(disingkat Polri) adalah Kepolisian Nasional
di Indonesia, yang bertanggung jawab langsung di bawah Presiden. Sebelumnya organisasi ini
bernama Badan Kepolisian Negara (BKN), Djawatan Kepolisian Negara (DKN) dan Angkatan
Kepolisian Republik Indonesia (AKRI). Polri mempunyai moto Rastra Sewakotama yang artinya
Abdi Utama bagi Nusa Bangsa. Polri mengemban tugas-tugas kepolisian di seluruh
wilayah Indonesia yaitu memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat; menegakkan hukum;
dan memberikan perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat.
Markas besar Kepolisian Negara Republik Indonesia (Mabes Polri) berlokasi di Kebayoran
Baru, Jakarta Selatan. Polri mempunyai call-center yang dapat dihubungi masyarakat yang
membutuhkan bantuan polisi yaitu: 110.[3]
Arti lambang
Lambang dan motto Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri) berbunyi Rastra
Sewakottama ("राष्ट् र से वकोत्तम"), yang merupakan dari bahasa Sansekerta yang berarti "Pelayan
utama Bangsa". Dalam bahasa Sansekerta, Rastra ("राष्ट् र") berarti "bangsa" atau "rakyat",
[4]
dan sevakottama ("से वकोत्तम") berarti "pelayan terbaik",[5] maka disimpulkan bahwa Rastra
Sewakottama berarti "pelayan terbaik bangsa/rakyat", dan dipahami sebagai "Polri sebagai
pelayan dan abdi utama negara dan bangsa". Sebutan itu adalah Brata pertama dari Tri Brata
yang diikrarkan sebagai pedoman hidup Polri sejak 1 Juli 1954.[6]
Sejarah
Sebelum kemerdekaan Indonesia
Masa kolonial Belanda
Veldpolitie di Malang (sekitar 1930)
Karena pengalaman yang pahit dari peristiwa G30S/PKI yang mencerminkan tidak adanya
integrasi antar unsur-unsur ABRI, maka untuk meningkatkan integrasi ABRI, tahun 1967 dengan
SK Presiden No. 132/1967 tanggal 24 Agustus 1967 ditetapkan Pokok-Pokok Organisasi dan
Prosedur Bidang Pertahanan dan Keamanan yang menyatakan ABRI merupakan bagian dari
organisasi Departemen Hankam meliputi AD, AL, AU, dan AK yang masing-masing dipimpin oleh
Panglima Angkatan dan bertanggung jawab atas pelaksanaan tugas dan kewajibannya kepada
Menhankam/Pangab. Jenderal Soeharto sebagai Menhankam/Pangab yang pertama.
Setelah Soeharto dipilih sebagai presiden pada tahun 1968, jabatan Menhankam/Pangab
diserahkan kepada Jenderal M. Panggabean. Kemudian ternyata betapa ketatnya integrasi ini
yang dampaknya sangat menyulitkan perkembangan Polri yang secara universal memang bukan
angkatan perang.
Pada tahun 1969 dengan Keppres No. 52/1969 sebutan Panglima Angkatan Kepolisian diganti
kembali sesuai UU No. 13/1961 menjadi Kepala Staf Angkatan Kepolisian Negara RI, namun
singkatannya tidak lagi KKN tetapi Kapolri. Pergantian sebutan ini diresmikan pada tanggal 1 Juli
1969.
Pada HUT ABRI tanggal 5 Oktober 1969 sebutan Panglima AD, AL, AU, dan AK diganti menjadi
Kepala Staf Angkatan.
Masa reformasi
Sejak bergulirnya reformasi pemerintahan 1998, terjadi banyak perubahan yang cukup besar,
ditandai dengan jatuhnya pemerintahan orde baru yang kemudian digantikan oleh pemerintahan
reformasi di bawah pimpinan presiden B.J. Habibie di tengah maraknya berbagai tuntutan
masyarakat dalam penuntasan reformasi, muncul pada tuntutan agar Polri dikeluarkan dari ABRI
dengan harapan Polri menjadi lembaga yang profesional dan mandiri, jauh dari intervensi pihak
lain dalam penegakan hukum.
