Anda di halaman 1dari 14

Skor

Model Mengajar yang Efektif Menghadapi Sikap Negatif siswa


OLEH :

Inri Maranata Litna Utami Putri Wahyuni


Gultom Surbakti Hasibuan

NAMA MAHASISWA
INRI MARANATA GULTOM NIM : 1203111113
LITNA UTAMI SURBAKTI NIM : 1203111063
PUTRI WAHYUNI.H NIM : 1203111043
DOSEN PENGAMPU : Dra. Eva Betty S, M.pd
MATA KULIAH : KETERAMPILAN DASAR SD

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
JANUARI 2020

I
ABSTRACK

Tugas Projek merupakan salah satu kewajiban yang harus dipenuhi oleh Mahasiswa
Unimed dalam terlaksananya kurikulum KKNI. Selain itu, Projek ini dibuat oleh penulis untuk
memenuhi tugas dari mata kuliah Keterampilan Dasar SD. Sesuai dengan tugas rekayasa ide
sebelumnya dalam tugas projek ini penulis membahas tentang "Model Mengajar yang Baik
dalam Menghadapi Sikap Negatif Siswa".

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kita haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat dan
Karunia-Nya kita masih diberi kesehatan hingga saat ini meskipun dinegara serta dunia kita ini
sedang merebaknya kasus covid-19 yang belum kunjung mereda. Terimakasih juga kami
ucapkan kepada Tuhan karena berkat-Nya juga maka penulis dapat menyelesaikan Tugas
Projek ini.

Tak lupa penulis berterimakasih kepada Ibu Eva Betty yang merupakan dosen pengampu
mata kuliah Keterampilan Dasar SD karena memberikan kepercayaannya kepada kami
kelompok 1 dalam menyelesaikan Tugas Projek ini. Juga terimakasih kepada rekan penulis
teman-teman sekelompok yang sudah mau bekerja sama dalam menyelesaikan tugas ini.

Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam pembuatan makalah ini,oleh sebab itu
kami mengharapkan pembaca memberikan saran yang membangun tentang makalah ini,agar
kedepannya penulis dapat membuat yang lebih baik lagi. Demikian makalah ini dibuat semoga
bermanfaat sekian dan terimakasih.

Sigapiton, 17 Januari 2021

Penulis

II
DAFTAR ISI
COVER.....................................................................................................................I

ABSTRAK...............................................................................................................II

KATA PENGANTAR............................................................................................ II

DAFTAR ISI..........................................................................................................III

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................4

1.1 Latar Belakang.................................................................................................... 4

1.2 Tujuan................................................................................................................. 4

1.3 Manfaat............................................................................................................... 4

BAB II LANDASAN TEORI................................................................................. 4

2.1 Perilaku Menyontek............................................................................................ 4

2.2 Kategori Perilaku Menyontek............................................................................. 6

2.3 Faktor Penyebab Perilaku Menyontek................................................................ 7

2.4 Bullying...............................................................................................................8

2.5 Penyebab Terjadinya Bullying............................................................................9

2.6 Solusi /Metode Menyelesaikan Pencontekan dan Saling Bully Antarsiswa.....10

BAB III METODE PENELITIAN DAN PEMBAHASAN...............................12

3.1 Metode.............................................................................................................. 12

3.2 Jadwal Penelitian dan Objek Penelitian............................................................12

3.3 Gambaran Hasil Penelitian............................................................................... 12

BAB IV PENUTUP............................................................................................... 13

4.1 Kesimpulan....................................................................................................... 13

4.2 Saran................................................................................................................. 13

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................14

III
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sesuai laporan mini riset dan rekayasa ide bahwa ada masalah yang terjadi di lingkungan
sekolah termasuk juga saat PBM berlangsung. Masalah yang paling banyak ditemui adalah
mencontek saat ujian dan mengejek teman hingga membulinya. Oleh karena itu, penulis dan
rekan kelompok membuat sebuah metode yang bisa mengurangi rasa perkelahian atau saling
mengejek antar siswa hingga pencotekan saat ujian yang bisa diterapkan saat di lingkungan
sekolah.

