Bab III Komposit LRFD (Materi Baja II)
Bab III Komposit LRFD (Materi Baja II)
u = 500 + 2H (3.1a)
v = 300 + 2H (3.2b)
c. Menentukan nilai rasio sisi panjang (B) da lebar pelat (L) terkoreksi, k;
L
k = f1 (3.2)
B
d. Menentukan koefisien momen m1 dan m2 yang didapat dengan cara
memplotkan nilai u/B dan v/L pada grafik M Pigeaud sesuai dengan nilai
k;
f. Nilai momen lentur pada arah lebar dan panjang pelat dihitung
berdasarkan asumsi kondisi pembebanan beban mati dan beban hidup
pada pelat lantai.
Sumber: http://www.steel-bridges.com/images/content/site_1/composte-
layer.gif
Gambar 3.2 Pelat lantai dalam kondisi pembebanan
BAB III Analisis Perencanaan Jembatan Gelagar Komposit Baja - Beton | 17
Kondisi Pembebanan
Momen rencana:
Momen rencana:
2P
Mx= (m1 + 0,15 m2) (3.4a)
u1
2P
My= (m2 + 0,15 m1) (3.4b)
u1
Momen rencana:
2P
Mx= (m1 + 0,15 m2) (3.5a)
v1
2P
My= (m2 + 0,15 m1) (3.5b)
v1
Momen rencana:
Mx=
P (m + 0,15 m ) (3.6a)
1 2
u1
My=
P (m + 0,15 m ) (3.6b)
2 1
u1
Gambar 3.6 Satu beban terletak simetris terhadap sumbu pendek pelat
Momen rencana:
Mx=
P (m + 0,15 m ) (3.7a)
1 2
v1
My=
P (m + 0,15 m ) (3.7b)
2 1
v1
Gambar 3.7 Satu beban terletak simetris terhadap sumbu panjang pelat
Momen rencana:
Pada saat ini peraturan pembebanan untuk jembatan jalan raya kembali
mengalami penyesuaian. SNI Pembebanan Untuk Jembatan tahun 2004
dibuat untuk menyesuaikan keadaan yang ada. Dibandingkan dengan BMS
1992, SNI Pembebanan Untuk Jembatan tahun 2004 ini terdapat beberapa
perbedaan yaitu berupa nilai serta faktor pembebanannya. Peraturan
pembebanan untuk jembatan jalan raya terbaru yang dikeluarkan adalah
RSNI T-02-2005. Meskipun masih dalam bentuk draf namun peraturan ini
telah disesuaikan dengan keadaan yang ada pada saat ini yaitu dengan
mengubah nilai serta faktor pembebanan yang ada.
Beban tetap merupakan beban yang diakibatkan oleh berat sendiri dari
bagian-bagian struktur jembatan. Berat dari bagian-bagian bangunan
merupakan masa dikalikan dengan percepatan gravitasi g. Percepatan
gravitasi yang digunakan dalam tata cara ini adalah 9,8 m/det2. Besarnya
kerapatan masa dan berat isi untuk berbagai macam bahan diberikan dalam
Tabel 3.1.
BAB III Analisis Perencanaan Jembatan Gelagar Komposit Baja - Beton | 21
Tabel 3.1 Berat isi dan kerapatan masa untuk berat sendiri
a. Berat sendiri
Berat sendiri dari bagian bangunan adalah berat dari bagian tersebut dan
elemen- elemen struktural lain yang dipikulnya. Termasuk dalam hal ini
adalah berat bahan dan bagian jembatan yang merupakan elemen
struktural, ditambah dengan elemen non struktural yang dianggap tetap.
Faktor beban yang digunakan berat sendiri dapat dilihat pada Tabel 3.2.
FAKTOR BEBAN
JANGKA
WAKTU K K
Biasa Terkurangi
Baja,aluminium 1,0 1,1 0,9
Tetap Beton pra cetak 1,0 1,2 0,85
Beton dicor ditempat 1,0 1,3 0,75
Kayu 1,0 1,4 0,7
Sumber: RSNI T-02-2005
22 | BAB III Analisis Perencanaan Jembatan Gelagar Komposit Baja - Beton
Beban mati tambahan adalah berat seluruh bahan yang membentuk suatu
beban pada jembatan yang merupakan elemen non struktural, dan mungkin
besarnya berubah selama umur jembatan seperti:
Faktor beban yang digunakan untuk beban akibat beban mati tambahan
dapat dilihat pada Tabel 3.3.
FAKTOR BEBAN
JANGKA
WAKTU K K
Biasa Terkurangi
Tetap Keadaan umum 1,0 2,0 0,7
Keadaan khusus 1,0 1,4 0,8
Sumber: RSNI T-02-2005
d. Tekanan Tanah
FAKTOR BEBAN
JANGKA
WAKTU K K
Biasa Terkurangi
Tetap 1,0 1,25 0,8
Sumber: RSNI T-02-2005
Beban lalu lintas untuk perencanaan jembatan terdiri dari beban lajur “D”
dan beban truk “T”. Beban lajur “D” bekerja pada seluruh lebar jalur
kendaraan dan menimbulkan pengaruh pada jembatan yang ekuivalen
dengan suatu iring-iringan kendaraan yang sebenarnya.
