Anda di halaman 1dari 10

KUAT MENURUT RASULULLAH

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Hadist Dakwah

Dosen Pengampu : Dr.H.Mohammad Fattah,MA.

Disusun Oleh:

Ummul Maghfiroh

Semester III

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM

FAKULTAS DAKWAH

INSTITUT DIROSAT ISLAMIYAH AL-AMIEN PRENDUAN

2019
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, Pertama-tama marilah kita panjatkan Puji dan Syukur kepada Allah SWT.
Yang mana berkat Rahmat dan Karunia-Nyalah kita masih diberikan nikmat kesehatan dan
kesempatan untuk dapat bernafas dan menghirup udara segar, sebagaimana yang kita rasakan
saat ini.

Kemudian shalawat dan salam senantiasa kita hanturkan kepada Nabi Besar, Nabi
Muhammad Shallahu Alaihi wa Sallam, yang telah membawa kita dari zaman kebodohan
menuju zaman kejayaan yang terang benderang ini dengan cahaya Islam.

Dan tak lupa pula, kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu/Bapak Dosen, Keluarga,
dan teman-teman, karena berkat bimbingan dan motivasinya, kami dapat menyelesaikan tugas
makalah ini. Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas bagi pembaca.
Kami sadar bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari sempurna, untuk itu
kepada dosen pengampu dan kepada seluruh mahasiswi agar memberikan kritikan atau sarannya,
demi perbaikan pembuatan makalah ini di masa yang akan datang.

Demikian kami mohon maaf dan terima kasih dukunganya dari berbagai pihak yang telah
membantu sehingga makalah ini dapat kita kaji bersama.

Prenduan, 24 Juli 2019

Penulis
PENDAHULUAN

Siapapun kita, tentu pernah merasakan marah, bahkan mungkin tidak jarang kita
merasakan kemarahan dan emosi yang sangat. Sifat marah merupakan tabiat yang tidak
mungkin luput dari diri manusia, karena mereka memiliki nafsu yang cenderung ingin selalu
dituruti dan enggan untuk diselisihi keinginannya. Bersamaan dengan itu, sifat marah merupakan
bara api yang dikobarkan oleh setan dalam hati manusia untuk merusak agama dan diri mereka,
karena dengan kemarahan seseorang bisa menjadi gelap mata dan hati sehingga dia bisa
melakukan tindakan atau mengucapkan perkataan yang berakibat buruk bagi dirinya sendiri.

Marah didalam Islam juga ada tuntunannya sebagaimana semestinya ketika dalam
keadaan marah, hendaknya kita disarankan untuk menahan marah apalagi karena mengikuti
hawa nafsu yang ujung – ujungnya tidak membawa manfaat apapun bagi diri kita bahkan orang
lain. Salah satu penyebab marah ialah, bangunan yang susah-susah didirikan bertahun-tahun,
runtuh seketika, keluarga yang dibina, dan punya komitmen sehidup semati menjadi porak
poranda di sebabkan marah yang tidak bisa dikendalikan, lantaran emosi, hubungan keluarga
retak atau renggang adalah efek dari amarah tak terbendung, dan banyak lagi kerugian lain dalam
kehidupan nyata yang ramai dalam pemberitaan di media massa, dan medsos, semuanya menjadi
bukti bahwa marah sesuatu yang merugikan dalam kehidupan.
PEMBAHASAN

Umumnya badan yang kuat identik dengan tubuh yang kekar, badan tegap, dan berotot.
Layaknya pegulat dan petinju handal yang siap bertarung dengan lawannya. Namun, orang yang
paling kuat menurut Nabi Shallahu Alaihi wa Sallam. bukanlah seperti itu. Hal ini sebagaimana
disabdakan dalam riwayat-riwayat sebagaimana berikut.

‫يد الَّ ِذي‬


ُ ‫الش ِد‬
َّ ‫الص َر َع ِة إِمَّنَا‬ ُ ‫الش ِد‬
ُّ ِ‫يد ب‬ َّ ‫س‬ َّ ِ َّ َّ َ ‫ول اللَّ ِه‬
َ ‫ص لى اللهُ َعلَْي ه َو َس ل َم قَ َال لَْي‬
َّ ‫ أ‬:‫َع ْن أَيِب ُهَرْي َرَة َر ِض ي اللَّهُ َعْن هُ قال‬
َ ‫َن َر ُس‬ َ
ِ‫ض‬
)‫ب (رواه البخاري ومسلم‬ ِ ِ
َ َ‫ك َن ْف َسهُ عْن َد الْغ‬
ُ ‫مَيْل‬

Artinya:

“Dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘Anhu bahwa Rasulullah Shallahu Alaihi wa Sallam
bersabda: Orang yang kuat bukanlah orang yang pandai (unggul dalam) bergulat (perkelahian),
akan tetapi orang yang kuat adalah orang yang mampu mengendalikan dirinya di saat marah.”

