1: 34-42
ISSN-p : 1410-590x
ISSN-e : 2614-0063
ABSTRAK
Pengelolaan obat yang efektif dan efisien adalah untuk menjamin ketersediaan, pemerataan
dan keterjangkauan obat. Rendahnya tingkat ketersediaan obat di fasilitas kesehatan dipengaruhi
ketepatan perencanaan dan gangguan suplai obat pada proses pengadaan. Penelitian ini bertujuan
untuk mengidentifikasi permasalahan terkait pada proses perencanaan dan pengadaan di Dinas
Kesehatan Kabupaten Pati. Penelitian ini menggunakan desain diskriptif kualitatif. Metode
pengambilan data dengan wawancara mendalam kepada 7 informan terpilih yang menguasai
perencanaan dan pengadaan obat. Transkrip wawancara di analisis dengan content analysis. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa proses perencanaan dan pengadaan belum berjalan dengan baik.
Pada proses perencanaan, kepatuhan terhadap formularium nasional masih kurang, perubahan
prevalensi penyakit mempengaruhi ketepatan dalam perencanaan obat. Pada proses pengadaan,
terjadi keterlambatan pengiriman dan kekosongan obat oleh indutri farmasi. Faktor-faktor yang
menghambat perencanaan dan pengadaan: (1) kegagalan suplai obat; (2) Kurangnya tenaga
apoteker di Puskesmas dan staf yang mempunyai sertifikat pengadaan (3) Belum optimalnya sistem
informasi e-logistik.
Kata kunci: stock out; drug suply; staf bersertifikat; e-logistik
ABSTRACT
Effective and efficient drug management is to ensure the availability, equity and affordability
of drugs. The low level of drug availability in health facilities is influenced by the accuracy of planning
and disruption of drug supply in the procurement process. This study aims to identify problems to
the planning and procurement process at Pati District Health Office. This research applied qualitative
descriptive design. Methods of data collection included in-depth interviews with 7 selected
informants who carried out the planning and procurement of drugs. Transcription were produced
and analyzed by of means content analysis. The results indicated that the planning and procurement
process had not gone well. In the planning process, compliance with the national formulary was still
lacking, changes in disease prevalence affected the accuracy of drug planning. In the procurement
process, there was a delay in the delivery and vacancy of the pharmaceutical industry. Factors that
hinder planning and procurement included (1) failure of suply; (2) inadequate pharmacist and
certified procurement staff; (3) inoptimal e-logitics implementation.
Keywords: stock out; drug supply; certified staff; e-logistics
MF Vol 16 No 1, 2020 35
Nur Aisah , et al
Tabel I. Gambaran proses perencanaan dan pengadaan obat di Dinas Kesehatan Kabupaten Pati
Tahapan Indikator Hasil
A. Perencanaan Usulan kebutuhan Bottom up dari Puskesmas dan pengelola
program.
Metode penghitungan kebutuhan Konsumsi dan Mordibitas
Pedoman Penyusunan Kebutuhan Fornas, Pedoman pengobatan Dasar,
Usulan Dokter Puskesmas
Tim Perencana Obat Terpadu TPOT dibentuk melalui SK Kepala Dinas.
B. Pengadaan Frekuensi Pengadaan Sekali setahun
Metode pengadaan E-Tendering, E-Purchasing dengan e-
catalogue, Pengadaan langsung
C. Manajemen Organisasi Bagian dari Seksi Kefarmasian dan Alkes
support di Dinas Kesehatan
Terdapat Tim Pengadaan melalui SK
Kepala Dinas Kesehatan, kepanitian ULP
Sumber daya Manusia Apoteker di Dinas Kesehatan 4 org
Apoteker di Puskesmas 1 orang
Staf Farmasi bersertifikat pengadaan 1
orang
Sumber Anggaran DAK, APBD II, Dana Kapitasi Puskesmas
Sitem Informasi E-logistik, LPSE
Sumber : Dinas Kesehatan, ULP, Gudang Farmasi, 2018.
