Anda di halaman 1dari 8

TUGAS

GAMBARAN ANGKA KEJADIAN INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT (ISPA)


DI POLI UMUM UPT PUSKESMAS SUKAMAJU KABUPATEN LUWU UTARA

Diajukan Sebagai
Tugas Mata Kuliah Ilmu Kesehatan Anak

Oleh :

IRMALASARI BASO
KELAS B PALOPO
Program Khusus S1 Kebidanan

STIKES KURNIA JAYA PERSADA


PALOPO 2020
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
ISPA adalah penyebab utama morbiditas dan mortalitas penyakit menular
di dunia. Hampir empat juta orang meninggal akibat ISPA setiap tahun, 98%- nya
disebabkan oleh infeksi saluran pernapasan bawah. Tingkat mortalitas sangat
tinggi pada bayi, anak-anak, dan orang lanjut usia, terutama di negara-negara
dengan pendapatan per kapita rendah dan menengah.
ISPA masih merupakan penyakit utama penyebab kematian bayi dan balita
di Indonesia. Dari beberapa hasil SKRT diketahui bahwa 80 sampai 90% dari
seluruh kasus kematian ISPA disebabkan Pneumonia (Syahidi, Muh.Habibi.dkk,
2016).
WHO menuturkan, ISPA merupakan salah satu penyebab kematian
tersering pada anak di negara yang sedang berkembang. Infeksi Saluran
Pernafasan Akut ini menyebabkan empat dari 15 juta perkiraan kematian pada
anak berusia di bawah 5 tahun pada setiap tahunnya dan sebanyak dua pertiga dari
kematian tersebut terjadi pada bayi. Penyakit ISPA masih merupakan salah satu
masalah kesehatan masyarakat yang utama.
Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) diawali dengan panas disertai
salah satu atau lebih gejala, tenggorokan terasa sakit atau nyeri saat menelan,
pilek, batuk kering atau berdahak (Wahyuningsih, Sri.dkk, 2017).
Hasil Riskesdas (2013) infeksi saluran pernapasan akut disebabkan oleh
virus atau bakteri. Penyakit ini diawali dengan panas disertai salah satu atau lebih
gejala: tenggorokan sakit atau nyeri telan, pilek, batuk kering atau berdahak.
Namun data prevalence ISPA di Sulawesi Tenggara mencapai (22,2%). Period
prevalence ISPA Indonesia menurut Riskesdas 2013, (25,0%) tidak jauh berbeda
dengan 2007 (25,5%) (Riskesdas, 2013).
Berdasarkan profil kesehatan Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Sukamaju
tahun 2020, menunjukkan bahwa penyakit ISPA terdapat 75 Kasus pada bulan
Januari sampai Oktober 2020 dan Angka Kematian Penyakit ISPA pada wilayah
kerja UPTD Puskesmas Sukamaju terdapat 0 Kasus, Data tersebut didapatkan dari
Surveilans Terpadu Penyakit Puskesmas Sukamaju.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA)


ISPA merupakan singkatan dari Infeksi Saluran Pernapasan Akut, istilah ini
diadaptasi dari istilah dalam bahasa Inggris Acute Respiratory Infections (ARI).
Penyakit infeksi akut yang menyerang salah satu bagian dan atau lebih dari saluran
nafas mulai dari hidung (saluran atas) hingga alveoli (saluran bawah) termasuk
jaringan adneksanya seperti sinus, rongga telinga tengah dan pleura. Penyakit ISPA
merupakan penyakit yang sering terjadi pada anak, karena sistem pertahanan tubuh
anak masih rendah. Kejadian penyakit batuk pilek pada balita di Indonesia
diperkirakan 3 sampai 6 kali per tahun, yang berarti seorang balita rata- rata
mendapat serangan batuk pilek sebanyak 3 sampai 6 kali setahun (Nur, dalam Rizki,
2014).
Menurut Darmawan dalam Rusnaini(2013), Istilah Infeksi Saluran Pernapasan
Akut (ISPA) meliputi tiga unsur yakni infeksi, saluran pernafasan, dan akut, dimana
pengertiannya sebagai berikut :
1. Infeksi adalah masuknya kuman atau mikroorganisme ke dalam tubuh manusia dan
berkembang biak sehingga menimbulkan gejala penyakit.
2. Saluran pernafasan adalah organ mulai dari hidung hingga alveoli beserta organ
adneksanya seperti sinus-sinus, rongga telinga tengah dan pleura.
3. Infeksi Akut adalah Infeksi yang langsung sampai dengan 14 hari. Batas 14 hari
diambil untuk menunjukkan proses akut meskipun untuk beberapa penyakit yang
dapat digolongkan dalam Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) proses ini dapat
berlangsung lebih dari 14 hari.
Infeksi sluran pernapasan akut (ISPA) adalah infeksi saluran pernapasan akut
yang menyerang tenggorokan, hidung dan paru-paru yang berlangsung kurang lebih 14
hari, ISPA mengenai struktur saluran di atas laring, tetapi kebanyakan penyakit ini
mengenai bagian saluran atas dan bawah secara stimulant atau berurutan. (Nurrijal,
2009).
B. Anatomi Fisiologi Sistem

