A. ANGINA
Angina merupakan pengalaman subjektif nyeri dada yang disebabkan oleh ketidak
seimbangan antara suplai dengan kebutuhan oksigen miokardium. Faktor etiologi
angina biasanya berhubungan dengan proses penyakit aterosklerosis ( penyakit
arteri coroner ). Pada proses tersebut, arteri coroner kehilangan kemampuan
untuk berdilatasi dan meningkatkan aliran darah dengan adanya peningkatan
konsumsi oksigen.
Angina dapat di klasifikasikan dalam beberapa jenis, yaitu :
1. Angina Stabil, biasanya disebabkan oleh perubahan pembuluh darah
aterosklerostik.
2. Angina Tidak stabil, biasanya disebabkan oleh akselerasi penyakit atau
penyakit pada pembulu darah.
3. Angina prinzmetal, biasnya disebabkan oleh vasospasme arteri coroner,
iskemia miokardium yang berlangsung lama pada akhirnya dapat
menyebabkan infark miokardium.
Faktor Resiko
a. Faktor resiko penyakit arteri coroner : merokok, hyperlipidemia,
hipertensi, diabetes, obesitas, dan stress. Angina paling sering muncul
pada pria, terutama pada pria Yang berusia lebih dari 50 tahun, atau wanita
pasca menopause. Riwayat keluarga yang positif memiliki penyakit
kardiovaskuler mempengaruhi individu untuk pengalami angina.
a. Angina stabil.
Nyeri dada yang dapat diperkirakan oleh pasien, biasanya setelah aktivitas
fisik, makan, atau peningkatan aktivitas ( hilang dengan istrahat dan/atau
dengan pemberian Nitrogliserin ), ditandai dengan depresi segmen ST
( iskemia subendokardium) atau inversi gelombang T pada EKG selama
episode ketidaknyamanan.
b. Angina tidak stabil.
Nyeri dada yang awitannya baru atau mengalami perubahan karakter dan
kini lebih berat, berlangsung lebih lama, lebih sulit dihilangkan, dan
terjadi dengan aktivitas fisik yang kurang dari pada sebelumnya.
c. Angina Prinzmetal.
Nyeri dada yang nontipikal dan terjadi saat istrihat, tidak hilang dengan
nitrogliserin atau istrahat, dan ditandai dengan elavasi segmen ST pada
EKG selama Periode Ketidaknyamanan.
Pemeriksaan Fisik
a. Penampilan : cemas
b. Tanda-tanda vital
Tekanan darah dapat meningkat sekunder akibat nyeri atau menurun
sekunder akibat gangguan hemodinamik dan/atau terapi farmakologik.
Denyut Jantung dapat meningkat akibat nyeri
c. Kardiovaskuler
S4 mungkin ada
d. Pulmoner
Dispenea dan takipnea mungkin ada.
Temuan Diagnostik
Faktor Resiko
faktor resiko penyakit arteri coroner, merokok, hiperlipedia, hipertensi, diabetes,
obesitas, gaya hidup banyak duduk dan stress. Pria, terutama yang berusia lebih
dari 50 tahun, cenderung mengalami infark miokard sama seperti wanita
pascamenopouse.
PATOFISIOLIGIS SKA
Sebagian besar SKA adalah manifestasi akut dari plak ateroma pembuluh
darah koroner yang koyak atau pecah. Hal ini berkaitan dengan perubahan
komposisi plak dan penipisan tudung fibrus yang menutupi plak tersebut. Kejadian
ini akan diikuti oleh proses agregasi trombosit dan aktivasi jalur koagulasi.
Terbentuklah trombus yang kaya trombosit (white thrombus). Trombus ini akan
menyumbat liang pembuluh darah koroner, baik secara total maupun parsial; atau
menjadi mikroemboli yang menyumbat pembuluh koroner yang lebih distal. Selain
itu terjadi pelepasan zat vasoaktif yang menyebabkan vasokonstriksi sehingga
memperberat gangguan aliran darah koroner. Berkurangnya aliran darah koroner
menyebabkan iskemia miokardium. Pasokan oksigen yang berhenti selama kurang-
lebih 20 menit menyebabkan miokardium mengalami nekrosis (infark miokard).
Intervensi Terapeutik
1. Berikan oksigen tambahan untuk menjaga saturasi oksigen diatas 92%
2. Pertahankan akses interavena
3. Berikan aspirin non -entric coated, 162-325 mg; minta pasien untuk
mengunya dan menelan aspirin jika memungkinkan, jika diperlukan berikan
aspirin suppositoria rektal
4. Berikan tablet nitrogliserin sublingual atau spray jika tekanan darah sistolik
lebih besar dari 90 mmHg dan denyut jantung lebih dari 50 kali permenit.
Jika nyeri pasien tidak berkurang, perawat emergensi dapat mengulang
kembali pemberian nitrogliserin setiap 5 menit sebanyak 3 dosis.
