INTISARI
Setiap provinsi di Indonesia memiliki sumber daya alam tersendiri, termasuk di Kalimantan Barat.
Sumber daya alam yang tersedia kemudian dapat diolah menjadi sebuah hasil berupa barang dan jasa
yang merupakan bagian dari sektor perekonomian. Provinsi Kalimantan Barat tahun 2010 memiliki 54
macam sektor perekonomian. Selanjutnya seluruh sektor diklasifikasikan menjadi 3 sub sektor yaitu
sektor primer, sektor sekunder dan sektor tersier. Antarsektor memiliki hubungan keterkaitan untuk
setiap nilai input output transaksi. Nilai dari input output sektor perekonomian provinsi Kalimantan
Barat selanjutnya dianalisis dengan menggunakan model Leontif, sehingga diperoleh nilai output total
transaksi untuk setiap sektor berturut-turut adalah sebesar (juta) Rp.22.121.725,16, Rp.21.200.024,79
dan Rp.52.698.480,29. Sektor yang dominan yaitu sektor tersier, serta hubungan keterkaitan
antarsektor menunjukan bahwa sektor yang memiliki keterkaitan langsung paling tinggi terhadap nilai
input adalah sektor sekunder dengan nilai keterkaitan sebesar 1,72. Hal ini menunjukan bahwa jika di
provinsi Kalimantan Barat terjadi peningkatan nilai input sektor sekunder maka harus diimbangi
dengan meningkatnya output dari sektor lain, karena nilai input sektor sekunder diperoleh dari nilai
output sektor lainnya. Sedangkan sektor yang memiliki keterkaitan langsung paling tinggi terhadap
nilai output adalah sektor primer dengan nilai keterkaitan sebesar 1,3. Hal ini menunjukan bahwa jika
di provinsi Kalimantan Barat terjadi peningkatan nilai output sektor primer maka akan mendorong
sektor lainnya untuk berkembang, karena nilai output sektor primer selanjutnya digunakan sebagai
input pada sektor lainnya.
Kata kunci: sistem perekonomian, analisis input output dan model Leontif
PENDAHULUAN
Pada tahun 2010 provinsi Kalimantan Barat memiliki berbagai macam sektor perekonomian yang
terdiri dari komoditi, produk/barang dan jasa unggulan dengan jumlah 54 sektor [1]. Setiap sektor
mempunyai hubungan yang saling berkaitan untuk setiap nilai input dan output yang dihasilkan. Untuk
mengetahui nilai keterkaitan antarsektor dan nilai output yang dihasilkan dari transaksi antarsektor
tersebut dapat dianalisis menggunakan model Leontif.
Pada model Leontif, sistem perekonomian suatu daerah/negara dapat dibagi ke dalam beberapa
sektor, dimana antarsektor memiliki nilai keterkaitan yang berarti bahwa setiap sektor memerlukan
input dari sektor lainnya untuk menghasilkan output. Kemudian, output ini juga diperlukan sebagai
input oleh sektor lainnya untuk menghasilkan output sektor [2].
Pada penelitian ini dibahas tentang bagaimana menganalisis nilai input-output sektor perekonomian
provinsi Kalimantan Barat menggunakan model Leontif. Tahapan pengerjaan dimulai dengan
melakukan pengamatan berupa data mentah dari BPS Kalimantan Barat yang merupakan data
transaksi perdagangan di Kalimantan Barat, kemudian diolah menjadi matriks transaksi dan matriks
koefisien teknologi. Selanjutnya dilakukan analisis nilai input output menggunakan model Leontif
untuk mengetahui nilai output total transaksi, sektor yang dominan dan nilai keterkaitan antarsektor.
