Makalah Normalitas Fix
Makalah Normalitas Fix
NORMALITAS
disusun oleh:
KELOMPOK 4
DIII KEPERAWATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES
PALANGKARAYA
2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena telah
melimpahkan rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan sehingga makalah kami dapat
menyelesaikan makalah ini pada waktunya, dengan judul “Normalitas”.
Terima kasih juga kami ucapkan kepada teman-teman yang telah berkontribusi
dengan memberikan ide-idenya sehingga makalah ini bisa disusun dengan baik dan rapi.
Kami berharap semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan para pembaca.
Namun terlepas dari itu, kami memahami bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna,
sehingga kami sangat mengharapkan kritik serta saran yang bersifat membangun demi
terciptanya makalah selanjutnya yang lebih baik lagi.
2
DAFTAR ISI
Kata Pengantar................................................................................................................ 2
Daftar isi.......................................................................................................................... 3
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang........................................................................................................... 4
B. Rumusan Masalah...................................................................................................... 4
C. Tujuan......................................................................................................................... 4
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Norma...................................................................................................... 5
B. Macam-macam Norma............................................................................................... 7
D. Tujuan Norma............................................................................................................ 11
Kesimpulan..................................................................................................................... 12
Daftar Pustaka................................................................................................................. 13
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Tes psikologis adalah bidang yang ditandai dengan penggunaan contoh perilaku
dalam rangka untuk menilai psikologis membangun, seperti fungsi kognitif dan emosional,
tentang individu tertentu. Dalam tes psikologis ini terdapat alat pengukurnya sendiri yang
merupakan alat bantu dalam tujuan keseluruhan penyelidikan psikologis dan tidak boleh
diabaikan. Pengukuran berlaku untuk test hasil belajar dan sampai batas-batas tertentu juga
bisa untuk test bakat. Untuk test sikap dan kepribadian dipergunakan istilah penilaian. Setiap
penilaian pada hakekatnya dicakup oleh proses belajar seorang individu yang menyangkut
seluruh kepribadian, meliputi : pengalaman, sikap, minat, kematangan, dan pertumbuhan
serta kemampuannya.
Alat pengukuran ini juga memiliki ciri-ciri diantaranya validitas, reabilitas, dan
norma. Dalam makalah ini sendiri akan dibahas salah satu ciri alat pengukuran yaitu norma.
Norma diperlukan dalam pengukuran psikologi, karena Penggunaan acuan norma dilakukan
untuk menyeleksi dan mengetahui dimana posisi seseorang terhadap kelompoknya.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan norma sebagai ciri dari alat pengukuran?
2. Apa saja macam-macam norma?
3. Apa saja jenis-jenis norma Tes?
4. Apa tujuan dari norma?
C. TUJUAN
1. Mengetahui apa yang dimaksud dengan norma.
2. Mengetahui macam-macam norma.
3. Mengetahui jenis-jenis dari norma tes.
4. Mengetahui tujuan dari norma.
4
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN NORMA
Norma kerap digunakan dalam bidang Psikometri, yaitu cabang ilmu psikologi yang
melakukan pengukuran psikologis untuk mendalami seluk beluk pengukuran serta analisis
dari berbagai perbedaan yang terdapat antara individu atau individual differences, sehingga
fungsi psikometri dalam psikologi dapat dikatakan mempelajari perbedaan antar individu dan
kelompok. Pada awalnya sejarah psikometri dalam psikologi dilakukan untuk mengukur
kecerdasan, akan tetapi sejalan dengan perkembangan zaman maka sekarang manfaat
psikometri dalam psikologi digunakan dalam bidang ilmu sosial juga termasuk pendidikan
dan psikologi dalam lingkup pengukurang pengetahuan, kemampuan, sikap dan kepribadian.
Salah satu hasil dari aktivitas psikometri adalah tes psikologis atau yang dikenal dengan
psikotes.
Norma – norma pengukuran dalam psikologi adalah penyebaran skor – skor dari suatu
kelompok yang digunakan sebagai tolok ukur untuk memberi makna pada skor yang
dihasilkan oleh individu dalam suatu tes. Norma mengacu pada performa yang dilakukan
oleh kelompok yang telah ditentukan pada jenis tes tertentu. Didalam sebuah tes, norma
didasarkan pada distribusi skor yang diperoleh dari beberapa sampel individu yang telah
ditentukan sebelumnya. Ada dua jenis norma yaitu:
5
berhasil diwujudkan dengan berbagai praktek yang membantu dalam menempatkan
norma bertingkat usia ketika anak melakukan performa.