1.2 Tujuan

Adapun tujuan dari metode yang bisa diterapkan yaitu :

 Menumbuhkan semangat siswa dalam belajar agar tidak sering terjadi pencontekan saat
ujian.

 Menumbuhkan rasa persaudaraan antar siswa untuk saling menghargai.

1.3 Manfaat

 Kurangnya siswa yang mencontek saat ujian.

 Tidak terjadi lagi perkelahian dan saling mengejek antar siswa.

BAB II LANDASAN TEORI

2.1 Perilaku Menyontek

Perilaku menyontek merupakan suatu perbuatan atau cara-cara yang tidak jujur, curang,
dan menghalalkan segala macam cara yang dilakukan seseorang untuk mencapai nilai yang
terbaik dalammenyelesaikan tugas terutama pada ulangan atau ujian. Menyontek atau ngopek
menurut Kamus Besar Indonesia adalah mencontoh, meniru atau mengutip tulisan (Hartanto,
2012:10). Menurut (Ehrich, Flexner, Carruth dan Hawkins 1980; Anderman dan Murdock,

4
2007:34) menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan menyontek (cheating) adalah melakukan
ketidakjujuran atau tidak fair dalam rangka memenangkan atau meraih keuntungan.

Sementara Anderman dan Murdock mendefinisikan lebih terperinci yang digolongkan ke


dalam tiga kategori: (1) memberikan, mengambil, atau menerima informasi, (2) menggunakan
materi yang dilarang atau membuat catatan atau ngepek, dan (3) memanfaatkan kelemahan
seseorang, prosedur, atau proses untuk mendapatkan keuntungan dalan tugas akademik
(Hartanto,2012:10). Menurut Hornby menyontek adalah bertindak secara tidak jujur atau tidak
adil untuk memperoleh keuntungan, khususnya dalam suatu permainan atau ujian (Haryono,
2001:5). Menyontek dapat diartikan sebagai segala macam kecurangan yang dilakukan pada
saat tes dengan cara-cara yang bertentangan dengan peraturan dalam memperoleh suatu
keuntungan, yaitu memperoleh jawaban untuk mendapatkan nilai yang lebih baik dibandingkan
nilai yang mungkin diperoleh dengan kemampuan sendiri. Secara singkat menyontek dapat
didefinisikan sebagai perilaku curang, mencuri atau melakukan sesuatu yang dapat
menguntungkan diri sendiri dengan menggunakan segala macam cara pada saat menghadapi
ujian atau tes (Hartanto, 2011:3).

Sedangkan Athanasou dan Olasehinde mendefinisikan tentang perilaku menyontek adalah


kegiatan menggunakan bahan atau materi yang tidak diperkenankan atau menggunakan
pendampingan dalam tugas-tugas akademik dan atau kegiatan yang dapat mempengaruhi proses
penilaian (Anderman & Murdock, 2007:34). Perilaku menyontek dapat merugikan diri sendiri
dan juga orang lain, karena orang yang melakukannya dia sebagaimana menipu dirinya sendiri.
Dalam rangka memperoleh nilai yang baik seseorang menodai nilai-nilai kejujuran dengan
melakukan kecurangan agar dapat memperoleh nilai yang tinggi yang sebenarnya hanya fantasi
karena bukan murni hasil yang dapat mencerminkan kemampuannya yang sebenarnya
(Warsiyah, 2013:5).

Sejalan dengan pendapat (Merriam & Webster 1993; Hartanto, 2012) yang menyatakan
bahwa perilaku menyontek seringdikaitkan dengan kecurangan karena merugikan tidak hanya
bagi diri sendiri tetapi orang lain. Menyontek adalah kegiatan menghilangkan nilai-nilai yang
berharga dengan melakukan ketidakjujuran atau penipuan (Hartanto, 2012:11). Berdasarkan
pengertian di atas, dalam penelitian ini perilaku menyontek diartikan sebagai tindakan atau
perilaku seseorang untuk melakukan tindakan yang tidak jujur, tidak adil untuk mendapatkan
jawaban pada saat ujian, ulangan ataupun tugas-tugas yang lainnya untuk memperoleh nilai
tinggi dengan cara menodai nilai-nilai kejujuran dengan melakukan kegiatan menyontek.
seseorang melakukan praktik kecurangan dengan bertanya, memberi informasi, atau membuat
catatan untuk mendapatkan keuntungan bagi dirinya sendiri.