Pembebanan truk “T” adalah kendaraan berat tunggal dengan tiga gandar
yang ditempatkan dalam kedudukan sembarang pada lajur lalu lintas
rencana. Hanya satu truk “T” boleh ditempatkan pada lajur lalu lintas
rencana. Lajur lalu lintas rencana harus mempunyai lebar 2,75 m. Jumlah
maksimum lajur lalu lintas yang digunakan untuk berbagai lebar jembatan
dapat dilihat dalam Tabel 3.5. Dalam perencanaan ini, beban “T” dihitung
dengan memperhatikan garis pengaruh untuk memperoleh nilai yang
maksimal.
Catatan:
(1) Untuk jembatan tipe lain, jumlah lajur lalu lintas rencana harus
ditentukan oleh instansi yang berwenang;
(2) Lebar lajur kendaraan adalah jarak minimum antara trotoar atau
rintangan untuk satu arah atau jarak antara trotoar/median (untuk
banyak arah);
(3) Lebar minimum yang aman untuk dua lajur kendaraan adalah 6,0 m.
Lebar jembatan antara 5,0 m sampai 6,0 m harus dihindari oleh karena
hal ini akan memberikan kesan kepada pengemudi seolah-olah
memungkinkan untuk menyiap.
a. Beban Lajur “D”
Intensitas dari beban “D”
Beban lajur “D” terdiri dari beban terbagi merata (BTR) dan beban garis
(BGT) seperti terlihat pada Gambar 3.10. Beban garis satu BGT dengan
intensitas p sebesar 49 kN/m harus ditempatkan tegak lurus dari arah lalu
lintas jembatan. Beban terbagi rata : BTR mempunyai intensitas q kPa,
dimana besarnya q tergantung dari panjang total yang dibebani L seperti
berikut:
15
L 30m : q 9,0 0,5 kPa (3.9b)
L
Penyebaran beban “D” pada arah melintang
Beban “D” harus disusun pada arah melintang sedemikian rupa sehingga
menimbulkan momen maksimum. Bila lebar jalur kendaraan jembatan
kurang atau sama dengan 5,5 m maka beban “D” harus ditempatkan pada
seluruh jalur dengan intensitas 100%.
Apabila lebar jalur lebih besar dari 5,5 m, beban “D” harus ditempatkan pada
dua lajur lalu lintas rencana yang berdekatan, dengan intensitas 100 %.
Hasilnya adalah beban garis ekuivalen sebesar n1 x 2,75 q kN/m dan beban
terpusat ekuivalen sebesar n1 x 2,75 p kN kedua-duanya bekerja berupa
strip pada jalur selebar n1 x 2,75 m. Lajur lalu lintas rencana yang
membentuk strip ini bisa ditempatkan di mana saja pada jalur jembatan.
Beban “D” tambahan harus ditempatkan pada seluruh lebar sisa dari jalur
dengan intensitas sebesar 50 %. Susunan pembebanan ini dapat dilihat
pada Gambar 3.11.
Pembebanan truk “T” terdiri dari kendaraan truk semi trailer yang
mempunyai susunan dan berat as seperti terlihat pada Gambar 3.12. Berat
BAB III Analisis Perencanaan Jembatan Gelagar Komposit Baja - Beton | 25
Terlepas dari panjang jembatan atau susunan bentang, hanya ada satu
kendaraan truk “T” yang ditempatkan pada satu lajur lalu lintas rencana.
26 | BAB III Analisis Perencanaan Jembatan Gelagar Komposit Baja - Beton
Kendaraan truk “T” ini harus ditempatkan di tengah-tengah lajur lalu lintas
rencana.
200 200
200
125 500 500
1) Menyebar beban truk tunggal “T” pada balok memanjang sesuai dengan
faktor yang diberikan dalam Tabel 3.7.
2) Momen lentur ultimit rencana akibat pembebanan truk “T” yang
diberikan dapat digunakan untuk pelat lantai yang membentangi gelagar
atau balok dalam arah melintang dengan bentang antara 0,6 dan 7,4 m
3) Bentang efektif S diambil sebagai berikut:
a) Untuk pelat lantai yang bersatu dengan balok atau dinding (tanpa
peninggian), S = bentang bersih.
b) Untuk pelat lantai yang didukung pada gelagar dari bahan berbeda
atau tidak dicor menjadi kesatuan, S = bentang bersih + setengah
lebar dudukan tumpuan.
BAB III Analisis Perencanaan Jembatan Gelagar Komposit Baja - Beton | 27
Tabel 3.7 Faktor distribusi untuk pembebanan truk “T” (RSNI T-02-
2005)
dengan:
Lav = panjang bentang rata-rata dari kelompok bentang yang disambungkan
secara menerus.
Lmax = panjang bentang maksimum dalam kelompok bentang yang
disambung secara menerus.
28 | BAB III Analisis Perencanaan Jembatan Gelagar Komposit Baja - Beton
d) Gaya Rem
f) Gaya Sentrifugal
Faktor-faktor yang digunakan untuk beban lalu lintas dapat dilihat pada
Tabel 3.8.
