) lemari belajar:
1) wajib dalam keadaan bersih dan
rapi;
- 20 -
3) demokratis;
4) disiplin;
5) kerja keras dan cerdas;
6) profesional;
7) sederhana;
8) empati;
9) jujur;
10) adil; dan
11) integritas;
d) pendidikan karakter kebhayangkaraan
dilaksanakan melalui pola tatap muka,
terstruktur, dan mandiri;
e) metode pengasuhan dalam pembentukan
karakter kebhayangkaraan berupa:
1) keteladanan;
2) ceramah dan Interaktif atau Direct
Method;
3) metode kisah;
4) metode training atau pelatihan;
5) penugasan;
6) diskusi;
7) demonstrasi;
8) simulasi;
9) tutorial;
10) bermain peran atau role play;
11) pembelajaran dengan media
elektronik atau e-learning;
12) metode pembiasaan atau
conditioning;
13) memanfaatkan kemampuan dan
waktu luang;
14) pemecahan masalah atau problem
solving;
15) team teaching;
16) micro teaching; dan
17) penghargaan dan hukuman atau
reward and punishment.
- 37 -
5. berbaris meliputi:
a) Taruna Tingkat I dan II lebih dari tiga
langkah wajib berlari;
b) Taruna tingkat III dan IV dapat berjalan
dengan tertib, langkah teratur,
semangat serta bernyanyi atau bersiul;
c) Taruna wajib langkah tegap jika
memasuki dan melewati penjagaan
dalam ikatan barisan dengan tertib
sesuai dengan ketentuan yang berlaku;
dan
d) Siswa dapat berjalan dengan tertib,
langkah teratur, semangat serta
bernyanyi atau bersiul.
6. berbicara meliputi:
a) menggunakan bahasa Indonesia dengan
baik dan benar, kecuali pada hari Senin
dan Jumat Peserta Didik wajib
menggunakan bahasa Inggris;
b) memandang kepada orang yang diajak
berbicara;
c) memberi kesempatan berbicara kepada
orang lain;
d) menjaga kesopanan dan tidak berbicara
kasar atau kotor kepada siapa saja;
e) jujur dan tidak berbohong atau
berbicara tidak didukung data dan
fakta; dan
f) memperhatikan segala isi pembicaran
dan menjawab pertanyaan dengan
sopan, menyesuaikan sikap bila
berbicara dengan atasan, orang yang
lebih tua dan sesama teman;
7. berkenalan meliputi:
a) mengawali dengan berjabat tangan dan
menghadap ke arah orang tersebut serta
menatapnya dengan ramah;
- 53 -
Paragraf 2
Larangan
Pasal 15
Setiap Peserta Didik dilarang:
a. membawa, menyimpan, memiliki, menguasai,
menggunakan, mengkonsumsi dan/atau membiarkan,
memberi kesempatan/fasilitas, membantu orang lain
dalam membawa, menyimpan, memiliki, menguasai,
menggunakan, dan/atau mengkonsumsi minuman
keras, narkotika dan obat terlarang;
b. menyimpan, memiliki, menguasai, dan menggunakan
senjata api, air softgun, senjata tajam, bahan peledak,
dan zat-zat berbahaya lainnya;
c. menggunakan pakaian sipil kecuali dalam hal-hal
yang diatur secara khusus;
d. membawa, menyimpan, dan menggunakan telepon
genggam (HP) dan alat komunikasi sejenis lainnya
di lingkungan ksatrian Akpol dan/atau tempat lain
pada saat melaksanakan proses belajar mengajar
kecuali atas seizin Pengasuh.
e. membawa, menyimpan, memiliki, menguasai,
menggunakan, mengkonsumsi dan/atau membiarkan,
memberi kesempatan/fasilitas, membantu orang lain
dalam membawa, menyimpan, memiliki, menguasai,
menggunakan, dan/atau mengkonsumsi rokok atau
rokok elektrik;
- 64 -
BAB IV
DEWAN KEHORMATAN TARUNA
Pasal 16
(1) Susunan keanggotaan Wanhortar terdiri atas:
a. Ketua Danmenkor;
b. Wakil Ketua Wadanmenkorps;
c. Sekretaris Kalemustar;
d. Anggota:
1. Danpoltar;
2. Danyonkorps; dan
3. Dankikorps.
(2) Wanhortar bertugas:
a. melaksanakan pembahasan atas pelanggaran Kode
Kehormatan Peserta Didik yang dilakukan oleh
Taruna;
b. melakukan pendampingan terhadap Taruna yang
melakukan pelanggaran yang diancam dengan
sanksi hukuman disiplin; dan
c. membuat nota pembelaan terhadap terduga
pelanggar.
(3) Wanhortar berdasarkan surat perintah Kakorbintarsis
melaksanakan pembahasan atas pelanggaran Kode
Kehormatan yang dilakukan Taruna paling lambat 3 X
24 jam setelah terbitnya Laporan Polisi.
(4) Hasil pembahasan Wanhortar wajib disampaikan
secara tertulis oleh Ketua Wanhortar kepada
- 72 -
BAB V
SANKSI DISIPLIN
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 17
Peserta Didik yang tidak menaati ketentuan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 6 sampai dengan Pasal 15 dijatuhi
sanksi disiplin.
Bagian Kedua
Jenis Pelanggaran dan Sanksi Disiplin
Pasal 18
(1) Jenis pelanggaraan dan sanksi disiplin terdiri atas:
a. pelanggaran disiplin ringan, dikenakan sanksi
disiplin berupa tindakan disiplin;
b. pelanggaran disiplin sedang, dikenakan sanksi
disiplin berupa hukuman disiplin; dan
c. pelanggaran disiplin berat, dikenakan sanksi
disiplin berupa sanksi akademik.