5
2.2 Kategori Perilaku Menyontek

Menurut Sparzo, 1989 (dalam Cholila, 2011:23) kategori siswa siswa yang melakukan
perilaku menyontek antara lain :

a. Meniru pekerjaan teman.

b. Menyontek menggunakan catatan kecil saat ujian.

c. Menyontek dengan mendapat jawaban dari pihak lain atau teman luar kelas atau sekolah.

d. Sengaja menyuruh orang lain mengerjakan tugas ujian atau tes.

Gonzaga (2013) menjelaskan bahwa perilaku tidak jujur dalam konteks pendidikan atau
dapat juga disebut dengan perilaku ketidakjujuran akademis (academis dishonesty) antara lain :

a. Manipulasi (Fabrication) pemalsuan data, informasi atau kutipan-kutipan dalam tugas-tugas


akademis.

b. Plagiarism (Plagiarm) yaitu sebuah tindakan mengadopsi atau memproduksi ide, atau
kata-kata dan pernyataan orang lain tanpa menyebutkan narasumbernya.

c. Pengelabuan (Deceiving) memberikan informasi yang keliru, menipu tehadap guru berkaitan
dengan tugas-tugas akademis, memberikan alasan palsu tentang mengapa ia tidak menyerahkan
tugas tepat pada waktunya, atau mengaku telah menyerahkan tugas padahal sama sekali belum
menyerahkan.

d. Menyontek berbagai macam cara untuk memperoleh atau menerima bantuan dalam latihan
akademis tanpa sepengetahuan guru.

e. Sabotase (Sabotage) tindakan untuk mencegah dan menghalang-halangi orang lain sehingga
mereka tidak dapat menyelesaikan tugas akademis yang mesti mereka kerjakan. Tindakan ini
termasuk didalamnya, menyobek atau menggunting lembaran halaman dalam buku-buku di
perpustakaan, ensiklopedia, dan lain-lain atau secara sengaja merusak hasil karya orang lain.
Perilaku ketidak jujuran akademis seperti yang telah disebutkan tersebut memang telah banyak
terjadi didalam lingkup pendidikan, mulai dari lingkup sekolah dasar sampai perguruan tinggi,
tentunya dengan kadar pelanggaran yang berbeda-beda. Saat ini dalam lingkup akademik,
perilaku ketidakjujuran akademis tersebut dipandang sebagai perilaku negatif yang tidak
terpuji.

Dalam pandangan (Hetherington dan Feldman, 1964; Hartanto, 2012:17) mengelompokan


empat bentuk menyontek antara lain:

a. Individual opportunistic, dapat dimaknai sebagai perilaku dimana siswa mengganti suatu
jawaban ketika ujian atau tes sedang berlangsung dengan menggunakan catatan ketika guru
keluar dari kelas.

6
b. Independent planned, dapat diidentifikasi sebagai menggunakan catatan ketika tes atau ujian
berlangsung, atau membawa jawaban yang telah lengkap atau dipersiapka dengan menulisnya
terlebih dahulu sebelum berlangsungnya ujian.

c. Social active, adalah perilaku menyontek dimana siswa mengcopi atau melihat atau meminta
jawaban dari orang lain

d. Social passive, adalah mengizinkan sesorang melihat atau mengcopi jawabannya.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa kategori perilaku menyontek adalah
memberikan jawaban ke siswa lain, menerima jawaban dari siswa lain, mengganti jawaban
ketika guru keluar kelas dan menggunakan jawaban sewaktu ujian atau tes.

2.3 Faktor Penyebab Perilaku Menyontek

Menurut Hartanto (2012), terdapat beberapa faktor yang menyebabkan seseorang


melakukan perilaku menyontek, yaitu:

 Adanya tekanan untuk mendapatkan nilai yang tinggi. Pada dasarnya setiap siswa memiliki
keinginan yang sama, yaitu mendapatkan nilai yang baik (tinggi). Keinginan tersebut
terkadang membuat siswa menghalalkan segala cara, termasuk dengan menyontek.

