Anda di halaman 1dari 9

Pencemaran Tanah Pertanian

Tanah yang merupakan salah satu penunjang kehidupan yang ada di bumi
adalah bagian yang terdapat pada kerak bumi yang tersusun atas mineral dan
bahan organik. Pada dasarnya, tanah merupakan campuran dari berbagai mineral
dan bahan organik, yang mampu menopang kehidupan tanaman. Di dalam tanah
terdapat unsur hara yang diperlukan oleh tanaman. Unsur hara dapat digolongkan
menjadi dua yaitu unsur hara makro dan mikro. Unsur hara makro adalah unsur
unsur yang dibutuhkan dalam jumlah besar oleh tanaman, meliputi karbon (C),
hidrogen (H2), Oksigen (O2), nitrogen (N2), fosfor (P), kalium (K), kalsium (Ca),
magnesium (Mg), dan belerang (S). Unsur hara mikro adalah unsur yang
dibutuhkan dalam jumlah kecil oleh tanaman dan bersifat esensial, meliputi boron
(B), klor (Cl), tembaga (Cu), besi (Fe), mangan (Mn), molibdenum (Mo), natrium
(Na), vanadium (V), dan seng (Zn) (Achmad, 2004).
Tanah dapat sebagai tempat penampungan berbagai bahan pencemar, salah
satu diantaranya adalah cemaran berupa logam berat. Sebagai contoh, partikel Pb
yang berasal dari asap buangan kendaraan bermotor ditemukan dalam jumlah
yang sangat besar dalam tanah, terutama tanah yang berada di sepanjang jalan
raya (Manahan, 1994; Achmad, 2004). Sumber utama pencemaran logam berat
pada tanah pertanian di Cina berasal dari emisi pabrik, air limbah, dan residu
pupuk (Cheng, 2003). Konsentrasi logam berat As, Cd, Hg, dan Pb dalam seluruh
sampel tanah yang dianalisis oleh Jia et al. (2010) lebih tinggi dibandingkan

Dalam pertanian yang intensif, berkembangnya pertanian akan dibarengi


dengan penggunaan pupuk (organik dan anorganik) dan pestisida dalam jumlah
besar. Dengan meningkatnya penggunaan pupuk anorganik dan organik juga
dapat menyebabkan meningkatnya logam berat seperti Cd, Pb, Cu, dan Zn dalam
tanah dan tanaman (He et al., 2005).

Logam Berat Timbal (Pb)


Logam Pb (Plumbum) dan sering disebut logam timbal dengan nomor
atom 82 terletak pada golongan IVA pada daftar periodik unsur. Logam Pb yang
memiliki massa atom relatif (Ar): 207,19 g/mol adalah logam berat, lunak,

berwarna abu-abu kebiruan atau keperakan, mempunyai kerapatan (densitas) yang


tinggi yaitu 11,48 g/mL (Svehla, 1979). Penggunaan logam Pb sangat bervariasi
meliputi: peralatan, tempat penyimpanan makanan, pelapis barang pecah belah,
pipa air dan pipa pembuangan, tinta, dan cat. Keberadaan logam Pb di alam
adalah sebagai galena (PbS) dan mengalami pelapukan sehingga menghasilkan
logam Pb kadar tinggi dalam tanah. Konsentrasi rata-rata Pb dalam tanah berkisar
antara 15 dan 25 mg/kg. Selain sumber alami, Pb bersumber dari aktivitas
manusia (anthropogenic activities) seperti: penggunaan Pb sebagai zat aditif
bahan bakar premium, penambangan dan peleburan Pb, percetakan, cat, limbah
lumpur, dan penggunaan agrokimia (pupuk dan pestisida). Begitu juga, Pb yang
terdapat pada uap air di udara yang tersuspensi diendapkan pada permukaan tanah
dan tertahan dalam lapisan atas tanah (2-5 cm) (Davies, 1990; Radojević and
Bashkin, 1999). Marjanović et al. (2009) juga melaporkan bahwa 93,3% sampel
tanah dearah perkotaan di Belgrade, Serbia terkontaminasi logam Pb sangat
tinggi. Tingginya kandungan Pb tersebut disinyalir berasal dari aktivitas
antropogenik, terutama dari lalulintas yang menggunakan bahan bakar bensin.
Senyawa-senyawa Pb sangat persisten, bahkan jika semua emisi tiba-tiba berhenti,
maka polusi Pb akan tertinggal di sekitar kita hingga berabad-abad lamanya.
Manusia terpapar Pb yang berasal dari berbagai sumber, sebagian besar
terjadi melalui pernafasan dan pencernaan. Timbal (Pb) yang terhirup lewat
pernafasan akan masuk ke peredaran darah dan terdistribusi ke seluruh tubuh, dan
kemudian mengumpul pada darah, tulang, dan jaringan-jaringan halus. Sementara
itu, Pb yang masuk melalui pencernaan, 10 hingga 15% terabsorbsi ke dalam