Tabel 3.8 Faktor untuk beban lalu lintas selain beban dinamik
a. Pengaruh Temperatur
Temperatur
Temperatur jembatan
Tipe bangunan atas jembatan rata-rata
rata-rata minimum (1)
maksimum
Lantai beton di atas
gelagar atau box beton 150 C 400 C
Koefisien perpanjangan
Bahan Modulus elastisitas MPa
akibat suhu (per 0C)
Baja 12 x 10-6 200.000
Beton :
Kuat tekan <30 MPa 10 x 10-6 25.000
Kuat tekan >30 MPa 11 x 10-6 34.000
Aluminium 24 x 10-6 70.000
Sumber: RSNI T-02-2005
Beban akibat aliran air, benda hanyutan, dan tumbukan dengan batang kayu
digunakan untuk perencanaan pilar jembatan (struktur bawah jembatan).
BAB III Analisis Perencanaan Jembatan Gelagar Komposit Baja - Beton | 31
c. Beban Angin
Gaya nominal ultimit dan daya layan jembatan akibat angin (TEW1)
tergantung kecepatan angin rencana seperti berikut:
dengan:
Ab = luas bagian samping jembatan (m2)
CW = koefisien seret (dapat dilihat pada Tabel 3.11)
TEW 1 = gaya nominal akibat angin
VW = kecepatan angin rencana (m/det) untuk keadaan batas yang
ditinjau
Kecepatan angin rencana harus diambil sesuai dengan nilai dalam Tabel
3.12. Luas ekuivalen bagian samping jembatan adalah luas total bagian
yang masif dalam arah tegak lurus sumbu memanjang jembatan. Angin
harus dianggap bekerja secara merata pada seluruh bangunan atas. Apabila
suatu kendaraan sedang berada di atas jembatan, beban garis merata
tambahan arah horizontal harus diterapkan pada permukaan lantai seperti
diberikan dengan rumus:
dengan:
CW = koefisien seret (diambil sebesar1,2)
TEW 2 = beban garis merata tambahan akibat kendaraan
Tipe Jembatan CW
Bangunan atas masif : (1),(2)
b/d = 1,0 2.1 (3)
b/d = 2,0 1,5 (3)
b/d 6,0 1,25 (3)
Bangunan atas rangka 1,2
Sumber: RSNI T-02-2005
Catatan:
(1) b = lebar keseluruhan jembatan dihitung dari sisi luar sandaran
(2) d = tinggi bangunan atas, termasuk tinggi bagian sandaran yang masif
(3) untuk harga antara dari b/d bisa di interpolasi linier
32 | BAB III Analisis Perencanaan Jembatan Gelagar Komposit Baja - Beton
Lokasi
Keadaan Batas
Sampai 5 km dari pantai >5 km dari pantai
Daya Layanan 30 m/s 25 m/s
Pengaruh gempa hanya ditinjau pada keadaan batas ultimit. Pada struktur
jembatan sederhana dapat di simulasi oleh suatu beban statik ekuivalen
sedangkan untuk jembatan besar (bentang panjang), jembatan yang rumit
atau penting diperlukan analisis dinamika lengkap.
T*EQ = Kh x I x W T (3.12a)
Kh = C x S (3.12b)
dengan:
T*EQ = gaya geser dasar total dalam arah yang ditinjau (kN)
Kh = koefisien beban gempa horizontal
C = koefisien geser dasar (pada Gambar 3.15)
I = faktor kepentingan (pada Tabel 3.13)
S = faktor tipe bangunan (pada Tabel 3.14)
WT = berat total nominal bangunan yang mempengaruhi percepatan
gempa. Diambil sebagai beban mati ditambah beban mati
tambahan (kN)
Klasifikasi Harga
Jembatan memuat lebih dari 2000 kendaraan/hari , jembatan pada
jalan raya utama atau arteri dan jembatan dimana tidak ada rute 1,2
alternatif
Seluruh jembatan permanen lainnya dimana rute alternatif tersedia,
tidak termasuk jembatan yang direncanakan untuk pembebanan lalu 1,0
lintas yang dikurangi
Jembatan sementara (misal : Bailey) dan jembatan yang
0,8
direncanakan untuk pembebanan lalu lintas yang dikurangi
Sumber: RSNI T-02-2005
BAB III Analisis Perencanaan Jembatan Gelagar Komposit Baja - Beton | 33
0,25 0,25
0,23 Tanah lunak
0,21 Tanah lunak
0,2 Tanah sedang
0,20 0,20 Tanah sedang
Tanah keras 0,17 Tanah keras
Koefisien "C"
Koefisien "C"
0,15 0,15
0,13
0,11
0,10 0,10
0 1 2 3 0 1 2 3
Waktu Getar "T" (detik) Waktu Getar "T" (detik)
0,25 0,25
Tanah lunak
Tanah lunak
0,20 0,20 Tanah sedang
0,18 Tanah sedang
Tanah keras
Tanah keras
Koefisien "C"
Koefisien "C"
0,15
0,140,15 0,15
0,10 0,10
0,10 0,10
0 1 2 3 0 1 2 3
Waktu Getar "T" (detik) Waktu Getar "T" (detik)
0,25 0,25
Koefisien "C"
Tanah lunak
0,10 0,10
Tanah sedang dan keras
0,07
0,06
0,05 Daerah 5 0,05
0 1 2 3 0 1 2 3
Waktu Getar "T" (detik) Waktu Getar "T" (detik)
Faktor- faktor beban yang digunakan pada aksi lingkungan dapat dilihat
pada Tabel 3.15.
