TINJAUAN PUSTAKA
India, Birma dan Sri Langka. Akar wangi dibudidayakan untuk diambil
minyaknya. Selain itu digunakan untuk tanaman pencegah longsor serta untuk
membuat tikar.
Kerajaan : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida
Ordo : Poales
Famili : Poaceae
Genus : Vetiveria
(Wikipedia, 2011).
Graminea atau poaceae alias rumput-rumputan. Akar tanaman ini memiliki bau
dengan warna merah tua. Dari akar tinggal tersembul tangkai daun yang tingginya
tidak mengandung minyak sehingga tidak dapat disuling untuk diambil minyak
atsirinya. Daun tampak kaku, berwarna kelabu, panjangnya mencapai 100 cm.
biji, memisahkan anak rumpun, atau memecah akar tuggalnya yang telah bertunas
Daun, batang, dan akar tanaman akar wangi sangat banyak manfaatnya.
Batang akar wangi dapat digunakan sebagai bahan baku kerajinan. Batang dan
akar dapat diolah menjadi minyak. Minyak akar wangi digunakan sebagai bahan
pembuatan parfum, kosmetik, dan sabun. Pada zaman dahulu, akar wangi yang
sudah kering digunakan sebagai pewangi pakaian terutama batik dan benda-benda
pusaka seperti keris. Aroma harum akar wangi dihasilkan dari minyak asitri yang
Selain dari manfaat yang disebutkan di atas. Tanaman akar wangi juga
c. Mengobati luka
(Annonim, 2012).
Minyak atsiri merupakan salah satu hasil sisa proses metabolisme dalam
dengan air. Minyak tersebut disintesis dalam sel kelenjar jaringan tanaman dan
ada juga yang terbentuk dalam pembuluh resin, misalnya minyak terpentin dari
pohon pinus. Minyak atsiri selain dihasilkan oleh tanaman dapat juga terbentuk
dari hasil degradasi trigliserida oleh enzim atau dapat dibuat secara sintesis
Pada mulanya istilah minyak atsiri atau minyak eteris adalah istilah yang
digunakan untuk minyak mudah menguap dan diperoleh dari tanaman dengan cara
lemak dengan minyak atsiri yang berbeda tanaman penghasilnya. Definisi ini akan
lebih lengkap jika ke dalam kelompok ini dicantumkan pula minyak yang mudah
kimia yang terbentuk dari unsur Karbon (C), Hidrogen (H) dan Oksigen (O) serta
Belerang (S). Umumnya komponen kimia minyak atsiri terdiri dari campuran
hidrogen dan turunannya yang mengandung oksigen yang disebut dengan Terpen
atau terpenoid. Terpen merupakan persenyawaan hidrogen tidak jenuh dan satuan
sekitar 9-12 macam atau jenis minyak atsiri di suplai dari Indonesia. Oleh sebab
itu, Indonesia termasuk negara produsen besar yang cukup diandalkan dan
tersebut disebabkan faktor dan kondisi iklim serta jenis dan tingkat kesuburan
tanah yang dimiliki Indonesia, yang sesuai dengan syarat tumbuh tanaman nilam
(patchouli), akar wangi (vetyver), kenanga (cananga), kayu putih (cajeput), serta
Komponen minyak atsiri adalah senyawa yang bersifat kimia, fisika serta
mempunyai bau dan aroma yang khas, demikian pula peranannya sangat besar
alkohol, eter, kloroform, dan asam asetat glasial dan bersifat optis aktif.
yang penyusun utamanya adalah mentol. Pada bidang farmasi digunakan sebagai
antigatal, bahan pewangi dan pelega hidung tersumbat. Sementara pada industri
Minyak cengkeh merupakan minyak atsiri fenol. Minyak ini diperoleh dari
tanaman cengkeh yang memiliki nama latin yaitu Eugenia caryophyllata atau
bunga dan daun. Minyak cengkeh tersusun dari eugenol yaitu sampai 95% dari
tidak mudah menguap seperti tanin, lilin, dan bahan seperti damar. Kegunaan
minyak cengkeh antara lain mengobati masuk angin serta menghilangkan rasa
Minyak adas merupakan minyak atsiri eter fenol. Minyak adas berasal dari
hasil penyulingan buah Pimpinella anisum atau dari Foeniculum vulgare (famili
Minyak adas digunakan sebagai pelengkap sediaan obat batuk, sebagai korigen
odoris untuk menutup bau tidak enak pada sediaan farmasi dan bahan parfum
Minyak kayu putih merupakan minyak atsiri oksida. Diperoleh dari isolasi
atsiri kayu putih palig utama adalah sineol (85%) (Gunawan dan Mulyani, 2004).