 Keinginan untuk menghindari kegagalan. Ketakutan mendapatkan kegagalan di sekolah


merupakan hal yang sering dialami oleh siswa. Kegagalan yang muncul ke dalam bentuk
(takut tidak naik kelas, takut mengikuti ulangan susulan) tersebut memicu terjadinya
perilaku menyontek.

 Adanya persepsi bahwa sekolah melakukan hal yang tidak adil. Sekolah dianggap hanya
memberikan akses ke siswa-siswa yang cerdas dalam berprestasi sehingga siswa-siswi
yang memiliki kemampuan menengah merasa tidak diperhatikan dan dilayani dengan baik.
Kurangnya waktu untuk menyelesaikan tugas sekolah. siswa terkadang mendapatkan tugas
secara bersama. Waktu penyerahan tugas yang bersamaan tersebut membuat siswa tidak
dapat membagi waktunya.

 Tidak adanya sikap menentang perilaku menyontek di sekolah. Perilaku menyontek di


sekolah kadang-kadang dianggap sebagai permasalahan yang biasa baik oleh siswa maupun
oleh guru. Karena itu, banyak siswa membiarkan perilaku menyontek atau terkadang justru
membantu terjadinya perilaku ini.

7
2.4 Bullying

Bullying (dikenal sebagai penindasan dalam bahasa Indonesia) merupakan segala bentuk
penindasan atau kekerasan yang dilakukan dengan sengaja oleh satu atau sekelompok orang
yang lebih kuat atau berkuasa terhadap orang lain, bertujuan untuk menyakiti dan dilakukan
secara terus menerus.Herbert mendefinisikan Bullying sebagai suatu hal yang mengerikan dan
kejam yang dilakukan oleh seseorang kepada anak atau sekelompok anak. Bullying dapat
terjadi sekali atau berulang-ulang. Korban bullying akan merasakan malu, sakit atau terhina dan
terancam. Adapun pelaku bullying mungkin saja tidak menyadarinya. Adapun hazler
mendefinisikan bullying sebagai sebuah perilaku yang dilakukan secara berulang-ulang untuk
menyakiti orang lain. Perilaku ini dapat dilakukan dengan menyerang secara fisik atau verbal
dengan mengucilkan korban. Olweus menyatakan bahwa bullying merupakan tindakan negatif
yang dilakukan oleh satu siswa atau lebih dan diulang setiap waktu. Bullying terjadi karna
adanya ketimpangan dalam kekuatan/kekuasaan. Hal tersebut mempunyai arti bahwa siswa
yang menjadi korban bullying tidak berdaya dalam mengatasi pelaku bullying. Ada berbagai
kepentingan dalam kekuatan/kekuasaan ini, termasuk korban secara fisik maupun mental lebih
lemah dari pelaku, jumlah pelaku bullying lebih banyak dibandingkan dengan korban bullying.

 Bentuk-bentuk Perilaku yang dikatakan Bullying

Bullying verbal berupa celaan, fitnah, atau pengunaan kata-kata yang tidak baik untuk
menyakiti orang lain. Bullying fisik berupa pukulan, menendang, menampar, meludahi, atau
segala bentuk kekerasan yang mengunakan fisik. Cyber bullying berupa segala bentuk tindakan
yang dapat menyakiti orang lain dengan sarana media elektronik (rekaman video intimidasi,
pencemaran nama baik lewat media sosial). Dalam sebuah penelitian tentang bullying. Dina
Amelia mengungkapkan bahwa “bentuk bullying terbagi menjadi dua, yaitu fisik dan non fisik.
Fisik seperti memukul dan menendang, sedangkan non fisik terbagi menjadi dua, yaitu verbal
seperti mengancam atau mengintimidasi, dan non verbal seperti menghasut dan
mengancam”.Cyber bullying memang kebanyakan muncul setelah berprasangka buruk kepada
orang yang akan dibully. Kebanyakan, orang mencari-cari kesalahan dan kejelasan orang lain
untuk menghakimi, mencaci mereka. Sebagai muslim, tindakan ini sungguh tidak dibenarkan.
Islam menjujung tinggi persaudaraan.Cyber bullying memang terasa lebih mudah dilakukan
karena tidak harus bertemu langsung dengan orang yang dimaksud. Orang yang membully
harus menuliskan dimedia sosial. Dan ini termasuk dalam tindakan ghibbah.