2. Norma kelompok
Norma – norma pengukuran dalam psikologi jenis ini digunakan untuk mengetahui
posisi subjek dalam distribusi sampel normatif. Sampel normatif adalah skor subjek
yang dibandingkan dengan skor kelompok. Apabila peneliti hendak menggambarkan
posisi individu dengan cara membandingkan kemampuan dan kelompok, maka raw
score atau nilai mentah harus dimasukkan ke dalam skala yang sama. Ada beberapa
macam skala yaitu percentile rank dan standard score yang terbagi lagi menjadi z-
score, t-scale, c-scale, stanine dan deviation IQ. Hampir semua tes yang dilakukan
sekarang ini memiliki sejenis norma dalam kelompok, yang mengevaluasi kinerja
individu berdasarkan kerja kelompoknya yang sudah memiliki standar sendiri dan
paling bisa dibandingkan. Misalnya ketika membandingkan skor mentah seorang anak
dengan skor mentah anak yang memiliki usia kronologis sama atau yang berada di
kelas yang sama. Skor – skor tersebut dalam kelompok memiliki arti kuantitatif yang
sama dan didefinisikan dengan jelas, bisa digunakan secara cukup layak pada
kebanyakan macam analisis statistik. Beberapa jenis norma kelompok yang sering
digunakan yaitu:
Grade Norm – Norma – norma pengukuran dalam psikologi yang berdasarkan
tingkat atau grade dibentuk dari perhitundan mean, median atau modus dari
skor yang dihasilkan sejumlah subjek pada setiap tingkat sampel representatif.
Age Equivalent – Item persoalan tes pada skala ini dikelompokkan
berdasarkan tingkatan usia subjek tes.
Percentile – Skor persentil menunjukkan adanya posisi individu yang relatif
dalam sampel, dan dapat dianggap sebagai peringkat dalam suatu kelompok
subjek yang anggotanya berjumlah 100 orang.
Standard Score Norm – Ini adalah norma yang paling banyak digunakan dan
merupakan jenis norma yang paling memuaskan. Pembentukannya
berdasarkan proses yang diawali dengan pengukuran pada atribut psikologis
tertentu dari sekelompok subjek sebagai sampe yang dapat mewakili satu
populasi. Ketahui juga mengenai macam – macam skala pengukuran dalam
psikologi, pendekatan fungsional dalam psikologi, dan hubungan psikologi
dengan statistika.
6
B. Macam-Macam Norma
PAN ialah penilaian yang membandingkan hasil nilai suatu tes terhadap hasil
dalam kelompoknya. Pendekatan penilaian ini dapat dikatakan sebagai pendekatan “apa
adanya” dalam arti, bahwa patokan pembanding semata–mata diambil dari kenyataan–
kenyataan yang diperoleh pada saat pengukuran/penilaian itu berlangsung, yaitu hasil tes
yang diukur itu beserta pengolahannya, penilaian ataupun patokan yang terletak diluar
hasil–hasil pengukuran kelompok manusia.
7
2. Penilaian Acuan Patokan (PAP)
PAP pada dasarnya berarti penilain yang membandingkan hasil suatu tes terhadap
suatu patokan yang telah ditetapkan sebelumnya. Pengertian ini menunjukkan bahwa
sebelum usaha penilaian dilakukan terlebih dahulu harus ditetapkan patokan yang akan
dipakai untuk membandingkan angka-angka hasil pengukuran agar hasil itu
mempunyai arti tertentu. Dengan demikian patokan ini tidak dicari-cari di tempat lain
dan pula tidak dicari di dalam sekelompok hasil pengukuran sebagaimana dilakukan
pada PAN.
Dalam konteks pendidikan, patokan yang telah disepakati terlebih dahulu itu
biasanya disebut “Tingkat Penguasaan Minimum”. Hasil tes yang dapat mencapai atau
bahkan melampai batas ini dinilai “lulus” dan belum mencapainya nilai “tidak lulus”
mereka yang lulus ini diperkenankan menempuh tingkat yang lebih tinggi, sedangkan
yang belum lulus diminta memantapkan lagi kegiatan belajarnya sehingga mencapai
“batas lulus” itu.
Dengan patokan yang sama ini pengertian yang sama untuk hasil pengukuran
yang diperoleh dari waktu ke waktu oleh kelompok yang sama ataupun berbeda-beda
dapat dipertahankan. Yang menjadi hambatan dalam penggunaan PAP adalah sukarnya
menetapkan patokan yang benar-benar tuntas.