(2) Tindakan disiplin sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf a, terdiri atas:
a. teguran lisan dan/atau tindakan fisik, meliputi:
1. membersihkan lingkungan Satker;
2. membersihkan kendaraan dinas;
3. merawat taman di lingkungan Satker;
4. piket secara berturut-turut paling lama
7 (tujuh) hari; dan/atau
- 73 -
Bagian Ketiga
Pelanggaran
Pasal 19
Tindakan disiplin dijatuhkan bagi pelanggaran
terhadap kewajiban dan larangan sebagaimana
dimaksud dalam:
a. Pasal 14 ayat (1) huruf b angka 3 dan 4;
b. Pasal 14 ayat (1) huruf c angka 1 huruf b), e), f),
g), h), i) dan j);
c. Pasal 14 ayat (1) huruf c angka 2;
d. Pasal 14 ayat (1) huruf c angka 3 huruf a);
- 74 -
Pasal 20
Hukuman disiplin dijatuhkan bagi pelanggaran
terhadap kewajiban dan larangan sebagaimana
dimaksud dalam:
a. Pasal 6 sampai dengan Pasal 9;
b. Pasal 14 ayat (1) huruf b angka 2;
c. Pasal 14 ayat (1) huruf c angka 1 huruf a), c) dan
d);
- 75 -
Pasal 21
Sanksi Akademik dijatuhkan bagi pelanggaran
terhadap kewajiban dan larangan sebagaimana
dimaksud dalam:
a. Pasal 10 sampai dengan Pasal 13;
b. Pasal 14 ayat (1) huruf a;
c. Pasal 14 ayat (1) huruf b angka 1;
d. Pasal 15 huruf a,b dan c;
e. Pasal 15 huruf j angka 2;
f. Pasal 15 huruf n angka 1;
g. Pasal 15 huruf p;
h. Pasal 15 huruf q angka 4 sampai dengan angka 7;
i. Pasal 15 huruf r angka 3 sampai dengan angka 7;
j. Pasal 15 huruf s, t, u dan v;
k. Pasal 15 huruf w angka 1 sampai dengan angka
7;
l. Pasal 15 huruf x angka 1 huruf c);
m. Pasal 15 huruf x angka 4 huruf a) dan b);
n. Pasal 15 huruf x angka 5 huruf a);
o. Pasal 15 huruf x angka 6 huruf a), b) dan c);
p. Pasal 15 huruf x angka 7 huruf a) sampai dengan
huruf e);
q. Pasal 15 huruf x angka 8 huruf a) dan b); dan
r. Pasal 15 huruf z dan huruf aa.
Pasal 22
(1) Pengulangan pelanggaran disiplin yang telah dijatuhi
hukuman disiplin dapat diancam dengan sanksi yang
lebih berat.
- 77 -
Pasal 23
(1) Sanksi yang dijatuhkan kepada Peserta Didik yang
melakukan pelanggaran, tidak menghapuskan
tuntutan pidana.
(2) Dalam hal pelanggaran yang dilakukan oleh Peserta
Didik terdapat unsur tindak pidana, dapat diproses
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
Pasal 24
(1) Dalam hal Peserta Didik melakukan pelanggaran yang
diancam dengan sanksi sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 19 dan Pasal 20 dapat diterapkan penjatuhan
sanksi secara alternatif dan/atau kumulatif.
(2) Dalam hal Peserta Didik melakukan pelanggaran yang
diancam dengan sanksi sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 21 penjatuhan sanksi secara alternatif.
- 78 -
BAB VI
PENYELESAIAN PELANGGARAN ETIKA DAN DISIPLIN
Bagian Kesatu
Kewenangan
Paragraf 1
Penggolongan
Pasal 25
(1) Pejabat yang berwenang menjatuhkan sanksi disiplin:
a. Ankum; dan/atau
b. Atasan Ankum.
(2) Ankum secara berjenjang terdiri dari:
a. Ankum berwenang penuh;
b. Ankum berwenang terbatas;
c. Ankum berwenang sangat terbatas; dan
d. Ankum berwenang sangat sangat terbatas.
Paragraf 2
Ankum Berwenang Penuh
Pasal 26
Ankum Berwenang Penuh berwenang:
a. menyelenggarakan sidang dewan akademi (Wanak);
b. menjatuhkan sanksi akademik terhadap Peserta Didik
yang melakukan pelanggaran berat;
c. menjatuhkan hukuman disiplin terhadap Peserta
Didik yang melakukan pelanggaran;
d. menjatuhkan tindakan disiplin; dan
e. memerintahkan Pemeriksa untuk melakukan
pemeriksaan pelanggaran Etika dan/atau disiplin.
Pasal 27
Pejabat Ankum Berwenang Penuh, terdiri atas:
a. Gubernur Akpol; dan
b. Dirbintarlat Akpol.
- 79 -
Paragraf 3
Ankum Berwenang Terbatas
Pasal 28
Ankum Berwenang Terbatas berwenang:
a. mengajukan ke sidang dewan akademi (Wanak)
terhadap Peserta Didik yang melakukan pelanggaran
berat;
b. menjatuhkan hukuman disiplin terhadap Peserta
Didik yang melakukan pelanggaran.
c. menjatuhkan tindakan disiplin; dan
d. memerintahkan Pemeriksa untuk melakukan
pemeriksaan pelanggaran etika dan/atau disiplin.
Pasal 29
Pejabat Ankum Berwenang Terbatas adalah Kakorbintarsis.