tubuh, bahkan terabsorbsi lebih besar pada anak-anak dan wanita hamil. Oleh
karena Pb yang masuk ke dalam tubuh tersebut tidak siap diekskresikan, maka
dapat mempengaruhi ginjal, hati, sistem syaraf, dan organ-organ lain (Radojević
and Bashkin, 1999).
Kelebihan Pb yang terpapar ke dalam tubuh dapat menyebabkan anemia,
gangguan ginjal, gangguan reproduksi, gangguan syaraf seperti keterbelakangan
mental, dan/atau gangguan prilaku. Perubahan dalam proses-proses tubuh juga
terjadi walaupun terpapar Pb pada dosis rendah, terutama anak-anak dan janin
sangat peka, sehingga mereka sering menderita kerusakan sistem syaraf pusat atau
kelambatan pertumbuhan. Keracunan Pb pada tingkat rendah mungkin memiliki
gejala non spesifik seperti sakit kepala, perih lambung, dan cepat marah. Apabila
kadar Pb-darah tinggi pada anak-anak, maka pertumbuhannya mungkin terhambat
dan kecerdasannya berkurang, tapi pada orang dewasa, mungkin menyebabkan
ginjal rusak, tidak subur, dan kanker. Akan tetapi, ketika konsentrasi Pb amat
sangat tinggi (> 100 µg/dL), biasanya menyebabkan kematian (Radojević and
Bashkin, 1999).
2.2.2 Logam Berat Kadmium (Cd)
Kadmium adalah logam berwarna putih perak, liat dan dapat ditempa.
Logam Cd adalah unsur transisi yang terletak pada Golongan IIB dengan nomor
atom 48 dan memiliki massa atom relatif (Ar) 112,4 g/mol. Logam ini mempunyai
densitas 8,64 g/cm3 , meleleh pada suhu 320,9 oC dan mendidih pada suhu 767 oC.
Kadmium merupakan logam non esensial baik untuk tanaman, hewan, maupun
manusia. Unsur Cd berada di bawah Zn sehingga Cd memiliki sifat kimia yang mirip dengan
Zn yang merupakan unsur esensial bagi hewan dan tumbuh

tumbuhan. Cd dapat mensubstitusi Zn jika Zn tidak tersedia, sehingga terjadi


malfungsi dalam proses metabolisme. Logam ini merupakan unsur toksik bagi
manusia yang dapat mempengaruhi ginjal dan tulang dan merupakan karsinogen
bagi pernafasan. Unsur ini sangat biopersisten, tetapi mempunyai sedikit sifat
toksik, begitu terserap oleh organisme, akan tertinggal dan diam di dalam tubuh
hingga bertahun-tahun. Akumulasi Cd sebagian besar dalam ginjal dan hati hewan
vertebrata dan dalam hewan akuatik invertebrata, serta dalam alga. (Svehla, 1979;
Chang, 1991; UNEP, 2010; Wuana and Okieimen, 2011).
Kadmium banyak digunakan dalam campuran logam (alloys),
elektroplating sebagai pelindung logam dari karat, dan sebagai zat warna dan
penstabil pada polyvinil chloride (PVC). Logam kadmium juga banyak digunakan
dalam pabrik cat, plastik, dan batterai. Logam ini juga sebagai pengotor dalam
pupuk fosfat, detergen, dan pruduk minyak bumi. Kadmium sering terkandung di
dalam limbah lumpur yang berasal dari pengelolaan limbah cair, sehingga lumpur
tersebut tidak dapat digunakan sebagai pupuk untuk pertanian karena Cd dapat
terakumulasi dalam tanaman. Kandungan Cd yang tinggi dalam jaringan tanaman
dapat membahayakan binatang dan manusia yang mengkonsumsi tanaman
tersebut sebagai makanan. Masuknya kadmium ke dalam tubuh hewan dan
manusia biasanya terjadi melalui pencernaan dan pernafasan. Kadmium
berpotensi menyebabkan kanker paru-paru, prostat, ginjal dan bahkan
menyebabkan kematian. Sebagai contoh, 100 orang jepang meninggal karena
keracunan Cd pada tahun 1950an akibat mengkonsumsi beras yang dihasilkan dari tanah
yang tercemar. Penyakit yang diderita ini akhirnya dikenal sebagai penyakit