5. American heart association tidak merekomendasikan penggunaan
nitrogliserin secara rutin pada pasien STEMI, jika penggunaan rutin
dilakukan monitor pasien secara ketat terhadap hipotensi akibat obat tersebut,
karena hal ini dapat menurunkan perfusi coroner dan memperburuk iskemia
miocard.
a. Jika pasien menggunakan phosphodiesterase inhibitor dalam 24 jam
sebelumnya, pemberian nitrogliserin dapat mengakibatkan hipotensi
hebat yang tidak membaik walaupun diberikan vasopressor.
b. Nitrogliserin harus diberikan dengan hati-hati pada pasien dengan infark
miocard inferior dan kemungkinan melibatkan ventrikel kanan. Pasien –
pasien ini kemungkinan sangat tergantung terhadap tekanan pengisian
ventrikel kanan; venodilatasi dan penurunan preload dapat menyebabkan
penurunan cardiac output yang hebat dam irreversible.
6. Penggunaan morfin diindikasikan untuk STEMI yang tidak responsive
terhadap pemberian nitrat. Pemberian morfin harus hati-hati pada unstable
angina dan non-STEMI karena berhubungan dengan peningkatan angka
mortalitas.
7. Obat-obatan untuk mengurangi agregasi platelet merupakan terapi modalitas
yang penting.
a. Aspirin
b. Clopidogrel atau prasugrel.
8. Pada STEMI, perfusi sedini mungkin miokardium, dengan obat atau cara
mekanis , telah terbukti mengurangi angka kematian.
a. Membuka sumbatan arteri area infark memperbaiki perfusi miocard
sehingga ukuran area infark tidak meluas dan menurunkan komplikasi
( termasuk kematian) akibat AMI ( akut Miokard Infark)
b. Sasaran untuk waktu iskemia total ( dari onset gejala sampai
dilakukannya intervensi ) kurang dari 90 menit.
c. Percutaneous coronary intervention ( PCI) merupakan metode yang
paling direkomendasikan untuk metode reperfusi.
Bivalirudin, merupakan direct thrombin inhibitor, dapat digunakan
sebagai antikoagulan bagi pasien yang menjalani primary PCI.
Glycoprotein IIb/IIIa inhibitor merupakan obat antilatelet yang
dipertimbangkan untuk di berikan pada saat PCI
Abciximab
Eptifibatide
Tirofiban
d. Jika pasien tidak mampu menjalani primary PCI dalam 90 -120 menit
pada saat kontak medis pertama , terapi fibrinolysis harus segera
diberikan.
Pasien yang mendapkan terapi fibrinolysis sebagai terapi reperfusi
primer harus segera ditransfer ke rumah sakit yang mampu dan
memiliki fasilitas PCI.
Pemberian setengah dosis fibrinolysis ditatanan prehospital, diikuti
dengan urgen PCI, diimplementasikan pada beberap daerah di US.
9. Manajemen medis.
a. Beta bloker - pemberian beta bloker secara oral direkomendasikan untuk
semua tipe SKA kecuali jika ada kontraindikasi yaitu terdapat tanda
gagal jantung atau penurunan cardiac output.
Beta bloker menurunkan konsumsi oksigen myocardial melalui
penuruanan frekuensi denyut jantung, kontraktilitas dan tekanan
darah.
Pemberian segera sebaiknya dilakukan pada pasien dengan STEMI
yang mengalami hipertensi.
b. Angiontensin-converting enzyme ( ACE ) inhibitor ( captopril , enalapril,
lisinopril ) biasannya mulai diberikan setelah terapi reperfusi selesai
dilakukan.
Penggunaan ACE inhibitor telah terbukti meningkatkan
kelangsungan hidup pada pasien dengan infark miocard.
ACE inhibitor mengurangi luas infark dan meningkatkan perbaikan
ventrikel.
10. Pertimbangkan untuk transfer pasien dengan STEMI disebabkan miocard
infark anterior yang luas, adanya tanda-tanda gagal jantung, atau edema
paru kefasilitas yang mampu melakukan intevensi ( PCI, coronary bypass
grafting). Tujuannya agar waktu door-to-transfer kurang dari 30 menit.
PATHWAY SKA
Timbul bercak
sklerosis
Timbul plak
Plak pecah/robek
Timbul proses
trombogenik
Terjadi sumbatan
Perfusi oksigen tidak
total/parsial pada Nyeri angina
adekuat
arteri koroner
1. Pengkajian pasien
a. Kaji nyeri dengan menggunakan akronim PQRST ( P : precipitating, Q : quality, R :
radiasi, S : severitu dan Symtom, T : Timing ) untuk memvalidasi sumber iskemia.
Kaji nyeri dengan menggunakan lapoan diri pasien kapanpun yang
memungkinkan
b. Periksa Tanda-tanda vital dan SP02 dengann sering selama episode angina dan pada
pemberian agens antianginal. Hipotensi dan takikardi refleks dapat terjadi selama
pemberian agens tersebut.
2. Pengkajian diagnostik
a. Tinjau EKG 12 lead serial untuk mengevaluasi pola iskemia, cedera dan infark
b. Tinjau hasil pemeriksaan laboratorium cardiac maker jika ada untuk mengetahui
perubahan karakteristik infarmiokard.
c. Tinjau hasil ekokardiografi atau kateterisasi jantung jika ada untuk mengetahui fungsi
ventrikel dan tingkat keterkaitan penyakit arteri coroner.
3. Diagnose keperawatan