Sejak 5 Oktober 1998, muncul perdebatan di sekitar presiden yang menginginkan pemisahan
Polri dan ABRI dalam tubuh Polri sendiri sudah banyak bermunculan aspirasi-aspirasi yang
serupa. Isyarat tersebut kemudian direalisasikan oleh Presiden Bacharuddin Jusuf
Habibie melalui instruksi Presiden No. 2 tahun 1999 yang menyatakan bahwa Polri dipisahkan
dari ABRI.
Upacara pemisahan Polri dari ABRI dilakukan pada tanggal 1 April 1999 di lapangan upacara
Mabes ABRI di Cilangkap, Jakarta Timur. Upacara pemisahan tersebut ditandai dengan
penyerahan Panji-panji Tribata Polri dari Kepala Staf Umum ABRI Letnan Jenderal TNI Sugiono
kepada Sekjen Dephankam Letnan Jenderal TNI Fachrul Razi, kemudian diberikan kepada
Kapolri Jenderal Polisi Roesmanhadi.[15]
Maka sejak tanggal 1 April, Polri ditempatkan di bawah Dephankam. Setahun kemudian,
keluarlah TAP MPR No. VI/2000 serta Ketetapan MPR nomor VII/MPR/2000 tentang Peran TNI
dan peran POLRI, kemandirian Polri berada di bawah Presiden secara langsung dan segera
melakukan reformasi birokrasi menuju Polisi yang mandiri, bermanfaat dan professional.
[16]
Pemisahan ini pun dikuatkan melalui amendemen Undang-Undang Dasar 1945 ke-2 yang
dimana Polri bertanggung jawab dalam bidang keamanan dan ketertiban, sedangkan TNI
bertanggung jawab dalam bidang pertahanan. Pada tanggal 8 Januari 2002, diundangkanlah UU
No. 2 tahun 2002 mengenai Kepolisian Republik Indonesia oleh Presiden Megawati
Soekarnoputri.
Isi dari Undang Undang tersebut selain pemisahan tersebut, Kapolri bertanggung jawab
langsung pada Presiden dibanding sebelumnya di bawah Panglima ABRI, pengangkatan Kapolri
yang harus disetujui Dewan Perwakilan Rakyat, dibentuknya Komisi Kepolisian Nasional untuk
membantu Presiden membuat kebijakan dan memilih Kapolri. Kemudian Polri dilarang terlibat
dalam politik praktis serta dihilangkan hak pilih dan dipilih, harus tunduk dalam peradilan umum
dari sebelumnya melalui peradilan militer. Internal kepolisian sendiri pun memulai reformasi
internal dengan dilakukan demiliterisasi Kepolisian dengan menghilangkan corak militer dari
Polri, perubahan paradigma angkatan perang menjadi institusi penegak hukum dan keamanan
yang profesional, penerapan paradigma Hak Asasi Manusia, penarikan Fraksi ABRI (termasuk
Polri) dari DPR, perubahan doktrin, pelatihan dan tanda kepangkatan Polri yang sebelumnya
sama dengan TNI, dan lainnya. Reorganisasi Polri pasca reformasi diatur dalam Perpres No. 52
tahun 2010 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Kepolisian Republik Indonesia.
Selain Kepolisian, pada masa Reformasi juga banyak dibentuk lembaga baru yang bertugas
untuk penegakan hukum dan pembuatan kebijakan keamanan seperti Komisi Pemberantasan
Korupsi (2002), Badan Narkotika Nasional (2009), Badan Nasional Penanggulangan
Terorisme (2010), Badan Keamanan Laut (2014). Perwira aktif Polri dapat menjabat dalam
lembaga ini, baik menjadi penyidik, pejabat struktural sampai pimpinan. Lembaga-lembaga ini
nantinya berkoordinasi dengan Polri sesuai tugas dan tanggung jawabnya.