“itai itai”. Oleh sebab itu, WHO menyarankan agar kadmium yang masuk (intake)
setiap hari tidak boleh lebih dari 1 µg per kg berat badan (Merian, 1991; Chang,
1991; Radojević and Bashkin, 1999; Wuana and Okieimen, 2011). Kadmium
dapat menyebabkan iritasi paru-paru, tekanan darah tinggi, kerusakan ginjal, dan
kemandulan pada laki-laki. Cd yang terpapar jangka lama dapat menyebabkan
tulang menjadi rapuh. (Radojević and Bashkin, 1999).
Kadmium bersifat persisten dalam lingkungan dan tidak dapat dihancurkan
untuk menurunkan sifat toksisitasnya (UNEP, 2010). Peningkatan Cd total dalam
tanah disebabkan karena input aplikasi pertanian seperti pupuk, pestisida, dan
biosolids (limbah lumpur), pembuangan limbah industri atau pengendapan
kontaminan yang berasal dari atmosfer. Derajat bioavailabilitas dan potensi
pengaruhnya bergantung pada spesies Cd tersebut di lingkungan (UNEP, 2010;
Wuana and Okieimen 2011). Dengan demikian, spesiasi Cd dapat digunakan
untuk menentukan bioavailabilitasnya, sehingga akumulasinya di dalam tanaman
seperti sayur dapat diprediksi.

Logam Berat Tembaga (Cu)


Tembaga adalah logam transisi yang berwarna merah terang, lunak, dan
mudah dibentuk, serta merupakan penghantar listrik yang baik. Unsur Cu ini
terletak pada periode 4 dan Golongan IB di dalam daftar periodik unsur, dengan
nomor atom 29 dan massa atom relatifnya 63,5 g/mol. Densitas logam Cu adalah
8,96 g/cm3 , meleleh pada 1083 oC dan mendidih pada suhu 2595 oC (Svehla,
1979; Baker, 1990; Chang, 1991; Wuana and Okieimen, 2011). 22
Tembaga merupakan mikronutrien esensial yang diperlukan dalam
pertumbuhan baik hewan maupun tanaman. Cu yang ada dalam tubuh manusia
berperan dalam membantu proses produksi haemoglobin (Hb) darah, sedangkan
pada tumbuh-tumbuhan, Cu berperan penting dalam produksi biji, memberi
perlawanan terhadap penyakit, dan pengaturan air. Walaupun Cu esensial bagi
manusia, namun dalam konsentrasi tinggi justru dapat menyebabkan anemia,
kerusakan hati dan ginjal, dan iritasi lambung dan usus (Radojević and Bashkin,
1999; Wuana and Okieimen, 2011).
Logam Cu digunakan secara besar-besaran dalam industri kawat dan
campuran logam (alloys) seperti kuningan dan prunggu. Pipa air terbuat dari
logam yang mengandung Cu dan fungsi Cu tersebut adalah sebagai aditif untuk
mengontrol pertumbuhan alga. Hal ini menyebabkan air minum sering
terkontaminasi oleh Cu (Baker, 1990; Wuana and Okieimen, 2011).
Tembaga yang masuk ke dalam lingkungan akan berinteraksi secara cepat
membentuk senyawa yang stabil sehingga tidak berbahaya bagi lingkungan.
Senyawa stabil yang dibentuk oleh Cu dengan lingkungan dapat berupa sulfida,
sulfat, garam-garam sulfo, karbonat dan senyawa-senyawa lain, dan juga terjadi
dalam bentuk terreduksi yaitu dalam bentuk logamnya. Cu yang ada dalam tanah
membentuk kompleks kuat dengan organik sehingga fraksi ion Cu(II) dalam
larutan tanah sangat sedikit, tetapi kelarutan Cu meningkat drastis jika pH turun
dari 6,0 – 6,5 menjadi pH 5,5 (Baker, 1990; Wuana and Okieimen, 2011).
Bioavailabilitas Cu terhadap tanaman bergantung pada kesiapan ion
[Cu(H2O)6] 2+ yang tersedia diabsorbsi oleh tanaman dalam tanah asam dan