Paragraf 4
Ankum Berwenang Sangat Terbatas
Pasal 30
(1) Ankum Berwenang Sangat Terbatas berwenang:
a. menjatuhkan hukuman disiplin terhadap Peserta
Didik yang melakukan pelanggaran;
b. menjatuhkan tindakan disiplin; dan
c. memerintahkan Pemeriksa untuk melakukan
pemeriksaan pelanggaran disiplin;
(2) Ankum Berwenang Sangat Terbatas dalam
melaksanakan sidang disiplin terhadap Peserta Didik
yang melakukan pelanggaran berdasarkan perintah
Kakorbintarsis.
Pasal 31
Pejabat Ankum Berwenang Sangat Terbatas, terdiri atas:
a. Kassubbagbin;
b. Kasubbagmin; dan
c. Kadentar/Kadentarsis.
- 80 -
Paragraf 5
Ankum Berwenang Sangat Sangat Terbatas
Pasal 32
Ankum Berwenang Sangat Sangat Terbatas berwenang
menjatuhkan tindakan disiplin.
Pasal 33
Pejabat Ankum Berwenang Sangat Sangat Terbatas terdiri
atas:
a. Kasattar/Kasattarsis Korbintarsis;
b. Dosen/Instruktur Akpol;
c. Antap Akpol; dan
d. Pegawai Negeri pada Polri di luar Akpol.
Pasal 34
(1) Kasattar/Kasattarsis Korbintarsis sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 33 huruf a, berwenang
memberikan tindakan disiplin berupa:
a. tindakan fisik yang bersifat pembinaan;
b. pencabutan hak melaksanakan pesiar; dan
c. pengurangan Nilai Sikap Perilaku (NSP).
(2) Dosen/Instruktur Akpol, Antap Akpol dan Pegawai
Negeri pada Polri di luar Akpol sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 33 huruf b, c dan d, berwenang
memberikan tindakan disiplin berupa tindakan fisik
bersifat pembinaan.
- 81 -
Bagian Kedua
Tata Cara Penyelesaian Pelanggaran
Etika dan/atau Disiplin
Paragraf 1
Tahapan
Pasal 35
Penyelesaian perkara pelanggaran Etika dan/atau Disiplin
dilaksanakan melalui tahap:
a. laporan dan/atau pengaduan;
b. penyelidikan;
c. pemeriksaan awal;
d. pemeriksaan di depan sidang disiplin;
e. penjatuhan Sanksi disiplin;
f. pelaksanaan hukuman; dan
g. pencatatan dalam data rekam jejak Peserta Didik.
Paragraf 2
Laporan dan/atau Pengaduan
Pasal 36
(1) Laporan dan/atau Pengaduan merupakan dasar
pemeriksaan dalam penyelesaian pelanggaran Etika
dan/atau Disiplin Peserta Didik.
(2) Laporan dan/atau Pengaduan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dilakukan oleh:
a. setiap orang baik lisan maupun tertulis kepada
petugas yang berwenang terkait adanya
pelanggaran Etika dan/atau Disiplin dan/atau
tindak pidana yang dilakukan oleh Peserta Didik;
b. perwira pengawas yang dituangkan dalam bentuk
Laporan Polisi; dan
c. pengasuh langsung dan pengasuh tidak langsung
yang dituangkan dalam bentuk Laporan Polisi.
(3) Laporan Polisi sebagaimana dimaksud pada ayat (2),
terdiri atas:
- 82 -
Pasal 37
Laporan dan/atau pengaduan dicatat oleh Pemeriksa
dalam buku register dan kepada pelapor diberikan Surat
Tanda Penerimaan Laporan terhadap Laporan Polisi model
B.
Pasal 38
Pemeriksaan atas laporan dan/atau pengaduan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36 ayat (1) dilakukan
dengan dasar:
a. tertangkap tangan;
b. temuan oleh pengasuh Peserta Didik;
c. laporan Informasi; dan
d. laporan masyarakat.
Pasal 39
(1) Tertangkap tangan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 38 huruf a, dapat langsung diamankan dan
dilakukan interogasi oleh Pemeriksa.
(2) Pengamanan dan pemeriksaan terhadap Peserta Didik
yang tertangkap tangan selanjutnya dilengkapi dengan
administrasi pemeriksaan.
- 83 -
Pasal 40
(1) Temuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 38
huruf b, merupakan pelanggaran yang ditemukan
oleh perwira pengawas, pengasuh langsung dan
pengasuh tidak langsung.
(2) Hasil temuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diserahkan kepada pemeriksa untuk proses
pemeriksaan dan melaporkan kepada Ankum.
Pasal 41
(1) Laporan Informasi sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 38 huruf c, merupakan bahan keterangan
berupa data dan fakta yang diperoleh dari hasil
penyelidikan berkaitan dengan dugaan adanya
pelanggaran Etika dan/atau Disiplin yang melibatkan
Peserta Didik.
(2) Laporan Informasi yang mempunyai bukti permulaan
adanya pelanggaran Etika dan/atau Disiplin yang
dilakukan oleh Peserta Didik dituangkan dalam
bentuk Laporan Polisi.
Pasal 42
Laporan masyarakat sebagaimana dimaksud dalam Pasal
38 huruf d, pemberitahuan yang disampaikan oleh
seseorang kepada pejabat Polri tentang adanya pelanggaran
yang diduga dilakukan oleh Peserta Didik.
Paragraf 3
Penyelidikan
Pasal 43
(1) Penyelidikan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35
huruf b, dilakukan untuk menentukan ada atau tidak
terjadinya pelanggaran Etika dan/atau Disiplin dan
untuk mengumpulkan bukti permulaan yang cukup
guna pemeriksaan lebih lanjut.
- 84 -
Pasal 44
Administrasi penyelidikan, meliputi:
a. surat perintah tugas;
b. surat perintah penyelidikan; dan
c. Laporan Hasil Penyelidikan (LHP).