Selain dari paradigma dan organisasi, sampai saat ini polisi pun berbenah perlahan-lahan
mendisiplinkan dan meningkatkan integritas anggotanya. Mengingat pada masa reformasi tidak
sedikit anggota Kepolisian yang terungkap ke publik melanggar kode etik profesi bahkan terjerat
hukum seperti korupsi, suap, rekening gendut, narkoba, dll. Selain kasus hukum, saling serang
antara anggota Polri dan TNI dilapangan dan ketegangan antar lembaga penegak hukum masih
mewarnai perjalanan reformasi Kepolisan.
Polisi melakukan patroli jalan kaki untuk mengamankan situasi masyarakat umum
Organisasi
Organisasi Polri disusun secara berjenjang dari tingkat pusat sampai ke kewilayahan. Organisasi
Polri tingkat pusat disebut Markas Besar Kepolisian Negara Republik Indonesia (Mabes Polri);
sedang organisasi Polri tingkat kewilayahan disebut Kepolisian Republik Indonesia
Daerah (Polda) di tingkat provinsi, Kepolisian Republik Indonesia Resor (Polres) di tingkat
kabupaten/kota, dan Kepolisian Republik Indonesia Sektor (Polsek) di wilayah kecamatan.
Unsur pimpinan
Artikel utama: Daftar Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia
Unsur pimpinan Mabes Polri adalah Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia (Kapolri).
Kapolri adalah Pimpinan Polri yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Presiden.
Kapolri berpangkat Jenderal Polisi. Pada 27 Januari 2021, Jenderal Polisi Drs. Listyo Sigit
Prabowo, M.Si. resmi menjadi Kapolri baru menggantikan Jenderal Polisi Drs. Idham Azis, M.Si..
Kapolri dibantu oleh seorang Wakil Kepala Polri berpangkat Komisaris Jenderal Polisi. Wakapolri
saat ini dijabat oleh Komisaris Jenderal Polisi Dr. Drs. Gatot Eddy Pramono, M.Si..
Unsur pengawas dan pembantu pimpinan
Unsur pengawas dan pembantu pimpinan terdiri dari:
Subdit Narkotika
Subdit Psikotropika
Struktur wilayah
Pembagian wilayah Kepolisian Republik Indonesia pada
dasarnya didasarkan dan disesuaikan atas wilayah administrasi
pemerintahan sipil. Komando pusat berada di Markas Besar
Polri (Mabes) di Jakarta. Pada umumnya, struktur komando
Polri dari pusat ke daerah adalah:
Pusat
Tingkat provinsi
Kepolisian Daerah (Polda)
Tingkat kabupaten/kota
Tingkat kecamatan/distrik
Alutsista
Artikel utama: Daftar alutsista Kepolisian
Republik Indonesia
Masa mendatang
Dalam negeri, Kepolisian Republik Indonesia
juga menghadapi banyak tantangan yang
semakin kompleks seperti pemberantasan
narkoba, korupsi dan pencucian uang,
terorisme, cybercrime, perdagangan orang,
kelompok-kelompok radikal dan intoleran.
Kejahatan-kejahatan tersebut sudah
bersifat transnasional dan memiliki jaringan
global.