Cu H2O dalam tanah netral dan basa. Dengan demikian, availabilitas Cu

berhubungan dengan potensi kimia (sesuai dengan pH) spesies masing-masing di


dalam larutan tanah. Oleh sebab itu, tanah yang terkontaminasi logam berat ini
mungkin mempunyai ancaman secara langsung dan tak langsung. Ancaman
langsung yaitu memberi pengaruh negatif terhadap pertumbuhan tanaman dan
hasil panen dan ancaman tak langsung yaitu masuknya logam berat tersebut ke
dalam rantai makanan sehingga memberi pengaruh negatif terhadap kesehatan
manusia (Baker, 1990; Wuana and Okieimen, 2011).

Logam Berat Kromium (Cr)


Kromium adalah logam rapuh yang berwarna abu-abu dan dapat dibuat
mengkilaf, tidak begitu lunak dan tidak dapat ditempa maupun dibengkokkan.
Kromium merupakanm logam transisi yang terletak pada Golongan VIB, dengan
nomor atom 24, massa atom relatifnya 51,996 g/mol, dan densitasnya 7,19 g/cm3.
Logam ini meleleh pada suhu 1775 oC dan mendidih pada suhu 2665 oC. Ini
adalah logam yang kurang lazim dan di alam tidak berada dalam bentuk unsur,
tetapi dalam bentuk senyawa. Unsur ini tahan terhadap oksidasi, maka digunakan
dalam alloys, sehingga tahan terhadap korosi. Keberadaan Cr dalam campuran
logam dapat memperkuat logam tersebut. Kromium adalah hasil tambang,
utamanya sebagai bijih dalam bentuk mineral kromit (FeCr2O4) (Svehla, 1979;
McGrath and Smith, 1990; Chang, 1991; Wuana and Okieimen, 2011).
Kromium (Cr) di lingkungan dapat berasal dari: pabrik logam non besi,
pabrik baja, bahan kimia organik dan petrokimia, produksi kertas dan bubur kayu,
pemurnian minyak bumi, pembangkit listrik, pabrik kain, penyamakan kulit, 24
elektroplating, kendaraan bermotor, semen, pupuk, produk asbes, cat, pewarna,
fungisida, anti karat atau penguat baja, katalis, dan lain sebagainya. Kandungan
Cr di dalam tanah berkisar antara <1 hingga 1000 mg/kg dan bahkan di beberapa
lokasi dilaporkan telah mencapai 10.000 mg/kg (Radodjevic, 1999).
Kromium bersifat toksik terhadap hewan dan manusia, tetapi kurang
toksik terhadap tumbuhan. Jalur utama terpaparnya Cr pada manusia adalah lewat
pernafasan dan pencernaan. Asap kromium oksida dan debu serta garam-garam
heksavalen yang terhirup melalui pernafasan dapat memicu penyakit paru-paru
seperti bronkhitis dan pembengkakan paru-paru. Kromium (VI) heksavalen
dicurigai sebagai karsinogen terhadap manusia. Kromium juga dapat
menyebabkan alergi kulit pada manusia (Radojević and Bashkin, 1999; Wuana
and Okieimen, 2011).
Dalam lingkungan, Cr memiliki bilangan oksidasi +3 dan +6. Spesies
Cr(VI) paling umum dijumpai dalam daerah yang terkontaminasi, sedangkan
Cr(III) adalah hasil reduksi dari Cr(VI) oleh zat organik tanah, ion-ion S2- dan
Fe2+ dalam keadaan anaerobik. Kromium (VI) adalah bentuk yang lebih toksik
dan mobilitasnya lebih tinggi daripada Cr(III), tetapi mobilitas Cr(III) berkurang
oleh adsorpsinya pada liat dan mineral oksida pada pH <5 dan solubilitasnya
rendah pada pH >5 karena terbentuk endapan Cr(OH)3. Kromium (III) merupakan
bentuk yang paling dominan dari Cr pada pH rendah (<4), dan Cr3+ ini
membentuk larutan kompleks dengan OH- , Cl- , F- , CN- , SO42- , dan ligan organik
terlarut. Sebagian besar spesies Cr(VI) yaitu kromat (CrO42- ) dan dikromat
(Cr2O72- ) mudah mengendap dengan adanya kation-kation seperti Pb2+, Ba2+, dan Ag+ .
Kedua spesies ini mengadsorpsi oksida-oksida Fe dan Al pada permukaan