36 MF Vol 16 No 1, 2020
Evaluasi Pengelolaan Obat pada Tahap Perencanaan dan Pengadaan
Puskesmas, Pemangku program kesehatan, dan untuk pengadaan obat secara terpadu, maka
bagian yang membidangi perencanaan dan diharapkan obat yang direncanakan dapat tepat
keuangan di Dinas Kesehatan. TPOT ditetapkan jenis, jumlah dan waktu serta mutu yang
melalui SK Kepala Dinas Kesehatan. terjamin (Direktorat Bina Obat Publik dan
TPOT memiliki peran yang sangat krusial Perbekalan Kesehatan, 2010).
dalam dalam merumuskan rancangan Perubahan prevalensi penyakit di Dinas
kebutuhan obat pada proses perencanaan. Tim kesehatan Kabupaten Pati mempengaruhi
ini melakukan pengkajian terkait dengan rekap ketepatan dalam proses perencanaan. Hasil
usulan dari Puskesmas dan pemangku program wawancara ini selaras dengan penelitian
terkait tentang penggunaan obat di layanan sebelumnya, menyebutkan bahwa perencanaan
kesehatan, informasi perkembangan pola yang kurang tepat dikarenakan kurang
penyakit dan data sasaran program yang di memperhatikan stok dan memprediksi
rencanakan. Elaborasi dengan unsur pengguna perkembangan pola penyakit (Silvania et al.,
(dokter puskesmas dan pemangku program) 2012). Kondisi ini menyebabkan stok berlebih
dapat memberikan gambaran terkait dengan di Gudang Farmasi. Beberapa obat yang sudah
kebutuhan obat dalam pelayanan kesehatan dan direncanakan tidak dapat diserap secara
skala prioritas terkait dengan pola optimal. Kondisi ini cukup riskan karena adanya
perkembangan penyakit. Dalam merumuskan stok berlebih akan meningkatkan pemborosan
rancangan kebutuhan untuk pengadaan obat dan kemungkinan obat mengalami kadaluwarsa
yang akan datang, Tim TPOT akan atau rusak dalam penyimpanan (Satibi, 2015).
mempertimbangkan juga tingkat kecukupan Peran tim TPOT perlu ditingkatkan kembali,
masing-masing obat, buffer stok dan sisa stok di terutama berkaitan dengan proses elaborasi
Gudang Farmasi untuk memperkirakan estimasi dengan pengguna obat dan pemangku program
kebutuhan. Setelah itu dilakukan koordinasi di Puskesmas. Historical data tren pola penyakit
terkait dengan penyediaan anggaran dengan tiga tahun sebelumnya akan membantu dalam
unsur perencanaan dan keuangan Dinas penentuan prioritas kebutuhan yang lebih tepat
Kesehatan. Koordinasi ini diperlukan agar dengan mempertimbangkan pula informasi
pemanfaatan dana obat dapat lebih optimal terkait dengan kondisi dan pola penggunaan
dengan estimasi yang mendekati kebutuhan riil obat pada masing-masing wilayah.
di Puskesmas.
Adanya koordinasi dalam merencanakan Pengadaan Obat
obat menghindari tumpang tidih antara jumlah Pengadaan obat di Dinas Kesehatan
kebutuhan dan anggaran obat. Pembentukan Kabupaten Pati mengacu pada Perpres Nomor
tim perencanaan obat terpadu merupakan suatu 54/2010 tentang pengadaan barang/jasa
kebutuhan dalam rangka meningkatkan pemerintah dan aturan turunannya. Frekuensi
efisiensi dan efektivitas penggunaan dana pengadaan obat dilakukan satu kali setahun.
melalui koordinasi, integrasi dan sinkronisasi Pengadaan obat dilaksanaan dengan metode e-
antar instansi yang terkait dengan perencanaan purchasing dengan e-catalogue , e-tendering dan
obat di setiap kabupaten/kota(Direktorat Bina pengadaan langsung.
Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan, 2010). Dinas Kesehatan menggunakan metode
Rumbay (2015) menyatakan bahwa pengadaan e-purchasing dengan e-catalogue
perencanaan kebutuhan obat yang baik dan sebagai prioritas utama untuk menyediakan
tepat akan tercapai jika ada koordinasi dan kebutuhan obat, sejak PMK No 63/2014 tentang
monitoring yang baik. Elaborasi dengan pengadaan obat dengan e-catalogue wajib
pengguna obat juga merupakan titik yang sangat diterapkan di fasilitas kesehatan. Hal tersebut
krusial untuk memperoleh data obat yang sesuai kutipan wawancara sebagai berikut:
mendekati ketepatan. Untuk memperoleh data “….Karena e-catalogue wajib
kebutuhan obat yang mendekati ketepatan, diimplementasikan di fasilitas kesehatan
dalam menghitung kebutuhan obat yang akan pemerintah, Kepala Dinas memberi instruksi,
datang perlu mempertimbangkan faktor antara mengutamakan e-catalogue dalam pembelian
lain pemakaian obat, pola penyakit, lead time, obat. Apabila e-catalogue tidak mampu
buffer stock dan sisa stok (Direktorat Bina Obat memenuhi, kemudian digunakan metode
Publik dan Perbekalan Kesehatan, 2010). pengadaan lain seperti lelang dan pengadaan
Dengan koordinasi dan proses perencanaan langsung….” (Informan 3).
