Anda di halaman 1dari 4

BANK SAMPAH DI PERKANTORAN SEBAGAI KATALISATOR

PENINGKATAN KEPEDULIAN MASYARAKAT


DALAM PENGELOLAAN PERSAMPAHAN
Penulis : Dias Prihantoro

Perkembangan Bank Sampah di Indonesia


Bank Sampah merupakan konsep pengelolaan sampah dengan cara
pengumpulan sampah kering yang masih memiliki nilai ekonomis dengan
manajemen layaknya perbankan tapi yang ditabung bukan uang melainkan sampah.
Warga yang menabung juga disebut nasabah dan memiliki buku tabungan atau
catatan tabungan dan mendapatkan nominal uang setiap menabung sesuai harga
sampah yang disetorkan. Sampah yang ditabung nantinya akan dijual ke pihak-
pihak yang sudah bekerja sama dengan bank sampah seperti pengepul rongsok dan
pembuat kerajinan dari sampah.

Sampah yang dapat ditabung di bank sampah merupakan sampah kering dan
bersih, bernilai ekonomis, dan dapat didaur ulang atau dimanfaatkan menjadi barang
lain yang berguna. Misalnya adalah botol plastik, plastik bungkus kemasan kopi,
kaleng minuman, botol sirup, besi, kertas dan karton. Sampah tersebut cukup
banyak dijumpai di masyarakat dan susah terurai jika mencemari lingkungan.

Pada 2018, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan melalui


Direktur Jenderal Pengelolaan Sampah, Limbah dan B3, Rosa Vivien Ratnawati
menyampaikan bahwa Bank Sampah memberikan kontribusi terhadap
pengurangan sampah nasional sebesar 1,7% (1.389.522 ton/tahun) dengan
pendapatan rata-rata sebesar Rp. 1.484.669.825 per tahun (Ppid.menlhk, 2018).
Keuntungan ekonomi sirkular tersebut diperoleh dari pengelolaan sampah yang
dilakukan oleh Bank Sampah dengan menerapkan prinsip 3R (reduce, reuse dan
recycle). Kunci keberhasilan bank sampah adalah partisipasi aktif masyarakat
dalam memilah dan mengolah sampah pada sumbernya.

Pertumbuhan bank sampah di Indonesia cukup pesat. Pada tahun 2014


berjumlah 1.172 unit, setahun kemudian jumlahnya sudah menjadi 3.075 unit.
Penambahan terus terjadi dan pada 2016 menjadi 4.280 unit, pada 2017
berjumlah 5.244 unit dan pada 2018 terdapat 8.036 unit bank sampah di seluruh
Indonesia atau hampir 8 kali lipat dari jumlah pada empat tahun sebelumnya.
Direktur Pemulihan Kontaminasi dan Tanggap Darurat Limbah B3 KLHK, Ibu
Haruki Agustina menerangkan bahwa pertumbuhan ini diharapkan bisa
membantu mengendalikan timbulan sampah, terutama sampah rumah tangga
dan sampah sejenis sampah rumah tangga yang menyumbang 62 % dari total
timbulan sampah di Indonesia (Tempo.co, 2020).

1
Peranan Bank Sampah di Kabupaten Cilacap
Bank Sampah di Kabupaten Cilacap terus berkembang dari waktu ke waktu.
Menurut Ibu Chrisna Setyowati, Kasie Peningkatan Kapasitas Lingkungan Hidup
pada DLH Kabupaten Cilacap, bank sampah di Kabupaten Cilacap pada tahun 2020
berjumlah 59 unit. Lokasinya tersebar di seluruh wilayah Kabupaten Cilacap dan
sekitar 90 % nya aktif melaksanakan pengelolaan sampah dengan prinsip 3R. Dari
jumlah tersebut, 1 unit merupakan bank sampah induk yang berada pada kantor
DLH Kabupaten Cilacap. Bank sampah induk DLH Kabupaten Cilacap juga telah
terdaftar di  Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional (Sipsn.menlhk, 2020).
Bank sampah induk tersebut selain berperan mengelola tabungan sampah dari
pegawai DLH dan lingkungan sekitar, juga berperan sebagai koordinator, pembina
dan fasilitator bank sampah lain di seluruh Kabupaten Cilacap.

Kabupaten Cilacap telah menerapkan teknologi RDF (Refuse Derived Fuel) di


TPST Tritihlor, Kecamatan Jeruklegi dengan kapasitas pengolahan 120 ton sampah
per hari. Sampah yang masuk ke TPST dicacah kemudian dikeringkan dengan
metode tertentu dan hasilnya digunakan sebagai bahan bakar pengganti batubara.
Dengan teknologi RDF, sampah yang masuk ke TPST dapat direduksi menjadi
sekitar 15-25% residu, sehingga selain menghasilkan alternatif bahan bakar sebagai
konversi energi, umur pakai TPST juga menjadi lebih lama.