(HR. Bukhari dan Muslim)1

Nabi Muhammad Shallahu Alaihi wa Sallam dalam hadist Abu Hurairah yang disebutkan
oleh imam An-nawawi Rahimahullah menjelaskan bahwa kekuatan tidak diukur dengan
kepandaian seseorang dalam bergulat hingga mampu mengalahkan banyak orang akan tetapi
orang yang kuat adalah mereka yang mampu mengalahkan hawa nafsunya.2

Hadits ini mengandung ajakan menahan dan mengontrol emosi di saat marah. Orang
yang kuat adalah orang yang bisa mengalahkan hawa nafsunya sendiri, karena terkadang orang
tersebut mampu mengalahkan orang lain, namun terhadap dirinya sendiri sulit untuk menahan
dan mengontrol emosinya.

1
Muhammad Fuad Abdul Baqi, terjemahan kitab Shohih Muslim,jilid 4.(Jakarta:Pustaka As-Sunnah,Cetakan
1,2010). Hlm.437
2
Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin, terjemahan kitab Syarah Riyadhus Shalihin.(Jakata: Darus sunnah
Press,2015). Hlm.232
Berikut diperkuat dengan adanya kisah dalam hadist dibawah ini yang diriwayatkan oleh
Abu Hurairah RA. tentang dakwah Rasulullah kepada seorang lelaki dari kampung Arab (Badui
atau Badawah), datang pada Rasulullah Shallahu Alaihi wa Sallam di Al-Madiah Al-
Mukarromah. Kisah selengkapnya sebagaimana disebutkan dalam hadits berikut,

: ‫قال‬,‫ فردد م رارا‬.‫ ال تغضب‬: ‫قال‬.‫ أوصني‬: ‫ص لَّى اللَّهُ َعلَْي ِه َو َس لَّ َم‬ َّ ‫َع ْن أَيِب ُهَرْيَرَة َر ِضي اللَّهُ َعْن هُ أ‬
َ ‫َن رجال قال للنيب‬ َ
.)‫ (رواه البخاري‬.‫ال تغضب‬

:Artinya

Dari Abu Hurairah Radhiyallah ‘Anhu,ia berkata, “Ada seseorang bertanya kepada “
Rasulullah Shallahu Alaihi wa Sallam, ‘Nasihatilah saya!’ Beliau bersabda: ‘Janganlah kamu
marah!’Orang itu berkali-kali meminta nasihat kepada Rasulullah, tetapi Rasulullah tetap
3
bersabda, “Janganlah kamu marah” (HR. Al-Bukhari)

Yang dimaksud dari sabda Rasulullah Shallahu Alaihi wa Sallam dengan kata-kata
“Janganlah kamu marah” adalah “Janganlah kamu meluapkan kemarahanmu”. Sebab, setiap
orang pasti memiliki sikap marah. Namun, ketika rasa atau sikap marah tersebut diluapkan
sembarangan, akan menimbulkan masalah terhadap diri sendiri dan orang-orang di sekitar anda.4

Musuh terbesar bagi seseorang adalah syaitan yang ada pada dirinya dan nafsunya.
Sementara marah itu timbul dari keduanya. Oleh karana itu, maka siapa yang bisa berjuang
melawannya sampai bisa mengalahkannya disertai juga dengan melawan nafsunya dari syahwat
(keinginan-keinginan) maka ialah yang paling kuat.

Musuh terbesar adalah melawan diri sendiri,khususnya ketika marah. Meskipun berat
tetapi hal itu bisa dilatih dengan terus menerus mengendalikan dan menahan diri untuk tidak
terbawa emosi. Sehingga kita dapat tergolong orang yang paling kuat menurut Nabi Muhammad
Shallahu Alaihi wa Sallam.

Orang yang sebenarnya mampu melampiaskan kemarahannya, namun ia bersabar dan


menahan dirinya dari kemarahan dalam rangka mengharapkan keridhaan dari Allah Subhanaahu
3
Ibid; Hlm.236
4
Ahmad Hadi Yasin, Dahsyatnya Sabar,(Jakarta: Qultum Media,2008) Hlm. 89-90
wa Ta’ala dan bersabar terhadap apa yang telah menyebabkannya marah, Maka Allah
Subhanaahu wa Ta’ala akan memberikan surga bagi siapa saja yang mampu menahan hawa
nafsunya, sebagaimana Firman-Nya:

)٤١(‫) فَاِ َّن اجْلَنَّةَ ِه َي الْ َمأْ ٰو ۗى‬٤۰(‫س َع ِن اهْلَٰو ۙى‬


َ ‫الن ْف‬
َّ ‫اف َم َق َام َربِّهٖ َوَن َهى‬
َ ‫َواََّما َم ْن َخ‬

(٤-٤١۰ : (‫النازعات‬

Artinya:

“Dan adapun orang-orang yang takut kepada kebesaran Tuhannya dan menahan diri dari
keinginan hawa nafsunya, maka sesungguhnya syurgalah tempat tinggal(nya)”

(QS. An Naazi’at : 40-41).

