Anda di halaman 1dari 18

HUBUNGAN ANTARA STATUS

REPRODUKSI DAN STATUS


KESEHATAN DENGAN
KEJADIAN RETENSIO
PLASENTA DI KLINIK-
PONDOK BERSALIN AL-
MADINAH SUBANG TAHUN
2018
Oleh : Fitria Sari
PENDAHULUAN
 Fakta menunjukan di negara berkembang bahwa
perdarahan postpartum, merupakan penyebab
utama kematian ibu.
 Menurut WHO angka kematian ibu di dunia akibat
perdarahan postpartum didunia adalah 25%,
sedangkan menurut Departemen Kesehatan
Indonesia kematian ibu akibat perdarahan
postpartum di Indonesia mencapai angka 28%.
Perdarahan postpartum dapat disebabkan oleh
atonia uteri (sekitar 90%), laserasi jalan lahir
(sekitar 7%), atau retensio plasenta dan kelainan
sistem koagulasi (sekitar 3%) 1
 Penyebab perdarahan postpartum diantaranya
retensio plasenta. Retensio plasenta adalah
tertahannya atau belum lahirnya plasenta hingga
atau melebihi waktu 30 menit setelah bayi lahir. 6

 Berikut adalah J umlah kasus retensio plasenta di


Klinik-Pondok Bersalin Al-Madinah Subang :

Tahun Jumlah Persenta Persalina


se n
2015 20 kasus 4.3% 475

2016 31 kasus 6.5% 477

2017 32 kasus 10.3 310


TUJ UAN PENELITIAN
 Tujuan penelitian ini untuk diketahuinya
hubungan antara status reproduksi dan status
kesehatan dengan kejadian retensio plasenta
di Klinik-Pondok Bersalin Al-Madinah Subang
tahun 2018
METODE PENELITIAN
• Tempat dan Waktu
Penelitian ini dilakukan di Klinik-Pondok Bersalin Al-Madinah
Subang. Penelitian ini dimulai sejak bulan Maret-April 2018. 

• Populasi dan Sampel Penelitian


Populasi kasus pada penelitian ini adalah seluruh ibu
bersalin yang mengalami retensio plasenta tahun 2017
sejumlah 32 orang dan populasi kontrol pada penelitian
ini adalah seluruh ibu bersalin yang tidak mengalami retensio
plasenta yaitu 32 orang.

• Rancangan Penelitian
Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif analitik
dengan desain cas e control. Cas e control adalah penelitian
yang dilakukan dengan cara membandingkan antara dua
kelompok yaitu kelompok kasus dan kelompok kontrol. 7
 Teknik dan Alat Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan
melihat data sekunder, yaitu data rekam medis ibu bersalin dengan
kejadian retensio plasenta di Klinik-Pondok Bersalin Al-Madinah
Subang tahun 2018. Data rekam medis yang diberikan berupa
status pasien yang berisi nomor rekam medis, identitas pasien, usia,
paritas, kadar hemoglobin, dan jarak persalinan.

 Teknik Analisa Data


Analisa Univariat
Analisis univariat bertujuan untuk menjelaskan atau
mendeskripsikan karakteristik setiap variabel penelitian,
menganalisis seluruh variabel independent dan dependent untuk
mengetahui gambaran distribusi frekuensi dari setiap variabel yang
diteliti dan dihitung persentasenya kemudian disajikan dalam bentuk
tabel dan narasi. 7
 
Analisa Bivariat
Analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah analisa
yang digunakan untuk melihat hubungan antara dua variable
dependent (retensio plasenta) dengan variable independent (umur,
paritas, kadar hemoglobin, dan jarak persalinan), dengan uji Chi
S quare  (X2).
HASIL
Variabel Kasus Kontrol P Value
n % n %
Usia
Risiko tinggi (<20 thn atau > 35 thn 22 68.8 12 37.5 0.024
Tidak berisiko tinggi (20-35 thn) 10 31.3 20 62.5

Paritas
≥3 kali bersalin 24 75.0 7 21.9 0.000
1-2 kali bersalin 8 25.0 25 78.1

Kadar Hemoglobin
Anemia (Hb <11 gr/dl) 18 56.3 15 46.9 0.617
Tidak Anemia (Hb ≥11 gr/dl) 14 43.8 17 53.1

Jarak Persalinan
J arak persalinan berisiko (< 2 tahun 9 28.1 13 40.6
atau >10 tahun) 0.430
J arak persalinan tidak berisiko (2- 23 71.9 18 59.4
10 tahun)
PEMBAHASAN
 Kasus ibu bersalin dengan retensio plasenta
sebanyak 32 orang (50 %) sedangkan control yaitu
ibu bersalin yang tidak mengalami retensio plasenta
yaitu sebanyak 32 orang (50%).