tanah. Dengan demikian, mobilitas Cr bergantung pada karakteristik serapan


tanah yang meliputi kandungan liatnya, Fe oksidanya, dan jumlah zat organik
yang ada dalam tanah tersebut. Konsentrasi Cr dalam bentuk tersedia untuk
tanaman sangat kecil dalam sebagian besar tanah, sehingga dengan kurangnya
kelarutan Cr tersebut, kadar Cr di dalam tanaman menjadi rendah. Konsentrasi
unsur dalam bagian-bagian tanaman menunjukkan sedikit korelasi dengan
kandungan total Cr dalam tanah (McGrath and Smith, 1990; Wuana and
Okieimen, 2011).
2.2.5 Logam Berat Seng (Zn)
Seng yang merupakan logam berwarna putih kebiruan adalah logam lentur
dan dapat ditempa pada suhu 110-150 oC. Logam ini merupakan logam transisi
yang terletak pada periode 4 dan Golongan IIB, dengan nomor atom 30 dan massa
atom realifnya (Ar) adalah 65,4 g/mol. Zn meleleh pada suhu 419,5 oC dan
mendidih pada 906 oC, serta Zn memiliki massa jenis 7,14 g/cm3 (Svehla, 1979;
Chang, 1991; Wuana and Okieimen, 2011). Seng termasuk unsur mikro esensial
untuk tanaman, hewan, dan manusia. Unsur ini berasosiasi dengan berbagai enzim
dan protein-protein tertentu dan jika kekurangan seng dapat menyebabkan cacat
lahir, sehingga banyak bahan mankanan dan air minum mengandung Zn sejumlah
konsentrasi tertentu. Jika air minum ditampung dalam tangki logam, maka air
tersebut kemungkinan mengandung Zn lebih tinggi. Air yang berasal dari lokasi
sumber industri atau limbah toksik mungkin menyebabkan konsentrasi Zn
meningkat hingga mencapai tingkat yang dapat membayakan kesehatan. Zn dalam perairan
mungkin dapat meningkatkan keasaman air. Jika ikan yang hidup

di perairan yang tercemar Zn, maka Zn dapat terakumulasi dalam tubuh ikan
tersebut, yang selanjutnya dapat sebagai biomagnifikasi rantai makanan
(Radojević and Bashkin, 1999; Wuana and Okieimen, 2011).
Seng relatif lebih melimpah dalam kerak bumi dibandingkan dengan
beberapa logam lain, tetapi tidak banyak mineral yang mengandung seng.
Masuknya seng ke dalam lingkungan paling banyak berasal dari aktivitas manusia
antara lain: Proses percetakan, bahan-bahan konstruksi, logam (besi, baja dan
kuningan yang dilapisi dengan seng), pupuk, batterai, limbah lumpur, kotoran
hewan sebagai pupuk kandang, pestisida yang mengandung Zn (seperti Zineb,
Mancozeb, dan Ziram), dan pembakaran batubara. Konsentrasi Zn dalam tanah
berkisar antara 1 - 2000 mg/kg, tetapi di beberapa lokasi telah dilaporkan bahwa
konsentrasi Zn mencapai 10.000 mg/kg. Walaupun Zn di dalam tanah lebih tinggi
dari logam Cu, Mo, dan mikronutrien lainnya, namun kebutuhan tanaman juga
lebih besar. Zn dapat menghambat penyerapan Cu, sehingga tidak diharapkan
konsentrasi Zn tinggi karena dapat menyebabkan defisiensi Cu. Asupan Zn tiap
hari yang diijinkan seperti yang direkomendasikan dalam beberapa negara oleh
International Commission on Radilogical Protection (ICRP) adalah sebagai
berikut: USA (remaja dan anak-anak di atas 1 tahun) 10 mg/h; UK sebesar 14,3
mg/h; Jepang: 14,4 mg/h; India: 16,1 mg/h; Itali: 4,7-11,3 mg/h; dan ICRP
sebesar 13,0 mg/h (Radojević and Bashkin, 1999).
Bioavailabilitas Zn sangat dipengaruhi oleh pH tanah, sehingga semakin
turun pH tanah, kelarutan Zn semakin meningkat dalam larutan tanah. Dengan meningkatnya
kelarutan Zn, maka keberadaan ion logam bebas di dalam larutan