MF Vol 16 No 1, 2020 37
Nur Aisah , et al
38 MF Vol 16 No 1, 2020
Evaluasi Pengelolaan Obat pada Tahap Perencanaan dan Pengadaan
MF Vol 16 No 1, 2020 39
Nur Aisah , et al
Tabel II. Identifikasi masalah atau hambatan-hambatan dan solusi dalam proses perencanaan
dan pengadaan obat di Dinas Kesehatan Kabupaten Pati
Tahapan Masalah Solusi
D. Seleksi A.1 Masih terdapat obat yang tidak A.1.1. Diperlukan kebijakan Kepala Dinas
sesuai dengan Fornas untuk menggunakan Fornas sebagai
dasar seleksi obat
A.1.2 Peningkatan fungsi TPOT dalam
pemilihan obat yang memenuhi standar
efficacy dan safety sebagai kriteria dalam
seleksi obat
E. Perencanaan B.1 Prevalensi penyakit selalu B.1.1 Menggunakan 10 penyakit teratas
berubah dalam proses seleksi dan perencanaan
dengan historical data 3 tahun
sebelumnya.
F. Pengadaan C.1. Penayangan e-catalogue obat di C.1.1 Menggunakan metode pengadaan
pertengahan tahun lain sesuai peraturan yang berlaku untuk
obat sangat dibutuhkan pada waktu
tersebut
C.2. Beberapa penyedia e-catalogue C.2.1. Menggunakan metode pengadaan
mengirim obat terlambat lain sesuai peraturan yang berlaku untuk
obat sangat dibutuhkan pada waktu
tersebut C.2.2. Peningkatan fungsi panitia
pengadaan dalam memonitoring pesanan
obat kepada penyedia
C.3.1 Menggunakan metode pengadaan
C.3. Penyedia e-catalogue tidak lain sesuai peraturan yang berlaku
memenuhi obat C.3.2. Melaporkan wanprestasi penyedia
sesuai kepada LKPP
C.3.3. Evaluasi pemilihan pemasok
(LKPP)
C.4.1 Konsilidasi pengadaan dengan
instansi lain.
C.4. Limitasi jumlah pemesanan C.4.2. Menggunakan metode pengadaan
obat e-catalogue. lain sesuai peraturan yang berlaku
G. Manajemen D.1. SDM khususnya Apoteker di D.1.1. Pengadaan tenaga Apoteker oleh
support Puskesmas terbatas pemerintah
D.2. SDM yang bersertifikat D.2.1. Mengikuti pelatihan setifikasi
pengadaan di Dinas Kesehatan dan pengadaan barang dan jasa
Puskesmas terbatas.
D.3. Sistem informasi obat belum D.3.1. Perlu dilakukan pembaharuan
optimal, sebagian perekapan dan sistem informasi e-logistik (Kementerian
pelaporan masih dilakukan secara Kesehatan RI).
manual
D.4. Petugas kesulitan dalam D.4.1. Mengikuti pelatihan penggunaan
mengklasifikasikan pengkodingan sistem informasi e-logistik
item obat pada e-logistik.
Sumber : Dinas Kesehatan, ULP, Gudang Farmasi, 2018.
dalam proses pelelangan dilaksanakan oleh tim organisasi. Menurut penelitian Lubis (2015)
ULP….” (Informan 3). bahwa kurangnya jumlah SDM, dapat
Adanya keterbatasan Sumber daya mengakibatkan beban kerja yang terlalu tinggi
manusia dikhawatirkan akan mempengaruhi sehingga menyebabkan pengelolaan obat tidak
kelancaran suatu kegiatan dalam sebuah efektif.
40 MF Vol 16 No 1, 2020
Evaluasi Pengelolaan Obat pada Tahap Perencanaan dan Pengadaan
MF Vol 16 No 1, 2020 41
Nur Aisah , et al
Kemenkes RI, 2014.Surat Keputusan Menteri Pratiwi, F., Dwiprahasto, I., Budiarti, E., 2011.