Pasal 45
Surat perintah tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal
44 huruf a, sekurang-kurangnya memuat:
a. dasar penugasan;
b. identitas petugas;
c. jenis penugasan;
d. lama waktu penugasan; dan
e. pejabat pemberi perintah.
Pasal 46
(1) LHP sebagaimana dimaksud dalam Pasal 44 huruf c,
dibuat oleh tim penyelidik dan ditandatangani oleh
ketua tim penyelidik.
(2) LHP sekurang-kurangnya berisi laporan tentang
waktu, tempat kegiatan, hasil penyelidikan, hambatan,
pendapat dan saran.
- 85 -
Bagian Ketiga
Pemeriksaan Awal
Paragraf 1
Prosedur pemeriksaan
Pasal 47
(1) Berdasarkan bukti permulaan yang cukup terjadi
pelanggaran Etika dan/atau Disiplin, pemeriksa atau
pejabat yang ditunjuk oleh Ankum melakukan
pemanggilan.
(2) Pemanggilan terhadap Peserta Didik yang berstatus
terduga pelanggar/saksi disampaikan melalui
Pengasuh langsung.
(3) Pemanggilan terhadap seseorang yang berstatus
Pegawai Pemerintah, surat pemanggilan tersebut
disampaikan melalui atasan/pimpinan instansi yang
bersangkutan.
(4) Pemanggilan terhadap anggota Polri yang berstatus
saksi yang ditugaskan di luar struktur organisasi
Polri, surat panggilan disampaikan melalui Ankum
dengan tembusan ditujukan ke atasan tempat yang
bersangkutan bertugas.
(5) Dalam hal seseorang yang dipanggil tidak berada
di tempat, surat panggilan tersebut dapat diterimakan
kepada keluarga atau Ketua Rukun Tetangga atau
Ketua Rukun Warga atau Ketua Lingkungan atau
Kepala Desa atau orang lain yang dapat dijamin,
bahwa surat panggilan tersebut akan disampaikan
kepada yang bersangkutan.
(6) Dalam hal Terduga pelanggar tidak dapat memenuhi
panggilan karena alasan dinas yang dapat
dipertanggungjawabkan oleh atasannya, pemeriksa
dapat melakukan pemeriksaan di tempat.
(7) Dalam hal Terduga pelanggar tidak memenuhi
panggilan tanpa alasan yang sah atau menolak untuk
menerima dan menandatangani surat panggilan serta
- 86 -
Pasal 48
(1) Pemeriksaan dilakukan oleh pemeriksa terhadap
saksi, ahli dan terduga pelanggar, dituangkan dalam
berita acara pemeriksaan yang ditandatangani oleh
pemeriksa dan orang yang diperiksa.
(2) Dalam hal terduga pelanggar menolak untuk
dilakukan pemeriksaan, dibuatkan berita acara
penolakan dengan menyebutkan alasannya yang
ditandatangani oleh terduga pelanggar, dan apabila
terduga pelanggar tetap menolak untuk
menandatangani berita acara penolakan, berita acara
tersebut ditandatangani oleh pemeriksa.
(3) Dalam hal perlu dan mendesak, pemeriksaan terhadap
masyarakat dan/atau personel Polri yang berada
di luar wilayah hukum pemeriksa, bantuan
pemeriksaan dapat dilakukan oleh Provos Akpol atau
pejabat yang ditunjuk oleh Ankum berdasarkan surat
perintah.
(4) Dalam hal saksi yang diperiksa berhalangan hadir
dalam persidangan, pemeriksaan dilaksanakan
di bawah sumpah sesuai agama dan/atau
kepercayaan yang dianut serta dibuatkan berita acara.
Pasal 49
(1) Untuk kepentingan pembuktian tentang persesuaian
keterangan antara saksi, terduga pelanggar dan
barang bukti, pemeriksa/provos dapat melakukan
rekonstruksi.
- 87 -
Pasal 50
(1) Apabila dalam pemeriksaan perkara pelanggaran Etika
dan/atau Disiplin ditemukan bukti permulaan yang
cukup adanya unsur tindak pidana, pemeriksa/Provos
dapat melimpahkan kepada penyidik Polri yang
dilampiri dengan hasil pemeriksaan.
(2) Dalam hal perkara dilimpahkan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), pemeriksa/Provos wajib
memberikan tembusan kepada Ankum dari Peserta
Didik yang bersangkutan.
(3) Penyidik Polri yang menerima pelimpahan perkara
wajib memberikan tembusan tentang perkembangan
hasil penyidikan yang dilakukan kepada Ankum dari
Peserta Didik yang bersangkutan.
Paragraf 2
Pejabat yang Berwenang Memeriksa
Pasal 51
(1) Pejabat yang berwenang melakukan pemeriksaan:
a. Provos Akpol;
b. pemeriksa; dan
c. pejabat lain yang ditunjuk oleh Ankum.
(2) Pemeriksaan yang dilakukan oleh pemeriksa
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b
dilakukan dengan memperhatikan tingkat dan
pangkat:
a. Taruna tingkat satu diperiksa oleh pemeriksa
pada Batalyon tingkat satu;
b. Taruna tingkat dua diperiksa oleh pemeriksa
pada Batalyon tingkat dua;
- 88 -
Paragraf 3
Pemberkasan
Pasal 52
(1) Pemberkasan merupakan hasil pemeriksaan terhadap
Saksi, Ahli, Terduga pelanggar dan barang bukti serta
administrasi terkait yang disusun dalam bentuk
Berkas Perkara Pelanggaran Disiplin (BPPD).