8
2.5 Penyebab Terjadinya Bullying

Masalah-masalah pribadi dalam lingkup sekolah umumnya bercikal bakal dari dalam
individu yang berhadapan dengan lingkungan sekitarnya. Masalah semacam ini banyak dialami
oleh klien pada waktu menjelang masa adolesens yang ditandai oleh perubahan yang cepat,baik
fisik maupun mental. Selain itu, berdampak terhadap sikap dan perilaku. Misalnya, ingin
menyendiri, cepat bosan, agresif, emosi yang meninggi, hilangnya kepercayaan diri, dan
lain-lain. Adapun masalah-masalah sosial yang kerap dihadapi oleh siswa dalam lingkup
sekolah yang bersangkutan dengan hubungan antara individu dan lingkungan sosialnya,
misalnya kesulitan dalam mencari teman, merasa terasing dengan pekerjaan kelompok, dan
lainlain.12 termasuk juga dalam hal terjadinya bullying, karena dengan melakukan bully pelaku
merasa lebih percaya diri dan diperhatikan oleh orang lain. Berikut keterangan hal lainnya.

a. Permusuhan

Sejumlah ahli teori telah menekankan pengaruh negative dari teman sebaya terhadap
perkembangan remaja. Bagi sebagian remaja, ditolak atau diabaikan oleh teman sebaya,
menyebabkan munculnya perasaan kesepian atau permusuhan. samping itu, penolakan oleh
teman sebaya dihubungkan dengan kesehatan mental dan problem kejahatan. Sejumlah ahli
teori juga telah menjelaskan budaya teman sebaya remaja merupakan suatu bentuk
kejahatan yang termasuk nilai-nilai dan kontrol orang tua. Lebih dari itu, teman sebaya
dapat memperkenalkan remaja pada alcohol, obat-obatan (narkoba), kenakalan dan
berbagai bentuk prilaku yang dipandang orang dewasa sebagai maladaptive. Dan sering
terjadi perkelahian antar siswa di sekolah bahkan perkelahian antar sekolah,dan ketagian
bahan narkotika yang erat dengan tindak kekerasan. Artinya, jika seorang remaja menolak
ajakan remaja atau sekelompok remaja lainnya untuk ikut gabung dalam bentuk pergaulan
yang maladaktif seperti merokok, bolos dari sekolah,minum alkhohol dan perilaku lainnya.
Maka remaja tersebut dicap sebagai Kuper, culun, penakut, dan lain sebagainya.dan ini
adalah suatu tindakan bullying relasional, sehingga remaja tersebut akan dimusuhi dan
sering dicibir serta dikucilkan oleh sekelompok remaja tersebut.

b. Rasa Kurang Percaya Diri dan Mencari Perhatian

Remaja yang berhasil mencapai suatu identitas diri yang stabil, akan memperoleh suatu
pandangan yang jelas tentang dirinya, memahami perbedaan dan persamaan orang lain,
menyadari kelebihan dan kekurangan dirinya, penuh percaya diri,tanggap terhadap berbagi
situasi, mampu mengambil keputusan penting, mampu mengantisipasi tantangan masa
depan, serta mengenal perannanya dalam masyarakat.15 Artinya, remaja akan mengalami
hal yangsebaliknya, jika tidak berhasil mencapai suatu identitas diri yang stabil dan
seseorang yang kurang percaya diri, seringkali ingin diperhatikan, salah satunya adalah

9
dengan melakukan tindakan bullying. Dengan membully orang lain, mereka akan merasa
puas, lebih kuat, dominan, dan menjadikan perhatian orang lain.