MODEL LEONTIF
Model Leontif merupakan salah satu metode untuk mengkaji struktur perekonomian makro,
nasional dan regional dengan menerapkan model matematis untuk menyederhanakan suatu
permasalahan. Model ini dipakai untuk menentukan agar setiap “n” sektor dalam sistem ekonomi
dapat memproduksi sejumlah barang/komoditi secara tepat untuk memenuhi permintaan [3]
83
84 B. D. CAHYO, N. KUSUMASTUTI, M. KIFTIAH
Tabel 1 merupakan tabel transaksi input output 3 sektor secara umum dan menunjukan nilai transaksi
yang terjadi di sektor perekonomian provinsi Kalimantan Barat . Nilai dari dengan i = 1,2,3 pada Tabel
1 mempunyai arti yaitu banyaknya output dari sektor yang digunakan sebagai input pada sektor
Total output atau merupakan jumlahan dari banyaknya output dari sektor yang digunakan sebagai
input pada sektor dengan permintaan akhir. Dari Tabel 1 dapat dibentuk persamaan sebagai berikut:
(1)
(2)
untuk i = 1,2,3 dengan
= banyaknya output sektor yang digunakan sebagai input oleh sektor (Rp)
= permintaan akhir terhadap sektor (Rp)
= total input sektor (Rp)
Jika nilai setiap transaksi dibagi dengan nilai jumlah kolom (total input sektor) maka diperoleh suatu
rasio yang disebut koefisien teknologi [4]. Koefisien teknologi ini menunjukan jumlah unit output suatu
sektor yang diperlukan untuk memproduksi satu unit output sektor lainnya. Koefisien teknologi sektor
yang berasal dari sektor dapat dinyatakan dengan:
untuk i = 1,2,3 dengan (3)
ANALISIS KETERKAITAN
Seperti yang telah diketahui sebelumnya bahwa antarsektor memiliki hubungan keterkaitan untuk
setiap nilai input dan output transaksi. Dengan menggunakan model Leontif dapat dianalisis hubungan
keterkaitan total antarsektor (total sector linkage effect) yang terdiri dari:
1.Indeks Keterkaitan Langsung ke Belakang, yaitu nilai keterkaitan suatu sektor terhadap nilai input
dari sektor lain. Misal sektor j jika terjadi peningkatan nilai input pada sektor j maka harus diimbangi
dengan meningkatnya nilai output sektor lainnya (misal sektor i), karena input sektor diperoleh dari
output dari sektor i.
2.Indeks Keterkaitan Langsung ke Depan, yaitu nilai keterkaitan suatu sektor terhadap nilai output dari
sektor lain. Misal sektor i, jika terjadi peningkatan nilai output pada sektor , maka output tersebut
selanjutnya akan digunakan secara langsung sebagai input oleh sektor lain (misal sektor ) sehingga
jika nilai output sektor meningkat, maka nilai input sektor juga akan meningkat.
Jika nilai indeks keterkaitan suatu sektor lebih dari satu, maka hal ini menunjukan bahwa sektor tersebut
memiliki nilai keterkaitan yang tinggi terhadap nilai input atau output yang dihasilkan sehingga akan
berpengaruh langsung terhadap sektor lainnya [5].
Adapun perhitungan Indeks Keterkaitan Langsung ke Belakang sektor dan Indeks Keterkaitan
Langsung ke Depan sektor sebagai berikut:
∑
∑ ∑
∑
∑ ∑
(6)
untuk i = 1,2,3 dengan
= Indeks Keterkaitan Langsung ke Depan sektor (7)
= Indeks Keterkaitan Langsung ke Belakang sektor
= koefisien teknologi (input)
= banyak sektor
Selanjutnya 54 sektor perekonomian di provinsi Kalimantan Barat tahun 2010 diklasifikasikan
menjadi 3 sub sektor yaitu:
1. Sektor Primer, terdiri dari sektor Padi, Jagung, Kacang Kedelai, Ketela Pohon, Tanaman Pangan,
Jasa Pertanian dan Perburuan, Jeruk, Holtikutura, Karet, Kelapa, Kelapa Sawit, Kopi, Lada,
Tanaman Perkebunan, Unggas dan Hasilnya, Peternakan, Kayu, Hasil Hutan, Perikanan Tangkap,
Perikanan Budidaya, dan Pertambangan.