BAB III Analisis Perencanaan Jembatan Gelagar Komposit Baja - Beton | 35
3) Perletakan rol tunggal dan pelat perletakan dari baja mutu tinggi khusus
dan tahan karat yang diperkeras seluruhnya dengan permukaan halus
dan kekerasan tidak kurang dari 350 HB .............................................0,01;
4) Geseran baja tidak berkarat pada PTFE murni yang tidak dilumas untuk
nilai tegangan tekan rata-rata berikut (dihitung hanya untuk pengaruh
permanen):
5 MPa ....................................................................................................0,15
15 MPa ..................................................................................................0,10
30 MPa ..................................................................................................0,05
Kombinasi pada keadaan batas daya layan primer terdiri dari jumlah
pengaruh aksi tetap dengan satu aksi transien. Pada keadaan batas daya
layan lebih dari satu aksi transien bisa terjadi secara bersamaan. Kombinasi
beban terdiri atas tiga macam seperti diberikan dalam Tabel 3.16.
Kombinasi pada keadaan batas ultimit terdiri dari jumlah pengaruh aksi tetap
dengan satu pengaruh aksi transien. Gaya rem TTB atau gaya sentrifugal TTR
bisa digabungkan dengan pembebanan lajur “D” yaitu TTD atau pembebanan
truk “T” yaitu TTT, dan kombinasinya biasa dianggap sebagai satu aksi untuk
BAB III Analisis Perencanaan Jembatan Gelagar Komposit Baja - Beton | 37
Pada keadaan batas ultimit, tidak diadakan aksi transien lain untuk
kombinasi dengan aksi gempa.
Sebagai ringkasan dari faktor beban dan kombinasi beban yang lazim
digunakan dalam perencanaan jembatan komposit diberikan dalam Tabel
3.17 dan Tabel 3.18.
CATATAN (1) Simbol yang terlihat hanya untuk beban nominal, simbol untuk beban
rencana menggunakan tanda bintang, untuk PMS = berat sendiri nominal, P*MS = berat
sendiri rencana
CATATAN (4) “N/A” menandakan tidak dapat dipakai. Dalam hal dimana pengaruh
beban transien adalah meningkatkan keamanan, faktor beban yang cocok adalah nol
38 | BAB III Analisis Perencanaan Jembatan Gelagar Komposit Baja - Beton
BAB III Analisis Perencanaan Jembatan Gelagar Komposit Baja - Beton | 39
Bagan alir dari kombinasi beban dapat dilihat pada Gambar 3.16.
40 | BAB III Analisis Perencanaan Jembatan Gelagar Komposit Baja - Beton
APAKAH AKSI-AKSI
TIDAK TERCANTUM DALAM
PERATURAN?
YA
CEK KOMBINASI
Pada sub-bab ini akan diuraikan tentang sistem struktur komposit dan
perilaku gelagar komposit dalam menahan momen lentur dan gaya geser.
Gelagar komposit yang ditinjau adalah gelagar pada struktur bentang
sederhana dengan tumpuan sendi-rol sehingga hanya terdapat momen
positif yang bekerja.
Lebar efektif diambil nilai sebesar setengah dari nilai yang dihitung pada
kondisi beton meliputi kedua sisi gelagar pada butir 1), 2), dan 3) di atas.
Keterangan notasi:
L = panjang bentang jembatan.
tp = tebal pelat beton
bo = jarak antar gelagar memanjang
Es
n= (3.13)
Ec
dengan:
n = nilai rasio modular
Es = modulus elastisitas baja (MPa)
Ec = modulus elastisitas beton (MPa)
dengan:
Ec = modulus elastisitas beton (MPa)
Wc = berat jenis beton (kg/m3)
f’c = kuat tekan beton (MPa)
bf
f (3.15)
2tf
dengan:
f = nilai kelangsingan pelat sayap
bf= lebar pelat sayap (mm)
tf = tebal pelat sayap (mm)
44 | BAB III Analisis Perencanaan Jembatan Gelagar Komposit Baja - Beton
Selain pada pelat sayap, nilai kelangsingan juga harus ditinjau pada pelat
badan karena akibat lentur maka pelat badan akan mengalami tekan. Nilai
kelangsingan pelat badan dinyatakan dengan notasi w , yang merupakan
perbandingan antara lebar pelat badan dan ketebalannya. Besarnya nilai
w untuk pelat badan dinyatakan dalam Persamaan 3.16 berikut ini:
h
w (3.16)
tw
dengan:
w = nilai kelangsingan pelat badan
h = lebar pelat badan (mm)
tw= tebal pelat badan (mm)
Tabel 3.19 Nilai p dan r pada balok profil I yang menerima lentur
Apabila nilai pada Persamaan 3.15 dan 3.16 lebih kecil dari pada nilai
p maka penampang elemen tersebut termasuk penampang kompak,
sehingga struktur tersebut akan mampu mengembangkan kemampuannya
sampai seluruh elemennya mengalami tegangan leleh tanpa mengalami
buckling. Jika nilai terletak di antara nilai p dan r maka penampang
elemen tersebut digolongkan kedalam penampang tidak kompak,
sedangkan apabila nilai lebih besar dari pada nilai r maka penampang
tersebut digolongkan sebagai penampang langsing.