Dalam perkembangan paling akhir dalam
kepolisian yang semakin modern dan global,
Polri bukan hanya mengurusi keamanan dan
ketertiban di dalam negeri, akan tetapi juga
terlibat dalam masalah-masalah keamanan
dan ketertiban regional maupun antarabangsa,
sebagaimana yang ditempuh oleh kebijakan
PBB yang telah meminta pasukan-pasukan
polisi, termasuk Indonesia, untuk ikut aktif
dalam berbagai operasi kepolisian, misalnya
di Namibia (Afrika Selatan)
dan Kamboja (Asia). Begitu juga dengan
mengirimkan Pasukan Penjaga Perdamaian
PBB yaitu Satuan Tugas Unit Polisi
Berseragam / Formed Police Unit (FPU) ke
misi UNAMID di Sudan dan MINUSCA di Afrika
Tengah.[21][22]
Lihat pula
Tanda Kepangkatan Anggota Polri
Tanda Pangkat PNS Polri
Badan Reserse Kriminal
Korps Brigade Mobil
Detasemen Khusus 88
Korps Lalu Lintas
Badan Pemeliharaan Keamanan
Badan Intelijen Dan Keamanan
Divisi Profesi Pengamanan
Lemhanas
Sespimti
Sesko
Referensi
1. ^ "Polri Tambah 27 Ribu Personel
di 2019, Terbanyak di Jawa Timur"
2. ^ [1]
3. ^ https://nasional.sindonews.com/
read/432702/14/kapolri-luncurkan-
hotline-110-dapat-layanan-polisi-
semudah-pesan-pizza-
1621505119/7
4. ^ "Rastra". Kamus Sansekerta.
5. ^ "sevakottama". Kamus
Sansekerta.
6. ^ "Salinan arsip". Diarsipkan
dari versi asli tanggal 2017-05-13.
Diakses tanggal 2018-05-16.
7. ^ Lompat ke:a b Buku pintar calon
anggota dan anggota Polri.
hlm. 5.
8. ^ Polisi Zaman Hindia Belanda.
Dari kepedulian dan ketakutan.
hlm. 27.
9. ^ Polisi Zaman Hindia Belanda.
Dari kepedulian dan ketakutan.
hlm. 65.
10. ^ "sejarah Polri". polri.go.id.
Diarsipkan dari versi asli tanggal
2012-11-10. Diakses tanggal 5
Novermber 2012.
11. ^ Sejarah Nasional Indonesia VI.
hlm. 182.
12. ^ Djamin, Awaloedin
(2007). Sejarah perkembangan
kepolisian di Indonesia. hlm. 122.
13. ^ "Penetapan Pemerintah tahun
1946". ngada.org. Diarsipkan
dari versi asli tanggal 2019-03-06.
Diakses tanggal 5
November 2012.
14. ^ "Ad Perpetuam Rei Memoriam".
harianhaluan.com.
15. ^ "Sejarah Pemisahan Polri
dengan ABRI dan Pertanyaan
tentang Harapan". tirto.id. Diakses
tanggal 3 Januari 2022.
16. ^ "Sekilas tentang Pemisahan
Polri dan TNI"
17. ^ Kapolri, Peraturan. "Peraturan
Kapolri Nomor 06 Tahun 2017
Tentang Susunan Organisasi dan
Tata Kerja Satuan Organisasi
Pada Tingkat Mabes
Polri" Periksa nilai |
url= (bantuan). Peraturan
Kapolri. Diakses tanggal 2021-03-
03.[pranala nonaktif permanen]
18. ^ "PERPOL PERUBAHAN
KEDUA
GAB_compressed.pdf". portal.div
kum.polri.go.id. Diakses
tanggal 2021-03-03.[pranala nonaktif permanen]
19. ^ "Lima Polwil Dan Polwiltabes
Semarang Akan Dilikuidasi".
Antara News.com. 13 February
2012. Diakses tanggal 22
November 2012.
20. ^ Amril Amarullah (4 February
2012). "Polwiltabes Surabaya
Diubah Jadi Polrestabes".
news.viva.co.id. Diakses
tanggal 22 November 2012.
21. ^ Polri Kirim 154 Personel FPU ke
Sudan, 20 Diantaranya
Polwan Periksa nilai |
url= (bantuan) (dalam bahasa
Inggris), diakses tanggal 2021-02-
28[pranala nonaktif permanen]
22. ^ "Polri Kirim Pasukan
Perdamaian Garuda Bhayangkara
II ke Afrika
Tengah". SINDOnews.com. 2020-
09-06. Diakses tanggal 2021-02-
28.