Minyak gandapura merupakan atsiri ester. Minyak atsiri ini diperoleh dari
penyusun minyak ini adalah metil salisilat yang merupakan bentuk ester. Minyak
ini digunakan sebagai korigen odoris, bahan parfum, industri permen dan
rongga skizogen dan lisigen (famili Pinaceae dan Rutaceae), terkadang dalam
semua jaringan (famili Conaferae). Minyak atsiri dapat terbentuk secara langsung
oleh protoplasma akibat adanya peruraian lapisan resin dari dinding sel atau oleh
runutannya. Minyak atsiri sebagian besar terdiri dari senyawa terpen, yaitu suatu
biosintesis asam mevalonat dan merupakan rantai bercabang lima dari satuan
atom karbon yang mengandung dua ikatan rangkap (Gunawan dan Mulyani,
2004).
monosiklis, serta bisiklis sebagai hidrokarbon dan turunan yang teroksidasi seperti
alkohol, aldehid, keton, fenol, oksidasi dan ester. Terpen lain di bawah
senyawa golongan fenil propan. Senyawa ini mengandung cincin fenil C6 dengan
berikut:
a. bau khas
b. tidak larut dalam pelarut air, larut dalam eter, kloroform dan pelarut
organik lain
terpinen. Jika diuraikan, cineol berbau sedap tapi pedas seperti minyak kayu putih.
Borneol berbau kamper seperti kapur barus, limonen harum seperti jeruk keprok,
alfa-terpinilasetat berbau jeruk purut, sedang alfa terpinen berbau jeruk citrun.
Campuran dari kelima komponen itulah yang membuat aroma khas kapulaga.
Dari semua jenis minyak atsiri, sebenarnya tersusun dari jalur biosintesis
metabolit sekunder:
a. Monoterpen yaitu:
i. Asiklis
ii. Siklis
b. Seskuiterpen
Berat jenis merupakan salah satu kriteria penting dalam menentukan mutu
dan kemurnian minyak atsiri. Nilai berat jenis minyak atsiri didefinisikan sebagai
perbandingan antara berat minyak dengan berat air pada volume air yang sama
dengan volume minyak yang sama. Berat jenis sering dihubungkan dengan fraksi
berat yang terkandung dalam minyak, maka semakin besar pula nilai densitasnya.
udara dengan kecepatan cahaya didalam zat tersebut pada suhu tertentu. Indeks
dalam minyak atsiri yang dihasilkan. Sama halnya dengan berat jenis, komponen
oksigen yang ikut tersuling, maka kerapatan medium minyak atsiri akan
bertambah sehingga cahaya yang datang akan lebih sukar untuk dibiaskan. Hal ini
menyebabkan indeks bias minyak lebih besar. Menurut Guenther, nilai indeks
bias juga dipengaruhi oleh adanya air dalam kandungan minyak atsiri tersebut.
Semakin banyak kandungan airnya, maka semakin kecil nilai indek biasnya. Ini
karena sifat dari air yang mudah untuk membiaskan cahaya yang datang. Jadi,
dengan minyak atsiri dengan nilai indeks bias yang kecil (Sastrohamidjojo, 2004).
yang nilainya dinyatakan dengan derajat rotasi. Sebagian besar minyak atsiri jika
Bilangan asam yang semakin besar dapat mempengaruhi kualitas minyak atsiri,
yaitu senyawa-senyawa asam tersebut dapat merubah bau khas dari minyak atsiri.
Hal ini dapat disebabkan oleh lamanya penyimpanan minyak dan adanya kontak
antara minyak atsiri yang dihasilkan dengan cahaya dan udara sekitar ketika
berada dalam botol atau wadah pada saat penyimpanan. Karena sebagian
komposisi minyak atsiri apabila terkontaminasi dengan udara atau berada pada
kondisi yang lembab akan mengalami reaksi oksidasi dengan udara (oksigen)
yang dikatalisis oleh cahaya sehingga akan membentuk suatu senyawa asam. Jika
udara sekitar, maka akan semakin banyak juga senyawa-senyawa asam yang
aldehid dapat membentuk gugus asam karboksilat sehingga akan menambah nilai
penyulingan pada tekanan tinggi (temperatur tinggi), karena pada kondisi tersebut
ukuran dari asam lemak bebas, serta dihitung berdasarkan berat molekul dari asam
lemak atau campuran asam lemak. Bilangan asam dinyatakan sebagai jumlah
milligram KOH 0,1N yang digunakan untuk menetralkan asam lemak bebas yang
dapat larut dengan minyak atsiri maka pada komposisi minyak atsiri yang
ditentukan oleh jenis komponen kimia yang terkandung dalam minyak. Pada
lebih mudah larut daripada yang mengandung terpen tidak teroksigenasi. Semakin
tinggi kandungan terpen maka semakin rendah daya larutnya (sukar larut), karena
mempunyai gugus fungsional. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa semakin
kecil kelarutan minyak atsiri pada alkohol (biasanya alkohol 90%) maka kualitas
dari dua macam campuran atau lebih berdasarkan perbedaan titik uapnya dan
dilakukan untuk minyak atsiri yang tidak larut dalam air. Dalam industri minyak
metode yang lainnya. Proses penyulingan dengan cara ini hampir sama dengan
perebusan. Bahan baku yang sudah kering/layu dimasukkan kedalam ketel suling
yang telah terisi air. Perbandingan berat air dengan bahan baku pada umumnya
1:3. Selanjutnya ketel ditutup rapat agar tidak ada uap yang keluar, kemudian
ketel dipanaskan sampai uap air dan minyaknya mengalir melalui pipa didalam
kondensor. Air dan minyak yang keluar ditampung didalam tangki pemisah.