(2) BPPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disusun
dengan urutan:
a. sampul warna biru dengan logo Pataka Akademi
Kepolisian (Polahabijana) dan mencantumkan
identitas terduga pelanggar, wujud perbuatan,
Pasal yang dilanggar dan nomor registrasi;
b. halaman sampul BPPD;
c. daftar isi;
d. LP;
e. surat perintah;
f. resume;
g. daftar saksi/ahli;
- 89 -
Pasal 53
Waktu pemberkasan pelanggaran Etika dan/atau Disiplin
ditentukan berdasarkan kriteria:
a. pelanggaran disiplin ringan, waktu yang diperlukan
dalam pemberkasan paling lama 14 (empat belas) hari;
b. pelanggaran disiplin sedang, waktu yang diperlukan
dalam pemberkasan paling lama 30 (tiga puluh) hari;
c. pelanggaran disiplin berat, waktu yang diperlukan
dalam pemberkasan paling lama 60 (enam puluh) hari;
dan
Paragraf 4
Penerimaan dan Penyerahan Barang Bukti
Pasal 54
(1) Penerimaan dan penyerahan barang bukti
dilaksanakan oleh Pemeriksa, dan dibuatkan tanda
terima, dilakukan registrasi, dan dibuatkan berita
acara.
(2) Barang bukti sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diterima dari Saksi, Terduga pelanggar atau barang
temuan, dipergunakan untuk kepentingan
pemeriksaan.
- 90 -
Paragraf 5
Pelimpahan Berkas BPPD ke Ankum
Pasal 55
(1) Terhadap pelanggaran ringan dan sedang, pelimpahan
BPPD ke Ankum dilakukan oleh Pemeriksa kepada
Ankum untuk dilaksanakan sidang disiplin.
(2) Setelah menerima BPPD, Ankum dapat meminta
pendapat dan saran hukum dari Bidang Hukum
Akpol.
(3) Pendapat dan saran hukum sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) disampaikan kepada Ankum paling
lambat 7 (tujuh) hari kerja.
(4) Apabila pendapat dan saran hukum tidak diberikan
dalam waktu 7 (tujuh) hari kerja, Ankum dapat
melaksanakan sidang tanpa pendapat dan saran
hukum.
(5) Pemeriksa berkewajiban mengontrol penyelesaian
perkara yang dilimpahkan ke Ankum, dan apabila
telah melewati batas waktu 30 (tiga puluh) hari belum
ada penyelesaian, Pemeriksa wajib melaporkan kepada
Ankum dengan tembusan Atasan Ankum.
Pasal 56
(1) Terhadap pelanggaran berat, pelimpahan BPPD ke
Kakorbintarsis dilakukan oleh Pemeriksa untuk
dilaksanakan sidang disiplin.
(2) Setelah menerima BPPD, Kakorbintarsis membuat
surat perintah tugas pelaksanaan sidang disiplin
dengan menunjuk perangkat sidang.
- 91 -
Bagian Keempat
Pemeriksaan di Depan Sidang Disiplin
Paragraf 1
Syarat Persidangan
Pasal 57
(1) Sidang disiplin dilaksanakan paling lambat 14 (empat
belas) hari setelah Ankum menerima BPPD dari
Pemeriksa.
(2) Sidang disiplin bersifat permanen sebagai bentuk
terjaminnya kepastian hukum bagi Peserta Didik yang
diduga melakukan pelanggaran disiplin.
(3) Untuk menyelenggarakan sidang disiplin sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), Ankum menetapkan
perangkat sidang dan waktu pelaksanaan sidang.
(4) Sidang disiplin dapat dilaksanakan tanpa kehadiran
Terduga pelanggar setelah melalui proses pencarian
sesuai ketentuan dinas yang berlaku.
Paragraf 2
Penyelenggaraan Sidang
Pasal 58
Proses persidangan disiplin dilakukan melalui tahapan:
a. persiapan sidang;
b. pelaksanaan sidang; dan
c. pelaksanaan putusan sidang.
Pasal 59
(1) Tahap persiapan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
58 huruf a meliputi penyiapan:
a. perangkat sidang;
b. sarana dan prasarana ruang sidang; dan
c. acara sidang.
(2) Penyiapan perangkat sidang sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1) huruf a meliputi:
- 93 -
Paragraf 3
Tahap Pelaksanaan
Pasal 60
(1) Tahap pelaksanaan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 58 huruf b meliputi:
a. kesiapan perangkat sidang di ruang sidang;
b. pembukaan oleh pimpinan sidang;
c. penghadapan Terduga pelanggar di persidangan;
d. proses pemeriksaan dalam persidangan;
e. membacakan tuntutan dalam persidangan;
f. pembacaan putusan penjatuhan hukuman oleh
Pimpinan Sidang; dan
g. penutupan sidang.
(2) Sidang dilaksanakan dengan khidmat, tertib dan
penuh wibawa, sehingga melambangkan kehormatan
Korps Taruna dan Siswa.
(3) Perangkat Sidang memakai PDU-IV, sedangkan
terduga pelanggar memakai PDH, Saksi dari Peserta
Didik memakai PDH, Saksi dan pengunjung sidang
selain anggota Polri berpakaian bebas rapi.
Pasal 61
Tata cara pelaksanaan sidang:
a. Sekretaris telah menyiapkan kelengkapan persidangan;
b. Perangkat Sidang memasuki ruangan sidang;
c. Sekretaris membacakan susunan acara persidangan;
d. Pimpinan Sidang menyatakan sidang dibuka dan
dinyatakan terbuka dan/atau tertutup untuk umum;
e. Pimpinan Sidang memerintahkan petugas agar
menghadapkan terduga pelanggar ke ruang sidang;
- 95 -
Pasal 62
Administrasi sidang disiplin bagi Peserta Didik terdiri atas:
a. BPPD;
b. surat perintah pelaksanaan sidang disiplin dan
perangkat sidang disiplin;
c. acara persidangan;
d. persangkaan;
e. penuntutan;
f. keputusan hukuman disiplin;
g. surat perintah pelaksanaan hukuman disiplin; dan
h. berita acara persidangan.