Bank sampah di Kabupaten Cilacap bisa tetap bersinergi dengan pengolahan


sampah terpadu RDF. Penerapan prinsip 3R pada bank sampah dapat mengurangi
potensi sampah dari sumbernya. Dengan masyarakat didorong untuk
mengumpulkan sampah yang susah terurai namun bernilai ekonomis tinggi maka
ceceran sampah di lingkungan dapat dikurangi. Kegiatan bank sampah di
Kabupaten Cilacap juga terbukti menumbuhkan kebersamaan, kesadaran,
kepedulian dan pemberdayaan masyarakat dalam pengelolaan sampah.

Peningkatan Kepedulian Masyarakat Melalui Bank Sampah Di Perkantoran


Pembentukan bank sampah di perkantoran sepertinya ide yang cukup
menarik dan telah diutarakan oleh banyak pihak. Bank sampah perkantoran bisa
mulai dibentuk dari OPD (Organisasi Perangkat Daerah) di Kabupaten Cilacap.
Untuk tahap awal, DLH Kabupaten Cilacap dapat mendorong beberapa kantor yang
paling memungkinkan untuk membentuk bank sampah. Pengurus, pengelola dan
nasabah bank sampah tersebut berasal dari pegawai, maupun warga sekitar kantor.
Faktor pendukungnya antara lain karena pegawai perkantoran merupakan
masyarakat dengan pendidikan formal cukup baik dan sering menjadi tokoh panutan
di lingkungan tempat tinggal. Penyediaan sarana dan prasarana juga relatif mudah
diusahakan meskipun harus melalui mekanisme penganggaran.

2
Sedangkan faktor penghambat yang diperkirakan menjadi kendala adalah
ketersediaan ruang / hanggar sebagai tempat penampung sementara sampah,
karena beberapa perkantoran mengalami keterbatasan lahan. Kendala lain adalah
kepedulian pegawai untuk berpartisipasi dalam pengelolaan maupun sebagai
nasabah bank sampah yang harus terus ditingkatkan.

Beberapa hal yang dibutuhkan bagi pembentukan bank sampah di


perkantoran antara lain :
a. Ruangan / hanggar sederhana untuk menyimpan sementara sampah daur ulang
sekaligus tempat pencatatan tabungan sampah.
b. Pengurus / pengelola bank sampah, bisa dilaksanakan paruh waktu oleh
beberapa pegawai pada kantor tersebut.
c. Nasabah bank sampah, merupakan karyawan dan karyawati atas nama pribadi
atau per bidang dan UPT kantor tersebut, bahkan warga sekitar.
d. Jejaring dengan pihak lain yang melakukan pengelolaan dan daur ulang
sampah, misalnya dengan bank sampah induk, bank sampah lainnya, pihak
yang membeli hasil tabungan sampah maupun pihak yang menyediakan barang
daur ulang (pupuk, kerajinan tangan) untuk dibeli oleh nasabah bank sampah.

Tujuan pembentukan bank sampah perkantoran tidak semata-mata untuk


mengejar pengurangan sampah dari sumbernya namun yang lebih utama lagi ini
adalah strategi untuk membangun kepedulian masyarakat untuk ‘berkawan’ dengan
sampah dengan merasakan sendiri manfaat ekonomi langsung dari sampah.
Manfaat lain yang diharapkan dirasakan kelompok masyarakat pengelola bank
sampah adalah tumbuhnya kebersamaan, kegotong-royongan, lingkungan yang
bersih dan minim masalah sampah. Bahkan jika bank sampah menjalin jejaring
secara luas dan hasil tabungan nasabah ditukar dengan pupuk kompos / tanaman,
maka lingkungan sekitar dapat bertambah hijau, indah dan sehat.

Dari sekelumit artikel terkait bank sampah di atas, semoga dapat


menginspirasi kita semua untuk senantiasa meningkatkan kepedulian dalam
melestarikan lingkungan. Bumi tempat tinggal kita telah memberikan semua yang
kita butuhkan, mari kita jaga untuk kelangsungan hidup kita dan sebagai warisan
untuk anak cucu kita kelak.

Referensi
Ppid.menlhk, “Bank Sampah Tumbuhkan Sirkular Ekonomi Masyarakat”, 2018, http://
ppid.menlhk.go.id/siaran_pers/browse/1667, diakses pada 22 November 2020.
Sipsn.menlhk, “Bank Sampah Induk Cilacap”, 2020, http://sipsn.menlhk.go.id/sipsn/ ?
q=content/bank-sampah-induk-cilacap-1, diakses pada 22 November 2020.
Tempo.co, “Bank Sampah Tumbuh Pesat di Indonesia, Ini Datanya”, 2020
https://tekno.tempo.co/read/1316606/bank-sampah-tumbuh-pesat-di-indonesia-ini-
datanya/full&view=ok, diakses pada 22 November 2020.

3
4

Anda mungkin juga menyukai