Anda di halaman 1dari 1

Aku tak ingat betul berapa detik yang sudah kuhabiskan selama hidupku.

Sampai saat ini aku bersyukur


masih diberi nikmat sehat oleh Yang Maha Kuasa. Aku sudah melewati banyak hal yang tak dapat
kuabadikan setiap momennya. Padahal aku sadar bahwa setiap momen itu sangat berharga. Aku hanya
bisa mengingat dengan memori otakku yang tak seberapa ini dan menulisnya semampuku. Sepertinya
aku memang perlu untuk menulisnya karena saat aku menua dan menjadi pelupa aku bisa membacanya
dan mengenangnya kembali.

Ahh masa-masa itu, saat aku masih tinggal di desa. Bermain dengan kawan-kawanku dan bersenda
gurau. Tak ada beban apapun dan tak ada tuntutan apapun. Bebas. Kami menjadi anak kecil yang bebas
menentukan permainan apa yang ingin kami mainkan dan bebas ingin berkawan dengan siapa saja. Desa
memang menjadi tempat yang paling sempurna untuk berpetualang, menghabiskan masa kecil yang
penuh dengan kenangan.

Ahh aku jadi ingat dulu aku pernah hampir disruduk kerbau. Gara-gara keasyikan bermain di tengah-
tengah jalan. Jalan setapak menuju sawah dan disekelilingnya ada pohon bambu yang rimbun. Waktu itu
kami sedang bermain "Sudamanda" atau bisa disebut lepar ceper/genteng yaitu melempar ceper
kemudian melewati garis yang dibentuk sedemikian rupa dengan menggunakan satu kaki. Ketika aku
sedang asyik bermain tiba-tiba temanku berteriak, "Awas ada kerbau!!!! " sontak aku reflek menoleh ke
arah suara gedebuk-gedebuk di belakangku. Itu suara kaki kerbau yang semakin mendekat. Tanpa pikir
panjang kami langsung lari pontang panting menembus kebun bambu yang rimbun dan hanya melewati
jalan setapak kecil pinggir sungai. Aku berlari mencang tanpa menoleh ke belakang, karena takut jika
nanti tiba-tiba ada kerbau di belakangku. Setelah dirasa aman kami berhenti dengan napas yang ngos-
ngosan. Tapi setelah itu kami sadar kalau sedari tadi kami lari dan meninggalkan sendal kami di tempat
bermain yang tadi. Alhasil kami kembali kesana dan mengambil sendal. Kami semua merasa senang
karena kerbaunya sudah tak ada lagi disana. "Hahahaha dasar kamu penakut, kamu tadi yang lari paling
kenceng kan!", kata salah satu temanku padaku. "Ya iyalah, kan aku lagi asyik konsentrasi main biar
nggak kena garis. Tau-taunya ada kerbau. Kamu juga lari kan, huuu dasar!! ", timpalku tak mau kalah.

Sore itu adalah sore yang indah. Kami pulang ke rumah masing-masing setelah mendengar adzan ashar
berkumandang. Itu artinya waktunya kami untuk pulang, mandi, dan bersiap pergi mengaji.

Sesederhana itu kenangan waktu kecil dulu, tapi apakah kenangan itu bisa terulang kembali?

Itulah yang membuatnya istimewa.

Anda mungkin juga menyukai