Kesehatan RI No Evaluasi Perencanaan dan Pengadaan
HK.02.02/Menkes/524/2015 tentang Obat di Instalasi Farmasi Dinas
Pedoman Penyusunan dan Penerapan Kesehatan Kota Semarang. J. Manaj. Dan
Formularium Nasional. Pelayanan Farm. Vol. 1 No. 4
Ketikidis, P.H., Kontogeorgis, A., Stalidis, G., Quick, J.D., Health (Firm), M.S. for, Drugs, A.P. on
Kaggelides, K., 2010. Applying E- E., Organization), V. (World H., 1997.
Procurement System in The Healthcare: Managing Drug Supply: The Selection,
The EPOS Paradigm. Int. J. Syst. Sci. 41, Procurement, Distribution, and Use of
281–299. Pharmaceuticals, Books on International
Kusmini, K., Satibi, S., Suryawati, S., 2016. Development. Kumarian Press.
Evaluasi Pelaksanaan E-Purchasing Rahayu S.T, 2017. Evaluasi Perencanaan dan
OBAT pada Dinas Kesehatan Ketersediaan Obat di Instalasi Farmasi
Kabupaten/Kota Di Jawa Tengah Tahun Dinas Kesehatan Kabupaten Murung
2015. J. Manaj. Dan Pelayanan Farm.. 6, Raya Provinsi Kalimantan Tengah Tahun
277. 2013-2015. Thesis. Universitas Gadjah
Lubis, D.M., 2015. 'Evaluasi Pengelolaan Obat Mada, Yogyakarta.
Antituberkulosis di Dinas Kesehatan Kota Rumbay, I.N., Kandou, G.D., dan Soleman, T.,
Surakarta', Tesis, Universitas Gadjah 2015. Analysis of Drugs Planning in
Mada, Yogyakarta. Health Office Southeast Minahasa
Mala, C.D.F.U., 2010. 'Analisis Tingkat Ragency. JIKMU., 5: 10.
Kepentingan dan Kinerja Karyawan Sanjaya, G.Y., Hidayat, A.W., 2016. Pemantauan
Bidang Pengujian Balai Besar Pengawas Obat Dan Perbekalan Kesehatan Di
Obat dan Makanan di Manado', . Indonesia: Tantangan Dan
Univarsitas Gadjah Mada, Tesis, Pengembangannya. Jurnal Manajemen
Yogyakarta. Pelayanan Farmasi 6: 10.
MSH, 2012. MDS-3: Managing Access to Satibi, 2015. Manajemen Obat di Rumah Sakit,
Medicines and Health Technologies. 4th ed. Gadjah Mada University Press,
Kumarian Press. Yogyakarta.
Mumek, V.M., Citraningtyas, G., Yamlean, P.V.Y., Swastha, B. dan Sukotjo, I., 2007. Pengantar
2016. Evaluasi Perencanaan Dan Bisnis Modern (Pengantar Ekonomi
Pengadaan Obat Di Instalasi Farmasi Perusahaan Modern), ketiga. ed. Liberty
Rsup Prof. Dr. R. D. Kandou Manado Yogyakarta, Yogyakarta
Berdasarkan Analisis ABC-VEN. Silvania A., Hakim L., Satibi. Evaluasi Kesesuaian
Pharmacon Jurnal Farm. 5 (3) Antara Perencanaan dan Realisasi
Nesi, G., Kristin, E., 2018. Evaluasi Perencanaan Penerimaan Obat di Puskesmas Rawat
Dan Pengadaan Obat Di Instalasi Farmasi Inap Se-Kabupaten Sleman Tahun 2008-
Rsud Kefamenanu Kabupaten Timor 2010. J. Manaj. Dan Pelayanan Farm.
Tengah Utara. JKKI. 7(4) 2012;2(2):90-94.
Oetomo, Budi Sutedjo Dharma. 2002. Tumwine, Y., Kutyabami, P., Odoi, R.A., Kalyango,
Perencanaan dan Pengembangan Sistem. J.N., 2011. Availability and Expiry of
Informasi. Edisi I. ANDI Yogyakarta.. Essential Medicines and Supplies During
Presiden RI, 2010. Peraturan Presiden Nomer the ‘Pull’ and ‘Push’ Drug Acquisition
54 Tahun 2010 Tentang Pengadaan Systems in a Rural Ugandan Hospital.
Barang/Jasa Pemerintah. Trop. J. Pharm. Res. 9.
.
42 MF Vol 16 No 1, 2020