Tujuan penggunaan tes acuan patokan berfokus pada kelompok perilaku siswa
yang khusus. Joesmani menyebutnya dengan didasarkan pada kriteria atau standard
khusus. Dimaksudkan untuk mendapat gambaran yang jelas tentang performan peserta
tes dengan tanpa memperhatikan bagaimana performan tersebut dibandingkan dengan
performan yang lain. Dengan kata lain tes acuan kriteria digunakan untuk menyeleksi
(secara pasti) status individual berkenaan dengan (mengenai) domain perilaku yang
ditetapkan / dirumuskan dengan baik.
8
defined body of learner behaviors. Dalam standar ini penentuan tingkatan (grade)
didasarkan pada sekor-sekor yang telah ditetapkan sebelumnya dalam bentuk persentase.
Untuk mendapatkan nilai A atau B, seorang siswa harus mendapatkan sekor tertentu
sesuai dengan batas yang telah ditetapkan tanpa terpengaruh oleh performan (sekor) yang
diperoleh siswa lain dalam kelasnya. Salah satu kelemahan dalam menggunakan standar
absolut adalah sekor siswa bergantung pada tingkat kesulitan tes yang mereka terima.
Artinya apabila tes yang diterima siswa mudah akan sangat mungkin para siswa
mendapatkan nilai A atau B, dan sebaliknya apabila tes tersebut terlalu sulit untuk
diselesaikan, maka kemungkinan untuk mendapat nilai A atau B menjadi sangat kecil.
Namun kelemahan ini dapat diatasi dengan memperhatikan secara ketat tujuan yang akan
diukur tingkat pencapaiannya.
Tujuan penggunaan tes acuan norma biasanya lebih umum dan komprehensif dan
meliputi suatu bidang isi dan tugas belajar yang besar. Tes acuan norma dimaksudkan
untuk mengetahui status peserta tes dalam hubungannya dengan performans kelompok
peserta yang lain yang telah mengikuti tes. Tes acuan kriteria Perbedaan lain yang
mendasar antara pendekatan acuan norma dan pendekatan acuan patokan adalah pada
standar performan yang digunakan.
Pada pendekatan acuan norma standar performan yang digunakan bersifat relatif.
Artinya tingkat performan seorang siswa ditetapkan berdasarkan pada posisi relatif
dalam kelompoknya; Tinggi rendahnya performan seorang siswa sangat bergantung pada
9
kondisi performan kelompoknya. Dengan kata lain standar pengukuran yang digunakan
ialah norma kelompok. Salah satu keuntungan dari standar relatif ini adalah penempatan
sekor (performan) siswa dilakukan tanpa memandang kesulitan suatu tes secara teliti.
Kekurangan dari penggunaan standar relatif diantaranya adalah
1) dianggap tidak adil, karena bagi mereka yang berada di kelas yang memiliki sekor
yang tinggi, harus berusaha mendapatkan sekor yang lebih tinggi untuk
mendapatkan nilai A atau B. Situasi seperti ini menjadi baik bagi motivasi beberapa
siswa.
2) Standar relatif membuat terjadinya persaingan yang kurang sehat diantara para
siswa, karena pada saat seorang atau sekelompok siswa mendapat nilai A akan
mengurangi kesempatan pada yang lain untuk mendapatkannya.
Tujuan penggunaan tes acuan norma biasanya lebih umum dan komprehensif dan
meliputi suatu bidang isi dan tugas belajar yang besar. Tes acuan norma dimaksudkan
untuk mengetahui status peserta tes dalam hubungannya dengan performans kelompok
peserta yang lain yang telah mengikuti tes. Tes acuan kriteria Perbedaan lain yang
mendasar antara pendekatan acuan norma dan pendekatan acuan patokan adalah pada
standar performan yang digunakan. Pada pendekatan acuan norma standar performan
yang digunakan bersifat
1) dianggap tidak adil, karena bagi mereka yang berada di kelas yang memiliki sekor
yang tinggi, harus berusaha mendapatkan sekor yang lebih tinggi untuk
mendapatkan nilai A atau B. Situasi seperti ini menjadi baik bagi motivasi beberapa
siswa.
2) Standar relatif membuat terjadinya persaingan yang kurang sehat diantara para
siswa, karena pada saat seorang atau sekelompok siswa mendapat nilai A akan
mengurangi kesempatan pada yang lain untuk mendapatkannya.
10
D. TUJUAN NORMA
11
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
12
DAFTAR PUSTAKA
https://dosenpsikologi.com/norma-norma-pengukuran-dalam-psikologi
http://nindyaajja.blogspot.com/2010/11/norma-dalam-psikometri.html?m=1
https://www.slideshare.net/pjj_kemenkes/pengukuran-dan-uji-psikologis
https://www.academia.edu/9738104/BAB_II_PEMBAHASAN_PENGUKURAN_DAN_UJI_PERILAKU
13