yaitu hanya cocok untuk bahan baku dalam jumlah sedikit dan tidak cocok untuk
bahan baku yang larut dalam air. Metode ini diterapkan untuk penyulingan
Pada metode ini, ketel suling dan tangki air berisi sumber uap panas
(boiler) diletakan secara terpisah. Di dalam boiler terdapat pipa yang berhubungan
dengan ketel suling. Penyulingan dengan uap sebaiknya dimulai dengan tekanan
uap yang rendah (sekitar 0,5-1 bar). Setelah itu, secara berangsur-angsur tekanan
bar. Air dari boiler akan mendidih lalu uapnya mengalir kedalam ketel suling
yang sudah ada bahan di dalamnya. Uap air akan menembus sel-sel bahan dan
membawa uap minyak atsiri yang selanjutnya akan mengalir melalui kondensor,
uap minyak akan mengembun menjadi cairan yang kemudian ditampung ditangki
pemisah.
Hal yang perlu diperhatikan dalam metode ini adalah tekanan pada boiler
yang harus dikontrol. Suhu di ketel penyulingan harus diatur sekitar 110-120°C,
Metode ini cocok untuk menyuling minyak atsiri yang diambil dari bagian
tanaman yang keras, seperti kulit batang, kayu dan biji-biji yang keras (Yuliani
Metode ini disebut dengan sistem kukus atau sistem uap tidak langsung.
Alat yang digunakan pada metode ini menyerupai dandang nasi. Proses
penyulingan diawali dengan memasukkan air ke bagian dasar ketel sampai 1/3
bagian. Bahan baku diletakan di bagian atas lempeng penyekat. Bahan baku
sebaiknya jangan terlalu padat karena akan mempersulit jalannya uap air untuk
menembus bahan baku. Setelah itu ketel ditutup rapat lalu dipanaskan. Pada saat
air mendidih uap air akan melewati lubang-lubang pada lempeng penyekat dan
celah-celah bahan. Minyak atsiri yang ada di dalam bahan akan terbawa uap panas
menuju ke pipa kondensor. Selanjutnya uap air dan minyak atsiri akan
secara merata kedalam jaringan bahan. Selain itu, suhu dapat dipertahankan
sampai 100°C, harga alat lebih murah, dan rendemen minyak yang dihasilkan
vetiver oil, yang merupakan cairan kental yang berasal dari hasil ekstraksi atau
penyulingan akar wangi dengan warna coklat kemerahan, berbau khas dan
aromatis kuat. Umumnya minyak akar wangi yang baik ditandai oleh berat jenis
dan putaran optiknya yang tinggi, komposisi bau lebih sempurna, dan ketahanan
Syarat mutu vetiver oil yang di tetapkan berdasar kan SNI 06-2386-2006
sebagai berikut:
No PARAMETER ZAT/UKURAN
1 Warna Bau Kuning muda – coklat kemerahan Khas
akar wangi
2 Berat jenis pada 20oC 0,980 – 1,003
3 Indeks bias 1,520 – 1,530
4 Kelarutan dalam Etanol 95% 1: 1 jernih, seterusnya jernih
5 Bilangan asam 10 – 35
6 Bilangan ester 5-26
7 Bilangan ester setelah asetilasi 100 – 150
8 Vetiverol total Minimum 50%
ester yang memberi bau khas. Senyawa tersebut misalnya vetivenil, vetivenat,
asam palmitat dan asam benzoat. Umumnya minyak akar wangi yang baik
ditandai dengan bobot jenis yang tinggi, komposisi bau yang lebih sempurna dan
Faktor-faktor yang mempen;; garuhi mutu minyak akar wangi antara lain
waktu panen, kondisi bahan baku, cara penanganan dan pengolahan bahan baku,
berat minyak dengan berat air pada volume dan suhu yang sama (Dewan
dibasuh berturut-turut dengan etanol dan dietil eter. Bagian dalam piknometer dan
lemari timbangan selama 30 menit dan ditimbang (m). Piknometer diisi dengan air
suling yang telah dididihkan pada suhu 20°C. sambil menghindari adanya
dicuci dengan etanol dan dietil eter. Kemudian dikeringkan dengan arus udara
kering. Piknometer diisi dengan contoh minyak dan hindari adanya gelembung-
penangas air pada suhu 20°C ± 0,2°C selama 30 menit dan dikeringkan
2006).
Nasional Indonesia (SNI) No. 06-2386-2006, yaitu metode penetapan indeks bias
Nilai indeks juga dipengaruhi salah satunya dengan adanya air dalam
semakin kecil nilai indek biasnya. Ini karena sifat dari air yang mudah untuk
membiaskan cahaya yang datang. Jadi minyak atsiri dengan nilai indeks bias yang