Apabila penampang gelagar baja pada pelat sayap maupun pelat badan
memenuhi ≤ p , maka penampang tersebut merupakan penampang
kompak. Gelagar komposit dalam daerah momen positif tanpa
menggunakan pengaku badan memanjang dan tanpa lubang pada pelat
sayap profil baja yang tertarik serta sumbu garis netral momen plastis
berada di atas bagian badan, harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
2hcp E
3,76 (3.17a)
tw fy
hcp
5
h' (3.17b)
(H t p th )
h' (3.17c)
7,5
dengan:
hcp = tinggi badan profil baja yang tertekan (mm)
tw = ketebalan pelat badan profil baja (mm)
E = modulus elastisitas pada pelat badan (MPa)
fy = tegangan leleh pelat badan (MPa)
= 0,9 untuk fy ≤ 250 Mpa
= 0,7 untuk fy > 250 Mpa
H = tinggi total gelagar baja (mm)
tp = tebal pelat lantai (mm)
th = tebal bantalan antara pelat lantai dengan serat atas profil baja
(mm)
46 | BAB III Analisis Perencanaan Jembatan Gelagar Komposit Baja - Beton
Pada struktur gelagar komposit kompak, gaya tekan pada slab beton C
dapat dihitung dan merupakan nilai terkecil dari persamaan berikut ini:
dengan:
bp = lebar efektif slab beton
tp = tebal slab beton
f’c = kuat tekan slab beton (MPa)
(Afy)c = perkalian luas dan kuat leleh tulangan baja pada slab beton
A adalah luas tulangan dalam slab beton
fy adalah tegangan leleh tulangan baja dalam slab beton
dengan:
(Afy)bf = hasil kali luas dan tegangan leleh sayap bawah gelagar baja
A = luas sayap bawah profil baja
fy = tegangan leleh sayap bawah profil baja
(Afy)tf = hasil kali antara luas dan tegangan leleh sayap atas gelagar baja
A = luas sayap atas profil baja
fy = tegangan leleh sayap atas profil baja
(Afy)w = hasil kali antara luas dan tegangan leleh badan gelagar baja
A = luas pelat badan profil baja
fy = tegangan leleh pelat badan profil baja
Kedalaman daerah tekan pada slab beton pada slab beton dapat dihitung
dari gaya tekan yang terjadi pada slab yang ditunjukkan pada persamaan
berikut:
C ( Afy ) c
a= (3.19)
0,85 fc ' b p
Jika gaya tekan yang terjadi pada slab beton lebih kecil dari nilai C di atas
maka bagian atas dari gelagar baja akan mengalami gaya tekan C’ yang
diberikan persamaan berikut:
C'
( Afy ) C
2 (3.20)
Lokasi garis netral pada profil baja diukur dari tepi atas profil (y) dapat
ditentukan dengan persamaan berikut:
BAB III Analisis Perencanaan Jembatan Gelagar Komposit Baja - Beton | 47
C'
y t tf (3.21a)
( Afy ) tf
C '( Afy ) tf
y t tf D (3.21b)
( Afy ) w
dengan:
t tf = tebal sayap atas profil baja (mm)
D = tinggi pelat badan profil baja (mm)
1) untuk hcp ≤ h’
Mn = Mp (3.22)
dengan:
fybf = tegangan leleh sayap bawah profil baja (MPa)
Abf = luas pelat sayap bawah profil baja (mm2)
ybf = jarak garis netral plastis ke garis netral sayap bawah profil baja
(mm)
fyw.ten = tegangan leleh pelat badan yang mengalami tegangan tarik
(MPa)
Aw.ten = luas pelat badan yang mengalami tegangan tarik (mm2)
yw.ten = jarak garis netral plastis ke garis netral pelat badan yang
mengalami tegangan tarik (mm)
My = fy x Sbc (3.25)
dengan:
fy = tegangan leleh pada sayap bawah gelagar baja (MPa)
Sbc = momen statis pada sayap bawah beban jangka panjang (mm3)
f p
M n M p (M p M r ) (3.26)
r p
BAB III Analisis Perencanaan Jembatan Gelagar Komposit Baja - Beton | 49
dengan:
Mr = momen batas tekuk pada keadaan f = r (Nmm)
dengan:
Sbc = momen statis pada sayap bawah beban jangka panjang (mm3)
fy = tegangan leleh pada sayap bawah gelagar baja (MPa)
fr = tegangan sisa pada sayap bawah gelagar baja (MPa)
Gaya geser ultimit dalam struktur gelagar komposit didukung oleh pelat
badan. Nilai kuat geser nominal pelat badan dipengaruhi oleh adanya
pengaku vertikal. Apabila pelat badan diberikan pengaku dengan jarak antar
pengaku a dan nilai a tersebut kecil maka kuat geser pelat badan diperoleh
dari kuat geser murni dan kuat geser pasca tekuk yang dihasilkan oleh aksi
medan tarik. Namun apabila jarak antar pengaku cukup lebar atau tanpa
pengaku vertikal maka kuar geser hanya diperoleh dari kuat geser murni
saja.
Kekuatan pelat badan dalam menahan geser ditentukan oleh keadaan leleh
pelat badan dan tekuk lokal pada pelat badan. Tekuk pada pelat badan
dapat terjadi pada kondisi tekuk elastis dan tekuk inelastis yang akan
mempengaruhi besarnya kuat geser nominal.