c. Perasaan Dendam

Berikut contoh khasus yang terjadi, “Neil baru saja pulang setelah minum-minuman di
pud semalaman suntuk. Istrinya sandy, menegurnya karena Neil tidak menelpon untuk
memberitahukan bahwa dia akan belum pulang saat makan malam. Neil kehilangan kendali
dan menampar sandy. Itu bukan pertama kalinya Neil memukul sandy. Baik Neil maupun
Sandy berasal dari keluarga yang penuh kekerasan. Keduanya sama-sama menderita dan
menyaksikan kekerasan saat masih kanakkanak.”menurut beberapa ahli psikologi, melihat
perilaku Neil terutama sebagai hasil meniru perilaku orang dewasa yang dilihatnya semasa
kanak-kanak, juga mencurigai bahwa Neil mungkin telah melakukan perilaku kekerasan
ketika masih kanak-kanak dan menerima ganjaran dalam bentuk sesuai keinginannya.
Seseorang yang pernah disakiti atau ditindas biasannya menyimpan rasa dendam yang
ingin disalurkan kepada orang lain sehingga orang lain merasakan hal yang sama, salah
satunya adalah dengan melakukan Bullying.

d. Pengaruh Negatif dari Media

Semakin banyaknya gambaran kekerasan di media baik televise, internet, dan


sebagainya. Menjadi contoh buruk yang bisa menginspirasi seseorang untuk melakukan
kekerasan tanpa alasan yang jelas.

2.6 Solusi/Metode menyelesaikan pencontekan dan saling bully antar siswa

1. Metode Menyelesaikan Saling Menyontek

Yaitu sebuah pendekatan active learning. pendekatan active learning untuk bagaimana
membantu peserta didik mendapatkan pengetahuan, ketrampilan dan sikap secara aktif. Dalam
metode ini nilai dari aktivitas belajar eksperiensial akan meningkat dengan meminta peserta
didik untuk merenungkan kembali pengalaman yang baru mereka alami dan menggali
implikasinya. Periode perenungan seringkali disebut sebagai pengolahan atau debriefing
(pewawancaraan-pentanyajawaban). Sebagian kalangan pendidik kini menggunakan istilah
harvesting (pemanenan). Berikut adalah urutan tiga tahap untuk memanen pengalaman yang
kaya akan pembelajaran. Prosedur pelaksanaan:

10
1. Kondisikan peserta didik ke dalam pengalaman yang sesuai dengan topik yang anda
ajarkan. Pengalaman-pengalaman ini mencakup permainan atau simulasi, kunjungan lapangan,
tayangan video proyek belajar praktik,debat, drama, dan latihan amajinasi mental

2. Perintahkan peserta didik untuk saling bercerita tentang apa yang terjadi pada mereka
selama latihan tersebut, seperti “Apa yang mereka lakukan?”, “Apa yang meraka amati?
Pikirkan?”, dan “Apa yang mereka rasakan selama latihan itu?”

3. Selanjutnya perintahkan peserta didik untuk bertanya pada diri sendiri, “Lantas,
Bagaimana?”, seperti “manfaat apa yang mereka dapatkan dari latihan tu?”“apa yang mereka
pelajari? Dan pelajari kembali?, “apa implikasi dari aktivitas itu?”, dan “bagaimanakah kaitan
antara pengalaman itu (jika itu berupa simulasi atau drama) dengan dunia nyata?”

4. Terakhir perintahkan peserta didik untuk memikirkan,”Sekarang bagaimana?”, seperti


“bagaiman kalian ingin melakukan sesuatu secara berbeda di masa mendatang?”, “bagaimana
kalian dapat memperluas pembelajaran yang kalian dapatkan?”, “Langkah-langkah apa yang
dapat kalian ambil untuk menerapkan apa yang telah kalian pelajari?”.