2. Sektor Sekunder, terdiri dari sektor Industri Minyak Kelapa Sawit, Industri Makanan dan Minuman,
Industri Tekstil, Industri Kayu, Industri Kertas, Industri Kimia, Industri Karet, Industri Barang
Galian, Industri Barang dari Logam, Industri Furnitur, Industri Lainnya, Listrik, Pengadaan Air, dan
Konstruksi.
3. Sektor Tersier, terdiri dari sektor Perdagangan Besar, Pengangkutan Darat, Pengangkutan Laut,
Pengangkutan Sungai, Pengangkutan Udara, Pergudangan, Penyedia Akomodasi, Penyediaan
Perusahaan, Administrasi Pemerintahan, Jasa Pendidikan, Jasa Kesehatan, Jasa Lainnya dan
Kegiatan yang Tak Jelas Batasannya.
Berdasarkan 54 sektor perekonomian yang telah diklasifikasikan, selanjutnya dapat dibentuk tabel
transaksi input output yang menunjukan nilai transaksi yang terjadi antarsektor pada sektor
perekonomian di provinsi Kalimantan Barat. Nilai transaksi input output sektor perekonomian diperoleh
dari data BPS provinsi Kalimantan Barat tahun 2010. Dengan menggunakan tabel transaksi input output
dapat diketahui seluruh nilai transaksi yang meliputi permintaan antara (nilai produksi), input antara,
nilai tambah, output primer, permintaan akhir dan nilai total input maupun output dari setiap sektor.
Seluruh nilai transaksi dinyatakan dalam satuan juta rupiah. Nilai transaksi input output dapat dilihat
pada Tabel 2 berikut:
86 B. D. CAHYO, N. KUSUMASTUTI, M. KIFTIAH
Tabel 2 Transaksi Input Output Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2010 (juta rupiah):
Dengan menggunakan Persamaan (5), diperoleh nilai output total transaksi untuk adalah
(juta rupiah):
[ ] [ ][ ]
[ ] [ ]
Jadi, nilai output total dari sektor primer, sekunder dan tersier berturut-turut adalah sebesar
Rp.22.121.725,16, Rp.21.200.024,79 dan Rp.52.698.480,29. Hal ini menunjukan bahwa sektor
tersier memberi dampak yang sangat besar terhadap nilai output transaksi pada sistem perekonomian
di provinsi Kalimantan Barat dan merupakan sektor yang paling dominan.
Untuk mengetahui nilai keterkaitan antarsektor dapat dianalisis dengan menggunakan indeks
keterkaitan langsung ke belakang dan indeks keterkaitan langsung ke depan
a. Indeks Keterkaitan Langsung ke Belakang
Keterkaitan ini merupakan keterkaitan nilai input suatu sektor terhadap sektor lain. Adapun
perhitungannya sebagai berikut:
∑
∑ ∑
untuk , diperoleh
Analisis Input Output Sektor Perekonomian Provinsi Kalimantan Barat… 87
untuk , diperoleh
untuk , diperoleh
Berdasarkan hasil perhitungan indeks keterkaitan langsung ke belakang, diketahui bahwa mempunyai
nilai keterkaitan yang paling tinggi dan lebih besar dari 1 yaitu sebesar 1,72. Hal ini menunjukan bahwa
keterkaitan langsung ke belakang terhadap nilai input dari sektor sekunder sangat tinggi. Sehingga jika
terjadi peningkatan terhadap nilai input pada sektor sekunder di provinsi Kalimantan Barat maka harus
diimbangi dengan meningkatnya nilai output pada sektor lainnya. Hal ini dikarenakan nilai input pada
sektor sekunder juga diperoleh dari nilai output sektor primer dan sektor
tersier. Sedangkan untuk dan yang nilai keterkaitannya kurang dari satu menunjukan bahwa pengaruh
nilai input dari sektor primer dan tersier terhadap transaksi yang terjadi tidak terlalu tinggi.