Tegangan tekuk untuk suatu elemen pelat (τcr ) dirumuskan sebagai berikut:
2 .E.k n
cr (3.28)
12(1 v 2 )(h / t w ) 2
5
kn 5 (3.29)
( a / h) 2
50 | BAB III Analisis Perencanaan Jembatan Gelagar Komposit Baja - Beton
dengan:
E = modulus elastisitas pelat badan (MPa)
v = angka poison
h = tinggi pelat badan (mm)
tw= tebal pelat badan (mm)
a = jarak pengaku vertikal (mm)
Didefinisikan Cv sebagai rasio antara tegangan tekuk geser τcr dengan
tegangan geser leleh τy, maka:
cr 2 .E.k n
Cv (3.30)
y y .12(1 v 2 )(h /t w ) 2
k n .E 1
Cv 1,5 . (3.31)
fy (h / t w ) 2
cr 1 2 .E.k n
Cv 0,8. y (3.33)
y y 12(1 v 2 )(h / t w ) 2
k n .E / fy
Cv 1,10 (3.34)
(h / t w )
Kuat geser nominal untuk elemen pelat badan ditentukan sebagai berikut:
dengan:
Vn = kuat geser nominal pelat badan (N)
Cv = rasio antara tegangan tekuk geser τcr dengan tegangan geser
leleh τy
E = modulus elastisitas pelat badan (MPa)
fy = kuat leleh pelat badan (MPa)
Aw = luas pelat badan (mm2)
BAB III Analisis Perencanaan Jembatan Gelagar Komposit Baja - Beton | 51
C
v
k n .E / fy
Cv 1,10
Vn=0,6.fy.Aw (h / t w )
1
0,8 k n .E 1
Cv 1,5 .
tekuk fy (h / t w ) 2
leleh inelastik
Vn=Cv.0,6.fy.Aw tekuk
h/tw
k n .E k n .E elastik
1,10 1,37
fy fy
Gambar 3.18 Tekuk pelat badan akibat geser murni
Apabila digunakan pengaku vertikal dengan jarak antar pengaku cukup kecil
yaitu dengan nilai perbandingan a/h < 3 maka kekuatan geser pelat badan
akan mendapatkan pengaruh aksi medan tarik yang akan memperbesar nilai
kuat geser nominal (Salmon, C.G., & Johnson, J.E.:1992). Tambahan
kekuatan geser nominal akibat adanya aksi medan tarik adalah:
h.tw.(1 Cv) 1
Vtf (3.36)
2 1 (a / h) 2
1 Cv
Vn 0,6. fyw. Aw Cv
1,15 1 (a / h) 2
(3.37)
Pengaku vertikal diberikan apabila nilai Vu ≤ ø Vn atau jika nilai h/tw > 260
Adanya pengaku dapat meningkatkan kapasitas gaya geser nominal lewat
aksi medan tariknya dan dapat mencegah tekuk lokal sehingga pelat badan
dapat menjadi kompak.
52 | BAB III Analisis Perencanaan Jembatan Gelagar Komposit Baja - Beton
Gelagar komposit baja beton yang dibebani akan mengalami gaya geser
dan momen lentur. Apabila digunakan profil baja IWF maka gaya geser
tersebut akan secara dominan dipikul oleh bagian pelat badan. Sedangkan
momen lentur yang dialami gelagar tersebut akan didukung oleh bagian
sayap. Pada saat menerima momen lentur yang tinggi, pelat badan
mengalami leleh di bagian dekat sayap sehingga tidak mampu memikul
geser. Pada daerah pertengahan tinggi (kedalaman) badan gelagar, gaya
geser tersebut menyebabkan leleh sehingga bagian badan ini tidak mampu
memikul momen lentur.
Hubungan interaksi antara kuat lentur dengan kuat geser menurut Setiawan,
A (2008),ditunjukkan dalam Gambar 3.20.
Mu/ø Mn
A
1
0,75 B
0,6 1 Vu/ø Vn
Mu 5 Vu
1,375 (3.38)
M n 8 Vn
Dalam RSNI T-03-2005, struktur yang mengalami kombinasi gaya geser dan
momen lentur harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
Mu V
0,625 u 1,375 (3.39)
Mn Vn
dengan:
Mu = momen ultimit yang bekerja
Mn = momen lentur nominal
Vu = gaya geser yang bekerja
Vn = kuat geser nominal
= koefisien reduksi = 0,9 untuk geser maupun lentur.
Apabila gelagar diberikan beban secara terpusat maka akan terjadi leleh
lokal akibat terjadinya tegangan tekan yang tinggi dan diikuti dengan tekuk
inelastik pada pelat badan. Untuk mengatasi hal tersebut perlu dihitung kuat
tumpu perlu (Ru) pada profil baja tersebut. Kuat tumpu perlu (Ru) pada pelat
badan harus memenuhi:
Ru ≤ Rb (3.40)
dengan Rb adalah kuat tumpu nominal pelat badan akibat beban terpusat
atau setempat.