Pasal 63
(1) Susunan keanggotaan perangkat sidang dan
pelaksanan sidang disiplin berdasarkan keputusan
dan perintah Ankum atau Atasan Ankum.
(2) Susunan keanggotaan perangkat sidang disiplin terdiri
atas:
a. Pimpinan Sidang:
1. Kakorbintarsis/Wakakorbintarsis; atau
2. Kadentar/Wakadentar;
b. 2 (dua) pendamping pimpinan sidang:
1. pengasuh langsung/pejabat yang ditunjuk;
dan
2. pengasuh tidak langsung/pejabat yang
ditunjuk;
c. Sekretaris: petugas yang ditunjuk oleh Ankum;
d. Penuntut : Pemeriksa/pejabat yang ditunjuk;
e. pendamping terduga pelanggar:
- 97 -
1. atasan langsung;
2. pejabat yang ditunjuk; dan
3. Wanhortar;
f. petugas pengawal: Poltar/Polsis; dan
g. petugas dokumentasi: petugas yang ditunjuk oleh
Ankum.
Pasal 64
(1) Pimpinan sidang sebagaimana dimaksud dalam Pasal
63 ayat (2) huruf a bertugas:
a. memimpin jalannya persidangan;
b. memberikan kesempatan kepada penuntut untuk
membacakan persangkaan;
c. menyampaikan pertanyaan kepada terduga
pelanggar dan/atau saksi;
d. memberikan kesempatan kepada pendamping
Pimpinan Sidang untuk menyampaikan
pertanyaan kepada terduga pelanggar dan/atau
saksi;
e. memberikan kesempatan kepada terduga
pelanggar dan pendamping terduga pelanggar
untuk menyampaikan penjelasan atas pertanyaan
pertanyaan dalam persidangan;
f. memberikan kesempatan kepada penuntut untuk
membacakan tuntutan;
g. memberikan kesempatan kepada pendamping
terduga pelanggar untuk menyampaikan
pembelaan;
h. memberikan kesempatan kepada terduga
pelanggar untuk menerima atau mengajukan
keberatan terhadap hukuman disiplin yang
dijatuhkan;
i. meneruskan putusan sidang disiplin kepada
pejabat yang berwenang tentang putusan sidang
disiplin yang telah dijatuhkan; dan
j. melaporkan hasil pelaksanaan sidang kepada
Ankum atau atasan Ankum.
- 98 -
Pasal 65
(1) Pendamping Pimpinan Sidang sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 63 ayat (2) huruf b bertugas:
a. mendampingi pimpinan Sidang dalam
melaksanakan sidang disiplin;
b. mempelajari dan memahami perkara yang akan
disidangkan;
c. atas perintah pimpinan sidang untuk
membacakan berita acara saksi, dan Terduga
pelanggar yang tidak hadir dalam persidangan;
dan
- 99 -
Pasal 66
Sekretaris sidang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 63
ayat (2) huruf c, bertugas:
a. menyiapkan ruang sidang disiplin;
b. menghubungi/memberitahu terduga pelanggar, Saksi,
Ahli, dan pendamping terduga Pelanggar untuk hadir
dalam persidangan;
c. mendistribusikan berkas perkara kepada perangkat
sidang disiplin paling lambat 3 (tiga) hari kerja
sebelum pelaksanaan sidang;
d. menyiapkan administrasi yang berkaitan dengan
persidangan;
e. menyiapkan acara pelaksanaan sidang;
f. membacakan acara dan tata tertib persidangan;
g. menyiapkan barang bukti pada persidangan;
h. membuat berita acara persidangan;
i. menyiapkan konsep surat keputusan hukuman
disiplin dan pelaksanaan hukuman disiplin; dan
j. membuat laporan proses persidangan.
Pasal 67
(1) Penuntut sebagaimana dimaksud dalam Pasal 63 ayat
(2) huruf d bertugas:
a. menghadapkan saksi dan/atau terduga pelanggar
ke ruang persidangan; dan
b. membuat dan membacakan tuntutan.
(2) Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), penuntut berwenang:
- 100 -
Pasal 68
(1) Pendamping terduga pelanggar sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 63 ayat (2) huruf e bertugas:
a. memberikan nasihat terhadap terduga pelanggar;
dan
b. membuat dan membacakan pembelaan terhadap
terduga pelanggar.
(2) Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), pendamping terduga pelanggar
berwenang:
a. mengajukan pertanyaan kepada saksi dan/atau
terduga pelanggar;
b. membantu menjelaskan secara lisan apa yang
dimaksud oleh terduga pelanggar terhadap
pertanyaan yang disampaikan oleh pimpinan
sidang maupun penuntut.
Pasal 69
Petugas pengawal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 63
ayat (2) huruf f adalah Polisi Taruna/Polisi Siswa atau yang
disingkat Poltar/Polsis bertugas:
a. mengawal terduga pelanggar dan para saksi untuk
dihadirkan dalam persidangan maupun setelah selesai
mengikuti persidangan;
b. menjaga keamanan dan ketertiban jalannya
persidangan; dan
c. melaporkan kepada pimpinan sidang tentang kesiapan
terduga pelanggar dan para saksi mengikuti
persidangan.