C. Etiologi Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA)


Penyakit ISPA dapat disebabkan oleh berbagai penyebab seperti bakteri,
virus, mycoplasma, jamur dan lain-lainnya. Ispa bagian atas umumnya disebabkan
oleh virus, sedangkan ISPA bagian bawah dapat disebabkan oleh bakteri,
umumnya mempunyai manifestasi klinis yang berat sehingga menimbulkan
beberapa masalah dalam penanganannya. Bakteri penyebab ispa antara lain adalah
genus streptococcus, stapilococus, pneumococus,haemophyllus, bordetella dan
corynobacterium. Virus penyebab ispa antara lain golongan paramykovirus
(termasuk didalamnya virus influenza, virus parainfluenza dan virus campak),
adenovirus, coronavirus, picornavirus, herpesvirus, dan lain-lain. Di Negara-
negara berkembang umumnya kuman penyebab ispa adalah streptococcus
pneumonia dan haemopylus influenza (Windasari, 2018).

D. Manifestasi Klinik Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA)


ISPA merupakan proses inflamasi yang terjadi pada setiap bagian saluran
pernapasan atas maupun bawah, yang meli[uti infiltrate peradangan dan edema
mukosa, kongestif vaskuler, bertambahnya sekresi mucus serta perubahan struktur
fungsi siliare. (Muttaqim, 2008).
 Depkes RI membagi tanda dan gejala ISPA menjadi tiga yaitu :
a. Gejala dari ispa ringan
Seorang anak dinyatakan menderita ISPA ringan jika ditemukan satu
atau lebih gejala-gejala sebagai berikut:
1. Batuk
2. Serak, yaitu anak bersuara parau pada waktu mengeluarkan suara
3. Pilek, yaitu mengeluarkan lender atau ingus dari hidung
4. Panas atau demam, suhu badan lebih dari 37 C.
b. Gejala dari ispa sedang
Seorang anak dinyatakan menderita ISPA sedang jika ditemukan satu
atau lebih gejala-gejala sebagai berikut:
1. Pernapasan cepat ( fast breathing) sesuai umur yaitu: untuk kelompok
umur kurang dari 2 bulan frekuensi napas 60 kali per menit atau lebih
untuk umur 2- <12 bulan dan 40 kali per menit atau lebih padaumur
12 bulan- <5 Tahun.
2. Suhu tubuh lebih dari 39C
3. Tenggorokan berwarna merah
4. Timbul bercak-bercak merah pada kulit menyerupai bercak campak
5. Telinga sakit atau mengeluarkan nanah dari lubang telinga
6. Pernapasan berbunyi seperti mengorok (mendengkur)
c. Gejala dari ispa berat Seorang anak dinyatakan menderita ISPA berat jika
ditemukan satu atau lebih gejala-gejala sebagai berikut:
1. Bibir atau kulit membiru
2. Anak tidak sadar atau kesadaran menurun
3. Pernapasan berbunyi seperti mengorok dan anak tampak gelisah
4. Sela iga tertarik kedalam pada waktu bernapas
5. Nadi cepat lebih dari 160 kali per menit atau tidak teraba
6. Tenggorokan berwarna merah

E. Penatalaksanaan
 Klasifikasi ISPA dalam pencegahan
Program pemberantasan ispa (P2 ISPA) mengklasifikasi ispa sebagai berikut:
1. Pneumonia berat: ditandai secara klinis oleh adanya tarikan dinding dada
kedalam.
2. Pneumonia: ditandai secara klinis oleh adanya napas cepat.
3. Bukan pneumonia: ditandai secara klinis oleh batuk pilek, bisa disertai
demam, tanpa tarikan dinding dada kedalam, tanpa napas cepat.