2. Metode Penyelesaian Saling Mengejek (Bully) Antarsiswa

Perilaku bullying yang terjadi didalam maupun diluar kelas yang sering terjadi adalah
siswa saling meledek dan mengejek siswa lainya dengan sebutan “To” dan sering mengucap
kata “goblok”pada saat siswa lain tidak bisa menjawab atau mengerjakan tugas dari guru kelas
dan siswa juga sering menindas teman yang lain seperti tindak deskriminasi. Tindak
deskriminasi yang dilakukan siswa yaitu memintai uang kepada teman-temannya dikelas, ini
dilakukan oleh siswa yang merasa dirinya ditakuti oleh teman yang lain. Bahkan yang lebih
parah lagi adalah pengucapan kata-kata kotor saat sedang bermain dengan temannya disekolah.
Hal tersebut sering terjadi dan bahkan saling membullying individu satu dengan individu
lainnya tanpa rasa bersalah dan dengan santai melakukannya. Tak jarang siswa yang tidak
terima dibully atau diejek, membalas dengan memukul pelaku bullying. Mengatasi perilaku
bullying yang dilakukan oleh siswa, guru kelas melakukan beberapa tindakan untuk
menghentikan perilaku bullying tersebut menyebar atau semakin parah. Beberapa cara yang
dilakukan oleh guru kelas adalah dengan memberikan sebuah bimbingan secara klasikal kepada
siswa, dimana guru menasehati siswa secara menyeluruh tidak berpusat pada siswa yang
melakukan bullying saja. Guru kelas juga merangkul siswa yang menjadi korban perilaku
bullying, dalam hal ini guru kelas memberikan motivasi dan juga semangat kepada siswa
tersebut agar tidak memasukkan tindakan bullying kedalam hati. Guru kelas akan menegur
siswa yang sudah dirasa keterlaluan secara individu dan membicarakannya dengan orang tua
siswa. Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan kejadian bullying tersebut penting untuk
menjadi sebuah topik bahasan bagi peneliti untuk mengatasi tindak bullyingyang sering terjadi
dilingkungan sekolah saat ini. Topik tindakan bullying penting untuk disampaikan kepada
11
tokoh masyarakat terutama orang tua serta lingkungan sekolah untuk mengambil tindakan yang
tegas dalam masalah tersebut.

BAB III METODE PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

3.1 Metode

Karena pandemi covid-19 yang ada saat ini, membuat sekolah tutup dan tidak bisa
melaksanakan seperti metode yang disebutkan. Peneliti dapat menyelesaikan tugas projek ini
bantuan dari internet dan pendapat salah satu seorang guru yang mengajar dan sudah
menerapkannya saat di sekolah.

3.2 Jadwal Penelitian dan Objek Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada Sabtu, 16 Januari 2021. Serta guru yang diwawancarai adalah
ibu Bunnaria Gultom, S.pd. Beliau mengajar di SD N 173671 Sigapiton.

3.3 Gambaran Hasil Penelitian

Penerapan metode yang ada di bab sebelumnya untuk saling menyontek antar siswa, sudah
terlaksana dengan baik oleh guru. Dan siswa pun mengikuti dengan baik metode yang
diterapkan tersebut. Sehingga saat ujian menurut guru itu, terjadi pembaikan dari sebelumnya.

Selanjutnya, pada bagian metode penyelesaian saling mengejek antarsiswa pun sudah
diterapkan. Dan mendapatkan hasil yang bagus bagi pertemanan antarsiswa. Mereka jadi akur,
serta menganggap teman sekelasnya itu seperti saudara.

12
BAB IV PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Dari pemaparan hasil dokumentasi dan hasil wawancara yang telah dikumpulkan selama
penelitian dapat disimpulkan bahwa: Konflik yang terjadi di sekolah dasar adalah berupa saling
mengejek antar siswa dan perkelahian antar siswa, saling mengolok-olok nama orang tua
sehingga siswa yang terolok-olok merasa tidak terima hal inilah yang menyebabkan perkelahian
antara siswa, perkelahian antar siswa terjadi karena saling mengejek yang menjadi masalah dan
tidak dapat diselesaikan dengan baik sehingga penyelesaian masalah yang dilakukan adalah
perkelahian. Penyelesaian konflik siswa sekolah dasar yang dilakukan sekolah meliputi tiga
tahapan, Yaitu tahap pertama guru kelas bertugas membantu menyelesaikan semua
permasalahan yang terjadi pada siswa merangkap sebagai guru bimbingan konseling dengan
cara menasehati dan memberikan hukuman supaya siswa siswi yang terlibat konflik merasa jera;
Tahap kedua siswa siswi yang terlibat konflik dihadapkan kepada guru agama yang dianggap
sebagai orang yang dituakan atau disegani; Tahap ketiga, siswa siswi yang terlibat konflik akan
dihadapkan kepada kepala sekolah.