- 101 -
Pasal 70
Petugas dokumentasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal
63 ayat (2) huruf g bertugas:
a. mendokumentasikan jalannya persidangan dari awal
hingga persidangan selesai; dan
b. membuat laporan hasil dokumentasi pelaksanaan
sidang disiplin kepada pimpinan sidang.
Pasal 71
Pakaian yang digunakan selama pelaksanaan sidang
disiplin:
a. perangkat sidang menggunakan PDU-IV;
b. saksi, petugas pengawal dan dokumentasi
menggunakan PDH; dan
c. terduga pelanggar menggunakan PDH.
Bagian Kelima
Penjatuhan Hukuman Disiplin
Pasal 72
(1) Penjatuhan hukuman disiplin diputuskan dalam
sidang disiplin oleh Pimpinan Sidang Disiplin setelah
mendengarkan dan/atau memperhatikan keterangan:
a. saksi dan/atau ahli; dan
b. terduga pelanggar.
(2) Dalam penjatuhan hukuman disiplin Pimpinan Sidang
perlu mempertimbangkan:
a. pengulangan dan perilaku sehari-hari pelanggar
disiplin;
b. terwujudnya rasa keadilan dan mampu
menimbulkan efek jera serta tetap menjunjung
tinggi Kode Kehormatan Peserta Didik; dan
c. keyakinan Pimpinan Sidang dan fakta
persidangan serta didukung dengan pembuktian.
- 102 -
Pasal 73
(1) Dalam hal Terduga pelanggar menerima putusan
hukuman disiplin, Ankum wajib menindaklanjuti
putusan dimaksud, termasuk melakukan koordinasi
dengan pejabat fungsi terkait untuk diterbitkan
keputusan sebagai tindak lanjut hasil sidang disiplin.
(2) Dalam hal terduga pelanggar dinyatakan tidak terbukti
melakukan pelanggaran disiplin dalam sidang disiplin,
Ankum menerbitkan Keputusan Tidak Terbukti dan
mengembalikan hak hak Terduga pelanggar seperti
semula.
(3) Keputusan Hukuman Disiplin maupun Keputusan
tidak terbukti, aslinya diberikan kepada terduga
pelanggar/terhukum dan wajib ditembuskan oleh
Ankum dan/atau Atasan Ankum kepada Staf
Bin Korbintarsis untuk diarsipkan.
Pasal 74
(1) Pengajuan keberatan terhadap hukuman disiplin
diajukan oleh terduga pelanggar melalui Ankum
kepada Atasan Ankum dengan tembusan diberikan
kepada pemeriksa dan/atau penuntut.
(2) Keberatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diajukan oleh terduga pelanggar selambat-lambatnya 3
(tiga) hari kerja setelah dijatuhi hukuman disiplin.
(3) Apabila dalam tenggang waktu 3 (tiga) hari terduga
pelanggar belum mengajukan keberatan, putusan
Ankum berlaku pada hari ke-4 (empat).
(4) Atasan Ankum harus menetapkan hukuman disiplin
paling lambat 7 (tujuh) hari kerja setelah menerima
pengajuan keberatan.
(5) Apabila Atasan Ankum menerima keberatan
seluruhnya, Atasan Ankum membatalkan putusan
Ankum dan mengembalikan semua hak Terduga
pelanggar.
- 103 -
Bagian Keenam
Pelaksanaan Hukuman
Pasal 75
(1) Pelaksanaan hukuman disiplin berlaku sejak tanggal
ditetapkan oleh Ankum atau Atasan Ankum dengan
putusan yang berkekuatan hukum tetap.
(2) Pelaksanaan pengawasan terhadap Peserta Didik yang
sedang menjalani hukuman dilakukan oleh Ankum
yang pelaksanaan sehari-hari ditugaskan kepada
pengasuh yang melekat pada tiap tiap Batalyon;
(3) Pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
dilaksanakan sejak:
a. diterbitkan Keputusan Hukuman Disiplin
terhadap hukuman teguran tertulis;
b. menjalani putusan terhadap hukuman:
1. pencabutan hak melaksanakan pesiar;
2. penggunaan Pakaian Dinas Lapangan
Lengkap (PDLL);
3. pencabutan hak melaksanakan izin
bermalam di luar (IBL);
4. memangkas rambut dengan ukuran 0-0-0
cm untuk Taruna pria dan 4-3-2 cm untuk
Taruna wanita.
5. pembebasan dari jabatan; dan
6. Patsus.
- 104 -
Bagian Ketujuh
Pencatatan dalam Data Rekam Jejak Peserta Didik
Pasal 76
(1) Data pelanggaran disiplin Peserta Didik dicatat dalam
rekam jejak peserta didik secara manual dan/atau
elektronik.
(2) Pencatatan penjatuhan hukuman sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan oleh pengasuh
yang melekat pada tiap tiap Batalyon.
(3) Pencatatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
dilaporkan setiap bulannya secara rutin ke staf Bin
Korbintarsis.
(4) Buku Pencatatan Data Perseorangan berisi:
a. identitas pelanggar;
b. waktu dan tempat pelanggaran;
c. jenis pelanggaran;
d. jenis hukuman;
e. nomor putusan hukuman; dan
f. batas waktu pelaksanaan hukuman.
- 105 -
BAB VII
PENGHENTIAN DAN PEMBUKAAN KEMBALI
PEMERIKSAAN
Bagian Kesatu
Penghentian Pemeriksaan
Pasal 77
(1) Penghentian pemeriksaan pelanggaran etika dan/atau
disiplin dilakukan, apabila:
a. tidak terdapat cukup bukti adanya pelanggaran
disiplin;
b. peristiwa tersebut bukan merupakan pelanggaran
disiplin; atau
c. dihentikan demi hukum karena:
1. terduga pelanggar meninggal dunia; atau
2. terduga pelanggar sudah tidak menjadi
Peserta Didik;
3. terduga pelanggar sakit jiwa yang dinyatakan
oleh Dokter dan/atau Badan Penguji
Kesehatan Personel Polri; dan/atau
4. laporan/pengaduan yang diterima telah
melewati batas waktu (kadaluwarsa);
(2) Batas waktu (kadaluwarsa) sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf c angka 4 apabila telah melebihi
5 (lima) tahun sesudah pelanggaran terjadi.
