Anda di halaman 1dari 3

Optimalisasi Gerakan Merdeka Belajar di pelosok negeri

Oleh : Putri Patima Wati

Tahun 2020, merupakan tahun yang dirasa paling berat yang pernah di
alami oleh kalangan masyarakat maupun Element Pemerintah, tahun dimana
sebuah keadaan yang tidak di inginkan kehadirannya oleh orang banyak, baik oleh
masyarakat , pemerintahan bahkan penjuru dunia sekalipun. Ya, apalagi namanya
kalau bukan covid-19 atau yang biasa kita kenal dengan sebutan Virus Corona.

Menurut berita yang di Lansir dari detiknews.com, Senin 2 Maret 2019


Presiden Joko Widodo mengumumkan ada 2 orang Indonesia yang positif
terjangkit virus corona, berawal dari kasus ini virus corona hadir sebagai tamu
yang tak di undang kehadirannya, lalu menetap dan tak kunjung pergi. Sudah
banyak sekali usaha yang dilakukan baik oleh diri sendiri , pemerintah maupun
tenaga medis yang hingga saat ini masih berjuang di garda terdepan agar virus
corona segera lekas meninggalkan Indonesia.

Seiring dengan berjalannya waktu, keadaan virus corona yang hingga saat
ini masih berada di sekitar kita, yang semakin lama semakin membuat banyak
sekali segala aspek mengalami keruntuhan. Seperti aspek sosial, aspek ekonomi,
aspek kesehatan, dan yang paling dirasakan berpengaruh bagi siswa pelajar adalah
aspek pendidikan.

Menurut undang-undang Dasar No 20 Tahun 2003 tentang system


pendidikan Nasional mengemukakan bahwa “Pendidikan adalah usaha sadar dan
terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran supaya
siswa dapat aktif mengembangkan pola pikir dirinya untuk memiliki kekuatan
nilai religious, mengontrol diri, jati diri, etika, serta keterampilan yang diperlukan
dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.”

Berbicara tentang system pendidikan yang di rasa sangat jauh berbeda


sebelum datangnya virus corona, dimana sebelumnya proses pembelajaran
dilakukan di sekolah dan bertatap muka secara langsung namun dengan melihat
keadaan sekarang proses pembelajaran harus di lakukan melalui gadget tanpa
bertatap muka secara langsung atau biasa akrab kita kenal dengan sebutan
pembelajaran daring.

Dengan hadirnya pembelajaran daring ini yang memunculkan banyak


sekali permasalahan yang berada di tengah tengah pelajar , seperti rendahnya
literasi digital di sebagian besar ekosistem pendidikan nasional, karakter anak
yang sulit untuk dibentuk jika pembelajaran melalui daring dan metode
pembelajaran yang tidak fleksibel, kemudian factor ekonomi yang mengharuskan
para orang tua siswa untuk lebih ekstra mengeluarkan uang karena kebutuhan
akan paket data internet namun jika kita lihat dari realita kehidupan masyarakat
sekarang yang pendapatan ekonomi di masa pandemi ini yang sangat minim
bahkan tidak sedikit yang kehilangan pekerjaanya,lalu fasilitas yang dimiliki oleh
masing-masing peserta didik tidak sama karena tidak semua siswa memiliki
handphone atau gawai, dan tidak meratanya sinyal guna mengakses internet
untuk melakukan pembelajaran daring sulit di jangkau seperti di daerah
pedalaman Kalimantan maupun daerah 3T yaitu tertinggal, terdepan dan terluar di
Indonesia.

Dan dampak dari adanya pembelajaran daring yang paling dirasakan oleh
pelajar adalah kurangnya pemahaman materi belajar, sulitnya menerima
penjelasan jika ada persoalan yang tidak dimengerti dan munculnya rasa bosan
dan jenuh dalam proses belajar mengajar. Dan juga Menurut Pak Nadiem
Mendikbud “para peserta didik juga mengalami kesulitan berkonsentrasi belajar
dari rumah serta meningkatnya rasa jenuh yang berpotensi menimbulkan
gangguan pada kesehatan jiwa”

“kasus pembunuhan anak oleh seorang ibu yang kesal akibat anak
kesulitan mengikuti PJJ (Pelajaran jarak jauh) harus menjadi peringatan keras
bagi kita semua” ucap Komisi X Dewan Perwakilan Rakyat (DPR)

Bukan hanya covid-19 yang membuat wajah dan masa depan pendidikan
kita menjadi tidak menentu. Bukan baru hari-hari ini saja, kita semua mengeluh
realitas pendidikan yang harus kita laksanakan. Tapi sejatinya, sudah sejak lama
permasalahan pendidikan di Indonesia belum terselesaikan mulai dari
permasalahan pendidikan yang muncul dari perspektif sistemnya sampai
permasalahan pendidikan yang muncul sebagai suatu system yang kompleks.
Oleh karena itu, ketika saya terpilih menjadi anggota legislator, ada solusi yang
akan saya kerjakan untuk tetap mengoptimalisasikan Gerakan Merdeka Belajar di
Pelosok Negeri walaupun kita sekarang berada dalam situasi pandemi Covid-19.
Terkait fungsi perencanaan, pelaksanaan dan Evaluasi disini kita membutuhkan
kerja sama lintas sectoral baik dari tingkat Menteri sampai di tingkat paling
bawah yaitu pemerintah desa dan masyarakat itu sendiri. Dalam fungsi
perencanaan, disini saya akan melibatkan beberapa komisi di DPR dan beberapa
Kementrian seperti Kementrian Desa, Kementrian Kominfo dan Kementrian
Pendidikan itu sendiri untuk membuat rencana anggaran khususnya terkait sarana
dan prasarana dalam pembelajaran sistem Daring, sebagai contoh perencanaan
pembangunan tower sinyal internet, pemberian fasilitas hp/gawai kepada pelajar
untuk pembelajaran secara daring dirumah

Anda mungkin juga menyukai