Berdasrkan hasil pemeriksaan dapat dibuat suatu klasifikasi penyakit


ISPA. Klasifikasi ini dibedakan untuk golongan umur dibawah 2 bulan dan
untuk golongan umur 2 bulan sampai 5 tahun. Untuk golongan umur kurang 2
bulan ada 2 klasifikasi penyakit yaitu:
1. Pneumonia berada: diisolasi dari cacing tanah oleh ruiz dan kuat dinding
pada bagian bawah atau napas cepat. Batas napas cepat untuk golongan
umur kurang 2 bulan yaitu 60 kali per menit atau lebih
2. Bukan pneumonia: batuk pilek biasa, bila tidak ditemukan tanda tarikan
kuat dinding dada bagian bawah atau napas cepat.
 Untuk golongan umur 2 bulan sampai 5 tahun ada 3 klasifikasi penyakit
yaitu:
1. Pneumonia berat: bila disertai naps sesak yaitu adanya tarikan dinding
dada bagian bawah kedalam pada waktu anak menarik napas (pada saat
diperiksa anak harus dalam keadaan tenang tidak menagis atau
meronta).
2. Pneumonia: bila disertai napas cepat. Batas napas cepata ialah untuk
usia 2-12 bulan adalah 50 kali per menit atau lebih dan untuk usia 1-4
tahun 40 kali per menit atau lebih 35.
3. Bukan pneumonia: batuk pilek biasa, bila tidak ditemukan tarikan
dinding dada bagian bawah dan tidak ada napas cepat.

F. Jenis-jenis ISPA
Klasifikasi berdasarkan lokasi anatomi (Depkes RI, 2005), sebagai berikut :
1. Infeksi Saluran Pernapasan atas Akut (ISPA) Infeksi yang menyerang hidung
sampai bagian faring, seperti pilek, otitis media, faringitis.
2. Infeksi Saluran Pernapasan bawah Akut (ISPbA) Dinamakan sesuai dengan
organ saluran pernafasan mulai dari bagian bawah epiglotis sampai alveoli
paru misalnya trakhetis, bronkhitis akut, pneumoni dan sebagainya. Infeksi ini
menyerang mulai dari bagian epiglotis atau laring sampai dengan alveoli,
dinamakan sesuai dengan organ saluran napas, seperti epiglotitis, laringitis,
laringotrakeitis, bronkitis, bronkiolitis, pneumonia. Infeksi Saluran
Pernapasan bawah Akut (ISPbA) dikelompokkan dalam dua kelompok umur
yaitu (1) pneumonia pada anak umur 2 bulan hingga 5 tahun dan (2)
pneumonia pada bayi muda yang berumur kurang dari dua bulan.
BAB III
KESIMPULAN

ISPA merupakan singkatan dari Infeksi Saluran Pernapasan Akut, istilah ini
diadaptasi dari istilah dalam bahasa Inggris Acute Respiratory Infections (ARI).
Penyakit infeksi akut yang menyerang salah satu bagian dan atau lebih dari saluran
nafas mulai dari hidung (saluran atas) hingga alveoli (saluran bawah) termasuk
jaringan adneksanya seperti sinus, rongga telinga tengah dan pleura. Penyakit ISPA
merupakan penyakit yang sering terjadi pada anak, karena sistem pertahanan tubuh
anak masih rendah. Kejadian penyakit batuk pilek pada balita di Indonesia
diperkirakan 3 sampai 6 kali per tahun, yang berarti seorang balita rata- rata
mendapat serangan batuk pilek sebanyak 3 sampai 6 kali setahun (Nur, dalam Rizki,
2014).
Hasil Riskesdas (2013) infeksi saluran pernapasan akut disebabkan oleh virus
atau bakteri. Penyakit ini diawali dengan panas disertai salah satu atau lebih gejala:
tenggorokan sakit atau nyeri telan, pilek, batuk kering atau berdahak. Namun data
prevalence ISPA di Sulawesi Tenggara mencapai (22,2%). Period prevalence ISPA
Indonesia menurut Riskesdas 2013, (25,0%) tidak jauh berbeda dengan 2007 (25,5%)
(Riskesdas, 2013).
Secara umum, efek pencemaran udara terhadap saluran pernafasan dapat
menyebabkan pergerakan silia hidung menjadi lambat dan kaku bahkan dapat
berhenti sehingga tidak dapat membersihkan saluran pernafasan akibat iritasi oleh
bahan pencemar. Produksi lendir akan meningkat sehingga menyebabkan penyempitan
saluran pernafasan dan rusaknya sel pembunuh bakteri di saluran pernafasan. Akibat
dari hal tersebut akan menyebabkan kesulitan bernafas sehingga benda asing tertarik
dan bakteri lain tidak dapat dikeluarkan dari saluran pernafasan, hal ini akan
memudahkan terjadinya infeksi saluran pernafasan (Almatseir, 2011).

Anda mungkin juga menyukai