Adapun mereka yang takut kepada Dzat Yang Maha Suci yaitu Allah Subhanaahu wa
Ta’ala, dan mempersiapkan bekal hari kiamat. Kemudian mampu menahan hawa nafsu mereka
maka tempat tinggal bagi mereka adalah surga. Tidak ada tempat lain yang sesuai selain surga.
Neraka adalah tempat bagi orang yang bermaksiat dan surga adalah tempat bagi orang yang taat.

Oleh karena itu menahan amarah adalah suatu perbuatan terpuji yang menunjukkan
pribadi yang dicontohkan oleh Rasullah Shallahu Alaihi wa Sallam. dan akan mendapatkan
ganjaran pahala yang berlipat ganda dari Allah Subhanaahu wa Ta’ala.5

5
Hilmy Firdausy “Siapakah orang kuat menurut Nabi?” ( https://harakahislamiyah.com/nasihat/siapakah-orang-
kuat-menurut-nabi. Dikutip pada 17 Juli 2019)
PENUTUP

Kesimpulan :

Kekuatan yang sebenarnya bukanlah kuat otot,kuat jasmani hanya saja kekuatan yang
sebenarnya adalah kekuatan rohani . Bahkan kuat menurut nabi adalah orang yang mampu
mengendalikan dirinya disaat marah. Orang yang kuat adalah yang mampu melawan hawa
nafsunya dan menundukkannya tatkala amarahnya memuncak, ia mampu mengekangnya hingga
tidak dapat mendorongnya melakukan hal yang diharamkan, yaitu menyerang, dan menahan
lidahnya hingga ia tidak mengucapkan ucapan yang diharamkan dari cacian,laknat,menuduh
tanpa bukti atau selain dari itu.

Korelasi hadist diatas dengan dakwah ialah bersabar atas gangguan yang dihadapi ketika
menyeru ke jalan Allah Subhanaahu wa Ta’ala. Dan hendaklah seorang da’i  bersabar atas
gangguan yang dia terima dari masyarakat. Karena menyakiti da’i sudah menjadi tabiat
manusia kecuali mereka yang telah Allah Subhanaahu wa Ta’ala  beri hidayah. Hal ini
sebagaimana firman Allah Subhanaahu wa Ta’ala,

‫ت ال ٰلّ ِہ ۚ َو لََق ۡد‬


ِ ‫ِّل لِ َکلِ ٰم‬
َ ‫صُرنَا ۚ َو اَل ُمبَد‬ ُ َ‫صَب ُروا َعلَى َما ُك ِّذبُوا َوأُوذُوا َحىَّت أَت‬
ۡ َ‫اه ْم ن‬ َ َ‫ك ف‬
ِ
َ ‫ت ُر ُس ٌل ِم ْن َق ْبل‬
ْ َ‫َولَ َق ْد ُك ِّذب‬
ِ‫سۡل‬
َ‫ر ۡین‬ ‫ک ِم ۡننَّبَاِی ا ۡل ُم‬
َ َ َ‫َجٓاء‬

Artinya:

”Dan sesungguhnya telah didustakan (pula) rasul-rasul sebelum kamu, akan tetapi
mereka sabar terhadap pendustaan dan penganiayaan (yang dilakukan) terhadap mereka,
sampai datang pertolongan Kami terhadap mereka.”  (QS. Al-An’am : 34).

Marilah kita melihat apa yang terjadi pada da’i teladan kita semua, yaitu Nabi
Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Betapa banyak halangan dan gangguan yang beliau
dapatkan. Orang-orang kafir Quraisy saat itu mengolok-olok beliau dengan sebutan orang gila,
dukun, tukang sihir, pendusta, dan lain-lain sebagaimana yang Allah Subhanaahu wa
Ta’ala  ceritakan dalam Al–Qur’an. Beliau juga dilempari batu sampai berdarah. Beliau juga
diancam akan dibunuh. Dalam perang Uhud pun beliau terluka. Akan tetapi, beliau tetap
bersabar di atas dakwahnya. Oleh karena itu, seorang da’i wajib bersabar dalam berdakwah
dan tidak menghentikan dakwahnya. Dia harus sabar atas segala penghalang dakwahnya dan
sabar terhadap gangguan yang ia dapati.
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Hadi Yasin, Dahsyatnya Sabar,Jakarta: Qultum Media,2008


Muhammad Fuad Abdul Baqi, terjemahan kitab Shohih Muslim,jilid 4.(Jakarta:Pustaka As-
Sunnah,Cetakan 1,2010).
Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin, terjemahan kitab Syarah Riyadhus Shalihin.(Jakata:
Darus sunnah Press,2015)

https://harakahislamiyah.com/nasihat/siapakah-orang-kuat-menurut-nabi.

Anda mungkin juga menyukai