Untuk menentukan besarnya kekuatan pelat badan pada kondisi leleh pada
pelat badan maka digunakan keadaan seperti pada Gambar 3.21
k
N + 5k d
N + 2,5k
N
Gambar 3.21 Balok dengan beban terpusat di sekitar tumpuan
54 | BAB III Analisis Perencanaan Jembatan Gelagar Komposit Baja - Beton
Beban terpusat akan mengakibatkan pelat badan pada lokasi sejauh k dari
tepi pelat sayap mengalami kondisi kritis terhadap pelelehan. Berdasarkan
penelitian maka beban tersebut didistribusikan dengan kemiringan 1 : 2,5.
Bila jarak beban terpusat terhadap ujung balok lebih besar dari tinggi balok
d, maka:
Rb = (5k + N) fy tw (3.41a)
Bila jarak beban terpusat terhadap ujung balok lebih kecil atau sama dengan
tinggi balok maka:
dengan:
N = dimensi longitudinal tumpuan (mm)
k = tebal sayap ditambah jari-jari peralihan (mm)
fy = tegangan leleh pelat badan (MPa)
tw= tebal pelat badan (mm)
Kuat pelat badan terhadap tekuk di sekitar pelat sayap yang dibebani
adalah:
1) bila beban terpusat dikenakan pada jarak lebih dari d/2 dari ujung balok:
t
1, 5
Ef t
Rb 0,8t w
2
1 3 N w y f
(3.42a)
d t f
tw
2) bila beban terpusat dikenakan pada jarak kurang dari d/2 dari ujung balok
dan untuk N/d ≤ 0,2
t w Ef y t f
1, 5
N
1 3
Rb 0,4t w
2
(3.42b)
d t f tw
atau, untuk N/d > 0,2:
N tw
1, 5
Ef t
Rb 0,4t w
2
1 4 0,2
y f
(3.42c)
d t f tw
dengan:
N = dimensi longitudinal pelat perletakan atau tumpuan (mm)
d = tinggi pelat badan (mm)
E = modulus elastisitas pelat badan (MPa)
tw = tebal pelat badan (mm)
tf = tebal pelat sayap (mm)
fy = tegangan leleh pada pelat badan (MPa)
BAB III Analisis Perencanaan Jembatan Gelagar Komposit Baja - Beton | 55
Kekuatan pelat badan yang ditinjau terhadap keadaan tekuk lentur akibat
gaya tekan terpusat adalah sebagai berikut:
3
24,08 t w
Rb Ef y
h (3.43)
dengan:
tw= tebal pelat badan (mm)
h = tinggi pelat badan (mm)
E = modulus elastisitas pelat badan (mm)
fy = tegangan leleh pelat badan (mm)
Ru Rn As f y (3.44)
dengan As adalah luas pengaku dan fy adalah tegangan leleh pelat pengaku.
balok baja, beban mati sekunder dan beban hidup akan menyebabkan
lendutan pada penampang komposit.
5 Q L4
maks = (3.45)
384 E I
Akibat beban terpusat P:
1 P L3
maks = (3.46)
48 E I
Apabila beban titik yang terdapat pada bentang tidak berada pada tengah-
tengah bentang seperti yang ditunjukkan dalam Gambar 3.24 di bawah ini,
maka untuk mencari besarnya lendutan pada tengah bentang digunakan
persamaan:
b
P.b(3L2 4b 2 )
δLL = (3.47)
48E s I XC 1
dengan:
δLL = lendutan pada tengah bentang akibat beban titik (mm)
L = bentang jembatan (mm)
b = jarak beban titik dari tumpuan dengan syarat b ≤ 0,5 L (mm)
P = beban titik pada jembatan (mm)
IXC1 = momen inersia komposit pada beban jangka pendek (mm4)
Gaya geser yang terjadi antara pelat beton dan profil baja harus dipikul oleh
sejumlah penghubung geser sehingga tidak terjadi slip pada saat masa
layan. Dalam RSNI T-03-2005 perencanaan penghubung geser dilakukan
pada kondisi daya layan dan tidak perlu diperiksa pada kondisi ultimit.
Sumber: http://www.steel-bridges.com/images/content/site_1/stud-fixing.gif
Gambar 3.25 Jenis shear connector
58 | BAB III Analisis Perencanaan Jembatan Gelagar Komposit Baja - Beton
Besarnya gaya geser memanjang rencana per satuan panjang, VL* dihitung
dengan menggunakan persamaan:
V * . At .Yc
VL* = (3.48)
It
dengan:
VL* = gaya geser arah memanjang rencana tiap satuan panjang (N)
V* = gaya geser rencana dalam keadaan batas daya layan (N)
At = luas slab beton transformasi (mm2)
Yc = jarak garis netral penampang komposit terhadap titik berat luas
slab beton transformasi (mm)
It = momen inersia komposit penampang komposit (mm4)
VL*≤ (3.49)
dengan:
Vsu = kekuatan geser statik dari penghubung (N)
= faktor reduksi,bernilai 0,9 untuk geser
n = jumlah penghubung geser per satuan panjang
a. Untuk stud connector dari baja dengan fu = 460 MPa dan fy = 360 MPa
dan mempunyai perbandingan (h/d) ≤ 4,2 maka:
b. Untuk stud connector dari baja dengan fu = 460 MPa dan fy = 360 MPa
dan mempunyai perbandingan (h/d) > 4,2 maka:
dengan:
Q = kekuatan geser satu buah penghubung geser jenis stud (N)
BAB III Analisis Perencanaan Jembatan Gelagar Komposit Baja - Beton | 59
N .Q
n *
(3.53)
VL
dengan:
n = jarak antar shear connector dalam arah memanjang (mm)
N = jumlah shear connector dalam satu baris
Q = kekuatan geser satu buah penghubung geser jenis stud (N)
*
VL = gaya geser arah memanjang rencana tiap satuan panjang (N)
Sambungan pada gelagar digunakan alat sambung berupa baut mutu tinggi.