tanah menjadi semakin besar, akibatnya bioavailabilitas Zn semakin besar


(Reichman, 2002).

Pupuk yang mana merupakan salah satu sumber hara tanaman yag sengaja ditambahkan
untuk meningkatkan produksi tanaman. Penggunaan pupuk P selain mengandung P2O5
sebagai unsur utama juga terdapat logam Cd yang membahayakan kesehatan manusia.
Kekhawatiran tentang adanya kandungan logam berat dalam pupuk ini berkaitan dengan : (1)
akumulasi logam berat dalam tanah dalam jangka panjang akan berpengaruh pada kualitas
dan kuantpusitas hasil tanaman;

Penyebab pencemaran pada !ahan pertanian dapat digolongkan ke dalam 1) kegiatan


pertanian, yaitu penggunaan bahan-bahan agrokimia yang berlebihan.Dampak dari pemberian
pupuk urea yang berlebihan dapat mencemari lingkungan di sekitarnya.

Tanah pertanian yang terkontaminasi logam berat dapat menyebabkan


berbagai dampak terhadap manusia, hewan dan tumbuh-tumbuhan karena
toksisitasnya. Logam berat seperti As, Fe, Mn, Pb, Cu, Cd, Cr, dan Zn banyak
sekali ditemukan sebagai kontaminan di dalam sayuran (Cobb, 2000; Okoronkwo
et al.,2005; Arora et al., 2008; Astawan, 2008). Logam-logam toksik tersebut
terakumulasi dalam sayuran pada konsentrasi yang tinggi menyebabkan risiko
yang sangat serius terhadap kesehatan manusia jika sayuran tersebut dikonsumsi
(Alloway, 1990; Vousta et al.,1996). Masuknya logam berat ke dalam tubuh
manusia melalui konsumsi sayuran sangat bergantung pada jumlah sayuran yang
dikonsumsi perhari. Menurut kajian Litbang Deptan, orang Indonesia
mengkonsumsi sayuran rata-rata perkapita adalah 40,35 kg/tahun atau sekitar 115
g/hari/orang (Abdurrahman, 2013).
Kandungan logam berat dalam sayuran dibandingkan dengan batas aman
(safe limit) untuk setiap logam berat dalam sayuran yang ditetapkan oleh
WHO/FAO. Batas aman tersebut berkaitan dengan asupan logam perhari (daily
intake of metals) melalui konsumsi sayuran dan ini digunakan untuk menghitung
nilai indeks risiko kesehatan (HRI, Health Risk Index). Berdasarkan nilai HRI ini
dapat ditentukan tingkat keamanan konsumsi sayuran. Jika nilai HRI lebih kecil
dari 1 (satu), maka sayuran tersebut aman untuk dikonsumsi (Cui et al., 2004).Penggunaan
bahan agrokimia khususnya pestisida yang makin meningkat dalam meningkatkan produksi
pertanian terutama tanaman pangan dan sayuran dapat mengakibatkan pencemaran
lingkungan dan berdampak negatif terhadap kualitas sumberdaya lahan

Dapus

Anonim, 2006. Identifikasi Pencemaran Nitrat pada Lahan Pertanian, Laporan Tahunan Balai
Penelitian Lingkungan Pertanian

Anonim, 2003. Pencemaran tanah. Diakses tanggal 21 Desember 2020 dari


cv.terranet.or.id.

Anda mungkin juga menyukai