untuk , diperoleh
untuk , diperoleh
88 B. D. CAHYO, N. KUSUMASTUTI, M. KIFTIAH
untuk , diperoleh
Berdasarkan hasil perhitungan indeks keterkaitan langsung ke depan, telah diketahui bahwa
mempunyai nilai keterkaitan yang paling tinggi yaitu sebesar 1,3. Hal ini menunjukan bahwa
keterkaitan langsung ke depan terhadap nilai output sektor primer sangat tinggi, sehingga jika terjadi
peningkatan pada nilai output sektor primer akan memicu terjadinya pertumbuhan pada sektor lainnya.
Hal ini dikarenakan output dari sektor primer selanjutnya digunakan sebagai input pada sektor
sekunder dan sektor tersier sehingga jika sektor primer mempunyai nilai output sektor yang tinggi
(meningkat) maka secara langsung nilai input untuk sektor sekunder dan sektor tersier juga akan tinggi
(meningkat). Sedangkan untuk yang juga memiliki nilai keterkaitan lebih dari satu menunjukan bahwa
sektor primer juga akan mempengaruhi terhadap nilai output namun nilai
pengaruhnya dibawah sektor tersier dan untuk yang nilai keterkaitannya kurang dari satu menunjukan
bahwa pengaruh nilai output dari sektor sekunder terhadap transaksi yang terjadi tidak terlalu tinggi.
ANALISIS 54 SEKTOR
Dengan menggunakan model Leontif, 54 sektor perekonomian dapat dianalisis lebih lanjut tanpa
klasifikasi. Hasil dari analisis input output yaitu nilai output total transaksi, sektor dominan serta nilai
keterkaitan antarsektor dapat dilihat pada Tabel 3.
3 Kacang Kedelai 8.711,1 0.94 0.15 4 Ketela Pohon 315.226,5 1.45 0.24
5 Tanaman Pangan 275.552,8 1.7 0.11 6 Jasa Pertanian 442.352,1 1.44 1.12
23 Industri Makanan & 3.462.795,4 3.62 2.09 24 Industri Tekstil 2.600,7 1.78 0.002
Minuman
25 Industri Kayu 248.643,1 2.13 1.72 26 Industri Kertas 7.996,2 0.62 0.007
27 Industri Kimia 198.516,1 1.2 0.39 28 Industri Karet 1.343.052.3 1.73 0.77
29 Industri Barang 13.362,1 1.1 0.0005 30 Industri Barang 188.492.9 0.89 0.02
Galian dari Logam
31 Industri Furnitur 7.060 1.38 0.0006 32 Industri Lainnya 40.802,2 1.52 0.08
47 Jasa Keuangan 402.830,5 0.23 0.87 48 Real Estate 4.165,6 1.67 0.001
Dengan menggunakan Persamaan (5) maka dari Tabel 3 diketahui bahwa sektor yang memiliki nilai
output total transaksi terbesar adalah sektor Perdagangan Besar Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda
Motor dengan nilai sebesar (juta) Rp.13.216.744,9. Sektor tersebut juga merupakan sektor dominan.
Hal ini menunjukan bahwa sektor Perdagangan Besar Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda Motor di
provinsi Kalimantan Barat memberikan pengaruh yang sangat besar terhadap nilai pertukaran arus
barang dan jasa sehingga harus ada upaya untuk mempertahankan dan meningkatkan kualitas sektor
tersebut agar nilai transaksi yang terjadi di sektor perekonomian provinsi Kalimantan Barat tidak
menurun bahkan bisa meningkat.