Pada sambungan ini digunakan pelat sambung pada bagian sayap maupun
badan. Gaya yang bekerja pada sambungan adalah gaya geser dan momen
lentur. Perencanaan sambungan baut harus memenuhi persyaratan sebagai
berikut:
60 | BAB III Analisis Perencanaan Jembatan Gelagar Komposit Baja - Beton
s1
s1
s1 s s s1 s1 s s s1
Kuat tarik minimum baut (fuf ) dinyatakan dalam satuan Mega Pascal (MPa)
dapat dihitung dengan cara:
T
f uf (3.54)
As
dengan:
fuf = kuat tarik minimum baut (MPa)
T = gaya tarik minimum baut, Tabel 3.20 (N)
As = luas baut, Tabel 3.21 (mm2)
Kekuatan nominal satu buah baut (Vf ) yang memikul gaya geser harus
memenuhi persamaan:
dengan:
fuf = kekuatan tarik minimum baut (MPa)
kr = faktor reduksi, untuk memperhitungkan panjang sambungan
lebih Lj yang di baut, untuk semua sambungan lain, kr = 1,0
nn = jumlah bidang geser melalui bagian baut
Ae = luas diameter lebih kecil pada baut (mm2)
nx = jumlah bidang geser melalui bagian baut
Ao = luas batang polos nominal pada baut (mm2)
Kekuatan tumpuan nominal pelat lapis (Vb) yang memikul gaya geser
dihitung sebagai berikut:
dengan:
df= diameter baut (mm)
tp = tebal pelat lapis (mm)
fup = kuat tarik pelat lapis (MPa)
62 | BAB III Analisis Perencanaan Jembatan Gelagar Komposit Baja - Beton
Kekuatan nominal sambungan baut dalam menahan gaya geser, untuk satu
buat baut (Vn) diambil sebagai nilai terkecil dari Vf dan Vb di atas.
Vu ≤ Vn (3.57)
dengan:
Vn = kekuatan geser nominal satu buah baut (N)
= faktor reduksi yang diambil sebesar 0,75
Jumlah baut yang diperlukan (n) pada sambungan dapat dihitung dengan
persamaan:
Vu
n (3.58)
Vn
Pada sambungan gelagar yang terdapat pada pelat sayap, maka
sambungan tersebut didesain sebagai sambungan yang menahan gaya
tarik. Besarnya kekuatan tarik pada pelat sayap dihitung dengan
persamaan:
M max
Tuf (3.59)
h
dengan:
Tuf = gaya yang bekerja pelat sayap (kN)
Mmax = kapasitas momen nominal gelagar (kNm)
h = tinggi profil baja (m)
dengan:
As = luas tegangan tarik baut (mm2)
fuf = kekuatan tarik minimum baut (MPa)
Karet sintetis atau bantalan neoprene sudah digunakan secara luas sebagai
perletakan jembatan karena ekonomis dan hanya membutuhkan biaya
perawatan yang kecil. Bantalan neoprene memiliki beberapa karakteristik
yaitu kompak, tahan cuaca, dan tahan api. Oleh karena itu sekarang ini
perletakan elastomerik sudah hampir sepenuhnya menggantikan
penggunaan perletakan steel rocker dan perletakan roll. Chlorophene
BAB III Analisis Perencanaan Jembatan Gelagar Komposit Baja - Beton | 63
adalah bahan mentah utama yang akan digunakan oleh IRC: 83 (Part II)-
1987 untuk pembuatan perletakan elastomer.
dengan:
αd = sudut rotasi yang bisa diambil sebesar (400 Mmax L)/(EI)
10-3
n = jumlah lapisan elastomer
β = (σm)/( σm.max)
σm = tegangan tekan rerata
σm.max = 10 N/mm2
σbi.max = (0,5 σm hi)/(b.s2)
k. Dalam kondisi pembebanan kritis, batasan-batasan di bawah ini harus
terpenuhi untuk memastikan adanya gesekan/friksi yang mencukupi:
Regangan geser ≤ 0,2 + 0,1 σm
BAB III Analisis Perencanaan Jembatan Gelagar Komposit Baja - Beton | 65
10 N/mm2 ≥ σm ≥ 2 N/mm2
l. Tegangan geser total akibat beban normal dan horizontal serta rotasi
harus kurang dari 5 N/mm2.
Tegangan geser akibat beban normal = τc = (1,5 σm)/S N/mm2
Tegangan geser akibat beban horizontal = regangan geser = τr N/mm2
Tegangan geser akibat rotasi = τa = 0,5 (b/hi)2 σbi N/mm2
m. Dimensi standar perletakan elastomerik dan data spesifikasi
perancangan tercantum dalam Tabel 3.22.
Informasi umum
Pemilihan Profil
Section
Properties
Design
pengaku
Tidak Aman? Ya
Cek Lendutan
Tidak Aman?
Ya
SELESAI