(3) Penghentian pemeriksaan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dilakukan setelah pemeriksa
melaksanakan gelar perkara pelanggaran disiplin
dengan hasil gelar perkara yang merekomendasikan
penghentian pemeriksaan.
(4) Dalam hal diputuskan penghentian pemeriksaan,
pemeriksa wajib:
a. membuat laporan kemajuan;
b. menerbitkan surat perintah penghentian
pemeriksaan; dan
- 106 -
Bagian Kedua
Pembukaan Kembali Pemeriksaan
Pasal 78
(1) Pembukaan kembali pemeriksaan perkara pelanggaran
Etika dan/atau Disiplin dilakukan apabila ditemukan
bukti baru.
(2) Dalam hal dibuka kembali pemeriksaan, pemeriksa
wajib melanjutkan pemeriksaan berdasarkan surat
perintah:
a. pencabutan penghentian pemeriksaan; dan
b. pemeriksaan lanjutan.
(3) Surat perintah sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
diterbitkan oleh pejabat yang berwenang.
(4) Bukti baru sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak
berlaku apabila telah kadaluwarsa.
Bagian Ketiga
Gelar Perkara
Pasal 79
(1) Gelar perkara dilakukan dengan tujuan:
a. untuk menjamin terselenggaranya pemeriksaan
pelanggaran disiplin sesuai ketentuan yang
berlaku;
b. sebagai sarana kontrol, pengawasan dan
pengendalian pemeriksaan; dan
c. untuk mendapatkan bantuan pemikiran, saran,
pendapat sebagai solusi terhadap berbagai
kendala teknis pemeriksaan yang dihadapi sejak
- 107 -
BAB VIII
ADMINISTRASI
Pasal 80
(1) Administrasi penyelesaian pelanggaran Etika dan/atau
Disiplin bagi Peserta Didik meliputi:
a. surat; dan
b. buku register.
(2) Surat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a
meliputi:
- 108 -
a. laporan polisi;
b. surat tanda penerimaan laporan;
c. surat perintah;
d. surat panggilan;
e. daftar pemeriksaan pendahuluan pelanggaran
disiplin;
f. berita acara pemeriksaan;
g. pemeriksaan singkat (bukti pelanggaran/tilang);
h. resume;
i. daftar saksi;
j. daftar terduga pelanggar;
k. daftar lampiran;
l. daftar barang bukti;
m. surat pengambilan/penerimaan barang bukti
pelanggaran disiplin;
n. surat perintah pengamanan;
o. surat perintah penempatan pada tempat khusus;
p. surat perintah pelepasan pada tempat khusus;
q. surat ketetapan penutupan perkara pelanggaran
disiplin;
r. surat perintah penghentian pemeriksaan;
s. surat ketetapan penghentian pemeriksaan;
t. tata cara sidang disiplin;
u. acara persidangan disiplin bagi Peserta Didik ;
v. persangkaan pelanggaran disiplin;
w. tuntutan perkara pelanggaran disiplin;
x. keputusan penjatuhan hukuman disiplin;
y. pengajuan keberatan atas keputusan sidang
disiplin;
z. keputusan penolakan/penerimaan keberatan
hukuman disiplin;
aa. surat penolakan/penerimaan keberatan
keputusan hukuman disiplin;
bb. denah sidang disiplin; dan
cc. laporan pelaksanaan sidang disiplin.
(3) Buku register sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf b meliputi:
- 109 -
BAB IX
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 81
(1) Apabila terjadi perubahan nama di dalam struktur
organisasi, sebutan jabatan dan/atau kepangkatan
menyesuaikan dengan ketentuan yang baru.
- 110 -
BAB X
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 82
Pada saat peraturan ini mulai berlaku:
a. Peraturan Gubernur Akademi Kepolisian Nomor
4 Tahun 2016 tentang Kehidupan Taruna Akademi
Kepolisian; dan
b. Peraturan Gubernur Akademi Kepolisian Nomor
1 Tahun 2017 tentang Kehidupan Siswa.
dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.
- 111 -
Pasal 83
Peraturan Kalemdiklat Polri ini mulai berlaku sejak tanggal
disahkan.
Ditetapkan di Jakarta
Paraf:
pada tanggal 10 Oktober 2018
1. Gubernur Akpol: …….
Ttd.
UNGGUNG CAHYONO
Disahkan di Jakarta
pada tanggal 15 Oktober 2018
Ttd.
LAMPIRAN
PERATURAN KEPALA LEMBAGA
PELATIHAN DAN LATIHAN KEPOLISIAN
NEGARA REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 1 TAHUN 2018
TENTANG
KODE KEHORMATAN PESERTA DIDIK
PADA AKADEMI KEPOLISIAN
a.
b. c. d.
e. f.
Keterangan:
a. Cabhatar
b. Bhatar
- 114 -
c. Abrigtar
d. Brigdatar
e. Brigtutar
f. Brigtar
B. Pet PDH/PDU, Baret, dan topi Rimba Taruna Akpol
Jas hujan
Ditetapkan di Jakarta
Paraf:
pada tanggal 10 Oktober 2018
1. Gubernur Akpol: …….
Ttd.
UNGGUNG CAHYONO
- 121 -