Selain nilai output total transaksi yang dihasilkan, dapat diketahui pula nilai keterkaitan dari 54
sektor tanpa klasifikasi dengan menggunakan Persamaan (6) dan (7). Dari tabel 3 diketahui bahwa
sektor yang memiliki nilai keterkaitan langsung ke belakang paling tinggi adalah sektor Industri
Makanan dan Minuman dengan nilai keterkaitan sebesar 3,62. Hal ini menunjukan bahwa jika terjadi
peningkatan terhadap nilai input pada sektor Industri Makanan dan Minuman di provinsi Kalimantan
Barat maka akan berpengaruh kepada sektor lain khususnya pada sektor pertanian dan peternakan,
yang harus memenuhi permintaan input sektor Industri Makanan dan Minuman. Hal ini dikarenakan
untuk memenuhi peningkatan nilai input yang terjadi, sektor Industri Makanan dan Minuman
membutuhkan output dari sektor lain sebagai input.
Kemudian sektor yang memiliki nilai keterkaitan langsung ke depan paling tinggi adalah sektor
Perdagangan Besar Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda Motor dengan nilai keterkaitan sebesar 8,71.
Hal ini menunjukan bahwa jika terjadi peningkatan terhadap nilai output pada sektor Perdagangan
Besar Eceran di provinsi Kalimantan Barat maka dapat mendorong sektor lain untuk berkembang
khususnya untuk sektor pengangkutan, jasa dan pergudangan. Hal ini dikarenakan nilai output pada
sektor Perdagangan Besar Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda Motor selanjutnya akan digunakan
sebagai input pada sektor lainnya.
90 B. D. CAHYO, N. KUSUMASTUTI, M. KIFTIAH
PENUTUP
Dari hasil analisis input output dengan menggunakan model Leontif diperoleh bahwa nilai output
total transaksi dari sektor primer, sekunder dan tersier di provinsi Kalimantan Barat tahun 2010
berturut-turut adalah sebesar (juta) Rp.22.121.725,16, Rp.21.200.024,79 dan Rp.52.698.480,29. Hal ini
menunjukan bahwa sektor tersier merupakan sektor yang dominan dengan nilai output total transaksi
yang paling besar. Berdasarkan nilai indeks keterkaitan diperoleh bahwa sektor sekunder memiliki nilai
keterkaitan ke belakang yang paling tinggi terhadap nilai input dengan nilai keterkaitan sebesar 1,72 dan
sektor primer memiliki nilai keterkaitan ke depan yang paling tinggi terhadap nilai output dengan nilai
keterkaitan sebesar 1,3. Jika dianalisis lebih lanjut untuk setiap sektor, maka diperoleh bahwa sektor
Perdagangan Besar Eceran merupakan sektor yang paling mendominasi dengan nilai output total (juta)
Rp.13.216.744,92 dan sektor Industri Makanan dan Minuman memiliki nilai keterkaitan lansung ke
belakang yang paling tinggi dengan nilai keterkaitan sebesar 3,52 serta sektor Perdagangan Besar
Eceran memiliki nilai keterkaitan langsung ke depan yang paling tinggi dengan nilai keterkaitan sebesar
8,71.
DAFTAR PUSTAKA
[1]. BPS Kalimantan Barat. Tabel Input Output Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2010. Pontianak:
CV Tiara Chrisandi; 2010.
[2]. Chiang C.A, Wainwright. K. Fundamental Methods of Mathematical Economics [Sudigno S dan
Nartanto, trans]. Jakarta: Erlangga; 2005.
[3]. Dumatubun, Pius Izak. Matematika: Aplikasi Bisnis dan Ekonomi. Yogyakarta: Andi; 1999.
[4]. Dumairy. Matematika Terapan untuk Bisnis dan Ekonomi. Yogyakarta: PT BPFE; 2004.
[5]. Subandi, Hakim. Ekonomi Regional Provinsi Sulawesi Tenggara: Pendekatan Sektor Basis dan
Analisis Input Output. Jurnal Ekonomi dan Studi Pembangunan.2009; 10(1)13-33.