Upaya guru bimbingan dan konseling untuk mengurangi perilkaku menyontek adalah
dengan melaksanakan program umum, yaitu yang dilaksanakan semua personil sekolah,
upayanya yaitu a) Menanamkan sikap jujur dalam diri siswa, b) Memuji hasil usaha terbaik
siswa meskipun belum memenuhi standar Setiap upaya dan hasil yang diperoleh siswa
sebaiknya diapresiasi meskipun masih kurang hal ini untuk menghindarkan perasaan rendah diri
siswa dan menimbulkan rasa percaya diri siswa, c) Menjelaskan dampak buruk jika suka
menyontek, d) Menanamkan pada diri siswa bahwa menyontek tidak menyelesaikan masalah, e)
Rajin belajar dan giat latihan menjawab soal pelajaran serta, f) Memberi pelajaran bermakna.

4.2 Saran

Bila terjadi konflik antar siswa seperti perkelahian dan konflik-konflik lainnya guru
diharapkan mengambil tindakan arbitrasi, hukuman dan melibatkan orang tua siswa. Arbitrasi
adalah guru bertindak sebagai orang ketiga yang membuat keputusan dalam menyelesaikan
konflik. Ini senada dengan pendapat Maryati (2006:64) yang menyatakan bahwa Arbitrasi
umumnya dilakukan apabila kedua belah pihak yang berkonflik sepakat untuk menerima atau
terpaksa menerima kehadiran pihak ketiga yang akan memberikan keputusan tertentu untuk
menyelesaikan konflik dan harus diterima oleh pihak yang berkonflik. Pemberian hukuman
13
dilakukan jika siswa selalu mengulangi kesalahan untuk memberi efek jera pada siswa yang
membuat kesalahan dan tidak akan diikuti oleh siswa yang tidak kena masalah. Bentuk
hukumannya adalah hukuman nonfisik berupa berdiri di depan kelas, menuliskan pernyataan
yang ditandatangani orangtua, memunguti sampah di dalam maupun diluar kelas. Hukuman non
fisik dapat melatih siswa untuk bertanggung jawab. Serta melibatkan orang tua, siswa berada di
sekolah hanya 4-5 jam perhari selebihnya siswa lebih banyak menghabiskan waktu di rumah.
Oleh karena itu jika siswa yang terlibat konflik sudah mendapat nasehat dan hukuman tetapi
siswa tersebut masih saja mengulangi kesalahannya maka tindakan yang diambil oleh guru
adalah memanggil orangtua. Ada kemungkinan siswa menjadi tidak bisa di kontrol disekolah
dikarenakan permasalahan yang dihadapinya di rumah. Maka orangtua wajib tau perilaku
anaknya, sehingga orangtua dapat bekerjasama untuk menyelesaikan permasalahan yang di
hadapi siswa.

Diharapkan kepala sekolah dan guru mata pelajaran lebih ditingkatkan kerjasamanya
lebih lagi memahami perkembangan siswa dalam proses pendidikannya terutama kepada siswa
yang mempunyai rasa kurang percaya diri terhadap apa yang dikerjakan siswa tersebut agar
terciptanya suasana nyaman bagi siswa dalam proses pembelajarannya. Dan bagi siswa harus
lebih percaya diri untuk menjawab soal ujian maupun mengerjakan soal tanpa harus menyontek
dari teman maupun menyontek dari yang lain. Karena untuk menjadi seorang siswa yang pintar
tidaklah harus selalu mendapatkan nilai yang bagus saja. Seorang siswa itu harus lebih percaya
diri dengan nilai yang kamu peroleh dari hasil pengetahuan kamu sendiri.

DAFTAR PUSTAKA

Alhadza Abdullah, (2004), Masalah Menyontek (Cheating) di Dunia Pendidikan.

Dody Hartanto, (2012), Bimbingan dan Konseling Menyontek (Mengungkap akar Masalah dan
Solusinya), Yogyakarta : PT Indeks Puri Media Kembangan.

Supriadi, Oding (2010) Perkembangan Peserta Didik. Yokyakarta: Kurnia Kalam Semesta.

Panggabean (dkk) (2015) Manajemen Konflik Berbasis Sekolah. Jakarta: Alvabet.

Sugiono, (2015). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D.
Bandung: Alfabeta

Maryati, Suryawati (2006) Sosiologi. Jakarta: Esis.

14

Anda mungkin juga menyukai