 Retensio plasenta adalah terlambatnya kelahiran


plasenta selama setengah jam setelah kelahiran bayi.
Pada beberapa kasus dapat terjadi retensio plasenta
berulang (habitual retensio plasenta). Plasenta harus
dikeluarkan karena dapat menimbulkan bahaya
perdarahan, infeksi karena sebagai benda mati, dapat
terjadi plasenta inkarserata, dapat terjadi polip
plasenta, dan terjadi degenerasi ganas korio
karsinoma. 5
PARITA
S
 Paritas yang 1-2 kali bersalin yaitu 51,6% dan yang ≥ 3 kali
bersalin yaitu 48,4%. Pada paritas yang ≥ 3 kali bersalin,
paling banyak terdapat pada kelompok kasus yaitu 75,0%,
sedangkan pada kontrol hanya 21,9%. Hasil uji Chi square
diperoleh nilai p = 0,000 (p ≤ 0,05), maka dapat disimpulkan
ada hubungan yang signifikan antara paritas
dengan kejadian retensio plasenta. Dari hasil analisis
diperoleh pula nilai OR = 10,714, artinya 1-2 kali bersalin
mempunyai peluang 10,714 kali lebih tinggi untuk tidak
mengalami retensio plasenta dibanding ≥3 kali bersalin.
 Hal ini sesuai dengan teori yang ada bahwa sebagian besar
kasus perdarahan postpartum, terutama ditemukan pada
wanita dengan paritas tinggi. Pada ibu dengan grande
multipara sering terjadi implantasi plasenta dalam bentuk
plasenta adhesive, akreta, inkerta dan perkreta. Hal ini juga
merupakan salah satu faktor yang berhubungan dengan
terjadinya retensio plasenta. 8
 Dari hasil perbandingan teori dan penelitian diatas,
penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa semakin
sering ibu melahirkan maka semakin tinggi
kemungkinan terjadinya perdarahan postpartum
khususnya kejadian retensio plasenta, karena pada
setiap kehamilan dan persalinan terjadi perubahan
serabut otot pada uterus yang dapat menurunkan
kemampuan uterus untuk berkontraksi sehingga sulit
untuk melakukan penekanan pembuluh-pembuluh
darah. Uterus yang tidak berkontraksi dapat
menyebabkan plasenta tetap menempel pada cavum
uteri sehingga plasenta tidak lahir hingga atau
melebihi waktu 30 menit setelah bayi lahir. Resiko
terjadinya hal ini akan amat meningkat setelah
persalinan ketiga atau lebih.
UMUR
 umur yang tidak beresiko tinggi yaitu 46,9% dan
yang beresiko tinggi yaitu 53,1%. Pada umur yang
beresiko tinggi, paling banyak terdapat pada
kasus yaitu 68,8%, sedangkan pada kontrol
hanya 37,5%. Hasil uji Chi square diperoleh nilai p
= 0,024 (p ≤ 0,05), maka dapat disimpulkan ada
hubungan yang signifikan antara usia
dengan kejadian retensio plasenta. Dari
hasil analisis diperoleh pula nilai OR = 3,667,
artinya usia tidak beresiko tinggi mempunyai
peluang 3,667 kali lebih tinggi untuk tidak
mengalami retensio plasenta dibanding usia yang
beresiko tinggi.
 Hal ini sesuai dengan teori, menyebutkan bahwa wanita yang
melahirkan anak pada usia dibawah 20 tahun atau lebih dari
35 tahun merupakan faktor resiko terjadinya perdarahan
pasca persalinan salah satu penyebabnya adalah retensio
plasenta yang dapat mengakibatkan kematian maternal. Hal
ini dikarenakan pada usia dibawah 20 tahun fungsi
reproduksi seorang wanita belum berkembang dengan
sempurna, sedangkan pada usia diatas 35 tahun fungsi
reproduksi seorang wanita sudah mengalami penurunan
dibandingkan fungsi reproduksi normal sehingga
kemungkinan untuk terjadinya komplikasi pasca persalinan
terutama perdarahan akan lebih besar. Perdarahan pasca
persalinan yang mengakibatkan kematian maternal pada
wanita hamil yang melahirkan pada usia dibawah 20 tahun 2-
5 kali lebih tinggi dari pada perdarahan pasca persalinan
yang terjadi pada usia 20-35 tahun. Perdarahan meningkat
kembali setelah usia>35 tahun. 5
J ARAK PERSALINAN
 J arak persalinan yang tidak beresiko (2-10 tahun) yaitu 65,6% dan
jarak persalinan berisiko (< 2 tahun atau >10 tahun) yaitu 34,4%.
Pada jarak persalinan berisiko (< 2 tahun atau >10 tahun), paling
banyak terdapat pada kontrol yaitu 40,6%, sedangkan pada kasus
28,1%. Hasil uji Chi square diperoleh nilai p = 0,430 (P > 0,05),
maka dapat disimpulkan tidak ada hubungan yang
signifikan antara jarak persalinan dengan kejadian
retensio plasenta.

 Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan teori yang menyebutkan


terlalu sering bersalin (jarak antara kelahiran < 2 tahun) akan
menyebabkan uterus menjadi lemah sehingga sehingga plasenta
akan tetap berada di dalam kavum uteri, sedangkan pada jarak
persalinan ≥ 10 tahun, dalam keadaan ini seolah-olah menghadapi
persalinan yang pertama lagi, menyebabkan otot polos uterus
menjadi kaku dan kontraksi uterus jadi kurang baik seolah-olah
menghadapi persalinan yang pertama lagi sehingga mudah terjadi
retensio plasenta. 5
 Dari hasil perbandingan teori dan penelitian diatas, penulis
dapat mengambil kesimpulan bahwa tidak ada hubungan
antara jarak persalinan dengan kejadian retensio plsenta, ini
membuktikan bahwa jarak persalinan bukanlah faktor
predisposisi utama terjadinya retensio plasenta. Secara
teoritis, jarak persalinan yang pendek yaitu < 2 tahun
merupakan salah satu faktor yang akan mempengaruhi
terjadinya perlengketan plasenta. Hal ini disebabkan
kontraksi uterus yang semakin melemah sehingga plasenta
akan tetap berada di dalam kavum uteri. Risiko perlengketan
plasenta juga terjadi pada persalinan dengan jarak > 10
tahun. Pada kondisi ini, otot polos uterus menjadi kaku dan
kontraksi uterus menjadi kurang baik seolah-olah
menghadapi persalinan yang pertama lagi, sehingga mudah
untuk terjadi retensio plasenta.
KADAR HB
 Kadar hemoglobin yang tidak anemia (Hb ≥11
gr/dl) yaitu 48,4% dan yang anemia (Hb < 11
gr/dl) yaitu 51,6%. Pada kadar hemoglobin
anemia (Hb < 11 gr/dl), paling banyak terdapat
pada kasus yaitu 56,3%, sedangkan pada
kontrol 46,9%. Hasil uji Chi square diperoleh
nilai p = 0,617 (p > 0,05), maka dapat
disimpulkan tidak ada hubungan yang
signifikan antara kadar hemoglobin
dengan kejadian retensio plasenta.
 Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan teori yang menyebutkan
kadar hemoglobin yang rendah atau anemia pada ibu hamil dan
bersalin dapat menyebabkan kontraksi serat-serat myometrium
terutama yang berada di sekitar pembuluh darah yang mensuplai
darah pada tempat perlengketan plasenta menjadi lemah sehingga
memperbesar resiko terjadinya retensio plasenta karena
myometrium tidak dapat berkontraksi. Ibu dengan anemia dapat
menimbulkan gangguan pada kala uri yang diikuti retensio plasenta
dan perdarahan postpartum. 9

 Dari hasil perbandingan teori dan penelitian diatas, penulis dapat


mengambil kesimpulan bahwa tidak ada hubungan antara kadar
hemoglobin dengan kejadian retensio plasenta. Secara teoritis
menyebutkan bahwa ibu dengan anemia dapat menimbulkan
gangguan pada kala uri yang diikuti retensio plasenta dan
perdarahan postpartum.
KESIMPULAN
 Ada hubungan yang signifikan antara usia p =
0,024 (p ≤ 0,05) dan paritas p = 0,000 (p ≤
0,05) dengan kejadian retensio plasenta.
 Tidak terdapat hubungan yang signifikan
antara kadar hemoglobin dengan p value =
0,617 (p > 0,05) dan jarak persalinan p =
0,430 (P > 0,05) dengan kejadian retensio
plasenta.
SARAN
Bagi Klinik Pondok Bersalin Al-Madinah
Subang
 Melengkapi pengisian data rekam medik yang

tidak lengkap seperti riwayat persalinan


sebelumnya guna mengetahui hubungan
penyakit dan faktor-faktor yang dapat
menimbulkan ataupun memperparah keadaan
ibu dan bayinya, serta agar dapat memberikan
pertolongan yang cepat dan tepat.

Anda mungkin juga menyukai